bab i
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur :48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Agama :Islam
Status :Menikah
Alamat : Jalan.Kenali jaya RT.15 No 20 Kenali besar
2.1 Anamnesis (28 juni 2013)
2.2 Keluhan utama
Mata kanan, terasa ada kabur, berair dan merasa silau
2.3 Anamnesis khusus
± 5 tahun yang lalu, pasien merasa penglihatan nya sedikit berkurang pada
mata kanan dan kiri, Namun karena keluhan pasien tidak terlalu mengganggu,
pasien tidak berobat, dan hanya menggunakan kaca mata biasa.
± 1 tahun yang lalu penglihatan semakin terasa kabur,mata kanan lebih
kabur dari pada mata kiri dan mata kanan berair lebih banyak dari mata kiri,
terasa pusing kalau membaca dan apabila melihat pagi penderita merasa
terang melihat siang hari terasa silau, pandangana merasa seperti berasap atau
berkabut, secret lebih banyak dari pada biasa, riwayat trauma di sangkal, gatal
tidak ada, pedih tidak ada, keluhana bertambah berat sejak 1 minggu terakhir
dan pasien berobat ke poli mata pada tanggal 28 juni 2013.
2.4 Riwayat Penyakit dahulu
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
1
2.6 Riwayat Gizi : Cukup
2.7 Social Ekonomi : Pasien seorang ibu rumah tangga ekonomi cukup
2.8 Penyakit sistemik
- Traktus respiratori : tidak ada keluhan
- Traktus digestivus : tidak ada keluhan
- Cardiovascular : tidak ada keluhan
- Endokrin : tidak ada keluhan
- Kulit : tidak ada keluhan
- THT : tidak ada keluhan
- Gigi dan mulut : tidak ada keluhan
- Lain-lain : tidak ada keluhan
2.9 Pemeriksaan fisik
2.9.1 Status generalis
Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
TB/BB :155/60
Tekanan darah :120/80
Nadi :72x menit
Respirasi :18x menit
Suhu :afebris
2
2.9.2 Status Oftalmologikus
OD OS
Visus Dasar Sebelum operasi 1/60,
PH tidak maju
Setelah operasi PH 6/60
Visus 6/15
Koreksi: S+ 1,00=6/6
Kedudukan bola
mataortoforia ortoforia
Pergerakan bola mata
Duksi : baik
Versi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Keruh sebagian
Iris shadow test(+)
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
3
Palpebra Superior
Inferior
hiperemi (-), edema (-)
hiperemi (-), edema (-)
hiperemi (-), edema (-)
hiperemi (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus
superior
Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
Konjungtiva tarsus
inferior
Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-),jar.
Fibrovasculer (-)
Injeksi (-), jar.
Fibrovasculer (-)
Kornea Jernih Jernih
COA Dangkal,darah(-),pus(-) Sedang ,darah(-),pus(-)
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Pupil
Diameter
Bulat, Isokor
3 mm
Bulat, Isokor
3mm
Lensa Keruh, iris shadow test
(+)
Jernih
Tonometri Tidak dilakukan tidak dilakukan
Gonioskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. RESUME
Seorang perempuan 48 tahun datang kepoli mata RSUD Raden mattaher
jambi dengan keluhan penglihatan kabur berair, penglihatan seperti terhalang oleh
4
asap, apabila melihat pagi penderita merasa terang dan apabila melihat siang hari
terasa silau,mata kanan lebih banyak mengeluarkan air di bandingkan mata kiri.
Dari pemeriksaan fisik, kadaan umum pasien baik, tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernafasan dalam batas normal. Dari pemeriksaan visus dasar pasien
VOD 1/60, PH: tidak maju, setelah operasi 6/60 dan VOS 6/15, setelah di
lakukan koreksi +1,00 6/6, pergerakan bola mata duksi dan versi baik. Dari
pemeriksaan eksternal tampak kornea jernih, bilik mata depan mata kanan dangkal
kripta iris normal, pupil isokor, bentuk bulat dengan diameter 3mm. lensa OD
tampak keruh dan iris shadow test (+).
11. Diagnosis Kerja
Katarak Sinilis Imatur OD
Hipermetrop OS
12. Pengobatan
- Ajuran operasi katarak
13. Prognosis
Mata kanan
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Mata kiri
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskuler, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang
iris, lensa digantung oleh zonula zinni yang menghubungkannya dengan corpus
ciliare. Disebelah anterior terdapat humour aqueus dan di posteriornya terdapat
badan vitreous.1,2
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula
zinni yang tersusun dari banyak serat dari permukaan corpus cilliare dan menyisip
kedalam ekuator lensa.1
2.1.1 Struktur Lensa
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan
transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel
lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk
lensa pada saat akomodasi. Bagin paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada
di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
6
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang
dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan
lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju
equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah
lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.3,4
2.1.2 Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk
memfokuskan cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula zinii dan memperkecil diamter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga
berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari
benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus
siliaris, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi.
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih
konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak
dan terus berlangsung perlahan-perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses
bertambah cepat, dimana nukleus menjadi besar dan korteks bertambah tipis. Pada
orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya kekuningan, kurang jernih
dan tampak seperti “ gray reflek “ atau “senil reflek”, yang sering disangka
katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan daya
7
akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada orang
Indonesia dimulai pada usia 40 tahun.
2.1.3 Metabolisme lensa normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar
kalium dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan
kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke
bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara
difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar
melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan
didalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah
menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.5
2.2 Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dpat terjadi akibat
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturai protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya1
Penelitian–potong lintang mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar
10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50%
8
untuk mereka yang berusia antara 65-74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk
mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.6
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga merupakan kalainan kongenital, atau penyulit panyakit mata lokal
menahun.bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti
glaucoma, ablasi, uveitis, dan rhinitis pigmentosa.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.1
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme
dasar lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.10
2.2.1 Jenis-jenis katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
• Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif
• Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.
• Katarak komplikata
• Katarak traumatik.10
9
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
• Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
• Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di
bawah 40 tahun.
• Katarak presenil, katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
• Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.10
Katarak senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
penyebab nya sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipient, imatur,
instumensen, matur hipermatur, morgagni
Gambar 2.1. Katarak Senilis11
2.2.2 Etiologi dan patofisologi
Patofisologi katarak senilis terjadi sangat komplek dan belum sepenuhnya
dimengereti , walaupun demikian pada lensa katarak secara karakteristik terdapat
agregat-agregat protein yang menghamburkan cahaya mengurangi
transparansinya, preubhan protein lain nya akan mengakibatkan perubahan warna
lensa menjadi kuning atau coklat, temuan tambahan mungkin berupa vesikel
diantara serrat-serat lensa atau migrasi epitel dan pembesaran epitel-epitel yang
menyimpang6
10
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti diduga karena
1. Proses pada nucleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu
terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah
menjadi lebih padat (nucleus), mengami dehidrasi, penimbunan ion
kalsium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudia terjadi penimbunan
pigmnen, pada keadaan ini lensa menjadi hipermetrop, lama kelamaan
epitel lensa yang pada mula nya berwarna putih menjadi kekuning-
kuningan lalu menjadi coklat dan kemudia kehitam-hitaman
2. Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut lensa yang berisi air dan
penimbunann kalsiumsehingga lensa menjadi lebih tebal, cembung dan
membengkan dan menjadi lebih miop.
2.2.3 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan penderita, pemeriksaan
eksternal, shadow test..
Insipient Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik
mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Normal Glaucoma Uveitis
Glaucoma
11
Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju korteks anterior
dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada
katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subcapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks yang berisi jaringan
degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.
Katarak Intumesen: kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
degenerative menyerap air, masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal disbanding dengan keadaan normal. Perkembangan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glukoma. Katarak intummensen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikuler. Pada
keadaan ini terjadi hidrasi kortek hingga lensa akan mencembung dan daya
biasanya akan bertambah, yang memberikan miopiasis. Pada pemeriksaan
slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa, pada katarak
immature akan bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic
bahan lensa yang degenerasi pada keadaan lensa yang mencembung akan
menimbulkan hambatan pupil, sehingga menjadi glaucoma skunder.
12
Gambar 2.2 : Katarak imatur11
Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Gambar 2.3 : katarak matur11
Katarak hipermatur :.katarak yang mengalami prses degenerasi lanjut dapat
menjadi keras, atau lembek dan mancair, masa lensa yang bergenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dan kapsul lensa. Kadang- kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor,bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka kortek yang
bergenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka kortek akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susudisertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks
lensa karena lebih berat. Katarak ini disebut sebagai Katarak Morgagni
13
Gambar 2.4 katarak hipermatur11
2.2.4 Tatalaksana
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan, pembedahan di
lakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
menggangu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit
seperti glaucoma dan uveitis.
Bedah katarak senile di bedakan dalam bentuk ekstraksi intrakapsular
dan ekstraksi ekstrakapsular
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
14
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer bagian superior
dan temporal, Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.1
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
15
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti
itu.1,4
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.4
2.2.5 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan
tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak
senilis umumnya baik.9
2.2.6 Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan
pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol
penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhadap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.1
2.3 Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan dimana bayangan sinar jatuh di belakang
retina. Ditandai dengan kabur melihat dekat dan jauh, cepat lelah kalau membaca
dekat. Diperbaiki dengan lensa positif sehingga bayangan benda tergeser ke depan
dan diatur tepat jatuh di retina
16
Gambar 2.5 Hipermetropia
Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang makula lutea. Ini
dapat disebabkan :
1. Hipermetropia refraktif, akibat pembiasan lemah
Hipermetropi jenis ini disebut juga hipermetropi refraksi. Dimana
dapat terjadi ganggua refraksi pada kornea, aquoshumor, lensa dan vitrous
humor. Disebabkan oleh perubahan pada komposisi kornea, dan lensa
sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi
aquoes humor dan vitrous humor misalnya pada penderita DM,
hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah dibawah normal.
2. Hipermetropia aksial, akibat sumbu mata terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropia axsial ini dapat
disebabkan oleh mikropthalmi,retinitis sentralis maupun ablasio retina
(lapisan retina lepas lari kedepan sehingga titik fokus cahaya tidak dapat di
biaskan)
Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan
bayangan yang terletak dibelakang makula agar terletak didaerah makula lutea.
Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi,
maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering
terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling kedalam.
17
Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat
mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan bvaik dan jelas. Bila
terdapat perbedaan kekuatan hipermetropia antara kedua mata akan terjadi
ambliopia pada salah satu mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah
temporal.
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena
matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan
jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama
pada usia yang lebih lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah
membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.
2.3.1 Klasifikasi Hipermetropi
Hipermetropia manifes
Hipermetropia yang didapatkan tanpa sikloplegik atau hipermetropia yang
dapat dilihat dengan koreksi kacamata disebut sebagai hipermetropia manifes.
Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga
akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah
hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah hipermetropia
manifes.
Hipermetropia Total
Hipermetropia yang didapatkan sesudah pemakaian sikloplegik disebut
sebagai hipermetropia total.
Hipermetropia laten
Perbedaan ukuran lensa antara hipermetropia total dengan hipermetropia
manifes disebut sebagai hipermetropia laten atau tersembunyi. Hipermetropia
laten sehari-hari diatasi dengan akomodasi terus menerus, terutama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
18
2.3.2 Penegakan Diagnosa
1. Anamnesis
Penegakan diagnosa hipermetropia didasarkan pada anamnesis dari
gejala-gejala dari hipermetrop
2. Pemeriksaan
Subjektif
Metode yang digunakan adalah metode ”trial and error” jarak
pemeriksaan 6 meter/20 kaki. Digunakan kartu snellen yang di
letakan sejajar penderita. Mata di periksa satu persatu. Bila visus
tidak 6/6 maka dikoreksi dengan lensa sferis positif, biladengan
lensa sferis tajam penglihatan membaik 6/6 atau 5/5 atau 20/20
maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan
memberikan lensa sferis positif menambah kabur tajam
penglihatan maka diganti dengan lensa sferis negatif.
Objektif
Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secra luas untuk
menilai hipermetropia secara objektif, prsedur yang di lakukan
meliputi static retinoscopy, subjective refraction dan
autorefraction.
2.3.3 Penatalaksanaan
1. Koreksi optikal
Hipermetropia dikoreksi dengan kaca mata berlensa plus( konveks)
atau dengan lensa kontak, Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya
diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang
masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien dengan
dengan +3.0 ataupun dengan +3.25 memberikan ketajaman penglihatan
6/6, maka diberikan kacamata +3.25. hal ini untuk memberikan istirahat
pada mata. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada
anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan
19
sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan
otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamatanya
dengan mata yang istirahat.
2. Terapi Medis
Antikolinesterase seperti diisophryfluophospatase (DFP) dan
echothiopate iodide telah digunakan pada pasien dengan akomodasi
ekstropia dan hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi
akomodai dan akomodasi.
3. Bedah Refraksi
Terapi bedah refraksi ini sedang dalam pengembangan, terpi
pembedahan yang mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser
thermal keratoplasty, automet lamellar keratoplasty, spiral hexagonal
keratotomy, Excimer laser dan ekstrasi lensa diganti dengan intraocular
lens, akan tetapi pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi
terhadap hipermetropia
2.3.4 Prognosis Hipermetrop
Hipermetrop fisiologis tidak progresif dengan koreksi optik yang
baik akan membuat pandangan semakin jelas dan penglihatan nyaman.
20
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang perempuan 48 tahun datang ke poli mata RSUD Raden Mattaher
jambi dengan keluhan penglihatan kabur sejak 5 tahun yang lalu dan bertambah
berat sejak 1 minggu terakhir. terasa kabur,mata kanan lebih kabur dari pada mata
kiri dan dan mata kanan berair lebih banyak dari mata kiri, kepala terasa pusing
kalau membaca dan apabila melihat pagi penderita mersa terang, melihat siang
hari terasa silau,pandangan berawan,secret lebih banyak dari pada biasa.
Pada pemeriksaan anamnesis didapatkan keluhan penglihatan kabur 1
tahun yang lalu penglihatan semakin terasa kabur, mata kanan lebih kabur dari
pada mata kiri dan dan apabila melihat pagi penderita merasa terang, melihat
siang hari terasa silau,pandangan seperti berasap atau berkabut, berdasarkan usia
pasien ini katarak, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak pada
pasien ini adalah katarak senilis.
Dari pemeriksaan optalmologi tampak sebagian pupil keruh atau iris
shadow positif test (+) dari pemeriksaan ini disimpulkan pasien ini termasuk
stadium imatur
Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik, tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernafasan dalam batas normal. Dari pemeriksaan visus dasar VOD
1/60 Ph tidak maju,setelah di operasi 6/60 dan VOS: 6/15 Setelah di koreksi
dengan lensa speyhris +1,00 6/6, sehingga kemungkinan pasien mengalami
kelainan refraksi yaitu hipermetrop
Pergerakan bola mata versi dan duksi baik. Dari pemeriksaan eksternal
tampak kornea jernih, bilik mata depan dangkal, kripta iris normal, pupil isokor,
bentuk bulat dengan diameter 3 mm, lensa OD tampak keruh dan iris shadow +
Dari uraian diatas maka diagnosis katarak sinilis imatur OD karena
berdasarkan keluhan semakin lama semakin kabur, penderita merasa pandangan
21
seperti berasap dan berkabut, penglihatan dan hipermetrop OS hal ini ditegakan
berdasarkan keluhan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah di jelaskan.
Pada penatalaksanaan dilakukan operasi katarak : yaitu : ECCE, ICCE,
Facoemulsification, SICS, (Small Incision Cataract Surgery) +IOL karena untuk
memperkesil risiko komplikasi post operasi katarak dan penambahan IOL untuk
mengurangi penggunaan kacamata dengan speris terlalu tinggi, dan untuk
prognosis nya
Mata kanan
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Mata kiri
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam.
22
Daftar Pustaka
1. Ilyas,Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hal : 8-9,200-12
2. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-6. Jakarta.1993.Hal190-200
3. Anonim. 2010. Cataract. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Cataract , tanggal 28-juni-2013
4. Ilham. 2006. Epidemiologi Katarak. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI-KATARAK , tanggal 28 juni 2013
5. Over J, cassdy L. Optahlmology at glance. Hongkong: SNP Best-set typesetter.Ltd;2005. P39-9
6. Vaughan DG, Asbury Teva PR. Optalmologi Umum. Ed 17, Jakarta:widya medika 2004. Hal:169-175
7. Ocampo, V.V.D. 2009. Cataract, Senile: Differential Diagnosis and Workup. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview , tanggal 29-juni 2013
8. Razi. 2011. Katarak Senilis. Diakses dari http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/ , tanggal 29 juni 2013
9. Said. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Diakses dari http://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf , tanggal 29-juni 2013
10. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga. 2005
11. Katarak Senilis diakses dari http://www.sciencephoto .com/image/256584 /large/
M1550179) tanggal 29-juni 2013
23