bab i adsorpsi
DESCRIPTION
adsorpsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu jenis polutan yang banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan
lingkungan adalah logam berat. Pembuangan limbah terkontaminasi oleh logam berat ke
dalam sumber air bersih (air tanah atau air permukaan) menjadi masalah utama pencemaran
karena sifat toksik dan tak terdegradasi secara biologis (non biodegradable) logam berat.
Jenis logam berat yang tergolong memiliki tingkat toksisitas tinggi antara lain adalah Hg, Cd,
Cu, Ag, Ni, Pb, As, Pb, As, Cr, Sn, Zn, dan Mn [1-3]. Salah satu sumber polutan logam berat
adalah limbah cair laboratorium, misalnya limbah cair dari residu analisis parameter chemical
oxygen demand (COD).
Limbah cair ini memiliki nilai pH ekstrem rendah (∼1,4) dan kadar logam berat
terlarut sangat tinggi (konsentrasi Hg: 77,6-392 mg/L). Limbah cair ini hingga saat ini belum
mendapat perhatian yang memadai. Dari sisi jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu
laboratorium umumnya memang relatif sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar berat oleh
berbagai jenis bahan kimia toksik. Secara kolektif dan dalam kurun waktu yang lama dapat
berdampak nyata pada lingkungan apabila tidak dikelola secara memadai. Karena sifatnya,
limbah laboratorium tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun/B3 dan
memerlukan penanganan secara khusus. Akan tetapi, dalam prakteknya limbah cair
laboratorium hingga saat ini belum dikelola sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Limbah
cair laboratorium sering dibuang langsung ke saluran drainase tanpa pengolahan yang
memadai.
Berdasarkan fenomena diatas dilakukan percobaan untuk pengolahan limbah cair
laboratorium dengan metode adsorpsi dengan kabon aktif, mencakup kondisi proses, tingkat
penyisihan dan kualitas hasil olahan yang dapat dicapai. Meskipun teknik penyisihan logam
berat dengan metode presipitasi dan adsorbsi telah banyak dikenal, tetapi informasi dari
penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengelolaan limbah cair laboratorium.
1.2 Tujuan
a. Menentukan laju alir optimum pada proses absorpsi limbah cair laboratorium oleh
karbon aktif.
b. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap pH.
c. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap kekeruhan.
d. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap TDS.
e. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap DHL.
1.3 Ruang Lingkup
a. Air baku sampel yang digunakan dalam proses absorpsi adalah limbah cair
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
b. Adsorben yang digunakan adalah karbon aktif.
c. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cair Laboratorium
Polutan yang banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan adalah
logam berat. Pembuangan limbah terkontaminasi oleh logam berat ke dalam sumber air
bersih (air tanah atau air permukaan) menjadi masalah utama pencemaran karena sifat toksik
dan tak terdegradasi secara biologis (non biodegradable) logam berat. Jenis logam berat yang
tergolong memiliki tingkat toksisitas tinggi antara lain adalah Hg, Cd, Cu, Ag, Ni, Pb, As, Pb,
As, Cr, Sn, Zn, dan Mn [1-3]. Salah satu sumber polutan logam berat adalah limbah cair
laboratorium, misalnya limbah cair dari residu analisis parameter chemical oxygen demand
(COD).
Limbah cair ini memiliki nilai pH ekstrem rendah (∼1,4) dan kadar logam berat
terlarut sangat tinggi (konsentrasi Hg: 77,6-392 mg/L). Limbah cair ini hingga saat ini belum
mendapat perhatian yang memadai. Dari sisi jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu
laboratorium umumnya memang relatif sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar berat oleh
berbagai jenis bahan kimia toksik. Secara kolektif dan dalam kurun waktu yang lama dapat
berdampak nyata pada lingkungan apabila tidak dikelola secara memadai. Karena sifatnya,
limbah laboratorium tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun/B3 dan
memerlukan penanganan secara khusus. Akan tetapi, dalam prakteknya limbah cair
laboratorium hingga saat ini belum dikelola sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Limbah
cair laboratorium sering dibuang langsung ke saluran drainase tanpa pengolahan yang
memadai.
Karakteristik limbah yang akan diadsorpsi
2.2 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi
terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
Macam adsorben
Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Luas permukaan adsorben
Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Temperatur
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun
gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu.
Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan
zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat
dalam larutan adalah arang aktif.
Mekanisme adsorpsi
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia-fisika antara substansi dengan penyerapanya. Proses perlekatan dapat saja terjadi
antara cairan dan gas, padatan, atau cairan lain.
Adsorpsi fisik terjadi karena adanya ikatan Van der waals, dan bila ikatan tarik antar
molekul zat terlarut dengan zat penyerapnya lebih besar dari ikatan antara molekul zat
terlarut dengan pelarutnya maka zat terlarut akan dapat diadsorpsi (Reynold, 1982).
Sedangkan adsorpsi kimia merupakan hasil dari reaksi kimia antara molekul adsorbat
dan adsorban dimana terjadi pertukaran elektron (Benefield, 1982).
Adsorpsi terhadap air buangan mempunyai tahapan proses seperti berikut (Benefield, 1982):
1. Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorban.
2. Difusi adsorbat melalui lapisan film (film diffusion).
3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorban (proses pore diffusion)
4. Adsorbsi adsorbat pada permukaan adsorban.
2.3 Arang aktif
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi,
sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,
dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar.
Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Komposisi arang aktif terdiri dari silika
(SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu.
Faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah :
1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga
menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
2. Adanya permukaan yang luas (300 – 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga
mempunyai kemampuan daya serap yang besar.
Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini :
JENIS PERSYARATAN
Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C Maks. 15%
Air Maks. 10%
Abu Maks. 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan Min. 20%
2.4 Mekanisme adsorpsi pada arang aktif
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam
keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan zat-
zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit akan
diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan
yang bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman
atau sifat kebasaan larutan.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme adsorpsi adalah agitasi, karakteristik karbon
akitif, ukuran molekul adsorbat, pH larutan, temperatur dan waktu kontak (Benefield, 1982).
1. Agitasi
Jika agitasi yang terjadi antara partikel karbon dengan cairan relatif kecil, permukaan film
dari liquid sekitar partikel akan menjadi tebal dan difusi film akan terbatas.
2. Karakteristik karbon Aktif
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik terpenting dari karbon aktif
sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorpsi yang terjadi ;
tingkat adsorpsi meningkat seiring mengecilnya ukuran partikel. Tingkat adsorpsi untuk
karbon aktif powder lebih cepat dari pada granular. Total kapasitas adsorpsi tergantung
pada total luas permukaan dimana ukuran partikel karbon tidak berpengaruh besar pada
total luas permukaan karbon.
3. Ukuran molekul Adsorbat
Ukuran molekul merupakan bagian yang penting dalam adsorpsi karena molekul harus
memasuki micropore dari partikel karbon untuk diadsorpsi. Tingkat adsorpsi biasanya
meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran molekul dari adsorbat.
4. pH
pH mempunyai pengaruh yang sangat besar pada proses adsorpsi, karena pH menentukan
tingkat ionisasi larutan. Asam organik dapat diadsorpsi dengan mudah pada pH rendah,
sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH tinggi. Pada umumnya, adsorpsi bahan
organik dari air limbah meningkat seiring dengan menurunnya pH (Culp,RL dan Culp,
GL, 1986). Pada pH rendah, jumlah ion H+ lebih besar; dimana ion H+ tersebut akan
menetralisasi permukaan karbon aktif yang bermuatan negatif, sehingga dapat
mengurangi halangan untuk terjadinya difusi organic pada pH yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pada pH tinggi, jumlah ion OH- berlimpah, sehingga menyebabkan proses
difusi bahan-bahan organik menjadi terhalang (RaniSahu,www.GISdevelopment.net). pH
optimum untuk proses adsorpsi harus didapat dari tes laboratorium.
3. Suhu
Tingkat adsorpsi akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan akan menurun dengan
menurunnya suhu. Tapi jika reaksi-reaksi adsorpsi yang terjadi adalah eksoterm, maka
dari itu tingkat adsorpsi umumnya meningkat sejalan dengan menurunya suhu.
4. Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya
adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan
karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Turbidimeter
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang
biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan. PrinsipAlat akan
memancarkan cahaya pada media atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap,
dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang menembus media akan
diukur dan ditransfer kedalam bentuk angka. Jenis turbidimeter yang digunakan adalah
portable turbidimeter, dimana terdapat tabung cell yang berfungsi sebagai tempat
pengukurannnya.
Gambar 3.1.1 Alat turbidimeter
2. pH meter
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda
gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca
akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif,
elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hydrogen
atau diistilahkan dengan potential of hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik
dibutuhkan suatu elektroda pembanding.
Gambar 3.1.2 pH meter
3. Conduktivity meter
Alat ini berfungsi untuk mengukur konduktifitas cairan dengan kemampuan
pengukuran dari 0.1 μS/cm hingga 199.9 mS/cm.
Gambar 3.1.3 conduktivity meter
3.1.2 Bahan
Nama Bahan
Karbon AktifAir sungai
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Backwash Arang Aktif
Buka keran outlet dari menara, dan
hubungkan dengan selang air
Nyalakan air keran, dan biarkan sampai memenuhi menara
Lakukan backwash selama 15 menit
Tampung air backwash
3.2.2 Proses Adsorpsi
Mengukur pH , TDS, DHL dan NTU dari
efluen
Mengambil air hasil adsorpsi tiap 5
menit sekali
Mengalirkan air limbah kedalam kolom unggun
Membuka kran outlet bak umpan ¼
putaran
Membuka kran outlet bak umpan ¼
putaran
Mengisi bak umpan dengan air sungai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN