bab i - boiliu's – kerjakanlah semua yang dapat kau ... · web viewmethedeuo...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliatian Kehadiran manusia dalam dunia merupakan suatu “modus ada”. Sehingga dengan memahami dan mengerti manusia sebagai “modus ada” merupakan suatu langkah maju dalam pemenuhan syarat bagi basis ontologi. Manusia merupakan suatu realitas “ada” bahkan sebagai orientasi kepada metafisika. Selain manusia sebagai “ada” maka di tengah-tengah manusia sebagai “ada” maka ada “ada-ada” yang lain. Untuk membuka simpul “ada- ada” tersebut atau untuk mendapatkan jawaban mengenai “ada- ada” tersebut, manusia sebagai “ada” yang representatif dalam memberikan jabawan. Bahkan “ada-ada” tersebut diberi predikat oleh manusia atau diberi makna dan nilai oleh manusia. Apakah pemberian nilai dan makna itu adalah karena manusia adalah subjek? Filsuf-filsuf eksistensialisme, seperti Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, E. Levinas dan G. Mercel, memahami hubungan

Upload: vokhanh

Post on 17-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peneliatian

Kehadiran manusia dalam dunia merupakan suatu “modus ada”. Sehingga

dengan memahami dan mengerti manusia sebagai “modus ada” merupakan suatu

langkah maju dalam pemenuhan syarat bagi basis ontologi. Manusia merupakan suatu

realitas “ada” bahkan sebagai orientasi kepada metafisika. Selain manusia sebagai

“ada” maka di tengah-tengah manusia sebagai “ada” maka ada “ada-ada” yang lain.

Untuk membuka simpul “ada-ada” tersebut atau untuk mendapatkan jawaban

mengenai “ada-ada” tersebut, manusia sebagai “ada” yang representatif dalam

memberikan jabawan. Bahkan “ada-ada” tersebut diberi predikat oleh manusia atau

diberi makna dan nilai oleh manusia. Apakah pemberian nilai dan makna itu adalah

karena manusia adalah subjek?

Filsuf-filsuf eksistensialisme, seperti Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, E.

Levinas dan G. Mercel, memahami hubungan subjektif dan dunia infrahuman sebagai

hubungan yang memberi arti. Dalam artian infrahuman menerima arti dari subjek.

Manusia (dasein) selalu ada di dunia (welt as mitsein) dan bersama-sama dengan

orang lain (mit-dasein). Manusia memelihara (besorgen) semua infrahuman sehingga

bukan hanya berkedudukan terisolir (vorhanden) melainkan diberi arti dan nilai di

dalam pergaulan dan hubungan/zuhanden. Pemberian arti itu oleh karena keberadaan

atau eksistensi dan kesadaran manusia yang khas di tengah-tengah dunia infrahuman.

Page 2: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Dengan manusia menjadi orientasi kepada metafisika tentu manusialah yang

dapat memikirkan tenatang dirinya sebagai modus ada dan “ada-ada yang lain”.

Sekalipun “ada-ada yang lain” ada namun tidak dapat sadar tentang dirinya sebagai

suatu “modus ada”. Hal seperti inilah mendorong orang untuk bertanya apakah

manusia memiliki kecukupan “ada” sehingga kepada manusialah kita harus bertanya

bahkan untuk mendapatkan jawaban dan mengapa tidak kepada “ada yang lain”?.

Dalam hal ini “Tuhan” sebagai “Ada khusus atau special being” dikurung untuk

sementara dalam konteks ini. Mengapa manusia dan bukan “ada yang lain (selain

Tuhan) yang kita jadikan sebagai titik pangkal dalam bermetafisika?.

Di sini manusia harus dilihat sebagai suatu modus ada sehingga tidak ada

spekulasi yang muncul mengenai manusia. Dalam eksistensinya, manusia hadir

sebagai makhluk yang secara representatif memenuhi unsur material dan spiritual.

Dalam unsur material manusia sama dengan makhluk yang lain namun unsur spiritual

merupakan suatu realitas unsur yang tak terbantahkan dan dimiliki oleh manusia

sekaligus menjadi faktor pembeda dari makhluk yang lain. Unsur ini membuat

manusia berbeda secara tajam dengan “yang lain”. Ernest Cassirer berkata manusia

adalah animal simbolikum artinya manusia ialah binatang yang mengenal simbol,

misalnya adat-istiadat, kepercayaan dan bahasa. Inilah kelebihan manusia jika

dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat

mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal

tanda dan bukan simbol. Sedangkan Aristoteles menyebut manusia sebagai animal

Page 3: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

rationale artinya manusia ialah binatang yang mempunyai rasio, zoon politikon, dan

"makhluk hylemorfik", artinya makhluk yang teridiri dari materi dan bentuk-bentuk.

Dalam keberadaannya atau eksistensinya, manusia sebagai modus ada

menerima makna dari “Ada khusus” dan sebaliknya manusialah yang bertanya tentang

“Ada khusus” itu. Kecukupan manusia sebagai “ada” memungkinkan untuk

mengetahui, menerangkan dan mendeskripsikan “ada yang lain” bahkan dirinya.

Namun, ketika hendak menerangkan, mengetahui atau mendeskripsikan “dirinya atau

self existence” tidaklah mudah.

Untuk mengungkap hal tersebut atau dengan kata lain untuk menganalisisnya

maka diperlukan metode. Metode yang dipergunakan adalah metode fenomenologis.

Joko Siswanto dalam bukunya “Metafisika Sistematik” mengatakan bahwa “untuk

membongkar atau menganalisis struktur eksistensial ini metode yang digunakan

adalah metode “fenomenologi eksistensial”1yang baginya metode ini sama dengan

atau identik dengan “lingkaran hermeneutis”.2Metode fenomenologi digunakan untuk

mengungkap makna dan hakikat tetapi di manakah kita menemukan makna dan

hakikat fenomena itu?. Slogan yang biasanya diungkapkan oleh penganut paham

fenomenologi adalah zu den sachen lebst artinya terarah kepada benda itu sendiri.

Dalam keterarahan kepada benda tersebut maka benda itu sendirlah yang akan

mengungkapkan dirinya sendiri; yang terungkap melalui fenomen-fenomen.

1 Joko, Siswanto, Metafisika Sistematik, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2004), hlm. 46.2 Ibid

Page 4: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Dalam konteks ini, tentu manusia tidaklah sama dengan benda. Tetapi metode

yang digunakan untuk mengungkap eksistensi manusia adalah sama. Manusia adalah

manusia yang tidak terlepas dari dunia bahkan dari manusia yang lain. Dalam

perkataan yang lain manusia terbuka bagi dunia dan manusia lain (sesamanya).

Dengan adanya keterbukaan tersebut sangat diperlukan “kepekaan, pemahaman dan

komunikasi” maka sangat memungkinkan bila muncul rasa senang, kecewa, dan lain-

lain. Ini merupakan suasana batin. Suasana batin tersebut kita menangkapnya melalui

fenomen-fenomen untuk membangun pemahaman (verstehen) kita.

Sekalipun demikian untuk mendapatkan sesuatu yang asali, kita harus sedikit

tidak menghiraukan atau dengan perkataan lain tidak berhenti sampai pada apa yang

kita tangkap dalam fenomena itu melainkan menerobos batas-batas fenomena

sehingga di sana kita menemukan “apa adanya dalam dirinya” apa yang ada dihadapan

kita. Keterarahan kepada benda itu sendiri tidak secara langsung membuat fenomena

itu mengungkapkan hakikatnya. Edmund Husserl menyebut tahap ini sebagai the first

look. Bagi Husserl3, bila pengamatan pertama tidak sanggup membuat fenomena itu

mengungkapkan hakikatnya maka diperlukan pengamatan kedua atau the second look.

Pengamatan kedua ini disebut pengamatan “intuitif”. Pengamatan intuitif sendiri harus

melewati tiga tahap reduksi, yakni reduksi fenomenologis, eidetis, dan transendental.

Inilah metode pendekatan yang dikemukakan Edmund Husserl berkaitan dengan

pendekatan dalam mengungkap hakikat fenomena. Pemikiran Husserl sendiri cukup

mempengaruhi pemikiran para eksistensialis.

3 Jan, Hendrik, Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 119.

Page 5: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Eksistensialisme berupaya untuk memahami manusia dalam cara beradanya

yang khas di antara benda-benda sebab benda-benda tidak bereksistensi. Pemahaman

(verstehen) manusia atas dirinya adalah dikarenakan ia dapat keluar (Latin : existere;

dalam istilahnya Heidegger adalah dasein) dari dirinya. Untuk berhasil dalam

memahami “berada” itu dan dalam hubungannya dengan benda-benda disekitarnya

maka harus dipergunakan metode fenomenologis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah manusia memiliki kecukupan “ada” sehingga kepada

manusialah kita harus bertanya bahkan untuk mendapatkan

jawaban mengenai ada dan mengapa tidak kepada “ada yang

lain”?.

2. Bagaiamana menganalisis struktur eksistensial manusia?

3. Dapatkah kita berspekulasi tentang manusia?

C. Tujuan Penelitian

Page 6: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Dalam penulisan ini, penulis mempunyai beberapa tujuan di antaranya, sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan metode fenomenologi eksistensial.

2. Menjelaskan hubungan kecukupan manusia sebagai modus ada.

3. Menguraikan tentang eksistensi manusia.

D. Manfaat Penelitian

Manusia sebagai makhluk bereksistensi dan dalam eksistensinya berbeda

dengan benda-benda yang lain atau makhluk yang lain. Maka dari itu manusia harus

ditempatkan dalam cara beradanya yang khas di tengah-tengha makhluk lainnya,

dengan tidak melihatnya melulu sebagai objek.

Sebagai subjek, manusia memberi arti kepada yang lain. Manusia merupakan

makhluk yang berbeda secara tajam dengan makhluk lain. Makhluk lain tidak

bereksistensi. Makhluk lain tidak sadar tentang dirinya, tidak mengambil distansi

terhadap “yang lain”. Manusia sebagai subjek dapat mengetahui (jika memang tahu)

tentang diri dan subjek yang lain sebagai “ada khusus” yang dapat berpikir (cogito)

tentang “ada khusus yang lain” termasuk Tuhan.

E. Hipotesis

Hipotesis diambil dari istilah Yunani yakni dari akar kata hypo artinya di

bawah dan thihenai berarti meletakan. Hipotesis berarti suatu pengandaian. Yang

dalam penelitian menunjuk pada penjelasan ataupun jawaban sementara, dan baru

Page 7: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

akan mendapatkan jawaban yang permanent yang tinggal tergantung pada derajat

konfirmasinya yang kelak diterima sebagai sebuah teori baru atau tesis baru.

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa “jika metode fenomenologi

diterapkan dengan sebagai suatu pendekatan maka akan memperoleh hasil dari analisis

terhadap struktur eksistensi manusia”.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian filsafati dengan manusia sebagai objek

material. Dalam hal ini obyek penelitian di fokuskan pada filsafat manusia yang di

dalamnya eksistensi manusia diteliti dengan pendekatan tertentu. Pendekatan yang

dipergunakan adalah pendekatan dengan menggunakan metode femenomenologi.

Penelitiani ini akan berkutat disekitar metode fenomenologi sebagai

pendekatan dalam menganalisis struktur eksistensial manusia. Metode ini dipandang

sebagai metode yang mau menangkap noumenon itu apa adanya melalui fenomena.

Secara simpel ruang lingkup penelitian ini akan berada dalam area fenomenologi dan

eksistensi manusia. Pengungkapan eksistensi manusia akan dilakukan melalui metode

fenomenologi.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yakni

menggunakan literatur-literatur sebagai sumber kajian. Maksud dari metode deskriptif

adalah penulis akan mendeskripsikan mengenai metode fenomenologi sebagai suatu

Page 8: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

pendekatan. Adapun prosedur dari penelitian ini adalah mengumpulkan data-data

melalui literatur-literatur (studi kepustakaan) yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti. Selanjutnya data-data atau literatur-literatur yang ada diolah sesuai

dengan disiplin ilmu yang ada yakni filsafat manusia.

H. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpengertian ataupun dualisme arti mengenai istilah

istilah dalam judul tesis ini, maka di bawah ini penulis akan menjelaskan istilah-istilah

yang terdapat dalam judul tesis ini.

1. Metode

Istilah metode berasal dari bahasa Gerika, yang diambil dari kata methedeuo

artinya mengikuti jejak; menyelidiki dan meneliti. Methedeuo berasal dari kata

methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”. Sehingga

metode (Inggris. Method; Latin: methodus; Yunani: methodos) berarti cara atau jalan

yang dipergunakan dalam mendekati bidang pengetahuan tertentu secara metodis.

Metode memiliki sistem (Yunani: synistanai; syn berarti dengan dan istanai berarti

menempatkan) dan setiap sistem harus koheren, kongruen dan koresponden.

Lorens Bagus4 dalam Kamus Filsafatnya mengatakan bahwa hakikat ilmu

terbentuk dari metode dan sistem. Sistem bersangkut paut dengan isi ilmu sedangkan

metode berkaitan dengan aspek formalnya. Sehingga ia menyimpulkan bahwa “sistem

4 Lorens, Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm.635.

Page 9: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

berarti keseluruhan pengetahuan yang teratur atau totalitas isi dari ilmu”.5 Jadi, metode

berarti “cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu”.6Dengan demikian untuk

mendapatkan kesimpulan yang benar mengenai objek –penelitian tertentu maka

metode yang dipergunakan haruslah tepat. Sebab ketidaktepatan penggunaan metode

dapat menimbulkan distorsi dan bahkan tidak hanya kekeliruan melainkan kesimpulan

atau hasil yang diperolehpun kemungkinan besar dipertanyakan.

2. Fenomenologi

Secara literer istilah fenomenologi terbentuk dari dua kata Yunani yakni

phainomenon dari akar kata phainomai yang berarti ”menampakan diri” (berbeda

dengan: Yunani: noumenon inti atau hakekat dari “ada”) dan logos berarti “kata,

perkataan, ilmu”. Fenomenologi berarti ilmu tentang penampakan. Dengan kata lain

“ilmu yang menampakkan diri ke pengalaman subjek”.7 Fenomenologi adalah sebuah

studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.

Fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu

yang mempelajari arti daripada fenomena. Istilah yang lasim pergunakan adalah:

1. Gejala.

2. Hal-hal mistik atau klenik, dan

3. Fakta, kenyataan, kejadian.

5 Ibid.6 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), hlm. 41.7 Donny, Gahral, Adian, Percik Pemikiran Kontemporer, (Jakarta: Jalasutra, 2006), hlm.139.

Page 10: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Fenomenologi juga merupakan “ilmu tentang gejala atau ilmu tentang menjadi (the

science of phenomena, as distinct from ontology or the science of being). Sedangkan

dalam turunan kata sifat (adjektif), fenomenal berarti sesuatu (gejala, penampakan

dan kejadian) yang luar biasa.

Fenomenologi merupakan metode juga dapat disebut sebagai filsafat. Sebagai

metode, fenomenologi menolong para fenomenolog untuk menangkap apa yang

digejalakan oleh “sesuatu” secara teliti. Pendekatan ini tidak harus melalui

pengideraan melainkan “fenomen dapat juga dilihat atau ditilik secara rohani, tanpa

melewati indera”.8Metode fenomenologi mengetengahkan tahap-tahap yang harus

diambil untuk sampai pada fenomena yang murni. Misalnya, metode fenomenologi

Edmund Hesserl. Metode Hesserl diawali dengan reduksi fenomenologis, diikuti

dengan reduksi eidetis (eidos = esensi) dan diakhiri dengan reduksi transendental.

Sebagai filsafat, fenomenologi mencoba menggapai “sesuatu” tanpa didahului

oleh presuposisi. “Tak peduli apakah itu konstruksi filsafat, sains, agama dan

kebudayaan, semuanya harus dihindari sebisa mungkin”.9Sebab fenomenologi mau

mengembalikan filsafat ke penghayatan sehari-hari subjek. Juga merupakan disiplin

yang revolusioner. Edmund Hesserl disebut-sebut sebagai founder dari fenomenologi.

Meskipun akhirnya fenomenologi Hesserl tidak diikuti namun telah menghasilkan

varian dalam filsafat fenomenologi” Martin Heidegger dengan fenomenologi

eksistensial dan Maurice Merleau Ponty dengan fenomenologi persepsi. Perbedaan

8 Harun, Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm.140.9 Aldian, op.Cit, hlm. 140.

Page 11: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

pandangan Husserl dengan Heidegger dan Merleau Ponty adalah pada “konsep ego

transendental”. Bagi Heidegger dan Ponty manusia justru menemukan dirinya dalam

dunia kehidupan (lebenswelt) bukan di luar lebenswelt atau transendental.

3.Eksistensial

Eksistensi sering diartikan atau dimengerti sebagai “keberadaan”. Hanya istilah

“keberadaan” di sini berbeda ketika digunakan dalam disiplin filsafat. Istilah eksistensi

digunakan secara khusus dalam cara berada manusia yang khas. Mengapa demikian

karena berada-nya manusia berbeda dengan berada-nya pohon, hewan, dan lain

sebagainya. Sebab yang mengalami diri sebagai yang bereksistensi bahkan sadar

bahwa dirinya makhluk yang disebut “manusia”. Pada hewan, misalnya anjing tentu

“anjing tidak sadar tentang keanjingan-nya”. Berbeda dengan manusia yang sadar

betul akan “kemanusiaan-nya” maka dari itu ia disebut makhluk yang bereksistensi.

Bahkan tidak ada yang lain, yang dapat meyakinkan dirinya bahwa ia adalah manusia

melainkan “ia yakin dalam dirinya sendiri” bahwa ia bereksistensi dan ia adalah

manusia. Ia bahkan menguji dirinya, mempertanyakan tentang asal kehidupannya dan

akhir kehidupannya. Dalam istilah yang lain ia dapat berpikir (animal rationale) mulai

dari titik Alfa kehidupan hingga titik Omega kehidupan. Dalam lebenswelt, manusia

sebagai animal rationale, tidak hanya cogito ergo sum (aku tidak hanya memikirkan

diri sebagai ada) melainkan juga cogito aliquid (aku memikirkan “sesuatu”).

Page 12: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Dari apa yang dikatakan di atas maka secara etimologis “eksistensi (Latin:

existentia)”. Istilah ini merupakan gabungan dari dua akar kata (Latin) yakni “ex”

artinya “keluar” dan “sistentia atau sistere” artinya “berdiri”10. Existentia berarti

keluar dari diri atau tampil keluar. Di dalam tampil keluar inilah manusia dapat

mengambil atau membuat distansi sehingga dapat mengevaluasi diri ataupun

merefleksi (Latin: reflectere: “re” artinya kembali dan “flectere” berarti melengkung

ke belakang) diri. Ferguson11mendefinisikan eksistensialisme sebagai sesuatu

pengalaman yang di alami secara langsung (experienced directly). Pengalaman itu

adalah pengalaman pribadi (diri mengalami sesuatu secara sendiri; pengalaman “Aku-

ku”). Dalam The World Book 2005, dikatakan eksistensilisme merupakan sebuah

filsafat yang memandang hidup manusia sebagai suatu kenyataan di mana dirinya

mengalami ”sesuatu” secara pribadi dan apa yang dialami secara pribadi

dipertanggungjawabkan secara pribadi pula dan hal itu ia buat untuk dirinya ( a

philosophy holding that reality consists of living and that man makes himself what he

is and is responsible personally only to himself for what he makes himself).

Eksistensi sendiri berbeda dengan esensi. Dalam bahasa Latin istilah esentia

memiliki kesepadanan arti dengan istilah ousia dalam bahasa Yunani yang artinya

ada. Esensi adalah “apa yang membuat sesuatu menjadi apa adanya”.12Dalam hal ini

esensi mengacu pada permanenitas sesuatu dan berlawanan dengan sesuatu yang

temporal, berubah-ubah atau fenomenal. Eksistensi tidak sama arti dengan esensi dan

10 Bagus, op. cit. hlm. 183.11 S.B, Ferguson, New Dictionary of Theology, (London: Inter Versity Press, 1970), hlm. 243.12 Bagus, op. cit. 215.

Page 13: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

aksidensi. Arti yang luar dari aksidensi adalah segala sesuatu yang ditambahkan pada

substansi. Fungsinya sebagai determinasi (untuk mendeterminir atau membatasi) lebih

lanjut terhadap substansi (Latin: substantia artinya bahan, hakikat, zat, isi. Dari kata

sub berarti “di bawah” dan stare berarti “berdiri atau berada”). Aksiden

membutuhkan substansi untuk melekat. Istilah da sein (da artinya “di sana” dan sein

berarti “berada”) menurut Heidegger sama dengan istilah eksistensi.

4. Struktur

Zain Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengartikan struktur

sebagai “susunan, bentuk (an), bangunan …”.13Sedangkan Poerwadarminta

mengartikannya sebagai “cara bagaimana sesuatu disusun …”.14Peter Salim

mencontohkan seperti “susunan tulang hewan mamalia (bone structure of a

mamal)”.15Secara khusus bagi manusia, manusia memiliki struktur anatomi tersendiri

baik secara material maupun non material.

Dalam kaitannya dengan pokok kajian ini maka kita dapat melihat fenomena

yang ditampakkan melalui yang material. Namun, apa (fenomena) yang terlihat pada

tubuhnya (his/her body) tidak kita pahami secara parsial melainkan secara totalitas

sebagai “Aku yang sedang mengalami dirinya”. Misalnya, seseorang ketika marah.

Kemarahan itu terjadi dalam dirinya “mungkin ia sedang mengalami sesuatu yang 13 Zain, Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 1357.14 W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 965.15 Peter, Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, Six Edition, (Jakarta: Modern English Press, 1991), hlm. 1949.

Page 14: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

tidak sesuai seperti yang dia kehendaki”. Orang lain tahu bahwa ia marah adalah

melalui penampakan yang ditampakkan melalui tubuhnya (menunjukkan warah seram,

memukul sesuatu, dan lain-lain).

5. Manusia

Manusia, man (Inggris); anthropos (Yunani); dan homo (Latin)? Arti dasar dari

kata man (Inggris) tidaklah jelas. Menurut Lorens Bagus pada dasarnya kata ini bisa

dikaitkan dengan kata mens (Latin) yang berarti “ada yang berpikir”.16Istilah

Anthropos pada umumnya diartikan sebagai manusia. Arti yang lain adalah “seseorang

yang melihat ke atas”17 yang dalam perkembangannya merujuk pada arti “wajah

manusia”. Hanya istilah Latin homo yang paling tidak memberi arti yang jelas yakni

“orang yang dilahirkan di atas bumi”.18

Di atas adalah arti manusia secara etimologis. Namun, siapakah manusia? Ada

banyak defenisi yang dikenakan pada manusia, di antaranya:

1. J.P Sartre mendefiniskan manusia sebagai “Nol yang me-nol-kan”, pour soi

yang bukan merupakan objek melainkan subjek dan yang dari kodratnya bebas.

2. Cassirer memandang manusia sebagai animal sombolicum

3. Ortega y Gasset memandang manusia secara terbalik bahwa manusia tidak

mempunyai kodrat tetapi sejarah.

4. Plato, manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak dan

nafsu-nafsu.

16 Ibid. 565.17 Ibid.18 Ibid.

Page 15: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

5. Aristoteles dengan definisi klasiknya memandang manusia sebagai animal

rationale.

6. Agustinus memandang manusia sebagai kesatuan jiwa dan badan yang telah

ternoda oleh dosa warisan.

7. Filsafat masa kini memandang manusia sebagai animal loquens. Sebagai

makhluk yang berbicara maka ia harus belajar bicara.

Keanekaragaman pandangan dan definisi manusia dikarenakan manusia merupakan

makhluk yang multidimensional, makhluk yang paradoksal dan makhluk yang

dinamis. Sehingga manusia dirumuskan sebagai “an ethical being, an aesthetical being

a metaphysical being, a religious being”.19Definisi-definisi ataupun pandangan-

pandangan mengenai manusia kadang berat sebelah sehingga dianjurkan materialisme

antropologis dan spitualisme antropologis.

I. Sistematika Penulisan.

Adapun sistematika dari penulisan ini adalah:

Bab satu: Perndahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, ruang lingkup penelitian, metode

penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab dua merupakan landasan teori yang menguraikan tentang filsafat manusia, metode

fenomenologi dan filsuf-filsuf fenomenologi dan eksistensialis.

19 Adelbert, Snijders, Antropologi Filsafat: Manusia Paradoks dan Seruan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 17

Page 16: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Bab tiga memuat struktur eksistensi manusia, hakekat manusia, pertimbangan-

pertimbangan alkitabiah, pertimbangan-pertimbangan filosofis.

Bab empat penggunaan metode fenomenologi sebagai pendekatan dalam menganalisis

struktur eksistensi manusia, yang di dalamnya termuat kecukupan metode

fenomenologi dalam filsafat manusia.

Bab lima, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Page 17: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

I. Skripsi dan Thesis

Soekamto, K.H., Kematian manusia: Suatu Telaah Komparatif Pemikiran Heidegger

dan Injil Yohanes, Yogyakarta: UGM, 2003.

II. Kamus.

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia: 2005.

Badudu, Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1994.

Ferguson, S.B., New Dictionary of Theology, London: Inter Versity Press, 1970.

Newman, Jr. Barclay, M., Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2002.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoensia, Jakarta : Balai Pustaka, 1986.

Salim, Peter, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, Six Edition, Jakarta:

Modern English Press, 1991.

III. Buku-buku

Adian, Donny, Gahral, Percik Pemikiran Kontemporer, Jakarta: Jalasutra, 2005

Rapar, Jan, Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2005.

Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Siswanto, Joko, Metafisika Sistematik, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2004.

Page 18: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Situmorang, Jonar, Filsafat dalam Terang Iman Kristen, Yogyakarta: Andi Offset,

2005.

Salam, Burhanuddin, H. Logika Materiil, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Snijders, Adelbert, Antropologi Filsafat: Manusia Paradoks dan Seruan, Yogyakarta:

Kanisius, 2005.

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Rajawali Pers, Jakarta: 1997.

The World Book 2005 Edition.

METODE FENOMENOLOGI EKSISTENSIAL

SEBAGAI SUATU PENDEKATAN DALAM MENGANALISIS

STRUKTUR EKSISTENSIAL MANUSIA

Page 19: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Proposal

THESIS

Oleh

NOH IBRAHIM BOILIU

NIM : 03 / 081 / FA

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BERITA HIDUPSURAKARTA

SEPTEMBER 2006

Daftar Isi

Bab I : PENDAHULUAN

Page 20: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

A. Latar Belakang Penelitian

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Hipotesis

F. Ruang Lingkup Penelitian

G. Metode Penelitian

H. Definisi Istilah

I. Sistematika Penulisan

Bab II : FILSAFAT FENOMENOLOGI DAN EKSISTENSIALISME

A. Filsafat Manusia

1. Adagium Tentang Manusia Sebagai Ada.

2. Kedudukan Manusia Sebagai Ada Di antara Dunia Infrahuman

3. Hubungan Manusia dengan Dunia Infrahuman

B. Filsuf-filsuf Fenomenologi dan Eksistensialisme

1. Filsuf-filsuf Fenomenologi1.1. Edmund Husserl1.2. Max Scheler1.3. Maurice Merleau Ponty1.4. Jean Paul Sartre

2. Filsuf-filsuf Eksistensialisme

2.1. Martin Heidegger2.2. George Wilhelm Friedrich Hegel2.3. Soren Aabye Kierkegaard

C. Filsafat Fenomenologi dan Eksistensialisme

Page 21: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

Bab III : STRUKTUR EKSISTENSI MANUSIA

A. Struktur Eksistensi Material Manusia

B. Struktur Eksistensi Non-material Manusia

C. Pertimbangan-pertimbangan Alkitabiah Tentang Struktur Eksistensi Material

dan Non-material Manusia.

1. Dikhotomisme2. Trikhotomisme

D. Pertimbangan-pertimbangan Filosofis Tentang Struktur Eksistensi Material

dan Non-material Manusia

1. Dikhotomisme2. Trikhotomisme3. Non-dikhotomisme dan trikhotomisme

Bab IV : PENERAPAN METODE FENOMENOLOGI

A. Kecukupan Metode Fenomenologi

B. Langkah-langkah Pendekatan Metode Fenomenologis

1. Reduksi fenomenologis2. Reduksi Eidetis3. Reduksi Transendental.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

Kepustakaan

Daftar Pustaka

I. Skripsi dan Thesis

Page 22: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

1. Soekamto, K.H., Kematian manusia: Suatu Telaah Komparatif Pemikiran Heidegger dan Injil Yohanes, Yogyakarta: UGM, 2003.

II. Kamus Kamus1. Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia: 2005.2. Badudu, Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1994.3. Ferguson, S.B., New Dictionary of Theology, London: Inter Versity Press,

1970.*4. Newman, Jr. Barclay, M., Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2002.5. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoensia, Jakarta : Balai Pustaka,

1986.6. Salim, Peter, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, Six Edition,

Jakarta: Modern English Press.*

III. Buku-buku1. Abidin, Zainal, Filsafat Manusia, Bandung: Rosda Karya, 2003.2. Adian, Donny, Gahral, Percik Pemikiran Kontemporer, Jakarta: Jalasutra,

2005.*3. Allen, E.L., Existentialism from Within, London: Reoutledge & Kegan Paul

Ltd, 1953.*4. Blackham, H.J. Six Existensialist Thinkers, London: Routledge & Kegan Paul,

1978.*5. Drijarkara, N. Filsafat Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2005.6. Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2005.7. Hamersma, Harry, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia,

1992.8. Heidegger, M., Being and Time, London: translated by J. Macguarrie & E.

Robinson, 1967.*9. Kabanga, Andarias, Manusia Mati Seutuhnya, Yogyakarta: Media Presindo,

2002.10. Leahy, Louis, Siapakah Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2005.11. _________, Manusia di Hadapan Allah, Yogyakarta: Kanisius, 198412. __________, Horison Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 200513. Lechte, John, 50 Filsuf Kontemporer, Yogyakarta: Kanisius, 2005.14. Lujpen W., The Existential Phenomenology, Loucuen: Duquesne Universitas

Press 2966.15. Mc. Carthy, Vincent, A., The Fenomenology of Moods in Kierkegaard, The

Hague/Boston, Martinus Nijhoff, 1978.*16. Panjaitan, Ostina, Manusia Sebagai Eksistensi, Jakarta: Yayasan Sumber

Agung, 1996

Page 23: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”

17. Paulus, Margaretha, Perjumpaan dalam Dimensi Ketuhanan, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2006.

18. Ponty, Merleau., Phenomenology of Perception, London: Colour Smith. Translated by Smith C, 1962.*

19. Rapar, Jan, Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2005.20. Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.21. Siswanto, Joko, Metafisika Sistematik, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,

2004.22. ____________, sistem-sistem Metafisika Barat, Dari Aristoteles sampai

Derrida, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.23. Situmorang, Jonar, Filsafat dalam Terang Iman Kristen, Yogyakarta: Andi

Offset, 2005.24. Suseno, Franz, Magnis, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 2005.25. Salam, Burhanuddin, H. Logika Materiil, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.26. Smith, Linda dan Raeper, William, Ide-ide, Yogyakarta: Kanisius, 2004.27. Snijders, Adelbert, Manusia dan Kebenaran, Yogyakarta: Kanisius, 2006.28. ______________, Antropologi Filsafat: Manusia Paradoks dan Seruan,

Yogyakarta: Kanisius, 2005.29. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Rajawali Pers, Jakarta: 1997.30. Wahana, Paulus, Nilai Etika Aksiologis Max Scheler, Yogyakarta: Kanisius,

2006.31. Spiegelberg, H., The Phenomenological Movement, A Historical Introduction,

1771.*32. Sartre, J.P., Being and Nothingness, New York: Citadel Press (translated by

H.E. Barnes), 1965.*33. White, A.R., Methods of Metaphysics, New York: Croom Helm Ltd.

Provident House, 1987.*34. Warnock, Mary, Existentialism, Oxford: Oxford University Press, 1979.*35. The World Book 2005 Edition.*

Catatan:*. Buku-buku dan Kamus dalam Teks Bahasa Inggris.

Page 24: BAB I - boiliu's – Kerjakanlah semua yang dapat Kau ... · Web viewMethedeuo berasal dari kata methodos dari akar kata meta artinya “dengan” dan “hodos” berarti “jalan”