bab i hanggar
TRANSCRIPT
1
BAB I
BANDAR UDARA
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):
Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan,
instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian
untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura
adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan
kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara
untuk masyarakat”.
|
2
Bagian-bagian dari bandara diperlihatkan pada gambar di bawah Bandara
dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sisi udara dan sisi darat. Gedung-gedung
terminal menjadi perantara antara kedua bagian tersebut.
Gambar 1. Bagian-bagian dari sistem bandara
Sumber: Horonjeff (1994) dan Basuki (1986)
|
3
BAB II
FASILITAS YANG HARUS DISEDIAKAN
PADA BANDAR UDARA
1) Runway (Landasan pacu)
Tanpa yang satu ini, bisa dipastikan (baca: tak akan mungkin)
pesawat dapat mendarat / lepas landas dari dan menuju bandara. Pada
awalnya, permukaan landas pacu adalah rumput atau pun tanah yang
dipadatkan. Akan tetapi, ketika badan pesawat bertambah besar maka yang
lazim digunakan saat ini adalah aspal dan beton. Panjang dan lebarnya pun
bervariasi mulai dari yang panjangnya 1000m hingga 5000m lebih.
Sementara ukuran landas pacu di Indonesia sendiri kurang lebih
3200m x 45m. Dengan ukuran seperti itu, tidaklah cukup untuk didarati
pesawat berbadan lebar seperti Airbus A380. Hanya beberapa bandara saja
di Indonesia yang ukurannya 4000m x 60m. Namun itu cukup wajar
mengingat wilayah Indonesia adalah kepulauan yang sangat membutuhkan
bandara kecil untuk penerbangan perintis.
Ukuran landas pacu pun tidaklah mutlak karena juga dipengaruhi
iklim, semakin tinggi suhu yang berada di sekitar bandara, maka semakin
panjang pula landas pacu yang diperlukan.
Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat.
Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang
dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil,
|
4
landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang
landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal
melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua
(umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara
yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan
lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet
kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara
yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600
meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang
seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara
international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya
lalu lintas.
2) Taxiway
Taxiway adalah jalan yang menghubungkan antara Apron dan
landas pacu. Keberadaannya sangatlah penting karena dengan adanya
taxiway, pesawat dapat berjalan menuju apron dengan aman tanpa
mengganggu pesawat lainnya.
3) Apron (jalan bagian depan bandara)
Apron atau pelataran pesawat adalah tempat dimana pesawat dapat
parkir untuk menaikkan / menurunkan penumpang ataupun mengisi bahan
bakar. Pada bandara internasional, biasanya terdapat garbarata yaitu lorong
yang menghubungkan antara pesawat dan terminal. Antara apron dan
landas pacu, dihubungkan dengan jalan rayap yang disebut taxiway.
|
5
4) Terminal (tempat menunggu penumpang)
Bisa dibilang terminal adalah elemen utama (selain landas pacu)
yang mutlak berada di bandara karena di bangunan inilah calon
penumpang pertama kali menginjakkan kakinya. Di dalam terminal ini,
kita dapat membeli tiket, melakukan check-in, menunggu, dan sebagainya.
Banyak bandara memiliki lebih dari satu terminal yang tiap
terminalnya pun dapat dibagi lagi menjadi bangunan-bangunan yang lebih
kecil yang disebut concourse. Contohnya, ada tiga buah terminal yang
berada di bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu terminal 1, 2, dan 3.
Pembagian pun dilakukan lagi menjadi tiga concourse di tiap terminal
(kecuali terminal 3) yaitu terminal 1a, 1b, 1c, dan terminal 2a, 2b, dan 2c.
Jenis terminal lainnya yaitu terminal satelit yang digunakan di
beberapa bandara. Terminal ini merupakan bagian yang terpisah dari
terminal utama dan hanya dihubungkan oleh jalan penghubung (misal:
jalan bawah tanah). Sehingga pesawat dapat parkir di setiap sisinya.
5) Jalan masuk (akses)
Jalan masuk (akses) yang di maksud adalah jalak masuk dari jalan
raya ke daerah bandar udara. Hal ini sangat penting karena merupakan
akses pengunjung dari luar ke dalam bandar udara.
6) Parkir
Daerah parkir di tujukan untuk kendaraan penumpang,
pengunjung, karyawan, taxi dan persewaan kendaraan, dll)
|
6
7) Bangunan Kargo (lalu lintas barang)
Luasn bangunan kargo tergantung dari sistem pengelolaan dan
banyaknya muatan yang di tangani supaya bisa berjalan efisien. Bisa
menyatu dengan gedung terminal dan bisa mencakup pos, daerah
pengelolaan pos dan kiriman barang ringan (paket pos) bisa di rencanakan
dekat daerah kargo atau dekat / menjadi satu dengan daerah gedung
terminal penumpang sesuai intenditas kegiatan pos.
8) Hanggar
Hanggar di gunakan untuk parkir pesawat. Luas daerah hanggar di
pengaruhi oleh sifat dan ruang lingkup perawatan. Tergantung dari pola
jaringan udaranya dan fasilitas yang di perlukan di tempat penerbangan-
penerbangan asal, tujuan dan membalik. Kemungkinan perluasan harus di
perhitungkan dalam perencanaannya.
|
7
BAB III
HANGGAR
A. DEFINISI
Hanggar adalah sebuah struktur tertutup, yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan pesawat yang dapat melindungi pesawat dari cuaca dan cahaya
ultraviolet. Untuk kepentingan militer hanggar juga menjadikan pesawat
tersembunyi dari satelit dan pesawat mata-mata. Kebanyakan dari hanggar
terbuat dari logam, namun kayu dan beton juga bisa digunakan.
Hanggar yang digunakan untuk menyimpan pesawat terbang
(transportasi) biasanya lebih besar dari hanggar pesawat konvensional
(helikopter, pesawat kecil yang berkapasitas tidak banyak), terutama
kaitannya dengan tinggi hanggar. Kebanyakan, pesawat terbang terdahulu
menggunakan gas hidrogen untuk memberikan penumpang perasaan senang
untuk terbang, oleh karena itu hanggarnya harus bisa memberikan
perlindungan dari percikan api supaya bisa mencegah gas yang mudah
terbakar meledak. Hanggar yang menyimpan banyak pesawat dengan tipe
yang seperti ini beresiko dari ledakan berantai. Dengan alasan tersebut,
kebanyakan hanggar untuk pesawat yang berbasis gas hidrogen, dibuat
berukuran sama dengan rumah, sehingga hanya bisa menampung satu atau
dua pesawat saja.
|
8
B. PERKEMBANGAN HANGGAR
Pada tahun 1879 di Chalais Meudon, Paris, telah dibangun hanggar
pesawat pertama yang dinamakan Hanggar “Y”, dimana seorang Engineer
Charles Renard dan Arthur Constantin Krebs membuat pesawat mereka
yang pertama “La France”.
Gambar 2. Hanggar Y Chalais Meudon, Paris, Perancis, 2002
Pada tahun 1899, telah dibangun hanggar yang mengambang di danau
Constance, Manzell.
Beberapa tahun kemudian dibangun hanggar yang dapat berputar di
Biesdorf, Berlin dan Cuxhaven, Jerman.
Sebelum perang dunia I dibuat Hanggar dari konstruksi tenda yang mudah
dipindahkan, untuk pesawat ukuran kecil. Seorang kebangsaan Amerika
membangun Hanggar dengan konstruksi tenda yang besar untuk tentara
Perancis.
Hanggar Zeppelin, dibangun untuk memfasilitasi pesawat jenis Zeppelin,
misalnya di Brazil
|
9
Gambar 2. Hanggar Y Chalais Meudon, Paris, Perancis, 2002
Di AS, pembangunan hanggar besar mulai dilakukan pada tahun 1921
yaitu hanggar No. 1 di Lakehurst Naval Airship Station.
Tahun 1923-1926, dibangun dua hanggar dengan konstruksi beton, di
Paris dengan panjang 300 m.
Pada tahun 2008, sudah bermacam-macam konstruksi yang digunakan
untuk membuat Hanggar, dengan pertimbangan ruang yang cukup luas,
material yang kuat, tahan lama, ekonomis dan estetis.
C. ANALISA STRUKTURAL (KONSTRUKSI)
Pada umumnya, pembagian area di hanggar adalah area servis (area
yang tidak dimasuki pesawat, kantor misalnya) dan area pesawat. Pada
beberapa hanggar terdapat area yang dinamakan mezanin, yang berfungsi
sama seperti area servis namun merupakan bangunan yang ada di dalam
bangunan hanggar, sehingga atap dari bangunan ini ada di dalam bangunan
hanggarnya sendiri.
Maka, terjadi perbedaan jenis bangunan struktur yang digunakan,
tentunya – misalnya – jenis pondasi yang digunakan pada area servis tidak
|
10
sama dengan di area pesawat. Karena beban yang dipikul di area pesawat
pasti lebih berat dari beban yang dipikul di area servis.
Berikut ini diuraikan struktur-struktur pada hanggar, dan
penggunaannya yang berbeda di area servis dan area pesawat. Lebih jelas
dapat dilihat pada diagram, terlampir.
1. Pondasi
Pondasi pada hangar, ditetapkan bedasarkan kondisi tanah yang
mendukung struktur hanggarnya, juga tergantung berdasarkan batasan-
batasan bedasarkan konstruksi diatasnya serta batasan-batasan akibat area
di sekeliling konsruksi.
Berdasarkan konstruksi diatasnya, dapat dibedakan menjadi
pondasi di area servis dan pondasi di area pesawat. Pondasi yang dapat
digunakan di area servis diantaranya adalah pondasi telapak dan pondasi
batu kali (untuk hanggar yang tidak terlalu besar), jika diasumsikan
tanahnya tidak ada masalah. Sedangkan untuk di area pesawat, dapat
digunakan pondasi-pondasi yang mampu memikul beban berat yang
selanjutnya ditentukan berdasarkan kedalaman tanah pendukung, yang
dapat dilihat pada tabel 1.
|
11
Tabel 1 Jenis Pondasi Dibedakan Berdasarkan Kedalaman TanahPendukung
2. Kolom
Hanggar adalah bangunan dengan bentang lebar, sehingga kolom
pada bangunan hanggar terletak di bagian samping bangunan saja, artinya
bagian tengah bangunan tidak memiliki kolom sama sekali. Sehingga,
bangunan hanggar harus stabil terhadap gaya angin.
Kolom yang digunakan di hanggar biasanya terbuat dari profil baja
atau komposit. Apabila pada hanggar tersebut menggunakan konstruksi
pelengkung tiga sendi, maka kolom yang digunakan menerima beban
ekstra dari atap hanggar. Sehingga untuk membuat kolom mampu
menerima beban, ada kemungkinan profil kolom diperbesar, atau dibuat
rangkap (double). Tetapi, apabila konstruksi atap dari hanggarnya
merupakan pelengkung sempurna (dome), maka kolom tidak diperlukan.
Karena, pelengkung tersebut langsung meneruskan beban ke pondasi.
|
12
3. Balok
Balok pada area servis dan mezanin terbuat dari beton, sama
halnya seperti pada balok di bangunan gedung biasa. Pada area pesawat,
balok yang digunakan adalah profil baja, yang digunakan untuk
menopang penutup atap.
Gambar 3. Mezanin
Apabila pada hanggar tersebut memasang crane, maka akan
dibutuhkan balok tambahan sebagai jalur rel untukcrane yang dipasang.
Sehingga, balok tersebut bukan berfungsi sebagai struktur, melainkan
menjadi beban terhadap struktur.
Gambar 4. Balok Pada Hanggar
|
13
4. Dinding
Pada area servis dan mezanin, material dinding yang digunakan
adalah pasangan batu bata juga dapat digunakan pasangan kon blok,
seperti halnya pada bangunan gedung biasa. Pada mezanin, pada beberapa
tempat ditambahkan pula material sejenis gibsum. Dinding pada hanggar
menggunakan bahan yang tahan terhadap panas, mudah dalam perawatan
dan pemasangan, juga ekonomis.
Pada area pesawat pilihannya menjadi dua yaitu, plat baja profil
(span deck) dan plat aluminium profil. Pada umumnya yang sering
digunakan sebagai dinding pada hanggar adalah span deck, ini karena bila
dibandingkan dengan plat aluminium profil, plat baja profil lebih bisa
menyerap panas, serta lebih kaku. Sehingga, apabila cuaca di luar hanggar
sedang panas, ruangan di hanggar tetap dalam suhu normal.
Material dinding pada hanggar juga tidak selalu span deck, ada
sedikit variasi, yaitu kombinasi dari span deck dengan kon blok. Pada
bagian bawah berupa kon blok sedangkan bagian atas berupa span deck.
Gambar 5. Dinding Hanggar
|
14
5. Struktur Atap
Pada dasarnya, sistem struktur atap yang digunakan di hanggar
adalah sistem struktur batang (trusses structure) yang berupa lengkungan.
Pelengkung yang dibuat dari bahan baja, kayu dan beton dapat menahan
tegangan dan ditandai dengan penggunaan sendi. Penggunaan sendi pada
pelengkung dapat mengontrol bahaya tekuk (bending) yang disebabkan
oleh defleksi maupun muai akibat panas.
Ragam konfigurasi struktur pelenkung :
a. Kondisi kaku (jepit). Batang pelengkung berhubungan langsung
dengan alas sehingga pada saat bahan yang dipakai memuai akibat
panas, pelengkung akan mengalami tekuk.
b. Kondisi dengan dua sendi. Kedua ujung pelengkung yang
berhubungan dengan alas diberi engsel supaya tidak mengalami tekuk
ketika pelengkung memuai. Tekuk akan beralih ke puncak
pelengkung.
c. Kondisi dengan tiga sendi. Pada titik puncak ditambahkan engsel
untuk menghindari terjadinya tekukan. Hal ini akan mengurangi
kekakuan pelengkung. Kondisi ini mengambil sistem kekakuan
segitiga, sehingga lebih dari tiga sendi dianggap sudah tidak stabil
lagi.
Sistem yang menggunakan ikatan (braching) pada bagian alasnya.
Ikatan ini tergantung dari besar dan lebar bentang lengkungan, serta
bahannya dapat dibuat darikabel, baja atau beton.
|
15
Penggunaan batang horizontal sebagai batang tarik sangat efektif
dalam memikul gaya keluar yang terjadi ada ujung pelengkungan yang
dibebani, sehingga pondasi hanya diperlukan untuk menahan beban
vertikal
Berikut ini adalah tipe-tipe rangka atap yang biasa digunakan pada
hanggar, di area pesawat:
Struktur Rangka Ruang (Space Frame Structures)
Struktur rangka ruang merupakan susunan modul yang diatur dan
disusun berbalikan antara modul satu dengan lainnya sehingga gaya-
gaya yang terjadi menjalar mengikuti bentuk modul-modul yang
tersusun. Modul ini satu sama lain saling menguatkan, sehingga
sistem struktur ini tidak mudah goyah. Karena sistem ini
menggunakan modul-modul dalam membentuk suatu bentangan,
maka dibutuhka suatu alat penyambung yang mengikat modul satu
dengan modul lainnya. Ada beberapa variasi sistem konstruksi
penyambungan yang dapat digunakan, diantaranya: Mannesmann;
Unistrud; Takenaka; dan Mero. Sistem penyambungan yang umum
digunakan di Indonesia adalah sistem Mero yaitu menggunakan Steel
Ball Joints, setidaknya diketahui ada 2 instansi di Indonesia yang
menggunakannya, yaitu hanggar maskapai penerbangan GARUDA di
Jakarta dan hanggar PT. Dirgantara Indonesia di Bandung.
|
16
Struktur Rangka Bidang (Plane Frame System)
Struktur rangka bidang adalah suatu sistem struktur rangka batang
yang disusun menjadi suatu bidang tegak.
Kubah Beton Prestressed
Struktur Batang Kayu
Rangka batang kayu dapat digunakan sebagai struktur atap pada
sebuah hanggar, namun penggunaannya tertentu dan terbatas.
6. Penutup Atap
Penutup atap yang digunakan di hanggar biasanya terbuat dari plat
baja profil , biasa disebut clip lock, yang diberi tambahan lapisan
aluminium foil dan material glass wool yang berfungsi untuk menjaga
suhu udara di dalam hanggar agar senantiasa dalam suhu yang normal, ini
dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada para pekerja yang ada
di dalam hanggar agar dapat memberikan konsentrasi penuh pada pesawat
yang ditanganinya.
Plat baja profil dipilih karena dapat menjadi peredam suara,
misalnya ketika hujan turun, apabila digunakan plat aluminium profil
tetes-tetes air hujan yang jatuh ke plat di atap suaranya menjadi sangat
mengganggu ke dalam bangunan hanggar. Tapi jika menggunakan plat
baja, suara tersebut dapat diredam oleh plat baja itu sendiri.
|
17
7. Lantai
Lantai dalam konstruksi bangunan hanggar merupakan area tempat
berlangsungnya seluruh kegiatan perbaikan dan perawatan pesawat. Oleh
karena itu, lantai hanggar harus kuat terhadap transfer beban yang
diakibatkan oleh berat pesawat, alat-alat berat, dan para pekerja. Sehingga
tidak terjadi retak yang kemudian akan menyebabkan struktur lantai
menjadi hancur.
Konstruksi yang digunakan dalam membuat lantai hanggar, adalah
dengan menggunakan beton yang diperkuat dengan tulangan. Metode
pengecoran beton dilakukan per segmen dengan cara berselang-seling
seperti papan catur, kemudian disambung dengan dowel. Segmen lantai
yang satu dengan lainnya sebenarnya tidak saling melekat tapi hanya
disambung dengan dowel , karena antar segmen lantai diberi duplex
(sejenis bahan kardus), lalu permukaan antar segmen lantai diberi lapisan
sealant (sejenis karet). Kemudian untuk menambah kekuatan beton agar
tahan terhadap benturan, saat proses finishing lantai diberi lapisan floor
hardener.
Keuntungan dari lantai yang bersegmen, yaitu mencegah terjadinya
keretakan yang tidak terpola misalnya di tengah lantai. Kemudian
mencegah terjadinya keretakan lantai yang diakibatkan oleh diferensiasi
settlement (penurunan tanah yang tidak sama pada lantai), sehingga tidak
menggangu segmen di sebelahnya dan mudah untuk diperbaiki.
|
18
Gambar 6. Lantai Hanggar yang Bersegmen
8. Aksesoris
Hal-hal lain yang ada pada sebuah bangunan hanggar diantaranya
adalah:
a. Lampu/Penerangan
b. Sign System
c. Safety Line. Berfungsi sebagai batas pengaman untuk pengaturan
lalu lintas kerja alat-alat di hanggar
d. Saluran Utilitas. Biasanya ada di dalam lantai, dan ditutup dengan
plat, sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat di cek.
Saluran pembuangan air
Saluran untuk pipa angin/pipa tekanan udara
Saluran untuk kabel-kabel elektrikal
e. Exhaust Vent. Dapat berupa kipas yang dipasang di struktur atap.
Kipas ini bersatu dengan penutup atap.
|
19
D. TIPE-TIPE HANGGAR
Sebuah bandara internasional yang sudah besar, dipastikan memiliki
fasilitas hanggar yang memadai sebagai bentuk pemberian pelayanan terbaik
untuk para calon penumpang. Apabila suatu bandara memiliki lebih dari satu
hanggar, biasanya hanggar tersebut memiliki fungsi yang berbeda sehingga
berdasarkan fungsi yang berbeda tersebut, hanggar dibedakan menjadi
beberapa tipe.
Tipe-tipe hanggar pada setiap bandara belum tentu sama, itu
tergantung pada kebijakan setiap bandara untuk mengelompokkan
hanggarnya. Berikut ini akan diuraikan tipe-tipe hanggar yang dimiliki oleh
Maskapai Penerbangan Garuda dan Bandara Internasional Sepinggan.
1. Tipe Hanggar pada Maskapai Penerbangan Garuda
Mengambil tempat di seputar Bandara Soekarno-Hatta
Cengkareng, Maskapai Penerbangan Garuda memiliki luas tanah yang
cukup besar. Di dalamnya terdapat lahan seluas sekitar 48 hektar yang
digunakan sebagai hangar tertutup, tempat penyimpanan suku cadang,
gedung serbaguna, fasilitas pendukung di darat, penyimpanan bahan-
bahan kimia yang akan menjadi pelengkap pelaksanaan pekerjaan,
termasuk juga ruang perkantoran dan kebutuhan lainnya.
Dalam perkembangannya,ruangan-ruangan tersebut ditambah
dengan ruang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
mesin yang akan dikerjakan dan yang telah dikerjakan sebelum digunakan
pada waktunya (engine shop).
|
20
Sebagai basis kegiatan utamanya, GMF mengoperasikan tiga buah
hangar, yang mulai dimanfaatkan sejak 1992.
a. Hanggar I
Hangar yang pertama (Hangar I) dengan luas sebesar 21.450 m2,
khusus menangani pemeliharaan alat berat atau heavy maintenance
untuk jenis pesawat berbadan lebar (wide body aircraft). Baik Hangar
I maupun Hangar III menggunakan atap dengan sistem space frame,
sehingga diperlukan cranes yang berkemampuan berat bergantungan
di struktur atapnya sehingga mampu menjangkau seluruh titik di
hangar, baik transversal maupun longitudinal. Hangar ini disiapkan
untuk mampu menampung dua buah pesawat Boeing 747 atau DC-10
dan Airbus secara bersamaan. Hangar pertama ini adalah paling kecil
di antara hangar lainnya. Meskipun demikian, hangar ini dilengkapi
dengan enam buah alat pengangkat berat (crane) gantung dan
dikonstruksi dengan rangka baja yang merupakan hasil kerjasama
pengusaha konstruksi Indonesia dan Jepang.
Kelengkapan peralatan yang ada di Hangar I menyebabkan
Maskapai Penerbangan Garuda juga memanfaatkannya sebagai tempat
untuk melakukan modification section 41 dari pesawat Boeing 747.
Untuk itu, hangar ini dilengkapi alat pengangkat dan juga kerangka
penopang untuk melakukan pekerjaan modifikasi Section 41 agar
dapat berjalan dengan lancar, termasuk sembilan zona yang berada di
|
21
dalamnya. Kemampuan yang dimiliki ini adalah termasuk kemampuan
yang khusus untuk perawatan pesawat di wilayah Asia Tenggara
Di samping itu, hangar inipun dirancang agar dapat melakukan
kegiatan hingga dengan D-check bagi pesawat B-747, DC-10 dan
Airbus. Ini berarti, kegiatan di hangar tersebut juga mempunyai
kemampuan untuk dapat melakukan overhaul yang pertama kalinya
dilakukan pada B-747 seri 200 dan 400 setelah 26.000 jam terbang
atau setelah pesawat berusia 60 bulan, mana yang tercapai lebih
dahulu. Setelah kegiatan overhaul, barulah dilakukan D-check setiap
25.000 jam terbang atau mencapai 60 mana 60 bulan, mana yang
tercapai lebih dahulu. Keadaan tersebut sedikit berbeda dengan
kemampuan untuk melaksanakan D-check pada DC-10, di mana
dilaksanakan pada setiap 23.000 jam terbang atau saat pesawat telah
memasuki usia 5 tahun. Setelah pesawat melalui TTL (Total Time
Limit) 60.000 jam terbang, atau 30.000 cycles, interval bagi kegiatan
inspeksi structural diperpendek dari 23.000 jam terbang atau lima
tahun hingga dengan 20.000 jam terbang atau lima tahun mana yang
tercapai terlebih dahulu. Untuk B-747 seri 200, overhaul pertama
dilakukan setelah pesawat menjalani 26.000 jam terbang, atau setelah
berumur 60 bulan, yang akan dilanjutkan pada setiap memasuki
25.000 jam terbang atau 60 bulan berikutnya.
Dengan dicapainya kemampuan untuk melaksanakan D-check pada
B-747 seri 200/400 dan DC-10 saja, sudah dapat dibayangkan
|
22
kesibukan yang akan melanda kegiatan mulai dari A-check dan C-
check. Belum lagi ditambah D-check atau intermediate check pesawat
Airbus B-4 setiap lima tahun atau sembilan tahun sekali mencakup
seluruh check perawatan. Ini berarti hangar yang tersedia serta
kemampuan yang dimiliki dapat mengelola kegiatan yang sangat
berarti besarnya.
b. Hanggar II
Hangar kedua (Hangar II), dibangun di atas tanah seluas 22.500 m2
dan dikhususkan untuk dapat melayani tugas-tugas pemeliharaan
harian (line maintenance), Termasuk pemeliharaan pemeriksaan tipe
A dan B untuk semua jenis pesawat milik Garuda dan pihak ketiga.
Hangar ini dipersiapkan untuk mampu menampung tiga hingga empat
pesawat berbadan lebar masuk secara bersamaan.
Hangar ini tidak terlalu memerlukan peralatan berat. Struktur
atapnya dibangun dengan sistem biasa (plane frame system), sehingga
tidak ada cranes yang bergantung di dtruktur atapnya.
c. Hanggar III
Sementara hangar ketiga ( Hangar III ), yang juga dibangun di atas
tanah seluas 22.500 m2, dipersiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas
pemeliharaan berat bagi pesawat berbadan sempit (narrow body). Di
hangar ini, dipasang secara langsung enam buah perangkat berat yang
bertopang pada rangka baja buatan Kawasaki heavy Industries
|
23
( jepang ), yang melayani kebutuhan pemeriksaan pesawat berat
seperti DC-9,F-28 dan lain sebagainya.
Mengingat fungsinya sebagai heavy maintenance hangar, maka
sistem pembangunan hangar III tidak banyak berbeda dengan hanggar
I. peralatan yang melengkapi hangar ini adalah untuk dapat menopang
kegiatan rutin menghadapi D-check F-28, DC-9 dan B- 737, serta
kegiatan lainnya yang menjadi tumpahan dari hangar-hangar
sebelumnya. Untuk menghadapi kegiatan F-28 saja, berarti hangar ini
disiapkan untuk mampu menghadapi kembalinya pesawat F-28 secara
berkala pada setiap 12.000 jam terbang. Kegiatan di hangar ini
nantinya akan banyak di isi dengan masuknya B-737 ( mulai dari seri
200,300 dan 400 ) kedalam jajaran penerbangan nasional.
Karena hangar I dan III pembangunannya lebih rumit di banding hangar
II, maka ketika membangun seluruh tempat tersebut dimulai dari hangar II,
kemudian hangar III dan yang terakhir hangar I. kerumitan sempat terjadi
ketika pembangunan hangar III dilaksanakan, mengingat sistem space
frame baru pertama kali di gunakan teknologinya di Indonesia. Pengunaan
titik-titik simpul yang berupa bola baja (steel ball joints) masih perlu
diimpor,dan harga bola baja ini cukup mahal.
|
24
2. Tipe Hanggar pada Bandara Internasional Sepinggan
Hangar Type "A"
Lokasi : Daerah Remote Apron (lihat denah)
Jumlah : 2 buah
Luas : @ 42 x 42 m2
Kapasitas : F.28 – B.737
Fasilitas repair /maintenance : crane, compressor
Fasilitas Perkantoran : - Ruang Staf (AC,Non AC);
- Gudang / Store;
- Toilet;
- Pelataran Parker (Car Park);
- Jaringan Listrik, Telepon Dan Air;
- Fire Alarm
Jumlah yang tersedia saat ini : 1 (satu) buah
- hanggar A-2
|
25
Hangar Type "B"
Lokasi : Apron helicopter / heliport (lihat denah)
Jumlah : 6 buah
Luas : @ 28 x 26 m2
Kapasitas : F.28 – B.737
Fasilitas repair /maintenance : crane, compressor
Fasilitas Perkantoran : - Manager room;
- Administration room;
- Crew rest room
|
26
- Passenger waiting room;
- Entrance hall;
- Radio room;
- Maintenance room;
- General store;
- Tool store;
- Parts store;
- Toilet & shower;
- Fire alarm;
- Access road;
- Pelataran Parker (Car Park);
- Jaringan Listrik, Telepon Dan Air;
Jumlah yang tersedia saat ini : 4 (satu) buah
- hanggar B-1
- hanggar B-2
- hanggar B-3
- hanggar B
|