bab i pendahuluanbappelitbangda.majalengkakab.go.id/.../lakip/2013/bab1lakipmajalengka.pdf ·...

32
Pendahuluan I - 1 Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Singkat Organisasi emerintah Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah otonom yang berada di Provinsi Jawa Barat, dibentuk dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851). Pusat Pemerintahan Kabupaten Majalengka terletak di Jl. Jenderal Achmad Yani No. 1 Majalengka Telp. (0233) 281021 – 281022, adapun sekarang Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diijabat oleh H. Sutrisno, SE, M.Si sebagi Bupati dan Dr. H. Karna Sobahi, M.MPd sebagai Wakil Bupati. Secara administratif wilayah Kabupaten Majalengka berada di sebelah Timur Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 1.204,24 km 2 . Sampai akhir tahun 2013, terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 330 desa. Secara geografis terletak pada koordinat 6 0 32’ 16,39” Lintang Selatan sampai dengan 7 0 4’ 24,75” Lintang Selatan dan 108 0 2’ 30,87” Bujur Timur sampai dengan 108 0 24’ 32,84” Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten antara 0 - 37 Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten yaitu 37 Kilometer. Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah 91 Kilometer dan jarak Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah 245 Kilometer. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu; b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan P

Upload: truongdang

Post on 24-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pendahuluan I - 1

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Gambaran Singkat Organisasi

emerintah Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah otonom

yang berada di Provinsi Jawa Barat, dibentuk dengan Undang-undang Nomor

14 Tahun 1950 tentang Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten

Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14

Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851). Pusat

Pemerintahan Kabupaten Majalengka terletak di Jl. Jenderal Achmad Yani No. 1

Majalengka Telp. (0233) 281021 – 281022, adapun sekarang Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah diijabat oleh H. Sutrisno, SE, M.Si sebagi Bupati dan Dr. H.

Karna Sobahi, M.MPd sebagai Wakil Bupati.

Secara administratif wilayah Kabupaten Majalengka berada di sebelah Timur

Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 1.204,24 km2. Sampai akhir tahun 2013,

terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 330 desa. Secara geografis terletak

pada koordinat 60 32’ 16,39” Lintang Selatan sampai dengan 70 4’ 24,75” Lintang

Selatan dan 1080 2’ 30,87” Bujur Timur sampai dengan 1080 24’ 32,84” Bujur

Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten antara 0 - 37

Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota

Kabupaten yaitu 37 Kilometer. Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi

Jawa Barat adalah 91 Kilometer dan jarak Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara

adalah 245 Kilometer. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Majalengka adalah

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu;

b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sesuai

dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang

Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan

P

Pendahuluan I - 2

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah

Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat;

c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.

d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Batas

Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal

14 ayat (1), menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan

Pemerintah Daerah untuk Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala

Kabupaten/Kota. Pembagian kewenangan urusan pemerintahan ini diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya urusan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Kabupaten Majalengka ditetapkan dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Majalengka. Urusan-urusan tersebut meliputi :

a. Urusan Wajib, yaitu :

1. Pendidikan;

2. Kesehatan;

3. Lingkungan Hidup;

4. Pekerjaan Umum;

5. Penataan ruang;

6. Perencanaan pembangunan;

7. Perumahan;

8. Kepemudaan dan Olah Raga;

9. Penanaman Modal;

10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

11. Kependudukan dan Catatan Sipil;

12. Ketenagakerjaan;

13. Ketahanan Pangan;

14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

15. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;

16. Perhubungan;

Pendahuluan I - 3

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

17. Komunikasi dan Informatika;

18. Pertanahan;

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian;

21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

22. Sosial;

23. Kebudayaan;

24. Statistik;

25. Kearsipan; dan

26. Perpustakaan.

b. Urusan Pilihan, yaitu :

1. Pertanian;

2. Kehutanan;

3. Industri; dan

4. Perdagangan.

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka telah ditetapkan

melalui Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 17 Tahun 2002 tanggal 5

November 2002 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka

(Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2002 Nomor 17 Seri D), diubah

dengan Peraturan Daerah nomor 27 tahun 2004 tanggal 30 Juli 2004 (Lembaran

Daerah nomor 27 tahun 2004 Seri D) tentang Pembentukan Perangkat Daerah dan

Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Majalengka; kemudian diubah

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka nomor 3 tahun 2008 (Lembaran

Daerah Kabupaten Majalengka tahun 2008 Nomor 3), Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Majalengka tahun 2008 Nomor 8), dan diubah dengan

Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2009 (Lembaran Daerah Kabupaten

Majalengka tahun 2009 Nomor 10), serta terakhir diubah dengan Peraturan

Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 10

Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka. Satuan

Kerja Perangkat Daerah ditetapkan sebagai berikut :

1) Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka;

Pendahuluan I - 4

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

2) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka;

3) Lembaga Teknis Daerah terdiri atas Inspektorat; Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah; Badan Kepegawaian Daerah; Badan Pemberdayaan

Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana; Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal; Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Daerah; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Satuan Polisi Pamong Praja;

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; Kantor Kearsipan Daerah; Rumah Sakit

Umum Daerah Majalengka; dan Rumah Sakit Umum Daerah Cideres;

4) Dinas-dinas Daerah sebanyak 12 Dinas terdiri atas : Dinas Pertanian dan

Perikanan; Dinas Pendidikan; Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan

Pariwisata; Dinas Kesehatan; Dinas Bina Marga dan Cipta Karya; Dinas

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan; Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air, Pertambangan dan Energi; Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan;

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi; serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

Kecamatan sebanyak 26 Kecamatan terdiri atas 13 kelurahan dan 330 desa dirinci

sebagai berikut :

1. Kecamatan Lemahsugih meliputi 19 Desa

2. Kecamatan Bantarujeg meliputi 13 Desa

3. Kecamatan Malausma meliputi 11 Desa

4. Kecamatan Cikijing meliputi 15 Desa

5. Kecamatan Cingambul meliputi 13 Desa

6. Kecamatan Talaga meliputi 17 Desa

7. Kecamatan Banjaran meliputi 13 Desa

8. Kecamatan Argapura meliputi 14 Desa

9. Kecamatan Maja meliputi 18 Desa

10. Kecamatan Majalengka meliputi 4 Desa dan 10 Kelurahan

11. Kecamatan Cigasong meliputi 7 Desa dan 3 Kelurahan

12. Kecamatan Sukahaji meliputi 13 Desa

13. Kecamatan Sindang meliputi 7 Desa

14. Kecamatan Rajagaluh meliputi 13 Desa

Pendahuluan I - 5

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

15. Kecamatan Sindangwangi meliputi 10 Desa

16. Kecamatan Leuwimunding meliputi 14 Desa

17. Kecamatan Palasah meliputi 13 Desa

18. Kecamatan Jatiwangi meliputi 16 Desa

19. Kecamatan Dawuan meliputi 11 Desa

20. Kecamatan Kasokandel meliputi 10 Desa

21. Kecamatan Panyingkiran meliputi 9 Desa

22. Kecamatan Kadipaten meliputi 7 Desa

23. Kecamatan Kertajati meliputi 14 Desa

24. Kecamatan Jatitujuh meliputi 15 Desa

25. Kecamatan Ligung meliputi 19 Desa

26. Kecamatan Sumberjaya meliputi 15 Desa.

2. Isu-Isu Strategis dan Prioritas Pembangunan

enentuan prioritas pembangunan satu tahun ke depan dilakukan dengan

mempertimbangkan secara seksama upaya pencapaian visi Kabupaten

Majalengka sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2009-2013 yaitu

sebagai berikut :

”Terwujudnya Kabupaten Majalengka Yang Religius, Maju Dan Sejahtera (REMAJA)”

Untuk mewujudkannya, Kabupaten Majalengka dihadapkan pada permasalahan

utama sebagai isu strategis pembangunan pada tahun 2013, sebagai berikut :

2.1. Isu-Isu Strategis Internal

1. Peningkatan Kualitas Kesehatan

Tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan bagi semua

penduduk. Kesejahteraan juga sudah menjadi tujuan global. UNDP

mengembangkan indikator kesejahteraan yang komprehensif, yang disebut

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indonesia mengadopsi IPM tersebut sebagai indikator kesejahteraan. Demikian

juga, boleh dikatakan semua daerah (provinsi dan kabupaten/kota)

mencantumkan peningkatan IPM sebagai tujuan pokok pembangunan di masing-

masing daerah tersebut.

P

Pendahuluan I - 6

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

IPM adalah indeks komposit yang terdiri dari tiga indikator, yaitu:

a. Pendapatan perkapita

b. Tingkat pendidikan

c. Usia Harapan Hidup (UHH)

Pengalaman empiris dan penelitian para ahli menunjukkan bahwa

pembangunan kesehatan adalah esensial untuk peningkatan IPM.

Pertama, penduduk yang sehat akan menjadi lebih produktif, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan. Penduduk atau Rumah Tangga (RT) yang sehat akan

mengeluarkan belanja kesehatan lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk

atau RT yang sakit. Ini akan memberikan kesempatan RT tersebut melakukan

“saving”. Secara kumulatif, kesehatan akan meningkatkan “private saving”.

Selanjutnya pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan belanja subsidi yang

besar apabila penduduk sehat. Dengan perkataan lain, kesehatan juga akan

meningkatkan “public saving”. Peningkatan produktivitas penduduk, private

saving dan public saving adalah mekanisme utama bagaimana kesehatan bisa

meningkatkan pendapatan secara menyeluruh.

Kedua, kinerja pendidikan sangat ditentukan oleh kapasitas kognitif

peserta didik dan kapasitas kognitif ini sangat ditentukan oleh perkembangan

otak, kecukupan gizi dan keadaan kesehatan seseorang, terutama pada usia dini.

Kesehatan ibu hamil, bayi dan balita menentukan pertumbuhan otak seorang

anak yang akan turut menentukan keberhasilan pendidikannya. Anemia pada

anak sekolah akan mengurangi kemampuan mengikuti kegiatan pendidikan.

Semua ini menjelaskan, bagaimana kesehatan juga sangat menentukan tingkat

pendidikan penduduk.

Ketiga, UHH pada dasarnya adalah estimasi usia harapan hidup pada saat

lahir (Life expectancy at birth). Angka kematian bayi yang tinggi tentu akan

mengurangi UHH secara keseluruhan. Jadi berbagai upaya kesehatan untuk

mengurangi kematian bayi akan berdampak besar terhadap UHH.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesehatan adalah “prime mover” untuk

meningkatkan IPM, yang berarti juga pendorong utama dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masterplan

kesehatan adalah sebuah rencana induk di arus tengah pembangunan

kesejahteraan.

Pendahuluan I - 7

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Tingkat capaian Indeks Kesehatan pada tahun 2011 adalah 69,37 poin dari

target yang ditetapkan 73,47 poin dengan Angka Harapan Hidup 66,62 tahun dari

target yang ditetapkan 69,08 tahun, merupakan gambaran bahwa masih perlu

dukungan yang sangat besar dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat

Kabupaten Majalengka. Kaitannya dengan indeks kesehatan, Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Majalengka Tahun 2011

masih cukup tinggi. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka,

AKI sebesar 190 per-100.000 Kelahiran Hidup, dan AKB sebesar 14 per-1.000

Kelahiran Hidup.

Selaras dengan perkembangan wilayah di Kabupaten Majalengka, terutama

rencana pembangunan BIJB dan Aerocity serta jalan tol, maka perlu dukungan

pengembangan fasilitas kesehatan bagi pembangunan tersebut. Salah satunya

penguatan dan peningkatan kualitas RSUD Cideres yang diorientasikan untuk

trauma center. Sedangkan untuk fasilitas dasar berupa relokasi Puskesmas

Sukamulya yang nantinya sebagai bagian pelayanan dasar di sekitar BIJB dan

Aerocity. Seiring dengan penguatan sarana pelayanan kesehatan tersebut, maka

perlu pula memperhatikan mutu pelayanannya sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

Isu strategis lainnya berkaitan dengan prospek pengembangan Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Sudah menjadi informasi publik

bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan menjadi badan yang

sangat besar peranan dan pengaruhnya dalam menentukan cara pembayaran

penyedia pelayanan kesehatan (PPK), menentukan strandar pelayanan kesehatan,

dan menentukan tarif pelayanan kesehatan. Sehubungan hal itu, Pemerintah

Kabupaten Majalengka harus mampu mempersiapkan berbagai perangkat yang

sifatnya penguatan legalitas yang nantinya akan mempunyai posisi kuat ketika

tawar-menawar dengan BPJS (bargaining power).

Dukungan Pemerintah terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk

pembangunan kesehatan salah satunya melalui peluncuran dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) di setiap puskesmas. Sehingga puskesmas akan

memiliki nilai lebih dalam pelayanan kesehatan yang maksimal ke masyarakat.

2. Akses dan Mutu Pendidikan

Cermin dari majunya suatu wilayah salah satunya adalah dapat dilihat dari

tingkat pendidikan masyarakatnya. Peranan penting pendidikan dalam

Pendahuluan I - 8

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

pembangunan sangat besar, tidak dapat kita pungkiri bahwa subjek yang paling

berperan besar dalam pembangunan adalah mereka yang mempunyai pendidikan

dan keterampilan yang baik. Semua lini pemerintah; baik pusat maupun provinsi

dan pemerintah kabupaten telah menyadari hal tersebut, salah satunya dapat

dilihat dengan adanya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan

rintisan wajib belajar pendidikan 12 tahun, yang telah dilaksanakan oleh hampir

seluruh kabupaten/kota.

Tingkat APK SD/MI mengalami peningkatan dari angka 97,03% di tahun

2010 menjadi 103,28% pada tahun 2011, dengan APM SD/MI meningkat dari

85,72% pada Tahun 2010 menjadi 86,13% pada Tahun 2011, APK SMP/MTs Tahun

2011 mencapai 94,53% dengan APM SMP/MTs 88,14%, sedangkan APK

SMA/SMK/MA pada Tahun 2011 sebesar 55,37% dengan tingkat APM

SMA/SMK/MA sebesar 39,56%. Permasalahan bidang pendidikan Kabupaten

Majalengka meliputi dua aspek penting, yaitu pemerataan kesempatan

pendidikan bagi seluruh masyarakat (aksesibilitas sekolah) dan mutu pendidikan

termasuk tenaga kependidikan yang perlu terus ditingkatkan.

Dukungan program/kegiatan yang berasal dari Pemerintah dan Pemerintah

Provinsi dalam bidang pendidikan seperti program BOS, beasiswa pelajar tidak

mampu, pembangunan dan peningkatan sarana prasarana pendidikan, serta

peningkatan kualitas tenaga pendidik (program BERMUTU), merupakan peluang

bagi Kabupaten Majalengka dalam upaya peningkatan pembangunan di bidang

pendidikan.

3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, baik Pemerintah dan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Pemerintah Kabupaten Majalengka tetap

memiliki komitmen yang tinggi, sehingga banyak program dan kegiatan yang

sangat menunjang terhadap upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.

Sesuai amanat Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 42

Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan

Kabupaten/Kota, dijelaskan bahwa terdapat empat kelompok program

penanggulangan kemiskinan, yaitu:

a. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga;

b. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

Pendahuluan I - 9

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

c. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha

ekonomi mikro dan kecil; dan

d. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Rencana Pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

miskin, untuk beberapa program ada yang sifatnya semakin diperbesar volume

dan sasarannya, namun adapula yang road map programnya semakin

diminimalisir. Sebagai contoh pada kelompok program bantuan sosial terpadu

berbasis keluarga, untuk Jamkesmas nantinya akan berafiliasi dengan sistem

jaminan sosial nasional bidang kesehatan. Menurut rencanannya Tahun 2019

seluruh warga masyarakat di seluruh Indonesia akan mendapat jaminan tersebut.

Dalam kelompok program yang sama, khusus untuk bantuan beras bagi keluarga

miskin (Raskin), dari tahun ke tahun kuota penerimanya akan semakin berkurang,

seperti halnya di Kabupaten Majalengka yaitu kuota raskin Tahun 2012 sebanyak

118.880 Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM) menjadi 99.579

RTSPM di tahun 2013. Menganalisis trend program penanggulangan kemiskinan

tersebut, Pemerintah Kabupaten Majalengka harus mampu mengantisipasi secara

proporsional fenomena bantuan yang digulirkan dari Pemerintah.

Sebagaimana yang telah dilaporkan beberapa OPD dan stakeholder

sehubungan dengan program-program penanggulangan kemiskinan, banyak

kelompok-kelompok binaan keluarga miskin yang dibentuk dan ada pula yang

sifatnya pengembangan pada tahun 2012. Juga terpantau di Tahun 2013 masih

banyak program dan kegiatan yang sama untuk kelompok-kelompok tersebut,

sehingga harus menjadi pemikiran dan analisis bersama untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas produksi dari kelompok-kelompok tersebut, termasuk

upaya pelesatarian program dan kegiatan yang telah dibentuk melalui jejaring

pemasaran hasil produksi. Sehingga dengan stabilitas produksi di kelompok

binaan akan memberikan kontribusi terhadap percepatan menurunan kemiskinan

melalui peningkatan pendapatan keluarga miskin.

4. Peningkatan Aksesibilitas Permodalan bagi UKM

Pengembangan KUKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari

pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif

bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu

diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya KUKM. Pemerintah

Pendahuluan I - 10

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan KUKM disamping

mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha

besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusianya.

Sektor KUKM yang paling dominan berada di Kabupaten Majalengka dan

menyumbangkan 15,58% dari PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2011 dengan

laju pertumbuhan sebesar 3,73% adalah sektor industri. Sektor ini selain cepat

meningkatkan nilai tambah juga sangat besar peranannya dalam penyerapan

tenaga kerja, disamping itu sektor ini pun merangsang kegiatan ekonomi sektor

lainnya seperti sektor jasa, angkutan dan perdagangan.

Kabupaten Majalengka merupakan daerah potensi pertanian, maka

pengembangan sektor industri perlu diarahkan ke agro industri sehingga

keseimbangan pembangunan industri dan pertanian dapat berjalan secara

mantap dan simultan serta terpadu. Pada tahun 2011 jumlah industri besar

sebanyak 10 perusahaan dengan 4.582 tenaga kerja dan industri sedang sebanyak

424 perusahaan dengan tenaga kerja yang diserap 15.104 orang.

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan

Menengah (UKM), salah satunya adalah “kurangnya permodalan dan terbatasnya

akses pembiayaan”. Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan KUKM, oleh karena

pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau

perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik

yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau

lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara

administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi KUKM adalah adanya

ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang

memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

Terkait dengan hal ini, KUKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses

terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka

adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan

adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian

besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri,

masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang

Pendahuluan I - 11

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak,

peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.

Untuk hal ini pemerintah sudah memberi kebijakan berupa pemberian

kredit tanpa agunan yaitu : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program PKBL dan, Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), dan Kredit Pengembangan Energi Nabati

Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan mendorong peran swasta untuk

menyalurkan CSR diwilayah operasi perusahaan.

5. Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan Investasi

Pembangunan ekonomi di Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, akan tetapi belum menunjukan pertumbuhan yang

tinggi, inklusif dan berkelanjutan. Sebagai kabupaten yang memiliki posisi

strategi di Jawa Barat bagian Timur, Kabupaten Majalengka harus lebih

mempersiapkan dalam mempercepat terwujudnya suatu kabupaten yang maju

dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh seluruh

masyarakat.

Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Majalengka jika hanya

mengandalkan dari APBD Kabupaten Majalengka akan berjalan lambat, untuk itu

dalam rangka percepatan pembangunan perekonomian maka perbaikan iklim

usaha dan peningkatan investasi harus menjadi agenda utama dalam

pembangunan.

Kebijakan yang ditempuh adalah melalui penyempurnaan regulasi,

pemberian insentif, peningkatan layanan perizinan terpadu, pelibatan BUMD dan

percepatan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh para pelaku

ekonomi. Dengan demikian program-program yang digulirkan adalah informasi

dan pelayanan pariwisata untuk mendatangkan investor agar mau menanamkan

investasinya di Kabupaten Majalengka.

6. Ketahanan Pangan Masyarakat

Pangan merupakan komoditas strategis yang sangat berpengaruh terhadap

stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Pertumbuhan penduduk terus meningkat,

sementara alih fungsi lahan terus terjadi dan bahan pangan tidak bisa

disubstitusi, sehingga kasus-kasus kerawanan pangan di sejumlah daerah masih

terjadi.

Pendahuluan I - 12

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Menurut FAO saat ini terdapat 925 juta orang berada dalam kondisi rawan

pangan kronis, 2/3 dari populasi penduduk kurang gizi ada di 7 negara

berkembang yaitu : Bangladesh, China, Kongo, Ethiopia, India, Pakistan dan

Indonesia.

Terjadinya degradasi lingkungan dan perubahan iklim yang mengancam

secara nyata akan mempengaruhi kapasitas produksi pangan, selain itu kompetisi

pemanfaatan bahan pangan sebagai energi dan perkembangan perdagangan

regional dan global sangat berpengaruh pada fluktuasi harga pangan. Kondisi

tersebut menyebabkan negara-negara penghasil pangan seperti menyebabkan

negara-negara penghasil pangan seperti Thailand dan Vietnam tidak akan lagi

mengekspor pangan tapi hasil produksi pangannya akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sendiri.

Kabupaten Majalengka adalah salah satu sentra produksi pangan di Jawa

Barat yang merupakan lumbung pangan Nasional. Sebagai bagian integral dari

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kabupaten Majalengka wajib mendukung

ketersediaan pangan bagi masyarakat.

Dalam tematik sektor dan kewilayahan Jawa Barat, bahwa pada Tahun

2013 di Jawa Barat harus bebas rawan pangan, sukses sebagai sentra produksi

benih/bibit Nasional, sukses swasembada pangan dan swasembada protein dan

meningkatnya dukungan infrastruktur di daerah ke sentra produksi pangan

(jalan, jembatan, dan irigasi).

Strategi dalam pengembangan ketahanan pangan yaitu : 1) Kemandirian

pangan, untuk menghindari ketergantungan pada pihak luar dalam penyediaan

komoditas pangan; 2) Penganekaragaman konsumsi pangan, untuk menurunkan

tingkat ketergantungan masyarakat terhadap satu jenis komoditas pangan; 3)

Peningkatan akses pangan untuk meningkatkan kemampuan daerah untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya untuk mengatasi lonjakan harga

dan kerawanan pangan.

Program yang dilaksanakan diarahkan pada ketersediaan, agro input,

inovasi dan adopsi teknologi, mengembangkan sistem pemasaran,

mempertahankan luas lahan pertanian, pemantapan kawasan lindung dan daerah

konservasi.

7. Pengendalian dan Pemulihan Lahan Kritis

Pendahuluan I - 13

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

“Tidak ada hutan, tidak ada air, dan tidak ada kehidupan”. Semboyan

tersebut selalu kita dengar dalam berbagai media, hal ini disebabkan luas lahan

kritis sudah semakin parah termasuk kondisi lahan kritis di Kabupaten

Majalengka.

Kondisi lahan kritis tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti

budidaya yang tidak mengikuti kaidah konservasi, adanya perambahan hutan,

galian C dan hutan produksi yang ditebang. Jika kondisi kritis di bagian hulu,

maka degradasi lahan akan terasa di bagian hilir, erosi dan bencana banjir akan

menyebabkan ancaman terhadap produksi pangan bahkan gagal panen.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten

Majalengka, bahwa Kawasan Lindung harus 39,19% dari total luas wilayah

Kabupaten Majalengka, saat ini baru 13.688,66 Ha, dan luas lahan kritis mencapai

16.484,67 Ha.

Kebijakan yang ditempuh adalah program-program yang dilaksanakan

diarahkan pada pengendalian lahan kritis, baik melalui rehabilitasi,

pemberdayaan masyarakat sekitar hutan maupun pembuatan infrastruktur sivil

teknis seperti dam pengendali erosi, sumur resapan dan lain-lain.

8. Pengembangan Budaya Daerah dan Destinasi Wisata

Kemajuan zaman, perkembangan teknologi, dan peningkatan taraf hidup

telah merubah gaya hidup manusia, akan tetapi kebutuhan untuk rehat dari

aktivitas dan kesibukan menimbulkan keinginan untuk kembali ke alam, salah

satunya dengan wisata.

Kabupaten Majalengka memiliki sumber daya alam yang masih alamiah

untuk dijadikan obyek wisata, juga budaya yang kaya yang dapat dilestarikan.

Berbagai wisata yang ada masih perlu penanganan untuk ditata dan dikemas agar

menarik bagi pengunjung baik domestik maupun dari luar. Pembangunan

pariwisata merupakan salah satu aset pembangunan ekonomi yang dapat

diandalkan karena mampu memberikan multiplier effect pada masyarakat,

meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran.

Kebijakan pembangunan pariwisata di Kabupaten Majalengka lebih

diarahkan pada pelestarian dan pengembangan budaya lokal, nilai-nilai

tradisional dan pemanfaatan teknologi informasi untuk mengenalkan budaya

daerah serta pembangunan sarana prasarana infrastruktur.

Pendahuluan I - 14

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

9. Pengembangan Infrastruktur

Kegiatan perkonomian akan berjalan dengan baik jika didukung dengan

infrastruktur yang memadai dan berkualitas. Infrastruktur bagi kabupaten/kota

yang masih berkembang termasuk Kabupaten Majalengka, masih menjadi kendala

bagi kegiatan perekonomian daerah, terutama pada daerah-daerah yang terpencil.

Perekonomian perdesaan terkendala dengan terbatasnya sarana dan prasarana

infrastruktur sebagai penunjang aktivitas ekonomi masyarakat desa.

Khusus infrastruktur jalan di Kabupaten Majalengka digolongkan dalam 3

kelompok yakni; Jalan Nasional (25,895 km), Jalan Provinsi (122,929 km), dan

Jalan Kabupaten (715,600 km). Proporsi panjang jaringan dalam kondisi baik

hingga tahun 2012 adalah 665,782 Km. Jalan Kabupaten pada Tahun 2011,

sepanjang 367,592 km dalam kondisi baik, 76,144 km dalam kondisi sedang,

110,469 km dalam kondisi rusak, dan 715,600 km dalam kondisi rusak berat.

Infrastruktur lainnya yang mendukung perekonomian, terutama sektor

pertanian, adalah ketersediaan pengairan di Kabupaten Majalengka yang

dirasakan belum optimal. Kekurangan air di sebagian besar wilayah selalu terjadi,

terutama di musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan dan gagal panen

pada beberapa komoditas pertanian. Hal ini disebabkan masih banyak saluran

irigasi yang mengalami rusak berat, sehingga pengaturan air tidak optimal yang

berakibat produksi pertanian pun tidak dapat ditingkatkan.

Selain itu, permasalahan pada bidang sumber daya alam dan lingkungan

adalah meningkatnya tingkat degradasi lingkungan. Hal ini terkait dengan pola

kehidupan masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi,

sehingga menyebabkan pencemaran air dan tanah pada daerah hulu. Akibat

meningkatnya degradasi lingkungan ini, maka kuantitas resapan limpasan air

permukaan menjadi berkurang dan kandungan air tanahnya menurun, sehingga

daya tampung sungai yang mengalir ke hilir menjadi berkurang. Hal lain yang

selama ini menjadi permasalahan dalam pengelolaan sumber daya alam di

Kabupaten Majalengka diantaranya adalah hilangnya fungsi konservasi kawasan

bantaran sungai, rusaknya perlindungan terhadap mata air, berkurangnya

sumur-sumur resapan dan masih sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada

kawasan perkotaan.

Pendahuluan I - 15

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

10. Kinerja dan Sinergitas Pemerintah Daerah

Fungsi pemerintahan pada setiap jenjang bertujuan untuk dapat melayani

seluruh kepentingan masyarakat dan publik yang beraneka ragam yang ada di

wilayahnya. Banyaknya komponen masyarakat dengan kepentingan yang

beragam, seringkali menimbulkan kesenjangan antara harapan masyarakat untuk

mendapat layanan dengan kemampuan birokrasi dalam memberikan pelayanan.

Kemampuan untuk memberikan layanan kepada publik ini, pada akhirnya akan

menentukan legitimasi pemerintahan. Oleh karena itu, setiap pemerintahan

senantiasa memprioritaskan upaya peningkatan pelayanan publik dalam upaya

mensukseskan program dan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah

tersedianya manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien. Sistem

Pemerintahan Daerah di Kabupaten Majalengka masih dirasakan belum mampu

meningkatkan kualitas manajemen pemerintahan, ini disebabkan antara lain:

a. Belum optimalnya kinerja aparatur pemerintah.

b. Belum sinergisnya program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Organisasi

Perangkat Daerah (OPD).

c. Masih kurangnya regulasi yang mendukung pelaksanaan pelayanan

masyarakat yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM).

d. Belum optimalnya pengelolaan keuangan dan pengawasan aparatur.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan reformasi birokrasi

pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan publik, melalui

pengembangan program yang diarahkan pada penataan ketatalaksanaan,

sumberdaya aparatur, efektivitas dan akuntabilitas.

11. Penguatan Peran Kecamatan

Otonomi daerah dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan masyarakat

dalam pembangunan telah dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1999 dengan

diterbitkannya Undang-undang tentang Otonomi Daerah. Semangat yang muncul

dalam otonomi daerah adalah pembangunan dapat lebih efektif karena daerah

secara otonom dapat mengelola pembangunan sesuai dengan potensi daerahnya

masing-masing.

Pemerintah Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 merespon dengan

baik otonomi daerah, terutama penguatan peran kecamatan, namun masih ada

Pendahuluan I - 16

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

beberapa permasalahan diantaranya kemampuan sumber daya manusia

kecamatan masih terbatas dan regulasi dari Pemerintah Kabupaten Majalengka

terkait kewenangan kecamatan yang masih dalam proses pemantapan.

Semangat Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk melimpahkan sebagian

wewenangnya pada kecamatan disambut dengan baik oleh seluruh stakeholder

kecamatan, yang merupakan kekuatan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten

Majalengka.

12. Masyarakat Yang Religius

Pada beberapa periode pemerintahan yang lalu dan pemerintahan saat

ini, budaya masyarakat di Kabupaten Majalengka yang religius senantiasa

menjadi motivasi dasar untuk menunjang suksesnya pembangunan daerah.

Namun demikian, dalam realitasnya semangat keberagamaan di masyarakat

tersebut, masih menunjukkan adanya beberapa kesenjangan. Pertama,

kesenjangan antara nilai-nilai ajaran agama dengan pemahaman para

pemeluknya; Kedua, kesenjangan antara pengetahuan agama dengan

pengamalannya yang tercermin dalam sikap dan perilaku. Ketiga, agama sebagai

daya tangkal terhadap kecenderungan manusia berperilaku menyimpang belum

cukup optimal. Keempat, agama belum sepenuhnya menjadi motivasi dasar

dalam pembangunan daerah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dipandang perlu adanya upaya

pembangunan untuk mengurangi kesenjangan keberagaman melalui berbagai

program dan kegiatan peningkatan kegiatan keagamaan dan pembangunan

sarana prasarana ibadah di setiap pusat kegiatan masyarakat; yang didukung

dengan regulasi untuk mendorong terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh

kembangnya kehidupan beragama yang lebih substansial.

13. Otonomi Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. Pemerintah Desa merupakan

pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat di tingkat yang paling bawah,

sehingga pemerintah desa memiliki peran dan posisi yang strategis dalam

pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Pendahuluan I - 17

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Cermin masyarakat desa yang kurang dapat bersaing dalam pembangunan,

lingkungan yang kurang tertata memposisikan desa sebagai sebuah beban dalam

pembangunan. Jarak dari ibu kota menjadikan desa sering kurang diperhatikan

dalam pembangunannya. Ditambah lagi dengan masih adanya desa tradisional

yang masih tertutup terhadap dunia luar, sehingga pembangunan desa kurang

maksimal.

Reformasi telah terjadi pada tahun 2008 melihat desa sebagai salah satu

agenda pembangunan yang harus dilaksanakan. Melalui penetapan Undang-

undang 32 tahun 2004 sebagimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan ruang

tersendiri bagi daerah untuk mengembangkan desanya atau yang sering disebut

dengan otonomi desa. Ditetapkannya undang-undang tersebut hampir semua

kabupaten/kota mulai mereposisi desa sebagai agenda pembangunan.

Wilayah Kabupaten Majalengka yang didominasi desa yaitu sebanyak 330

desa, dibandingkan dengan jumlah kelurahannya yang hanya 13 kelurahan.

Kabupaten Majalengka menjadikan otonomi desa sebagai agenda penting

pembangunan 5 tahunan sebagaimana tercemin dalam misi ke 5 dalam RPJMD

Kabupaten Majalengka tahun 2009-2013. Di alokasikannya ADD pada desa

merupakan salah satu bentuk otonomi desa yang dilakukan Kabupaten

Majalengka.

Sumber daya manusia yang masih terbatas dan kurang berkualitas menjadi

salah satu hambatan tersendiri dalam pelaksanaan otonomi desa, selain itu masih

belum jelasnya kewenangan yang akan dilimpahkan pada desa menyebabkan

belum optimalnya otonomi desa. Telah dialokasikannya ADD secara konsisten

merupakan kekuatan dalam pelaksanaan otonomi desa.

14. Mitigasi, Adaptasi dan Antisipasi Perubahan Iklim

Pemanasan global (global warning) semakin dapat dirasakan, perubahan

iklim (climate change) sulit untuk dapat diprediksi, sering berubah tidak

menentu. Dampak dari iklim yang tidak menentu yaitu perubahan jadwal tanam,

hama dan penyakit, banjir, kekeringan, kerusakan produksi agro.

Peramalan cuaca, monitoring OPT, pengaturan jadwal tanam merupakan

upaya untuk mengantisipasi perubahan iklim. Penggunaan varietas tahan cuaca,

penyelenggaraan sekolah lapang iklim, adalah upaya adaptasi terhadap

Pendahuluan I - 18

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

perubahan iklim, sedangkan pembangunan infrastruktur, pemberian bantuan

benih gagal panen, pemberian alsin pompa bantuan kekeringan merupakan upaya

mitigasi kerusakan akibat iklim.

2.2. Isu Strategis Eksternal

2.2.1. Isu Strategis Nasional

Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena

atau belum dapat diselesaikan pada tahun sebelumnya dan memiliki dampak

jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu

diatasi secara bertahap. Terdapat 42 isu strategis yang menjadi fokus dalam

skala nasional pada Tahun 2014, yaitu : 1) Isu kategori pemantapan

perekonomian nasional, yaitu konektivitas mendorong pertumbuhan, perkuatan

kelembagaan hubungan industrial, peningkatan kemampuan Iptek, pencapaian

surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai dan gula,

diversifikasi pemanfaatan energi dan percepatan pembangunan Provinsi Papua

dan Papua Barat; 2) Isu kategori peningkatan kesejahteraan rakyat, yaitu:

pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, penurunan angka kematian ibu dan bayi,

peningkatan akses air minum dan sanitasi layak, perluasan program keluarga

harapan, pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan (MP3KI),

mitigasi bencana; 3) Isu kategori pemeliharaan stabilitas sosial dan politik, yaitu :

percepatan pembangunan Minimum Essential Force, pemantapan keamanan

dalam negeri dan pemberantasan terorisme, pelaksanaan Pemilu 2014; 4) Isu

prioritas reformasi birokrasi dan tata kelola, yaitu : pemerintahan yang bersih

dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan kapasitas

dan akuntabilitas kinerja birokrasi; 5) Isu prioritas pendidikan, yaitu :

peningkatan akses pendidikan dasar dari keluarga miskin, penuntasan

rehabilitasi ruang kelas (RK) rusak, pelaksanaan kurikulum baru pendidikan

2013/2014, pelaksanaan pendidikan menengah universal; 6) Isu kategori prioritas

kesehatan, yaitu penurunan dan pencegahan penyakit (HIV AIDS dan Malaria),

peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata; 7) Isu kategori

prioritas ketahanan pangan, yaitu : kesejahteraan petani/nelayan, peningkatan

produksi perikanan; 8) Isu kategori prioritas infrastruktur, yaitu : penyediaan

infrastruktur dasar untuk menunjang peningkatan kesejahteraan, penyediaan

infrastruktur yang mengurangi kesenjangan antar wilayah, penyediaan

Pendahuluan I - 19

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; 9) Isu kategori

prioritas iklim investasi dan iklim usaha, yaitu : sistem logistik nasional,

pengembangan fasilitas pendukung KEK yang telah ditetapkan dan penetapan

KEK Baru; 10) Isu kategori prioritas energi, yaitu : peningkatan produksi minyak

dan gas bumi, peningkatan rasio elektrifikasi dan peningkatan kapasitas

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi; 11) Isu kategori prioritas lingkungan

hidup dan pengelolaan bencana, yaitu : pengendalian perubahan iklim,

peningkatan kualitas lingkungan; 12) Isu kategori prioritas daerah tertinggal,

terdepan, terluar dan pasca konflik, yaitu : pembangunan daerah tertinggal,

penguatan diplomasi dan pembangunan infrastruktur, hankam, serta fasilitas

Custom Immigration Quarantine Security (CIQS) kawasan perbatasan; 13) Isu

kategori prioritas lainnya bidang politik, hukum dan keamanan, yaitu :

pembinaan pemasyarakatan; 14) Isu kategori prioritas lainnya bidang

perekonomian, yaitu : akselerasi industrialisasi dengan sasaran pertumbuhan

industri non-migas, peningkatan pemahaman dan kesiapan indonesia dalam

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015; 15) Isu kategori prioritas

lainnya bidang kesejahteraan rakyat, yaitu : peningkatan kerukunan beragama,

peningkatan budaya dan prestasi olahraga di tingkat regional dan internasional.

Isu strategis nasional tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap

beberapa rencana pembangunan pemerintah pusat yang dilaksanakan di wilayah

Kabupaten Majalengka antara lain sebagai berikut :

1. Posisi Strategis Majalengka Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Dalam rangka pemetaan dan pengembangan pembangunan nasional yang

bersinergis, pemerintah pusat melakukan pemetaan dan penetapan Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung,

Semarang dan Cirebon sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional berbasis jasa

perdagangan dan industri.

Posisi Kabupaten Majalengka yang merupakan perlintasan antara Jawa

Barat (Bandung) dan Jawa Tengah (Semarang) sebagai PKN Gerbangkertosusila,

menjadi keuntungan sendiri dalam memanfaatkan pengaruh investasi yang

mungkin menjalar ke Kabupaten Majalengka.

Pendahuluan I - 20

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

2. Pembangunan Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cikapa)

Pemerintah akan melakukan percepatan pembangunan Jalan Tol Cikopo-

Palimanan sebagai kelanjutan pembangunan Jalan Tol Kanci, dimaksudkan

sebagai alternatif pemecahan masalah transportasi akibat semakin beratnya

beban lalu lintas kendaraan yang melewati Jalur Pantai Utara yang akan menuju

Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Palimanan ini akan melewati Kabupaten

Majalengka dengan 2 (dua) interchange utama yaitu pada ruas Jalan Provinsi

(Kadipaten-Jatitujuh) dan ruas Jalan Kabupaten (Bongas- Bantarwaru), dan

sekaligus akan membuka akses pada kawasan rencana Bandara Internasional

Jawa Barat di Kertajati.

3. Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Kertajati)

Pemerintah akan membangun Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan

(Kertajati). Rencana jalan tol ini dimaksudkan untuk mempercepat akses dari

Kawasan BIJB menuju ibu kota provinsi, dan juga untuk mengurangi beban lalu

lintas jalan negara (Kadipaten-Sumedang-Bandung) yang saat ini kondisi jalurnya

rentan terhadap bencana longsor.

4. Peningkatan Pelabuhan Laut Nasional di Cirebon

Peningkatan Pelabuhan Laut Cirebon dimaksudkan untuk mendukung

kegiatan ekonomi dan industri di Jawa Barat yang cukup pesat, mendorong

keseimbangan akselerasi pembangunan wilayah Jawa Barat, mendukung sektor

transportasi nasional dan sebagai penyangga kegiatan Pelabuhan Tanjung Priuk.

Keuntungan yang akan diperoleh Kabupaten Majalengka dengan

berkembangnya kegiatan Pelabuhan Cirebon yaitu akan terpacunya pertumbuhan

kegiatan sosial ekonomi dan industri. Hasil komoditas unggulan di Kabupaten

Majalengka akan lebih mudah untuk dipasarkan ke luar pulau bahkan ke luar

negeri. Juga dengan adanya kegiatan pelabuhan yang memberikan akses

kemudahan transportasi akan mendukung pertumbuhan industri karena di

Kabupaten Majalengka memiliki potensi lahan, tenaga kerja yang banyak dan

berkualitas serta sumber daya alam yang cukup.

Pendahuluan I - 21

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

2.2.2. Isu Strategis Regional

Pada Tahun 2013 Provinsi Jawa Barat mengangkat 17 isu strategis

pembangunan daerah, sebagai berikut : 1) Aksesibilitas dan kualitas pendidikan,

kepemudaan serta kualitas kesehatan; 2) Dukungan penyelenggaraan Pekan

Olahraga Provinsi Tahun 2014 dan Pekan Olahraga Nasional Tahun 2016 serta

sarana prasarana olahraga kabupaten/kota; 3) Pertumbuhan penduduk dan

persebarannya; 4) Pengangguran, ketenagakerjaan dan pengurangan kemiskinan;

5) Kualitas perekonomian, daya beli masyarakat dan Ketahanan Pangan; 6)

Kualitas demokrasi dan Pemilu nasional tahun 2014; 7) Efektivitas tata kelola

Pemerintahan daerah; 8) Penanganan ketertiban, Ketentraman Masyarakat; 9)

Perlindungan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM); 10) Pengelolaan aset daerah;

11) Penegakan dan harmonisasi produk hukum, 12) Cakupan pelayanan

infrastruktur dan permukiman serta pelibatan komunitas; 13) Ketahanan energi

dan kualitas air baku; 14) Lahan kritis dan kualitas lingkungan hidup; 15)

Bencana alam dan perubahan iklim; 16) Kualitas Pemerintahan Desa dan

infrastruktur perdesaan; 17) Pelestarian budaya, sarana seni dan budaya, serta

destinasi wisata.

Isu strategis provinsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rencana-

rencana pembangunan pemerintah provinsi yang dilaksanakan di wilayah

Kabupaten Majalengka, yaitu :

1. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aero

City.

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aero

City di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, sesuai dengan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2010, di lokasi dengan peringkat

tertinggi yaitu di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Pada Tahun 2005,

isu Jawa Barat tersebut dikukuhkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan R.I

Nomor KM 34 Tahun 2005 tentang Penetapan lokasi pembangunan BIJB di

Kabupaten Majalengka.

Sampai dengan Tahun 2013 jumlah lahan untuk BIJB yang telah

dibebaskan seluas 848,2 Ha, untuk tahun 2013 telah dibebaskan lahan seluas

200,7 Ha, pada tahun 2014 direncanakan pembebasan seluas 50 Ha. Sampai saat

Pendahuluan I - 22

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

ini pembangunan pondasi run way sepanjang 2.500 M telah dilaksanakan pada

bulan Juni 2013.

2. Relokasi Kawasan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Dalam perkembangan selanjutnya, Departemen Perindustrian Republik

Indonesia juga telah membuat perencanaan suatu Kawasan Industri Terpadu

dalam bidang tekstil, yang diperuntukkan sebagai pengalihan kawasan industri

yang ada di wilayah Bandung Timur, yang keberadaannya saat ini telah

mengalami kejenuhan.

Industri TPT telah berkembang secara terintegrasi mengikuti struktur

pohon industrinya, mulai dari perkembangan (industri serat) ke intermediate

(industri staple dan filamen, tenun dan rajut), hingga hilir (industri pakaian jadi

dan barang jadi tekstil termasuk karpet). Struktur industri TPT telah

berkembang, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga dapat menarik

dan akan terkait dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Perencanaan ini, telah

sesuai dengan RTRW Kabupaten Majalengka 2011–2031, dalam rencana struktur

ruang wilayah PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Kertajati memiliki fungsi pelayanan

sebagai kawasan komersial dan jasa, kawasan industri terpadu, kawasan BIJB,

pengembangan kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian yang meliputi

Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung. Oleh karena itu perencanaan kawasan

industri pada kawasan sekitar BIJB perlu didukung dan ditindaklanjuti.

Sebagai upaya dukungan terhadap rencana pengembangan industri TPT di

Kecamatan Kertajati, Pemerintah Kabupaten Majalengka mengeluarkan Surat

Bupati Majalengka Nomor : 534/4033/Dalprog tanggal 30 Nopember 2006,

perihal Rencana Penetapan Lokasi Kawasan Industri Tekstil dan Produk Tekstil di

Kabupaten Majalengka.

3. Pembangunan Waduk Jatigede

Pembangunan Waduk Jatigede yang berlokasi di Kabupaten Sumedang,

akan berpengaruh besar terhadap kabupaten-kabupaten sekitarnya seperti :

Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Majalengka. Pengaruh pembangunan Waduk

Jatigede terhadap wilayah sekitarnya antara lain meliputi aspek sosial ekonomi,

sosial budaya dan biogeofisik. Pengaruh terhadap Kabupaten Majalengka antara

lain pada aspek biogeofisik yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas

sumber daya air serta perluasan prasarana fisik sungai dan irigasi. Sedangkan

Pendahuluan I - 23

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

pengaruhnya terhadap aspek sosial ekonomi secara langsung adalah

meningkatnya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya air

untuk pertanian dan perikanan.

4. Rencana Pembangunan Rel Kereta Api Rancaekek - Jatinangor -

Tanjungsari - Kertajati - Kadipaten - Cirebon

Komitmen Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam membangun

perekonomian yang kuat di daerah-daerah, dibuktikan dengan banyaknya

rencana pembangunan infrastruktur transportasi di daerah. Salah satunya dengan

adanya rencana pembangunan rel kereta api yang melintasi wilayah Kabupaten

Majalengka.

Dalam rangka mendukung rencana sistem transportasi Kabupaten

Majalengka seiring dengan akan hadirnya Bandara Internasional Jawa Barat, maka

pembangunan jaringan kereta api akan mengisi dan melengkapi kebutuhan

sistem transportasi di Kabupaten Majalengka. Berfungsinya kembali jaringan

kereta api di Kabupaten Majalengka diharapkan akan memudahkan proses

pergerakan barang dan jasa sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi

produksi yang dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Majalengka.

Rencana pembangunan jaringan kereta api baru (Bandung-Cirebon) dengan jalur

Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Kertajati- Kadipaten-Cirebon akan mendukung

keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat yang ada di Kabupaten Majalengka.

Keberadaan jaringan kereta api dan pelayanannya akan melengkapi

pelayanan terhadap penumpang, terutama untuk mempermudah akses menuju

Bandara Internasional Jawa Barat serta sebagai alternatif saranatransportasi

regional yang menghubungkan Majalengka – Cirebon, Majalengka – Bandung,

Indramayu – Majalengka – Sumedang – Bandung. Majalengka – Sumedang –

Bandung. Pembangunan Infrastruktur transportasi Kereta Api yang melintasi

kawasan Kabupaten Majalengka diharapkan dapat memacu kegiatan

perekonomian terutama dalam hal distribusi hasil-hasil produksi dan mobilitas

penduduk yang ada di Kabupaten Majalengka.

Pendahuluan I - 24

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

3. Struktur Perekonomian Kabupaten Majalengka

Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila

terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui

pertumbuhan angka PDRB yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa tabungan

domestik, tenaga kerja, teknologi, dan sebagainya; sedangkan faktor

eksternal dapat berupa investasi dari luar daerah dan impor, serta ekspor ke

luar daerah.

Tujuan utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara luas, interpretasi

kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan kualitas hidup, pembagian

distribusi pendapatan yang merata, perluasan kesempatan kerja dan

pergeseran aktivitas perekonomian secara sektoral.

Untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat diperlukan data

yang spesifik. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah

satu data statistik yang digunakan dalam sistem evaluasi dan perencanaan

ekonomi makro suatu wilayah.

PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2013 atas dasar harga konstan

tahun 2000 adalah Rp. 5.088,37 miliar meningkat dari tahun 2012

(Rp.4.855,36 miliar) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) pada tahun

2013 sebesar 4,80 persen, meningkat dari tahun 2012 (4,76 persen).

Kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka masih didominasi

oleh sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa, sumber mata

pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka adalah di sektor

pertanian. Tahun 2013 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar

32,84 persen dengan laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian sebesar

3,14 persen.

Kontribusi terbesar setelah sektor pertanian didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 19,29 persen dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 7,24 persen.

Pendahuluan I - 25

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan sebagai

sektor yang diharapkan perkembangannya dapat mengangkat

perekonomian daerah agar mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Kontribusi sektor ini sebesar 15,13 persen dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 4,71 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian di Kabupaten

Majalengka sangat didukung oleh sektor pertanian, sektor perdagangan dan

sektor industri dengan kontribusi masing-masing merupakan penyumbang

terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Majalengka. Semakin besar

peranan suatu sektor dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa sektor

tersebut sebagai engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi.

Secara rinci struktur perekonomian Kabupaten Majalengka

sebagaimana terlihat dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Sektor

Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2013 (Jutaan Rupiah) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000)

No S e k t o r Tahun (Rp)

2012 2013 1 Pertanian 1.274.278,82 1.314.350,01

- Tanaman bahan makanan 1.058.776 1.076.629,18

- Tanaman Perkebunan 46.324,15 47.893,02

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 131310,51 150.039,21

- Kehutanan 7017,40 7.295,53

- Perikanan 30.850,59 32.493,07

2 Pertambangan dan Penggalian 188.075,13 191.179,22 3 Industri Pengolahan 817.284,31 855.778,4

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 36.332,94 39.644,73

5 Bangunan 253.376,89 274.179,13

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.048.992,33 1.124.978,72

7 Pengangkutan dan Komunikasi 313.412,99 325.708,18

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 281.677,01 298.200,19

9 Jasa-jasa 641.934,14 664.352,49

Jumlah 4.855.365,86 5.088.371,07

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 ( Data Sementara)

Pendahuluan I - 26

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Jutaan Rupiah) (Atas Dasar Harga Berlaku)

No S e k t o r Jumlah (Rp) Kontribusi ( % ) 1 Pertanian 4.384.290,31 32,84

- Tanaman bahan makanan 3.760.280,4 28,17

- Tanaman Perkebunan 141.448,14 1,06

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 396.605,97 2,97

- Kehutanan 17.443,29 0,13

- Perikanan 68.512,51 0,51

2 Pertambangan dan Penggalian 385.453,7 2,89

3 Industri Pengolahan 2.202.357,03 15,13

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 77.907,06 0,58

5 Bangunan 597.997,08 4,48

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.575.259,83 19,29

7 Pengangkutan dan Komunikasi 782.044,88 5,86

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 514.401,18 3,85

9 Jasa-jasa 2.011.849,96 15,07

Jumlah 13.349.561,02 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 (Data Sementara)

Tabel 1.3. Laju Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Kabupaten Majalengka

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013

No S e k t o r Tahun (%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 4,53 1,77 2,26 2,40 3,14

2 Pertambangan dan Penggalian 2,19 2,07 4,49 2,10 1,65

3 Industri Pengolahan 4,81 3,73 4,13 4,50 4,71

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,61 8,74 7,54 7,70 9,12

5 Bangunan 5,78 9,37 8,65 8,80 8,21

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,11 8,91 7,47 7,50 7,24

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,40 5,73 5,25 5,30 3,92

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,41 5,24 5,54 5,60 5,87

9 Jasa-jasa 5,20 3,31 3,78 3,80 3,49

Total 4,73 4,59 4,67 4,74 4,8

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 (Data Sementara)

Pendahuluan I - 27

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka tahun 2013

diperkirakan mencapai 4,80 persen. Pertumbuhan perekonomian tersebut akan

berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten

Majalengka. IPM Kabupaten Majalengka tahun 2013 diperkirakan sebesar 71,82,

Indek Kesehatan 70,22 dengan AHH 67,13 tahun, Indek Pendidikan 80,32 dengan

AMH 95,84 persen, dan RLS 7,39 Tahun serta Indek Daya Beli 64,94 dengan

Paritas Daya Beli Rp 641.010.

B. Dasar Hukum

asar hukum penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2013, sebagai berikut :

1. Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat RI Nomor XI/MPR/1998 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

(4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

D

Pendahuluan I - 28

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

7. Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Indonesia;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/1X/6/8/ 2003

Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Majalengka Tahun 2005-2025;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten

Majalengka Tahun 2009-2013;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka

(Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 10);

14. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah

Nomor 10 tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

2011 Nomor 8);

Pendahuluan I - 29

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

15. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012

Nomor 17);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2013 tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka

Tahun 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor

4);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 5 Tahun 2013 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013 Nomor 5);

18. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Berita

Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor 4);

19. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Berita Daerah Kabupaten

Majalengka Tahun 2013 Nomor 10);

20. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 21 Tahun 2012 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun

Anggaran 2013 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor

21);

21. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penjabaran

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka

Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013

Nomor 12).

22. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 16 Tahun 2013 Penjabaran Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun Anggaran

2014 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013 Nomor 16);

Pendahuluan I - 30

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

C. Sistematika Penyusunan

enyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten

Majalengka Tahun 2013 mengikuti alur pikir sebagai berikut :

Gambar 1.1. Alur Pikir Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

PRPJMD

KAB. MAJALENGKA RENSTRA SATKER

RKPD KAB. MAJALENGKA

RENCANA KINERJA SATKER

ARAH KEBIJAKAN UMUM, STRATEGI & PRIORITAS

R A P B D

A P B D

R K A

D P A

LAKIP KABUPATEN MAJALENGKA

LAKIP SATUAN KERJA

Pendahuluan I - 31

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Adapun sistematika penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Kabupaten Majalengka tahun 2013 adalah :

IKHTISAR EKSEKUTIF

Berisi tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2009-

2013 dan sejauhmana Pemerintah Kabupaten Majalengka mencapai tujuan dan

sasaran strategisnya dalam rangka mencapai visi dan misi, kendala-kendala yang

dihadapi, serta langkah-langkah dalam mengatasi kendala-kendala dan

langkah-langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin terjadi

di masa yang akan datang.

BAB. I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang gambaran umum dan struktur organisasi Pemerintah

Kabupaten Majalengka, isu-isu strategis dan prioritas pembangunan, struktur

ekonomi Kabupaten Majalengka; dasar hukum; dan sistematika penulisan.

BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2013

Berisi gambaran singkat mengenai : Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Tahun 2009-2013, dan Penetapan Kinerja Pemerintah

Kabupaten Majalengka Tahun 2013. RPJMD Tahun 2009-2013 menguraikan

secara singkat visi, misi, tujuan, sasaran dan strateginya (kebijakan dan program).

Penetapan Kinerja tahun 2013 menguraikan sasaran strategis, indikator kinerja,

dan target yang akan dicapai.

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

Bab ini menyajikan uraian kerangka pengukuran kinerja, hasil pengukuran

kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya

menguraikan secara sistematis keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, dan

permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil,

dan pembandingan capaian kinerja. Selain itu juga menyajikan akuntabilitas

keuangan yang menyajikan alokasi dan realisasi APBD Kabupaten Majalengka.

BAB. IV PENUTUP

Berisi tinjauan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan,

permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah

Pendahuluan I - 32

Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Kabupaten Majalengka, dan strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan

di tahun yang akan datang.

LAMPIRAN

Berisi Lampiran 1 Penetapan Kinerja (Tapkin) Tahun 2013;

Berisi Lampiran 2 Pengukuran Kinerja (PK) Tahun 2013.