bab i pendahuluanbappelitbangda.majalengkakab.go.id/.../lakip/2013/bab1lakipmajalengka.pdf ·...
TRANSCRIPT
Pendahuluan I - 1
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Gambaran Singkat Organisasi
emerintah Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah otonom
yang berada di Provinsi Jawa Barat, dibentuk dengan Undang-undang Nomor
14 Tahun 1950 tentang Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851). Pusat
Pemerintahan Kabupaten Majalengka terletak di Jl. Jenderal Achmad Yani No. 1
Majalengka Telp. (0233) 281021 – 281022, adapun sekarang Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah diijabat oleh H. Sutrisno, SE, M.Si sebagi Bupati dan Dr. H.
Karna Sobahi, M.MPd sebagai Wakil Bupati.
Secara administratif wilayah Kabupaten Majalengka berada di sebelah Timur
Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 1.204,24 km2. Sampai akhir tahun 2013,
terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 330 desa. Secara geografis terletak
pada koordinat 60 32’ 16,39” Lintang Selatan sampai dengan 70 4’ 24,75” Lintang
Selatan dan 1080 2’ 30,87” Bujur Timur sampai dengan 1080 24’ 32,84” Bujur
Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten antara 0 - 37
Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota
Kabupaten yaitu 37 Kilometer. Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi
Jawa Barat adalah 91 Kilometer dan jarak Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara
adalah 245 Kilometer. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Majalengka adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu;
b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sesuai
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang
Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan
P
Pendahuluan I - 2
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah
Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat;
c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.
d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Batas
Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal
14 ayat (1), menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah untuk Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala
Kabupaten/Kota. Pembagian kewenangan urusan pemerintahan ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya urusan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kabupaten Majalengka ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Majalengka. Urusan-urusan tersebut meliputi :
a. Urusan Wajib, yaitu :
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Lingkungan Hidup;
4. Pekerjaan Umum;
5. Penataan ruang;
6. Perencanaan pembangunan;
7. Perumahan;
8. Kepemudaan dan Olah Raga;
9. Penanaman Modal;
10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;
11. Kependudukan dan Catatan Sipil;
12. Ketenagakerjaan;
13. Ketahanan Pangan;
14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
15. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;
16. Perhubungan;
Pendahuluan I - 3
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
17. Komunikasi dan Informatika;
18. Pertanahan;
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian;
21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
22. Sosial;
23. Kebudayaan;
24. Statistik;
25. Kearsipan; dan
26. Perpustakaan.
b. Urusan Pilihan, yaitu :
1. Pertanian;
2. Kehutanan;
3. Industri; dan
4. Perdagangan.
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka telah ditetapkan
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 17 Tahun 2002 tanggal 5
November 2002 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka
(Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2002 Nomor 17 Seri D), diubah
dengan Peraturan Daerah nomor 27 tahun 2004 tanggal 30 Juli 2004 (Lembaran
Daerah nomor 27 tahun 2004 Seri D) tentang Pembentukan Perangkat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Majalengka; kemudian diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka nomor 3 tahun 2008 (Lembaran
Daerah Kabupaten Majalengka tahun 2008 Nomor 3), Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Majalengka tahun 2008 Nomor 8), dan diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2009 (Lembaran Daerah Kabupaten
Majalengka tahun 2009 Nomor 10), serta terakhir diubah dengan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka. Satuan
Kerja Perangkat Daerah ditetapkan sebagai berikut :
1) Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka;
Pendahuluan I - 4
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
2) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka;
3) Lembaga Teknis Daerah terdiri atas Inspektorat; Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah; Badan Kepegawaian Daerah; Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana; Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal; Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Satuan Polisi Pamong Praja;
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; Kantor Kearsipan Daerah; Rumah Sakit
Umum Daerah Majalengka; dan Rumah Sakit Umum Daerah Cideres;
4) Dinas-dinas Daerah sebanyak 12 Dinas terdiri atas : Dinas Pertanian dan
Perikanan; Dinas Pendidikan; Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan
Pariwisata; Dinas Kesehatan; Dinas Bina Marga dan Cipta Karya; Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan; Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air, Pertambangan dan Energi; Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan;
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi; serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
Kecamatan sebanyak 26 Kecamatan terdiri atas 13 kelurahan dan 330 desa dirinci
sebagai berikut :
1. Kecamatan Lemahsugih meliputi 19 Desa
2. Kecamatan Bantarujeg meliputi 13 Desa
3. Kecamatan Malausma meliputi 11 Desa
4. Kecamatan Cikijing meliputi 15 Desa
5. Kecamatan Cingambul meliputi 13 Desa
6. Kecamatan Talaga meliputi 17 Desa
7. Kecamatan Banjaran meliputi 13 Desa
8. Kecamatan Argapura meliputi 14 Desa
9. Kecamatan Maja meliputi 18 Desa
10. Kecamatan Majalengka meliputi 4 Desa dan 10 Kelurahan
11. Kecamatan Cigasong meliputi 7 Desa dan 3 Kelurahan
12. Kecamatan Sukahaji meliputi 13 Desa
13. Kecamatan Sindang meliputi 7 Desa
14. Kecamatan Rajagaluh meliputi 13 Desa
Pendahuluan I - 5
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
15. Kecamatan Sindangwangi meliputi 10 Desa
16. Kecamatan Leuwimunding meliputi 14 Desa
17. Kecamatan Palasah meliputi 13 Desa
18. Kecamatan Jatiwangi meliputi 16 Desa
19. Kecamatan Dawuan meliputi 11 Desa
20. Kecamatan Kasokandel meliputi 10 Desa
21. Kecamatan Panyingkiran meliputi 9 Desa
22. Kecamatan Kadipaten meliputi 7 Desa
23. Kecamatan Kertajati meliputi 14 Desa
24. Kecamatan Jatitujuh meliputi 15 Desa
25. Kecamatan Ligung meliputi 19 Desa
26. Kecamatan Sumberjaya meliputi 15 Desa.
2. Isu-Isu Strategis dan Prioritas Pembangunan
enentuan prioritas pembangunan satu tahun ke depan dilakukan dengan
mempertimbangkan secara seksama upaya pencapaian visi Kabupaten
Majalengka sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2009-2013 yaitu
sebagai berikut :
”Terwujudnya Kabupaten Majalengka Yang Religius, Maju Dan Sejahtera (REMAJA)”
Untuk mewujudkannya, Kabupaten Majalengka dihadapkan pada permasalahan
utama sebagai isu strategis pembangunan pada tahun 2013, sebagai berikut :
2.1. Isu-Isu Strategis Internal
1. Peningkatan Kualitas Kesehatan
Tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan bagi semua
penduduk. Kesejahteraan juga sudah menjadi tujuan global. UNDP
mengembangkan indikator kesejahteraan yang komprehensif, yang disebut
Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indonesia mengadopsi IPM tersebut sebagai indikator kesejahteraan. Demikian
juga, boleh dikatakan semua daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
mencantumkan peningkatan IPM sebagai tujuan pokok pembangunan di masing-
masing daerah tersebut.
P
Pendahuluan I - 6
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
IPM adalah indeks komposit yang terdiri dari tiga indikator, yaitu:
a. Pendapatan perkapita
b. Tingkat pendidikan
c. Usia Harapan Hidup (UHH)
Pengalaman empiris dan penelitian para ahli menunjukkan bahwa
pembangunan kesehatan adalah esensial untuk peningkatan IPM.
Pertama, penduduk yang sehat akan menjadi lebih produktif, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan. Penduduk atau Rumah Tangga (RT) yang sehat akan
mengeluarkan belanja kesehatan lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk
atau RT yang sakit. Ini akan memberikan kesempatan RT tersebut melakukan
“saving”. Secara kumulatif, kesehatan akan meningkatkan “private saving”.
Selanjutnya pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan belanja subsidi yang
besar apabila penduduk sehat. Dengan perkataan lain, kesehatan juga akan
meningkatkan “public saving”. Peningkatan produktivitas penduduk, private
saving dan public saving adalah mekanisme utama bagaimana kesehatan bisa
meningkatkan pendapatan secara menyeluruh.
Kedua, kinerja pendidikan sangat ditentukan oleh kapasitas kognitif
peserta didik dan kapasitas kognitif ini sangat ditentukan oleh perkembangan
otak, kecukupan gizi dan keadaan kesehatan seseorang, terutama pada usia dini.
Kesehatan ibu hamil, bayi dan balita menentukan pertumbuhan otak seorang
anak yang akan turut menentukan keberhasilan pendidikannya. Anemia pada
anak sekolah akan mengurangi kemampuan mengikuti kegiatan pendidikan.
Semua ini menjelaskan, bagaimana kesehatan juga sangat menentukan tingkat
pendidikan penduduk.
Ketiga, UHH pada dasarnya adalah estimasi usia harapan hidup pada saat
lahir (Life expectancy at birth). Angka kematian bayi yang tinggi tentu akan
mengurangi UHH secara keseluruhan. Jadi berbagai upaya kesehatan untuk
mengurangi kematian bayi akan berdampak besar terhadap UHH.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesehatan adalah “prime mover” untuk
meningkatkan IPM, yang berarti juga pendorong utama dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masterplan
kesehatan adalah sebuah rencana induk di arus tengah pembangunan
kesejahteraan.
Pendahuluan I - 7
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Tingkat capaian Indeks Kesehatan pada tahun 2011 adalah 69,37 poin dari
target yang ditetapkan 73,47 poin dengan Angka Harapan Hidup 66,62 tahun dari
target yang ditetapkan 69,08 tahun, merupakan gambaran bahwa masih perlu
dukungan yang sangat besar dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
Kabupaten Majalengka. Kaitannya dengan indeks kesehatan, Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Majalengka Tahun 2011
masih cukup tinggi. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka,
AKI sebesar 190 per-100.000 Kelahiran Hidup, dan AKB sebesar 14 per-1.000
Kelahiran Hidup.
Selaras dengan perkembangan wilayah di Kabupaten Majalengka, terutama
rencana pembangunan BIJB dan Aerocity serta jalan tol, maka perlu dukungan
pengembangan fasilitas kesehatan bagi pembangunan tersebut. Salah satunya
penguatan dan peningkatan kualitas RSUD Cideres yang diorientasikan untuk
trauma center. Sedangkan untuk fasilitas dasar berupa relokasi Puskesmas
Sukamulya yang nantinya sebagai bagian pelayanan dasar di sekitar BIJB dan
Aerocity. Seiring dengan penguatan sarana pelayanan kesehatan tersebut, maka
perlu pula memperhatikan mutu pelayanannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Isu strategis lainnya berkaitan dengan prospek pengembangan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Sudah menjadi informasi publik
bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan menjadi badan yang
sangat besar peranan dan pengaruhnya dalam menentukan cara pembayaran
penyedia pelayanan kesehatan (PPK), menentukan strandar pelayanan kesehatan,
dan menentukan tarif pelayanan kesehatan. Sehubungan hal itu, Pemerintah
Kabupaten Majalengka harus mampu mempersiapkan berbagai perangkat yang
sifatnya penguatan legalitas yang nantinya akan mempunyai posisi kuat ketika
tawar-menawar dengan BPJS (bargaining power).
Dukungan Pemerintah terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
pembangunan kesehatan salah satunya melalui peluncuran dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) di setiap puskesmas. Sehingga puskesmas akan
memiliki nilai lebih dalam pelayanan kesehatan yang maksimal ke masyarakat.
2. Akses dan Mutu Pendidikan
Cermin dari majunya suatu wilayah salah satunya adalah dapat dilihat dari
tingkat pendidikan masyarakatnya. Peranan penting pendidikan dalam
Pendahuluan I - 8
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
pembangunan sangat besar, tidak dapat kita pungkiri bahwa subjek yang paling
berperan besar dalam pembangunan adalah mereka yang mempunyai pendidikan
dan keterampilan yang baik. Semua lini pemerintah; baik pusat maupun provinsi
dan pemerintah kabupaten telah menyadari hal tersebut, salah satunya dapat
dilihat dengan adanya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan
rintisan wajib belajar pendidikan 12 tahun, yang telah dilaksanakan oleh hampir
seluruh kabupaten/kota.
Tingkat APK SD/MI mengalami peningkatan dari angka 97,03% di tahun
2010 menjadi 103,28% pada tahun 2011, dengan APM SD/MI meningkat dari
85,72% pada Tahun 2010 menjadi 86,13% pada Tahun 2011, APK SMP/MTs Tahun
2011 mencapai 94,53% dengan APM SMP/MTs 88,14%, sedangkan APK
SMA/SMK/MA pada Tahun 2011 sebesar 55,37% dengan tingkat APM
SMA/SMK/MA sebesar 39,56%. Permasalahan bidang pendidikan Kabupaten
Majalengka meliputi dua aspek penting, yaitu pemerataan kesempatan
pendidikan bagi seluruh masyarakat (aksesibilitas sekolah) dan mutu pendidikan
termasuk tenaga kependidikan yang perlu terus ditingkatkan.
Dukungan program/kegiatan yang berasal dari Pemerintah dan Pemerintah
Provinsi dalam bidang pendidikan seperti program BOS, beasiswa pelajar tidak
mampu, pembangunan dan peningkatan sarana prasarana pendidikan, serta
peningkatan kualitas tenaga pendidik (program BERMUTU), merupakan peluang
bagi Kabupaten Majalengka dalam upaya peningkatan pembangunan di bidang
pendidikan.
3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, baik Pemerintah dan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Pemerintah Kabupaten Majalengka tetap
memiliki komitmen yang tinggi, sehingga banyak program dan kegiatan yang
sangat menunjang terhadap upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.
Sesuai amanat Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 42
Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dijelaskan bahwa terdapat empat kelompok program
penanggulangan kemiskinan, yaitu:
a. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga;
b. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
Pendahuluan I - 9
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
c. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil; dan
d. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Rencana Pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin, untuk beberapa program ada yang sifatnya semakin diperbesar volume
dan sasarannya, namun adapula yang road map programnya semakin
diminimalisir. Sebagai contoh pada kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga, untuk Jamkesmas nantinya akan berafiliasi dengan sistem
jaminan sosial nasional bidang kesehatan. Menurut rencanannya Tahun 2019
seluruh warga masyarakat di seluruh Indonesia akan mendapat jaminan tersebut.
Dalam kelompok program yang sama, khusus untuk bantuan beras bagi keluarga
miskin (Raskin), dari tahun ke tahun kuota penerimanya akan semakin berkurang,
seperti halnya di Kabupaten Majalengka yaitu kuota raskin Tahun 2012 sebanyak
118.880 Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM) menjadi 99.579
RTSPM di tahun 2013. Menganalisis trend program penanggulangan kemiskinan
tersebut, Pemerintah Kabupaten Majalengka harus mampu mengantisipasi secara
proporsional fenomena bantuan yang digulirkan dari Pemerintah.
Sebagaimana yang telah dilaporkan beberapa OPD dan stakeholder
sehubungan dengan program-program penanggulangan kemiskinan, banyak
kelompok-kelompok binaan keluarga miskin yang dibentuk dan ada pula yang
sifatnya pengembangan pada tahun 2012. Juga terpantau di Tahun 2013 masih
banyak program dan kegiatan yang sama untuk kelompok-kelompok tersebut,
sehingga harus menjadi pemikiran dan analisis bersama untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi dari kelompok-kelompok tersebut, termasuk
upaya pelesatarian program dan kegiatan yang telah dibentuk melalui jejaring
pemasaran hasil produksi. Sehingga dengan stabilitas produksi di kelompok
binaan akan memberikan kontribusi terhadap percepatan menurunan kemiskinan
melalui peningkatan pendapatan keluarga miskin.
4. Peningkatan Aksesibilitas Permodalan bagi UKM
Pengembangan KUKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari
pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif
bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu
diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya KUKM. Pemerintah
Pendahuluan I - 10
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan KUKM disamping
mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha
besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusianya.
Sektor KUKM yang paling dominan berada di Kabupaten Majalengka dan
menyumbangkan 15,58% dari PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2011 dengan
laju pertumbuhan sebesar 3,73% adalah sektor industri. Sektor ini selain cepat
meningkatkan nilai tambah juga sangat besar peranannya dalam penyerapan
tenaga kerja, disamping itu sektor ini pun merangsang kegiatan ekonomi sektor
lainnya seperti sektor jasa, angkutan dan perdagangan.
Kabupaten Majalengka merupakan daerah potensi pertanian, maka
pengembangan sektor industri perlu diarahkan ke agro industri sehingga
keseimbangan pembangunan industri dan pertanian dapat berjalan secara
mantap dan simultan serta terpadu. Pada tahun 2011 jumlah industri besar
sebanyak 10 perusahaan dengan 4.582 tenaga kerja dan industri sedang sebanyak
424 perusahaan dengan tenaga kerja yang diserap 15.104 orang.
Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), salah satunya adalah “kurangnya permodalan dan terbatasnya
akses pembiayaan”. Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan KUKM, oleh karena
pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik
yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara
administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi KUKM adalah adanya
ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang
memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
Terkait dengan hal ini, KUKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses
terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka
adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan
adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian
besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri,
masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang
Pendahuluan I - 11
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak,
peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.
Untuk hal ini pemerintah sudah memberi kebijakan berupa pemberian
kredit tanpa agunan yaitu : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program PKBL dan, Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), dan Kredit Pengembangan Energi Nabati
Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan mendorong peran swasta untuk
menyalurkan CSR diwilayah operasi perusahaan.
5. Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan Investasi
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, akan tetapi belum menunjukan pertumbuhan yang
tinggi, inklusif dan berkelanjutan. Sebagai kabupaten yang memiliki posisi
strategi di Jawa Barat bagian Timur, Kabupaten Majalengka harus lebih
mempersiapkan dalam mempercepat terwujudnya suatu kabupaten yang maju
dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Majalengka jika hanya
mengandalkan dari APBD Kabupaten Majalengka akan berjalan lambat, untuk itu
dalam rangka percepatan pembangunan perekonomian maka perbaikan iklim
usaha dan peningkatan investasi harus menjadi agenda utama dalam
pembangunan.
Kebijakan yang ditempuh adalah melalui penyempurnaan regulasi,
pemberian insentif, peningkatan layanan perizinan terpadu, pelibatan BUMD dan
percepatan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh para pelaku
ekonomi. Dengan demikian program-program yang digulirkan adalah informasi
dan pelayanan pariwisata untuk mendatangkan investor agar mau menanamkan
investasinya di Kabupaten Majalengka.
6. Ketahanan Pangan Masyarakat
Pangan merupakan komoditas strategis yang sangat berpengaruh terhadap
stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Pertumbuhan penduduk terus meningkat,
sementara alih fungsi lahan terus terjadi dan bahan pangan tidak bisa
disubstitusi, sehingga kasus-kasus kerawanan pangan di sejumlah daerah masih
terjadi.
Pendahuluan I - 12
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Menurut FAO saat ini terdapat 925 juta orang berada dalam kondisi rawan
pangan kronis, 2/3 dari populasi penduduk kurang gizi ada di 7 negara
berkembang yaitu : Bangladesh, China, Kongo, Ethiopia, India, Pakistan dan
Indonesia.
Terjadinya degradasi lingkungan dan perubahan iklim yang mengancam
secara nyata akan mempengaruhi kapasitas produksi pangan, selain itu kompetisi
pemanfaatan bahan pangan sebagai energi dan perkembangan perdagangan
regional dan global sangat berpengaruh pada fluktuasi harga pangan. Kondisi
tersebut menyebabkan negara-negara penghasil pangan seperti menyebabkan
negara-negara penghasil pangan seperti Thailand dan Vietnam tidak akan lagi
mengekspor pangan tapi hasil produksi pangannya akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
Kabupaten Majalengka adalah salah satu sentra produksi pangan di Jawa
Barat yang merupakan lumbung pangan Nasional. Sebagai bagian integral dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kabupaten Majalengka wajib mendukung
ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Dalam tematik sektor dan kewilayahan Jawa Barat, bahwa pada Tahun
2013 di Jawa Barat harus bebas rawan pangan, sukses sebagai sentra produksi
benih/bibit Nasional, sukses swasembada pangan dan swasembada protein dan
meningkatnya dukungan infrastruktur di daerah ke sentra produksi pangan
(jalan, jembatan, dan irigasi).
Strategi dalam pengembangan ketahanan pangan yaitu : 1) Kemandirian
pangan, untuk menghindari ketergantungan pada pihak luar dalam penyediaan
komoditas pangan; 2) Penganekaragaman konsumsi pangan, untuk menurunkan
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap satu jenis komoditas pangan; 3)
Peningkatan akses pangan untuk meningkatkan kemampuan daerah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya untuk mengatasi lonjakan harga
dan kerawanan pangan.
Program yang dilaksanakan diarahkan pada ketersediaan, agro input,
inovasi dan adopsi teknologi, mengembangkan sistem pemasaran,
mempertahankan luas lahan pertanian, pemantapan kawasan lindung dan daerah
konservasi.
7. Pengendalian dan Pemulihan Lahan Kritis
Pendahuluan I - 13
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
“Tidak ada hutan, tidak ada air, dan tidak ada kehidupan”. Semboyan
tersebut selalu kita dengar dalam berbagai media, hal ini disebabkan luas lahan
kritis sudah semakin parah termasuk kondisi lahan kritis di Kabupaten
Majalengka.
Kondisi lahan kritis tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti
budidaya yang tidak mengikuti kaidah konservasi, adanya perambahan hutan,
galian C dan hutan produksi yang ditebang. Jika kondisi kritis di bagian hulu,
maka degradasi lahan akan terasa di bagian hilir, erosi dan bencana banjir akan
menyebabkan ancaman terhadap produksi pangan bahkan gagal panen.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Majalengka, bahwa Kawasan Lindung harus 39,19% dari total luas wilayah
Kabupaten Majalengka, saat ini baru 13.688,66 Ha, dan luas lahan kritis mencapai
16.484,67 Ha.
Kebijakan yang ditempuh adalah program-program yang dilaksanakan
diarahkan pada pengendalian lahan kritis, baik melalui rehabilitasi,
pemberdayaan masyarakat sekitar hutan maupun pembuatan infrastruktur sivil
teknis seperti dam pengendali erosi, sumur resapan dan lain-lain.
8. Pengembangan Budaya Daerah dan Destinasi Wisata
Kemajuan zaman, perkembangan teknologi, dan peningkatan taraf hidup
telah merubah gaya hidup manusia, akan tetapi kebutuhan untuk rehat dari
aktivitas dan kesibukan menimbulkan keinginan untuk kembali ke alam, salah
satunya dengan wisata.
Kabupaten Majalengka memiliki sumber daya alam yang masih alamiah
untuk dijadikan obyek wisata, juga budaya yang kaya yang dapat dilestarikan.
Berbagai wisata yang ada masih perlu penanganan untuk ditata dan dikemas agar
menarik bagi pengunjung baik domestik maupun dari luar. Pembangunan
pariwisata merupakan salah satu aset pembangunan ekonomi yang dapat
diandalkan karena mampu memberikan multiplier effect pada masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran.
Kebijakan pembangunan pariwisata di Kabupaten Majalengka lebih
diarahkan pada pelestarian dan pengembangan budaya lokal, nilai-nilai
tradisional dan pemanfaatan teknologi informasi untuk mengenalkan budaya
daerah serta pembangunan sarana prasarana infrastruktur.
Pendahuluan I - 14
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
9. Pengembangan Infrastruktur
Kegiatan perkonomian akan berjalan dengan baik jika didukung dengan
infrastruktur yang memadai dan berkualitas. Infrastruktur bagi kabupaten/kota
yang masih berkembang termasuk Kabupaten Majalengka, masih menjadi kendala
bagi kegiatan perekonomian daerah, terutama pada daerah-daerah yang terpencil.
Perekonomian perdesaan terkendala dengan terbatasnya sarana dan prasarana
infrastruktur sebagai penunjang aktivitas ekonomi masyarakat desa.
Khusus infrastruktur jalan di Kabupaten Majalengka digolongkan dalam 3
kelompok yakni; Jalan Nasional (25,895 km), Jalan Provinsi (122,929 km), dan
Jalan Kabupaten (715,600 km). Proporsi panjang jaringan dalam kondisi baik
hingga tahun 2012 adalah 665,782 Km. Jalan Kabupaten pada Tahun 2011,
sepanjang 367,592 km dalam kondisi baik, 76,144 km dalam kondisi sedang,
110,469 km dalam kondisi rusak, dan 715,600 km dalam kondisi rusak berat.
Infrastruktur lainnya yang mendukung perekonomian, terutama sektor
pertanian, adalah ketersediaan pengairan di Kabupaten Majalengka yang
dirasakan belum optimal. Kekurangan air di sebagian besar wilayah selalu terjadi,
terutama di musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan dan gagal panen
pada beberapa komoditas pertanian. Hal ini disebabkan masih banyak saluran
irigasi yang mengalami rusak berat, sehingga pengaturan air tidak optimal yang
berakibat produksi pertanian pun tidak dapat ditingkatkan.
Selain itu, permasalahan pada bidang sumber daya alam dan lingkungan
adalah meningkatnya tingkat degradasi lingkungan. Hal ini terkait dengan pola
kehidupan masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi,
sehingga menyebabkan pencemaran air dan tanah pada daerah hulu. Akibat
meningkatnya degradasi lingkungan ini, maka kuantitas resapan limpasan air
permukaan menjadi berkurang dan kandungan air tanahnya menurun, sehingga
daya tampung sungai yang mengalir ke hilir menjadi berkurang. Hal lain yang
selama ini menjadi permasalahan dalam pengelolaan sumber daya alam di
Kabupaten Majalengka diantaranya adalah hilangnya fungsi konservasi kawasan
bantaran sungai, rusaknya perlindungan terhadap mata air, berkurangnya
sumur-sumur resapan dan masih sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
kawasan perkotaan.
Pendahuluan I - 15
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
10. Kinerja dan Sinergitas Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintahan pada setiap jenjang bertujuan untuk dapat melayani
seluruh kepentingan masyarakat dan publik yang beraneka ragam yang ada di
wilayahnya. Banyaknya komponen masyarakat dengan kepentingan yang
beragam, seringkali menimbulkan kesenjangan antara harapan masyarakat untuk
mendapat layanan dengan kemampuan birokrasi dalam memberikan pelayanan.
Kemampuan untuk memberikan layanan kepada publik ini, pada akhirnya akan
menentukan legitimasi pemerintahan. Oleh karena itu, setiap pemerintahan
senantiasa memprioritaskan upaya peningkatan pelayanan publik dalam upaya
mensukseskan program dan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah
tersedianya manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien. Sistem
Pemerintahan Daerah di Kabupaten Majalengka masih dirasakan belum mampu
meningkatkan kualitas manajemen pemerintahan, ini disebabkan antara lain:
a. Belum optimalnya kinerja aparatur pemerintah.
b. Belum sinergisnya program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Organisasi
Perangkat Daerah (OPD).
c. Masih kurangnya regulasi yang mendukung pelaksanaan pelayanan
masyarakat yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM).
d. Belum optimalnya pengelolaan keuangan dan pengawasan aparatur.
Mengingat hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan reformasi birokrasi
pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan publik, melalui
pengembangan program yang diarahkan pada penataan ketatalaksanaan,
sumberdaya aparatur, efektivitas dan akuntabilitas.
11. Penguatan Peran Kecamatan
Otonomi daerah dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan telah dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1999 dengan
diterbitkannya Undang-undang tentang Otonomi Daerah. Semangat yang muncul
dalam otonomi daerah adalah pembangunan dapat lebih efektif karena daerah
secara otonom dapat mengelola pembangunan sesuai dengan potensi daerahnya
masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 merespon dengan
baik otonomi daerah, terutama penguatan peran kecamatan, namun masih ada
Pendahuluan I - 16
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
beberapa permasalahan diantaranya kemampuan sumber daya manusia
kecamatan masih terbatas dan regulasi dari Pemerintah Kabupaten Majalengka
terkait kewenangan kecamatan yang masih dalam proses pemantapan.
Semangat Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk melimpahkan sebagian
wewenangnya pada kecamatan disambut dengan baik oleh seluruh stakeholder
kecamatan, yang merupakan kekuatan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten
Majalengka.
12. Masyarakat Yang Religius
Pada beberapa periode pemerintahan yang lalu dan pemerintahan saat
ini, budaya masyarakat di Kabupaten Majalengka yang religius senantiasa
menjadi motivasi dasar untuk menunjang suksesnya pembangunan daerah.
Namun demikian, dalam realitasnya semangat keberagamaan di masyarakat
tersebut, masih menunjukkan adanya beberapa kesenjangan. Pertama,
kesenjangan antara nilai-nilai ajaran agama dengan pemahaman para
pemeluknya; Kedua, kesenjangan antara pengetahuan agama dengan
pengamalannya yang tercermin dalam sikap dan perilaku. Ketiga, agama sebagai
daya tangkal terhadap kecenderungan manusia berperilaku menyimpang belum
cukup optimal. Keempat, agama belum sepenuhnya menjadi motivasi dasar
dalam pembangunan daerah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dipandang perlu adanya upaya
pembangunan untuk mengurangi kesenjangan keberagaman melalui berbagai
program dan kegiatan peningkatan kegiatan keagamaan dan pembangunan
sarana prasarana ibadah di setiap pusat kegiatan masyarakat; yang didukung
dengan regulasi untuk mendorong terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh
kembangnya kehidupan beragama yang lebih substansial.
13. Otonomi Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. Pemerintah Desa merupakan
pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat di tingkat yang paling bawah,
sehingga pemerintah desa memiliki peran dan posisi yang strategis dalam
pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.
Pendahuluan I - 17
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Cermin masyarakat desa yang kurang dapat bersaing dalam pembangunan,
lingkungan yang kurang tertata memposisikan desa sebagai sebuah beban dalam
pembangunan. Jarak dari ibu kota menjadikan desa sering kurang diperhatikan
dalam pembangunannya. Ditambah lagi dengan masih adanya desa tradisional
yang masih tertutup terhadap dunia luar, sehingga pembangunan desa kurang
maksimal.
Reformasi telah terjadi pada tahun 2008 melihat desa sebagai salah satu
agenda pembangunan yang harus dilaksanakan. Melalui penetapan Undang-
undang 32 tahun 2004 sebagimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan ruang
tersendiri bagi daerah untuk mengembangkan desanya atau yang sering disebut
dengan otonomi desa. Ditetapkannya undang-undang tersebut hampir semua
kabupaten/kota mulai mereposisi desa sebagai agenda pembangunan.
Wilayah Kabupaten Majalengka yang didominasi desa yaitu sebanyak 330
desa, dibandingkan dengan jumlah kelurahannya yang hanya 13 kelurahan.
Kabupaten Majalengka menjadikan otonomi desa sebagai agenda penting
pembangunan 5 tahunan sebagaimana tercemin dalam misi ke 5 dalam RPJMD
Kabupaten Majalengka tahun 2009-2013. Di alokasikannya ADD pada desa
merupakan salah satu bentuk otonomi desa yang dilakukan Kabupaten
Majalengka.
Sumber daya manusia yang masih terbatas dan kurang berkualitas menjadi
salah satu hambatan tersendiri dalam pelaksanaan otonomi desa, selain itu masih
belum jelasnya kewenangan yang akan dilimpahkan pada desa menyebabkan
belum optimalnya otonomi desa. Telah dialokasikannya ADD secara konsisten
merupakan kekuatan dalam pelaksanaan otonomi desa.
14. Mitigasi, Adaptasi dan Antisipasi Perubahan Iklim
Pemanasan global (global warning) semakin dapat dirasakan, perubahan
iklim (climate change) sulit untuk dapat diprediksi, sering berubah tidak
menentu. Dampak dari iklim yang tidak menentu yaitu perubahan jadwal tanam,
hama dan penyakit, banjir, kekeringan, kerusakan produksi agro.
Peramalan cuaca, monitoring OPT, pengaturan jadwal tanam merupakan
upaya untuk mengantisipasi perubahan iklim. Penggunaan varietas tahan cuaca,
penyelenggaraan sekolah lapang iklim, adalah upaya adaptasi terhadap
Pendahuluan I - 18
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
perubahan iklim, sedangkan pembangunan infrastruktur, pemberian bantuan
benih gagal panen, pemberian alsin pompa bantuan kekeringan merupakan upaya
mitigasi kerusakan akibat iklim.
2.2. Isu Strategis Eksternal
2.2.1. Isu Strategis Nasional
Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena
atau belum dapat diselesaikan pada tahun sebelumnya dan memiliki dampak
jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu
diatasi secara bertahap. Terdapat 42 isu strategis yang menjadi fokus dalam
skala nasional pada Tahun 2014, yaitu : 1) Isu kategori pemantapan
perekonomian nasional, yaitu konektivitas mendorong pertumbuhan, perkuatan
kelembagaan hubungan industrial, peningkatan kemampuan Iptek, pencapaian
surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai dan gula,
diversifikasi pemanfaatan energi dan percepatan pembangunan Provinsi Papua
dan Papua Barat; 2) Isu kategori peningkatan kesejahteraan rakyat, yaitu:
pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, penurunan angka kematian ibu dan bayi,
peningkatan akses air minum dan sanitasi layak, perluasan program keluarga
harapan, pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan (MP3KI),
mitigasi bencana; 3) Isu kategori pemeliharaan stabilitas sosial dan politik, yaitu :
percepatan pembangunan Minimum Essential Force, pemantapan keamanan
dalam negeri dan pemberantasan terorisme, pelaksanaan Pemilu 2014; 4) Isu
prioritas reformasi birokrasi dan tata kelola, yaitu : pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi; 5) Isu prioritas pendidikan, yaitu :
peningkatan akses pendidikan dasar dari keluarga miskin, penuntasan
rehabilitasi ruang kelas (RK) rusak, pelaksanaan kurikulum baru pendidikan
2013/2014, pelaksanaan pendidikan menengah universal; 6) Isu kategori prioritas
kesehatan, yaitu penurunan dan pencegahan penyakit (HIV AIDS dan Malaria),
peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata; 7) Isu kategori
prioritas ketahanan pangan, yaitu : kesejahteraan petani/nelayan, peningkatan
produksi perikanan; 8) Isu kategori prioritas infrastruktur, yaitu : penyediaan
infrastruktur dasar untuk menunjang peningkatan kesejahteraan, penyediaan
infrastruktur yang mengurangi kesenjangan antar wilayah, penyediaan
Pendahuluan I - 19
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; 9) Isu kategori
prioritas iklim investasi dan iklim usaha, yaitu : sistem logistik nasional,
pengembangan fasilitas pendukung KEK yang telah ditetapkan dan penetapan
KEK Baru; 10) Isu kategori prioritas energi, yaitu : peningkatan produksi minyak
dan gas bumi, peningkatan rasio elektrifikasi dan peningkatan kapasitas
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi; 11) Isu kategori prioritas lingkungan
hidup dan pengelolaan bencana, yaitu : pengendalian perubahan iklim,
peningkatan kualitas lingkungan; 12) Isu kategori prioritas daerah tertinggal,
terdepan, terluar dan pasca konflik, yaitu : pembangunan daerah tertinggal,
penguatan diplomasi dan pembangunan infrastruktur, hankam, serta fasilitas
Custom Immigration Quarantine Security (CIQS) kawasan perbatasan; 13) Isu
kategori prioritas lainnya bidang politik, hukum dan keamanan, yaitu :
pembinaan pemasyarakatan; 14) Isu kategori prioritas lainnya bidang
perekonomian, yaitu : akselerasi industrialisasi dengan sasaran pertumbuhan
industri non-migas, peningkatan pemahaman dan kesiapan indonesia dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015; 15) Isu kategori prioritas
lainnya bidang kesejahteraan rakyat, yaitu : peningkatan kerukunan beragama,
peningkatan budaya dan prestasi olahraga di tingkat regional dan internasional.
Isu strategis nasional tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap
beberapa rencana pembangunan pemerintah pusat yang dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Majalengka antara lain sebagai berikut :
1. Posisi Strategis Majalengka Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Dalam rangka pemetaan dan pengembangan pembangunan nasional yang
bersinergis, pemerintah pusat melakukan pemetaan dan penetapan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung,
Semarang dan Cirebon sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional berbasis jasa
perdagangan dan industri.
Posisi Kabupaten Majalengka yang merupakan perlintasan antara Jawa
Barat (Bandung) dan Jawa Tengah (Semarang) sebagai PKN Gerbangkertosusila,
menjadi keuntungan sendiri dalam memanfaatkan pengaruh investasi yang
mungkin menjalar ke Kabupaten Majalengka.
Pendahuluan I - 20
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
2. Pembangunan Jalan Tol Cikopo – Palimanan (Cikapa)
Pemerintah akan melakukan percepatan pembangunan Jalan Tol Cikopo-
Palimanan sebagai kelanjutan pembangunan Jalan Tol Kanci, dimaksudkan
sebagai alternatif pemecahan masalah transportasi akibat semakin beratnya
beban lalu lintas kendaraan yang melewati Jalur Pantai Utara yang akan menuju
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Palimanan ini akan melewati Kabupaten
Majalengka dengan 2 (dua) interchange utama yaitu pada ruas Jalan Provinsi
(Kadipaten-Jatitujuh) dan ruas Jalan Kabupaten (Bongas- Bantarwaru), dan
sekaligus akan membuka akses pada kawasan rencana Bandara Internasional
Jawa Barat di Kertajati.
3. Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Kertajati)
Pemerintah akan membangun Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan
(Kertajati). Rencana jalan tol ini dimaksudkan untuk mempercepat akses dari
Kawasan BIJB menuju ibu kota provinsi, dan juga untuk mengurangi beban lalu
lintas jalan negara (Kadipaten-Sumedang-Bandung) yang saat ini kondisi jalurnya
rentan terhadap bencana longsor.
4. Peningkatan Pelabuhan Laut Nasional di Cirebon
Peningkatan Pelabuhan Laut Cirebon dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan ekonomi dan industri di Jawa Barat yang cukup pesat, mendorong
keseimbangan akselerasi pembangunan wilayah Jawa Barat, mendukung sektor
transportasi nasional dan sebagai penyangga kegiatan Pelabuhan Tanjung Priuk.
Keuntungan yang akan diperoleh Kabupaten Majalengka dengan
berkembangnya kegiatan Pelabuhan Cirebon yaitu akan terpacunya pertumbuhan
kegiatan sosial ekonomi dan industri. Hasil komoditas unggulan di Kabupaten
Majalengka akan lebih mudah untuk dipasarkan ke luar pulau bahkan ke luar
negeri. Juga dengan adanya kegiatan pelabuhan yang memberikan akses
kemudahan transportasi akan mendukung pertumbuhan industri karena di
Kabupaten Majalengka memiliki potensi lahan, tenaga kerja yang banyak dan
berkualitas serta sumber daya alam yang cukup.
Pendahuluan I - 21
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
2.2.2. Isu Strategis Regional
Pada Tahun 2013 Provinsi Jawa Barat mengangkat 17 isu strategis
pembangunan daerah, sebagai berikut : 1) Aksesibilitas dan kualitas pendidikan,
kepemudaan serta kualitas kesehatan; 2) Dukungan penyelenggaraan Pekan
Olahraga Provinsi Tahun 2014 dan Pekan Olahraga Nasional Tahun 2016 serta
sarana prasarana olahraga kabupaten/kota; 3) Pertumbuhan penduduk dan
persebarannya; 4) Pengangguran, ketenagakerjaan dan pengurangan kemiskinan;
5) Kualitas perekonomian, daya beli masyarakat dan Ketahanan Pangan; 6)
Kualitas demokrasi dan Pemilu nasional tahun 2014; 7) Efektivitas tata kelola
Pemerintahan daerah; 8) Penanganan ketertiban, Ketentraman Masyarakat; 9)
Perlindungan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM); 10) Pengelolaan aset daerah;
11) Penegakan dan harmonisasi produk hukum, 12) Cakupan pelayanan
infrastruktur dan permukiman serta pelibatan komunitas; 13) Ketahanan energi
dan kualitas air baku; 14) Lahan kritis dan kualitas lingkungan hidup; 15)
Bencana alam dan perubahan iklim; 16) Kualitas Pemerintahan Desa dan
infrastruktur perdesaan; 17) Pelestarian budaya, sarana seni dan budaya, serta
destinasi wisata.
Isu strategis provinsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rencana-
rencana pembangunan pemerintah provinsi yang dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Majalengka, yaitu :
1. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aero
City.
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aero
City di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2010, di lokasi dengan peringkat
tertinggi yaitu di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Pada Tahun 2005,
isu Jawa Barat tersebut dikukuhkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan R.I
Nomor KM 34 Tahun 2005 tentang Penetapan lokasi pembangunan BIJB di
Kabupaten Majalengka.
Sampai dengan Tahun 2013 jumlah lahan untuk BIJB yang telah
dibebaskan seluas 848,2 Ha, untuk tahun 2013 telah dibebaskan lahan seluas
200,7 Ha, pada tahun 2014 direncanakan pembebasan seluas 50 Ha. Sampai saat
Pendahuluan I - 22
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
ini pembangunan pondasi run way sepanjang 2.500 M telah dilaksanakan pada
bulan Juni 2013.
2. Relokasi Kawasan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Dalam perkembangan selanjutnya, Departemen Perindustrian Republik
Indonesia juga telah membuat perencanaan suatu Kawasan Industri Terpadu
dalam bidang tekstil, yang diperuntukkan sebagai pengalihan kawasan industri
yang ada di wilayah Bandung Timur, yang keberadaannya saat ini telah
mengalami kejenuhan.
Industri TPT telah berkembang secara terintegrasi mengikuti struktur
pohon industrinya, mulai dari perkembangan (industri serat) ke intermediate
(industri staple dan filamen, tenun dan rajut), hingga hilir (industri pakaian jadi
dan barang jadi tekstil termasuk karpet). Struktur industri TPT telah
berkembang, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga dapat menarik
dan akan terkait dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Perencanaan ini, telah
sesuai dengan RTRW Kabupaten Majalengka 2011–2031, dalam rencana struktur
ruang wilayah PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Kertajati memiliki fungsi pelayanan
sebagai kawasan komersial dan jasa, kawasan industri terpadu, kawasan BIJB,
pengembangan kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian yang meliputi
Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung. Oleh karena itu perencanaan kawasan
industri pada kawasan sekitar BIJB perlu didukung dan ditindaklanjuti.
Sebagai upaya dukungan terhadap rencana pengembangan industri TPT di
Kecamatan Kertajati, Pemerintah Kabupaten Majalengka mengeluarkan Surat
Bupati Majalengka Nomor : 534/4033/Dalprog tanggal 30 Nopember 2006,
perihal Rencana Penetapan Lokasi Kawasan Industri Tekstil dan Produk Tekstil di
Kabupaten Majalengka.
3. Pembangunan Waduk Jatigede
Pembangunan Waduk Jatigede yang berlokasi di Kabupaten Sumedang,
akan berpengaruh besar terhadap kabupaten-kabupaten sekitarnya seperti :
Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Majalengka. Pengaruh pembangunan Waduk
Jatigede terhadap wilayah sekitarnya antara lain meliputi aspek sosial ekonomi,
sosial budaya dan biogeofisik. Pengaruh terhadap Kabupaten Majalengka antara
lain pada aspek biogeofisik yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas
sumber daya air serta perluasan prasarana fisik sungai dan irigasi. Sedangkan
Pendahuluan I - 23
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
pengaruhnya terhadap aspek sosial ekonomi secara langsung adalah
meningkatnya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya air
untuk pertanian dan perikanan.
4. Rencana Pembangunan Rel Kereta Api Rancaekek - Jatinangor -
Tanjungsari - Kertajati - Kadipaten - Cirebon
Komitmen Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam membangun
perekonomian yang kuat di daerah-daerah, dibuktikan dengan banyaknya
rencana pembangunan infrastruktur transportasi di daerah. Salah satunya dengan
adanya rencana pembangunan rel kereta api yang melintasi wilayah Kabupaten
Majalengka.
Dalam rangka mendukung rencana sistem transportasi Kabupaten
Majalengka seiring dengan akan hadirnya Bandara Internasional Jawa Barat, maka
pembangunan jaringan kereta api akan mengisi dan melengkapi kebutuhan
sistem transportasi di Kabupaten Majalengka. Berfungsinya kembali jaringan
kereta api di Kabupaten Majalengka diharapkan akan memudahkan proses
pergerakan barang dan jasa sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi
produksi yang dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Majalengka.
Rencana pembangunan jaringan kereta api baru (Bandung-Cirebon) dengan jalur
Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Kertajati- Kadipaten-Cirebon akan mendukung
keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat yang ada di Kabupaten Majalengka.
Keberadaan jaringan kereta api dan pelayanannya akan melengkapi
pelayanan terhadap penumpang, terutama untuk mempermudah akses menuju
Bandara Internasional Jawa Barat serta sebagai alternatif saranatransportasi
regional yang menghubungkan Majalengka – Cirebon, Majalengka – Bandung,
Indramayu – Majalengka – Sumedang – Bandung. Majalengka – Sumedang –
Bandung. Pembangunan Infrastruktur transportasi Kereta Api yang melintasi
kawasan Kabupaten Majalengka diharapkan dapat memacu kegiatan
perekonomian terutama dalam hal distribusi hasil-hasil produksi dan mobilitas
penduduk yang ada di Kabupaten Majalengka.
Pendahuluan I - 24
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
3. Struktur Perekonomian Kabupaten Majalengka
Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila
terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui
pertumbuhan angka PDRB yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa tabungan
domestik, tenaga kerja, teknologi, dan sebagainya; sedangkan faktor
eksternal dapat berupa investasi dari luar daerah dan impor, serta ekspor ke
luar daerah.
Tujuan utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara luas, interpretasi
kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan kualitas hidup, pembagian
distribusi pendapatan yang merata, perluasan kesempatan kerja dan
pergeseran aktivitas perekonomian secara sektoral.
Untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat diperlukan data
yang spesifik. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu data statistik yang digunakan dalam sistem evaluasi dan perencanaan
ekonomi makro suatu wilayah.
PDRB Kabupaten Majalengka tahun 2013 atas dasar harga konstan
tahun 2000 adalah Rp. 5.088,37 miliar meningkat dari tahun 2012
(Rp.4.855,36 miliar) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) pada tahun
2013 sebesar 4,80 persen, meningkat dari tahun 2012 (4,76 persen).
Kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka masih didominasi
oleh sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa, sumber mata
pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka adalah di sektor
pertanian. Tahun 2013 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar
32,84 persen dengan laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian sebesar
3,14 persen.
Kontribusi terbesar setelah sektor pertanian didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 19,29 persen dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 7,24 persen.
Pendahuluan I - 25
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan sebagai
sektor yang diharapkan perkembangannya dapat mengangkat
perekonomian daerah agar mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Kontribusi sektor ini sebesar 15,13 persen dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 4,71 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian di Kabupaten
Majalengka sangat didukung oleh sektor pertanian, sektor perdagangan dan
sektor industri dengan kontribusi masing-masing merupakan penyumbang
terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Majalengka. Semakin besar
peranan suatu sektor dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa sektor
tersebut sebagai engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi.
Secara rinci struktur perekonomian Kabupaten Majalengka
sebagaimana terlihat dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Sektor
Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2013 (Jutaan Rupiah) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000)
No S e k t o r Tahun (Rp)
2012 2013 1 Pertanian 1.274.278,82 1.314.350,01
- Tanaman bahan makanan 1.058.776 1.076.629,18
- Tanaman Perkebunan 46.324,15 47.893,02
- Peternakan dan Hasil-hasilnya 131310,51 150.039,21
- Kehutanan 7017,40 7.295,53
- Perikanan 30.850,59 32.493,07
2 Pertambangan dan Penggalian 188.075,13 191.179,22 3 Industri Pengolahan 817.284,31 855.778,4
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 36.332,94 39.644,73
5 Bangunan 253.376,89 274.179,13
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.048.992,33 1.124.978,72
7 Pengangkutan dan Komunikasi 313.412,99 325.708,18
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 281.677,01 298.200,19
9 Jasa-jasa 641.934,14 664.352,49
Jumlah 4.855.365,86 5.088.371,07
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 ( Data Sementara)
Pendahuluan I - 26
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Jutaan Rupiah) (Atas Dasar Harga Berlaku)
No S e k t o r Jumlah (Rp) Kontribusi ( % ) 1 Pertanian 4.384.290,31 32,84
- Tanaman bahan makanan 3.760.280,4 28,17
- Tanaman Perkebunan 141.448,14 1,06
- Peternakan dan Hasil-hasilnya 396.605,97 2,97
- Kehutanan 17.443,29 0,13
- Perikanan 68.512,51 0,51
2 Pertambangan dan Penggalian 385.453,7 2,89
3 Industri Pengolahan 2.202.357,03 15,13
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 77.907,06 0,58
5 Bangunan 597.997,08 4,48
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.575.259,83 19,29
7 Pengangkutan dan Komunikasi 782.044,88 5,86
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 514.401,18 3,85
9 Jasa-jasa 2.011.849,96 15,07
Jumlah 13.349.561,02 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 (Data Sementara)
Tabel 1.3. Laju Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Kabupaten Majalengka
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013
No S e k t o r Tahun (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 4,53 1,77 2,26 2,40 3,14
2 Pertambangan dan Penggalian 2,19 2,07 4,49 2,10 1,65
3 Industri Pengolahan 4,81 3,73 4,13 4,50 4,71
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,61 8,74 7,54 7,70 9,12
5 Bangunan 5,78 9,37 8,65 8,80 8,21
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,11 8,91 7,47 7,50 7,24
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,40 5,73 5,25 5,30 3,92
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,41 5,24 5,54 5,60 5,87
9 Jasa-jasa 5,20 3,31 3,78 3,80 3,49
Total 4,73 4,59 4,67 4,74 4,8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2014 (Data Sementara)
Pendahuluan I - 27
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka tahun 2013
diperkirakan mencapai 4,80 persen. Pertumbuhan perekonomian tersebut akan
berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Majalengka. IPM Kabupaten Majalengka tahun 2013 diperkirakan sebesar 71,82,
Indek Kesehatan 70,22 dengan AHH 67,13 tahun, Indek Pendidikan 80,32 dengan
AMH 95,84 persen, dan RLS 7,39 Tahun serta Indek Daya Beli 64,94 dengan
Paritas Daya Beli Rp 641.010.
B. Dasar Hukum
asar hukum penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2013, sebagai berikut :
1. Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat RI Nomor XI/MPR/1998 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
(4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
D
Pendahuluan I - 28
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
7. Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Indonesia;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/1X/6/8/ 2003
Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Majalengka Tahun 2005-2025;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2009-2013;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka
(Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 10);
14. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah
Nomor 10 tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2011 Nomor 8);
Pendahuluan I - 29
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
15. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Nomor 17);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor
4);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013 Nomor 5);
18. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Berita
Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor 4);
19. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2013 (Berita Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2013 Nomor 10);
20. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 21 Tahun 2012 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
Anggaran 2013 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Nomor
21);
21. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penjabaran
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka
Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013
Nomor 12).
22. Peraturan Bupati Majalengka Nomor 16 Tahun 2013 Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Majalengka Tahun Anggaran
2014 (Berita Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2013 Nomor 16);
Pendahuluan I - 30
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
C. Sistematika Penyusunan
enyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten
Majalengka Tahun 2013 mengikuti alur pikir sebagai berikut :
Gambar 1.1. Alur Pikir Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
PRPJMD
KAB. MAJALENGKA RENSTRA SATKER
RKPD KAB. MAJALENGKA
RENCANA KINERJA SATKER
ARAH KEBIJAKAN UMUM, STRATEGI & PRIORITAS
R A P B D
A P B D
R K A
D P A
LAKIP KABUPATEN MAJALENGKA
LAKIP SATUAN KERJA
Pendahuluan I - 31
Pemerintah Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Adapun sistematika penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Kabupaten Majalengka tahun 2013 adalah :
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berisi tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2009-
2013 dan sejauhmana Pemerintah Kabupaten Majalengka mencapai tujuan dan
sasaran strategisnya dalam rangka mencapai visi dan misi, kendala-kendala yang
dihadapi, serta langkah-langkah dalam mengatasi kendala-kendala dan
langkah-langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin terjadi
di masa yang akan datang.
BAB. I PENDAHULUAN
Berisi uraian tentang gambaran umum dan struktur organisasi Pemerintah
Kabupaten Majalengka, isu-isu strategis dan prioritas pembangunan, struktur
ekonomi Kabupaten Majalengka; dasar hukum; dan sistematika penulisan.
BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2013
Berisi gambaran singkat mengenai : Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2009-2013, dan Penetapan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Majalengka Tahun 2013. RPJMD Tahun 2009-2013 menguraikan
secara singkat visi, misi, tujuan, sasaran dan strateginya (kebijakan dan program).
Penetapan Kinerja tahun 2013 menguraikan sasaran strategis, indikator kinerja,
dan target yang akan dicapai.
BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA
Bab ini menyajikan uraian kerangka pengukuran kinerja, hasil pengukuran
kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya
menguraikan secara sistematis keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, dan
permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil,
dan pembandingan capaian kinerja. Selain itu juga menyajikan akuntabilitas
keuangan yang menyajikan alokasi dan realisasi APBD Kabupaten Majalengka.
BAB. IV PENUTUP
Berisi tinjauan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan,
permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah