bab i pendahuluan 1.1 latar...

11
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah yang meliputi masyarakat primitif, masyarakat pertanian, masyarakat industri dan masyarakat informasi seperti saat ini (Ozkan et al., 2016). Masyarakat informasi adalah suatu masyarakat di mana informasi menggantikan barang-barang material (material goods) sebagai pendorong utama sosial-ekonomi (Wang, 2014). Menurut Moore (2011) terdapat tiga karakteristik pada masyarakat informasi. Pertama, informasi digunakan sebagai sumber daya ekonomi. Suatu organisasi memanfaatkan informasi yang lebih besar untuk meningkatkan efisiensi, menstimulasi adanya inovasi, meningkatkan efektivitas dan daya saing melalui peningkatan kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Kedua, terdapat kemungkinan untuk mengidentifikasi seberapa besar penggunaan informasi pada masyarakat umum. Masyarakat menggunakan informasi lebih intensif dalam aktivitasnya sebagai konsumen, misalnya untuk menginformasikan produk yang mereka pilih. Ketiga, adanya pengembangan sektor informasi dalam ekonomi. Fungsi dari sektor informasi adalah untuk memenuhi permintaan fasilitas dan pelayanan informasi yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi: jaringan telekomunikasi dan komputer. Karakteristik masyarakat informasi ini didukung oleh munculnya era globalisasi sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan atau

Upload: ngonga

Post on 16-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

yang meliputi masyarakat primitif, masyarakat pertanian, masyarakat industri dan

masyarakat informasi seperti saat ini (Ozkan et al., 2016). Masyarakat informasi

adalah suatu masyarakat di mana informasi menggantikan barang-barang material

(material goods) sebagai pendorong utama sosial-ekonomi (Wang, 2014).

Menurut Moore (2011) terdapat tiga karakteristik pada masyarakat

informasi. Pertama, informasi digunakan sebagai sumber daya ekonomi. Suatu

organisasi memanfaatkan informasi yang lebih besar untuk meningkatkan

efisiensi, menstimulasi adanya inovasi, meningkatkan efektivitas dan daya saing

melalui peningkatan kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Kedua,

terdapat kemungkinan untuk mengidentifikasi seberapa besar penggunaan

informasi pada masyarakat umum. Masyarakat menggunakan informasi lebih

intensif dalam aktivitasnya sebagai konsumen, misalnya untuk menginformasikan

produk yang mereka pilih. Ketiga, adanya pengembangan sektor informasi dalam

ekonomi. Fungsi dari sektor informasi adalah untuk memenuhi permintaan

fasilitas dan pelayanan informasi yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi:

jaringan telekomunikasi dan komputer.

Karakteristik masyarakat informasi ini didukung oleh munculnya era

globalisasi sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan atau

2

inovasi dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya. Perubahan ini harus dilakukan

karena saat ini dunia bisnis menerapkan knowledge-based, di mana dalam era

economy knowledge, informasi dan teknologi informasi memiliki peranan yang

penting (Mondal dan Ghosh, 2012). Hal ini juga dinyatakan oleh Sawarjuwono

dan Kadir (2003) bahwa perusahaan harus segera mengubah dengan cepat bisnis

yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis yang

berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) dengan karakteristik utama

ilmu pengetahuan.

Knowledge based business merupakan suatu bisnis yang didasarkan pada

penggunaan ide dan informasi (www.dictionary.cambridge.org). Sveiby dalam

Zakery dan Afrazeh (2015) menyatakan bahwa pada era berbasis pengetahuan,

ekonomi, modal, dan tenaga kerja tidak lagi menjadi sumber daya utama pada

keunggulan bersaing perusahaan secara berkelanjutan, sedangkan sumber daya

yang menjadi paling penting adalah sumber daya tak berwujud (intangible

resource). Dengan hal ini, perusahaan perlu menerapkan strategi yang dapat

mendorong peningkatan pengetahuan perusahaan seperti investasi pada teknologi

informasi, informasi, keterampilan, dan pengetahuan lainnya.

Investasi pada teknologi informasi, informasi, keterampilan, dan

pengetahuan lainnya yang dilakukan perusahaan termasuk dalam kategori aset

tidak berwujud. Aset tidak berwujud, menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) 19 (revisi 2000) dalam Ulum (2009), merupakan aset non-

moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki

untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,

3

disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Awalnya, aset

tidak berwujud kurang diminati untuk dilakukan pengungkapan. Namun, menurut

Harrison dan Sullivan (2000), sejak tahun 1990-an terjadi peningkatan perhatian

terhadap praktik pengelolaan aset tidak berwujud. Selanjutnya, dalam penelitian

yang dilakukan oleh Petty dan Guthrie (2000) menyatakan bahwa salah satu

pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud

adalah modal intelektual (intellectual capital). Modal intelektual telah menjadi

fokus perhatian di berbagai bidang, tidak hanya manajemen maupun akuntansi,

tetapi juga teknologi informasi dan sosiologi.

Modal intelektual adalah jumlah semua hal yang diketahui dan diberikan

oleh semua orang dalam perusahaan, yang memberikan keunggulan bersaing

(Stewart, 1997). Selain itu, Ia juga menyatakan bahwa modal intelektual

merupakan materi intelektual, yakni pengetahuan, informasi, hak pemilikan

intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.

Menurut Edvinsson dan Malone dalam Bontis (2000), modal intelektual meliputi

penerapan pengalaman, teknologi organisasi, hubungan pelanggan, dan keahlian

profesional yang memberikan keunggulan kompetitif perusahaan di pasar.

Sedangkan Bukh (2005) menyatakan bahwa modal intelektual merupakan sumber

daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi di

mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi

perusahaan.

Perubahan pada ekonomi berbasis pengetahuan dapat meningkatkan peran

sumber daya modal intelektual dalam proses penciptaan nilai perusahaan (Holland

4

dalam Orens et al., 2009). Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang

dibayar investor atas sahamnya di pasar (Amalia, 2012). Ketika perbedaan antara

harga saham dengan nilai buku aktiva perusahaan terjadi peningkatan, maka hal

ini menunjukkan adanya nilai yang tersembunyi (hidden value). Menurut Chen et

al. (2005), penghargaan lebih pada suatu perusahaan dari para investor, diyakini

disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Roos dan Roos

(1997); Bontis et al. (2000) percaya bahwa IC adalah seperangkat aset tidak

berwujud yang meningkatkan tidak hanya kinerja perusahaan tetapi juga

meningkatkan nilai organisasi (Mondal dan Ghosh, 2012). Modal intelektual

menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Namun, metode pengukuran

yang tepat terhadap modal intelektual belum dapat ditetapkan secara baku karena

menurut Yudhanti dan Shanti (2011) cukup sulit untuk melakukan perhitungan

tingkat perubahan pada aset tidak berwujud, sehingga terdapat beberapa konsep

dan metode pengukuran modal intelektual.

Metode pengukuran modal intelektual dapat dikelompokkan ke dalam dua

kategori, yaitu: pengukuran non monetary dan pengukuran monetary (Tan et al.,

2007). Salah satu pengukuran monetary yang sering digunakan adalah metode

VAIC. Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) adalah metode

pengukuran secara tidak langsung terhadap modal intelektual dengan suatu ukuran

untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual

perusahaan yang diusulkan oleh Ante Pulic pada tahun 1998.

Metode VAIC dirancang oleh Ante Pulic untuk membantu manajer

perusahaan dalam menggali potensi perusahaan yang didasarkan pada kinerja

5

bisnis saat ini (Pulic, 2000). Ia juga menyatakan bahwa proses penciptaan nilai

dalam bisnis saat ini harus diukur dan didokumentasikan untuk mengelola

penciptaan nilai dalam perusahaan, mengoptimalkan potensi dan memaksimalkan

nilai di pasar. Metode VAIC memiliki tiga komponen penting yaitu aset tetap

yang digunakan perusahaan (phisycal capital) yang akan disebut VACA-Value

Added Capital Coefficient, sumber daya manusia (human capital) yang akan

disebut VAHU-Value Added Human Capital Coefficient, dan infrastruktur

perusahaan (structural capital) yang biasa disebut STVA-Structural Capital

Coefficient.

Penelitian mengenai modal intelektual dengan pengukuran metode VAIC

telah dilakukan baik di dalam maupun di luar Indonesia. Dari luar Indonesia

terdapat beberapa peneliti seperti Firrer dan William (2003), Chen et al. (2005),

Joshi et al. (2013), dan Meles et al. (2016).

Firer dan William (2003) meneliti pengaruh modal intelektual terhadap

kinerja perusahaan di mana menggunakan proksi profitabilitas ROA (return on

assets), proksi produktifitas ATO (assets turnover ratio), dan nilai pasar MB

(market to book value ratio). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh positif antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan.

Selain itu ditemukan juga bahwa perusahaan-perusahaan di Afrika Selatan masih

mengunggulkan komponen modal fisik.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) merupakan

pengembangan dari penelitian yang dilakukan Firer dan William (2003). Chen et

al. (2005) menggunakan variabel dependen market to book value ratio on equity

6

(MB) dan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh ROE (return on

equity), ROA (return on assets), GR (pertumbuhan pendapatan), dan EPS

(earning per share). Penelitian ini menggunakan perusahaan publik di Taiwan

Stock Exchange sebagai objek penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah Chen

et al. (2005) berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh

terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Joshi et al. (2013) melakukan penelitian dengan objek penelitian adalah

perusahaan sektor keuangan di Australia periode 2006-2008. Penelitian ini

menunjukkan bahwa VAIC tidak berkontribusi banyak dalam kinerja perusahaan.

Perusahaan sektor keuangan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Perusahaan asuransi lebih fokus pada modal fisik sedangkan perusahaan

perbankan lebih berfokus pada modal manusia.

Meles et al. (2016) meneliti dampak dari efisiensi penggunaan modal

intelektual terhadap kinerja perbankan pada bank umum (commercial bank) di

Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan ROAA (return on average assets)

dan ROAE (return on average equity) sebagai proksi kinerja perusahaan. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan modal intelektual

memberikan dampak yang positif terhadap kinerja perbankan. Selain itu,

penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa dari ketiga komponen VAIC,

komponen Human Capital (HC) menjadi komponen yang paling memengaruhi

kinerja perbankan di Amerika Serikat.

Sedangkan penelitian modal intelektual di Indonesia dilakukan oleh Ulum

(2008) yang menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan

7

perbankan, kinerja keuangan perusahan di masa depan dan menguji pengaruh rata-

rata pertumbuhan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan di

masa depan. Penelitian ini menggunakan metode partial least square. Hasil dari

penelitian ini membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan maupun kinerja keuangan perusahaan di masa datang,

namun rata-rata pertumbuhan modal intelektual tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan di masa datang.

Fariana (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh modal intelektual

terhadap kinerja keuangan dengan objek perusahan sektor keuangan di Indonesia.

Dalam penelitiannya, variabel independennya menggunakan komponen dari

VAIC yang diuji masing-masing pengaruhnya terhadap kinerja keuangan dan

kinerja keuangan masa depan yang diproksikan dengan ROE. Uji dilakukan baik

secara simultan maupun parsial. Hasil dari penelitian ini adalah VACA, VAHU,

dan STVA secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan kinerja

keuangan masa depan. Selain itu, hasil penelitian secara parsial menunjukkan

bahwa hanya VACA dan STVA yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan

kinerja keuangan masa depan.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,

terdapat hasil penelitian yang berbeda antar peneliti. Penelitian ini disusun untuk

meneliti pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan pada sektor

keuangan di Indonesia. Bursa Efek Indonesia mengategorikan perusahaan sektor

keuangan di Indonesia menjadi empat kategori yaitu bank, asuransi, lembaga

pembiayaan, dan perusahaan efek. Perusahaan sektor keuangan dipilih karena

8

termasuk perusahaan padat pengetahuan di mana perusahaan memiliki karyawan

berpengetahuan yang mampu memajukan kinerja perusahaan. Hal ini juga

dinyatakan oleh Firer dan William dalam Goh (2005) bahwa perusahaan

perbankan memiliki tingkat pengetahuan yang padat, sehingga dapat digunakan

sebagai objek penelitian mengenai modal intelektual. Penelitian ini berfokus pada

kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Assets serta

menggunakan ukuran perusahaan, umur perusahaan serta rasio Assets Turnover

sebagai variabel kontrol.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, terdapat perbedaan hasil penelitian

dari para peneliti terdahulu mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja

perusahaan. Perbedaan hasil penelitian ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti

lebih lanjut. Selain itu, objek penelitian yang digunakan didominasi dengan

perusahaan sektor perbankan yang memiliki kepadatan pengetahuan. Namun,

menurut Ting dan Lean (2009), institusi keuangan atau perusahaan sektor

keuangan lainnya termasuk di dalam sektor yang padat pengetahuan. Sehingga

peneliti tertarik untuk menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja

perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari penjelasan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan

9

sektor keuangan di Indonesia. Kinerja dalam penelitian ini berfokus pada aspek

profitabilitas pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia. Dari pembahasan

tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah modal

intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan sektor keuangan di

Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji

pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan sektor keuangan di

Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat empiris bagi

peneliti selanjutnya mengenai modal intelektual dan kinerja

perusahaan sektor keuangan di Indonesia.

2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan investor dalam mengambil keputusan

investasi, sehingga investor dapat mengetahui keunggulan bersaing

perusahaan dilihat dari hasil kinerja modal intelektual

3. Bagi manajemen perusahaan sektor keuangan, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai dampak

modal intelektual terhadap kinerja perusahaan.

10

1.6 Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan sektor keuangan

di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terbatas pada kondisi

laporan keuangan tahunan perusahaan untuk periode lima tahun terakhir dari

2011-2015.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini dibagi dalam lima (5) bab pembahasan.

Bab-bab tersebut sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup

penelitian.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini menguraikan mengenai landasan teori sebagai dasar untuk melakukan

penelitian ini, diantaranya teori tentang teori stakeholder, teori resource-based,

modal intelektual, metode value added intellectual coefficient (VAIC), dan kinerja

perusahaan.

Bab III: Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan mengacu pada

rumusan masalah yang telah ditetapkan. Bab ini juga menjelaskan tentang desain

penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode

11

pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, dan

metode analisis data.

Bab IV: Hasil Analisis Data

Dalam bab ini dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan

data, analisis, dan pembahasan mengenai pengujian hipotesis serta hasil uji

statistik.

Bab V: Simpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi, saran, dan keterbatasan

penelitian