bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/bab i.pdfsetiap...

9
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menggosok gigi menjadi kebiasaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia setiap hari. Umumnya kebiasaan menggosok gigi dilakukan oleh masyarakat setiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. Kebiasaan menggosok gigi di waktu tersebut dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dengan presentase sebanyak 90,7%. Hal tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi Indonesia, karena menggosok gigi yang benar seharusnya dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari sesudah sarapan dan malam sebelum tidur. Menggosok gigi di waktu tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal. Apabila kegiatan menggosok gigi dilakukan pada waktu yang salah maka akan muncul penyakit baru pada gigi, salah satunya adalah karies gigi. Kegiatan menggosok gigi pada waktu yang salah juga menjadi salah satu faktor umum yang menyebabkan angka karies gigi meningkat .(Kemenkes. No.151,2016). Karies gigi itu sendiri merupakan penyakit yang merusak struktur gigi sehingga mengakibatkan gigi berlubang (Wisnu, 2017). Di Indonesi hampir semua provinsi mengalami kenaikan prevalensi karies dari tahun 2007 ke tahun 2013, hanya 4 provinsi yang mengalami penurunan, yaitu Maluku Utara, Papua Barat, Jogjakarta dan Riau. Peningkatan tertinggi terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan (29,1%), Jawa Timur (28,6%) dan Lampung (23,6%). Sedangkan berdasarkan karakteristik umur, di Indonesia karies gigi paling banyak terjadi pada umur 5-8 tahun (28,9%) dibandingkan dengan umur 1-4 tahun (10,4%) dan umur 9-14 tahun (25,2%) (Riskesdas, 2013).

Upload: phungtram

Post on 30-Jun-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menggosok gigi menjadi kebiasaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat

Indonesia setiap hari. Umumnya kebiasaan menggosok gigi dilakukan oleh masyarakat

setiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. Kebiasaan menggosok gigi di waktu

tersebut dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dengan presentase

sebanyak 90,7%. Hal tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi Indonesia, karena

menggosok gigi yang benar seharusnya dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari

sesudah sarapan dan malam sebelum tidur. Menggosok gigi di waktu tersebut akan

mendapatkan hasil yang optimal. Apabila kegiatan menggosok gigi dilakukan pada

waktu yang salah maka akan muncul penyakit baru pada gigi, salah satunya adalah karies

gigi. Kegiatan menggosok gigi pada waktu yang salah juga menjadi salah satu faktor

umum yang menyebabkan angka karies gigi meningkat .(Kemenkes. No.151,2016).

Karies gigi itu sendiri merupakan penyakit yang merusak struktur gigi sehingga

mengakibatkan gigi berlubang (Wisnu, 2017).

Di Indonesi hampir semua provinsi mengalami kenaikan prevalensi karies

dari tahun 2007 ke tahun 2013, hanya 4 provinsi yang mengalami penurunan, yaitu

Maluku Utara, Papua Barat, Jogjakarta dan Riau. Peningkatan tertinggi terdapat pada

provinsi Sulawesi Selatan (29,1%), Jawa Timur (28,6%) dan Lampung (23,6%).

Sedangkan berdasarkan karakteristik umur, di Indonesia karies gigi paling banyak

terjadi pada umur 5-8 tahun (28,9%) dibandingkan dengan umur 1-4 tahun (10,4%)

dan umur 9-14 tahun (25,2%) (Riskesdas, 2013).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

2

Penjelasan lain yang mendukung adalah data dari Depkes RI (2010) yang

menunjukan bahwa 63% penduduk Indonesia terutama anak – anak menderita

penyakit mulut dan gigi khususnya karies gigi. Peningkatan angka kejadian karies gigi

selalu diikuti dengan usia tumbuh kembang anak sehingga data dari para peneliti dan

pemerintah untuk pemantauan perkembangan terjadinya angka karies gigi di Indonesia

menjadi kurang.

Karies gigi bila dibiarkan tanpa diberikan perawatan dalam kurun waktu

tertentu akan menjadi parah. Keparah yang akan terjadi berupa keadaan kurang gizi,

karena adanya gangguan fungsi kunyah sehingga dapat menyebabkan terganggunya

penyerapan dan pencernaan makanan, pada akhirnya dapat mengganggu kondisi gizi

anak (Kusumawati, 2010). Selain itu apabila karies gigi sudah menjadi parah maka akan

menimbulkan keluhan yang dapat berdampak pada produktifitas kegiatan sehari-hari.

Tidak dapat pergi ke sekolah, konsentrasi belajar di kelas menurun, serta sulit untuk

tidur karena menahan rasa sakit pada gigi. Adapun dampak lain karies gigi yang paling

dirasakan antara lain makanan menyangkut, menghindari makanan tertentu, nafas bau,

rasa ngilu pada gigi, sulit dan tidak nyaman ketika menguyah makanan, serta rasa sakit

gigi yang terus-menerus sepanjang hari atau bias muncul dan hilang secara berulang-

ulang tanpa menentu (Ratna, 2011).

Anak lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang

menyebabkan karies gigi dibandingkan dengan orang dewasa, karena anak-anak lebih

menyukai makanan dan minuman manis, tetapi apabila terlalu banyak mengkonsumsi

manis dan jarang membersihkannya maka akan menyebabkan muncul karies pada gigi-

gigi anak tersebut (Sumini, 2014). Anak-anak umumnya masih mempunyai kebiasaan

diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. Kebiasaan diri tersebut antara lain

malas untuk menyikat gigi, menyukai makanan manis dan sering kali lupa diri untuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

3

berhenti mengkonsumsi makanan tersebut, tidur setelah makan tanpa melakukan

gosok gigi, serta waktu menyikat gigi yang tidak tepat (Fitria, 2016).

Perilaku orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi derajat

kebersihan gigi dan mulut pada anak. Orang tua sangat diperlukan dalam membimbing,

mengingatkan, memberikan pengertian dan menyediakan fasilitas kepada anak agar

dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Dalam proses pembentukan perilaku

membutuhkan waktu dan juga kemampuan dari orang tua untuk bisa mengajarkan

kepada anak. Karena perilaku itu sendiri merupakan kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan,

nafsu dan sebagainya. Perilaku tersebut mencakup kegiatan kognitif (pengetahuan),

kegiatan emosi (sikap) dan kegiatan konasi (tindakan) (Mustika, 2015).

Penelitian Afiati (2017) menyampaikan bahwa ada hubungan perilaku ibu

tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi anak, hal

tersebut ditinjau berdasarkan pengetahuan orang tua. Pengetahuan merupakan dasar

terbentuknya perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu

kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan dan menganalisis suatu keadaan.

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang

mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan

tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses

pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut

merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan

mulut anak (Noreba, 2015).

Sikap merupakan reaksi atau respon dari seseorang terhadap stimulasi atau

objek. Sikap dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki, baik yang diperoleh melalui

pendidikan formal maupun informal yang berasal dari pengalaman. Dari pengetahuan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

4

dan pengalaman akan muncul suatu kesadaran diri untuk berperilaku dan bersikap

sesuai dengan pemikiran yang dianggap benar dan tepat. Sikap perawatan gigi pada

anak dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi. Dengan kata lain

semakin tinggi pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dan mulut maka sikap

dalam perawatan gigi pada anak akan positif, sehingga akan tercapai kesehatan yang

optimal pada anak khususnyaa anak akan terhindar dari masalah kesehatan gigi dan

mulut (karies) (Nugroho, 2014).

Tindakan (practice) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status

kesehatan seseorang. Seseorang akan bertindak baik terhadap dirinya sendiri

berdasarkan dengan pengetahuan, perilaku kesehatan orang lain yang menjadi panutan,

sumber daya (fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas kesehatan) dan

kebudayaan (Rahayu, 2014). Tindakan orang tua dalam mendampingi, mengajarkan

dan memberi contoh sederhana setiap harinya merupakan hal yang tepat guna

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Dengan tindakan orang tua yang

positif maka dapat mengurangi resiko karies gigi pada anak (Worang, 2014).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan SD/MI di wilayah kerja Puskesmas

Dinoyo Malang diketahui bahwa pada SDI Surya Buana Malang terdapat 74 siswa

mengalami karies gigi dari jumlah siswa kelas 1 keseluruhan 103 siswa. Data tersebut

didapat dari hasil screening yang dilakukan pada siswa kelas 1 oleh Puskesmas Dinoyo

Malang tahun 2017.

Menurut Tim Unit Kesehatan Sekolah (UKS) SDI Surya Buana Malang masih

terdapat karies gigi pada siswa setiap tahun. Hal itu diketahui karena pihak tim UKS

selalu melakukan screening dan pemeriksaan berkala serta kegiatan yang mendukung

sebagai upaya agar karies gigi pada siswa di SDI Surya Buana Malang dapat dikurangi.

Peneliti melakukan studi pendahuluan terdahap 5 orang wali siswa dengan wawancara

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

5

secara langsung tentang kesehatan gigi dan mulut anak. Data yang didapat dari

wawancara tersebut, diketahui bahwa perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi dan

mulut anak terutama karies gigi sangat kurang. Hal tersebut terbukti dari jawaban wali

murid yang menyatakan bahwa saat dirumah anak tidak teratur dan bahkan jarang

menyikat gigi, suka mengkomsumsi makanan dan minuman yang manis dan tidak

pernah konsultasi ke dokter gigi yang seharusnya dilakukan minimal 6 bulan sekali.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, masalah karies gigi di SDI

Surya Buana Malang masih tinggi dan belum terdeteksi perilaku orang tua dalam

perawatan gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak. Maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang analisis faktor orang tua dalam pemeliharaan kesehatan

gigi terhadap kejadian karies gigi pada siswa SDI Surya Buana Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut mengenai karies gigi pada anak, maka

permasalahan yang diangkat peneliti adalah “Bagaimana Faktor Perilaku Orang Tua

Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Siswa SDI

Surya Buana Malang ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku (dominan) orang tua dalam perawatan gigi

terhadap kejadian karies gigi pada siswa SDI Surya Buana Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor demografi orang tua meliputi pendidikan, usia,

pekerjaan dan sosial ekonomi dengan kejadian karies gigi pada siswa SDI

Surya Buana Malang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

6

b. Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua dengan kejadian karies gigi

pada siswa SDI Surya Buana Malang

c. Menganalisis hubungan sikap orang tua dengan kejadian karies gigi pada siswa

SDI Surya Buana Malang

d. Menganalisis hubungan tindakan orang tua dengan kejadian karies gigi pada

siswa SDI Surya Buana Malang

e. Menganalisis faktor dominan perilaku orang tua yang mempengaruhi kejadian

karies gigi pada siswa SDI Surya Buana Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui faktor perilaku orang

tua terutama faktor dominan dalam perawatan gigi terhadap kejadian karies

gigi pada siswa SDI Surya Buana Malang.

2. Bagi orang tua

Dari penelitian ini diharapkan akan diketahui faktor orang tua terutama faktor

dominan dalam perawatan gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak,

sehingga orang tua dapat mengetahui dan mengevaluasi diri dengan orang tua

lainnya baik dengan anaknya yang mengalami karies ataupun tidak karies.

3. Bagi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi instansi

pendidikan khususnya bagi pengajar di SDI Surya Buana Malang tentang

pentingnya mengajarkan sejak dini kebersihan gigi dan mulut untuk

mencegah terjadinya karies gigi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

7

4. Bagi instansi kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas

kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan (orang tua dan anak) mengenai

pentingnya kesehatan gigi dan mulut anak dan melakukan pemeriksaan secara

rutin pada setiap Sekolah Dasar di masing-masing wilayah.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian tentang analisis faktor orang tua dalam perawatan gigi terhadap

kejadian karies gigi pada siswa SDI Surya Buana Malang diharapkan dapat

menjadi referensi untuk mengembangkan penelitian lainnya tentang kejadian

karies gigi berdasarkan klasifikasinya.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Windasari Kusumaningrum (2014) dengan judul Gambaran Perilaku Orang

Tua Dalam Perawatan Gigi Karies Anak Toddler Di Puskesmas Bendosari

Kabupaten Sukoharjo. Tujuan dari penelitian adalah Mengetahui gambaran

perilaku orang tua dalam perawatan gigi karies anak toddler di Puskesmas

Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik.

Teknik pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Sampel yang

digunakan adalah 63 orang tua. Pengumpulan data menggunakan kuesioner

berjumlah 18 soal dan observasi terhadap anak. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perilaku orang tua dalam perawatan gigi pada anak

toddler dengan karies sebagian besar memiliki perilaku yang kurang baik

sebesar (52,4%) dan yang berperilaku baik sebesar (47,6%). Perilaku orang

tua ditandai dengan kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi

anak, tidak memberikan sayuran dan buah, kurangnya melatih gosok gigi pada

malam hari, kurang memperhatikan pemakaian sikat gigi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

8

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel yang

berbeda, penelitian ini menggunakan sampel anak usia sekolah 8-9 tahun.

Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling berupa

purposive sampling.

2. Risti Afiati, dkk (2017) dengan judul Hubungan Perilaku Ibu Tentang

Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak.

Tinjauan Berdasarkan Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dan Status Sosial di

TK ABA 1 Banjarmasin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan

ada tidaknya hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan dan status

sosial ibu dengan status karies gigi murid di TK ABA 1 Banjarmasin. Metode:

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 46

sampel, sampel ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan

data dilakukan langsung pada ibu dan murid di TK ABA 1 Banjarmasin yang

telah memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner untuk mengukur pengetahuan, tingkat pendidikan dan status social

ibu. Penilaian status karies dinilai berdasarkan indeks def-t.Hasil: Pada

penelitian ini peneliti menghubungkan antara pengetahuan, pendidikan dan

status sosial ibu dengan indeks karies anak, peneliti mendapatkan hasil spss

dengan uji spearman menunjukkan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi

variabel pengetahuan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi maka

semakin rendah indeks def-t anak, kekuatan korelasi < 0,8 (kekuatan korelasi

kuat) dan nilai p < 0,05 yaitu korelasi bermakna. Simpulan: Ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan, tingkat pendidikan, dan status sosial ibu

dengan status karies anak.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45705/2/BAB I.pdfsetiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. ... malas untuk menyikat gigi, ... Perilaku

9

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel yang

berbeda, penelitian ini menggunakan sampel anak usia sekolah 8-9 tahun.

Untuk pengambilan data berupa kuesioner untuk mengukur perilaku

(pengetahuan, sikap, tindakan) orang tua.