bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi di indonesia semakin pesat dan banyaknya masyarakat pengguna teknologi informasi melalui internet seperti sosial media yang memuat berbagai macam konten yang dapat bisa menimbulkan suatu tindak pidana. Bahkan sekarang banyak masyarakat yang kurang bisa mengontrol hasratnya ketika sudah mengenal teknologi dan akhirnya timbul suatu perbuatan yang dapat menimbulkan suatu unsur tindak pidana terkadang orang tidak memahami akan adanya aturan yang mengatur tentang perbuatan yang mungkin bisa membuatnya menjadi pelaku tindak pidana, meskipun tujuan perbuatannya hanya untuk memebrikan efek tertentu terhadap siapa yang menjadi korban. Saat ini terlahir suatu rezim hukum baru yang mana dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika, hukum siber atau cyber law, secara internasional di gunanakan untuk istilah hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hukum telemarika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media dan hukum informatika. Ada istilah lain yang digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information technology), hukum dunia maya (virtual worl law), dan hukum mayantara. 1 Terjadinya perbuatan yang menggunakan teknologi informasi mengakibatkan adanya persoalan dalam penegakan hukum pidana di indonesia, yang bersangkutan dengan perbuatan perbuatan yang di larang dan di ancam 1 Tina asmarawati. 2015 Delik-delik yang Ada diluar KUHP jakarta , Deepublish. Hal 56

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di indonesia semakin pesat dan banyaknya

masyarakat pengguna teknologi informasi melalui internet seperti sosial media

yang memuat berbagai macam konten yang dapat bisa menimbulkan suatu tindak

pidana. Bahkan sekarang banyak masyarakat yang kurang bisa mengontrol

hasratnya ketika sudah mengenal teknologi dan akhirnya timbul suatu perbuatan

yang dapat menimbulkan suatu unsur tindak pidana terkadang orang tidak

memahami akan adanya aturan yang mengatur tentang perbuatan yang mungkin

bisa membuatnya menjadi pelaku tindak pidana, meskipun tujuan perbuatannya

hanya untuk memebrikan efek tertentu terhadap siapa yang menjadi korban.

Saat ini terlahir suatu rezim hukum baru yang mana dikenal dengan

hukum siber atau hukum telematika, hukum siber atau cyber law, secara

internasional di gunanakan untuk istilah hukum yang berkaitan dengan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hukum telemarika yang

merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media

dan hukum informatika. Ada istilah lain yang digunakan adalah hukum teknologi

informasi (law of information technology), hukum dunia maya (virtual worl law),

dan hukum mayantara.1

Terjadinya perbuatan yang menggunakan teknologi informasi

mengakibatkan adanya persoalan dalam penegakan hukum pidana di indonesia,

yang bersangkutan dengan perbuatan – perbuatan yang di larang dan di ancam

1Tina asmarawati. 2015 Delik-delik yang Ada diluar KUHP jakarta , Deepublish. Hal 56

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

2

dengan pidana maupun yang berkaitan dengan sistem pembuktian dan alat-alat

bukti yang dapat digunakan untuk memebuktikan telah terjadinya suatu perbutan

pidana dan dalam menentukan siapa pelaku tindak pidana.

Hukum pidana yang berlaku di indonesia sekarang ini sudah dibukukan

dalam jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis

dan lengkap, yang sebagain besar aturannya disusun dalam dalam satu kitab

undang-undang wetboek, yang di namakan kitab undang-undang hukum pidana,

menurut suatu sistem yang tertentu. Banyak aturan pidana yang brada diluar

wetboek, banyak peraturan atau pun perundang-undangan semuanya tunduk dalam

sistem yang dipakai dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.2

Khusus dengan tindak pidana penghinaan, sebagaimana diatur dalam Pasal

310 sampai Pasal 321 KUHP masih tetap dipertahankan. Penghinaan ini

dilakukan baik lisan maupun tulisan dengan cara menista, memfitnah, maupun

mengadu secara menfitnah. Hampir di seluruh dunia, pasal-pasal yang terkait

penghinaan masih dipertahankan. Alasannya, hasil penghinaan dalam wujud

pencemaran nama baik adalah character assassination dan merupakan

pelanggaran hak asasi manusia.

Perundang-Undangan Hukum Pidana yang berlaku sekarang, ialah

Perundang-Undangan Hukum Pidana yang ada pada Tanggal 8 Maret 1942,

berdasarkan Pasal I Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 setelah diadakan

perubahan dan penambahan oleh undang-undang tersebut. Undang-Undang

Hukum Pidana yang disebut dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 adalah

2Moeljatno. 1987. Azas-azas hukum pidana . jakarta : bina aksara Hal.16

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

3

“Wetboek Van Strafrecht” yang dapat disebut Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana. Sedangkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 yang tadinya “dianggap”

hanya berlaku untuk daerah “RI-perjuangan”, dengan Undang-Undang No. 73

Tahun 1958, dinyatakan berlaku untuk seluruh nusantara Indonesia, dengan

mengadakan perubahan ketentuan pidana atau delik dalam undang-undang

tersebut, sebagai berikut:

a) Pasal V menentukan bahwa Peraturan Hukum Pidana yang seluruhnya

atau sebagian sekarang tidak dapat dijalankan atau bertentangan dengan

kedudukan Indonesia sebagai Negara Merdeka atau tidak mempunyai arti

lagi, harus dianggap tidak berlaku;

b) Pasal VI nama Undang-Undang Hukum Pidana “Wetboek van Strafrecht

voor Nederlansch Indie” (WvSNI) diubah menjadi “Wetboek van

Strafrecht” kemudian disebut “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”;

c) Pasal VIII memuat perubahan kata-kata dan penghapusan beberapa pasal

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

d) Adanya ketentuan tentang tindak pidana baru sebagaimana dimuat dalam

Pasal IX sampai dengan Pasal XVI.

Banyaknya jenis tindak pidana baru yang muncul akibat kemajuan

teknologi menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik secara materil maupun

immateril. Kejahatan ini dapat dilakukan oleh seseorang dari suatu tempat yang

sangat pribadi tapi menimbulkan kerugian pada seseorang atau institusi di tempat

lain, yang terpisahkan oleh jarak ribuan kilometer, Dengan demikian kejahatan ini

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

4

kemudian membawa sifat transnational crimes, yaitu kejahatan yang bersifat

lintas batas territorial(transnational boundaries).3

Setiap tindak pidana yang di rumuskan dalam undang – undang selalu ada

objek tindak pidana. Banyak obek tindak pidana, boleh di kata atak terhitung

jumlahnya bergantung pada kepentingan hukum apa yang hendak dilindungi

dengan dibentuknya suatu pidana dalam pertauran perundang-undangan.

Meskipun begitu banyaknya objek tindak pidana, setidak – tidaknya dapat

dibedakan dalam dua macam objek. Pertama, objek mnegenai subjek hukum.

Kedua , objek mengenai objek hukum.

Pada dasarnya di dalam objek inilah terkandung kepentingan hukum yang

hendak dilindungi oleh tindak pidana yang bersangkutan. Suatu objek tindak

pidana selalu berhubungan erat dengan kepentingan hukum apa yang hendak

dilindungi oleh tindak pidan yang di rumuskan. Di contohkan pasal 310 KUHP

tentang kejahatan penistaan/pencemaran. Obek hukum tindak pidana pencemaran

adalah “kehormatan dan nama baik” orang dengan begitu kepentingan hukum

yang hendak dilindungi oleh bentuknya rumusan pasal 310 adalah pentingnya

hukum mengenai dua objek hukum tersebut. Melindungi ke pentingan hukum

terhadap nama baik dan kepentingan hukum terhadap kehormatan orang. Setiap

orang memerlukan terjaganya kepentingan hukum pribadi tersebut. Bahkan

3Budi suharyitno,2012.Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi

pengaturan dan celah hukumnya. Jakarta : Rajawali. Hal 1

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

5

terhadap orang yang sudah meningglpun, kepentingan huku yang demikian masih

perlu dijaga dan di pertahankan oleh dan di dalam hukum.4

Banyak yang menganggap bahwa keberadaan KUHP tidak mampu

menjangkau kejahatan baru tersebut, sehingga pemerintah menginisiasi lahirnya

aturan tentang cybercrime. Kehadiran undang-undang terkait dengan pengaturan

cybercrime ini tentu saja sangat dibutuhkan dalam penegakan hukum pidana,

terutama kejahatankejahatan yang memang lahir dari kehadiran teknologi tersebut.

Namun dalam tataran praktek, penegakan hukum pidana dengan UU ITE ini

ternyata menimbulkan masalah hukum bagi orang-orang yang menggunakan

sarana teknologi informasi untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah

berupa jeratan hukum pidana maupun jeratan sanksi lainnya.

Hal tersebut di atas terjadi karena UU ITE tidak saja mengatur masalah

cybercrime sebagaimana yang diatur dalam convention on cybercrime, tetapi juga

mengatur perbuatan pidana tradisional berupa penghinaan yang menggunakan

media teknologi informasi. Ketentuan tersebut dapat ditemukan dalam Pasal 27

ayat (3) UU ITE yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan ataumentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya

informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. perbuatan tersebut, seseorang

dapat dituntut dengan pidana penjara maksimal 6 (enam) tahun dan/atau denda

4 H. Adam Chazawi,2009. Hukum Pidana Positif Penghinaan Tindak Pidana Menyerang

Kepentingan Hukum Mengenai Martabat Kehormatan Dan Martabat Nama Baik Orang Bersifat

Pribadi Maupun Komunal. Surabaya .ITS press. Hal 9

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

6

Rp.1.000.000.000 (satu milyar) sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU

ITE.5

Masalah tindak pidana penghinaan/pencemaran nama baik telah menjadi

sorotan khusus di dunia Internasional. Keberadaannya sering dijadikan

“bentengpertahanan” oleh pemerintah atau penguasa dari kritik dan protes warga

negara atau pekerja. Selain itu kriminalisasi perbuatan penghinaan/pencemaran

nama baik juga dijadikan senjata yang mematikan untuk membungkam pendapat-

pendapat tajam yang mengkritisi penguasa.6

Sebagai salah satu Negara yang pernah berada di bawah jajahan Belanda,

Indonesia mengikuti sistem hukum yang berlaku bagi Belanda, yaitu civil

lawsystem, dengan sumber hukum utama adalah hukum yang tertulis, dan

peraturanperaturan hukum disusun secara sistematis dan menyeluruh ke dalam

kodifikasi. Salah satu kodifikasi yang masih berlaku di Indonesia adalah KUHP

sebagai sumber hukum dalam bidang hukum pidana dan KUHPerdata sebagai

sumber hukum bidang hukum perdata. Pada kedua aturan tersebut juga telah

pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik.

Dalam praktik pelaksanaan UU ITE, muncul berbagai kasus dengan

tuduhan penghinaan/pencemaran nama baik sebagai bentuk pengekangan terhadap

kebebasan berekspresi. Berbagai kasus tersebut berujung pada pelaporan ke polisi,

tindakan penahanan dan pemenjaraan. Setidaknya tercatat ada 71 kasus pengguna

internet yang dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, sejak undang-undang

5 Undang-undang No 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 6Supriyadi Widodo Eddyono, 2014.Problem Pasal Penghinaan dan Pencemaran Nama

Baik di Ranah Maya, Jakarta, ELSAM, hlm. 3

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

7

tersebut diberlakukan, dan tahun 2014 adalah jumlah kasus tertinggi, yaitu 40

kasus.7

Beberapa kasus yang terkait dengan pasal 27 ayat 3 undang-undang ITE yakni :

1. Kasus Florence Sihombing, mahasiswa S-2 UGM. Yang menghina

masyarakat jogjakarta melalui path.

2. Kasus Musni Umar yang menulis diblog terkait adanya pungutan

disatu sekolah di jakarta. Dia dilaporkan dengan tuduhan pencemaran

nama baik

3. Kasus Benny Bandoko yang melawan Misbakhun, benny membuat

status misbakhun terlibat Bank Century. Benny divonis enam bulan

penjara dan satu tahun.

4. Kasus Prita Mulyani yang menulis surat pembaca setelah diduga

mengalami malpraktik disebuah rumah sakit. Prita dinyakatan bersalah

meski akhirnya bebas.

5. Kasus dua kakak beradik, Jamron dan rizal, yang diduga

menyebarkan kebencian dan permusuhan terhadap suatu kelompok

keduanya di tangkap menjelang aksi 2 Desember.8

Keberadaan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, telah pernah diuji Mahkamah

Konstitusi. Pertimbangan dan putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa

secara harfiah unsur di muka umum, diketahui umum, atau disiarkan dalam Pasal

310 ayat (2) KUHP tidak dapat diterapkan dalam dunia maya, sehingga

7Baca “ICT: 71 Kasus Pidana Akibat UU ITEhttp://nasional.tempo.co/ diakses pada 30

Maret 2017 8Baca “revisi UU ITE berlaku gunakan internet secara sehat”dalam surat kabar

JAWAPOS, senin 5 desember 2016. Hal 1

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

8

memerlukan unsur ekstensif yaitu mendistribusikan dan/atau mentransmisikan,

dan/atau membuat dapat diaksesnya. Selain itu Mahkamah Konstitusi juga

menyatakan bahwa pasal-pasal tertentu dalam KUHP dianggap tidak cukup

memadai untuk menjawab persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat

aktivitas di dunia maya.9

Dalam politik hukum pidana, tidak mudah untuk menetapkan suatu

perbuatan sebagai suatu tindak pidana dan harus terlebih dahulu melalui beberapa

proses kajian mendalam. Selain kajian mengenai perbuatan dari sudut

kriminologi, harus juga dipertimbangkan tujuan dari hukum pidana itu sendiri,

penetapan perbuatan yang tidak dikehendaki, perbandingan antara sarana dan

hasil dan kemampuan badan penegak hukum.10

Berdasarkan yang dikemukakan tersebut di atas, maka penulis terdorong

untuk melakukan kajian yang mendalam tentang penjelasan mengenai perbedaan,

perbandingan dalam pasal pencemaran nama baik dalam perspektif KUHP dan

Undang-undang informasi dan treansaksi elektronik . Untuk itu penulis

mengangkat skripsi dengan judul “STUDI KOMPERATIF KETENTUAN

TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN UNDANG-UNDANG

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK”.

9 Baca Putusan Mahkamah Konstitusi pada perkara Nomor. 50/PUU-VI/2009 tentang uji

materil Pasal 27 ayat (3) UU ITE. 10Agus Raharjo.2002, Cybercrime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan

Berteknologi, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 54

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

9

B. Rumusan masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis dapat menyimpulkan

dengan latar belakang masalah sebagi berikut :

1. Bagaimana perbandingan rumusan tindak pidana pencemaran nama baik

menurut KUHP dan Undang-undang informasi dan transaksi elektronik ?

2. Bagaimana implementasi hukum penerapan rumusan pasal tindak pidana

pencemaran nama baik dan Implikasi pasal 27 ayat (3) UU ITE dengan

Bab XVI KUHP?

C. Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui penjelasan lebih spesifik perbandingan dan perbedaan

pasal pencemaran nama baik dalam ketentuan pasal 310 dan 311 KUHP

dengan pasal 27 ayat 3 undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik

sebelum perubahan dan sesudah perubahan.

2. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana di indonesia dalam menyikapi

tindak pidana peghinaan dalam undang-undang informasi dan transaksi

elektronik.

3. Untuk mengetahui klasifikasi pemberian sanksi terhadap pelanggran pasal

pencemaran nama baik dalam ketentuan pasal 310 dan 311 KUHP dengan

pasal 27 ayat 3 undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik

sebelum perubahan dan sesudah perubahan.

D. Manfaat.

Berdasarkan tujuan penelitian dalam penulisan penelitian maka penelitian ini

memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua kegunaan tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

10

a. Manfaat teoritis.

1. Memberikan pengetahuan terutama bagi penulis dan bagi para

mahasiswa terutama mahasiswa hukum dalam memebadakn dan dalam

perbandingan dalam kasus pencemaran nama baik baik maupun dalam

ketentuan pasal 310 dan 311 KUHP dengan pasal 27 ayat 3 undang-

undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebelum perubahan dan

sesudah perubahan.

2. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam

pengembangan ilmu Pengetahuan Hukum, khususnya dalam lingkup

Hukum Pidana , sehingga dapat menjadi literatur hukum untuk kajian

yang komprehensif bagi siapa saja serta sebagai acuan penelitian bagi

peneliti selanjutnya yang berkaitan kebijakan hukum pidana.

3. Sebagai acuan dalam memeberikan wawasan dalam belajar konsentrasi

hukum pidana.

4. Membantu penegak hukum menyelesaikan permasalahan hukum yang

berkaitan dengan moral dan etika dengan mengedepankan rasionalitas,

reliabel, factual dan validitas.

b. Manfaat praktis.

Diharapkan penulisan ini memberikan klasifikasi pemidanaan yang sama rata

dan adil dan memberikan pemahaman agar lebih berhati-hati dalam menggunakan

alat komunikasi yang berbasis elektronik dan mau pun non elektronik. Lebih

paham mendetail perbandingan pencemaran nama baik dalam ketentuan KUHP

dengan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebelum perubahan

dan sesudah perubahan dan memberikan pemahaman dan penjelasan dampak dari

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

11

perubahan undang-undang informasi dan transaksi elektronik yang mana sudah

disahkan menjadi undang-undang nomor 19 tahun 2016 atas perubahan undang-

undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi da transaksi elektronik.

c. Manfaat akademik.

Untuk mendapatkan gelar kesarjanaan ilmu hukum S-1 Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian.

Penelitian ini diharapakn dapat digunakan untuk meningkat kan pengetahuan

dalam hukum yang mana menyangkut kejahatan dunia maya atau cyber crime dan

dalam kejahatan dalam dunia nyata yang di atur dalam KUHP. Yang merupakan

salah satu ilmu hukum dalam konsentrasi hukum pidana dan di harapkan dapat

menjadi referensi penulisan hukum.

F. Metode Penulisan.

Untuk memeperoleh data yang valid terkait permasalahan yang dikemukakan

maka penulis memerlukansuatu metode penulisan hukum yang meliputi :

1. Metode pendekatan.

Pendekatan masalah merupakan prosesatau penyelesaian masalah melalui

tahap – tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian atau

penulisan.11 Metode pendekatan yang di gunakan dalam penyusunan penelitian

hukum menggunakan yuridis normatif yaitu ilmu yang menelaah atau sistem

kaidah-kaidah, dengan dogmatic hukum atau sistematik hukum yang

sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dengan jelas hukum sebagi ilmu

11Abdulkadir Muhammad.2004, Hukum dan penelitian Hukum. Bandung : Penerbuit Citra

Aditya Bakti ., Hal. 112

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

12

kaidah.12Hukum adalah suatu kaidah yang bersifat memaksa dan apabila ada

yang melangar kaidah tersebut, maka ia di ancam dengan sanksi yang nyata.

Dengan demikian, jelaslah bahwa salah satu unsur paling hakiki dari hukum

adalah hukum bersifat normatif karena ia meletakkan kewajiban yuridis.13

2. Sumber Bahan Hukum.

a. Bahan Hukum primer.

Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan yang mengikat dan ditetapkan oleh

pihak-pihak yang berwenang. Diantaranya yaitu undang-undang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE) Nomer 11 tahun 2008 dan Undang-Undang Kitab

Hukum Pidan (KUHP).

b. Bahan hukum Sekunder.

Bahan hukum Sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi, yaitu : buku, kamus, jurnal, Komentar-

komentar atas putusan pengadilan.14

c. Data tersier.

Data tersier adalah jenis data mengenai pengertian baku, istilah baku yang

diperoleh dari Ensiklopedi, Kamus, Glossary, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.

Teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan, penulis

menggunkan studi kepustakan (library research) dan pencarian bahan hukum

12Soedjono Dirdjosisworo. 1994. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Penerbit Raja

Grafindo persada . Hal. 82. 13Jhonny Ibrahim ,2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Penerbit Bayumedia. ., Hal 51. 14Peter Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum . Surabaya : Penerbit Kencana .Hal.

133.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

13

melalui browsing internet yang terkait dengan praktik insider trading di

Indonesia. Studi kepustakaan merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai

hukum yang berasal dari berbagai sumber dan publikasikan secar luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.15

4. Teknik Analisa Bahan Hukum.

Adapun teknik analisa bahan hukum di dalam penelitian ini, dilakukan secara

deskriptif kualitatif yakni pemilihan teori – teori, asas-asas, norma-norma, doktrin

dan pasal – pasal di dalam undang-undang.Kegiatan yang dilakukan dalam

analisis dana penelitian hukum normatif data penelitian hukum normatif dengan

cara data yang diperoleh di analisis secara deskripstif kualitatif yaitu suat

penilitian yang tidak menggunakan perhitungan.16

G. Sistematika Penulisan.

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis memebagi dalam 4 bab dan

masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar memepermudah

pemahamnya. Adapun sistematika penulisannya sebagi berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitia, metode

penelitian, jadwal penulisan hukum dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

15Jhony Ibrahim.2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang :

Penerbit Bayumedia. Hal. 392. 16Soejono dan H. Abdurrahman.2005. Metode peniltian : Suatu Pemikiran dan

penerapan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta . Hal 26.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37892/2/jiptummpp-gdl-mochammada-50581... · 2018-10-12 · pengatur terkait dengan penghinaan/pencemaran nama baik. Dalam praktik

14

Bab ini berisi berisi tentang kajian – kajian teoritik yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat antara lain: pengertian pasal pencemaran nama baik

dalam ketentuan undang-undang sebelum di perbaharui dan sesudah di perbaharui

ITE dan KUHP.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oelh penulis dan

kemudian di analisa dan dikaji kesesuain atau keselarasan berdasarkan kenyataan

yang ada (in fact) didukung dengan teori – teori yang relevan dengan

permasalahan dalam penulisan ini.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terkahir dalam penulisan penelitian hukum ini dimana

berisi kesimpulan dan pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis

dalam menaggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian analisa.