bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/1.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi di Indonesia dewasa
ini sangat kompleks dan berat. Di satu sisi, perguruan tinggi dituntut untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan memberikan akses
seluas-luasnya bagi mereka yang ingin berkuliah, sedangkan di sisi lain perguruan
tinggi menghadapi beberapa keterbatasan seperti pendanaan, infrastruktur, dan
lain-lain. Ditambah lagi, beberapa realitas yang ada sekarang ini adalah
kecenderungan perubahan masa depan yang sulit diprediksi, kompetisi yang
semakin ketat, kemajuan teknologi yang begitu cepat, globalisasi yang bertambah
luas dan sebagainya.
Untuk dapat merespon tantangan tersebut, perguruan tinggi harus
mentransformasi dirinya menjadi universitas entrepreneurial atau universitas
yang inovatif dalam rangka membangun kapasitas institusi (institusional capacity
building). Transformasi yang harus dilakukan oleh universitas bukan bersifat
kebetulan (accidental atau incidental) melainkan terorganisir dan terstruktur dan
bukan bersifat parsial yangmana transformasi hanya terjadi di sebagian dan tidak
di sebagian yang lain melainkan holisitik karena universitas harus dilihat sebagai
sebuah entitas.
Universitas enterprenurial menurut Clark sebagai pencetus gagasan tersebut
adalah universitas yang berani mengambil resiko untuk berbeda, mengambil
peluang-peluang “in the market”, mempunyai keyakinan (belief) bahwa resiko
karena berubah lebih disukai daripada resiko yang hanya mempertahankan
praktek-praktek yang tradisional (Clark: 1998:xiv). Universitas enterpreneurial
juga adalah universitas yang inovatif, yang “stand-up”, yang berorientasi masa
depan (Clark: 1998:4). Clark melakukan studinya di lima universitas di Eropa
yang masuk dalam European Consortium of Innovative Universities (ECIU) yaitu
Universitas Warwick di Inggris, Universitas Twente di Belanda, Universitas
![Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/2.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Stratchlyde di Skotlandia, Universitas Teknologi Chalmers di Swedia dan
Universitas Joensuu di Finlandia.
Dengan melakukan transformasi menjadi universitas entrepreneurial dalam
rangka membangun kapasitas institusi (institusional capacity building), perguruan
tinggi di Indonesia diharapkan mampu bersaing dalam era globalisasi yang
ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan perguruan
tinggi dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan lain-lain,
bahkan diharapkan lebih dari itu tidak hanya mampu bersaing di tingkat Asia,
namun juga di tingkat dunia atau yang lebih dikenal dengan istilah “universitas
kelas dunia” (world class university).
Namun dalam mewujudkan cita-cita tersebut, sepertinya tidak mudah karena
pergurun tinggi di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan
tersebut diantaranya terkait dengan pendanaan. Kebijakan Pemerintah terkait
dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun berdampak pada alokasi
anggaran untuk perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi negeri atau PTN.
Perguruan tinggi negeri selama ini menikmati kucuran dana yang besar dari
pemerintah. Dengan kebijakan ini, Pemerintah tentunya ikut memikul
tanggungjawab khususnya terkait dengan pendanaan dengan mengalokasikan
dana untuk wajib belajar sembilan tahun lebih besar. Disamping itu, Sebenarnya
ada faktor lain yang juga mempengaruhi berkurangnya alokasi anggaran dari
pemerintah untuk perguruan tinggi seiring dengan meningkatnya kewajiban
Pemerintah atas warga negaranya seperti pemberlakuan jaminan sosial, jaminan
kesehatan dan lain-lain yangmana di Amerika dikenal dengan istilah entitlement
program yaitu program yangmana setiap warga berhak mendapatkannya
(Slaughter & Leslie, 1997:7).
Untuk memperkuat pernyataan tersebut di atas, data di bawah ini
menunjukkan bahwa alokasi anggaran Pemerintah untuk pendidikan tinggi terus
mengalami fluktuatif dan secara umum dapat dikatakan bergerak lurus atau linier
![Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/3.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahkan menurun. Berikut Data Pokok APBN 2005-2010 Kementerian Keuangan
dalam Sektor Pendidikan.
Tabel 1.1 Data Pokok APBN 2005-2010 Kemenkeu Sektor Pendidikan
Belanja Pemerintah Menurut Fungsi, 2005-2010
(miliar rupiah)
Fungsi/
Subfungsi
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LKPP LKPP LKPP LKPP APBN RAPBN-P RAPBN
PENDIDIKAN
Pendidikan Anak
Usia Dini
Pendidikan Dasar
Pendidikan
Menengah
Pendidikan Non-
Formal &
Informal
Pendidikan
Kedinasan
Pendidikan Tinggi
Pelayanan
Bantuan terhadap
Pendidikan
Pendidikan
Keagamaan
Litbang
Pendidikan
Pendidikan
Lainnya
29.307,9
281,7
12.310,4
3 .963,0
1.207,2
659,0
7.055,7
2.564,3
69,7
1 .020,0
177,0
45.303,9
306,3
22.773,9
4.703,9
8 37,3
7 22,2
9.729,0
3.863,5
2.081,5
259,8
26,5
50.843,4
444,1
22.494,5
4.118,3
1.202,8
213,1
6.904,4
5.078,4
192,4
550,8
9.644,6
55.298,0
496,2
24.627,5
3.842,7
779,4
274,3
13.096,4
11.089,7
287,7
803,5
0,8
89.918,1
665,6
38.297,5
7.660,5
1.355,8
195,0
24.279,1
16.253,1
645,9
565,7
-
87.463,4
632,4
37.140,5
7.429,1
1.314,9
189,1
23.545,9
15.762,5
626,4
548,6
-
77.401,7
8 80,2
31.704,0
5.423,8
952,4
182,5
20.872,8
16.427,6
501,7
456,8
-
(Sumber: www.Kemenkeu.go.id)
Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi tidak hanya berhenti di situ.
Realitas menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia mempunyai mutu
![Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/4.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang rendah kalau dibandingkan dengan perguruan tinggi dari negara-negara lain
di tingkat Asia. Hasil laporan dari Times Higher Education, sebuah lembaga
pemeringkat uinversitas dunia telah merilis data terbaru tahun 2012 mengenai
peringkat 100 besar ranking universitas di Asia. THES-QS sendiri dalam
melakukan evaluasi prestasi universitas menggunakan sembilan indikator.
Indikator pertama ialah mengukur kualitas penelitian (Academic Peer Review)
pembobotan sebesar 30%. Kedua rasio staf pengajar dan mahasiswanya (Student
Faculty Ratio) dengan bobot 20%. Ketiga Citation per Paper, yaitu seberapa
banyak penelitian universitas terkait dikutip dengan bobot 15%. Keempat
Employer Review, sebuah survei untuk menguak informasi tentang kesiapan kerja
lulusan (10%). Kelima Papers per Faculty (15%), keenam Inbound Exchange
Students (2,5%), ketujuh Outbound Exchange Student (2,5%), kedelapan
International Students (2,5) dan kesembilan International Faculty (2,5%). Selain
itu, juga terdapat lima bidang akademik yang menjadi subyek penilaian yaitu Arts
dan Humanities; Engineering dan IT; Life Science and Biomedicine; Naturanl
Science and Social Science.
Berikut gambaran jumlah universitas dan nama negara-negara di Asia yang
masuk dalam 100 besar menurut THES-QS:
Tabel 1.2 Jumlah Perguruan Tinggi yang masuk 100 terbaik di tingkat Asia
Negara 100 PT terbaik di Asia
Jepang 23
Cina 21
Korea selatan 19
Taiwan 11
India 8
Hongkong 5
Malaysia 5
Thailand 3
Singapore 2
Philipina 2
Indonesia 1
(sumber: www.topuniversities.com)
![Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/5.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Walaupun ada perguruan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam 100 besar
di tingkat Asia, namun jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi yang
ada menurut Dikti Kemdikbud yaitu 3.089, maka hal itu belum menunjukkan
makna yang berarti.
Lebih jauh lagi, kalau gambaran di atas terkait dengan kualitas yang masih
jauh dari harapan kita kaitkan dengan Kebijakan Pemerintah yang membolehkan
perguruan tinggi asing membuka cabangnya di Indonesia. Dalam UU No. 12
tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi pada pasal 90 ayat 1 berbunyi “Perguruan
Tinggi lembaga negara lain dapat menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan
tinggi di Indonesia. Karena dengan masuknya perguruan tinggi asing tentunya
mempunyai dua dampak, bisa positif dan bisa negatif. Hal itu berdampak postif
kalau perguruan tinggi di Indonesia mulai berbenah diri dengan melakukan
perbaikan-perbaikan. Sedangkan berdampak negatif kalau perguruan tinggi di
Indonesia dalam mengelola institusinya masih menggunakan pendekatan yang
lama dan tidak mau berubah.
Kenyataan lain yang juga menunjukkan bahwa perguruan tinggi di Indonesia
masih jauh dari harapan dan tertinggal jauh dengan negara-negara lain adalah
masalah publikasi. Media publikasi ilmiah berhubungan erat dengan perguruan
tinggi karena merupakan bentuk pendokumentasian hasil riset secara formal.
Dekade belakangan ini publikasi pada jurnal ilmiah bertaraf internasional menjadi
hal yang sangat penting tidak hanya sebagai persyaratan akademis bagi lulusan
mahasiswa program doktor di Indonesia dan persyaratan promosi seorang menjadi
professor tapi juga sebagai indikator daya saing suatu bangsa (Zulys, 2011:2).
Walaupun gambaran terkait dengan publikasi internasional yang tertera di bawah
ini tidak hanya terbatas pada perguruan tinggi tapi juga non-perguruan tinggi,
namun secara tidak langsung dan secara umum kita dapat mengatakan bahwa
![Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/6.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
publikasi yang juga menunjukkan geliat aktivitas-aktivitas riset di perguruan
tinggi di Indonesia terbilang masih rendah.
Berikut gambaran tentang perbandingan jumlah publikasi antara Indonesia
dengan negara-negara lain :
Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Publikasi di beberapa Negara
537 500 656 747 858 976 1.042 1.2061.639
1.975
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Malaysia
Thailand
Egypt
Indonesia
VietnamPhilippines
Sumber: http://scimagojr.com/countryrank.php dan http://www.imf.org/external/index.htm
Ada banyak manfaat yang didapat dari publikasi karya ilmiah diantaranya
(Santoso, 2012): pertama bagi dosen: memudahkan tanggung jawab terhadap
keaslian karya bimbingannya, memudahkan pemenuhan angka kredit; kedua bagi
mahasiswa: mampu membaca karya ilmiah, mampu menulis karya ilmiah
(analitis), mengenali jurnal ilmiah untuk mencari rujukan; ketiga bagi negara:
meningkatkan reputasi negara; keempat bagi perguruan tinggi: memudahkan
![Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/7.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjalankan perannya, menyemarakkan kehidupan kampus, meningkatkan
reputasi PT.
Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi oleh perguruan
tinggi di Indonesia menyangkut masalah jenjang pendidikan yang dimiliki oleh
tenaga pengajar atau dosen. Tidak dapat dibantah bahwa tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh mayoritas tenaga pengajar di perguruan tinggi masih jauh
diharapkan bahkan masih ada yang bergelar sarjana. Padahal seyogyanya tingkat
pendidikan tenaga pengajar di perguruan tinggi minimal master atau magister dan
idealnya doktor. Tenaga pengajar sebagai sumber daya manusia bagi sebuah
organisasi memainkan peran yang sangat penting dan menentukan yang
berdampak besar pada output yang berkualitas.
Dari data yang dilansir oleh Kemdikbud terungkap sebagaimana yang tertera
di bawah ini:
Grafik 1.2 Jumlah Dosen dan Tingkat Pendidikan di Lingkungan Kemdikbud
JUMLAH DOSEN
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
100000
PTN Kop 1 Kop 2 Kop 3 Kop 4 Kop 5 Kop 6 Kop 7 Kop 8 Kop 9 Kop 10 Kop 11 Kop 12 Jumlah
S-3
S-2
S-1
D-4
D-3
D-2
D-1
Sp-1
Sp-2
Profesi
(Sumber: Dirjen Dikti)
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi sebagaimana yang
diungkapkan di atas begitu beragam dan sangat kompleks. Beberapa tantangan
![Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/8.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut harus dicarikan solusinya karena peran perguruan tinggi bagi suatu
negara sangat penting dan dipandang sebagai instrumen yang fundamental untuk
melakukan perubahan, khususnya bagi negara-negara berkembang seperti
Indonesia untuk mempercepat proses dalam mengejar ketertinggalan dari negara-
negara lain.
Disamping beberapa tantangan yang sudah disebutkan di atas, tantangan lain
yang tidak kalah pentingnya, bahkan menjadi perhatian banyak negara di dunia
sekarang ini adalah tuntutan perguruan tinggi untuk memainkan perannya yang
lebih besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Di banyak negara baik di
Eropa maupun Amerika, banyak perguruan tinggi sudah mengarah ke sana dengan
melahirkan banyak entrepreneur dan menghasilkan sebuah produk teknologi.
Untuk mewujudkan harapan itu, perguruan tinggi harus melahirkan entrepreneur.
Jumlah entrepreneur di Indonesia masih sedikit dan belum mencapai kondisi ideal
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 240 juta dan
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hingga saat ini jumlah entrepreneur
di Indonesia menurut Kementerian UKM baru mencapai 1,56 persen dari total
jumlah penduduk. Jumlah itu masih jauh dibandingkan dengan Singapura yang
memiliki wirausaha 7,2%, Thailand 4,1%, dan Malaysia 2,1%. Padahal suatu
negara bisa makmur apabila minimal 2% jumlah penduduknya menjadi
entrepreneur.
Kondisinya lebih memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara
maju di dunia; Brazil 1 dari 8 penduduknya adalah entrepreneur, Amerika 1 dari
10 penduduknya adalah entrepreneur, Inggris 1 dari 33 penduduknya adalah
entrepreneur dan Irlandia, Francis dan Jepang 1 dari 100 penduduknya adalah
entrepreneur (Frade, 2003:169).
Agar perguruan tinggi dapat mengatasi beberapa tantangan yang dihadapinya
dan dapat berkontribusi lebih besar terlebih lagi dalam berpartisipasi
pembangunan ekonomi, perlu diberikan otonomi yang lebih luas. Selama ini
otonomi yang diberikan hanya sebatas otonomi akademik sedangkan otonomi
![Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/9.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nonakademik seperti organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan dan
sarana prasarana tidak. Otonomi yang lebih luas dibutuhkan agar perguruan tinggi
dapat melakukan inovasi (innovation). Dengan inovasi yang dilakukan, perguruan
tinggi diharapkan dapat merespon beberapa tantangan yang sudah disebutkan di
atas.
Untuk itu, Pemerintah sebagai pembuat kebijakan menggulirkan Undang-
undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam beberapa pasal yang
tercantum dalam UU tersebut tampak jelas mengindikasikan pemberian otonomi
yang lebih luas kepada perguruan tinggi dengan beberapa persyaratan tertentu.
Pada pasal 63 berisi tentang prinsip-prinsip otonomi perguruan tinggi yang
meliputi: akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu dan efektivitas dan
efisiensi. Sedangkan pada pasal 64 ayat 1 berisi tentang otonomi akademik dan
nonakademik dan ayat 2 berisi tentang penjelasan maksud dari otonomi akademik
yang mencakup: norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma
dan ayat 3 penjelasan maksud dari otonomi nonakademik yang mencakup:
organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan dan sarana prasarana.
Lebih jauh disinggung pada pasal berikutnya yaitu pasal 65. Di pasal tersebut
pada ayat 1 berisi tentang otonomi tersebut hanya diberikan oleh Menteri kepada
PTN secara selektif yang didasarkan pada evaluasi kinerjanya baik dalam bentuk
pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau PTN badan hukum untuk
menghasilkan pendidikan tinggi bermutu. Sedangkan pada pasal yang sama di
ayat yang berbeda menjelaskan maksud dari PTN berbadan hukum yang
memiliki: kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah,
tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri, unit yang melaksanakan
fungsi akuntabilitas dan transparansi, hak mengelola dana secara mandiri,
transparan, dan akuntabel, wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri
Dosen dan tenaga kependidikan, wewenang mendirikan badan usaha dan
mengembangkan dana abadi; dan wewenang untuk membuka, menyelenggarakan,
dan menutup Program Studi”.
![Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/10.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pemberian otonomi yang lebih luas oleh Pemerintah kepada perguruan tinggi
negeri harus ditanggapi serius dan sungguh-sungguh dimanfaatkan sebaik
mungkin dalam rangka membangun kapasitas institusi (instituional capacity
building) sehingga dapat tetap bersaing di era globalisasi. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih konkrit terkait dengan bagaimana universitas menangkap
peluang tersebut dengan melakukan inovasi (innovation), Universitas Indonesia
dipilih sebagai lokasi penelitian.
Universitas yang satu-satunya menggunakan nama negara adalah Universitas
Indonesia. Universitas Indonesia adalah salah satu universitas di Indonesia yang
mempunyai reputasi baik di tingkat nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan
dengan beberapa pencapaian yang sudah diraihnya diantaranya: masuk dalam 5
universitas terbaik di Asia dan 500 universitas kelas dunia, tampil di rangking
pertama untuk kategori universitas asal Indonesia versi THES tahun 2009, terbaik
versi Globe Asia Magazine tahun 2008, terbaik di Indonesia versi majalah Tempo
tahun 2008, terbaik pada ICT Award Indonesia tahun 2008 kategori Best IT and
infrastructure by the category best content and application dan memenangkan
Merit Winner pada INAICTA 2008 sebagai universitas dengan akses dan
koneksifitas terbaik dan banyak lagi yang lain.
Terkait juga dengan judul yang diangkat yaitu pengembangan kelembagaan
menuju universitas entrepreneurial atau inovatif, hal ini sejalan dengan pernyataan
Rektor Universitas Indonesia dalam kata sambutannya yang tertera dalam website
UI yang menyatakan: “Universitas Indonesia adalah lembaga inovatif,
sebagaimana kami terstruktur dan terorganisir, sekaligus sebagaimana adaptasi
kami dengan perubahan global”.
Bukan itu saja, dalam Renstra Universitas Indonesia juga disebutkan terkait
dengan Kebijakan Umum Arah Pengembangan Universitas Indonesia, yangmana
melalui upaya akselerasi transformasi UI difokuskan pada: terwujudnya integrasi
Universitas Indonesia dari multi-fakultas menjadi satu kesatuan universitas,
terselenggaranya pendidikan tinggi berbasis riset dengan pengembangan dan
![Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/11.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengelolaan pengetahuan (knowledge creation and knowledge management)
melalui penerapan prinsip-prinsip organisasi pembelajaran (learning
organization), dan terwujudnya Universitas Indonesia sebagai enterprising
university dengan perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan penelitian, pelayanan
pada masyarakat, dan ventura komersial dan penunjang.
Atas dasar alasan-alasan itulah peneliti mengangkat kasus pengembangan
kelembagaan menuju universitas entrepreneurial di Universitas Indonesia.
Jadi dapat dipahami bahwa konsep “universitas entrepreneurial” tidak selalu
berbicara atau terkait dengan uang, melainkan lebih dari itu berbicara tentang
bagaimana universitas melakukan transformasi melalui inovasi dalam rangka
membangun kapasitas institusi (institutional capacity building) untuk merespon
tantangan (challange) dan tuntutan (demand) yang dihadapinya sehingga dapat
tetap eksis dan bersaing.
B. Identifikasi Masalah
Universitas entrepreneurial adalah universitas yang berkembang menjadi
universitas yang self-initiating, self-steering, self-regulating, self-reliant,
progressive, yang tidak hanya dibentuk tapi juga membentuk lingkungannya,
yang progresif terhadap perkembangan yang terjadi dan terhadap peluang yang
ada di sekelilingnya (Clarks, 2001:10).
Universitas enterprenurial adalah universitas yang berani mengambil resiko
untuk berbeda, mengambil peluang-peluang “in the market”, mempunyai
keyakinan (belief) bahwa resiko karena berubah lebih disukai daripada resiko
yang hanya mempertahankan praktek-praktek yang tradisional (Clark, 1998:xiv),
yang inovatif, yang “stand-up”, yang berorientasi masa depan (Clark, 1998:4).
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi dalam
mentransformasi dirinya menjadi universitas entrepreneurial dalam rangka
membangun institusional capacity:
![Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/12.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Kelemahan pengendalian menjadi penghambat bagi universitas yang ingin
berkembang menjadi universitas entrepreneurial. Kelemahan pengendalian
bisa jadi disebabkan oleh faktor eksternal seperti otonomi yang diberikan
terbatas seperti yang terjadi sebelumnya pada perguruan tinggi negeri di
Indonesia atau bisa juga faktor internal seperti ketidakmampuan universitas
itu sendiri dalam membangun sistem yang dapat mengendalikan semua unit,
semua kegiatan yang dilakukannya. Kelemahan pengendalian berdampak
kepada inefisiensi dalam pengelolaan universitas, luputnya peluang-peluang
yang berpotensi memberikan keuntungan bagi universitas, gagalnya
pencapaian tujuan, pemanfaatannya sumber daya tidak maksimal dan
sebagainya.
2. Sejauhmana kemandirian sebuah universitas dalam masalah keuangan
menjadi salah satu tolak ukur bagi sebuah universitas yang ingin berkembang
menjadi universitas entrepreneurial. Banyak universitas belum mandiri dalam
masalah keuangan disebabkan belum mampu melakukan kategorisasi sumber
pendanaan sehingga tidak tahu sejauhmana pencapaian yang sudah diperoleh.
Adanya kategorisasi tersebut dapat membantu menentukan langkah-langkah
yang strategis dalam mencari sumber-sumber dana baru. Karena
bagaimanapun juga, agar semua program yang sudah ditetapkan dapat
berjalan maka diperlukan dana yang cukup disamping beberapa faktor yang
lain.
3. Masalah lain yang dihadapi oleh universitas yang ingin berkembang menjadi
universitas entrepreneurial adalah kelemahan dalam membangun jaringan,
relasi dan kemitraan dengan dunia luar. Kelemahan ini membuat universitas
lambat dalam mencapai kemajuan. Karena menjalin hubungan dengan dunia
luar dapat meningkatkan kapasitas universitas. Ada banyak pencapaian yang
harus diwujudkan dengan bermitra dengan pihak lain, sebagai contoh untuk
menghasilkan riset yang berkualitas, sebuah universitas terkadang perlu
bermitra dengan universitas lain baik di dalam mapuan di luar negeri, atau
![Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/13.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terkadang juga perlu bermitra dengan dunia industri yang lebih
berpengalaman dalam menghasilkan sebuah produk. Dalam mendukung
tujuan tersebut, universitas perlu juga untuk membangun infrastruktur seperti
jaringan internet dan lain-lain.
4. Dalam mewujudkan universitas entrepreneurial, iklim akademis menjadi
salah satu faktor yang menentukan. Iklim akademis yang tidak kondusif
menyebabkan rendahnya kreativitas dan inovasi sivitas akademika. Faktor ini
kurang mendapat perhatian oleh banyak pimpinan universitas. Iklim
akademis yang kondusif dapat memotivasi dan menstimuli sivitas akademika
untuk bekerja lebih keras dan lebih produktif sehingga mencapai keunggulan
(excellence) bagi universitas itu sendiri. Banyak cara agar iklim akademis
menjadi kondusif: diantaranya menciptakan program-program yang dapat
menarik dan menantang sivitas akademik. Disamping itu tidak kalah
pentingnya dalam membangun iklim akademis yang kondusif adalah
pemberian insentif atau penghargaan (reward) bagi mereka yang berprestasi.
5. Banyak universitas mengalami kendala untuk berkembang menjadi
universitas entrepreneurial terkait dengan bagaimana merubah apa yang
sudah dilakukannya menjadi kultur. Hal ini disebabkan oleh kurang
terintegrasinya sistem yang ada. Membangun kultur berarti mengarah kepada
apa yang dilakukan oleh seseorang atau institusi terinternalisasi dalam dirinya
yang pada akhirnya menjadi keyakinan. Begitu juga perubahan yang dimulai
dari ide diikuti dengan praktek yang pada akhirnya menjadi keyakinan. Kultur
yang kuat terpatri atau berakar apa praktek yang kuat.
C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait dengan upaya
pengembangan kelembagaan menuju universitas entrepreneurial yang dilakukan
oleh universitas, penelitian ini akan difokuskan pada: bagaimanakah usaha-usaha
![Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/14.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Universitas Indonesia dalam mentransformasi dirinya menuju universitas
entrepreneurial.
Secara lebih khusus masalah penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa
pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana penguatan pengendalian yang meliputi Penataan struktur &
Kepemimpinan diterapkan di Universitas Indonesia dalam mendukung
institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
2. Bagaimana diversifikasi pendanaan yang meliputi tiga sumber dana yaitu
Pertama dari alokasi APBN melalui Kemdikbud, Kedua dari hibah dan
kontrak riset dari institusi pemerintah dan swasta dan Ketiga dari industri,
yayasan filantrofi, pemerintah pusat & daerah di luar Kemendikbud, SPP
mahasiswa, dana abadi, bantuan asing, alumni dan keuntungan yang
diperoleh dari berbagai operasi pendukung kampus diusahakan oleh
Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi
universitas entrepreneurial?
3. Bagaimana pengembangan batas luar yang meliputi Transfer ilmu
pengetahuan, Hubungan dengan industri, Pengembangan kekayaan
intelektual, Pendidikan lanjutan, Lembaga konsultasi, Penggalangan dana,
dan Alumni dikembangkan oleh Universitas Indonesia dalam mendukung
institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
4. Bagaimana stimuli lingkungan akademis yang meliputi Integrasi batas luar ke
pusat; Kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat universitas dan di
tingkat fakultas; Pengembangan program pendidikan yang variatif di tingkat
pascasrajana dan di luar program sarjana reguler di seluruh jenjang yang ada
di universitas; Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan
karyawan dan Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang
imajinatif dan atraktif melintas kampus diusahakan oleh Universitas
Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas
entrepreneurial?
![Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/15.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Bagaimana integrasi budaya entrepreneurial yang mencakup Regulasi dan
Keempat unsur di atas berlangsung di Universitas Indonesia dalam
mendukung institusinya berkembang menjadi universitas entrepreneurial?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang
pengembangan menuju universitas entrepreneurial yang dilaksanakan di
Universitas Indonesia. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran tentang penguatan pengendalian yang meliputi
Penataan struktur dan Kepemimpinan yang diterapkan di Universitas
Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang ke arah universitas
entrepreneurial
2. Memperoleh gambaran tentang diversifikasi pendanaan yang meliputi Tiga
sumber dana yaitu Pertama dari alokasi APBN melalui Kemdikbud, Kedua
dari hibah dan kontrak riset dari institusi pemerintah dan swasta dan Ketiga
dari industri, yayasan filantrofi, pemerintah pusat & daerah di luar
Kemendikbud, SPP mahasiswa, dana abadi, bantuan asing, alumni, berbagai
operasi pendukung kampus yang diusahakan oleh Universitas Indonesia
dalam mendukung institusinya berkembang menjadi universitas
entrepreneurial
3. Memperoleh gambaran tentang pengembangan batas luar yang diperluas
yang meliputi Transfer ilmu pengetahuan, Hubungan dengan industri,
Pengembangan kekayaan intelektual, Pendidikan lanjutan, Lembaga
konsultasi, Penggalangan dana, dan Alumni yang dikembangkan oleh
Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi
universitas entrepreneurial
4. Memperoleh gambaran tentang stimuli lingkungan akademis yang meliputi
Integrasi batas luar ke pusat; Kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat
universitas dan di tingkat fakultas; Pengembangan program pendidikan yang
![Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/16.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
variatif di tingkat pascasarjana dan di luar program sarjana reguler di seluruh
jenjang yang ada di universitas; Program entrepreneurship untuk mahasiswa,
dosen dan karyawan; dan Pengembangan skema beasiswa dan program riset
yang imajinatif dan atraktif melintas kampus yang diusahakan oleh
Universitas Indonesia dalam mendukung institusinya berkembang menjadi
universitas entrepreneurial
5. Memperoleh gambaran tentang integrasi budaya entrepreneurial yang
mencakup peraturan dan keempat unsur di atas berjalan di Universitas
Indonesia dalam mewujudkan universitas entrepreneurial
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik teoritis maupun
praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam upaya:
a. mengembangkan dan memperdalam teori dan konsep yang berkaitan
dengan manajemen pendidikan tinggi pada umumnya dan khususnya
terkait entrepreneurship di perguruan tinggi.
b. memberikan suatu pemahaman yang komprehensif dan menjadi suatu
referensi bagi para pengelola perguruan tinggi dalam mempraktekkan
entrepreneurship di institusinya. Karena suatu usaha akan memperoleh
hasil yang baik jika didasari oleh konsep, teori dan prinsip yang relevan
dan sudah teruji tingkat kehandalannya sehingga akan menjadi landasan
atau pijakan yang kuat terhadap setiap langkah dan tindakan yang
diambil oleh pimpinan universitas maupun para staf yang terlibat dalam
pengembangan entrepreneurship dalam rangka membangun institutional
capacity.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
![Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/1302/4/D_ADP_0800810_Chapter1.pdf · dengan wajib belajar dari enam tahun ke sembilan tahun ... Berikut gambaran jumlah](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022011808/5c809ece09d3f2c0278b4a52/html5/thumbnails/17.jpg)
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. sebagai bahan masukan bagi perguruan tinggi lain dalam mempraktekkan
entrepreneurship melalui kreativitas dan inovasi.
b. perlunya perguruan tinggi melakukan transformasi menjadi universitas
entrepreneurial dalam rangka membangun institutional capacity untuk
merespon tantangan dan tuntutan yang dihadapinya.