bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era digital seperti saat ini, hampir semua orang telah merasakan hidup di
dua dunia. Tentunya dengan bantuan internet dan media sosial, masing-masing
individu memiliki kehidupan di dunia nyata dan dunia maya. Kehidupan di dua
dunia ini telah berlangsung sejak munculnya media sosial. Berbagai macam media
sosial menjadi habitat bagi netizen untuk berinteraksi dan berkembang di ranah
digital.
Berdasarkan data dari statista.com, hingga saat ini pengguna internet di dunia
telah mencapai kurang lebih 3,17 milyar manusia. Jika dibandingkan dengan
jumlah pengguna internet pada tahun 2014 yang berjumlah 2,94 milyar, bisa
dikatakan bahwa jumlah pengguna internet dunia terus mengalami perkembangan
yang signifikan. Persentase jumlah pengguna internet dunia saat ini telah
mencapai 40% dari penduduk dunia. Angka ini juga diperkirakan akan terus
bertambah di masa yang mendatang. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertambahan
jumlah penduduk dunia dan adanya berbagai media sosial yang menjadi daya tarik
tersendiri di internet.
Ragam media sosial di dunia pun tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya ada
ratusan media sosial yang tersebar di seluruh penjuru internet. Namun tidak
semua media sosial mendapatkan perhatian yang sebanding. Ada beberapa media
sosial yang lebih unggul dibandingkan dengan lainnya. Menurut situs
www.ebizmba.com, ada 15 media sosial dan aplikasi yang menempati peringkat
paling tinggi di dunia dilihat dari jumlah pengguna serta frekuensi aktivitas
penggunanya. Beberapa diantaranya adalah Tumblr, Instagram, Facebook, dan
Twitter.
2
Gambar 1.1
Ragam media sosial
Salah satu media sosial yang sedang populer di tahun 2016 ini adalah
Instagram. Menawarkan fasilitas untuk membuat galeri foto pribadi, Instagram
dengan cepat meraih banyak pengguna. Instagram sebagai media sosial
merupakan sebuah pembaruan di tengah media sosial lain yang berbasis micro
blogging. Instagram memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto dan
video ke akun mereka. Selain itu Instagram juga memiliki fitur hashtag atau tagar
yang memudahkan penggunanya mencari foto orang lain yang memiliki kaitan
dengan tagar yang dipilih. Dalam hal ini, Instagram menjadi lebih unggul dari
media sosial lain karena menyajikan konten berbasis visual yang menarik.
Beberapa tahun terakhir, mulai muncul sosok-sosok yang tidak pernah
dijumpai di media massa sebelumnya namun dikenal oleh banyak orang. Mereka
adalah orang-orang yang mendapatkan popularitasnya dengan bantuan internet.
Individu semacam ini dikategorikan sebagai micro celebrity atau selebriti mikro.
Dikatakan selebriti mikro karena mereka hanya bergerak di media sosial, dan
cenderung memiliki fans yang lebih ceruk. Selebriti mikro ini juga memiliki
3
namanya masing-masing tergantung dengan popularitas media sosial tempat
mereka berkembang.
Di Instagram, selebriti mikro yang banyak muncul ini lebih dikenal dengan
sebutan selebgram. Akun-akun selebgram biasanya memiliki konten yang cukup
seragam dan sesuai dengan karakter dan keunikan mereka masing-masing. Ada
akun yang mengepost konten dengan warna-warna cerah, ada akun yang lebih
sering memperlihatkan hasil karya pemiliknya, akun-akun yang banyak
menampilkan fashion items, akun yang berisi foto makanan dan minuman, dan
masih banyak jenis akun lainnya.
Salah satu hal yang paling mencolok untuk membedakan akun selebgram
dengan akun biasa adalah endorsement post. Akun selebgram sering membuat
post yang menampilkan produk-produk sebagai bentuk iklan produk tersebut
karena selebram memiliki popularitas yang tinggi sehingga bisa mempengaruhi
followersnya. Konsep endorsement ini bukan merupakan rahasia di dunia
Instagram. Banyak orang mengetahui bahwa para selebgram ini mendapatkan
barang-barang tersebut dengan gratis, bahkan banyak dari mereka yang juga
mendapat bayaran dari melakukan post tersebut. Salah satu selebgram juga pernah
menyebutkan bahwa dia memasang tarif 5 juta rupiah untuk setiap post yang
berbentuk endorsement ini.
Melihat aktivitas selebgram menjadi menarik bagi para pemilik akun biasa.
Kehidupan para selebgram memotivasi mereka untuk bisa "hidup enak" seperti
para selebgram. Satu-satunya cara menjadi selebgram adalah dengan
meningkatkan popularitas dari akun yang mereka miliki. Peneliti melihat ada
banyak akun yang mulai meniru pola berinstagram para selebgram ini dengan
harapan bisa menjadi populer seperti para selebgram. Menjadi populer di
instagram seakan merupakan sesuatu yang diperlukan dan dibutuhkan di era
digital ini. Semakin banyak orang yang menggunakan hashtag-hashtag tertentu
untuk membuat post mereka lebih mudah dicari.
Melihat fenomena seperti ini, peneliti merasa tertarik untuk membuktikan
benar atau tidak bahwa motivasi menjadi populer ini memiliki korelasi yang
cukup signifikan dengan perilaku seseorang dalam berinstagram. Peneliti melihat
4
adanya kemungkinan bahwa apa yang ditampilkan seseorang di media sosial
merupakan citra yang dia bangun untuk mencapai suatu tujuan. Selama ini sudah
ada banyak penelitian yang memiliki fokus pada konten instagram dan
dampaknya terhadap pembelian produk, namun peneliti belum menemukan
penelitian yang melihat korelasi antara motivasi dengan perilaku yang berada di
ranah media sosial.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana korelasi motivasi pencarian popularitas dan perilaku berinstagram?
C. Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi
pencarian popularitas terhadap keputusan seseorang dalam membuat post,
caption, serta hashtag di Instagram.
D. Manfaat
Penelitian ini berguna sebagai:
a. Praktisi, menjadi referensi untuk melihat pengaruh motivasi seseorang
terhadap perilakunya di media sosial.
b. Akademisi, bermanfaat sebagai landasan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut di bidang komunikasi pemasaran dan perilaku bermedia.
E. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah para pengguna instagram yang aktif dan
memiliki keinginan untuk menjadi populer di Indonesia. Ranah instagram ini
dipilih karena ada banyak bukti yang mengindikatorkan bahwa media sosial ini
adalah tempat yang potensial untuk sebuah akun tumbuh menjadi populer. Bukti-
bukti yang dimaksud adalah dengan banyaknya tips-tips yang dibuat untuk
membantu orang mendapatkan popularitas, terutama di instagram.
5
Salah satu buktinya adalah dari konten Youtube yang diunggah oleh Chua
Sihui dengan judul "HOW TO BE INSTAGRAM FAMOUS". Video ini berhasil
mendapatkan lebih dari 1juta penonton. Konten Youtube tersebut hanyalah salah
satu dari sekian banyak tips menjadi populer di instagram yang tersebar di internet
dan berbagai media lain.
Banyak beredarnya tips-tips ini menjadi bukti bahwa banyak netizen
memiliki minat dan motivasi untuk menjadi populer. Selain karena alasan
finansial, menjadi populer merupakan sesuatu yang dianggap menyenangkan.
Menjadi populer berarti seseorang mendapatkan perhatian yang lebih dari orang
lain. Fenomena ini paling terlihat di media sosial Instagram, terutama dengan
adanya fitur hashtag yang mempermudah mereka memancing likes. Bahkan ada
beberapa pengguna Instagram menggunakan hashtag yang tidak ada hubungannya
dengan konten foto.
F. Kerangka Teori
1. Motivasi
Deci dan Ryan (2000:54) menjelaskan bahwa kata motivasi merupakan serapan
dari bahasa latin, yaitu "movere" yang berarti berpindah. Berpindah dalam kata
motivasi memiliki makna berubah. Motivasi merupakan proses psikologi yang
mengarahkan, meminta arahan, dan menetapkan tindakan sukarela sehingga
mengarah pada suatu tujuan. Artinya, motivasi merupakan sesuatu yang ada pada
manusia yang memicu dia untuk berpindah. Bukan berpindah secara geografis,
namun bergerak disini lebih memiliki makna sebagai 'berubah'. Maksudnya,
motivasi merupakan pemicu untuk membuat sebuah perubahan.
Pernyataan tersebut didukung oleh teori dari Chaudhary dan Sharma (2012)
yang menyebutkan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti kebutuhan
dan keinginan yang mengarahkan seseorang untuk memulai proses mencapai
sebuah tujuan. Menurut Sardiman (2007: 73), motif dapat diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam atau di dalam subjek untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
6
Semua teori di atas menyebutkan bahwa motivasi merupakan sebuah pemicu
untuk seseorang melakukan sesuatu. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa
motivasi memiliki hubungan yang erat dengan adanya kebutuhan maupun
keinginan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, namun
kemunculannya dipicu oleh sebuah tujuan yang telah disetujui oleh alam sadar
maupun alam bawah sadar individu tersebut. Motivasi merupakan konsep untuk
suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk
mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan menjadi
situasi yang dirasa menyenangkan.
Deci dan Ryan (2000:55) menyebutkan bahwa motivasi terbagi menjadi dua
jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang muncul pada diri manusia karena adanya kesukaan atau
kecintaan individu terhadap tujuannya. Hal ini menjadikan kegiatan yang
dilakukan oleh manusia dengan dasar motivasi intrinsik merupakan kegiatan yang
sukarela dan tidak mengharapkan adanya timbal balik atau balasan.
Sementara motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang muncul karena
adanya hasil dari sebuah kegiatan. Hasil yang dimaksud adalah imbalan atas hal
yang dikerjakan oleh individu tersebut dan merupakan sesuatu yang
menguntungan, terutama di bidang finansial. Misalnya jaminan untuk
mendapatkan hadiah atau jaminan untuk mendapatkan uang.
Dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi
dapat memicu terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, yang
kemudian berdampak dan berkaitan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga
emosi untuk kemudian melakukan sebuah tindakan. Semua hal tersebut hanya
didorong oleh munculnya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Dari berbagai teori
motivasi yang sudah disebutkan sebelumnya, ada teori yang bertitik tolak pada
dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang bertitik tolak pada kebutuhan.
Maslow, sebagai tokoh motivasi dalam Hamzah B. Uno (2009:6)
mengemukakan bahwa pada orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan
tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Lima tingkat
kebutuhan itu sebagai berikut:
7
a. Kebutuhan fisiologi
Merupakan kebutuhan yang harus dipuaskan karena kebutuhan ini
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seperti kebutuhan untuk makan,
memiliki tempat tinggal, mengenakan pakaian, mendapatkan udara untuk
bernafas, istirahat, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan rasa aman
Sesuai dengan namanya, kebutuhan ini berfokus pada keinginan untuk
mendapatkan perasaan bahwa dirinya selalu aman. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan akan keselamatan, terbebas dari rasa takut, dan tidak mengalami
kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial
Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, kebutuhan untuk
mendapatkan rasa diterima dalam masyarakat, lingkaran, atau golongan
(keluarga, sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan meliputi kebutuhan seseorang untuk
merasakan kepercayaan diri tanpa takut dicela orang lain, dan juga kebutuhan
seseorang untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan unttuk mewujudkan diri sendiri, seperti mengekspresikan
pikiran, serta mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya dan melakukan
usaha untuk mencapai hasil.
Lima kebutuhan tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya
motivasi dalam diri seorang manusia. Dalam artikel yang ditulis oleh Whitbourne
(2011), dia menyatakan bahwa ada beberapa teori motivasi yang dapat
menjelaskan bagaimana sebuah motivasi terbentuk. Beberapa teori tersebut
adalah:
a. Instinct Theory
Teori ini menjelaskan bahwa individu melakukan sesuatu karena ada
motivasi yang terbentuk dari insting. Manusia sebagai individu memiliki
8
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi yang munculnya dari dalam dirinya.
Kebutuhan-kebutuhan ini adalah kebutuhan biologis yang sudah menjadi
bawaan dalam diri manusia. Teori ini kurang lebih sama seperti teori
kebutuhan fisiologis oleh Maslow yang telah disebutkan sebelumnya.
b. Drive Reduction Theory
Teori ini menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki sangat banyak
keinginan. Motivasi muncul sebagai dorongan bagi seseorang untuk
mengurangi keinginan-keinginan tersebut ketika keinginan tesebut sudah
tercapai. Dengan kata lain, motivasi muncul untuk meredam gejolak keinginan
manusia yang sangat tinggi. Keinginan ini bisa merupakan keinginan
sederhana maupun rumit. Contohnya adalah ketika seseorang bekerja lembur
selama berhari-hari, dia akan memiliki keinginan dan kebutuhan yang sangat
tinggi untuk beristirahat. Dari situ, muncul motivasi untuk berhenti sejenak
dari segala kegiatan yang melelahkan.
c. Arousal Theory
Berbeda dengan drive reduction theory yang menyebutkan bahwa motivasi
muncul untuk meredam keinginan serta kebutuhan. Teori ini justru
menyebutkan kebalikannya. Dalam arousal theory, disebutkan bahwa manusia
merupakan organisme yang memiliki perasaan dan bisa mengalami kebosanan
jika dihadapkan pada situasi yang sama secara terus-menerus. Karena adanya
kebosanan tersebut, maka muncul motivasi untuk keluar dari kebosanan
tersebut. Dengan kata lain, teori ini menyebutkan bahwa motivasi muncul
untuk meningkatkan kadar hormon endorfin ketika kita melakukan suatu hal.
Jadi teori ini menjelaskan bahwa motivasi muncul karena seseorang ingin
menantang dirinya untuk melakukan sesuatu yang berbeda.
d. Incentive Theory
Incentive theory merupakan teori yang menjelaskan bahwa motivasi muncul
karena ada persuasi dari pihak luar. Motivasi muncul dalam diri seseorang
untuk memenuhi 'kebutuhan semu'. Disebut kebutuhan semu karena kebutuhan
ini dihasilkan dari pikirannya sendiri sebagai dampak dari adanya bujukan
pihak luar. Padahal kebutuhan ini hanyalah sebuah keinginan dan bukan
9
merupakan kebutuhan yang sesungguhnya. Motivasi semacam ini sangat sering
ditemukan dalam kehidupan, dan biasanya merupakan dampak dan efek
paparan iklan. Teori ini sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Beckmann & Heckhausen (2008) yaitu "You expect that by having this "thing,"
you will be better off than you are without it."
Kemunculan motivasi semacam ini yang kemudian dimanfaatkan oleh
pengiklan dengan cara menyampaikan pesan persuasif yang 'menghipnotis'
orang-orang untuk merasakan kebutuhan untuk memiliki produk yang
ditawarkan. Pesan persuasif ini akan menimbulkan keinginan yang impulsif
dari pihak konsumen. Seakan mereka tidak akan bisa bertahan jika tidak
memiliki produk tersebut. Produk yang paling banyak memanfaatkan teori ini
adalah produk kecantikan seperti sabun muka, make up, body lotion, dan
sebagainya.
e. Cognitive Theory
Teori kognitif atau cognitive theory menyebutkan bahwa motivasi muncul
karena adanya ekspektasi hasil dari apa yang dilakukan oleh seseorang. Teori
ini menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang dia
pikir akan menghasilkan sesuatu yang dia inginkan. Cognitive theory memiliki
kaitan yang erat dengan teori sebelumnya yang telah disebutkan sebelumnya
yaitu teori oleh Deci dan Ryan yang menjelaskan bahwa motivasi terbagi
menjadi 2 bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Kedua jenis motivasi ini muncul karena keduanya mengharapkan sebuah
hasil dari adanya usaha. Perbedaannya hanyalah terletak pada faktor yang
mempengaruhi munculnya motivasi tersebut. motivasi intrinsik muncul dari
dalam diri sendiri dan hasil yang diharapkan merupakan kepuasan untuk diri
sendiri, misalnya seseorang mempelajari suatu bahasa tertentu karena dia
termotivasi untuk mendapat kepuasan karena berhasil menguasai suatu bahasa.
Sementara motivasi ekstrinsik muncul untuk mendorong seseorang
mendapatkan hasil untuk dirinya namun berasal dari orang lain. Misalnya
mendapatkan imbalan uang, pengakuan orang lain, atau bisa juga untuk
mendapatkan popolaritas.
10
f. Self-Determination Theory
Teori ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori sebelumnya. Namun
teori ini melihat bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik memiliki
potensi untuk bergabung menjadi satu motivasi. Maksudnya, seseorang bisa
memiliki motivasi yang memicunya untuk melakukan suatu hal dengan
manfaat untuk kepuasan diri sendiri dan juga untuk mendapat hasil dari pihak
luar.
Contoh dari teori motivasi adalah motivasi seorang seniman yang populer.
Seniman tersebut membuat karya seni karena berkesenian merupakan passion
dan dia bisa mendapatkan kepuasan dari membuat karya seni. Namun di saat
yang sama, ketika dia mempublikasikan karyanya, dia akan mendapatkan
pengakuan dari orang lain. Setelah itu jika dia menjual karyanya maka dia juga
akan mendapatkan keuntungan secara finansial. Dari contoh itu, bisa dilihat
bahwa teori ini menggabungkan kedua jenis motivasi sebelumnya sehingga
bisa muncul secara bersamaan. Sayangnya teori ini tidak dapat berlaku untuk
semua orang, karena tidak semua orang memiliki situasi yang sama yang
memungkinkan mereka mendapatkan hasil yang berupa kepuasan diri dan hasil
finansial atau popularitas.
Dari semua teori yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik benang merah
bahwa motivasi dapat muncul karena adanya dorongan dari luar maupun dalam
diri seseorang. Motivasi selalu muncul dari diri sendiri, namun faktor yang
mempengaruhi munculnya motivasi tersebut tidak selalu muncul dari dalam diri
seorang individu, melainkan ada kemungkinan bahwa hal yang memunculkan
motivasi tersebut bisa berasal dari lingkungan luar individu tersebut.
Motivasi dapat menggugah seseorang untuk membuat perubahan dalam
hidupnya. Namun motivasi yang dimiliki oleh seseorang belum tentu dapat
berefek pada pilihan perilaku mereka. Contoh yang cukup mudah dipahami adalah
motivasi diet. Banyak orang yang memiliki motivasi untuk memiliki badan yang
ideal, namun pada kenyataannya tidak banyak orang yang berhasil mewujudkan
hal tersebut. Jadi, kekuatan motivasi tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang
11
akan didapatkan. Semakin tinggi motivasinya, maka semakin tinggi pula potensi
orang ini melakukan tindakan sebagai perwujudan dari motivasinya.
2. Aktivitas bermedia sosial dan instagram
Perkembangan media sosial tidaklah lepas dari perkembangan media baru.
Munculnya berbagai media sosial di internet dimulai dengan adanya kebutuhan
manusia untuk terus berkomunikasi menggunakan media maya yang kemudian
dikembangkan oleh para ahli dengan kreativitas mereka masing-masing untuk
menciptakan media sosial yang sesuai dengan kebutuhan manusia serta mudah
diakses dan digunakan. Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18)
perkembangan media komunikasi dibagi menjadi empat era. Era komunikasi
tulisan, era komunikasi cetak, era telekomunikasi, dan era komunikasi interaktif.
Menurut Denis McQuail (2011) ciri utama media baru adalah adanya saling
keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun
pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang
terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana.
Kedua teori di atas menekankan hal utama dari media baru, yaitu media baru
sebagai media yang berkembang pada era komunikasi interaktif. Hal ini
menunjukkan bahwa keutamaan media baru terletak pada interaktivitasnya.
Berbeda dengan media massa, di media baru semua orang bisa berinteraksi
dengan mudah. Komunikasi tidak lagi bersifat satu arah sehingga bisa terjadi
komunikasi secara timbal balik dan komunikasi terasa lebih personal. Hal inilah
yang dirasakan oleh banyak orang dengan adanya media sosial.
Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang.
Setelah mengalami bertahun-tahun perkembangan secara terus menerus, media
sosial kini memiliki peran yang cukup krusial dalam kehidup manusia. Media
sosial memainkan peran yang sangat penting di berbagai bidang seperti
komunikasi, sosial, ekonomi, dan banyak bidang lainnya (Yan, 2014). Berbagai
macam media sosial telah mempengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai
cara pula. Hal ini terjadi karena netizen menggunakan media sosial untuk
memperkuat kehidupan sosial mereka dengan kolega, teman, maupun keluarga.
12
Adanya kebutuhan seperti inilah yang mendukung media sosial untuk terus
berkembang.
Menurut data dari id.techinasia.com, pertumbuhan pengguna media sosial
terlihat paling signifikan ketika semakin banyak orang menggunakan smartphone.
Pada akhir tahun 2015, tercatat ada 2,2 milyar manusia yang menjadi pengguna
aktif media sosial. Pengguna terbanyak dimenangkan oleh media sosial Facebook
dengan 1,4 juta pengguna aktif. Disebutkan juga bahwa 34% penduduk di negara
besar memiliki akun media sosial dengan mayoritas penggunanya adalah wanita
dengan rentang usia 18-29, dan memiliki pendidikan yang cenderung lebih tinggi.
Ada banyak ragam media sosial yang mereka gunakan ketika mengakses internet,
salah satunya adalah Instagram.
Hingga akhir tahun 2015 lalu, jumlah pengguna instagram telah mencapai 300
milyar pengguna. Instagram merupakan salah satu media sosial yang tergolong
masih muda dan berhasil. Sekitar 2 bulan setelah peluncuran Instagram, pengguna
yang terdaftar sudah mencapai sekitar 1 juta akun. Di tahun berikutnya,
Instagram telah mencapai 30 juta pengguna. Pada tahun 2014, disebutkan bahwa
penguna aktif Instagram telah mencapai sekitar 300 juta akun per bulannya. Pihak
Instagram juga menyatakan bahwa 90% dari pengguna aktif instagram merupakan
individu yang berusia dibawah 35 tahun, 55% penggunanya merupakan golongan
usia 18-29 tahun, dan 68% penggunanya adalah wanita. Dengan 70 juta foto dan
video yang dipost setiap harinya, bisa dikatakan bahwa Instagram merupakan
salah satu media sosial yang cukup berhasil menarik minat netizen.
Frekuensi dalam mengepost foto di instagram juga menjadi salah satu hal yang
juga menarik untuk diperhatikan. Dengan data sebelumnya yang menunjukkan
bahwa hingga saat ini ada setidaknya 300 juta pengguna aktif instagram setiap
bulannya, dan ada 70 juta foto dan video yang masuk ke Instagram setiap harinya,
berarti rata-rata pengguna mengepost sekitar 7 foto dalam 1 hari. Namun rata-rata
ini tidak berarti setiap akun mengepost 7 foto atau video setiap harinya, banyak
akun yang mengepost kurang dari 7, dan banyak juga yang mengepost lebih dari
7. Maka dari itu, frekuensi menjadi salah satu faktor yang penting dalam
menentukan perilaku berinstagram seseorang.
13
Ada banyak jenis foto yang dipost oleh netizen ke instagram. Menurut Hu,
Manikonda, dan Kambhapati (2014) konten instagram terbagi menjadi 8 kategori
yaitu friends, food, gadgets, captioned photos, pet, activity, selfie dan fashion.
Semua kategori yang sudah disebutkan dapat dikelompokkan lagi menjadi 4
kategori yang lebih umum yaitu foto manusia (meliputi selfie, groufie, dan
teman), foto objek (meliputi peliharaan, makanan, gadget, dan fashion), foto
aktivitas (meliputi kegiatan indoor dan outdoor), dan foto grafis (meliputi quotes
dan meme).
Instagram menawarkan fitur untuk mengedit foto secara instan dengan adanya
built in filter dari instagram. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi netizen
untuk menggunakan instagram karena penggunaan filter merupakan sebuah
pengalaman baru di media sosial bagi seseorang. Seiring berkembangnya internet,
filter bawaan instagram ini jarang menjadi pilihan utama bagi penggunanya. Hal
ini dikarenakan sudah ada banyak aplikasi lain yang memiliki spesialisasi di
bidang edit foto.
Ketika foto sudah ditata dan diedit sedemikian rupa, pengguna instagram
kemudian akan menentukan caption untuk mendampingi foto tersebut. Caption
digunakan untuk memperjelas apa yang ditunjukkan oleh foto. Menurut
Vanderbeek (2012), pemilihan caption instagram sangat penting karena dapat
memberikan makna pada foto. Selain itu, caption yang bagus akan bisa
mengangkat suasana foto serta menjelaskan suatu fokus pada foto yang sebaiknya
menjadi perhatian seseorang.
Pembuatan caption foto atau video tidak lepas jauh dari pembuatan tagar atau
hashtag. Fasilitas tagar merupakan salah satu hal yang menjadi fitur Instagram.
Dengan menggunakan tagar, seseorang bisa memasukkan fotonya pada kategori
tertentu. Hal ini juga akan mempermudah pengguna instagram lain untuk mencari
foto dengan tagar yang berkaitan. Tagar bisa diaplikasikan pada caption dan pada
komentar. Beberapa orang memilih meletakkan tagar pada caption, beberapa
memilih membuat tagar pada komen, dan beberapa lainnya memilih
menggunakan 2 cara tersebut.
14
Saat seseorang mengupload konten ke Instagram, dia juga bisa mengetag akun
lain untuk disertakan dalam fotonya. Dengan melakukan hal tersebut, akun lain
akan mendapatkan notifikasi bahwa ada orang lain yang mengunggah sebuah
konten dan memiliki hubungan dengannya. Tagging tidak hanya berlaku pada
akun lain saja. Instagram juga memiliki fitur geo tagging untuk mempermudah
seseorang menandai lokasi foto tersebut diambil. Selain itu, seseorang juga bisa
mengaitkan akun instagram mereka dengan akun mereka di media sosial lain
sehingga ketika mereka melakukan post di instagram, konten tersebut akan
langsung masuk di media sosial lain yang dikaitkan.
Beberapa hal yang sudah disebutkan diatas merupakan hal-hal yang bisa
diperhatikan dari perilaku bermedia sosial seseorang, khususnya di media sosial
instagram. Aktivitas instagram seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak hal, dan
tentunya tidak semua pengguna memiliki bentuk aktivitas yang sama karena
perilaku berinstagram merupakan pilihan masing-masing individu.
3. Popularitas, selebritas, dan media sosial
Kata popularitas atau popularity diambil dari bahasa latin popularis yang
berarti umum atau banyak disukai. Beberapa sumber menyebutkan bahwa
popularitas berarti disukai oleh orang banyak, diperhatikan, dan dihargai. Namun
tidak ada definisi yang pasti dari popularitas itu sendiri. Popularitas tidak selalu
terjadi pada manusia. Banyak hal lain yang bisa meraih popularitas seperti
makanan, tempat, dan pakaian, dan sebagainya.
Manusia telah mengenal popularitas sejak tahap awal kehidupannya.
Popularitas muncul secara natural dalam lingkungan seseorang. Hal ini sesuai
dengan istilah primus inter pares, sebuah istilah kuno yang berarti orang pertama
dari sejenisnya. Artinya, seseorang yang populer muncul di dalam lingkungan
yang memiliki derajat yang sama, namun satu orang menunjukkan kelebihannya
sehingga dia menjadi berbeda dengan lainnya dan mendapat perhatian.
Pada era ini, popularitas tidak cukup ada di lingkungan pergaulan seseorang
saja. Setiap orang pasti mengenal sosok-sosok populer yang berada jauh dari
lingkungan rata-rata manusia. Sosok populer yang jauh dari jangkauan mayoritas
15
masyarakat ini adalah para selebriti. Banyak orang mengasosiasikan popularitas
dengan selebritas. Memang benar, karena selebritas diambil dari bahasa inggris
yaitu "celebrity" yang merupakan kata serapan dari bahasa Yunani 'celebes'
dengan arti 'keadaan menjadi populer'.
Popularitas yang dimiliki para selebriti ini memiliki dampak yang cukup besar
terhadap perkembangan trend masyarakat. Semua hal yang digunakan atau
dilakukan selebriti menjadi sorotan media massa sehingga audiens media massa
ingin ikut menggunakan atau melakukannya. Kebanyakan kehidupan selebriti
yang ditampakkan di media massa adalah kehidupan yang mewah dan glamor.
Mobil mewah, rumah mewah, pakaian serba bermerek, hal-hal tersebut menjadi
"ciri khas" selebriti. Bukti lain yang menunjukkan bahwa popularitas selebriti
memiliki kekuatan adalah dengan produk hiburannya. Contohnya semakin
terkenal seorang selebriti, maka semakin tinggi pula kemungkinan film yang
dibintanginya menjadi film yang laku keras.
Melihat kehidupan glamor yang ditampakkan oleh selebriti seperti ini,
kemudian mengundang rasa ingin bagi banyak orang. Tentunya karena pada
dasarnya manusia selalu menginginkan lebih dari apa yang dia miliki. Kehidupan
mewah yang dimiliki selebriti serta pergaulan mereka yang luas menjadi menarik
bagi banyak orang, sehingga mulai muncul keinginan-keinginan seseorang untuk
menjadi selebriti.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, popularitas tidak lagi hanya ditemui
di dunia nyata, namun juga ditemui di dunia maya. Popularitas di dunia maya
mulai terlihat ketika banyak netizen mulai menghuni media sosial. Ada beberapa
individu yang tampak menonjol dibanding lainnya. Masih sama dengan konsep
populer di dunia nyata, seseorang bisa memiliki popularitas yang baik ataupun
buruk di dunia maya.
Ada orang-orang yang mendapatkan popularitas di dunia maya secara tidak
sengaja dan aja juga orang-orang yang sengaja mencitrakan dirinya sedemikian
rupa di media sosial sehingga dia bisa mendapat perhatian dari netizen. Individu-
individu dengan popularitas yang tinggi di media sosial ini disebut dengan
microcelebrity.
16
Marwick dan boyd (2011: 140) mendeskripsikan selebriti mikro sebagai
sebuah pemikiran serta seperangkat praktis dengan audiens diposisikan sebagai
fan base. Popularitasnya dipelihara dengan manajemen fans, dan citra diri
dikonstruksi sedemikian rupa sebagai konsumsi orang lain. Dengan begitu, dapat
disimpulkan bahwa munculnya selebriti mikro ini merupakan hasil dari usaha dan
rencana yang konsisten untuk membuat produk yang diminati dan disenangi
sehingga dia dapat memenangkan perhatian netizen.
Secara keseluruhan, cara kerja popularitas di dunia maya sebenarnya tidak
memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Namun, popularitas di dunia maya
dan dunia nyata akan selalu mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang
populer di dunia nyata biasanya akan populer juga di dunia maya, dan sebaliknya.
Pada dasarnya popularitas merupakan sesuatu yang terbangun dalam
lingkungan hidup masyarakat. Banyak orang melihat popularitas sebagai sesuatu
yang menggiurkan dan menyenangkan. Popularitas dinilai sebagai sesuatu yang
positif. Dengan menjadi populer, banyak orang mengira dirinya akan disukai oleh
banyak orang. Padahal pada kenyataannya, popularitas tidak sama dengan disukai.
Popularitas sesungguhnya adalah mengenai tingkat kemenarikan seseorang. Bisa
menarik dalam arti positif maupun negatif. Namun tentunya popularitas yang
diinginkan seseorang adalah popularitas yang baik dan bisa menguntungkan
dirinya sendiri serta orang lain.
Gambar 1.2
Model popularitas
17
Gambar model popularitas diatas dapat menjelaskan bahwa popularitas yang
baik dapat dicapai. Semakin banyak seseorang membuat orang lain bahagia, dia
bisa mendapatkan lebih banyak perhatian sehingga dikenal oleh orang lain sebagai
orang yang baik. Semakin banyak individu yang dia bantu, semakin menarik pula
seseorang di mata orang lain. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa popularitas
itu bisa direncanakan dan bisa dicapai jika seseorang mengusahakannya.
4. Uses and gratification theory pada media sosial
Teori uses and gratification merupakan teori lanjutan dari teori kebutuhan dan
motivasi (Maslow, 1970). Pada teori kebutuhan, Abraham Maslow menjelaskan
bahwa kebutuhan manusia dibagi menjadi 5 kategori. Semua kategori yang
tersusun dalam piramida kebutuhan tersebut merupakan hal-hal yang ingin
dipenuhi oleh manusia dalam hidupnya sesuai dengan urutan prioritasnya. Ketika
salah satu kebutuhan manusia telah tercapai, maka seseorang akan melakukan
usaha untuk memenuhi kebutuhan berikutnya.
Dalam teori uses and gratification, disebutkan bahwa individu secara aktif
memilih media yang ingin mereka akses serta gunakan dalam upaya memenuhi
kebutuhannya. Teori ini memiliki anggapan bahwa manusia sebagai individu
memiliki kesadaran penuh atas pemilihan media yang mereka gunakan. Setiap
individu memiliki penilaian terhadap media tertentu yang membuat mereka
memilih media tertentu untuk diakses dan digunakan (West & Turner, 2010: 397).
Gambar 1.3
Model teori uses and gratification
Walaupun teori ini banyak digunakan untuk mempelajari penggunaan media
massa, namun teori ini juga dapat diaplikasikan di ranah digital, khususnya media
18
sosial. Salah satu penelitian terdahulu pernah menggunakan teori ini untuk
meneliti motivasi seseorang menggunakan media sosial Facebook dan Instant
Messenger. Penelitian ini dilakukan oleh Quan-Hasase & Young pada tahun 2010.
Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa teori uses & gratification dapat
dikembangkan sesuai dengan perkembangan media, dan tidak hanya bisa
digunakan untuk penelitian di bidan media massa saja.
Menurut Katz, Gurevitch & Haas (1973) dalam West & Turner (2010),
kebutuhan manusia dalam menggunakan media dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu
cognitive, affective, personal integrative, social integrative & tension release.
Penggunaan media sosial masuk dalam kategori social integrative. Artinya
seseorang menggunakan sebuah media sosial untuk kepentingan kehidupan
sosialnya seperti menjalin koneksi dengan teman, keluarga, dan sebagainya.
G. Kerangka Konsep
Penelitian ini ingin melihat korelasi antara motivasi seseorang untuk menjadi
populer dengan perilakunya di media sosial instagram. Peneliti mendapati banyak
orang mengakui bahwa mereka ingin post instagramnya diperhatikan orang lain.
Fenomena seperti ini sangat menarik untuk ditinjau lebih jauh untuk melihat
kekuaan motivasi dalam mempengaruhi perilaku di dunia maya. Dengan begitu,
konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi untuk populer dan
perilaku berinstagram.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan realita, peneliti
menggunakan teori motivasi dari Deci & Ryan yang mengategorikan motivasi
menjadi 2, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sebenarnya peneliti
bisa menggunakan teori self determination yang meliputi keduanya, namun
karena peneliti ingin meneliti motivasi pencarian popularitas, maka peneliti
memilih menggunakan teori motivasi dengan dorongan ekstrinsik. Untuk melihat
perilaku berinstagram objek penelitian, peneliti melihat ada beberapa dimensi
yang dapat ditinjau yaitu dimensi konten, frekuensi posting, editing, directing,
tagging, reposting, dan connectivity.
19
Mengacu pada kerangka teori yang sudah dijabarkan sebelumnya, berikut
adalah skema dari kerangka konsep penelitian ini untuk menjelaskan alur
penelitian yang akan dilakukan:
Gambar 1.4
Kerangka konsep
Bagan diatas menunjukkan ada dua variabel dalam penelitian ini. Variabel
pertama adalah motivasi sebagai variabel independen (X), dan variabel kedia
adalah Aktivitas berinstagram sebagai variabel dependen (Y). Untuk lebih
memahami alur kerangka konsep diatas akan dijelaskan dalam operasional
konsep.
I. Definisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai sebagai operasional dari
konsep untuk diteliti secara empiris (Singarimbun, 1995:42). Peneliti memilih
beberapa dimensi dari konsep yang memiliki variasi nilai. Berikut adalah definisi
operasional yang dapat membantu peneliti memperjelas data yang dan dapat
menjelaskan konsep yang digunakan oleh peneliti.
1. Variabel Motivasi Pencarian Popularitas
Variabel motivasi yang di maksud pada penelitian ini adalah motivasi
mendapatkan popularitas. Artinya, motivasi merupakan dorongan yang
muncul dalam diri seseorang dan mempengaruhi perilakunya dalam
GRATIFICATION SOUGHT
Motivasi pencarian popularitas(X)
Dorongan ekstrinsik (popularitas)
MEDIA USES
Perilaku berinstagram (Y) Konten Frekuensi Editing Directing Tagging Connectivity
20
upaya mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari banyak orang.
Motivasi pencarian popularitas muncul pada diri seseorang karena orang
tersebut menginginkan reward dari orang lain berupa perhatian dan juga
material. Dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:
a. Dorongan Ekstrinsik: Motivasi seseorang berhubungan dengan
reward yang berasal dari orang lain.
2. Variabel Perilaku Berinstagram
Variabel ini adalah variabel yang digunakan untuk melihat perilaku
seseorang dalam bermedia sosial Instagram dan pola aktivitas di
Instagram. Perilaku berinstagram merupakan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan seseorang dalam menggunakan Instagram misalnya membuat
post, menggunakan fasilitas tagging, frekuensi melakukan post,
menggunakan filter, dan sebagainya. Perilaku berinstagram tersebut
dapat dilihat dan diukur menggunakan beberapa dimensi. Dimensi yang
akan digunakan untuk mengukur variabel aktivitas berinstagram adalah
sebagai berikut:
a. Konten: Meliputi konten foto, caption dan hashtag
b. Frekuensi: Seberapa sering responden mengupload foto atau video
ke instagram
c. Editing: Responden melakukan proses edit foto sebelum
diunggah ke instagram
d. Directing: Responden merancang foto mulai dari penataan objek
hingga sudut pandang kamera
e. Tagging: Post foto atau video ditautkan ke akun lain
f. Connectivity: Mengaitkan akun instagram dengan akun media sosial
lainnya.
21
H. Operasional Konsep
Tabel 1.1
Operasional konsep
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Gratification
Sought
Motivasi
pencarian
popularitas
Dorongan
Ekstrinsik
(Popularitas)
Perasaan senang ketika mendapatkan like Interval
Perasaan senang ketika mendapatkan komentar Interval
Perasaan senang ketika mendapatkan followers Interval
Harapan untuk mendapatkan like Interval
Harapan untuk mendapatkan komentar Interval
Harapan untuk mendapatkan followers Interval
Keinginan mendapatkan endorsement Interval
Media Uses Perilaku
berinstagram
Konten Mengepost foto diri (selfie) Rating
Mengepost foto diri (non-selfie) Rating
Mengepost foto bersama teman Rating
Mengepost foto produk Rating
Mengepost foto makanan Rating
Mengepost foto fashion Rating
Mengepost foto objek tidak berkategori Rating
22
Mengepost foto tempat/pemandangan Rating
Mengepost foto aktivitas indoor Rating
Mengepost foto aktivitas outdoor Rating
Mengepost quote Rating
Mengepost meme Rating
Memikirkan caption dengan baik-baik Interval
Memilih caption yang sesuai dengan foto Interval
Memilih hashtag yang sesuai dengan foto Interval
Memilih hashtag yang populer Interval
Frekuensi Frekuensi membuat post di instagram Interval
Editing Penggunaan filter (built-in) Interval
Penggunaan filter (out source) Interval
Directing Pemilihan angle foto Interval
Penataan objek foto Interval
Pencahayaan foto Interval
Tagging Men-tag akun lain Interval
Menggunakan geo tagging Interval
Connectivity Mengkoneksikan post instagram ke media sosial lain Interval
23
J. Hipotesis
Dari kerangka konsep yang sudah dijabarkan diatas, maka hipotesis penelitian
ini adalah:
Ho: Motivasi pencarian popularitas tidak memiliki hubungan korelasional
dengan dan perilaku berinstagram seseorang.
Ha: Motivasi pencarian popularitas memiliki hubungan korelasional dengan dan
perilaku berinstagram seseorang.
K. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang
menggunakan metode survei. Metode survei tidak mementingkan kedalaman
data, namun dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas
(Masyhuri dan Zainudin, 2008:13). Penelitian dengan metode survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari sebuah populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989).
Metode survei cocok digunakan dalam penelitian ini karena dengan metode ini,
peneliti dapat mengumpulkan dan memperoleh data langsung dari lapangan.
Jenis survei yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
eksplanatif karena jenis ini digunakan untuk melihat hubungan sebab-akibat
anatara variabel X dan Y. Penelitian jenis ini dipilih karena dinilai cocok untuk
menjelaskan hubungan antara motivasi populer dengan perilaku berinstagram.
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006:
108). Menurut Sugiyono (2006:72) populasi merupakan wilayah
generalisasi, terdiri dari subjek atau objek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
24
ditarik kesimpulan. Jadi, populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek
yang menjadi fokus penelitian.
Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh pengguna
instagram di Indonesia. Belum ada data yang menyebutkan jumlah
pengguna instagram di indonesia hingga tahun 2016, namun data paling
dekat yang diambil dari We Are Social menunjukkan bahwa pengguna
instagram indonesia di tahun 2015 adalah sebanyak 17.850.000 orang. Maka
diambil kesimpulan bahwa populasi dalam penelitian ini berjumlah
17.850.000 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti (Djaryanto & Subagyo, 2000:95). Berarti sample merupakan
sebagian dari populasi yang diambil oleh peneliti untuk diteliti dan
digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin yang memiliki toleransi
kelonggaran variatif yaitu 10%, 5%, dan 1%.
Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran untuk mengantisipasi kesalahan
pengambilan sampel yang bisa ditolerir, yaitu sebanyak 5% karena
survei ini akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara
online.
Dari rumus diatas, didapatkan jumlah sampel sebanyak 399,7 orang.
Supaya genap, jumlah ini dibulatkan menjadi 400 orang.
25
3. Teknik pengambilan sampel
Dalam penelitian ini, jenis sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Teknik ini adalah teknik pemilihan sampel yang didasarkan atas ciri-
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Kasiram: 2008,
pada Widyanintyas, 2013:30). Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih adalah
orang-orang yang menggunakan instagram secara aktif dan pernah mengupload
foto atau video di akunnya.
4. Data dan teknik pengumpulan data
Data primer dan sekunder akan digunakan dalam penelitian ini. Data primer
merupakan data yang didapat dari hasil kuesioner. Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan pada
responden untuk diisi (Sukandarrumidi, 2004:78). Sedangkan data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari berbagai
sumber informasi seperti buku-buku literasi, internet, dan berbagai sumber lain
yang dinilai sesuai dengan penelitian ini.
5. Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat atau intrumen
penelitian yang digunakan benar-benar valid untuk mengukur variabel
penelitian. Konsep validitas sangat penting karena terkandung makna tingkat
kesesuaian hasil penelitian atau cerminan keadaan yang sesungguhnya dalam
hasil penelitian yang dilakukan (Idrus, 2009:124). Peneliti akan menguji
validitas dengan menggunakan Pearson Correlation Test pada software SPSS.
6. Uji reliabilitas
Di samping validitas data, instrumen dalam penelitian juga harus
mempunyai reliabilitas sehingga dapat dipercaya. Instrumen tersebut harus
dapat digunakan berulang kali oleh siapa pun, namun selalu menunjukkan hasil
yang konsisten atau sama. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen
penelitian dapat dipercaya atau tidak, harus dilakukan ujian berkali-kali pada
26
instrumen tersebut untuk memastikan bahwa instrumen tersebut bisa dipercaya.
Jika hasil uji menunjukkan ketepatan, maka instrumen tersebut dapat dikatakan
reliabel. Pengujian instrumen ini akan dilakukan berdasarkan nilai Cronbach
Alpha
.
7. Teknik analisis data
a. Analisis korelasi
Suryabrata (1994:24) menyebutkan bahwa analisis korelasional
digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkatitan dengan varias-variasi pada faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan antar variabel.
Koefisien korelasi adalah pengukuran asosiasi antara dua variabel.
Besarnya koefisien berkisar antara +1 sampai -1. Koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel
acak. Untuk memudah menginterpretasi, Sarwono (2006:87) memberikan
kriteria sebagai berikut:
0 : Tidak ada korelasi
>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna
b. Analisis regresi
Penelitian ini juga akan menggunakan analisis regresi sederhana. Yaitu
analisis untuk mengetahui hubungan linier antara variabel independen (X)
dan dependen (Y). Kedua variabel dapat dikatanan memiliki hubungan yang
linier jika memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Untuk mendapatkan hasil
tersebut, peneliti akan melakukan analisis data dengan SPSS.
27
c. Analisis deskriptif (statistika)
Dedy Kuswanto (2012:27) menjelaskan bahwa statistika deskriptid hanya
memberikan informasi mengenai data yang didapatkan dan tidak menarik
kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Analisis
deskriptif yang digunakan untuk penelitian ini akan memanfaatkan analisis
mean dan cross tabulation.