bab i pendahuluan (w ho) apabila usia nya berada diatas …
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Seseorang dinyatakan masuk dalam kategori usia lanjut menurut
World Health Organization (WHO) apabila usia nya berada diatas 50 tahun.1
Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki angka persentase lansia
yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari persentase penduduk lansia tahun 2008,
2009 dan 2012 yang telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk.
Persentase penduduk lansia yang paling tinggi berada di Provinsi DI
Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%).
Berdasarkan survey kesehatan nasional tahun 2012 yang dilihat dari jenis
kelamin, jumlah lansia perempuan lebih banyak (8,2%) dibandingkan dengan
laki-laki (6,9%). Sedangkan menurut data lansia tahun 2013 di Sumatera
Utara, kelompok usia 0-14 tahun dan 15-49 tahun mengalami penurunan,
sedangkan kelompok usia 60 tahun keatas terus mengalami peningkatan yaitu
5,90 %.2
Usia lanjut sering dikaitkan dengan proses penuaan. Dimana proses
penuaan yang terjadi pada usia lanjut, dapat mengakibatkan beberapa
perubahan pada sistem organ tertentu, terutama pada kulit. Perubahan pada
kulit seseorang saat memasuki usia lanjut, umumnya mulai timbul keriput,
kulit kering (hidrasi kurang), perubahan pada elastisitas kulit, dan hilangnya
fungsi sensoris yang dapat menurunkan rangsang taktil atau penurunan
sensasi yang dapat menyebabkan peningkatan risiko trauma termal atau
lainnya. 3,4,5
Penilaian fungsi sensoris dapat dilakukan dengan beberapa cara salah
satunya yaitu, menggunakan tes diskriminasi dua titik (uji Two-Point
Discrimination), dimana tes diskriminasi dua titik ini digunakan untuk menilai
rangsang taktil pada kulit. Jarak normal seseorang dapat mendeteksi adanya
2
dua titik rangsangan berkisar 2-4 mm, namun apabila seseorang tetap
menganggap hanya ada satu titik rangsangan saja dalam rentang jarak
tersebut, maka hal itu menandakan ujung-ujung jangka menempel pada
permukaan kulit merangsang satu medan reseptif yang sama atau merangsang
medan reseptif yang sudah tidak berfungsi. 6,7,8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamura, Y pada tahun 2003,
tentang tes diskriminasi dua titik, pada 11 subjek normal dengan
menggunakan puls elektrik didapati bahwa subjek dapat merasakan
rangsangan pada jarak lebih panjang, hal ini menunjukkan bahwa proses
diskriminasi dua titik bergantung pada jarak, dimana normal jarak berkisar
antara 2-4 mm.9
Sementara itu, pelembap dapat digunakan untuk memperbaiki
tampilan dan fungsi kulit pada lansia. Ahli dermatologis menyarankan
penggunaan pelembab sebagai dasar dalam perawatan kulit, karena pelembab
dapat menyebabkan perbaikan pada barier kulit, mempertahankan hidrasi
kulit, menutupi fisura kecil di kulit, dan mempertahankan integritas kulit,
yang dapat memperbaiki turgor pada kulit. Perbaikan ini akan terjadi setelah
penggunaan 3 minggu hingga penggunaan 21 minggu.10,11
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriana, tentang pengaruh
pengguanan pelembab terhadap hasil uji diskriminasi dua titik pada penghuni
panti Wredha Abiyoso Yogyakarta, dengan jumlah subjek sebanyak 32 orang,
selama ± 6 minggu terdapat perbedaan hasil tes diskriminasi dua titik yang
dilakukan pada lansia antara kelompok control dan kelompok eksperimen.
Hasil analisis pada kelompok eksperimen memberikan nilai p=0,007 atau
secara statistik bermakna (bermakna apabila p<0,05).12
Berdasarkan latar belakang diatas, dan penelitian serupa belum pernah
dilakukan di daerah Medan, serta pada penelitian sebelumnya jumlah sampel
yang sangat kurang, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan
penggunaan pelembab kulit dengan hasil tes diskriminasi dua titik (Uji Two-
3
Point Discrimination) pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wilayah Binjai-Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh penggunaan pelembab dengan hasil uji
diskriminasi dua titik (two-point discrimination) pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai-Medan.
1.3. Hipotesa
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil uji diskriminasi dua titik antara sebelum
dan sesudah pemberian pelembab.
Ha : Terdapat perbedaan hasil uji diskriminasi dua titik antara sebelum dan
sesudah pemberian pelembab.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil tes diskriminasi dua
titik pada lansia sebelum dan sesudah pemberian pelembab.
1.4.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran hasil tes diskriminasi dua titik pada lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai-Medan.
2. Untuk mengetahui gambaran penggunaan pelembab pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai-Medan.
3. Untuk mengetahui gambaran hasil tes diskriminasi dua titik pada lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai-Medan berdasarkan
jenis kelamin.
4
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk
mempertimbangkan pemberian pelembab pada lansia.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di
perpustakaan kampus mengenai penggunaan pelembab pada lansia.
3. Bagi Peneliti menambah pengetahuan dan wawasan baru mengenai topic
pengaruh pemberian pelembab pada lansia terhadap hasil tes diskriminasi
dua titik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
2.1.1.Definisi
Kulit merupakan organ istimewa pada manusia. Kulit merupakan
organ terbesar pada tubuh manusia, luasnya sekitar 2 m2. Kulit merupakan
permukaan luar organisme untuk membatasi lingkungan dalam tubuh dan
dengan lingkungan luar. Kulit juga merupakan salah satu alat indra yaitu indra
peraba karena diseluruh kulit tubuh terdapat saraf.13,14
2.1.2.Anatomi Kulit
Kulit terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis,senantiasa
beregenerasi,berespons terhadap rangsangan diluar maupun dalam tubuh
manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4 mm – 1,5 mm. Yang paling tebal
letaknya pada telapak kaki dan tangan, sedangkan yang paling tipis
letaknya pada kelopak mata ,pipi, dahi, dan perut.15
Epidermis terbagi menjadi beberapa lapisan keratinosit :16
a. Stratum Corneum (lapisan tanduk)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati,
tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
b. Stratum Lucidum (lapisan jernih)
Lapisan ini terletak tepat di bawah stratum corneum,
merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
6
c. Stratum Granulosum (lapisan berbutir-butir)
Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk
poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
d. Strarum Spinosum atau Malphigi layer (lapisan malphigi)
Lapisan ini memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti
berduri.Intinya besar dan oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein.
e. Stratum Germinativum atau Membran Basalis (lapisan basal)
Dalam stratum germinativum terdapat sel-sel melanosit, yaitu
sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel
keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
2. Dermis
Dermis merupakan jaringan dibawah epidermis yang juga
memberi ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan
imunologik, dan ekskresi.Serabut kolagen (collagen bundles)
membentuk sebagian besar dermis, bersama-sama serabut elastik
memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya. Keduanya tertanam
dalam matriks yang disebut ground substance yang terbentuk dari
proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG
dapat menyerap dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga
berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan
growth factors dalam jumlah besar.Fibroblas, makrofag, dan sel mast
rutin di temukan pada dermis.
7
3. Subkutis
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan
suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan
yang meredam trauma melalui permukaan kulit.Deposisi lemak
menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis.
Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh
septa.
Gambar 2.1. Struktur Kulit. 17
2.1.3.Fisiologi Kulit.
Kulit berfungsi tidak hanya sebagai sawar mekanis antara lingkungan
eksternal dan jaringan dibawahnya tetapi juga secara dinamis terlibat dalam
mekanisme pertahanan dan fungsi lain.18
a. Epidermis
Sel-sel epidermis disatukan oleh dermosom, yang berhubungan
dengan filament keratin intrasel untuk membentuk lapisan penutup
kohesif yang kuat. Sewaktu sel penghasil keratin ini mengalami
pematangan, filament-filamen keratin secara progresif menumpuk dan
membentuk ikatan-silang satu sama lain di sitosol. Sewaktu sel lapisan
luar mati, protein keratin fibrosa ini tertinggal, membentuk skuama
gepeng keras yang membentuk lapisan tanduk (berkeratin) protektif yang
kuat. Bila skuama lapisan tanduk paling luar terkelupas akibat abrasi,
8
maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel di lapisan epidermis
yang lebih dalam. Kecepatan pembelahan sel, dan karena itu ketebalan
lapisan berkeratin ini, bervariasi sesuai bagian tubuh.14,18
Lapisan berkeratin ini bersifat kedap udara, cukup kedap air, dan
tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan.Lapisan ini menahan
lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan
lingkungan eksternal.Demikian juga, sawar kulit menghambat masuknya
sebagian besar bahan yang berkontak dengan permukaan tubuh ke dalam
tubuh, termasuk bakteri dan bahan kimia toksik.Pada banyak kasus kulit
memodifikasi senyawa yang berkontak dengannya.Sebagai contoh,
enzim-enzim epidermis dapat mengubah banyak karsinogen potensial
menjadi senyawa tak berbahaya. Namun bahan larut lemak, dapat
menembus kulit utuh melalui lapis ganda lemak membran plasma sel
epidermis.18
b. Dermis
Di bawah epidermis terdapat dermis, suatu lapisan jaringan ikat
yang mengandung banyak serat elastin (untuk peregangan) dan serat
kolagen (untuk kekuatan) , serta banyak pembuluh darah dan ujung saraf
khusus. Pembuluh darah dermis tidak saja memasok dermis dan
epidermis tetapi juga berperan besar mengatur suhu tubuh.Kaliber
pembuluh-pembuluh ini, dan kerenanya volume darah yang mengalir
melaluinya, dapat dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara
pembuluh darah permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-
ubah. Reseptor di ujung perifer serat aferen di dermis mendeteksi
tekanan, suhu, nyeri dan input somatosensorik lain.Ujung saraf eferen di
dermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut, dan sekresi
kelenjar eksokrin kulit.14,18
9
c. Kelenjar Eksokrin Kulit dan Folikel Rambut
Lipatan-lipatan epidermis yang masuk ke dermis di bawahnya
membentuk kelenjar eksokrin kulit - kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea serta folikel rambut. Kelenjar keringat, yang tersebar di hampir
seluruh tubuh, mengeluarkan larutan garam encer melalui lubang-lubang
kecil, pori keringat, ke permukaan kulit. Penguapan keringat ini
mendinginkan kulit dan penting dalam mengatur suhu.18
Sel-sel kelenjar sebasea menghasilkan sebum, suatu sekresi
berminyak yang dikeluarkan ke dalam folikel rambut.Dari sini sebum
mengalir ke permukaan kulit, meminyaki rambut dan lapisan kulit luar
yang berkeratin, membantu sifat kedap air dan mencegah kulit kering dan
retak.Tangan atau bibir yang pecah-pecah menunjukkan kurangnya
proteksi oleh sebum. Kelenjar sebasea sangat aktif selama remaja,
menyebabkan kulit remaja sering berminyak.18
Setiap folikel dilapisi oleh penghasil keratin khusus, yang
menghasilkan keratin dan protein lain yang membentuk batang rambut.
Rambut meningkatkan sensitivitas permukaan kulit terhadap rangsang
taktil (sentuh).18
d. Hipodermis
Dikenal sebagai jaringan subkutis, suatu lapisan jaringan ikat
longgar.Sebagian besar sel lemak terdapat di dalam hypodermis. Endapan
lemak diseluruh tubuh ini secara kolektif disebut sebagai jaringan
adiposa.18
10
2.1.4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan
subkutis.Rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan
subkutis, rangsangan dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak
di dermis.Sementara itu, badan taktil Meissner terletak di papilla dermis
berperan terhadap rabaan, demikian juga dengan badan Merkel Ranvier yang
terletak di epidermis. Untuk persepsi tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis.13
Hampir semua reseptor sensorik yang khusus, seperti badan Meissner,
reseptor berbentuk kubah iggo, reseptor rambut, badan paccini, dan ujung-
ujung Ruffini, menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf jenis Aβ yang
mempunyai kecepatan penjalaran 30 sampai 70 m / detik. Sebaliknya, reseptor
taktil ujung saraf bebas terutama menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf
kecil jenis Aδ bermielin yang mempunyai kecepatan penjalaran hanya 5 sampai
30 m / detik.19
Beberapa ujung saraf bebas (untuk rasa taktil) menjalarkan sinyalnya
melalui serabut saraf jenis C tak bermielin yang mempunyai kecepatan
penjalaran seperberapa meter sampai 2m / detik , serabut saraf ini mengirimkan
sinyal ke medulla spinalis dan batang otak bagian bawah, yang terutama
mungkin untuk menjalarkan sensasi gatal.19
Jadi, jenis sinyal sensorik yang sifatnya lebih kritis yakni yang
membantu menentukan tempat yang tepat di kulit, derajat intensitas yang
minim, atau perubahan intensitas sinyal sensoris yang cepat semuanya ini
dijalarkan melalui jenis serabut saraf sensorik yang penjalarannya cepat.
Sebaliknya, sinyal yang bersifat lebih kasar, seperti tekanan kasar, rasa raba
yang kurang dilokalisir tempat perabaannya, dan khusunya rasa gatal,
dijalarkan melalui serabut saraf sangat kecil yang jauh lebih lambat yang
membutuhkan ruang lebih sedikit dalam kumpulan saraf dibandingkan serabut
yang lebih cepat.19
11
2.2. Penuaan Kulit
2.2.1.Definisi
Penuaan kulit merupakan suatu fenomena yang berkelanjutan dan
multifaktorial, dengan terjadinya pengurangan baik dalam ukuran maupun
jumlah sel-sel dan pengurangan kecepatan berbagai fungsi organik, baik pada
tingkat sel maupun molekul.20
2.2.2.Penggolongan Penuaan Kulit
Pada dasarnya penuaan kulit digolongkan menjadi dua, yaitu : 13,20,21
a. Penuaan alami (Intrinsic Skin Aging)
Perubahan karena proses penuaan alami yang disebut sebagai
chronological aging. Penuaan kulit adalah ekspresi alami dari seseorang
yang umurnya sudah tua. Faktor-faktor genetika yang berpengaruh:
Daya tahan kulit
Mekanisme hormonal
Ketebalan kulit (kulit yang tebal cenderung untuk sedikit
mengerut).
b. Perubahan Karena Lingkungan (Ekstrinsic Skin Aging)
Penuaan yang dissebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, faktor
terpenting ialah paparan sinar matahari.
2.2.3.Perubahan Struktur dan Fisiologis Pada Kulit Lansia
Pada lansia terjadi penurunan fungsi kulit, namun hal ini tidak terlepas
dari perubahan histologis serta struktur dari kulit itu sendiri. Demikian pula,
kita tidak dapat menyingkirkan faktor-faktor lain yang bisa timbul bersamaan,
yaitu pengaruh lingkungan (sinar matahari) serta perubahan hormonal.20
12
Tabel 2.1.Gambaran perubahan histologis kulit pada penuaan kulit.20
Epidermis Dermis ApendiksTaut epidermo-dermal
mendatarAtrofi (berkurangnya volume
dermis)Dispigmentasi
rambut
Tebal berkurang/variatif Fibroblas berkurangKonversi rambutterminal ke velus
Bentuk dan ukuran sel Pembuluh darah berkurangnail plateabnormal
Melanosit berkurang Sel mas berkurangkelenjar
berkurang
Sel langerhans berkurang Pemendekan capillary loop
Penuaan kulit terjadi akibat dari kemerosotan struktur kulit dan
menurunnya fungsi kulit. Perubahan-perubahan fisiologik yang terjadi pada
penuaan kulit kronologik, adalah penurunan fungsi barier, keratinisasi lambat
(turnovertime menurun), vaskularisasi yang buruk sekitar bulbus rambut dan
kelenjar.20
Tabel 2.2.Penurunan fungsi kulit pada lansia.20
Fungsi barrier Pergantian selChemical
clearance
DNA repair Hidrasi epidermalimmune
responsiveness
Proteksi mekanik Produksi sebumProduksi
keringat
Persepsi sensorik Regulasi termalVitamin D
production
Penyembuhan luka Reaktivitas vascular
13
Secara umum gambaran klinis yang muncul karena perubahan struktur
dan fungsi kulit seiring dengan penuaan adalah atrofi, kerut, kering, kendur,
lemah, gangguan pigmentasi, perubahan kuku dan rambut.20
2.3. Pelembab
2.3.1.Definisi
Pelembab adalah bahan yang dioleskan dikulit, yang terdiri atas bahan
yang bersifat oklusif, humektan, emolien dan protein rejuvenator dengan tujuan
untuk menambah dan/atau mempertahankan kandungan air dalam lapisan
korneum, sehingga kulit akan terasa halus dan lembut. Karena efek inilah maka
pelembab merupakan salah satu produk perawatan kulit yang paling banyak
dipakai di masyarakat untuk mengatasi kulit kering.10
2.3.2.Fungsi Pelembab
Pemakaian pelembab ditujukan terutama bukan untuk hidrasi, tetapi
untuk memberi sawar buatan sambil menunggu perbaikan sawar secara
endogen sehingga efek iritasi pada ujung saraf dan TEWL (Trans Epidermal
Water Lose) dapat dikurangi. Walaupun demikian, secara otomatis pemakaian
pelembab yang optimal akan juga berefek hidrasi lapisan korneum, sehingga
lapisan korneum akan lebih elastik dan kulit terasa lebih lembut. Namun
terkadang pelembab menjadi tidak efektif karena digunakan dalam jumlah yang
kurang atau mengandung substansi yang merugikan.10
2.3.3.Komponen Pelembab Kulit
Pelembab yang baik pasti mengandung emolien/oklusiva dan
humektan. Emolien, oklusiva berupa lipid atau minyak yang mampu
menghidrasi dan meningkatkan penampilan kulit dengan berkontribusi terhadap
kelembutan kulit,peningkatan fleksibilitas dan kehalusan,sedangkan humektan
untuk meningkatkan kapasitas hidrasi lapisan korneum.10
14
a. Emolien
Senyawa untuk perlindungan bagi kulit, khususnya sebagai
pencegah atau mengurangi kekeringan.Emolien bersifat menyejukkan,
menghaluskan serta melembabkan kulit.Contoh emolien adalah lanolin.
b. Oklusiva
Senyawa yang termasuk antara lain:
Lemak mineral seperti paraffin, petroleum dan ketomakrogol.
Senyawa –senyawa ini sangat efektif digunakan tetapi bersifat
lengket dan berpasir. Dianjurkan untuk orang yang memiliki kulit
yang sangat kering atau yang memiliki problem kesehatan kulit.
Lemak hewan, seperti lanolin, dan turunannya (berasal dari bulu
domba).
Lemak nabati seperti minyak zaitun, minyak gandum, minyak
kacang tanah, minyak samin dan lain-lain. Lemak jenis ini
memiliki efek oklusiva yang rendah.
c. Humektan
Humektan bersifat menyerap air. Berapa senyawa yang termasuk
dalam kelompok ini dapat berpenetrasi ke dalam lapisan keratin dan
meningkatkan kadar air lapisan keratin. Senyawa lain dari golongan ini
memiliki molekul besar yang tidak berpenetrasi melalui lapisan keratin,
tetapi membentuk lapisan higroskopis (penyerap air) pada kulit.
2.3.4.Pelembab Pada Kulit Usia Lanjut
Kekeringan kulit merupakan manifestasi klinis utama adanya
gangguan sawar epidermis. Beberapa faktor yang mempengaruhi keutuhan
sawar kulit antara lain penyakit, usia, dan lingkungan. Pada usia lanjut,
gangguan sawar kulit disebabkan karena terjadinya penurunan trans epidermal
water lose (TEWL) dan penurunan hidrasi kulit dibandingkan dengan kulit
15
orang dewasa. Maka dari itu, pemberian pelembab pada kulit usia lanjut dapat
memberi efek perbaikan tampilan, kenyamanan dan mencegah akibat lanjut
proses penuaan.10
2.4. Tes Diskriminasi Dua Titik
2.4.1.Definisi
Tes ini digunakan untuk membedakan rangsangan kulit oleh satu
ujung benda dari dua titik.Setiap daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan
membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya
dua titik terpisah 2– 4 mm, dapat dibedakan pada ujung jari tangan,sementara
30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis.7
Pada tahun 1982 Michael et al, dalam penelitiannya tentang uji
diskriminasi dua titik di ekstremitas atas dewasa muda dengan menggunakan
kompas jarum pada sebelas titik daerah kulit pada sisi dominan subjek, didapati
mean values pada lengan sekitar 30,7mm , untuk kulit diatas dorsal 21,0 mm,
dan pada ujung distal sebesar 2,6 mm.22
2.4.2.Metode Pengukuran Uji Diskriminasi Dua Titik.7
Pemeriksaan uji diskriminasi dua titik (Two-Point Discrimination)
dilakukan dengan menggunakan esthesiometer atau bisa juga dengan
menggunakan jangka sorong,dan dilakukan dengan cara :
1. Sebelum mengukur uji diskriminasi dua titik, setiap peserta diminta
mengisi tentang riwayat kesehatan kulit dan saraf perifer di tangan.
Mereka tidak memiliki defisit neurologis atau derma, kondisi tologikal,
seperti bekas luka, luka bakar, atau tato, yang mungkin mempengaruhi
kepekaan kulit. Sebagai tambahan, memeriksa kembali apakah subjek
memiliki gangguan yang mempengaruhi kemampuan sensorik, seperti
diabetes mellitus atau cedera sistem saraf pusat.
16
2. Jangka sorong digunakan untuk menentukan uji diskriminasi dua titik dari
punggung tangan,dan lengan di kedua sisi (kanan dan kiri).
3. Peserta duduk di kursi dengan ekstremitas atas mereka diposisikan di atas
meja. Uji diskriminasi dua titik diukur dari bagian distal ke bagian
proksimal. Dengan menggunakan jangka sorong untuk memberi tekanan,
dilakukan pengukuran sebanyak dua kali, setiap detik titiknya
diperpanjang menjadi 0,5 mm dari 1.0 mm sampai subyek mampu
membedakan antara dua titik tersebut.
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pelembab Uji diskriminasidua titik
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik berpasangan,
dengan pendekatan eksperimental.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah
Binjai-Medan, pada bulan Oktober-November 2016.
3.3. Populasi Penelitian
3.3.1.Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah seluruh lansia di wilayah Binjai –
Medan.
3.3.2.PopulasiTerjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia umur 60tahun keatas tahun 2016.
3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
3.4.1.Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wilayah Binjai-Medan usia 60 tahun keatas yang memenuhi
criteria inklusi dan eksklusi.
3.4.2.Cara pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling.
18
3.5. Estimasi Besar Sampel
(Zα+Zβ)s 2
n =(X1 - X2)
Dimana :
n = Jumlah sampel
Zα = 1,96 ( deviat baku α )
Zβ = 0,84 ( deviat baku β )
S = 0,87 (Simpang baku )23
X1 - X2 = 40 % ( ditentukan peneliti )
( 1,96 + 0,84 ) . 0,87 2
=
( 0,4 )
2,436 2
=
0,4
= (6,09)2
= 37,08
= 37
Jadi jumlah sampel dalam penelitian adalah sebanyak 37 orang.
19
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1.Kriteria Inklusi
a) Seluruh lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai-
Medan usia 60 tahun keatas.
b) Dapat berkomunikasi dengan baik.
3.6.2.Kriteria Eksklusi
a) Lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti, diabetes melitus,
stroke, atau cedera sistem saraf pusat.
b) Lesi kulit atau kalus, bekas luka, luka bakar, ataupun tato di lengan
bawah yang mungkin mempengaruhi kepekaan kulit.
c) Memakai pelembab setiap hari/memakai pelembab sejak kurang dari satu
bulan yang lalu.
d) Sering terpapar sinar matahari, terkait dengan pekerjaan ataupun
kegemaran yang diperoleh dari anamnesis.
e) Penderita tunanetra.
3.7. Prosedur Kerja
1. Meminta surat izin penelitian kekampus FK UHKBPN.
2. Meminta izin kekantor Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.
3. Meminta surat Ethical Clearance ke Universitas Sumatera Utara.
4. Mengajukan surat izin penelitian ke UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wilayah Binjai-Medan.
5. Memberikan informed consent kepada responden dan melakukan
penelitian.
6. Melakukan pre-test yaitu pengukuran diskriminasi dua titik dengan
jangka pada dua titik di lengan bawah, kemudian melakukan pencatatan
sebagai dokumentasi tempat pengukuran.
20
7. Cara pengukurannya yaitu dengan menggnakan jangka sorong, diberikan
rangsangan berupa tekanan ringan dan cepat, kemudian menanyakan
subjek apakah ia dapat merasakan rangsangan titik tersebut dan dapatkah
ia mendeteksi berapa jumlah titik penekanan tersebut. Lalu setiap detik
jarak titik penekanan diperpanjang 0,5 mm dari jarak sebelumnya, hingga
subjek dapat mendeteksi adanya dua titik penekanan.
8. Pengukuran dilakukan pada dua tangan, namun data yang digunakan
untuk analisis data, hanya menggunakan satu tangan saja yang diketahui
oleh peneliti namun tidak diketahui subjek dan pengukur.
9. Menjelaskan kepada subjek penelitian cara penggunaan pelembab.
10. Kepada pengasuh, dijelaskan agar penggunaan pelembab dilakukan
secara rutin selama ± 3 minggu di tempat yang sama, dua kali sehari
setelah mandi.
11. Setelah ± 3 minggu, melakukan post-test diskriminasi dua titik ditempat
yang sama dengan yang dilaukan pada saat pre-test.
12. Mendokumentasikan kembali hasil pengukuran.
13. Analisis data.
14. Pelaporan penelitian.
3.8. Identivikasi Variabel
Variabel bebas : Pelembab
Variabel terikat : Uji diskriminasi dua titik
21
3.9.Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Alatukur Hasil Ukur SkalaUkur
Pelembab Pelembab adalah bahanyang dioleskan dikulitdengan tujuan untukmenambah dan/ataumempertahankan kandunganair dalam lapisankorneum,sehingga kulit akanterasa halus dan lembut.Pada penelitian inidigunakan pelembab yangmengandung petroleum.
Satu ujungjari /setengahsendok teh(1-2,5 mm)
Ya : menggunakanpelembab
Tidak : tidakmenggunakanpelembab
SkalaNominal
Tesdiskriminasidua titik
Pemeriksaan yang dilakukanUntuk menilai fungsisensoris dan rangsang taktilpada kulit. Carapengukurannya yaitu denganmenggunakan jangkasorong, diberikanrangsangan berupa tekananringan (selembut mungkinsehingga tidak terjadiperlukaan / 5x1010mm) dancepat(<1 detik), kemudianmenanyakan subjek apakahia dapat merasakanrangsangan titik tersebut dandapatkah ia mendeteksiberapa jumlah titikpenekanan tersebut. Lalusetiap detik jarak titikpenekanan diperpanjang 0,5mm dari jarak sebelumnya,hingga subjek dapatmendeteksi adanya dua titikpenekanan.
JangkaSorong/jarum pentul
Jarak hasil tespada region Kulitlengan bagiandalam
skalaNumerik
22
3.10. Analisis Data
3.10.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat karakteristik subjek
penelitian berdasarkan usia dan hasil uji diskriminasi dua titik.
3.10.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara masing-
masing variabel bebas yaitu pelembab dengan variable terikat yaitu uji
diskriminasi dua titik. Uji statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah
Uji-t Dependen dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Apabila syarat uji t-
Dependen tidak terpenuhi, makadilakukan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon.
23