bab i seborrhea

60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk. Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa

Upload: moza-narsis

Post on 16-Apr-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Seborrhea

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan

bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk

menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari

semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema

numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5%

dari penduduk.

Seborrhea biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema

merupakan penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial

dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai

ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan

telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal dada. Beberapa

tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang–kurangnya 50% pasien HIV

terkena dematitis seboroik. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi

tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik

sama dengan ketombe.

DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah ditemukan

pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling

sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. DS dikaitkan dengan

peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada

Page 2: BAB I Seborrhea

daerah wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan

faktor penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan

penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal

kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi

inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis

maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel

Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat

mempengaruhi onset dan derajat penyakit.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penyusunan makalah ini

antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan seborrhea atau dermatitis seboroik?

2. Jelaskan tentang epidemiologi dermatitis seboroik!

3. Jelaskan tentang etiopatogenesis dermatitis seboroik!

4. Jelaskan tentang patogenesis dermatitis seboroik!

5. Bagaimana gambaran klinik dari dermatitis seboroik?

6. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengetahui

dermatitis seboroik?

7. Penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis banding dari

dermatitis seboroik?

Page 3: BAB I Seborrhea

8. Jelaskan tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis seboroik!

9. Jelaskan penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik!

10. Terapi apa saja yang dilakukan untuk dermatitis seboroik?

11. Bagaimana kiat mengatasi dermatitis seboroik?

12. Bagaimana cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik?

13. Jelaskan tentang pragnosis dari dermatitis seboroik!

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari seborrhea atau dermatitis seboroik.

2. Untuk mengetahui tentang epidemiologi dermatitis seboroik.

3. Untuk mengetahui tentang etiopatogenesis dari dermatitis seboroik.

4. Untuk mengetahui patogenesis dermatitis seboroik.

5. Untuk mengetahui gambaran klinik dari dermatitis seboroik.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk

mengetahui dermatitis seboroik.

7. Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang dapat menjadi diagnosis

banding dari dermatitis seboroik.

Page 4: BAB I Seborrhea

8. Untuk mengetahui tentang penegakkan diagnosis dari dermatitis seboroik.

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk dermatitis seboroik.

10. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan untuk dermatitis seboroik.

11. Untuk mengetahui kiat mengatasi dermatitis seboroik.

12. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya dermatitis seboroik.

13. Untuk mengetahui tentang pragnosis dari dermatitis seboroik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa

peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat

predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar

sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga,

dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik

didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering

atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai

adanya krusta.

Page 5: BAB I Seborrhea

Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang

didasari oleh factor konstitusi dan bertempat predileksidi tempat-tempat seboroik.

Dermatitis seboroik (DS) adalah penyakit kulit dengan peradangan superfisialis

kronis, dengan predileksi pada area seboroik, yang remisi dan eksaserbasi.

Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea (kalenjar lemak)

yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran telinga, belakang telinga, leher), muka (alis

mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi, hidung,

janggut/ dagu), badan atas ( daerah presternum, daerah interskapula, areolae

mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan bawah mammae, umbilicus,

pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak

mengandung kelenjar sebasea.

Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit inflamasi di mana telah terbukti

adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit yang terkena. Dermatitis

seboroik merupakan kelainan kulit yang berlangsung kronik dan kambuhan.

Dermatitis seboroik ditandai dengan kemerahan, gatal, dan kulit bersisik, paling

sering mengenai kulit kepala (ketombe), tetapi juga dapat mengenai kulit pada

bagian tubuh lainnya seperti wajah, dada, lipatan lutut, lengan dan lipat paha.

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait

dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya.

"Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan

berkurangnya kadar hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami

Page 6: BAB I Seborrhea

dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami

atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan

yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka

akan timbul dermatitis seborrheic bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini

tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi.

Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai

dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

B. Epidemiologi

Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi

pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin disebabkan karena adanya

aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik dapat

menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur

30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering

terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116

anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi

dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak

perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit

menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang

minimal atau dermatitis seboroik ringan.

Page 7: BAB I Seborrhea

Pada penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat terlihat

pada hampir 35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada penyakit Parkinson,

paralisis fasial, pityriasis versicolor, cedera spinal, depresi dan yang menerima

terapi psoralen ditambah ultraviolet A (PUVA). Juga beberapa obat–obatan

neuroleptik mungkin merupakan faktor, kejadian ini sering terjadi tetapi masih

belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering lebih parah pada

musim dingin yang lembab dibandingkan pada musim panas.

C. Etiopatogenesis

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor predisposisinya adalah

kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya

diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Ini merupakan dermatitis yang

menyerang daerah–daerah yang mengandung banyak glandula sebasea,

bagaimanapun bukti terbaru menyebutkan bahwa hipersekresi dari sebum tidak

nampak pada pasien yang terkena dermatitis seboroik apabila dibandingkan

dengan kelompok sehat. Pengaruh hormonal seharusnya dipertimbangkan

mengingat penyakit ini jarang terlihat sebelum puberitas. Ada bukti yang

menyebutkan bahwa terjadi status hiperproliferasi, tetapi penyebabnya belum

diketahui.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea.

Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif

selama 8-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis

Page 8: BAB I Seborrhea

seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada

usia sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-40

tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi

pada pria daripada wanita.

Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya

dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara

keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis

seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang

meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor

predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor

kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik,

Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada

kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal. Ragi dari

genus ini menonjol dan dapat ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang

kaya akan lipid sebasea, misalnya kepala dan punggung. Pertumbuhan P. ovale

yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk

metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri

melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Hubungan yang erat terlihat

karena kemampuan untuk mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan

terapinya yang berefek bagus dengan pemberian anti jamur.

Page 9: BAB I Seborrhea

Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit

nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah

hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi,

hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas. Pada bayi dijumpai

hormon transplasenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan

membaik bila kadar hormon ini menurun. Juga didapati bahwa perbandingan

komposisi lipid di kulit berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat

dan kadar sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun. Keadaan ini

diperparah dengan peningkatan keringat. Stres emosional memberikan pengaruh

yang jelek pada masa pengobatan. Obat–obat neuroleptik seperti haloperidol dapat

mencetuskan dermatitis seboroik serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak

pada pasien defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan

pada penyakit Parkinson. DS juga terjadi pada defesiensi pyridoxine.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik

yaitu:

Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan

Infeksi Pityrosporum ovale

Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus

Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal

Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)

Respon emosional terhadap stres atau kelelahan

Page 10: BAB I Seborrhea

Proliferasi epidermal yang menyimpang

Diet yang abnormal

Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)

Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)

Imunodefisiensi

D. Patogenesis

Walaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti dari

dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.

Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang tampak berminyak

(seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu didapatkan

pada beberapa pasien. Pada anak-anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik

saling berhubungan. Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran

besar. Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan kulit

yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol, trigliserida dan parafin,

yang disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale berkaitan dengan

reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit maupun produk-produk

metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui

perantaraan sel langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah

Page 11: BAB I Seborrhea

berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen

melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum

ovale, sering pula ditemukan Candida albicans pada lesi-lesi kulit .

Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik, menjelaskan mengapa

penyakit ini cukup responsif pada terapi dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis

seboroik sering berkaitan dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit

parkinson pasca ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis,

polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem neurologik

menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan bermanifestasi sebagai

gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat

yang dapat menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis

seboroik, sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson,

juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.

E. Gambaran Klinik

Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi

klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.

Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk)

dan generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.

Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit

kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis,

pada daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla,

infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan

Page 12: BAB I Seborrhea

generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral

dan simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema

ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.

Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe:

Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak yang kecil yang

kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan

membentuk skuama halus (ketombe).

Pytiriasis steatoides : tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak

disertai eritema dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat

disertai dengan erupsi psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang

busuk. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di

bagian verteks dan frontal. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.

Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit

kepala (cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai

skuama kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-

macam yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Dimana

di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Cap ini biasanya

muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai

eritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural.

Meskipun dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan

dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi folikular.

Page 13: BAB I Seborrhea

Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis dengan dasar yang eritema

dan gatal. Dapat terjadi marginal blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi

eritem dan granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering

menutupi kelopak mata.

Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan bermanifestasi sebagai Cheilitis

Eksfoliativa dimana bibir tampak menjadi kering, kemerahan, berskuama dan

pecah-pecah.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah

pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada

penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran

histopatologi tergantung dari stadium penyakit.

Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis,

akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis yang

memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis

dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis

penyakit.

Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan

sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada

spongiosis dan hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang

Page 14: BAB I Seborrhea

tersumbat oleh proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama

yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.

Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis. Pada korium,

dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan

subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam

jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang,

hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat

folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium

folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas,

dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi

dilatasi kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah

disebutkan di atas yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. 2-4

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:

Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea

kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.

Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.

Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki

karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan

parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

G. Diagnosis Banding

Page 15: BAB I Seborrhea

Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan

umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik,

tinea kapitis dan psoriasis.

1. Psoriasis Vulgaris

Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan

dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-

lapis, disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga

berbeda, psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku,

lutut, kuku dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar

dibedakan dengan DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih,

seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat

menyerupai DS. Selain itu, pada pemeriksan histopatologis terdapat

papilomatosis.

2. Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai

dengan lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald

patch, umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta

skuama halus dan tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang

dapat dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara terbalik.

Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian

proksimal dan paha atas, jarang pada kulit kepala.

3. Tinea kapitis

Page 16: BAB I Seborrhea

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh

spesies dermatofit dan biasanya menyerang anak–anak. Kelainan pada tinea

kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-

kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak

seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang membingungkan.

Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang

simetris distribusinya. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol

di pinggir dan pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya. Pada

pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana terlihat hifa yang bersekat,

bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea kapitis dapat dilakukan

pemeriksaan kerokan kulit pada kultur jamur.

4. Liken Simpleks Kronikus

Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip

ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi).

Tidak biasa terjadi pada anak tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang

sering juga terjadi pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada

daerah kulit kepala bagian posterior atau sekitar telinga. Tempat predileksi di kulit

kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan dengan DS. Yang

membedakannya ialah adanya likensifikasi pada penyakit ini.

5. Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai

gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus,

Page 17: BAB I Seborrhea

berbeda dengan DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada

dermatitis atopik dapat terjadi likenfikasi.

Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis seboroik dari

dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya di daerah

dahi dan dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu

dermatitis seboroik biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes

dengan bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas

dermatitis atopik.

6. Systemic Lupus Erythematosus

SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang

jaringan konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada

SLE juga dapat dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE

berbentuk seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal dengan sedikit

edema, eritema dan atrofi. Terdapat gejala demam, malaise, serta tes antibodi-

antinuklear (+).

7. Rosasea

Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/

cembung). Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema

dermis dan diorganisasi jaringan konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan

pada kulit dan talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan

erupsi, papul, pustul dan edema.

Page 18: BAB I Seborrhea

8. Kandidosis

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida,

biasanya oleh Candida albicans.

Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai lipatan paha dan

perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah.

Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah

berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada

daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab.

Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi,

blastospora atau hifa semu.

Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis dari dermatitis

seboroik pada anak:

· Dermatitis kontak iritan

· Dermatitis diaper iritan

· Kandidosis

· Dermatitis kontak alergi

· Dermatofita

· Pedikulosis kapitis

H. Diagnosis

Page 19: BAB I Seborrhea

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, riwayat

penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang. Dari riwayat

didapatkan bahwa dermatitis ini terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan,

tampak sebagai peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan

intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-daerah lain

seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga dapat terkena. Pada kasus

yang berat sering didapatkan bercak-bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di

wajah, badan dan tungkai.

Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:

1. Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan

ditutupi dengan krusta yang berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta

lactea / milk crust, cradle cap ). Rambut tidak rontok dan peradangan jarang.

Dalam perjalanannya, kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama

akan membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama

berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui daerah yang

berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan leher juga sangat mungkin

terkena. Otitis eksterna, dermatitis intertriginosa maupun infeksi-infeksi

oportunistik dari C. albicans, S. aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering muncul

bersama-sama dengan dermatitis seboroik.

Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis

seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga

diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun

Page 20: BAB I Seborrhea

gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk

membedakan DS dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis

misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan

DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada liken

simpleks.

2. Pemeriksaan histopatologi: gambaran dermatitis kronis, spongiosis lebih jelas.

Pada epidermis dapat ditemukan parakeratosis fokal dengan abses Munro. Pada

dermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah di puncak stratum papilaris

disertai sebukan sel-sel neutrofil dan monosit.

3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.

4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

I. Penatalaksanaan

Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6

hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas.

Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan,

yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat

kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan

gatal.

Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi: skuama

dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi, pembersihan

Page 21: BAB I Seborrhea

krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun

pelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk

skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison

1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo

ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok

menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder

khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.

Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid

telah memberikan efek samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan

obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti

tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan

dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan

inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara metronidazole,

dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti

ketokonazole.

J. Terapi

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan

sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur,

mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid

topikal. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering

Page 22: BAB I Seborrhea

kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan

berlemak, dan sebagainya.

Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:

1. Umum

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan

sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur,

mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid

topikal. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering

kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan

berlemak, dan sebagainya. Perawatan rambut, dicuci dan dibersihkan dengan

shampo.

Khusus

a) Sistemik

· Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.

· Vitamin B kompleks.

· Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden dermatitis seboroik. Misalnya

Prednison 20-30 mg sehari untuk bentuk berat. Jika telah ada perbaikan, dosis

diturunkan perlahan-lahan.

· Antibiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder (dermatitis

seboroik).

Page 23: BAB I Seborrhea

· Preparat azol akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap P. Ovale, juga

dapat memengaruhi berat ringannya dermatitis seboroik. Misalnya Ketokonazol

200 mg per hari.

· Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya

mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi

sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg

per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu

diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang

ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.

· Narrow band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian

terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami

perbaikan.

b) Topikal

Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik

pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal

steroid solution. Pada orang dewasa dengan DS dalam keadaan tertentu

menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di samping penggunaan

sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan selenium sulfide 2%, 2 – 3

kali seminggu selama 5 – 10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang

mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 – 2 %. Steroid topikal potensi

rendah dapat efektif mengobati DS pada bayi dan dewasa pada daerah fleksura

maupun DS recalcitrant persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat

Page 24: BAB I Seborrhea

dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari selama dua minggu)

untuk terapi pada wajah. Dapat juga diberikan salap yang mengandung asam

salisil 2%, sulfur 4% dan ter 2%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3% - 5%

dalam minyak mineral. 2,4-5,10,17

c) Obat Alternatif

Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah

minyak esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila

digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

K. Kiat Mengatasi

Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah dalam kondisi yang

parah, segeralah minta bantuan ahli untuk mengatasinya. Pengobatan-pengobatan

yang dilakukan oleh dokter kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan

yang efektif. Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan, ada beberapa

langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih maksimal:

1. Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami "ketombean"

yang lebih parah kalau cuaca sedang panas. Soalnya di saat seperti ini aktivitas

kelenjar androgennya akan meningkat. Usahakan meminimalisir suasana tidak

nyaman tersebut, misalnya dengan memakai payung bila keluar rumah,

menghindari ruangan yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan sebagainya.

Sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk anak.

Page 25: BAB I Seborrhea

2. Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah

dokter. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan

tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih berbahaya. Dokter akan

memberikan obat bila sisik di kepala anak terlihat banyak dan harus diangkat.

Selain itu, terutama pada bayi, obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak

agar mudah mengenai kulit kepala.

3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang

dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati,

gunakan sampo yang betul-betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang

dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan,

bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan mata.

Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-bahan yang bakal

membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit

pada bayi dan anak belum bekerja secara sempurna.

4. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif.

Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa

sampo tak ada kelainan yang muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika

menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo adalah

seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo bayi sangat lembut,

sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.

Page 26: BAB I Seborrhea

5. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat

dan membuat kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih

sampo jenis mild.

6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan

mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan

pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan karena akan menghilangkan

jamur lewat serpihan kulit yang lepas.

7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan

oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek.

Carilah produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak

yang sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun jika terjadi ruam,

cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang

lain.

8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak

yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.

L. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati menggunakan sabun dan handuk

2. Hindari sabun yang beraroma

Page 27: BAB I Seborrhea

3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya

4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan berprotein tinggi

5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air panas

6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang

7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa penyebab alergi, bila bisa

ditemukan

8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser). Krim pelembab dapat digunakan

sesering mungkin

9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi

10. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau memperparah

eksema, misalnya:

a. Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut

b. Bahan seperti wol aau pelapis cat seat

c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik

d. Kontak dengan bulu hewan

11. Mengatasi gatal. Garukan akan memperparah eksema dan berisiko

menyebabkan infeksi.

Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan:

Page 28: BAB I Seborrhea

Mengalihkan perhatian anak saat ia mengaruk

Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak

Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas sebelumnya) sebelum tidur

Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur

Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal di malam

hari

Selalu memotong pendek kuku anak

Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan

untuk membantu anak tidur.

M. PROGNOSIS

Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh

sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul

kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis

seboroik pada saat kanak-kanak , bukan berarti memiliki indikasi akan terkena

dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.

BAB III

PENUTUP

Page 29: BAB I Seborrhea

A. Kesimpulan

Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa

peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat

predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar

sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga,

dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik

didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering

atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai

adanya krusta.

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait

dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya.

"Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan

berkurangnya kadar hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan mengalami

dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami

atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan

yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka

akan timbul /dermatitis seborrheic/ bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini

tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi.

Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai

dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik dapat

menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur

Page 30: BAB I Seborrhea

30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering

terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116

anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi

dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak

perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit

menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang

minimal atau dermatitis seboroik ringan.

Etiologi dari penyakit ini belum terpecahkan. Faktor predisposisinya adalah

kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya

diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan.

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea.

Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya

dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara

keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis

seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang

meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor

predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor

kelelahan, stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun.

Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik,

Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada

kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal.

Bagaimanapun, beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit

Page 31: BAB I Seborrhea

nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya masalah

hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini muncul pada bayi,

hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah puberitas.

Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik

yaitu:

Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan

Infeksi Pityrosporum ovale

Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus

Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal

Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)

Respon emosional terhadap stres atau kelelahan

Proliferasi epidermal yang menyimpang

Diet yang abnormal

Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)

Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)

Imunodefisiensi

Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang

tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak

selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-anak, produksi sebum dan

Page 32: BAB I Seborrhea

dermatitis seboroik saling berhubungan. Pada pemeriksaan histologik, kelenjar

sebasea berukuran besar. Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid

pada permukaan kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol,

trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam lemak

bebas dan wax ester.

Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale berkaitan dengan

reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit maupun produk-produk

metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui

perantaraan sel langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah

berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen

melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum

ovale, sering pula ditemukan Candida albicans pada lesi-lesi kulit .

Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi

klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.

Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk)

dan generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah

pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada

penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran

histopatologi tergantung dari stadium penyakit.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:

Page 33: BAB I Seborrhea

Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea

kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.

Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.

Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki

karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan

parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.

Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan

umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik,

tinea kapitis dan psoriasis.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, riwayat

penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang.

Penegakkan diagnosis lainnya dapat dilakukan berdasarkan:

1. Karakteristik skuamanya khas.

2. Pemeriksaan histopatologi

3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.

4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna violet).

Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6

hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas.

Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan,

yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat

Page 34: BAB I Seborrhea

kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan

gatal.

Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid

telah memberikan efek samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan

obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti

tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan

dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan

inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara metronidazole,

dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti

ketokonazole.

Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:

1. Umum

Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan

sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur,

mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan steroid

topikal.

2. Khusus

a) Sistemik

· Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.

· Vitamin B kompleks.

Page 35: BAB I Seborrhea

· Kortikosteroid oral

· Antibiotik seperti penisilin.

· Preparat azol

· Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol

penyakitnya.

· Narrow band UVB (TL-01)

b) Topikal

Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik

pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone, topikal

steroid solution.

c) Obat Alternatif

Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah

minyak esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila

digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang

lebih maksimal:

1. Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman.

2. Jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah dokter.

Page 36: BAB I Seborrhea

3. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang

dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran.

4. Lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci kepalanya.

5. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.

6. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan

mengontrol populasi jamur.

7. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan

oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek.

8. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak

yang terkena infeksi.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Hindari rangsangan gesek, lebih berhati-hati menggunakan sabun dan handuk

2. Hindari sabun yang beraroma

3. Gunakan sabun yang tinggi kadar minyaknya

4. Hindari makanan pemicu radang gatal, batasi makanan berprotein tinggi

5. Mandi dengan air hangat cenderung dingin jangan air panas

6. Hindari gosokan alkohol pada kulit yang meradang

7. Hindari kontak langsung dengan bahan/senyawa penyebab alergi, bila bisa

ditemukan

Page 37: BAB I Seborrhea

8. Menggunakan krim pelembab (moisturiser). Krim pelembab dapat digunakan

sesering mungkin

9. Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi

10. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau memperparah

eksema, misalnya:

a. Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut

b. Bahan seperti wol aau pelapis cat seat

c. Detergen, sabun, bubble bath, antiseptik

d. Kontak dengan bulu hewan

11. Mengatasi gatal. Garukan akan memperparah eksema dan berisiko

menyebabkan infeksi.

Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh

sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul

kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis

seboroik pada saat kanak-kanak, bukan berarti memiliki indikasi akan terkena

dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.

B. Saran

· Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami

tentang seborrhea atau dermatitis seboroik, khususnya mengenai definisi,

epidemiologi, etiopatogenesis, patogenesis, gambaran klinik, pemeriksaan

Page 38: BAB I Seborrhea

penunjang yang dapat dilakukan, diagnosis banding, penegakkan diagnosis,

penatalaksanaan, terapi, kiat mengatasi, cara mencegah, dan pragnosis dari

dermatitis seboroik.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda Adhi, Budimulja Unandar, “Dermatitis Seboroik” dan “Tinea Kapitis”,

dalam Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, Hal 93-95, 183-185, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 2002.

Suparlan, A., G., dkk, “Kandidiasis”, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi,

LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Dokter Soetomo, Hal 15-18,

Surabaya, 1994.

Siregar, R., S., “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit

Kulit, Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit EGC, Jakarta, 2002