bab i - v

Upload: mansur-amriatul

Post on 09-Jul-2015

450 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan pengetahuan dan pendidikan agar dapat memberi kemudahan bagi anak didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yaitu dengan melakukan perbaikan-perbaikan, perubahan-perubahan, dan pembaharuan dalam segala aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manuasia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. kegiatan tesebut

diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan yang dimulai dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Pergururan Tinggi berguna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif. Untuk membekali Sumber Daya Manusia (SDM) peserta didik hendaknya mempunyai perhatian khusus dari pemerintah khususnya tenaga pendidik dalam hal ini adalah guru. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, nyaman, dapat menarik minat, dan memotivasi siswa untuk senantiasa belajar lebih giat lagi. Sebab dengan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman maka siswa akan lebih mudah mengerti dan 1

1

2

menerima materi pelajaran yang di sampaikan, sehingga berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar dan prestasi siswa dengan optimal. Prestasi belajar siswa merupakan suatu akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar sehingga dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran. Disamping itu juga guru berkewajiban memilih dan menentukan kedalaman suatu materi yang akan disajikan kepada siswa. Guru tidak hanya memberi konsep kepada siswa untuk menghafal, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana konsep-konsep tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran siswa sehingga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan memperdalam suatu materi adalah rancangan pembelajaran yang dibuatnya. Guru harus mampu merancang suatu pendekatan pengajaran yang menunjang dalam tercapainya keberhasilan belajar siswa. Indikator ketercapaian itu dapat dilihat hasil belajar siswa. Dari observasi awal di MTs NW Mataram terhadap pembelajaran yang dilakukan dikelas, ditemukan kemampuan dan kecerdasan siswa-siswi yang berbeda-beda merupakan faktor utama sebagai penghambat Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) sehingga guru kesulitan dalam menerangkan atau menyajikan materi pembelajaran dan menentukan metode yang tepat pada proses belajar dikelas. Hal ini terlihat dari tabel 1.1 yaitu data hasil belajar fisika siswa di kelas VIIA di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2010/2011 dibawah ini.

3

Tabel 1.1 Data Nilai Fisika Ulangan Harian Kelas VII MTs NW Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011 No Ketuntasan Nilai Kelas Jumlah siswa KKM Tertinggi Terendah Klasikal 1 VIIA 28 75 54 39 % 60 2 VIIB 25 78 57 58 % 60 3 VIIC 24 80 60 65 % 60 Sumber: Guru Mata Pelajaran Fisika Berdasarkan data di atas, nilai ketuntasan yang paling rendah yakni di kelas VIIA dengan presentase ketuntasan belajar sebesar 39% dari 28 siswa berdasarkan pada Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan yakni 60. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis selama kegiatan PPL berlangsung yakni dari tanggal 5 Juni 2010 sampai dengan 5 September 2010, kelas VIIA kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah fisika yang diberikan karena siswa cenderung terpaku pada cara penyelesian masalah yang diberikan oleh guru tanpa berani mencoba inisiatif lain untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut tidak lepas dari faktor guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Adapun pengaruh yang diberikan oleh guru terhadap rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah salah satunya karena kurang

tepatnya metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sebagian besar pembelajaran fisika selama ini metode mengajar IPA/fisika di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan juga di perguruan tinggi ialah metode mengajar secara informatif yaitu guru berbicara atau bercerita dan siswa mendengarkan dan mencatat. Secara tradisional, pengajaran IPA/fisika ditekankan pada penghafalan rumus-rumus atau bentuk-bentuk problem

4

tertentu. Pengajaran IPA lebih menekankan pada produk-produk daripada proses-proses. Untuk itu harus ada pendekatan dan metode pembelajaran yang efektif dalam menyampaikan materi fisika pada siswa. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan kondisi internal, eksternal serta strategi dan model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang efektif akan terlaksana jika guru dapat memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat sehingga tercapai hasil yang semaksimal mungkin. Dalam pembelajaran guru harus mengajar secara efektif dan mengajar bagaimana peserta didik belajar. Dalam pembelajaran yang efektif, guru harus banyak memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat menyelidiki, mengamati, belajar, dan mencari pemecahan masalah secara mandiri. Berdasarkan hasil observasi di atas peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pair checks. Model pembelajaran kooperatif pair checks merupakan metode pembelajaran siswa berpasangan. Berdasarkan uraian diatas sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Metode Pembelajaran Pair Checks

(Kelompok Sebangku) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan MTs NW Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan metode pembelajaran pair checks berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII pada pokok bahasan besaran dan satuan di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012 ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran pair checks terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII pada pokok bahasan besaran dan satuan di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012. D. Batasan Masalah Untuk mengatasi luasnya penelitian ini, peneliti membatasi penelitiannya dalam hal sebagai berikut:1. Metode yang digunakan adalah pair checks.

2. Masalah yang diteliti adalah hasil belajar fisika siswa kognitif.

pada ranah

3. Penelitian ini dilakukan di kelas VII semester I di MTs NW Mataram

tahun pelajaran 2011/ 2012.4. Materi ajar yang dibahas adalah besaran dan satuan ( selengkapnya pada

silabus pada lampiran)

6

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Mahasiswa Mengembangkan pola berpikir mahasiswa IKIP sebagai calon guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan efektif sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan. 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi guru fisika agar dapat menggunakan metode pair checks sebagai salah satu metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan kektifan serta kemampuan berfikir siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa. 3. Bagi Siswa Meningkatkan motivasi belajar siswa serta keaktifan siswa sehingga prestasi belajarnyapun meningkat. 4. Bertambahnya variasi Bagi Sekolah metode pembelajaran dalam upaya

peningkatan hasil belajar fisika siswa disekolah serta mutu pendidikan pada umumnya. F. Definisi Operasional Untuk mendapat kejelasan tentang arti yang terkandung dalam

penelitian ini yang berjudul pengaruh metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII pada pokok bahasan besaran dan satuan di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012 maka perlu untuk menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :

7

1.

Pengaruh Pengaruh adalah tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan

metode yang telah diterapkan dilihat dari hasilnya, dalam hal ini proses pembelajaran dengan menggunakan metode pair checks besaran dan satuan. 2. Pair Checks Pair checks adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk belajar berpasangan. Metode pada materi

pembelajaran ini bertujuan untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi nilai. 3. Hasil Belajar Fisika Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran dalam materi Besaran dan Satuan. G. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, perlu dibuat batasanbatasan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012, yang beralamat Jln. Kaktus No. 1-3 Telp. (0370) 648827. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII (tujuh) semester I MTs NW Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

8

3.

Objek Penelitian Adapun objek dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran pair

checks (kelompok sebangku), dan hasil belajar fisika pada pokok bahasan besaran dan satuan.

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut Arikunto dalam Syaiful Sagala (2009:166) belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi anatara individu dan lingkungannya. Dalam pemebelajaran berfikir proses pendidikan disekolah tidak hanya menekankan pada akumulasi

pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Sanjaya, 2008). Menurut peneliti belajar adalah proses perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran (Syaiful Sagala, 2009:164). Pembelajaran atau pengajaran menurut Dangeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam 9

10

pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada (Hamzah B. Uno, 2008:83). Jadi kalau disimpulkan dari kedua pendapat diatas, pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. 2. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif menunjuk kepada pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2005:4). Menurut Deutsch dalam Slavin (2005:34) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan: kooperatif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap

individu member kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; kompetitif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu

mengahalagi pencapaian

tujuan anggota lainnya; dan individualistik

dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Menurut Davidson dan Warsham dalam Isjoni (2010:27) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

11

Menurut Sanjaya (2008:240) Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar dalam setiap anggota kelompok; (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Bertolak dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran umum yang menghimpun perbedaan pembelajaran di dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas dengan adanya tanggung jawab individual untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wina Sanjaya (2008 : 249), Beberapa keunggulan dari penggunaan pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : 1. Menambah

kepercayaan dan kemampuan berfikir siswa, menemukan 2. berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 3. Mengembangkan informasi dari

kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide ide orang lain. 4. Membantu anak

untuk respek pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

12

5. bertanggung jawab dalam belajar. 6. prestasi akademik sekaligus kemampuan

Siswa

lebih

Meningkatkan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengefektifkan waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 7. Mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamnnya sendiri, menerima umpan balik. 8. Meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Menurut sanjaya (2008:250), pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi

seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium, aula atau di tempat yang terbuka. 2. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya

karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila dibandingkan dengan orang lain.

13

3.

Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggung jawaban secara individu.

3. Metode Pembelajaran Pair Checks

Metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) merupakan metode pembelajaran siswa berpasangan. Menurut Moody & Gifford dalam Slavin (2005:91) menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembagian siswa berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengan jenis kelamin homogen kinerjanya lebih baik dari pada kelompok campuran. Menurut Sanjaya, Wina : 2007 (online) yaitu pembelajaran pair checks adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajarinya. salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep / topik dalam suasana yang menyenangkan, metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.

14

Jadi metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) merupakan salah satu metode pembelajaran siswa berpasangan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi nilai (Widodo, Rachmat. 2009) (online).4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pair Checks

Model pembelajaran pair checks ini cocok untuk menyampaikan semua level materi, termasuk dalam pembelajaran IPA fisika pada pokok bahasan besaran dan satuan. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, pair checks siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran,

penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Sajian informasi kompetensi, guru menyampaikan inti materi dan kompotensi yang harus dicapai b. Guru mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan secara prosedural c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) d. Siswa diminta untuk menyimak dan berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan oleh guru e. Salah seorang kelompok menyajikan persoalan dan teman kelompok lainya mengerjakannya

15

f. Pengecekan kebenaran jawaban, kelompok yang memberikan persoalan kepada teman kelompok lainya tadi mengecek kebenaran jawaban atas kelompok lainya g. Bertukar peran, kelompok yang memberikan persoalan kepada kelompok lainnya tadi, mendapatkan giliran untuk mengerjakan persoalan yang diberikan oleh salah satu kelompok pasangan lainya h. Penyimpulan, guru menyimpulkan apa yang menjadi hasil diskusi dari semua pasangan kelompok tersebuti.

Evaluasi, guru memberikan evaluasi kepada semua kelompok

pasangan tersebut dengan memberikan post testj.

Refleksi, hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan kemudian

dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dari tahap ini digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah pembelajaran fisika melalui pair checks sudah sesui dengan tujuan yang diinginkan atau belum. Sanjaya, Wina. 2007. Metode pembelajaran pair checks (online).5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Pair Checks

Adapun

kelebihan

dan

kekurangan

metode

pembelajaran

kooperatif tipe pair checks ini adalah sebagai berikut : a) Kelebihan 1) Meningkatkan kemandirian siswa

16

2)

Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan karena merasa leluasa dalam mengungkapkan

pemikiran

pendapatnya. 3) 4) Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat Melatih kecepatan berpikir siswa

b) Kelemahan 1) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara

berpikir sistematik 2) 3) Lebih sedikit ide yang masuk Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam

kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor. 6. Hasil Belajar Fisika Siswa Hasil belajar fisika merupakan pekerjaan bertingkat dari pengukuran dan penilaian yang berkaitan dengan: Pengukuran hasil belajar fisika. Penilaian hasil belajar fisika. Penyimpulan hasil belajar fisika (Supriyadi, 2005:10) Menurut Sudjana (2006) hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya beliau mengatakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar di pengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan dan faktor yang datang dalam diri siswa terutama kemampuan yang di milikinya. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

17

a.

Faktor dalam diri siswa

Faktor intern adalah faktor yang ada pada diri siswa yakni : faktor jasmani, bakat, konsentrasi, minat, dan alat indera. b. Faktor luar diri siswa

Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar pelajar atau siswa dalam hal ini berupa faktor: Guru, keluarga, teman sebaya, masyarakat, sarana belajar dan lingkungan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh siswa. Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah yakni :a. Ranah kognitif

Ranah kognitif memiliki enam tahap mulai pengetahuan sampai evaluasi yaitu : 1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan.2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi,

meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan. 3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi. 4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan

memberikan atribut. 5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik. 6) Mencipta mencangkup ,merencanakan,mereproduksi. b. Ranah afektif

18

Ranah afektif dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa

terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya.2)

Merespons, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang

cukup untuk merespon.3) 4)

Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu. Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang

mengandung lebih dari satu nilai.5)

Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah

dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu. c. Ranah psikomotorik, meliputi hal-hal: Ranah psikomotorik, meliputi hal-hal: 1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat

motoris ialah menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera.2)

Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau

bereaksi terhadap suatu kejadian menurut. 3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada yang merupakan bagian dari

kemampuan-kemampuan

keterampilan yang lebih kompleks. 4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya

dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan

19

5)

Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan

perbuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran fisika di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu. B. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini adalah salah satu hasil penelitian yang relavan yang telah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe pair checks terhadap hasil belajar siswa yaitu : Nanik Irawati (2009) metode pembelajaran kooperatif tipe pair checks, dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa, sedangkan prestasi belajar menggunakan ketuntasan belajar berdasarkan SKBM yang telah ditetapkan sekolah dan DEPDIKNAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas, serta prestasi belajar matematika siswa, dimana (a) persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus tindakan I sebesar 58.84% dengan kualitas 32.46% dan pada siklus tindakan II sebesar 96.04% dengan kualitas 75.51%, (b) tingkat kreativitas siswa

20

dalam satu kelas pada siklus tindakan I sebesar 60.22% dan pada siklus tindakan II mencapai 70.73%, (c) ketuntasan belajar klasikal pada siklus tindakan I yaitu 60.71% dan pada siklus tindakan II mengalami peningkatan menjadi 85.71%.

Hasil penelitian yang relevan diatas merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran pair checks pada mata pelajaran matematika. Sehingga dalam hal ini peneliti berinisiatif untuk meneliti kembali tentang pengaruh metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) dalam mata pelajaran fisika terhadap hasil belajar fisika pada siswa kelas VII di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012. C. Kerangka Berpikir Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2009:91) kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Oleh karena itu, pembelajaran fisika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran fisika siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran fisika dikelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan

menerapkan proses belajar pair checks. Pembelajaran pair checks merupakan

21

proses pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk belajar berpasangan dengan teman sebangkunya. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Pada pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode pair checks pada penelitian ini siswa lebih diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama kelompok sebangku, siswa juga diberi kesempatan untuk saling berbagi mengajarkan kepada teman kelompok sebangku lainya dan untuk saling mentransfer ilmu

pengetahuannya. Sedangkan pada metode yang tidak diberi perlakuan sebagai kelas kontrolnya yaitu metode konvensinal atau metode yang sering di gunakan pada saat proses belajar seperti, ceramah, diskusi, tanya jawab, memberikan tugas, siswa diberi kesempatan untuk menemukan ide dan gagasanya untuk belajar seperti biasa, tetapi pada materi yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan peran guru pada kedua metode ini disamping sebagai pengajar, guru sebagai fasilitator, katalisator, motivator, memberi penguatan dan bimbingan pada siswa dalam berdiskusi, sehingga siswa tidak hanya berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya tapi juga berbagi dalam pengetahuannya. Dengan demikian diprediksi bahwa antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe pair checks dan dengan

22

menggunakan metode konvensional memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2009:96). Jadi berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang diajukan dalam penelitian ini maka hipotesis penelitiannya dirumuskan sebagai berikut : Ha : Ada pengaruh metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII pada pokok bahasan besaran dan satuan di MTs NW Mataram. Ho : Tidak ada pengaruh metode pembelajaran pair checks (kelompok sebangku) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII pada pokok bahasan Besaran dan Satuan di MTs NW Mataram.

23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009:107). Dengan demikian peneliti membagi kelompok dalam penelitian ini menjadi dua kelompok

eksperimen, yaitu kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe pair checks dan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan metode ceramah. B. Variabel Penelitian

24

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang diamati terdiri dari dua yaitu variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab atau variabel bebas, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel terikat Jadi variabel yang di gunakan dalam penelitian ini oleh peneliti dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabelvariabel itu yaitu : 1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah metode pembelajaran yang diterapkan di kelas 23 eksperimen dan kelas kontrol yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah metode pair checks dan metode ceramah digunakan dalam pembelajaran fsika. 2. Variabel terikat yang

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa.3. Variabel yang di Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol di dalam penelitian ini berupa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dianggap

25

sama, guru, materi, tujuan pembelajaran, instrumen yang digunakan, dan cara penilaian. C. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitan Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus s/d 24 Agustus pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan

suatu cara untuk mencari

jawaban dari rumusan masalah. Rancangan penelitian tergantung dari gejala yang akan diteliti. Apakah gejala itu dirancang secara khusus untuk diselidiki atau telah ada secara wajar. Oleh karena itu, di dalam penelitian eksperimen ini terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest-Posttest Control Group Design merupakan desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Perlakuan Terhadap Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test Eksperimen T-1 X T-2 Kontrol T-1 T-2 Keterangan: X = Perlakuan eksperimen T-1 = Hasil belajar fisika fre-test

26

T-2 = Hasil belajar fisika post-test Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing akan diberikan pre-test (T-1) dan post-test (T-2) secara bersamaan. Kelas

eksperimen dan kelas kontrol umumnya menggunakan metode ceramah. Yang membedakan dalam penelitian ini adalah kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) yaitu pembelajaran dengan metode pair checks, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan atau tetap menggunakan metode konvensional atau biasa. Hasil tes pada kelas eksperimen dan kontrol akan dibandingkan. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan dan perbedaan hasil belajar dengan menggunakan uji t. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas;

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2009:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas. Distribusi selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Distribusi siswa kelas MTs NW Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011 No 1 2 Kelas VIIA VIIB Laki-laki 19 16 Perempuan 6 9 Jumlah 25 25

27

3

VIIC

16

8

24 74

Jumlah keseluruhan populasi

2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu claster sampling, dari jumlah populasi yang ada pada siswa kelas VII MTs NW Mataram yang terdiri dari kelompok eksperimen. Maka diambil 1 kelas sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas VIIA dipilih sebagai kelas eksperimen dan VIIB sebagai kelas kontrol.

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

yaitu pendekatan penelitian dengan berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Maka teknik atau metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berbentuk tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

28

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini memuat tentang materi Besaran dan Satuan. G. Instrumen Penelitian Data hasil belajar siswa dalam penelitian ini untuk mengukur data mengenai hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun bentuk tes yang maksud adalah berupa tes pilihan ganda berjumlah 30 item soal.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Uji Instrumen Aspek Yang Dinilai Materi Pokok & IndikatorBesaran (50%) - Mengidentifikasi besaranbesaran fisika dalam kehidupan sehari-hari kemudian mengelompokkan dalam besaran pokok dan turunan Satuan (50%) - Menggunakan satuan internasional dalam pengukuran - Mengkonvensi satuan panjang, massa, dan waktu secara sederhana. - Mengkonvensi satuan besaran turunan 5 soal (1, 2, 3, 4, 5) 8 soal (6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13) 2 soal (14, 15) _ 7 soal (16, 17, 18, 19) (20,21) 5 soal (23, 24) (25,26) 3 soal (28) (29) _ _ 15 soal

(C1)

(C2)

(C3)

(C4)

(C5)

(C6)

15 soal

(22)

(27)

(30)

_

_

_

29

Keterangan : C1 = Soal Ingatan C2 = Soal Pemahaman C3 = Soal aplikasi

C4 = Soal Analisa C5 = Soal Sintesis C6 = Soal Evaluasi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa uji instrumen yang akan digunakan adalah tes hasil belajar fisika siswa yaitu tes, yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes hasil belajar ini dalam bentuk tes objektif atau dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dengan 4 option (pilihan). Sebelum tes diberikan kepada siswa terlebih dahulu dilakukan uji validitas, realibilitas, indeks kesukaran, dan daya beda soal. Selanjutnya, dilakukan uji coba terhadap tes yang akan digunakan. Uji coba ini dilakukan di MTs NW Mataram pada kelas VIIIA. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah tes yang akan digunakan dapat dikatakan baik atau tidak, maka perlu dilakukan analisis meliputi : 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan instrument. Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor item digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2009:73).R XY =

{NXRXY X Y

NXY ( X )( Y )2

( X )

2

}{NY

2

( Y )

2

} ..............................................(3.1)

Keterangan: = Koofisien korelasi antar variable X dan Y = Skor item = Jumlah skor

30

N

= Jumlah sample

2. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya suatu soal maka dapat menggunakan rumus KR- 20 (Arikunto, 2009:100). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : n s 2 pq r11 = ( n 1) s2 .............................................................................................(3. 2)

Dimana: r11 n S p q pq = Realibilitas tes secara keseluruhan = Banyaknya item = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians). = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar. = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1- p). = Jumlah hasil perkalian antara p dan q.

3. Indeks Kesukaran Persamaan yang digunakan dalam indeks kesukaran adalah (Arikunto, 2009:208).= ....(3. JS

3) Dengan: P B JS = Indeks kesukaran = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran: P = 1,00 0,30 = Sukar P = 0,30 0,70 = Sedang

31

P = 0,70 - 1,00 = Mudah 4. Daya Beda Uji daya beda dimaksudkan untuk menyisihkan butir tes yang mempunyai daya beda rendah. Rumus yang digunakan adalah (Arikunto, 2009:213).D= B A BB = PA PB .(3. JA JB

4) Di mana: J JA JB BA BB PA PB = Jumlah peserta tes. = Banyak peserta kelompok atas. = Banyak peserta kelompok bawah. = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu itu dengan benar. dengan benar. = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Kriteria daya pembeda: D : 0,00 0,20 : Jelek (poor) D : 0,20 0,40 : Cukup (satisfactory) D : 0,40 0,70 : Baik (good) D : 0,70 1,00 : Baik sekali (excellent) Instrumen tes hasil belajar fisika yang disusun peneliti untuk meneliti tingkat keberhasilan sampel setelah diberi perlakuan. Instrumen tes hasil belajar fisika diberikan setelah kedua kelompok mendapat perlakuan. H. Teknik Analisis Data

32

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan teknik statistik yaitu dengan menggunakan uji t. Sebelum uji t dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah uji prasyarat dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis yang diaujkan dengan menggunakan rumus uji t. 1. Uji Normalitas Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari gejala yang diselidiki terdistribusi normal atau tidak, rumus yang digunakan (Riduwan, 2010).k

x2 = i =1

( fo fe ) 2fe.....(3. 5)

Dimana: X2 = Chi kuadrat fo = Frekuensi hasil pengamatan fe = Frekuensi hasil harapan Kriteria hipotesis terdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel. 2. Uji Homogenitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel memiliki variasi yang sama atau tidak, rumus yang digunakan (Riduwan, 2010).

F=

( Varians Terbesar ) ( Varians Terkecil )

......................................................................(3.

6) Dimana: Sd1 = Simpangan baku kelompok eksperimen

33

Sd2 = Simpangan baku kelompok kontrol. Homogen jika Fhitung < Ftabel 3. Uji Hipotesis Sesuai dengan desain penelitian ynag digunakan control group pre-test-post-test design, maka di gunakan t-test. Dalam hal ini t-test yang digunakan untuk menguji signifikan perbedaan mean (Arikonto, 2009).

............................................................(3.7)

Keterangan : My = Mean kelompok eksperimen dari perbedaan pre-test dengan post- test. My = Mean kelompok eksperimen dari perbedaan pre-test dengan post- test. X Y = Deviasi setiap nilai x2 dan x1 = Deviasi setiap nilai y2 dan y = dan = . Derajat

Dengan

kebebasan (db) = Nx + Ny 2. Kriteria pengujian thit > ttab maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya apabila thit < ttab maka Ho diterima dan Ha di tolak, dengan = 0,05.

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pre-test Berdasarkan hasil pre-test siswa diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 39,4 sedangkan kelas kontrol 37,2. Dimana skor tertinggi

35

pada kelas eksperimen 55 dan nilai terendahnya 20 sedangkan pada kelas kontrolskor tertinggi yakni 55 dan skor terendah 25. Tabel 4.1 Hasil pre-test Kelompok Eksperimen Kontrol Nilai tertinggi 55 55 Nilai terendah 20 25 Jumlah nilai 985 930 Rerata 39,4 37,2

Hasil pre-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya ditunjukkan pada lampiran. Langkah selanjutnya yaitu hasil uji normalitas masing - masing kelompok dan uji homogenitas tes awal ditunjukkan pada (lampiran 14 dan 15) sebagai berikut. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Uji Uji (taraf (taraf kepercayaan Normalita kepercayaan Homogen s 5%) 5%) 9,74 809,47 11,7Terdistribu si Normal Tidak Terdistribu si Normal

Kelas Eksperi men Kontrol

Varians

92,33 96

1

1, 98

Data Homogen

2. Hasil Post-test

34 Hasil post-test siswa pada kelas VII MTs NW Mataram dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Hasil post-test Nilai Nilai Tertinggi Terendah 95 55 85 40

dapat

Kelompok Eksperimen Kontrol

Jumlah Nilai 1910 1735

Rerata 76. 4 69,4

36

Hasil post test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya ditunjukkan pada lampiran. a. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Hasil uji normalitas masing - masing kelompok dan uji homogenitas tes akhir ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelas Eksperi men Kontrol Varians 105,25 985,83 6,12 11,7 6,5 b. Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas (data post-test) selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa . Adapun hasil uji hipotesis (pihak kanan) dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Terdistribus i Normal 1 1, 98 Data Homogen (taraf kepercayaan 5%) Uji Normalitas Uji (taraf kepercayaan Homogen 5%)

Tabel 4.5 Hasil Uji t Nilai Post-Test hitung

t tabel

(taraf kepercayaan 5% 1,684

Keterangant hitung

2,66

> t tabel

Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perhitungan uji hipotesis secara lengkap ditunjukkan pada lampiran. Hal ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII

37

MTs NW Mataram yang mengikuti pembelajaran dengan metode pair checks lebih efektif dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional. B. Pembahasan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini meneliti tentang ada tidaknya pengaruh perlakuan, dengan cara memberi perlakuan tertentu pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas kontrol sebagai pembandingnya. Setelah menentukan kelas eksperimen dan kontrol, maka pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif metode pair checks. Setelah diberikan perlakuan, maka siswa diberikan post-test untuk mengetahui efektif atau tidaknya perlakuan yang diberikan terhadap hasil belajar fisika siswa. Pada hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perolehan nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini terlihat pada rekap nilai siswa, dimana diperoeh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 76,4 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55. Sedangkan dari hasil post-test pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 85 dan terendah 40 dengan ratarata 68,4. Berdasarkan uji statistik (uji-t) yang telah dilakukan, harga . Harga ini lebih besar dari harga . Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti metode pair checks sangat berpengaruh dan lebih efektif dari pada siswa yang belajar dengan menggunakan metode konvensoinal. Dengan kata lain, metode pembelajaran pair checks lebih konperhensif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa dari pada metode konvensional.

38

Hal ini terjadi karena adanya pengaruh pemberian perlakuan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa dilatih untuk bekerja sama dengan teman-teman untuk berdiskusi tentang materi yang dipelajarinya dengan cara berpasangan. Disamping itu juga metode pair checks ini proses pembagian kelompoknya sangat mudah karena sistemnya duduk berpasangan sehingga pada saat proses pembelajaran berlansung siswa tidak canggung lagi dan lebih leluasa untuk berfikir baik dalah hal berdiskusi, pertanyaan maupun jawaban yang mereka dapatkan, selain itu juga siswa dilatih untuk menanggapi pendapat dari siswa yang lainnya, siswa juga diberikan kesempatan dan motivasi untuk selalu bertanya jika mendapatkan kesulitan dalam belajar, sehingga para siswa mendapatkan informasi lebih banyak, bukan hanya yang berasal dari guru saja. Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, sehingga kreativitas ataupun antusias siswa kurang nampak, karena dalam proses pembelajaran selalu monoton karena guru yang medominasi kelas. Temuan di dalam penelitian ini, memperkuat teori yang mendukung bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, dan efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga tercapainya proses dan hasil belajar yang produktif (Isjoni, 2010). Adapun hasil belajar fisika siswa yang diperoleh secara analisis kuantitatif dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6 Data Hasil Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

39

pre - test Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Standar deviasi Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Standar deviasi 25 55 20 39.4 9.609 post - test 95 55 76.4 10.529 55 25 37.2 9.798 85 40 69.4 9.929

40

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini maka, hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran pair checks berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa terutama pada pokok bahasan besaran dan satuan di kelas VII MTs NW Mataram tahun pelajaran 2011/2012. B. Saran Beberapa saran dapat dikemukakan oleh peneliti berdasasarkan hasil penelitian antara lain: 1. Bagi siswa; diharapkan lebih meningkatkan minat dalam belajar fisika dengan menggali kemampuan yang dimiliki.2. Bagi guru fisika; diharapkan untuk menerapkan metode pembelajaran

pair checks terhadap hasil belajar fisika sebagai salah satu metode pembelajaran dalam mengajar.

41

3. Bagi peneliti lain; yang berminat untuk melaksanakan penelitian

dengan metode pembelajaran pair checks disarankan memilih materi fisika yang berbeda dan waktu yang lebih memadai agar hasil perlakuan betul-betul dirasakan oleh siswa sendiri. 4. Bagi sekolah: diharapkan menambah variasi pembelajaran dalam upaya meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa di sekolah serta mutu pendidikan pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA39

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : PT. Rineka Cipta. Irawati, Nanik. 2009. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Pair Checks Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VII. Surakarta : SMP 4 Muhammadiyah. Isjoni, Haji. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sagala, Syaiful. 2009. Kepamampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2007. Metode Pembelajaran http://www.fisikaonline.webnode.com Pair Checks (oline).

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slavin. Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung :Nusa Media Spencer, Kagen.1993. Model Pembelajaran Pair Checks (online). http://www.wyw1d.wordpress.com20091114model-pembelajaran-pairchecks-spencer-kagen1993

42

Sudjana, Nana. 2006. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sina Baru Algensindo Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung : CV. Alfabeta Supriyadi. 2005. Kajian Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS) Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Widodo, Rahman. 2009. Metode pembelajaran pair checks (online). (http://www.v3a.co.cc//2010/05/model-pembelajaran-pair 41 checks.html)