bab ii

Upload: jere17

Post on 15-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penelitian Public health

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi kesehatan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia sehat 2010. Berikut penjelasan tentang PHBS yang meliputi pengertian, tatanan dan indikator.

2.1.1. Pengertian PHBSPHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes. RI. 2006).PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan keluarga, kelompok dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI. 2006).

2.1.2. Tatanan PHBSTatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam penelitian ini adalah pada tatanan institusi pendidikan yang tujuannya adalah mengevaluasi pelaksanaan program untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Depkes, 2006).

2.1.3 Indikator PHBSIndikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian (Depkes RI., 2006).

2.2 PHBS di Tatanan Sekolah

2.2.1. SekolahSekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karenan pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak (Ahmadi, 2003).

2.2.2. PHBS di SekolahPHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

2.2.3. Manfaat PHBS di Sekolaha. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.n e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain.

2.3. Indikator PHBS di Sekolah

Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan SabunMencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenernya menyebabkan seseorang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.Untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan.Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah Indonesia.Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya :1. Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan2. Sebelum menyuapi anak3. Sesudah buang air besar dan kecil4. Setelah menceboki bayi5. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari berpergian6. Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan

Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin SekolahJajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formali (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energy bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi, untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang (Judarwanto, 2008).Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan waktunya di sekolah, demikian halnya berpengaruh pada pola makan anak. Sebagai orang tua mungkin perlu kita sadari bahwa makanan dari luar rumah (di sekolah) memberikan konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan energy sebesar 31,1% dan protein sebesar 27,4%. Hasil survey juga menunjukkan bahwa sejumlah 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun dari penjaja sekitar sekolah (Badan POM, 2008). Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah.Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya risiko bagi kesehatan dan memiliki dampak negative jangka panjang terhadap pembentukan generasi bangsa. Sungguh ironis, jika kita menganggap makanan jajanan sekolah hanya sebagai masalah kecil karena dampaknya yang begitu besar terhadap kelangsungan bangsa di masa depan.Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi yang merupakan asset bangsa di masa mendatang.

Menggunakan Jamban yang Bersih dan SehatTindakan yang paling penting dan dapat dilakukan oleh sekolah untuk mencegah penyebarluasan penyakit menular seperti diare adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan ruangan kelas. Jamban antara siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar kebersihan jamban dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 m dari sumber air minum. Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban disebelah dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15m.b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang rapat.c. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk ini maka harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang ada di daerah setempat.d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.e. Cukup peneranganf. Lantai kedap airg. Luas ruangan cukup, atap tidak terlalu rendah.h. Ventilasi cukup baik.i. Tersedia air dan alat pembersih.

Olahraga yang Teratur dan TerukurOlahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencanan dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmanin (Depkes, 2002).Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related Physical Fitness) (Depkes, 2002).Manfaat olahraga :1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan :a. Denyut nadi istirahat menurun.b. Isi sekuncup bertambah.c. Kapasitas bertambah.d. Penumpukan asam laktat berkurang.e. Meningkatkan pembuluh darah kolateral.f. Meningkatkan HDL Kolesterol.g. Mengurangi aterosklerosis.2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada :a. Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhanb. Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang, menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut.3. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.4. Meningkatkan metabolism tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.5. Mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit seperti :a. Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.b. Penyakit jantung koroner : menambah HDL- kolesterol dan mengurangi lemak tubuh.c. Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.d. Infeksi : meningkatkan system imunitas.6. Meningkatkan system hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh.7. Meningkatkan aktivitas system kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

Tidak MerokokRokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), bahwa pada tahun 2004 sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun.Presentase merokok tertinggi sebesar 64% berada pada kelompok usia remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak-anak dan akan berdampak pada masa remaja. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar.

Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi BadanMengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seseorang anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya (Asim, 1992).Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa dilakukan pencatatan hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan siswa di Kartu Menuju Sehat Anak Sekolah (KMS-AS) secara teratur setiap 6 bulan yang akan memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa (kekurangan gizi, kegemukan atau gizi baik). Anak dengan status gizi baik akan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usia.Tanda-tanda siswa dengan gizi kurang :1. Siswa tampak kurus.2. Tidak segar, tidak ceria.3. Tidak bergairah/ malas melakukan aktifitas.4. Cenderung sering sakit.Tanda-tanda siswa dengan gizi lebih :1. Siswa tampak gemuk.2. Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang.3. Tidak dapat bergerak bebas.4. Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan.5. Mudah lelah.6. Malas melakukan kegiatan.Tanda-tanda siswa dengan gizi baik :1. Tumbuh normal.2. Segar, kuat, giat dan ceria.3. Mata bersih dan bersinar.4. Nafsu makan baik.

Membuang Sampah pada TempatnyaSampah adalah termasuk yang mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup, karena sampah mempengaruhi lingkungan alam dan lingkungan social, apabila ada kesalahan dalam pembuangan sampah maka akan berakibat fatal bagi lingkungan hidup di masa sekarang dan di masa yang akan dating. Seperti membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang tanpa ada pengolahan lebih lanjut, yang pada akhirnya mengakibatkan penumpukan. Ketika sampah menumpuk akan mengakibatkan bencana yang membuat kerusakan lingkungan, contohnya seperti megakibatkan banjir, longsor dan bencana lainnya.Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang sangat besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun sangat susah untuk diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawanyang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahwa mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).

Memberantas Jentik Nyamuk1. Alasan memberantas jentik nyamuk di sekolahAgar sekolah bebas jentik nyamuk, peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.2. Pengertian memberantas jentik nyamukMemberantas jentik nyamuk di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat-tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam dll), apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak.3. Kegiatan memberantas jentik nyamukPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk menular sebagai penyakit Demam Berdarah, Demam Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN seperti :a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang, dll.b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas air mineral, plastik, dll.).d. Plus Menghindari gigitan nyamuk seperti :1. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya memakai obat nyamuk oles/diusap ke kulit, dll.2. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai3. Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.4. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) ditempat-tempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan cupang, ikan nila, dll.6. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, zoddia, lavender, Rosemary, dll.

2.4. Usaha Kesehatan Sekolah

Pengertian Usaha Kesehatan SekolahUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai ke tingkat menengah atas (SMU/SMA/MA). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk PHBS anak usia sekolah yang berada di sekolah umum maupun sekolah yang bercorak keagamaan.Menurut Sonja Purnomo, dkk (1991), UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik serta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. Menurut Djone Soetomo (1982), UKS merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah.

Tujuan UKSTujuan umum program UKS adalah untuk meningkatkan kemampuan anak sekolah berperilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan derajat kesehatan serta menciptakan lingkungan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal (Depkes RI, 2008).Tujuan khusus UKS adalah sebagai berikut :1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik.2. Memandirikan peserta didik untuk menerapkan PHBS.3. Meningkatkan peran peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah.4. Meningkatkan keterampilan hidup sehat peserta didik agar mampu melindungi diri dari pengaruh penyalahgunaan Napza, kenakalan remaja, perilaku seks bebas dan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS (Kepmen RI, 2007).Program UKS diselenggarakan melalui keterpaduan 3 (tiga) program UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Terkait dengan banyaknya anak-anak yang bersekolah, utamanya di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah, UKS adalah wahana yang efektif untuk mempromosikan program-program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pengobatan, gizi, kesehatan reproduksi dan berbagai program lainnya. Di sekolah, program UKS dilengkapi dengan kegiatan dokter kecil. Program dokter kecil adalah upaya penggerakkan siswa-siswa pada suatu sekolah yang memenuhi criteria dan terlatih untuk turut serta melaksanakan sebagai usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.

Sasaran UKSSasaran Kegiatan UKS adalah sebagai berikut :1. Sasaran Primer : peserta didik2. Sasaran Sekunder: guru, pamong belajar atau tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehata, serta TP UKS di setiap jenjang.3. Sasaran Tertier: lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkatan atas, termasuk pada satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungan (TP UKS Pusat, 2007).

Ruang Lingkup UKS dan Pembinaan UKSRuang lingkup kegiatan UKS mencakup Tri Program Usaha Kesehatan Sekolah (Trias UKS) yang meliputi :a. Penyelenggaraan pendidikan kesehatanb. Penyelenggaraan pelayanan kesehatanc. Pembinaan lingkupan kehidupan sekolah sehatSedangkan ruang lingkup pembinaan UKS meliputi :a. Pendidikan kesehatanb. Pelayanan kesehatanc. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehatd. Ketenagaan e. Sarana UKSf. Penelitian dan pengembangang. Manajemen dan organisasi 2.5. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba) (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan, menyimpan dan menggunakan informasi, serta merupakan suatu campuran pengertian, pengalaman dan keahlian. Kriteria pengetahuan berpusat pada pikiran yang membuat orang dapat membedakan salah dan benar. Edukasi merupakan prasyarat dari pengetahuan (Badran, 2000). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :1. Awareness (kesadaran), yaitu keadaan orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi.2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah lebih baik.4. Trial, yaitu subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.5. Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Walaupun demikian, dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunya 6 tingkat, yaitu :1. Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.2. Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.3. Aplikasi (application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).4. Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.5. Sintesis (synthesis)Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.6. Evaluasi (evaluation)Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

2.6 Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb (seorang ahli psikologi sosial) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Dalam hal lain, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :1. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.2. Merespons (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.3. Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan sesuatu atau mendiskusikan dengan orang lain tentang suatu masalah adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.4. Bertanggung jawab (responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Teori Kelman menunjukkan bahwa sikap dapat berubah melalui tiga proses, yaitu kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Faktor yang dianggap sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap kepada bentuk yang dikehendaki adalah faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang dengan sengaja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap manusia, sehingga dengan sadar atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor ini pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut strategi persuasi untuk mengubah sikap (Saifuddin Azwar, 2009). Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat, bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi di antara komponen sikap individu atau di antara sikap dan perilakunya, sehingga mengganggu kestabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan (Saifuddin Azwar, 2009).

3.3 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yaitu respon dan stimulus (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Respon atau reaksi manusia dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) dan aktif (tindakan yang nyata atau praktis), sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari empat unsur pokok, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Dengan demikian, secara lebih terperinci perilaku kesehatan itu mencakup:1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara aktif maupun pasif, yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu : a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour), misalnya makan makanan bergizi dan olahraga. b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), yaitu respon untuk melakukan pencegahan penyakit, termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku melakukan atau mencari pengobatan, baik dengan cara mengobati sendiri penyakitnya, maupun mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern atau tradisional.d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, serta penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan sebagainya sehubungan kebutuhan kita.4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour), yaitu respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Robert Kwick (1974) mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktik-praktik dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti iklim, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Domain Perilaku Kesehatan Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku itu ke dalam tiga domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian ini dilakukan untuk kepentingan pendidikan. Ketiga domain perilaku tersebut adalah ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Ketiga domain di atas diukur dari:1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice). Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Hal tersebut akan menimbulkan pengetahuan baru pada subjek dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut, akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan sehubungan dengan stimulus tadi. Stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Praktik atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya keluarga (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Praktik memiliki beberapa tingkatan, yaitu :1. Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.2. Respon terpimpin (guided responses)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.3. Mekanisme (mechanism)Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.4. Adaptasi (adaptation)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Perubahan Perilaku Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. Salah satu teori yang menjelaskan mengenai perubahan perilaku adalah teori stimulus-organisme-respon (S-O-R). Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunisasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi, misalnya kredibilitas, kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar individu yang terdiri dari :1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima, berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu. Bila stimulus diterima, berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya.4. Dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya bila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus sebelumnya. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku Menurut WHO, perubahan perilaku itu dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:1. Perubahan alamiah. Sebagian perubahan perilaku pada manusia disebabkan kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat yang ada di dalamnya juga akan berubah.2. Perubahan rencana. Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.3. Kesediaan untuk berubah. Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, tetapi sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :1. Menggunakan kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini, perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan atau berperilaku seperti yang diharapkan.2. Pemberian informasi. Dengan memberikan informasi tentang cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya, akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal tersebut. Selanjutnya, pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan waktu yang lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri.3. Diskusi dan partisipasi. Cara ini adalah sebagai peningkatan cara kedua, di mana dalam memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian, maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku mereka pun akan lebih mantap, bahkan dapat menjadi contoh untuk orang lain. Cara ini akan memakan waktu lebih lama dari cara kedua. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).

29