bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tugas Dan Tanggung Jawab Personil Sekolah Dalam Program Bimbingan Dan
Konseling
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan
berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama,
penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah,
guru mata pelajaran dan wali kelas. Tugas masing masing personil tersebut khususnya dalam
kaitannya dengan pelayanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan
oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga
sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala
sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah
bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya
yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan
atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor,
kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian,
penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu
mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolahnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan
peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah, sebagai berikut:
a. Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh
program bimbingan dan konseling;
b. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut
keperluannya;
c. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
1
d. Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau konselor dalam hal
pengembangan program bimbingan dan konseling;
e. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling
membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan
bimbingan dan konseling;
f. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan
konseling;
g. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan
hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif
(dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling
terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam
kelas);
h. Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan dan konseling
dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah;
i. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu
belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok
maupun individual;
j. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para
konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992), mengemukakan
peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah sebagai berikut:
a. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling;
b. Memilih dan menentukan para konselor;
c. Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru, murid, dan orang tua
murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling;
d. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para
petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan
sebagainya;
e. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang
pekerjaan/jabatan;
f. Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling;
2
g. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu
jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.
Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:
a. Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok
untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk mengetahui
apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih
spesialis.
b. Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan
membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat meminta
bantuan kepada anggota staf yang lain.
c. Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas untuk
kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
d. Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling
kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program
bimbingan dan konseling. Dalam menginterpretasikan program bimbingan dan konseling
mungkin perlu bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak
pada kepala sekolah sebagai administrator. (R.N. Hatch dan B. Stefflre, dalam Kusmintardjo,
1992)
Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah dalam hal:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua
personil sekolah
b. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah sekolah terutama dalam pelaksanaan
layanan bimbungan dan konseling
c. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala
sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
2. Guru Pembimbing
Guru pembimbing sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas :
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
3
b. Merancanakan program bimbingan dan konseling.
c. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.
d. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan konseling.
e. Menilai program dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan konseling.
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
g. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang
dilaksanakan nya.
h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
konseling secara menyeluruh kepala coordinator BK serta Kepala Sekolah.
3. Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktik
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling.
Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-
batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006)
menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan
untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam
melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing
dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam
belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu
mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang
dijalankan oleh konselor profesional.
4
Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa
dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas,
kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Dalam konteks organisasi
layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan
guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling adalah:
a. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
b. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor.
d. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program
pengayaan.
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan gurusiswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang
dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
4. Peranan Wali Kelas
Wali kelas sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling
mempuyai peranan :
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawab nya.
b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan
dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
5
c. Membantu memberikan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi
tangung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling seperti konferensi
kasus.
e. Mengali tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada
guru pembimbing.
5. Peranan Pengawasan Bimbingan dan Konseling
a. Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
1. Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib
menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program
pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana kepengawasan
akademik (RKA).
2. Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
3. Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang
dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program
tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat
kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
4. Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran
dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas
yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan
berlangsung 1 (satu) minggu.
5. Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat
aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi),
skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
b. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
6
1. Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi
langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
2. Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.
3. Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal
yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
1. Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh
sekolah binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir
kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
2. Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,
3. Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas
sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
1. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling
sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru
Pembimbing (MGP).
2. Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan
untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan
ditingkatkan.
3. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam
melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan
profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual
dan group conference.
6. Kerjasama antar Personil Sekolah dan Pelayanan BK
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses belajar pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari
proses bimbingan. Ada beberapa pendapat mengenai hal ini yaitu :
7
Proses belajar menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan pribadi siswa.
Guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya lebih peka terhadapa
hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah/kesulitan secara lebih nyata.
Guru pembimbing mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:
Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa dalam hal ini karena tenaga
pembimbing masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup
banyak tidak bisa dilakukan secara intensif.
Batasan keterlibatan guru pembimbing sehingga tidak mungkin dapat memberikan
semua bentuk pelayanan seperti memberikann pengajaran perbaikan untuk bidang studi
tertentu
Dilain pihak, guru juga mempunyai beberapa ketentuan menurut Koestoer Pratowisastro
(1982). Keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
Guru tidak mungkin lagi menangani masalah siswa yang bermacam-macam, karena
guru tidak terlatih untuk melakukan semua tugas.
Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyelenggara pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem, dimana setiap komponen
saling bekerja sama dalam mencapai tujuan instruksional dan kurikuler. Dalam pelayanan
bimbingan konseling, setiap komponen (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, walikelas
dan guru mata pelajaran/praktik) telah memiliki tugas dan perannannya masing masing.
Setaip perencanaan, pelaksanaan kegiatan diperlukan adanya penilaian dan pembinaan
melalui arahan, bimbingan, contoh dan saran yang dilakukan oleh pengawas dari dalam
dan luar sekolah yang disebut dengan Pengawas Sekolah Bidang Bimbingan dan
Konseling.
Untuk itu Guru Pembimbing harus selalu mempersiapkan berbagai laporan sesuai dengan
tugasnya yaitu perencanaan pelayanan, pelaksanaan pelayanan, analisis hasil evaluasi dan
tindak lanjut pelayanan. Semuanya akan terlihat dalam program harian, bulanan, semester
dan tahunan.
B. SARAN
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling semua pihak yang terkait dituntut untuk
mampu bekerjasama dengan baik dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Syahril. 2008. Bahan Ajar Profesi Pendidkan. Padang :UNP Press
http://sanlombok.blogspot.com/2013/01/kerjasama-guru-bk-dengan-guru-mata.html
http://amikorniawati.blogspot.com/2013/02/peranan-personil-sekolah-dan-guru-mata.html
http://umarkoto.blogspot.com/2013/10/peranan-dan-kerjasama-personil-sekolah.html
10