bab ii a. dewan perwakilan rakyat...

38
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 1. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah sebuah lembaga perwakilan rakyat di daerah yang terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. DPRD berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan unsur yang terdapat dalam sistem pemerintahan di daerah, yang mempunyai segala fungsi dan tugas yang cukup berat. Menurut Sukarna (1990: 61-62) memberikan pengertian tentang badan ini yaitu “badan perwakilan politik atau badan yang secara konstitusional ditugasi untuk menjalankan political control, legal control, social control, economic control, educational control”. Pendapat Sukarna ini diperkuat oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berfungsi sebagai kontrol politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang mempunyai segala fungsi dan tugas yang sangat berat. Bila melihat dari pengertian di atas berarti DPRD adalah orang-orang yang diberikan

Upload: phungnhu

Post on 03-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah sebuah lembaga

perwakilan rakyat di daerah yang terdiri atas anggota partai politik peserta

pemilihan umum (pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. DPRD

berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang

memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan unsur yang terdapat

dalam sistem pemerintahan di daerah, yang mempunyai segala fungsi dan tugas

yang cukup berat. Menurut Sukarna (1990: 61-62) memberikan pengertian tentang

badan ini yaitu “badan perwakilan politik atau badan yang secara konstitusional

ditugasi untuk menjalankan political control, legal control, social control,

economic control, educational control”. Pendapat Sukarna ini diperkuat oleh UU

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu DPRD merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintah daerah.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berfungsi sebagai kontrol politik,

sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. DPRD merupakan lembaga perwakilan

rakyat daerah yang mempunyai segala fungsi dan tugas yang sangat berat. Bila

melihat dari pengertian di atas berarti DPRD adalah orang-orang yang diberikan

Page 2: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

21

kepercayaan oleh masyarakat suatu daerah (Kabupaten/Kota dan Provinsi) untuk

menjadi wakil mereka yang bisa mengaspirasikan keinginan masyarakat untuk

hidup yang lebih baik lagi.

2. Sejarah Berdirinya DPRD

Dari segi ketatanegaraan, masalah pemerintahan daerah merupakan salah

satu aspek yang sangat struktural sesuai dengan pandangan bahwa negara adalah

satu organisasi atau satu sistem. Pembagian negara dalam beberapa daerah

provinsi dan kemudian dibagi menjadi kota dan kabupaten, dimaksudkan demi

memudahkan pelayanan masyarakat dan mewujudkan jaringan pemerintahan yang

teratur dan sistematis. Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah

diatur dalam Undang-undang sesuai dengan jiwa dan batasan yang tercantum

dalam UUD 1945.

Negara Indonesia adalah negara kesatuan. Gagasan ini dapat dilihat dari

pembukaan UUD 1945 serta dalam setiap peraturan yang mengtur hubungan pusat

dan daerah. Jadi negara mengatasi segala paham perseorangan dengan artian lain

meliputi segenap tanah air indonesia seluruhnya. Dalam penjelasan UUD 1945

dapat dilihat patokan dan pedoman yang terperinci mengenai negara Indonesia,

yakni:

1) Oleh karena Negara Indonesia itu suatu "eenheidstaat", maka Indonesia tidak akan memiliki daerah didalam lingkungannya yang bersifat "swat" juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi kedalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom (streek dan local rechtgemeenshapeen) atau bersifat administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah oleh karena di daerah pun pemerintah akan bersendikan atas dasar permusyawaratan.

2) Dalam wilayah Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250

Page 3: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

22

"zeljbesturende landschappen" dan "volksgemenschappen", seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan yang asli, dan karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Kesatuan Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah itu akan mengikuti hak-hak asal usul daerah tersebut.

Dari isi penjelasan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pembentukan

daerah yang akan diatur oleh Undang-undang bahwa daerah-daerah yang

dimaksud akan bersifat otonom dan akan memiliki badan perwakilan daerah,

serta pemerintahan di daerah pun bersendikan atas asas permusyawaratan, dengan

kata lain salah satu unsur penting yang harus ada dalam pemerintahan daerah

adalah badan perwakilan yang selanjutnya berkembang menjadi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Republik Indonesia lahir lewat proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945

dan pengesahan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945, menuntut adanya alat

kelengkapan negara di samping Presiden dan Wakil Presiden. Tetapi keadaan

yang mengawali kemerdekaan itu tidak memungkinkan pembentukan

badan-badan tersebut sesuai dengan UUD 1945, dalam situasi demikian para

pendiri republik ini mengambil langkah darurat yang masih sejalan dengan UUD

1945, agar membantu tugas dari Presiden dan Wakil Presiden perlu adanya badan

yang ikut bertanggungjawab tentang nasib bangsa dan negara ini. Untuk mengisi

keperluan tersebut maka Wakil Presiden RI mengeluarkan Maklumat No. 10

tanggal 16 Oktober 1945, tentang pemberian kekuasaan legislatif kepada Komite

Nasional indonesia pusat (KNIP). Diktum Maklumat tersebut berbunyi:

Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan

Page 4: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

23

legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubungan dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh suatu badan pekerja yang dipilih diantara mereka yang bertanggungjawab kepada Komite Nasional Pusat.

Ketentuan pasal IV aturan peralihan UUD 1945, menjelaskan fungsi KNIP

adalah sebagai pembantu Presiden dalam hal menjalankan tugas sebagai MPR,

DPR atau sebagai DPA sebelum badan-badan tersebut terbentuk. Dengan

ketentuan dari Maklumat Wakil Presiden No. X tersebut maka kedudukan dari

KNIP semakin dipertegas dan pada waktu itu dianggap dan memang berfungsi

sebagai dewan perwakilan rakyat tingkat pusat.

Perkembangan dan lahirnya Komite Nasional Daerah yang pada mulanya

adalah badan yang duplikasi Komite Nasional Pusat untuk daerah-daerah, juga

harus mengalami penyesuaian urusan pemerintahan di daerah. Mengingat belum

adanya ketentuan yang mengatur perundangan yang mengatur tata kerja Komite

Nasional Daerah maka dapat dilihat terlebih dahulu tentang kedudukan dan tugas

Komite Nasional sesuai dengan rapat PPKI tangga 23 Agustus 1945 yakni sebagai

berikut:

1) Komite Nasional dibentuk di seluruh Indonesia dan berpusat di Jakarta. 2) Komite Nasional adalah penjelmaan kebulatan tujuan dan cita-cita

Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.

3) Usaha Komite Nasional ialah: a. Bangsa menjalankan kemauan rakyat Indonesia untuk duduk sebagai

bangsa yang merdeka. b. Mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan, memadukan

daerah di seluruh Indonesia, persatuan kebangsaan yang bulat dan erat.

c. Membantu menentramkan rakyat dan menjaga keselamatan umum. d. Membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa

Indonesia, dan di daerah membantu pemerintahan daerah untuk kesejahteraan umum.

Page 5: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

24

4) Komite Nasional di pusat memimpin dan memberikan petunjuk kepada komite-komite Nasional di daerah. Jika diperlukan, di daerah didirikan pusat daerah, untuk: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Borneo, Sulawesi dan Sunda Kecil.

5) Komite Nasional di pusat dan di daerah dipimpin oleh seorang ketua dan beberapa anggota pengurus yang bertanggung jawab kepada komite nasioanal. "Komite Nasional di pusat dan di daerah-daerah adalah penjelmaan kebutuhan tujuan cita-cita bangsa Indonesia, untuk menyelenggarakan kemerdekaan indonesia yang berkedaulatan rakyat".

Adanya keputusan PPKI di atas dan dipertegas dalam pidato Presiden

tanggal 23 Agustus 1945, maka secara berangsur-angsur dibentuklah Komite

Nasional Daerah di provinsi, keresidenan dan kota di indonesia. Dengan adanya

Maklumat Wakil Presiden No. X maka kedudukan Komite Nasional Pusat

berubah menjadi badan legislatif yang juga membawa konsekuensi kepada

Komite Nasional Daerah, dengan kata lain kondisi di daerah mengikuti di pusat

dimana Komite Nasional Daerah membantu pemerintahan daerah.

Legislatif daerah telah mengalami beberapa kali perubahan kedudukan

hukum sesuai dengan isi perUndang-undangan yang berlaku selama ini.

Pergeseran politik dan perubahan konstitusi di mana Negara Indonesia telah

mengalami lima periode konstitusi, yaitu: a). Undang-undang dasar 1945; b).

Konstitusi Republik Indonesia serikat 1950; c). UUD sementara Republik

Indonesia Serikat 1950; d). Pemberlakuan kembali UUD 1945 melalui Dekrit

Presiden tanggal 5 Juli 1959; e). UUD 1945 hasil amandemen 1999-2002. Sampai

saat ini sudah ada delapan buah peraturan resmi yang silih berganti mengatur

pemerintahan di daerah yang didalamnya mencakup tentang pengaturan badan

legislatif yaitu:

1) Undang-undang No. 1 Tahun 1945, tentang Komite Nasional Daerah

Page 6: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

25

yang diumumkan berlaku mulai tanggal 23 November 1945. Menurut

Undang-undang ini, Komite Nasional Daerah diubah kedudukannya

menjadi badan perwakilan rakyat daerah yang kedudukannya berada di

keresidenan, kota otonom, kabupaten dan daerah lain yang dianggap

perlu oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), yang bersama-sama

dengan dan pimpinan oleh Kepala Daerah menjalankan pekerjaan rumah

tangga daerah.

2) Undang-undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah yang

mulai berlaku pada hari diumumkan yakni tanggal 10 Juli 1948. Namun

karena situasi sedang perang maka prektek pelaksanaannya hanya

terbatas pada berbagai daerah.

3) Undang-undang No. 1 Tahun 1957 tentang pokok-pokok pemerintahan

daerah, UU ini dibuat dalam rangka UUDS 1945.

4) Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah

yang dibuat dalam rangka berlakunya kembali UUD 1945 mulai berlaku

tanggal 7 November 1959. Penetapan ini dikeluarkan dalam rangka

kebijaksanaan baru revolusi ketatanegaraan dalam suasana demokrasi

terpimpin dan menghilangkan dualisme kepemimpinan di daerah.

5) Undang-undang No. 18 Tahun 1965, tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah yang berlaku mulai tanggal 1 September 1965.

UU ini merupakan penyempurnaan dari penpres No. 6 Tahun 1959 dan

disesuaikan dengan iklim politik yang berlaku pada saat itu dengan

menitikberatkan pada suasana demokrasi terpimpin.

Page 7: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

26

6) Undang-undang No. 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Daerah. UU ini merupakan peralihan dari orde lama ke orde baru, lahir

sesudah adanya pengarahan politis mengenai pemerintahan daerah

dalam GBHN dan sebagi pelaksanaan tap MPR No. 4 Tahun 1973.

7) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. UU

ini bernafaskan pada sistem desentralisasi yang diperluas dengan

otonomi daerah di mana memberikan ruang yang sangat luas kepada

daerah untuk bertindak dam rangka memajukan kepentingan daerahnya,

juga disesuaikan dengan UUD 1945 hasil amandemen terutama

menyangkut pasal 18.

8) Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. UU

ini merupakan penyempurnaan dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah.

3. Hak Dan Kewajiban DPRD

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 membedakan antara hak DPRD sebagai

suatu institusi dengan hak anggota DPRD. Pembedaan ini dimaksudkan agar ada

kejelasan mana hak yang dapat dijalankan oleh anggota DPRD secara perorangan

dan mana hak-hak yang hanya dapat dijalankan oleh DPRD selaku institusi.

Dalam pasal 43 ayat (1) UU ini dinyatakan bahwa DPRD mempunyai hak-hak

yaitu: a) Interpelasi; b) Angket; c) Menyatakan pendapat.

Tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan

pendapat diatur dalam peraturan tata tertib DPRD yang berpedoman pada

peraturan perundang-undangan. Sementara hak anggota DPRD diatur dalam pasal

Page 8: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

27

44 ayat (1) yang meliputi: a) Mengajukan rancangan Perda; b) Mengajukan

pertanyaan; c) Menyampaikan usul dan pendapat; d) Memilih dan dipilih; e)

Membela diri; f) Imunitas; g) Protokoler; h) Keuangan dan administratif.

Sementara pasal 44 ayat (2) berbunyi "kedudukan protokoler dan keuangan

pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam peraturan pemerintah”.

Kewajiban anggota DPRD sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun

2004 pasal 43 ayat (1), yakni:

1) Mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD RI Tahun 1945, dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

2) Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3) Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI.

4) Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. 5) Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat. 6) Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan. 7) Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku

anggota DPRD sebagai wujud tangggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.

8) Mentaati tata tertib, kode etik, dan sumpah janji anggota DPRD. 9) Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang

terkait. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kewajiban

anggota DPRD harus mentaati pelaturan di dalam kehidupan berdemokrasi, serta

bisa terus memperjuangkan peningkatan kesejahtraan rakyat daerah.

4. Tugas dan wewenang DPRD

Ketentuan mengenai tugas dan wewenang" DPRD diatur dalam pasal 42

ayat (1) Undang-undang No. 32 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut:

a) Membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

Page 9: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

28

b) Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah.

c) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda, dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

d) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah kepada Presiden melalui mentri dalam negeri bagi DPRD provinsi, dan kepada mentri dalam negeri, melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/Kota.

e) Memilih Wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah.

f) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

g) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

h) Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

i) Membentuk panitia pengawas dalam pemilihan Kepala Daerah. j) Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah. k) Memberikan persetujuan atas rencana kerja sama antar daerah dengan

pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Salah satu tugas dan wewenang DPRD sebagaimana yang diuraikan di atas

yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan

perundang-undangan. Namun pada kenyataannya tugas pengawasan yang

dilakukan DPRD kurang optimal. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya Perda yang

berlaku di kehidupan masyarakat dengan tidak diiringi atau tidak diikuti oleh

pengetahuan dan pemahaman yang memadai dari masyarakat mengenai

keberadaan Perda atau aturan lainnya yang berlaku.

5. Fungsi-fungsi DPRD

Mengenai fungsi lembaga legislatif, beberapa pakar telah mengemukakan

pendapatnya. Menurut Budiardjo (1980: 183), “fungsi badan legislatif yang

paling penting adalah menentukan policy (kebijakan) dan membuat Undang-

Page 10: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

29

undang”. Untuk itu Dewan Perwakilan Rakyat diberi hak inisiatif, hak untuk

mengadakan amandemen yang disusun oleh pemerintah dan hak budget.

Berdasarkan pendapat di atas legislatif sangat berperan penting didalam

menentukan dan membuat Undang-undang sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masyarakat luas. Sejalan dengan pendapat di atas Sanit (1985: 135)

menempatkan fungsi pembuatan Undang-undang sebagai fungsi yang pertama,

pengertian dari fungsi ini adalah:

Melalui fungsi perundang-undangan, lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat memuaskan kepentingan dan aspirasi anggota masyarakat ke dalam kebijaksanaan formal dalam bentuk undangundang. Ke dalam fungsi ini tergolong pula kewenangan untuk menghasilkan anggaran pendapatan dan belanja negara, mengusulkan suatu rencana Undang-undang dan mengubah suatu Undang-undang (amandemen).

Berdasarkan pendapat di atas, maka lembaga legislatif dalam fungsi

perundang-undangannya harus dapat melihat kepentingan atau aspirasi yang ada

di masyarakat sehingga kebijakan yang akan diambil dapat memuaskan

masyarakat.

Sejalan dengan pendapat di atas Marbun (1993: 88) memberikan pengertian

dari fungsi legislatif ini adalah ”fungsi badan legislatif yang utama dan sah yaitu

fungsi pembuatan Undang-undang atau peraturan daerah (Perda)”. Lewat fungsi

pembuatan Undang-undang, DPRD menunjukan warna dan karakter serta

kualitasnya, baik secara material maupun secara fungsional.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di lihat bahwa DPRD di tuntut untuk

memberi warna di daerah yaitu dengan membuat Undang-undang yang bisa

mengembangkan dan bisa memajukan daerahnya. DPRD juga harus bisa

menampung aspirasi masyarakat dan bisa memperjuangkan aspirasi tersebut

Page 11: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

30

sesuai dengan keinginan masyarakat. Berdasarkan ke tiga pendapat tersebut,

dapat terlihat bahwa fungsi utama dan asli dari badan legislatif adalah dalam

pembuatan peraturan atau Undang-undang, berdasarkan hak-hak yang di

milikinya dalam melaksanakan fungsi ini sangatlah perlu aspirasi yang ada pada

masyarakat, sebab peraturan yang akan diambil berkenaan langsung kepada rakyat

yang akan menerima dampak dari pelaksanaan kebijakan ini.

Fungsi yang kedua adalah fungsi pengawasan, menurut Budiardjo (1980:

183), “fungsi pengawasan adalah mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga

supaya semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang telah ditetapkan”. Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan

perwakilan diberi hak-hak khusus. Sedangkan menurut Sanit (1985:253) yang

dimaksud dengan fungsi pengawasan yakni:

Melalui fungsi pengawasan, lembaga ini melindungi kepentingan rakyat, sebab melalui penggunaan kekuasaan yang dilandasi oleh fungsi ini, lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat dapat mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai haknya. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang dapat mengabaikan kepentingan anggota masyarakat dapat diperbaiki.

Berdasarkan pendapat di atas fungsi ini berperan untuk menjamin agar

kepentingan masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi, dikarenakan dengan

fungsi ini legislatif dapat menilai apakah kebijakan yang telah diambil oleh

eksekutif itu memuaskan masyarakat atau tidak, apabila dirasakan oleh legislatif

kebijakan itu tidak memuaskan masyarakat maka dapat mengkoreksi kebijakan

tersebut.

Pendapat lain tentang fungsi pengawasan ini adalah yang diungkapkan oleh

Marbun (1993: 87) yaitu:

Page 12: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

31

DPRD mengemban tugas pengendalian dan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah. Dengan demikian DPRD bertanggungjawab melaksanakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan daerah yaitu pengendalian dan pengawasan (controling and supervision). Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa fungsi pengawasan ialah

fungsi yang dimiliki oleh badan legislatif dalam mengawasai jalannya roda

pemerintahan, khususnya terhadap kegiatan yang dilakukan eksekutif sesuai

dengan segala peraturan yang telah ditetapkan, jalannya pengawasan ini dapat

dilakukan berdasarkan hak-hak yang telah dimiliki badan legislatif agar semua

kebijakan yang ditetapkan eksekutif dapat berjalan dengan semestinya. Fungsi

yang ketiga adalah fungsi perwakilan, Sanit (1985: 253) memberikan pengertian

atas fungsi perwakilan yaitu:

Melalui fungsi perwakilan politik tersebut, lembaga legislatif/lembaga perwakilan membuat kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili di dalam lembaga tersebut. Dalam hal ini lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat bertindak sebagai pelindung kepentingan dan penyalur aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

Berdasarkan pendapat di atas DPRD berfungsi sebagai penjamin yang

memberikan perlindungan terhadap penyalur aspirasi-aspirasi dari masyarakat

untuk bisa mengembangkan daerah dan bisa memakmurkan masyarakat sesuai

dengan apa yang diharapkan masyarakat. Pendapat lain menurut Marbun (1993:

91), yaitu “fungsi perwakilan disebut juga sebagai fungsi representasi, DPRD

harus bertindak dan berperilaku sebagai representant (wakil) untuk setiap

tindakan dalam seluruh kegiatannya dalam menjalankan tugas sebagai salah satu

anggota dewan perwakilan rakyat”. Konsekuensi logis dari hasil pemilihan umum

yaitu badan legislatif harus dapat mewakili rakyat hususnya yang telah

memilihnya dan umumnya rakyat secara keseluruhan, mereka harus mampu

Page 13: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

32

menampung dan menindak lanjuti segala aspirasi dan kepentingan yang ada

dimasyarakat, agar fungsi ini benar-benar terlaksana maka badan legislatif harus

mempunyai kemampuan dan persyaratan politik, integritas moral, pengalaman

untuk melihat segala kondisi yang ada dimasyarakat.

Salah satu pihak yang berkepentingan terhadap badan legislatif ialah

masyarakat atau rakyat sebagai pihak yang diwakili dan selaku pihak yang

menyerahkan kekuasaan serta memberikan tugas untuk mewakili opini, sikap dan

kepentingannya di dalam proses politik dan pemerintahan. Eksekutif dan badan

peradilan, serta lembaga-lembaga lain menuntut dukungan badan perwakilan

melalui Undang-undang yang dihasilkannya sehingga lembaga tersebut

mempunyai kewenangan mengoperasikan fungsi-fungsinya.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 di dalam menjalankan tugasnya, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah memiliki tiga fungsi, yaitu:

1) Fungsi legislasi. 2) Fungsi anggaran, disini DPRD dengan pemerintah daerah bekerjasama

dalam merumuskan APBD daerah. 3) Fungsi pengawasan, dimana disini DPRD mengawasi atas

pelaksanaankebijakan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan pernyataan di atas DPRD mempunyai fungsi sebagai

pengontrol jalannya pemerintahan, sebagai perumus didalam membuat anggaran

pembelanjaan daerah. selain ke tiga fungsi tersebut Marbun (1993: 86-90) juga

berpendapat terdapat fungsi lain yang melekat pada DPRD yaitu:

Fungsi memilih dan menyeleksi DPRD mempunyai peranan yang menentukan tentang masa depan suatu daerah. Apabila fungsi tersebut salah dilaksanakan atau kurang tepat, maka hal tersebut akan mendatangkan masalah bagi daerah yang bersangkutan. Selain itu fungsi debat merupakan yang paling populer dan mendapat banyak nama dan jargon. Lewat debat, suatu konsep dapat langsung di uji, ditelusuri latar belakang suatu pemikiran

Page 14: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

33

atau konsep dan saling keterkaitan faktanya sehingga melahirkan pemahaman atau perumusan yang lebih matang dan komplit.

Pendapat yang diungkapkan Marbun ini adalah DPRD mempunyai peran

yang sangat besar dalam pembangunan di daerah dimana DPRD ikut serta dalam

mengelola dan mengatur pemerintahan daerah, sedangkan dalam fungsi debat

dapat dikaji secara mendalam segala permasalahan yang ada lewat pikiran-pikiran

yang matang, mendalam, dalam inovasi sehingga dapat diharapkan segala

permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Busroh (1990: 152) memberikan

penafsiran tentang fungsi dari badan legislatif, yakni:

1) Fungsi perundang-undangan. 2) Fungsi pengawasan, fungsi yang dijalankan oleh parlemen untuk

mengawasi eksekutif. 3) Fungsi pendidikan politik, melalui pembahasan-pembahasan kebijakan di

parlemen, rakyat mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilai menurut kemampuan masing-masing dan secara tidak langsung mereka di didik menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan secara umum fungsi

dari badan legislatif dibagi menjadi tiga fungsi pokok yang sangat terperinci dan

menyeluruh, yaitu:

1) Fungsi legislatif, fungsi utama inilah yang dimiliki oleh badan

perwakilan yaitu tugas utamanya dengan membuat Undang-undang atau

policy (kebijakan) yang harus menampung segala aspirasi rakyat yang

diwakilinya.

2) Fungsi pengawasan, fungsi ini berkaitan dengan kepentingan rakyat

secara umum, badan legislatif dapat menggunakan kekuatannya melalui

Page 15: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

34

hak-hak yang dimilikinya untuk mengoreksi segala kebijakan yang

dikeluarkan oleh eksekutif agar semua kepentingan rakyat dapat

terakomodir secara baik dan menyeluruh sehingga hasil dari kebijakan itu

dapat dirasakan diterima semua kalangan.

3) Fungsi perwakilan, badan legislatif bertindak sebagai perwakilan atas

rakyat yang secara keseluruhan terwakili olehnya, di mana badan ini

bertindak atas pelindung dan penyalur segala aspirasi dan kepentingan

masyarakat, dengan kata lain di sini pula rakyat dapat diikut sertakan

dalam berbagai kegiatan secara langsung maupun tidak langsung atas

segala kebijakan yang telah diambil oleh eksekutif.

B. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai

regulasi revisi atas UU No. 22 Tahun 1999, maka berbagai kewenangan serta

pembiayaan kini dilaksanakan oleh pemerintah daerah (Pemda) dengan lebih

nyata dan real. Mulai saat itu pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang

besar untuk merencanakan, merumuskan, melaksanakan serta mengevaluasi

kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat.

Menurut Nugroho R (2004: 1-7) “berbagai kepustakaan dapat diungkapkan

bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut sebagai public

policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati

dan berlaku mengikat seluruh warganya”. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi

Page 16: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

35

sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan

didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Berdasarkan pernyataan di atas aturan atau peraturan tersebut secara

sederhana bisa kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini

dapat kita artikan suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun

kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang

menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi

isu tersebut menjadi kebijakan publik ham dilakukan dan disusun dan disepakati

oleh para pejabat yang berwenang dan ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan

menjadi suatu kebijakan publik, apakah menjadi Undang-undang, apakah menjadi

peraturan pemerintah atau peraturan Presiden termasuk peraturan daerah maka

kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.

Berbagai definisi tentang kebijakan publik yang dikemukakan oleh beberapa

ahli. Misalnya yang dikemukakan oleh Heinz Eulau dan dan Kenneth Prewitt

(1973: 265), yang dikutip oleh Agustino (2006: 6) mendefinisikan kebijakan

publik yaitu "keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan

(repetisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang

mematuhi keputusan tersebut”. Dye (1995: 1) yang dikutip oleh Agustino (2006:

7) mengatakan bahwa "kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah

untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan". Melalui definisi ini kita mendapat

pemahaman bahwa terdapat perbedaan antara apa yang akan dikerjakan

pemerintah dan apa yang sesungguhnya harus dikerjakan oleh pemerintah.

Menurut Islamy (1994: 4) “kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang

Page 17: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

36

ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang

mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan

seluruh masyarakat”.

Berdasarkan pendapat di atas kebijakan publik merupakan tindakan-

tindakan yang di ambil untuk melaksanakan suatu tujuan yang ingin dicapai dari

suatu pemerintahan didalam memakmurkan dan mensejahtrakan masyarakat.

sedangkan menurut James Anderson dalam Agustino (2006: 7) mengungkakpkan

bahwa kebijakan publik merupakan "serangkaian kegiatan yang mempunyai

maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau

sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal

yang diperhatikan". Konsep kebijakan dari Anderson ini menitikberatkan pada

apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau yang

dimaksudkan. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan

yang merupakan pilihan dari beberapa alternatif yang ada.

Mempelajari konsepsi dan definisi tentang kebijakan publik sebagaimana

dikemukakan di atas, maka bertambah luaslah pengetahuan kita tentang kebijakan

publik. Beberapa definisi tersebut dikemukakan dengan harapan dapat

memberikan gambaran betapa kebijakan publik itu memiliki banyak dimensi,

sehingga untuk memahaminya diperlukan langkah untuk mengidentifikasikan

karakteristik dari kebijakan publik itu sendiri. Menurut Islamy (1994: 20)

beberapa karakteristik kebijakan publik yang dapat diidentifikasikan adalah

sebagai berikut:

1) Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, yaitu pemecahan masalah publik (public problem solving).

Page 18: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

37

2) Adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan. 3) Merupakan fungsi pemerintah sebagai pelayanan publik. 4) Adakalanya berbentuk ketetapan pemerintah yang bersifat negatif, yaitu

ketetapan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah

produk-produk yang biasanya berisi tentang aturan-aturan yang menjadi

pedoman dalam pelaksanaan sikap dan tindakan. Masih menurut Islamy (1994:

23) kebijakan-kebijakan yang diambil mempunyai implikasi diantaranya:

1) Bahwa kebijakan itu dalam bentuk Perda berupa tindakan-tindakan pemerintah.

2) Bahwa kebijakan itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.

3) Bahwa kebijakan itu untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi dengan maksud tertentu.

4) Bahwa kebijakan itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.

Uraian di atas menjelaskan bahwa suatu kebijakan merupakan sebuah

tindakan yang dilakukan dalam bentuk nyata dengan maksud tertentu yang

ditujukan untuk kepentingan seluruh rakyat. Pengertian tersebut sesuai dengan

unsur elemen yang terkandung dalam sebuah kebijakan menurut Anderson dalam

Widodo (2008:14) diantaranya mencakup beberapa hal sebagai berikut:

a. Kebijakan selalu memiliki tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. b. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. c. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bukan apa yang bermaksud akan dilakukan. d. Kebijakan politik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah

terhadap suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

e. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa otoritas).

Berdasarkan pengertian dan elemen yang terkandung dalam kebijakan

sebagaimana telah disebutkan, maka kebijakan publik dibuat dalam kerangka

untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang

Page 19: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

38

diinginkan.

2. Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006: 19) terdapat beberapa pendekatan untuk analisis

pembentukan kebijakan yang secara singkat diuraikan sebagai berikut:

1) Teori Sistem Kebijakan publik dapat dipandang sebagai reaksi sistem politik untuk kebutuhan yang timbul dari lingkungan sekitarnya. Teori Kelompok Sesuai dengan kelompok teori sistem, kebijakan publik merupakan basil perjuangan kelompok-kelompok.

2) Teori Elite Kebijakan Publik dapat dianggap sebagai nilai dan pilihan elit pemerintah semata.

3) Teori Proses Fungsional Cara lain untuk memahami studi pembentukan kebijakan adalah melihat pada macam-macam aktivitas fungsional yang terjadi dalam proses kebijakan. Intelegensi yaitu bagaimana informasi kebijakan yang menjadi perhatian dari pembuat kebijakan dikumpulkan dan diproses. a. Rekomendasi yaitu bagaimana rekomendasi atau alternatif yang

sesuai dengan maslah yang dibuat dan ditawarkan. b. Preskripsi yaitu bagaimana aturan umum dipakai atau diumumkan

dan digunakan oleh siapa c. Invokasi yaitu siapa yang menentukan apakah perilaku yang ada

bertentangan dengan peraturan atau hukum d. Aplikasi yaitu bagaimana hukum atau peraturan yang sesungguhnya

dilaksanakan atau diterapkan. e. Penghargaan yaitu bagaimana pelaksanaan kebijakan, keberhasilan

atau kegagalannya di ukur. f. Penghentian yaitu bagaimana peraturan atau hukum dihentikan atau

diteruskan dengan bentuk yang diubah atau diperbaiki. 1) Teori Kelembagaan

Secara tradisional, pendekatan kelembagaan menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal dan legal yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan prosedural, dan fungsi atau aktivitasnya. Hubungan formal dengan lembaga lainnya juga menjadi titik berat pendekatan kelembagaan. Biasanya sedikit yang dikerjakan untuk menjelaskan bagaimana lembaga-lembaga tersebut sesungguhnya beroperasi, lepas dari bagaimana mereka seharusnya beroperasi.

Page 20: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

39

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah

produk-produk yang biasanya berisi tentang aturan-aturan yang menjadi

pedoman dalam pelaksanaan sikap dan tindakan. Uraian di atas juga menjelaskan

bahwa suatu kebijakan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dalam bentuk

nyata dengan maksud tertentu yang ditujukan untuk kepentingan seluruh rakyat.

Pengertian tersebut sesuai dengan unsur elemen yang terkandung dalam sebuah

kebijakan.

3. Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Jones dalam Widodo (2008: 86) mengartikan implementasi sebagai

“Getting the job done "and" doing it”. Pengertian tersebut pengertian yang sangat

sederhana, akan tetapi kesederhanaan rumusan seperti itu tidak berarti bahwa

implementasi kebijksanaan merupakan suatu proses kebijakan yang dapat

dilakukan dengan mudah. Selain itu masih menurut Jones, pelaksanaannya

menuntut beberapa syarat, antara lain adanya orang atau pelaksana, uang dan

kemampuan organisasional, yang dalam hal ini sering disebut resources. Oleh

karena itu, lebih lanjut Jones merumuskan pembatasan implementasi sebagai "a

process of getting additional resources so as to figure out what is to be done".

Pernyataan jones menjelaskan bahwa implementasi merupakan proses

penerimaan sumber daya tambahan sehingga dapat menghitung apa yang harus

dikerjakan. Implentasi tersebut menggambarkan tidak kurang dari suatu tahapan

kebijkan yang paling tidak memerlukan dua macam tindakan yang akan

dilakukan, kedua, melaksanakan tindakan apa yang telah dirumuskan tadi.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses

Page 21: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

40

kebijakan publik (publik policy process). Implementasi kebijakan publik bersifat

krusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan

dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan

tidak akan terwujud. Demikian juga sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan

dan perencanaan implementasi kebijakan kalau tidak dirumuskan secara baik

maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa terwujud. Oleh karena itu agar tujuan

dari suatu kebijakan dapat terwujud maka pada tahap implementasi dan tahap

perumusan atau pembuatan kebijakan harus dipersiapkan dan direncanakan

dengan baik.

Donald S. Van Mater dan Carl E, Va dalam Widodo (2008: 86)

menyatakan bahwa:

Implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (kelompok) swasta yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pada suatu saat

tindakan-tindakan yang terkandung dalam suatu kebijakan ini berusaha

mentransformasikan keputusankeputusan menjadi pola-pola operasional serta

melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan baik besar maupun

kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu.

Sementara itu implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier dalam

Widodo (2008: 87), menyatakan bahwa "hakikat utama implementasi kebijakan

adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan". Pemahaman tadi mencakup usaha-usaha

mengadministrasikannya dan untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat

Page 22: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

41

atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. Lebih lanjut Mazmanian dan Sabatier

(Widodo, 2008: 87), mengemukakan bahwa:

Definisi ini menekankan tidak hanya melibatkan perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berdampak pada yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (unintended) dari suatu program. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam implementasi

kebijakan selain melibatkan tindakan dari badan administratif juga melibatkan

aspek-aspek kehidupan seperti kekuatan politik, ekonomi dan sosial. Selain itu

implementasi juga mampu mempengaruhi perilaku setiap pihak yang terkait

dengan kebijakan yang dibuat tersebut.

Pernyataan para ahli lebih rinci mengenai implementasi kebijakan yaitu

dengan mengemukakan bahwa implementasi adalah pelaksanaan keputusan

kebijakan dasar biasanya dalam bentuk Undang-undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan

keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin di atasi,

menyebutkan tujuan atau sasaran yang ingin dicaapai secara tegas dan berbagai

cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Bertumpu pada pendapat tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan

pengertian bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah

sumber yang termasuk manusia, dana dan kemampuan organisasional yang

dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok). Proses

tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

Page 23: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

42

pembuat kebijakan. Sementara itu pelaksanaan suatu kebijakan merupakan suatu

proses usaha untuk mewujudkan suatu kebijakan yang bersifat abstrak ke dalam

realita nyata. Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu kegiatan untuk

menimbulkan hasil (output), dampak (Outcome), dan manfaat (benefit), serta

dampak (impacts), yang dapat dinikmati oleh kelompok sasaran (target groups).

Aktivitas implementasi kebijakan menurut Jones terdapat tiga macam ,

antara lain sebagai berikut:

1) Aktivitas pengorganisasian (Organization) merupakan suatu upaya untuk menetapkan dan menata kembali sumber daya (resources), unit-unit, dan metode-metode yang mengarah pada upaya mewujudkan kebijakan menjadihasil sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan.

2) Aktivitas interpretasi merupakan aktivitas penjelasan substansi dari suatu kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan mudah dipahami sehingga dilaksanakan dan diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.

3) Aktivitas aplikasi merupakan aktivitas penyediaan pelayanan secara rutin, pembayaran atau lainnya sesuai dengan tujuan dan sarana kebijakan yang ada.

Berdasarkan pendapat di atas maka yang perlu mendapatkan perhatian dan

persiapan dalam proses implementasi kebijakan interprestasi, organisasi,

penyediaan risorsis, dan manajemen program, serta penyediaan layanan dan

manfaat pada publik. Atas dasar ini, maka masalah implementasi semakin lebih

jelas dan luas. Implementasi merupakan proses yang memelukan tindakan-

tindakan sistematis dari pengorganisasian, interpretasi, dan aplikasi.

Proses implementasi suatu kebijakan publik menurut Jones yaitu mencakup

tahap interpretasi, tahap pengorganisasian dan tahap aplikasi, yang diuraikan

dibawah ini:

1) Tahap interpretasi merupakan tahapan penjabaran suatu kebijakan yang

Page 24: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

43

masih bersifat abstrak kedalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional.

2) Tahap pengorganisian merupakan tahap yang lebih mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan siapa yang menjadi pelaksana kebijakan, mana yang akan melaksanakan kebijakan, penetapan anggaran, penetapan sarana dan prasarana apa yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, penetapan tata kerja, dan penetapan menejemen pelaksanaan kebijakan termasuk penetapan pola kepemimpinan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan.

3) Tahap aplikasi merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan kedalam realitas nyata. Tahap ini merupakan perwujudan dari pelaksanaan masing-msing kegiatan dalam tahapan yang telah disebutkan sebelumnya.

3.1. Faktor Penentu Dilaksanakan Atau Tidaknya Suatu Kebijakan Publik

Semua kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau

mengawasi perilaku manusia dalam beberapa cara, untuk membujuk orang

supaya bertindak sesuai dengan aturan atau tujuan yang ditentukan pemerintah,

yang berkenaan dengan kebijakan pemerintah. Jika kebijakan tidak dapat

dipenuhi, dan orang-orang tetap bertindak dengan cara yang ditentukan atau jika

mereka berhenti mengerjakan apa yang ditentukan, maka kebijakan tersebut

dikatakan tidak efektif atau secara ekstrim hasilnya nol.

Menurut Agustino (2006: 157-161) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi dilaksanakan atau tidaknya suatu kebijakan publik terdiri dari:

1) Faktor penentu pemenuhan kebijakan a. Respeknya anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan

pemerintah b. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan c. Adanya sanksi hukum d. Adanya kepentingan publik e. Adanya kepentingan pribadi f. Masalah waktu

2) Faktor penentu penolakan atau penundaan kebijakan a. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada. b. Tidak adanya kepastian hukum c. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi

Page 25: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

44

d. Adanya konsep ketidak patuhan selektif terhadap hukum

4. Kontrol Pelaksanaan Kebijakan Publik

Kontrol menurut Widodo (2008: 96-110) “merupakan suatu proses usaha

untuk melihat dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai

dengan yang direncanakan”. Kontrol ini ditujukan untuk mengendalikan

pelaksanaan suatu kegiatan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah

ditetapkan. Strategi melakukan kontrol (monitoring dan pengawasan) kegiatannya

sama dengan strategi implementasi, yaitu menetapkan siapa yang melakukan,

bagaimana untuk melakukan kontrol, berapa besarnya anggaran, peralatan apa

yang diperlukan, dan bagaimana jadwal pelaksanaan kontrol yang diuraikan oleh

Widodo (2008: 96-110) sebagai berikut:

1) Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan 2) Standar prosedur operasi kontrol

Standar operating procedure (SOP) kontrol atas pelaksanaan kebijakan a. Organisasi harus menetapkan serangkaian tujuan yang dapat diukur

dari aktivitas yang telah direncanakan. b. Alat monitoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu,

program atau sistem secara keseluruhan. c. Pengukuran diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring

untuk mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti (significant deviation).

d. Tindakan koreksi dapat mencakup usaha-usaha yang mengarahkan pada kinerja yang ditetapkan dalam rencana ke arah lebih mendekati (mencermin) kinerja.

3) Sumber daya keuangan dan peralatan 4) Jadwal pelaksanaan kontrol.

Berdasarkan pendapat di atas pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dilihat

dari asalnya yang dibedakan menjadi dua macam yaitu kontrol internal yang

dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian, serta badan

pengawas daerah. Sedang yang kedua kontrol eksternal yang dapat dilakukan oleh

Page 26: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

45

DPRD, LSM, dan komponen masyarakat. Untuk melakukan kontrol atas

pelaksanaan suatu kebijakan, disamping diperlukan dana yang cukup juga

diperlukan peralatan yang memadai. Besarnya anggaran yang diperlukan untuk

melakukan kotrol sangat tergantung pada variasi dan kompleksitas pelaksanan

suatu kebijakan. Sumber anggaran dapat bersumber dari pemerintah pusat

(APBN), pemerintah daerah (APBD), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan

sawadaya masyarakat. Sementara itu, peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan

kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan seperti jenis, dan besar kecilnya

peralatan juga sangat tergantuang kepada variasi dan komplesitas pelaksanaan

kebijakan yang dikontrol. Jadwal pelaksanaan kontrol atas pelaksanaan suatu

kebijakan juga sangat beragam. Setidaknya kontrol internal jadwal pelaksanaan

kontroldapat diterapkan setiap bulan, setiap triwulan, dan setiap semester. Namun

untuk kontrol eksternal, jadwal kegiatan sulit dilakukan penjadwalan. Karena

pelaku kontrol berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewengangan

organisasi yang menjadi pelaku kebijakan untuk menetapkan jadwal kontrol.

Selain itu, kontrol eksternal karena pelakunya diluar organisasi pelaku kebijakan,

maka sulit untuk diintervensi. Pelaku kontrol eksternal bisa saja melakukan

kontrol setiap saat jika mereka memandang diperlukan.

5. Model Implementasi Kebijakan Publik

Model Edward III dalam Widodo (2008: 96-110) mengajukan empat faktor

atau variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan

implementasi kebijakan. Empat variabel atau faktor tadi antara lain meliputi:

1) Faktor komunikasi 2) Sumber daya

Page 27: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

46

3) Disposisi 4) Struktur Birokrasi . Berdasarkan pendapat di atas komunikasi kebijakan menurut Model Edward

III memiliki beberapa macam dimensi yaitu “Dimensi transmisi yang

menghendaki agar kebijakan publik disampaikan tidak hanya kepada pelaksana

kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang

berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung terhadap kebijkan publik

tadi”. Lebih lanjut Model Edward III mengemukakan bahwa “Dimensi kejelasan

(clarity) yang menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para

pelaksana, dan pihak lain yang berkepentingan dapat diterima dengan jelas

sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan, dan

sasaran serta substansi dari kebijakan publik tersebut”. Sedangkan sumber daya

menurut Model Edward III meliputi “Sumber daya manusia, sumber daya

peralatan (gedung, dan suku cadang lain) yang diperlukan dalam melaksanakan

kebijakan”. Pengetahuan, pendalaman, dan pemahaman kebijakan ini akan

menimbulkan sikap menerima, acuh tak acuh, dan menolak terhadap kebijakan.

Sikap itulah yang akan memunculkan disposisi pada diri pelaku kebijakan.

Disposisi menurut Model Edward III diartikan sebagai “kecenderungan,

keinginan, atau kesepakatan para pelaksana uantuk melaksanakan kebijakan”. Jika

implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana

tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan

untuk melakukan kebijakan itu, tetapi mereka juga mempunyai kemauan untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Sedangkan dimensi fragmentasi menegaskan

bahwa struktur birokrasi yang terfragmentasi dapat meningkatkan gagalnya

Page 28: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

47

komunikasi kebijakan. Faktor tujuan dan sasaran, komunikasi, sumber daya,

disposisi, dan struktur birokrasi sebagaimana telah disebutkan akan

mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan implementasi suatu kebijakan

publik.

6. Teknik-Teknik Pengawasan Kebijakan

Seluruh kebijakan publik, baik itu peraturan, larangan, kebijakan retribusi,

atau apapun kebijakannya, pastilah mengandung unsur kontrol atau pengawasan.

Dengan kata lain bahwa kebijakan-kebijakan tersebut didesain untuk membuat

orang mengerjakan sesuatu atau melanjutkan sesuatu. Supaya kebiajakan berjalan

efektif, yang diperlukan adalah lebih dari sekedar formulasi kebijakan guna

menghasilkan output yang direncanakan. Tetapi lebih dari itu, juga bagaimana

teknik pengawasan atas implementasi pelaksanaan kebijakan harus memadai.

Menurut Agustino (2006: 180-184) ada beberapa bentuk teknik pengawasan

kebijakan yang terdiri dari:

1) Non Coercive Forms of action, banyak cara digunakan untuk meimplementasikan kebijakan, juga untuk memenuhi sasaran dan tujuan didalamnya, menurut salah satu teori dalam kebijakan publik adalah dengan non-coercive forms of action (tanpa paksaan yang wajar).

2) Inspeksi adalah bentuk pengawasan lain yang dapat digunakan. Inspeksi secara sederhana dapat diartikan pula sebagai bentuk pengujian untuk menentuka apakah implementasi kebijakan telah sesuai dengan standar resmi yang ditentukan (sasaran, dan tujuan kebijakan).

3) Lisensi atau pengesahan sering juga disebut enabling aktion, yang melibatkan kekuasaan pemerintah untuk menunjuk pada bidang bisnis untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dilarang.

4) Perpajakan, pada saat ini pajak telah menjadi alat promosi yang digunakan secara luas untuk mengontrol kinerja perusahaan swasta ataupun individu.

5) Sanksi disini berarti hukuman dan penghargaan yang dapat diterima oleh instansi atau individu untuk memberi semangat atau mendorong dalam melaksanakan keputusan.

Page 29: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

48

6) Prosedur formal merupakan fase penting dalam pengawasan atas pelaksanaan kebijakan.

Berdasarkan pendapat di atas dengan menggunakan teknik Non Coercive

Forms of action berarti para aparatur kebijakan dalam menjalankan regulasi

tersebut tidak menggunakan sanski yang resmi, hukuman, ataupun ganjaran.

Efektifitas dari bentuk kebijakan seperti ini memang sangat tergantung dari

kerjasama secara sukarela atau penerimaan dari warga masyarakat yang

dipengaruhinya. Kebijakan seperti ini hanya akan dapat berjalan dengan baik

dalam konteks sistem demokrasi yang sudah benar-benar mapan, meskipun

tekanan social dan ekonomi yang muncul di masyarakat dapat menekan mereka.

Inspeksi dapat dilakukan secara terus menerus atau secara periodik. Tujuan dari

inspeksi tidak dapat dipungkiri berupaya untuk membentuk perilaku individu

agar menyesuaikan diri dengan aturan atau kebijakan. Karena teknik ini

berusaha untuk membentuk perilaku, maka inspeksi menyertakan penjatuhan

sanksi atau hukuman sebagai alternatif pengingat. Pengesahan merupakan

bentuk teknik pengawasan yang secara luas digunakan pada kegiatan yang

dilakukan dengan macam-macam sebutan. Banyak lisensi digunakan untuk

kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya sertifikat yang digunakan untuk

mengerjakan bidang-bidang yang terkait dengan perbaikan, perawatan, serta

pengembangan fasilitas umum. Kontrak kadang-kadang digunakan oleh

pemerintah sebagai dasar untuk pengendalian ekonomi yang khusus, misalnya

standar gaji, jam kerja, kondisi kerja. Salah satu teknik pengawasan dalam

bentuk kontrak dapat memudahkan pemerintah dalam mengawasi jalannya

perekonomian. Selain itu dengan teknik pengawasan ini pemerintah dapat

Page 30: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

49

menentukan acuan untuk standar gaji, jam kerja serta mengendalikan kondisi

kerja. Perpajakan sebagai teknik pengawasan dapat memudahkan pelaksanaan

pengawasan berbagai perusahaan swasta maupun perusahaan milik pribadi, serta

dapat mengetahui sejauh mana masyarakat pada umumnya dan para pejabat

pemerintah khusunya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara.

Sanksi dalam pelaksanaan pengawasan mampu menjadi alat untuk mengontrol

sejauhmana penyimpangan yan terjadi dalam pelaksanaan pemerintahan serta

mampu memberi efek jera terhadap masyarakat, para pengusaha dan para

pejabat yang. Banyak keputusan yang dihasilkan dapat dicapai melalui cara-cara

informal seperti negosiasi, penawaran, kompromi, konsultasi, pertemuan, dan

pengujian material. Prosedur formal ini sangat penting peranannya dalam

pelaksanaan pengawasan suatu kebijakan. Hal ini disebabkan karena dalam

prosedur formal dimuat beberapa tahapan atau cara pembuatan dan pelaksanaan

suatu kebijakan melalui suatu proses konsultasi, pertemuan atau musyawarah

serta uji kebijakan.

C. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Menurut LAN (1997: 159) pengawasan adalah “salah satu fungsi organik

manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan

menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah

terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksnaan, instruksi dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku”. Pengawasan

Page 31: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

50

sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggungjawab setiap pimpinan

pada tingkat manapun. Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini

mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, dan

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran tugas-tugas organisasi.

Sebagai bagian dari aktivitas dan tanggungjawab pimpinan, sasaran

pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas,

rasionalitas dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas

organisasi. Menurut LAN (1997: 159) hasil pengawasan ham dijadikan masukan

oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan untuk:

1) Menghentikan/meniadakan kesalahan penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban.

2) Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidak-tertiban tersebut.

3) Mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Berdasarkan pendapat di atas pengawasan bisa membatasi atau mencegah

terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Akan tetapi pengawasan baru bermakna

manakala di ikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat.

Dengan kata lain, tanpa tindak lanjut sebagaimana yang dimaksud, pengawasan

sama sekali tidak ada artinya. Untuk itu tindak lanjut yang nyata dari DPRD

sebagai hasil dari pengawasan sangatlah penting bagi terciptanya kesejahtraan

rakyat, yang diharapkan bisa menjadi acuan terciptanya pemerintahan yang baik

di dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah menjadi program.

2. Macam-Macam Pengawasan

Menurut LAN (1997: 160) tentang macam pengawasan ini dapat dibedakan

menjadi 3 macam yaitu:

Page 32: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

51

1) Menurut Subjek Yang Melakukan Pengawasan

Berdasarkan subjek yang melakukan pengawasan, LAN (1997: 160)

menjelaskan bahwa dalam sistem administrasi Negara Republik Indonesia

dikembangkan 4 macam pengawasan yaitu:

1) Pengawasan Melekat (Waskat), adalah pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya.

2) Pengawasan Fungsional (Wasnal), adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya melakukan pengawasan, seperti Itjen, Itwilprop, BPKP dan Bepeka.

3) Pengawasan Legislatif (Wasleg), adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat baik di pusat (DPR), maupun di daerah (DPRD). Pengawasan ini merupakan bentuk pengawasan politik (Waspol).

4) Pengawasan Masyarakat (Wasmas), adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, seperti yang termuat dalam media massa.

2) Menurut Cara Pelaksanaan Pengawasan

Berdasarkan faktor ini, LAN (1997: 160) menjelaskan bahwa dapat

dibedakan antara pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.

1) Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilaksanakan dilaksanakan di tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan ispeksi dan pemeriksaan.

2) Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan mengadakan pemanatauan dan pengakajian laporan dari pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

3) Menurut Waktu Pelaksanaan Pengawasan

Berdasarkan waktu pelaksanannya, pengawasan ini LAN (1997: 160)

menjelaskan bahwa “Waktu pelaksanaan pengawasan dapat dibedakan menjadi

pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai, dan pengawasan yang

dilakukan selama pekerjaan dilakukan atau sesudah pekerjaan selesai

dilaksanakan”.

Page 33: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

52

3. Sistem Pengawasan

Pengawasan yang dianut menurut UU 32 Tahun 2004 (Sunarno, 2006: 112),

meliputi dua bentuk pengawasan, yakni “pengawasan atas pelaksanaan urusan

pemerintahan di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan Kepala

Daerah”. Pengawasan ini dilaksanakan oleh pengawas intern pemerintah. Hasil

pembinaan dan pengawasan tersebut digunakan sebagai bahan pembinaan

selanjutnya oleh pemerintah dapat digunakan sebagi bahan pemeriksaan oleh

badan pemeriksa keuangan.

Pengawasan atas penyelenggaran pemerintahan daerah adalah proses

kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar kebijakan pemerintah daerah dapat

berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan DPRD terhadap pemerintah daerah

yaitu terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan utamanya

terhadap peraturan daerah dan Kepala Daerah. Dalam hal pengawasan terhadap

rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah, menurut UU 32 Tahun 2004,

pemerintah melakukan dua cara sebagai berikut:

1) Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah, yaitu terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD dan RUTR, sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh menteri dalam negeri untuk raPerda provinsi dan oleh Gubernur terhadap raPerda Kabupaten/Kota. Mekanisme ini dilakukan agar penaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.

2) Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di atas, yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada menteri dalam negeri untuk provinsi dan gubernur untuk Kabupaten/Kota, untuk memperoleh klarifikasi, terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepntingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Page 34: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

53

Berdasarkan pernyataan di atas dalam rangka mengoptimalkan fungsi

pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada

penyelenggara pemerintahan daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan

pelanggaran oleh penyelenggara pemerintah daerah tersebut. Sanksi dimaksud

antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom, pembatalan

pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan

daerah baik peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan ketentuan lain yang

ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, apabila ditemukan indikasi pelanggaran

tindak pidana yang dilakukan pihak pelaksana pemerintah daerah yang

mengakibatkan kerugian pada masyarakat di daerah. Dengan demikian

mekanisme pengawasan terhadap kebijakan politik mempunyai hubungan yang

erat di dalam pertanggungjawabannya.

Tabel 2 Hubungan Kebijakan Politik, Mekanisme Pengawasan Dan

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah

UU Kebijakan

Politik

Mekanisme

Pengawasan

Pertanggungjawaban

No. 5 Tahun

1974

No. 22 Tahun

1999

Uniform

Birokratik

Demokratis,

transparansi,

dan

Persetujuan

pejabat yang

berwenang

Sifatnya hanya

melaporkan

Kepada Presiden

Tanggungjawab kepada

DPRD

Page 35: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

54

No. 32 Tahun

2004

akuntabilitasi

Kesetaraan

Check and

Balance

Sistem evaluasi Hanya sebatas laporan

Sumber: Sunarno, 2006: 112

Tabel 2 menggambarkan tentang hubungan antara kebijakan politik

dengan mekanisme pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat kepada

pemerintahan daerah, yang memberikan implikasi dan simplikasi terhadap pola

pertanggungjawabannya.

4. Manfaat Hasil Pengawasan

Hasil-hasil pengawasan harus dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam langkah-langkah yang dipandang perlu baik untuk

penyempurnaan maupun penertiban. Penyempurnaan dapat dilakukan di bidang

kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Penyempurnaan dibidang

kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan yaitu untuk menjamin

kelancaran pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan

dengan berpedoman kepada asas daya guna dan hak guna. Di samping itu hasil

pengawasan juga untuk melakukan tindakan penertiban dan penindakan pada

umumnya, seperti misalnya perbuatan korupsi, kolusi, nepotisme,

penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan negara,

pungutan liar, dan tindakan penyelewengan lainnya baik yang melanggar

peraturan perundangan yang berlaku maupun yang bertentangan dengan

kebijaksanaan pemerintah serta menghambat pembangunan.

Page 36: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

55

Manfaat dari hasil pengawasan akan terasa dampaknya secara nyata

apabila teknik pengawasan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan

hanya sekedar formalitas saja. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan para

anggota DPRD yang memiliki kompetensi dan kualitas yang baik, hal ini bisa

dilihat dari tingkat pendidikan para anggota DPRD yang lebih baik, serta

memiliki loyalitas tinggi, profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga

dampak yang diharapkan akan tercapai.

5. Ruang Lingkup Pengawasan

Sebagaimana dimaksud dalam Inpres No. 15 Tahun 1983 (LAN, 1997:

163) ruang lingkup pengawasan adalah mencakup:

1) Kegiatan umum pemerintah. 2) Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibuat aparatur bawahan. 3) Pelaksanaan perencanaan pembangunan. 4) Penyelenggaraan penguasaan dan pengelolaan keuangan/kekayaan

negara. 5) Kegiatan badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. 6) Kegiatan aparatur pemerintah yang meliputi unsur-unsur kelembagaan,

kepegawaian,dan ketatalaksanan

Berdasarkan pemaparan di atas ruang lingkup pengawasan sebenarnya

harus meliputi seluruh aspek kehidupan pada umumnya dan di dalam

pelaksanaan kebijakan yang menyangkut kepentingan umum. Selain itu,

pelaksanaan pengawasan terdapat di dalam kehidupan pemerintahan dan

pelaksanaan suatu kebijakan. Hal tersebut dikarnakan suatu kebijakan yang

menyangkut kepentingan umum dapat dilaksanakan dengan dilandasi

pengawasan yang nyata sehingga dampaknya akan terasa nyata.

Page 37: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

56

6. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Beberapa prinsip-prinsip pengawasan yang harus dipatuhi atau

dilaksanakan oleh pelaksana pengawasan (LAN, 1997: 163) sebagai berikut:

1) Obyektif dan menghasilkan fakta 2) Pengawasan berpedoman pada kebijaksanaan yang berlaku

a. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan b. Rencana yang telah ditentukan c. Pedoman kerja yang telah ditetapkan d. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3) Preventif 4) Pengawasan bukan tujuan 5) Efisiensi 6) Menemukan apa salah 7) Tindak lanjut

Berdasarkan uraian di atas pengawasan harus bersifat obyektif dan harus

dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dari berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya

kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal pada

keputusan pimipinan. Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin

terjadinya kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus sudah

dilakukan dengan menilai rencana-rencana yang akan dilakukan. Pengawasan

harusnya tidak dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Pengawasan harus

dilakukan secara efisien, bukan justru menghambat efisien pelaksanaan pekerjaan.

Pengawasan harus ditujukan mencari apa yang salah, penyebab kesalahan, dan

bagaimana sifat kesalahannya. Hasil temuan pengawasan harus diikuti dengan

tindak lanjut demi hasil yang lebih baik.

Page 38: BAB II A. Dewan Perwakilan Rakyat Daeraha-research.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0605917_chapter2(1).pdf · Aturan permainan antara pemerintah pusat dan daerah diatur ... akan bersendikan

57

7. Langkah-Langkah Pengawasan

Beberapa langkah pengawasan yang harus diikuti oleh pelaksana

pengawasan agar hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang

memuaskan (LAN, 1997: 164), menjelaskan langkah-langkah yang harus

dijalankan sebagai berikut:

1) Penetapan tolak ukur, yang diperlukan untuk dapat membandingkan dan menilai apakah kegiatan-kegiatan sudah sesuai rencana, pedoman, kebijaksanaan serta peraturan perUndang-undangan.

2) Menetapkan metode, waktu dan frekuensi yang diperlukan untuk melakukan pengukuran hasil kerja.

3) Pengukuran pelaksanaan dan pembandingan, yaitu kegiatan penilaian terhadap hasil yang nyata-nyata dicapai melalui pembandingan terhadap apa yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.

4) Tindak lanjut, yaitu sebagai hasil penilaian dan pembenahan dari butir 3 (tiga), yang dapat berupa penyesuaian rencana dan kebijaksanaan serta ketentuan-ketentuan, pemberian bimbingan, penghargaan atau sanksi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa langkah-langkah

pengawasan yang harus dilaksanakan para anggota DPRD anggota dalam

pelaksanaaan fungsi pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan diawali

dengan menentukan acuan sesuai tidaknya suatu kegiatan dengan perencanaan,

pedoman, kebijaksanaan atau peraturan lainnya. Selanjutnya penentuan metode,

menilai hasil pelaksanaan suatu kebijakan. Setelah itu dapat dilakukan

penyesuaian antara suatu kegiatan rencana kebijakan, ketentuan yang berlaku,

pengarahan dan sanksi atau penghargaan terhadap pelaksanaan kegiatan yang

telah dilaksanakan.