bab ii baru -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau untuk
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang di derita (Darmojo, 2009 hal: 3).
Lansia merupakan suatu proses yang alami yang ditentukan oleh
tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir. Di masa
ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara
bertahap (Azizah, 2011 hal: 1).
2. Batasan-batasan Lanjut Usia
WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis
atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)
antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60
dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 79 sampai 90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Azizah, 2011hal: 2).
10
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dikatakan
sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 keatas (Azizah, 2011 hal:2).
3. Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler pada Lanjut Usia
Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigen dan nutrien
pada setiap sel hidup yang diperlukan untuk bertahan hidup, tanpa
fungsi jantung kehidupan akan berakhir. Penurunan fungsi sistem
kardiovaskuler telah memiliki dampak pada sistem yang lainnya,
namun pada kondisi tanpa penyakit yang berat jantung lansia mampu
menyediakan suplai darah yang mengandung oksigen secara adekuat
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Semakin besar jumlah lansia yang
menderita penyakit kardiovaskuler menyebabkan semakin sulit untuk
mempelajari penuaan yang normal (Stanley, 2007 hal:178).
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik
struktural maupun fungsional seiring dengan meningkatnya usia. Area
permukaan di dalam jantung yang telah mengalami aliran darah
dengan tekanan tinggi seperti pada katub aorta dan katub mitral,
mengalami penebalan dan terbentuknya penonjolan sepanjang garis
katub elastisitas pembuluh darah menurun. Kekakuan pada bagian
dasar pangkal aorta mengalami pembukaan katub secara lengkap
11
sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama
denyut sistole. Tidak sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi
selama waktu peningkatan denyut jantung (demam, stres, dan olah
raga) dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik (Stanley,
2007 hal :179).
Penebalan pada jaringan elastis dan retikuler dengan infiltrasi
lemak jerjadi pada daerah nodus sinoatrial (SA). Dengan
bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan
tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan
hilangnya serat elastit dalam lapisan medial arteri. Lapisan intima
arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium. Proses perubahan
yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan kekauan dan
ketebalan yang disebut dengan arteriosklerosis. Sebagai suatu
mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain secara progresif
mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah.
Katub-katub vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup
secara sempurna (Stanley, 2007 hal:179).
12
B. Konsep Hipertensi Pada Lanjut Usia
1. Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik
dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah
serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner.
Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh
penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,
2008).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi
oleh faktor usia.
2. Tanda dan gejala hipertensi pada lansia
Semua penyakit degeneratif pada lanjut usia, hipertensi biasanya
tidak memberi gejala apapun atau gejala yang timbul samar-samar.
13
Seringkali yang terlihat adalah gejala dari akibat penyakit, komplikasi,
atau penyakit yang menyertai (Darmojo, 2009).
Menurut Stockslager (2008) tanda dan gejalanya adalah:
a. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang berkurang
secara spontan setelah beberapa jam, gejala biasanya terkait dengan
hipertensi berat
b. Pusing
c. kehilangan ingatan
d. palpitasi
e. keletihan
f. impotensi.
Dengan keterlibatan vaskuler:
a. perdarahan hidung
b. urine berdarah
c. kelemahan
d. penglihatan kabur
e. nyeri dada dan dispnea yang dapat menandakan keterlibatan jantung
f. tremor lambat
g. mual dan muntah
h. peningkatan tekanan darah diastolik ketika orang tersebut mengubah
posisi dari duduk menjadi berdiri (yang menandakan hipertensi
esensial)
14
i. penurunan tekanan darah dengan perubahan dari posisi duduk
keberdiri (menandakan hipertensi sekunder)
j. edema perifer pada tahap lanjut ketika terjadi gagal jantung
k. hemoragi, eksodat, dan edema papil menunjukkan evaluasi
oftalmoskopik pada tahap lanjut (jika retinopati hipertensif terjadi).
l. Stenosis atau oklusi yang dideteksi selama auskultasi arteri karotis
untuk bising arteri
m. Bising abdomen terdengar tepat digaris tengah umbilikus kanan atau
kiri atau pada pinggang jika terdapat stenosis arteri ginjal; juga
terdengar bising di atas aorta abdomen dan arteri femoralis
n. Masa yang berdenyut dan teraba di abdomen menunjukkan aneurisma
abdomen
o. Pembesaran ginjal yang mengarah pada penyakit polikistik salah satu
penyebab hipertensi sekunder.
3. Pembagian Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan tipe, penyebab :
a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)
Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit
tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.
b. Hipertensi sekunder
Akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya
( Stockslager , 2008).
15
Jenis hipertensi pada lanjut usia berdasarkan klasifikasi dari JNC-IV
dibedakan:
1) Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension)
Terdapat 6-12% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita.
Insiden meningkat seiring bertambahnya usia.
2) Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension)
Terdapat antara 12-14% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pda
pria. Insiden menurun dengar bertambahnya umur.
3) Hipertensi sistolik-diastolik
Terdapat 6-8% penderita usia >60 tahun, lebih banyak pada wanita.
Meningkat dengan bertambahnya umur (Darmojo, 2009).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia
Menurut Darmojo (2009), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada
lanjut usia adalah:
a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat
proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi
glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan
bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau
penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua
akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan hipertensi sistolik.
16
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan
subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di
tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer
dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
5. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin
harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan
keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager,
2008).
Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sangatlah mudah apabila
hipetensi hanya merupakan satu-satunya kelainan yang diderita lansia.
Akan tetapi menjadi rumit bila terjadi komplikasi dan adanya penyakit
komorbid pada berbagai organ. Tujuan dari pengobatan pada lansia ini
adalah untuk menurunkan tekanan darah dengan memperhatikan
terdapatnya penyakit penyerta (kormobid) dan komplikasi organ terget
yang telah terjadi (Darmojo, 2009).
Menurut Darmojo (2009) upaya pengobatan non farmakologis
pada lansia antara lain: berhenti merokok, penurunan berat badan yang
berlebihan, berhenti atau mengurangi asupan alkohol, mengurangi asupan
garam.
17
a. Penatalaksanaan nonfarmakologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) adalah:
1) Pertahankan berat badan yang ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai body mass indek
(BMI) dengan rentang 18,5 sampai 24,9 kg/m2. BMI dapat
diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang
telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas dapat
dilakukan dengan diet rendah kolesterol, jika berhasil menurunkan
berat badan 2,5 sampai 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet
rendah garam yaitu; tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6
gram NaCl atau 2,4 gram/hari) jumlah yang lain mengurangi
asupan garam sampai kurang dari 2300 mgram atau 1 sendok teh
setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi setengah sendok
teh perhari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg
dan tekan diatolik sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol harus dibatasi karena dapat meningkatkan
tekanan darah. Para peminum berat mempunyai risiko mengalami
hipertensi 4 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum
minuman beralkohol.
18
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potasium (kurang 90 mmol atau 350
mgram perhari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur
dan diet rendah lemah dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh
dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air seni.
Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3 sampai
5 kali dalam sehari.
5) Menghindari merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
karena dapat memperberat hipertensi. Nikotin dalam tembakau
membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah, maka dianjurkan untuk menghentikan merokok.
6) Manajemen stres
Stres dapat menjadi faktor utama penyebab tekanan darah tinggi.
Teknik-teknik relaksasi seperti latihan pernafasan dalam, yoga,
relaksasi otot progresif, biofeedback dan hypnosis semuanya
terbukti dalam menurunkan tekanan darah. Meskipun efeknya
hanya kecil. Teknik pengurangan stres merupakan komponen yang
diperlukan dalam program penurunan darah secara alami.
19
7) Terapi masage (pijit)
Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi
adalah untuk memperlancar alian energi dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat di minimalisir, ketika
semua jalur energi trbuka dan aliran darah energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
b. Pengobatan farmakologi
Penatalaksanaan dengan obat pada penderita hipertensi menurut (
Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya adalah:
1) Diuertik (hidrokluorotizid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan tubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
2) Penghambat simpatik (methildopa, clonidin dan resepin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
3) Beta-blocker (metoprolol, propanol dan atenol)
(a) Menurunkan daya pompa jantung
(b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gsnggusn pernapasan seperti asma bronkial.
(c) Pada penderita DM: dapat menutupi hipoglikemia.
4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)
20
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (captopril)
(a) Menghambat pembentukan zat angiotensin II
(b) Menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri
(c) Efeksamping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan)
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga
memperingan daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium (diltiasem dan verapamil)
Mengahambat kontraksi jantung (kontraktilitas), menyebabkan
melebarnya pembuluh darah.
6. Komplikasi
Menurut Waijaya & Putri (2013) menyatakan bahwa apabila tekanan
darah tinggi tidak diobati dan ditanggulangi dalam jangka panjang akan
mengakibatkan kerusakan arteri didalam tubuh. Komplikasi daat terjadi
pada organ- organ tersebut antara lain:
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
21
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa sehingga bayak cairan bertahan di paru
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas dan
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila
tidak diobati risiko terkan stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan
didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan didalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
22
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari massyarakat yang terdiri dari
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Jhonson dan Lenny, 2010).
Menurut Friedman (1998) keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang
saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
2. Tujuan Dasar Keluarga
Karena keluarga adalah unit dasar dari masyarakat maka memiliki
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan individu-individuyang dapat
menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut. Keluarga
berfungsi sebagai perantara antara masyarakat dan individu, yakni
mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan
memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran
anggotanya untuk menerima peran di masyarakat (Padila, 2012, hal:22).
23
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi menunjuk kepada proses tukar menukar perasaan,
keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan opini-opini. Komunikasi
keluarga sebagai suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Pola
interaksi keluarga yang berfungsi; 1) bersifat jujur dan terbuka, 2)
selalu menyelesaikan konflik kelurga, 3) berfikiran positif, dan 4)
tidak mengulang-ulang dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:
a) Karakteristik pengirim:
(1) Secara tegas menyatakan masalah
(2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
(3) Selalu meminta dan menerima umpan balik
b) Karakteristik penerima:
(1) Siap mendengarkan
(2) Memberi umpan balik
(3) Melakukan validasi
b. Struktur peran
Terdapat sejumlah posisi yang didefinisikan sebagai posisi
normatif dalam hampir semua bentuk tipe kelurga, kelurga inti dengan
orang tua lengkap. Posisi-posisi tersebut terdiri dari ayah-suami, istri-
24
ibu, anak laki-laki-saudara laki-laki, anak perempuan-saudara
perempuan. Setiap posisi dari kelompok keluarga dihubungkan
dengan peran-peran terkait. Yang dimaksud peran-peran terkait, yaitu
sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny. Keluarga
membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti
cara masyarakat mrmbagi peran-perannya.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan, baik kemampuan potensial
maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol,
memperngaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang. Kekuatan
keluarga, sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga, adalah
kemampuan (potensial dan aktual) dari seorang anggota individu
untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide,
sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep
yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh
anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim. Kebudayaan
keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma
utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya, kelompok keluarga
merupakan suatu sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan,
nilai-nilai, dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu-
individu terhadap sifat dunia, tempat mereka dalam kelompok
25
keluarga, dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan atau aspirasi-aspirasi
mereka. Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku
dan dalam keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan
aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga.
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998):
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal
keluarga sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para
anggotanya. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota
keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui
pemenuhan fungsi ini, maka keluarga menjalanan tujuan-tujuan
psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan
dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab, dan harga diri.
26
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan hanya diakhiri dengan
kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup dimana individu secara kontinu mengubah perilaku
mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial,
yang mereka alami. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
Keberhasilan keluarga dalam sosialisasi dapat diukur dengan
mengevaluasi hasil-hasil dari proses membesarkan anak, yaitu
mengevaluasi seberapa berhasil atau baiknya anak menyesuaikan diri
atau berubah.
c. Fungsi repsroduksi
Salah satu fungsi dasar dari keluarga adalah untuk menjaga
kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan hidup
masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari
keluarga secara cukup, financial, ruang gerak dan materi, serta
pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
27
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: (Friedman, 1998
dalam Suprajitno, 2004)
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua / keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan-perubahan keluarga, perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
28
tandan dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya,
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
pada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan
benar, tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan
atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
29
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut: (Dion & Betan, 2013)
(a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh lingkungan
(b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
(c) Pentingnya hygiene sanitasi
(d) Upaya pencegahan sakit
(e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi
(f) Kelompokan antar anggota keluarga
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga kefasilitas kesehatan,
keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini: (Dion & Betan,
2013)
(a) Keberadaan fasilitas keluarga
(b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan
(c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan
(d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
(e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
30
5. Tahap perkembangan keluarga lansia
Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga merujuk
kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga
pasangan yang sudah meninggal dunia).
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Pengaturan hidup seseorang merupakan suatu prediktor
kesejahteraan yang ampuh dikalangan lansia.
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan secara tajam, dan
seiring dengan berlalunya tahun, pendapatan pun semakin menurun
dan semakin tidak memadai karena terus naiknya biaya hidup dan
terkurasnya tabungan.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
Perkawinan yang dirasakan memuaskan dalam tahun-tahun
berikutnya, biasanya mempunyai sejarah positif yang panjang.
Meskipun terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-
lahan, namun keinginan dalam kegiatan seksual terus ada bahkan
meningkat. Menurunnya aktivitas seksual disebabkan oleh masalah-
masalah emosional.
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Secara umum merupakan tugas perkembangan yang paling
traumatis. Wanita lansia lebih menderita karena kematian
31
pasangannya dari pada pria. Kehilangan pasangan pasti membawa
pengaruh bagi janda-janda yang ditinggal suaminya lebih awal,
seperti isolasi sosial, mau bunuh diri atau sakit jiwa.
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk
menjauhkan diri dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus
interaksi-interaksi sosial lansia dan sumber utama dukungan sosial.
Hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu,
serta saudara-saudaranya menjadi lebih penting.
6) Meneruskan untuk memahami ekstensi mereka (penelaahan dan
integrasi)
Penelaahan kehidupan memudahkan penyesuaian terhadap
situasi-situasi yang sulit dan memberikan pandangan terhadap
kejadian-kejadian masa lalu. Lansia sangat peduli dengan kualitas
hidup mereka dan berharap agar dapat hidup terhormat dengan
kemegahan dan penuh arti.
b. Masalah kesehatan pada lansia:
1) Menurunnya fungsi dan kekuatan fisik
2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3) Isolasi sosial
4) Kesepian
5) Kerentanan psikologis.