bab ii - ummeprints.umm.ac.id/66672/7/bab ii.pdf · 2020. 9. 20. · dominasi maritim.22...
TRANSCRIPT
37
BAB II
Bab II merupakan bab yang berisikan gambaran soal objek penelitian yaitu
Samudera Hindia. Pada sub bab pertama berisikan potensi sumber daya di
Samudera Hindia, sub bab kedua tentang isu-isu keamanan, politik, dan ekonomi
di Samudera Hindia, sub bab ketiga berisikan signifikansi Samudera Hindia bagi
Tiongkok dan sub bab keempat signifikansi Samudera Hindia bagi India.
Dinamika Kawasan Samudera Hindia
2.1 Potensi Sumber Daya di Samudera Hindia
Kondisi geografis Samudera Hindia yang begitu strategis seperti yang
telah dijelaskan di bab satu, membuat wilayah tersebut menjadi terlihat
menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia khususnya negara
yang berada di sekitar kawasan. Dikatakan dapat memberikan keterlibatan
terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan karena banyaknya potensi
yang ada di Samudera Hindia membuat samudera tersebut banyak diminati.
Potensi yang terdapat di Samudera Hindia mulai dari kekayaan laut, mineral, jalur
pelayaran internasional. Kekayaan mineral Samudera Hindia terdiri dari nodul
polimetalik yang merupakan nodul golf-to-tennis berukuran sebesar bola dan
mengandung nikel, kobalt, besi, dan mangan yang telah terbentuk bertahun-tahun
melalui endapan dasar laut.1 Banyak negara mengincar sumber daya ini bukan
karena ukurannya melainkan kandungan yang tersimpan di dalamnya yakni
1 Ibid., hal. 104
38
tembaga, besi, seng, perak, dan emas.2 Selain itu di beberapa wilayah di kawasan
Samudera Hindia seperti Afrika Selatan dan Mozambik terdapat sumber daya
mineral yaitu mineral sedimen pantai yang mengandung titanium dan zirkonium,
di Myanmar, Indonesia, dan Thailand terdapat endapan timah.3 Sumber daya ini
memiliki nilai komersil yang cukup besar bagi negara-negara yang mampu
mengolahnya yakni jumlahnya sekitar 10% dari produksi dunia dan bernilai
sekitar $100 juta. Di beberapa tempat lain, lumpur tebal di kawasan Luat Merah
mengandung 94 juta ton bijih, termasuk 1.8 juta ton seng dan 425.000 ton
tembaga.4
Selain kekayaan mineral Samudera Hindia juga memiliki kekayaan laut
yang menjadi daya tarik bagi negara di dunia. Kekayaan laut dalam hal perikanan
di Samudera Hindia begitu melimpah, hal ini dibuktikan dengan perikanan
komersial dan artisanal yang menopang mata pencaharian lebih dari 38 juta orang
di seluruh dunia. Pada 1950 produksi ikan meningkat yang awalnya 861.000 ton
menjadi 11.5 juta ton pada 2010.5 Wilayah Samudera Hindia bagian Timur para
nelayan membawa hasil tangkapan sebesar 7 juta ton ikan per tahunnya atau 8%
dari total produksi ikan dunia, jumlah tersebut dihasilkan dari perairan laut luar,
sedangkan tangkapan dari laut dalam kurang dari 6% tangkapan di Indonesia dan
10% di Malaysia. Wilayah Samudera Hindia bagian barat total tangkapan ikan
juga meningkat 2.2% dari tahun 2000 hingga 2001. Pada tahun 2000 hingga 2001
juga Australia telah melakukan eksploitasi dengan manajemen yang baik sehingga
menghasilkan tangkapan ikan dari wilayah Samudera Hindia sebesar 36.290 ton,
2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Ibid.
39
mewakili 15.8% dari total tangkapan untuk perikanan Australia sendiri.6 Selain
Australia juga ada negara-negara eksternal yang mengincar untuk melakukan
eksploitasi perikanan di wilayah Samudera Hindia seperti Spanyol, Taiwan,
Jepang, Perancis, dan Uruguay.7 Sehingga tidak heran jika Samudera Hindia
menjadi wilayah yang diinginkan oleh negara-negara seluruh dunia.
Banyaknya sumber daya alam Samudera Hindia yang dapat dimanfaatkan
oleh negara-negara kawasan ini kemudian membuat banyak negara berfokus
untuk dapat mengelola sumber daya alam yang ada di samudera tersebut.
Misalnya saja negara-negara yang terletak di Benua Asia, Australia, dan Afrika.8
Selain itu juga terdapat sekitar 30 negara yang mendapatkan pengaruh langsung
dari potensi yang dimiliki oleh Samudera Hindia, serta beberapa negara yang
berlomba-lomba untuk memanfaatkan sumber daya Samudera Hindia. Tiga puluh
negara yang mendapatkan pengaruh langsung dari samudera tersebut memiliki
lokasi geografi yang begitu strategis yakni berada pada jalur perdagangan tersibuk
dunia. Samudera Hindia selain kaya akan sumber daya alam juga menjadi jalur
perdagangan dunia, keamanan, dan pemenuhan sumber daya laut bagi negara-
negara pesisir kawasan samudera tersebut.9
Samudera Hindia selain memiliki berbagai kekayaan juga mempunyai
organisasi regional kawasan. Organisasi Kawasan di Samudera Hindia disebut
dengan Indian Ocean Rim Association (IORA) yaitu organisasi antar pemerintah
atau inter-governmental yang dibentuk pada 7 Maret 1997 dengan tujuan
6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ditha, Op.Cit. 9 Catherine Victoria Br. Situmeang, Penerapan Strategi Omni-Enmestment Sri Lanka dalam
Persaingan India-Tiongkok di Samudera Hindia, Jurnal Hubungan Internasional, Vol, 11, No, 2
(2019), Surabaya: Cakra Studi Global Strategis, hal. 227
40
memperkuat kerja sama regional dan pembangunan berkelanjutan.10 Pembentukan
IORA ini berawal dari visi kunjungan Presiden Nelson Mandela dari Afrika ke
India pada 1995, beliau pada saat itu mengatakan;
“The natural urge of the facts of history and geography …
should broaden itself to include the concept of an Indian
Ocean Rim for socio-economic co-operation and other
peaceful endeavours. Recent changes in the international
system demand that the countries of the Indian Ocean shall
become a single platform”.11
Dasar dari pemikiran Presiden Nelson Mandela ini kemudian mendukung
pembentukan Indian Ocean Rim Initiative pada Maret 1995, kemudian pada
Maret 1997 berubah menjadi Indian Ocean Rim Association for Regional
Cooperation atau sekarang lebih dikenal dengan Indian Ocean Rim Association
(IORA).12 Kemudian, pada 1996 diadakan pertemuan kembali guna
menyelesaikan pembuatan piagam IORA, dan di tahun 1997 IORA resmi
diluncurkan pada Pertemuan Tingkat Menteri di Mauritius.13 Organisasi IORA ini
beranggotakan 22 negara ditambah dengan 7 mitra dialog, adapun 22 negara
tersebut yaitu Persemakmuran Australia, Republik Rakyat Bangladesh, Uni
Komoro, Republik India, Republik Indonesia, Republik Islam Iran, Republik
Kenya, Republik Madagaskar, Malaysia, Republik Maladewa, Republik
Mauritius, Republik Mozambik, Kesultanan Oman, Republik Seychelles,
Republik Singapura, Republik Federal Somalia, Republik Afrika Selatan,
Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, Republik Tanzania, Kerajaan Thailand,
10 IORA, About Indian Ocean Rim Association, diakses dalam (IORA)(17/02/2020, 14.14 WIB) 11 IORA, About Indian Ocean Rim Association, diakses dalam
https://www.iora.int/media/8249/iora-overview-min.pdf (18/02/2020, 15.08 WIB) 12 IORA, Loc. Cit. 13 Ibid.
41
Uni Emiret Arab, dan Republik Yaman.14 Sedangkan 7 negara mitra dialognya
yaitu; Tiongkok, Arab, Perancis, Jepang, UK, Amerika Serikat, dan Jerman.15
Gambar 2.1
Peta Persebaran Anggota IORA
Sumber: https://yourfreetemplates.com/free-indian-ocean-map-template/
IORA pada Maret 1995 melaksanakan pertemuan untuk pertama kalinya
guna membahas penguatan dan perluasan kerja sama ekonomi di antara negara-
negara di pesisir Samudera Hindia, pertemuan ini diadakan oleh Pemerintah
Mauritius. Kemudian pada akhir pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang
sampai saat ini menjadi prinsip IORA dimana prinsip ini harus dipegang teguh
14 Ibid. 15Indian Ocean Rim Association and India’s Role, diakses dalam
https://mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/IORA_new.pdf (18/02/2020, 15.03 WIB)
42
oleh negara-negara anggota IORA. Seluruh anggota IORA telah menyepakati
prinsip dalam IORA, prinsip tersebut disepakati pada saat perundingan
pembentukan IORA pada 1995. Prinsip yang disepakati oleh anggota-anggota
IORA yaitu;
“Principles of open regionalism and inclusivity of
membership, with the objectives of trade liberalization and
promoting trade co-operation. Activities would focus on
trade facilitation, promotion and liberalization of trade,
investment promotion and economic cooperation.”16
Prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh negara-negara anggota ini ditetapkan
guna mempermudah negara pesisir Samudera Hindia untuk melakukan kerja sama
khususnya dalam bidang ekonomi yakni perdagangan maupun investasi. Prinsip
IORA yang sampai pada saat ini menjadi pegangan bagi negara-negara anggota
yaitu regionalisme terbuka yang bermaksut mengupayakan pembangunan dan
memperluas pemahaman dan kerja sama yang saling menguntungkan melalui
pendekatan konsensus, evolusi, dan non-intrusif serta tidak ada hokum kontrak
yang mengikat atau semua didasarkan pada konsesnsus. Selanjutnya dasar kerja
sama berdasarkan pada kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, kemandirian
politik, dan bukan campur tangan dalam urusan internal negara anggota, selain itu
juga IORA secara eksplisit mengecualikan hubungan bilateral dan masalah-
masalah lain yang menimbulkan kontrovensi dan kemudian menjadi hambatan
bagi kerja sama regional.17 IORA dalam hal keanggotaan terbuka untuk semua
16 Ibid. 17 Ibid.
43
negara berdaulat di lingkar Samudera Hindia yang bersedia menerima prinsip dan
tujuan Piagam IORA.18
IORA memiliki struktur organisasi yaitu Council of Minister (COM) yang
terdiri dari menteri luar negeri dan bertugas membuat keputusan tertinggi, disisi
lain juga terdapat Komite Pejabat Senior yang bertugas untuk mengawasai fungsi
keseluruhan pergerakan IORA. Selain itu IORA juga memiliki kelompok
intelektual atau forum akademis yaitu Indian Ocean Rim Academic Group
(IORAG), forum bisnis Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), dan
memiliki Working Group Trade and Investment (WGTI) yang terdiri dari
perwakilan dari pemerintah untuk kerja sama perdagangan dan ekonomi.19
Sekretariat IORA berlokasi di Mauritius dan dipimpin oleh Sekertaris Jenderal
yang ditunjuk oleh Council of Minister (COM). Sampai pada saat ini struktur
organisasi IORA masih sama, pembentukan struktur ini juga telah tercantum
dalam piagam IORA yang dibuat pada 1997. IORA pada beberapa tahun
belakangan ini telah mampu mencapai momentum yang cukup luar biasa dalam
kerja sama regional yaitu adanya perubahan nama IORA-ARC menjadi IORA
pada pertemuan COM ke-13 tahun 2013 yang pada saat itu diketuai oleh
Australia. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk memperkuat asosiasi dan
kegiatan yang dilakukan oleh IORA itu sendiri. Hal ini juga sama dengan apa
yang disampaikan oleh Sekertaris Luar Negeri Bangladesh, Md Shahidul Haque;
18 Ibid. 19 Moutusi Islam, Indian Ocean Rim Association (IORA) at 20: An Assessment, Bangladesh
Institute of International and Strategic Studies, Vol, 38, No, 02 (2017), Bangladesh: BIIS Journal,
hal. 4
44
“The 13th Council of Minister in Perth is indeed a
milestone in the history of IORA. Today, we have adopted a
new name for our Association. The new name is not just a
simplification of pronunciation; but it signifies a
reorientation of our Association towards a more effective,
efficient and functional way forward.”20
IORA sebagai organisasi regional yang memiliki cakupan yang lebih luas
dan wilayah yang begitu banyak sumber daya berupaya untuk meminimalisir
setiap isu yang tengah bergejolak di wilayah tersebut. Menurut Dennis Rumley et
al, ia telah mengidentifikasi beberapa elemen yang saling terkait dengan
regionalisme lautan Samudera Hindia seperti, isu-isu yang berkaitan dengan
penggunaan atau eksploitasi Samudera Hindia ini menjadi hal yang perlu untuk
dipertimbangkan.21 Kemudian terkait dengan isu keamanan, isu keamanan ini
menjadi konsep multi dimensi yang mana keamanan di kawasan Samudera Hindia
menjadi hal yang vital bagi masing-masing negara di sekitar kawasan tersebut.
Selanjutnya ada masalah ekologis dan keamanan manusia, beberapa elemen
tersebut menjadi dasar atau bentuk tingkatan kerja sama regional yang
cakupannya lebih luas dan dibutuhkan kerja sama seacra kolektif untuk dapat
memecahkan masalah-masalah yang tengah ada di kawasan Samudera Hindia.
Sehingga dalam hal ini pembentukan IORA lebih kepada bentuk kerja sama yang
aktif dan integrasi yang semakin tinggi bukan berfokus pada bentuk persaingan
antar negara anggotanya.
20 Ibid. 21 Ibid. hal.6
45
Keberagaman dari kekayaan yang dimiliki oleh Samudera Hindia ini
sering dibilang suatu kawasan yang vital oleh negara-negara dunia. Bukti bahwa
Samudera Hindia menjadi wilayah yang vital adalah banyaknya pemain dalam
kawasan tersebut yang kemudian menjadikan Samudera Hindia mengalami
dinamika dalam tiga bidang yakni politik, keamanan, dan ekonomi. Secara politik
dinamika kawasan Samudera Hindia terlihat pada beberapa strategi penetapan
kebijakan yang dilakukan oleh negara Amerika Serikat dan Jepang yang berusaha
menetapkan kebijakan untuk memenuhi kepentingannya melalui strategi
kebijakan politik luar negerinya. Pada abad ke 19, terdapat Perwira Angkatan
Laut Amerika Serikat dan ahli geostrategis, Alfred Thayer Mahan untuk pertama
kalinya berusaha menguraikan bagaimana keterkaitan dimensi keamanan dengan
dominasi maritim.22 Berdasarkan dari hasil urainya, Alfred menyampaikan bahwa
negara-negara yang memiliki angkatan laut kuat maka akan mampu melakukan
kontrol atas berbagai laut dan memberikan pengaruh yang besar di dunia.23
Kemudian dari sini Amerika Serikat berupaya untuk meningkatkan akumulasi
kekuatan maritimnya guna menguasai laut atau perairan termasuk Samudera
Hindia. Adanya agresifitas Amerika Serikat ini kemudian mendapatkan respon
dari Inggris, pada masa itu Inggris juga mulai menyebarkan pengaruhnya di
Samudera Hindia. Namun penyebaran pengaruh Inggris di Samudera Hindia
tidaklah lama, pasca Perang Dunia II kehadiran angkatan laut di Samudera Hindia
mulai berkurang secara drastis alhasil Inggris melepaskan kekuasaan atas
Samudera Hindia pada tahun 1956. Pelepasan kekuasan Inggris terhadap
22 Ibid. 23 Ibid.
46
Samudera Hindia ini berakibat pada kekosongan kekuasaan untuk sementara di
kawasan tersebut.
Akhirnya kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Inggris ini
membuat Amerika Serikat kembali bergerak untuk menunjukkan eksistensinya di
Samudera Hindia. Amerika Serikat mulai membangun pangkalan angkatan laut di
Diego Garcia serta penempatan lima armada di Bahrain.24 Kemudian ini
dilanjutkan ke masa Perang Dingin, di masa ini Samudera Hindia menjadi arena
bagi dua aktor yang tengah memanas yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet atau
sekarang disebut dengan Rusia. Kedua negara ini saling bersaing untuk mencari
pengaruh politik dan keuntungan strategis dari kawasan Samudera Hindia.
Keduanya saling beradu kekuatan angkatan laut dan berlomba mencari access
right armada.25 Pencarian terhadap access right armada menjadi penting bagi
negara-negara yang tengah berlomba untuk menguasai Samudera Hindia sebab
access right merupakan hak yang diberikan oleh suatu negara untuk
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh satu negara.26 Sehingga perlu bagi
negara-negara yang menginginkan kekuasaan di Samudera Hindia mendapatkan
kemudahan akses dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah
tersebut.
Sedangkan di bidang keamanan terdapat negara Tiongkok, India, Sri
Lanka, Indonesia, dan Perancis melalui segala strateginya berusaha untuk menjaga
jalur perekonomian melalui Samudera Hindia agar tetap aman sehingga hal
tersebut dapat berdampak pada bidang ekonomi internal masing-masing negara.
24 Ibid. 25 Ibid. 26 Novianti, Kebijakan Penetapan Access Right di ZEE Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 2 No2
(2012), Sumatera: Universitas Jambi, hal. 51
47
Tiongkok adalah salah satu negara eksternal yang memiliki cukup banyak
kepentingan di Samudera Hindia terkait dengan jalur perekonomiannya. Samudera
Hindia bagi Tiongkok menjadi wilayah yang cukup penting, kepentingan
Tiongkok di samudera tersebut terbagi menjadi tiga yaitu politik, ekonomi dan
strategis.27 Kepentingan ekonomi menjadi hal yang utama bagi Tiongkok sebab
jalur Samudera Hindia menjadi jalur perdagangan dan impor minyak Tiongkok.
Di Samudera Hindia Tiongkok tengah meningkatkan pengaruh maritimnya
dengan melibatkan militer dan ekonomi.28 Tiongkok dalam hal ini berupaya untuk
meningkatkan kerja sama dengan membangun fasilitas infrastruktur dan
meningkatkan interaksi dengan negara-negara mitranya. Bagi Tiongkok jalur
perdagangan tersebut menjadi sangat penting sebab keamanan energi menjadi
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negaranya. Lebih
dari 75% impor minyak Tiongkok melalui Samudera Hindia, sehingga keamanan
energi menjadi kepentingan nasional Tiongkok untuk ikut bermain di Samudera
Hindia dalam menjaga stabilitas keamanan jalur perekonomiannya.
Upaya yang diterapkan Tiongkok dalam menjaga kepentingan nasionalnya
yaitu dengan menetapkan kebijakan pembangunan String of Pearls di Samudera
Hindia. String of Pearls ini bentuk upaya Tiongkok untuk menjaga ekonomi dan
energinya, selain itu strategi ini juga menjadi strategi baru Tiongkok dalam
mengimbangi kekuatan angkatan laut Amerika Serikat.29 Adapun tujuan dari
dibentuknya strategi tersebut adalah upaya Tiongkok dalam mencapai tujuannya
dalam bidang maritim selain itu juga untuk mengurangi pengaruh dominasi India
27 Syahroni, Op. Cit. 28 Ibid. 29 Ibid.
48
di Samudera Hindia yang disebabkan oleh letak geografis India di wilayah
tersebut. Posisi geografis India itu yang kemudian mengkonstruk pandangan
Tiongkok bahwa India nantinya akan dapat mempengaruhi strategi Tiongkok.
Pada 2013, impor energi Tiongkok melebihi dari ukuran target yang telah
ditetapkan sehingga hal ini berdampak pada ranking Tiongkok menjadi negara
urutan pertama dalam hal impor energi.30 Impor energi Tiongkok yang berlebih
ini didukung oleh pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang dibilang cukup
stabil. Sehingga untuk bisa menjaga hal ini Tiongkok berupaya untuk menjalin
kerja sama dengan negara-negara pesisir Samudera Hindia seperti Pakistan, Sri
Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan Maladewa.31
Tiongkok bersama dengan Pakistan menjalin kerja sama dengan
membangun pelabuhan Gwadar serta reaktor nuklir. Pembangunan ini menjadi
strategi utama dari String of Pearls sebab dari kerja sama ini Tiongkok
mendapatkan keuntungan lebih. Keuntungan yang didapat Tiongkok bukan hanya
dalam hal keamanan jalur perdagangannya namun juga Tiongkok mampu
mendapatkan pintu masuk ke Asia Selatan bahkan hingga ke Timur Tengah yang
juga didorong oleh kepentingannya dalam mendapatkan sumber energi minyak.
Bersama dengan Sri Lanka, Tiongkok memberikan bantuan ekonomi, militer dan
teknis kepada Sri Lanka, selain itu berkat investasi Tiongkok di Sri Lanka
menjadikan negara tersebut mampu mencapai titik perekonomian tertinggi.
Investasi Tiongkok di Sri Lanka ini berupa ekspansi infrastruktur misalnya,
proyek pembangunan pelabuhan Sri Lanka di Hambantota.32 Tiongkok juga
30 Ibid. 31 Ibid. 32 Ibid.
49
bekerja sama dengan Bangladesh dalam pembangunan pangkalan Angkatan Laut
(AL) Tiongkok dan pelabuhan yang bernilai komersial di sekitar wilayah
Chittagong.33 Sedangkan dengan Myanmar, Tiongkok memberikan bantuan dalam
hal menyediakan persenjataan, dukungan politik di PBB, pembangunan
infrastruktur, dan meningkatkan perdagangan lintas batas.34 Selain Myanmar,
Tiongkok juga menjalin kerja sama dengan Thailand dalam bidang ekonomi,
pertanian, dan transportasi. Pada bidang ekonomi Tiongkok membantu pendanaan
investasi dan infrastruktur di Thailand. Terakhir ada kerja sama Tiongkok dengan
Maladewa yaitu perjanjian sewa terhadap kepualauan Marao yang kemudian oleh
Tiongkok direncanakan untuk membangun pangkalan angkatan laut di daerah
tersebut. Beberapa kerja sama Tiongkok bersama dengan negara-negara pesisir
Samudera Hindia menjadi kunci utama Tiongkok untuk bisa mencapai
kepentingan nasionalnya dalam menjaga jalur perdagangannya.
Namun dari strategi Tiongkok yang bisa dibilang cukup strategis ini
menimbulkan respon dari beberapa negara khususnya negara di Asia Selatan
yakni India. India menganggap bahwa segala strategi dan bentuk kerja sama yang
dilakukan oleh Tiongkok merupakan cara untuk bisa mencapai visinya secara
tidak langsung. Hal tersebut dibuktikan melalui perusahaan Tiongkok yang
dirujuk sebagai pemilik dari infrastruktur Belt Road Initiative (BRI) yaitu salah
satu strategi Tiongkok yang juga bertujuan untuk menjaga jalur perdagangan
perekonomiannya.35 Selain itu hal yang cukup vital sehingga membuat India ragu
akan pembangunan proyek tersebut yaitu komitmen BRI dalam membuat rel,
33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid.
50
infrastruktur jalan, dan koridor perdagangan virtual yang mengaitkan Tiongkok
Barat dengan pelabuhan Gwadar di Pakistan.36 India dalam hal ini merasa
keberatan dikarenakan proyek BRI ini akan memungkinkan Tiongkok dengan
mudah melakukan pengangkutan minyak dan gas dari Iran dan negara-negara
Arab melalui pelabuhan Gwadar yang mana pelabuhan tersebut juga
dikonstruksikan oleh Tiongkok. Bukan hanya itu, proyek BRI dirasa mengancam
kedaulatan India karena jalur perdagangan dan sambungan rel tersebut melewati
wilayah Khasmir yang diduduki oleh Pakistan.37 Namun sayangnya, sikap
keberatan India ini dihiraukan oleh Tiongkok, ia tetap melanjutkan promosinya
terhadap BRI. Sehingga dari sini kemudian memunculkan sedikit benturan antara
Tiongkok dan India dalam hal sama-sama mencapai kepentingan masing-masing
negaranya di Kawasan Samudera Hindia.
Melihat sikap Tiongkok tersebut, kemudian India sebagai negara pesaing
Tiongkok sekaligus negara pesisir kawasan yang juga ikut bermain di Samudera
Hindia mulai mengambil peranannya untuk menjadi negara yang kuat di kawasan
tersebut. India di Samudera Hindia memiliki kepentingan dan peran yang cukup
besar. Misalnya saja peran India di Samudera Hindia melalui pembentukan IORA,
di sini India berupaya untuk meningkatkan kerja sama regional khususnya dalam
bidang ekonomi. Melalui IORA, India memiliki fokus terhadap enam prioritas
yaitu keamanan maritim, fasilitas perdagangan dan investasi, menejemen
perikanan, menejemen penanggulangan bencana, akademik, pengetahuan, dan
teknologi, turis dan pertukaran budaya.38 Berdasar dari enam prioritas India dalam
36 Ibid. 37 Ibid. 38 Indian Rim Association, Loc. Cit.
51
IORA kemudian India mulai membangun kerja sama untuk memulai projek baru
guna meningkatkan kerja sama regional kawasan Samudera Hindia. Adapun
projek yang diinisiasi oleh India yaitu Blue Economy Dialog ue, Indian Ocean
Seminar, International Conference, projek-projek ini bertujuan untuk
meningkatkan kerja sama regional negara-negara yang ikut bergabung di dalam
IORA serta demi mencapai kepentingan India menjadi negara yang berperan
cukup besar dalam bidang keamanan di Samudera Hindia.39 Selain itu juga, India
bermain di Samudera Hindia guna mencapai kepentingannya dalam meningkatkan
perekonomian negaranya.
India sebagai pemain terbesar kedua di Samudera Hindia berusaha untuk
meningkatkan strategis kehadiran angkatan laut India guna menjaga kepentingan
nasional dalam bidang keamanan dan ekonomi. India memenuhi sekitar 89%
kebututhan minyaknya dengan mengimpor melalui laut, selain itu India sebagai
pemegang penting dalam kegiatan perdagangan Samudera Hindia terkait dengan
impor bahan baku, minyak mentah, dan barang-barang konsumsi, serta ekspor
negara tersebut.40 Oleh karena itu penting bagi India untuk menjaga keamanan
jalur perdagangan tersebut. Keamanan jalur laut ini begitu vital dengan
ketergantungan India terhadap keamanan Samudera Hindia, hal ini
dikombinasikan dengan kebutuhan untuk memantau dan memeriksa aktivitas
angkatan laut regional lainnya.41 Alasan lain India dalam upayanya untuk
meningkatkan keamanan adalah karena bagi India, Samudera Hindia ini dianggap
sebagai halaman belakang India maka dari itu mengutip dari Donald L. is a
39 Ibid. 40 Qamar Fatima and Asma Jamshed, The Political and Economic Significance of Indian Ocean:
An Analysis, South Asian Studies, Vol, 30, No, 2 (2015), Pakistan: Semantic Scholar, hal. 85 41 Ibid.
52
professor at the Collage of Security Studies, Asia-Pacific Center for Security
Studies in Honolulu,
“New Delhi regards the Indian Ocean as its back yard and
deems…that India functions as, eventually, the
predominant influence in this region…In the expansive
view of many Indians, India’s security perimeter should
extend from the Strait of Malacca to the Strait of Hormuz
and from the coast of Africa to the Western shores of
Australia.”
Sehingga dari sini dapat diketahui kenapa kemudian India ikut berperan dalam
permainan yang ada di Samudera Hindia bersama negara-negara regional maupun
eksternal.
Persaingan antara Tiongkok dan India ini terjadi sebab adanya klaim dari
masing-masing negara bahwa keduanya menganggap negara mereka sebagai
negara yang unggul karena sama-sama pernah menjadi pusat peradaban dunia
pada masa lalu. Saat ini kekuatan dari masing-masing negara tersebut berusaha
untuk ditunjukkan melalui berbagai aktivitas mereka baik di darat maupun di laut.
Akibat dari hal ini kemudian memunculkan respon dari negara-negara lain.
Rivalitas yang tengah dialami oleh kedua negara tersebut menarik perhatian
negara lain yang berada di sekitar kawasan Samudera Hindia seperti Srilanka.
Srilanka di tengah rivalitas Tiongkok dan India pada beberapa tahun belakangan
ini berupaya untuk menerapkan strategi agar bisa menjadi negara yang juga
memiliki peran dan dapat memanfaatkan potensi samudera tersebut.42 Strategi
yang tengah diterapkan oleh Sri Lanka yakni strategi Omni-Enmeshment, yaitu
42 Catherine, Op. Cit.
53
sebuah strategi yang berarti keterkaitan suatu negara dengan negara lebih dari
satu.
Strategi Omni-Enshment mulai diterapkan oleh Sri Lanka pada 2018
dimana pada saat itu Sri Lanka mulai menjalin hubungan bilateral dengan
Tiongkok dalam bidang militer.43 Strategi ini diterapkan oleh Sri Lanka guna
memperkuat kapabilitas pertahanannya di wilayah Selatan sebab bagi Sri Lanka
wilayah tersebut menjadi jalur utama perdangan dunia. Selain itu, tujuan Sri
Lanka menerapkan strategi tersebut untuk memenuhi ambisinya menjadi pusat
perekonomian di Samudera Hindia.44 Sri Lanka selain menjalin hubungan baik
dengan Tiongkok ia juga menjalin hubungan bilateral dengan India. Hubungan
bilateral antara Sri Lanka dan India juga dalam bidang militer, alasan ini karena
Sri Lanka ingin meningkatkan kekuatan pertahanannya di wilayah Selatan. Kerja
sama ini terlihat dari upaya keduanya dalam bertukar pengetahuan dan informasi
terkait dengan strategi militer serta melakukan latihan militer bersama.45
Bukti nyata dari kerja sama yang dilakukan oleh Sri Lanka dan Tiongkok
adalah ketersediaan Tiongkok dalam membangun pelabuhan Hanbantota di
wilayah selatan Sri Lanka pada tahun 2008. Pelabuhan tersebut terdiri dari
terminal kargo, fasilitas perbaikan, bunkering, dan fasilitas bahan bakar.46
Bantuan kerja sama dalam pembangunan pelabuhan ini Tiongkok memberikan
dana sebesar US $1,4 miliar.47 Bantuan yang diberikan Tiongkok oleh Sri Lanka
kemudian memberikan ancaman kepada negara lain bahwa pengaruh Tiongkok di
43 Ibid., hal. 230 44 Ibid. 45 Ibid. 46 Ibid. hal. 231 47 Ibid.
54
Samudera Hindia akan semakin luas. Misalnya India, dari tindakan Tiongkok
tersebut India merasa terancam karena takut apabila hal tersebut dapat
mengancam kestabilan Samudera Hindia. Maka dari itu India di bawah
pemerintahan Sirisena justru mengajak Sri Lanka untuk menjalin kerja sama
dalam pengembangan Pelabuhan Hambantota, karena pelabuhan tersebut juga
menjadi salah satu pelabuhan yang penting bagi kelancaran perdagangan dunia.48
Selain kerja sama pengembangan pelabuhan, kerja sama Sri Lanka dan
India juga dalam bidang kemaritiman. Kerja sama kemaritiman antara keduanya
meliputi latihan angkatan laut, mengadakan pertemuan yang membahas isu-isu
maritim, salah atunya yakni Meeting on Maritime Security Cooperation pada
2013.49 Sri Lanka dan India juga bekerja sama dalam bidang ilmu pengetahuan,
hal ini dilakukan guna untuk mengatur strategi dalam mengatasi kejahatan laut
terkait dengan peredaran narkoba dan pembajakan armada. Strategi dalam
mengeksploitasi sumber daya laut yang efisien, keamanan di wilayah ZEE, dan
lain-lain.50 Dewasa ini kekuatan teknologi begitu penting bagi seluruh negara,
maka dari itu Sri Lanka menjalin kerja sama dengan India yang memiliki industri
teknologi dimana saat ini industri India tengah berkembang secara signifikan.51
Selain itu India juga dipandang sebagai negara yang paling unggul dalam aspek
teknologi di kawasan Samudera Hindia, oleh sebab itu pemerintah Sri Lanka
berusaha untuk mendekatkan dir dengan India dengan tujuan untuk menciptakan
kerja sama dalam bidang teknologi.52
48 Ibid. 49 Ibid., hal. 232 50 Ibid. 51 Ibid., hal. 233 52 Ibid.
55
India juga menjadi mitra utama Sri Lanka dalam bidang ekonomi, kedua
negara tersebut telah melakukan kegiatan ekspor dan impor sejak tahun 1990-an.53
Selanjutnya pada bulan Maret 2000, Sri Lanka dan India membentuk India-Sri
Lanka Free Trade Agreement atau ISFTA untuk menguatkan hubungan
perdagangan yang terjalin diantara mereka. Sampai saat ini kerja sama tersebut
masih berlangsung. Dinamika perdagangan Sri Lanka-India melalui ISFTA
mengalami perubahan yang cukup fluktuatif, baik dari sisi Sri Lanka maupun
India. Kegiatan ekspor Sri Lanka ke India melalui ISFTA terus mengalami
peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan 2018, meskipun di tahun 2016 nilai
ekspor Sri Lanka mengalami sedikit penurunan.54
53 Ibid. 54 Central Bank of Sri Lanka, Sri Lanka Exports: India, CEIC Data, diakses dalam
https://www.ceicdata.com/en/sri-lanka/exports-by-countries-usd/exports-india (3/02/2020, 18.36
WIB)
56
Gambar 2.2
Sri Lanka Export: India
Sumber: CEIC data ekspor Sri Lanka
Selain perdagangan investasi juga menjadi bagian dari bentuk kerja sama antar
kedua negara tersebut. Bukti dari adanya kerja sama investasi ini yaitu banyaknya
perusahaan lokal Sri Lanka yang menanamkan FDI di India mislanya; Brandix,
John Keels, Hayleys, Ceylon Biscuit, dan Carsons Cumberbatch.55
Negara regional kawasan Samudera Hindia selanjutnya yang juga ikut
bermain di Samudera Hindia adalah Indonesia. Indonesia sebagai negara yang ada
di sebelah timur Samudera Hindia juga memiliki peran yaitu ikut terlibat dalam
menjaga stabilitas politik kawasan Samudera Hindia. Upaya yang dilakukan oleh
Indonesia yakni melakukan diplomasi pertahanan yang bertujuan untuk meredam
kompetisi yang saat ini tengah terjadi antara India dan Tiongkok. Selain itu
Indonesia juga berperan di Samudera Hindia melalui organisasi IORA bersama
55 Ibid.
57
dengan negara-negara lain, melalui IORA ini Indonesia mengambil peran dengan
memberikan bantuan-bantuan terhadap negara satu sama lain di IORA. Bantuan
yang diberikan Indonesia melalui bantuan teknis di bidang Blue Economy IORA
yakni melalui budidaya perairan dan perikanan, pariwisata laut, bisnis atau sektor
swasta investasi air minum atau tanah, energi laut terbarukan, infrastruktur
pelabuhan dan perkapalan, sistem konektivitas dan logistik, serta penambangan
laut dalam.56 Adapun tujuan dari Indonesia ikut mengambil peran di Samudera
Hindia melalui IORA yaitu ingin mencegah Samudera Hindia untuk dijadikan
arena perebutan pengaruh bagi negara-negara besar seperti AS, UK, India, dan
Tiongkok.57 Bukan hanya itu, Indonesia melalui IORA terkait dengan sumbangan
trust fund berupaya untuk terus menunjukkan kepemimpinannya baik sebelum
maupun sesudah ia menjadi ketua. Indonesia melalui sumbangan trust fund
tersebut memanfaatkan peluang dengan membantu negara-negara yang tergabung
di IORA agar Indonesia bisa mendapatkan pengaruh yang cukup baik disana.
Apabila Indonesia di dalam IORA mendapatkan pengaruh yang cukup baik maka
Indonesia akan mendapat keuntungan yaitu kepemimpinan Indonesia akan dikenal
kembali diberbagai negara IORA khususnya Afrika.58 Afrika menjadi fokus
utamanya karena pengaruh Indonesia terhadap Afrika ini akan bisa membuka
akses pasar ke Afrika yang berpenduduk sekitar 1.2 miliar orang.59 Sehingga
apabila akses pasar ke Afrika telah dibuka maka Indonesia akan mendapatkan
keuntungan yang cukup besar dari hal tersebut.
56 Marrolli, Peran Strategis RI di Bidang Kemaritiman dalam IORA, Kementerian Informasi dan
Komunikasi Republik Indonesia, diakses dalam https://kominfo.go.id/content/detail/9436/peran-
strategis-ri-di-bidang-kemaritiman-dalam-iora/0/artikel_gpr, (02/02/2020, 18.30 WIB) 57 Ibid. 58 Ibid. 59 Ibid.
58
Selanjutnya ada negara Perancis, Perancis merupakan salah satu negara
Eropa yang sempat mengklaim sebagai negara yang menjadi aktor regional
kawasan di lingkar Samudera Hindia. Klaim ini terletak di wilayah luar negara
Perancis di La Reunion dan Mayotte di Samudera Hindia Barat Daya. Maka dari
itu Perancis berupaya untuk tetap mempertahankan kehadiran militer yang
substansial di Rusia Samudera Hindia Barat Laut, dengan dua pangkalan yang
masing-masing berlokasi di Djibouti dan United Emirates Arab (UEA).60
Kehadiran Perancis di Samudera Hindia ini dikarenakan ambisinya untuk menjadi
perantara kekuatan dalam jangkauan global, Perancis ingin berkontribusi dalam
hal keamanan wilayah samudera tersebut. Kontribusi ini ditunjukkan oleh
Perancis melalui komitmennya dalam menegakkan hukum internasional dan
kebebasan navigasi, melindungi Sea-Lines of Communication (SLOCs), serta
memerangi terorisme dan proliferasi senjata pemusnah masal.61 Perancis di
Samudera Hindia juga melibatkan banyak negara pesisir samudera untuk menjalin
hubungan kerja sama yakni seperti negara Arab, Qatar, beberapa negara Asia
Tenggara seperti Singapura, dan India.62
Melihat implikasi wilayah Samudera Hindia Timur, secara substansial
Perancis kemudian meningkatkan fokusnya ke arah timur sejak kedatangan
Presiden Hollande pada 2012.63 Perancis berfokus ke arah timur karena ia
menyadari dan bahkan mengakui bahwasannya pengaruh yang tengah
berkembang di Asia ini membuat Perancis ikut serta dalam menyebarkan
60 Isabelle Saint-Mezard, The French Strategy in the Indian Ocean and the Potential for Indo-
French Cooperation, Center for Security Studies ETH Zurich, diakses dalam
https://css.ethz.ch/en/services/digital-library/publications/publication.html/189458 (10/02/2020,
08.54 WIB) 61 Ibid. 62 Ibid. 63 Ibid.
59
pengaruhnya di dunia itu. Perancis melakukan itu dikarenakan keterkaitan
Perancis dengan kemakmurannya bersama dengan Asia terutama sebagai
pertumbuhan bisnis perusahaannya yang berbasis di wilayah itu. Namun, fokus
utama kerja sama Perancis tidak terbatas pada ekonomi saja melainkan juga
terhadap keamanan global sebab posisi Perancis yang sampai pada saat ini masih
menjadi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta sebagai
sekutu AS yang juga terlibat di Asia.64 Namun disisi lain, perannya untuk terjun
secara langsung di wilayah Samudera Hindia dirasa sulit bagi Perancis,
dikarenakan keterbatasan kemampuan operasionalnya di Samudera Hindia Timur
dan Timur Malaka, maka dari itu untuk bisa mengambil perannya di kawasan
samudera tersebut Perancis berupaya membuat strategi dengan menjalin kerja
sama keamanan dengan berbagai negara di wilayah tersebut. Misalnya kerja sama
yang dibangun oleh Perancis bersama dengan Jepang (1995), Tiongkok (1997),
dan India (1998).65
Namun belakangan ini Perancis mulai mengurangi fokus kerja samanya
dengan Tiongkok, hal ini disebabkan oleh tindakan agresif Tiongkok yang
semakin mengancam negara-negara lain baik di kawasan Samudera Hindia
maupun di luar wilayah tersebut. Sehingga Perancis kemudian menyusun strategi
untuk menjalin kerja sama dengan Jepang sampai pada pembentukan kerja sama
dan dialog ditingkat menteri yang terjalin sejak tahun 2012. Selain Jepang,
Perancis di tahun yang sama juga menjalin kemitraan dengan Australia yang mana
negara tersebut memiliki kepentingan konvergen terkait dengan keamanan
64 Ibid. 65 Ibid.
60
maritim di Pasifik dan Smudera Hindia.66 Selain dua negara Jepang dan Australia,
Perancis juga mulai fokus untuk menguatkan kemitraannya dengan negara Asia
Tenggara seperti Indonesia (2011), Singapura (2012), dan Vietnam (2013).67 Pada
bidang keamanan Perancis juga mempererat hubungan dengan Malaysia yakni
dengan menyediakan dua kapal selam dan pelatihan keahlian keamanan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kerja sama berupa ekspor persenjataan dari Perancis di
wilayah Asia. Ini menunjukkan bahwa meskipun Perancis memiliki keterbatasan
operasional di wilayah Samudera Hindia Timur tidak menutup kemungkinan
apabila Perancis dapat berperan di kawasan tersebut. Apalagi didukung dengan
keaktifan Perancis dalam mendukung inisiatif kontra pembajakan dan keamanan
laut di Indonesia, membantu negara-negara yang sempat dilanda tsunami pada
2004, mengirimkan kekuatan gabungannya ke Burma dalam rangka menyediakan
makanan dan obat pada 2008.68
Disamping tanggung jawab Perancis sebagai anggota Dewan Keamanan
PBB, Perancis juga memiliki kepentingan di Samudera Hindia yaitu seperti yang
dikatakan oleh Laksamana Dufourcq, “the Indian Ocean presents two major focal
points of military interests for France”69, satu di Samudera Hindia Barat Daya
dan yang lainnya di Arab-Persia. Di kedua wilayah tersebut Perancis memiliki
tantangan yang cukup besar yakni melawan ancaman keamanan non-tradisional
seperti illegal fishing, migrasi ilegal, dan pembajakan di Somalia.70 Sehingga
untuk menghadapi tantangan ini Perancis berupaya untuk mempromosikan kerja
66 Ibid. 67 Ibid. 68 Ibid. 69 Ibid. 70 Ibid.
61
sama maritim dengan negara-negara wilayah lain seperti Madagaskar dan
Seychelles serta Afrika Selatan dan Mozambik. Selain di wilayah tersebut,
terdapat kepentingan militer di wilayah lain yaitu di Samudera Hindia Barat Laut.
Perancis menempatkan dua pangkalan militernya yang berlokasi di Abu Dhabi
dan Djibouti, serta Perancis juga mempertahankan kehadiran militernya di Teluk
Persia dan Teluk Aden.71 Kehadiran dari kedua pengkalan di masing-masing
wilayah tersebut menunjukkan ambisi Perancis dalam tiga hal; (1) untuk
berkontribusi pada stabilitas Timur Tengah, Teluk Persia dan Tanduk Afrika, (2)
mempertahankan kemampuan operasional di dekat Selat penting Hormuz dan Bab
el Mandeb, dan di sepanjang garis laut antara Teluk Persia dan Laut Mediterania,
yang sangat vital dalam hal impor energi dan perdagangan global, (3) untuk
memiliki kapasitas dalam memproyeksikan kekuatan yang lebih besar di wilayah
Samudera Hindia.72 Sehingga hal-hal itulah yang membuat Perancis bersikeras
untuk mempertahankan dirinya di kawasan Samudera Hindia.
Kemudian di bidang ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara Inggris
di Samudera Hindia, Inggris di kawasan Samudera Hindia belakangan ini
mengalami keterpurukan ekonomi, akibatnya Inggris harus mengejar diplomasi
komersial dengan cara mencari pasar baru di wilayah kawasan Samudera Hindia
yang tengah menjadi wilayah begitu signifikan. Di kawasan ini Inggris memiliki
pengiriman yang cukup komersial, total pengiriman Inggris pada 2010 sebesar
£12.6 miliar ($19,3 miliar) berasal dari perdagangan luar negeri.73 Selain itu
71 Ibid. 72 Ibid. 73 Fay Clarke, United Kingdom: National Involvement in the Indian Ocean Region, Australian
Naval Institute, diakses dalam http://futuredirections.org.au/wp-
content/uploads/2013/04/Headmark_147_pages_51-55_hires.pdf (09/02/2020, 20.36 WIB)
62
kawasan Samudera Hindia sangatlah vital bagi strategi maritim orang Inggris serta
Inggris juga merupakan pemangku utama dalam mempromosikan keamanan
maritim di kawasan tersebut.74 Mantan Armada Panglima Angkatan Laut Inggris
bernama Laksamana Sir Trevor Soar, mengonfirmasi bahwa kepentingan strategi
Inggris ke Samudera Hindia sebesar 25% dari unit Angkatan Laut dikerahkan
pada satu waktu, lalu kemudian lebih dari 50% tenaga kerja Angkatan Laut dan
aset akan berlokasi di Samudera Hindia.75
Inggris di Samudera Hindia memainkan peran utama dalam upaya untuk
memberantas pembajakan multilateral di zona bahaya regional khususnya di
sekitar Somalia dan Teluk Aden. Di kawasan ini, Inggris memiliki kontribusi
yang cukup signifikan terhadap anti terorisme dan anti pembajakan.76 Saat ini
Angkatan Laut Inggris telah menyediakan komandan dan markas untuk European
Union’s Operation Atalanta.77 Pada 2011, London telah resmi membawa tentara
dari kapal dagang Inggris untuk transit ke Teluk Aden, Selat Hormuz dan lainnya
di sepanjang jurusan jalur laut. Selain itu di tahun yang sama pemerintah Inggris
menetapkan strategi baru yakni diplomasi komersial. Di tahun 2012 kemudian
perusahaan Inggris menemukan sumber daya minyak di wilayah Kenya barat laut
yang mana ini dapat memberikan peluang bagi Inggris untuk meningkatkan
Foreign Direct Investment-nya (FDI) di Negara Pantai Afrika Timur.78 Hal ini
kemudian dijadikan Inggris sebagai strategi baru untuk bisa kembali memasarkan
dan mengejar peluang bagi pertumbuhan ekonomi Inggris di Samu dera Hindia.
74 Ibid. 75 Ibid. 76 Ibid. 77 Ibid. 78 Ibid.
63
Target dari pertumbuhan ekonomi Inggris di Samudera Hindia ini ditujukan
kepada negara-negara di sekitar kawasan yakni India, Indonesia, Malaysia, dan
Singapura. Ini dibuktikan dengan nilai ekspor Inggris ke Indonesia pada 2011
meningkat sebesar 44%, sehingga bagi Inggris India dan Indonesia dianggap
begitu penting untuk pertumbuhan perekonomiannya. Itulah alasan kenapa Inggris
bersikeras untuk kembali ke Samudera Hindia.
Selain beberapa negara di atas, ada Negara Jepang yang juga ikut terlibat
dalam mengambil peran di Samudera Hindia. Sejak tahun 1992 hingga 2006,
Jepang telah banyak melakukan normalisasi kebijakan politik atas militernya. Hal
ini dilakukan Jepang karena melihat kondisi saat ini bahwa keamanan militer
menjadi hal yang utama untuk menjaga negara. Beberapa perubahan kebijakan
politik militer Jepang ini dilakukan sebab menurut Abe kebijakan-kebijakan
Jepang terkait hal keamanan militer perlu untuk direvisi dan kemudian bentuk dari
revisi kebijakan itu adalah mulai bergerak ke arah kontribusi Jepang terhadap
keamanan global.79 Pada 2001 Jepang membeli semua tanker-pesawat dalam
penerbangan dan kapal induk helikopter untuk membatalkan larangan proyeksi
daya, lalu pada 2003 Jepang mengumumkan akan mengeksplorasi sistem
pertahanan rudal balistik dengan Washington, meniadakan larangan penelitian
militer bersama, dan di tahun 2014 Jepang juga mengumumkan akan memasok
komponen pencegat rudal ke AS dan Inggris serta mengakhiri larangan yang
diberlakukan atas ekspor senjata.80
79 Major General John Hartley, The Normalisation of Japanese Policy in the Indian Ocean Region,
Future Direction International, diakses dalam
http://www.futuredirections.org.au/publication/normalisation-japanese-policy-indian-ocean-
region/ (10/02/2020, 11.20 WIB) 80 Ibid.
64
Perkembangan Jepang dari tahun ke tahun akhirnya menghasilkan
beberapa hasil, salah satunya yaitu minat baru Jepang terhadap Samudera Hindia.
Samudera Hindia bagi Jepang dianggap penting sebab Jepang tengah bergantung
dengan ekspornya yang melintasi Samudera Hindia dan juga pasokan energinya
yang dikirim melalui samudera tersebut, sehingga Jepang di sini berupaya untuk
mengamankan Sea-Lines of Communication (SLOCs). Upaya Jepang dalam
mengamankan Samudera Hindia ini dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak
menimbulkan ancaman terhadap negara-negara lain yang berada di pesisir
Samudera Hindia. Upaya Jepang tersebut yaitu dengan mulai menawarkan
keamanan dan kemitraan ekonomi dengan mitra strategi yang potensial, hal ini
sama dengan apa yang dikatakan oleh analis “Partnership for Quality
Infrastructure”.81 Pertama kalinya Jepang menerapkan apa yang disampaikan oleh
analis tersebut dengan memulai mengeluarkan dana sebesar US $110 miliar di
Asia, kemudian diperluas hingga ke ranah global sebesar $200 miliar termasuk
Afrika dan Pasifik Selatan. Selain itu, sesuai dengan pengamatan Brewster terkait
dengan proyek infrastruktur Jpenag sejak 2016 yaitu82:
Nacala, Mozambik: port ($ 320 juta)
Mombasa, Kenya: pelabuhan dan infrastruktur terkait ($ 300 juta)
Toamsina, Madagaskar: port ($ 400 juta)
Mumbai, India: tautan lalu lintas pelabuhan ($ 2,2 miliar)
Matarbari, Bangladesh: pelabuhan dan pembangkit listrik ($ 3,7 miliar)
81 Ibid. 82 Ibid.
65
Yangon, Myanmar: terminal container ($ 200 juta)
Dawei, Myanmar: pelabuhan dan zona ekonomi khusus ($ 800 juta)
Beberapa investasi dan kerja sama yang dilakukan oleh Jepang terhadap negara-
negara lain ini akan bisa membantu Jepang untuk memenuhi kepentingannya di
Samudera Hindia dalam menjaga SLOCs nya. Selain itu tujuan Jepang dalam
memungkinkan preoyek-proyek tersebut adalah untuk memastikan bahwa mereka
akan mengarah pada pengembangan penjaga pantai di negara-negara tersebut.
Jepang juga sedang mengejar strategi dalam upaya mengamankan SLOC-
nya, memastikan stabilitas di kawasan secara keseluruhan untuk mendukung
kemampuan keamanan maritim dari negara di pesisir Samudera Hindia, misalnya
saja kebebasan navigasi yang dimulai dari tepi Samudera Hindia yaitu dari
Djibouti dan Sri Lanka.83 Selain itu Jepang juga mengirimkan tim penjaga pantai
ke Djibouti untuk berlatih penjagaan personil di wilayah tersebut. Pelatihan ini
digunakan untuk memelihara kapal patroli yang disediakan oleh Jepang untuk
menangani kapal-kapal yang mencurigakan. Disamping upaya mengamankan
SLOC di Samudera Hindia, Jepang juga memiliki kepentingan di sana yaitu
terkait dengan rute perdagangan minyak dari Timur Tengah, jalur Laut Merah ke
Eropa, Afrika Utara, dominasi keamanan AS yang menurun, masuknya Tiongkok
sebagai new emerging power, terorisme dan pembajakan, bantuan bencana dan
perlindungan warga di wilayah luar.84 Oleh karena itu kenapa kemudian Jepang
83 Ibid. 84 Yoichiro Sato, Japan’s Maritime Security Interests in The Indian Ocean: Region and Prospect
for Indian-Jaoan Cooperation, Indian Council for Research on International Economic Relations,
diakses dalam http://www.icrier.org/pdf/satojapan.pdf (10/02/2020, 12:01 WIB)
66
bersikeras untuk merevisi kebijakannya dalam hal keamanan dan ekonomi di
wilayah Samudera Hindia khususnya.
2.2 Isu-Isu Keamanan, Politik, dan Ekonomi di Kawasan Samudera
Hindia
Berdasarkan dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwasannya banyak
negara yang tertarik terhadap Samudera Hindia, hingga hal ini menimbulkan
berbagai macam isu di samudera tersebut. Isu-isu yang ada di Samudera Hindia
meliputi isu keamanan mulai dari pembajakan dan perampokan bersenjata di laut,
illegal fishing, terorisme, human trafficking, perdagangan senjata ringan,
perdagangan narkoba, ketidakstabilan internal kawasan, dan sengketa teritorial
maritim. Isu keamanan sendiri terbagi menjadi dua yakni keamanan tradisional
dan non tradisional. Keamanan tradisional terdiri dari persaingan pembangunan
pangkalan militer guna menyeimbangkan kekuatan masing-masing negara
sekaligus menjaga keamanan nasionalnya. Sedangkan keamanan non tradisional
sendiri ada illegal fishing, human trafficking, perdagangan narkoba, terorisme,
sengketa teritorial, pembajakan dan perampokan.
Belakangan ini isu keamanan tradisional tengah terjadi yakni persaingan
antar dua negara di kawasan Samudera Hindia seperti yang tengah dialami oleh
Tiongkok dan India. Kedua negara tersebut sama-sama tengah waspada terhadap
program ekspansi angkatan laut lainnya. Pihak India berupaya menjaga
keamanannya melalui pembangunan pangkalan militer di beberapa wilayah
sedangkan pihak Tiongkok berusaha mengelilingi India dengan cara memberikan
bantuan dana kepada pelabuhan di negara-negara tetangganya. Hal tersebut
67
dilakukan Tiongkok untuk melindungi kepentingan strategismya di kawasan
tersebut terutama dalam hal kepentingan perdagangannya yang semakin luas
dengan negara-negara Afrika yang kaya akan mineral dan minyak bumi. Selain itu
juga menjaga hubungannya dengan sumber utama minyak mentah di Teluk Persia,
Arab, dan Iran.85 Pada perselisihan ini Tiongkok kemudian tetap mewaspadai
pembangunan angkatan laut India khususnya perluasan jumlah kapal induknya,
dan hubungannya dengan Amerika Serikat yang lebih erat kaitannya dengan
teknologi dan energi nuklir serta penjualan senjata.86 Terlepas dari itu semuanya
sebenarnya kedua negara tersebut sama-sama berupaya untuk menjaga keamanan
ekonomi masing-masing yang ditopang oleh arus perdagangan bebas (khususnya
minyak bumi) melalui sarana Samudera Hindia. Tiongkok dan India sama-sama
memproyeksikan untuk melindungi kepentingan mereka khususnya keamanan
SLOC yang menghubungkan Teluk Persia dengan terminal minyak bumi mereka
yang paling penting.
85 Ibid. 86 Ibid.
68
Gambar 2.3
Major Security Concerns/Issues in the Indian Ocean Region
Sumber: Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, diakses melalui
https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-
_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf
Gambar diatas menjelaskan isu keamanan non tradisional yang marak
terjadi di Samudera Hindia. Samudera Hindia sering kali terjadi isu-isu keamanan
seperti human trafficking yang jalurnya ditunjukkan dengan panah warna kuning
yakni di wilayah Sudan, Saudi Arabia, Ethiopia, Yaman, dan Somalia.87
Kemudian perdagangan narkoba yang ditunjukkan melalui garis putus-putus
berwarna merah yakni di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, hingga
Timur Tengah. Perdagangan senjata di kawasan Samudera Hindia digambarkan
dengan garis putus-putus berwarna hijau mulai dari Laut Merah hingga Teluk
87 Amit A. Pandya, dkk, Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, STIMSON, diakses
melalui https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-
_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf (11/03/2020, 11.49 WIB)
69
Persia. Sekitar 56% dari seluruh negara di kawasan Samudera Hindia mengalami
permasalahan tersebut.
Penyelundupan atau human trafficking di Laut Merah tersebar luas
disebabkan oleh beberapa alasan:
1. Laut Merah merupakan saluran maritime terpendak dan paling banyak digunakan
antara sumber-sumber produksi opiate di Asia Tengah dan pasar-pasar utama
Eropa
2. Meskipun terdapat sejumlah besar kapal perang koalisi dalam operasi anti
pembajakan dan anti terorisme di Laut Arab lebih luas, pasukan keamanan
maritime regional dan kemampuan larangan dari Oman dan Yaman terbatas
3. Keberadaan beberapa negara yang rapuh dan tidak diamankan dengan
pemberontakan yang terus menerus serta kehadiran teroris berarti bahwa
pengiriman pasokan senjata dan amunisi yang cukup sering tidak dapat dihindari
Beberapa alasan tersebut yang menyebabkan human trafficking melintasi Laut
Merah sampai hari ini masih berlangsung, utamanya dialami oleh dhow dan kapal
kargo umum yang lebih kecil.88 Aliran perdagangan ini terjadi dari barat ke timur
dengan Sudan dan Arab Saudi yang menjadi dua negara pengirim dan penerima
utamanya. Beberapa contoh kapal-kapal yang kelebihan muatan membawa orang-
orang yang diperdagangkan terbalik di Laut Merah yang tidak bisa dihindari.
Senjata yang disalurkan melalui pelabuhan Yaman di laporkan memasok teroris
dan militant di Sudan, Somalia, wilayah Palestina, Eritrea, dan Arab Saudi.89
88 Ibid. 89 Ibid.
70
Selain isu tersebut, isu terorisme juga menjadi bagian dari isu internasional
yang berkembang di Samudera Hindia. Isu terorisme ini yang kemudian
memberikan ancaman terhadap negara-negara kawasan Samudera Hindia hingga
31%.90 Peperangan antar negara pun masih menjadi isu yang hangat di kawasan
tersebut seperti yang ditunjukkan pada peta warna merah yaitu di Somalia,
Yaman, Iran, dan Pakistan. Sebesar 53% negara Samudera Hindia mengalami
perselisihan wilayah teritorial laut dengan negara tetangga.91 Selain itu juga
maraknya isu pembajakan laut di Samudera Hindia begitu menyebar luas hampir
di seluruh laut samudera tersebut. Kurang lebih sebesar 33% negara yang
terancam akan adanya isu pembajakan dan perampokan di laut bahkan di wilayah
teritorial negara mereka sendiri.92
Tabel 2.1
Security Concern/Issue Summary for The Indian Ocean Region 2009/2010
Country War/Armed Conflict
Terrorism Maritime Trafficking
(Drugs, Weapons/Peo
ple)
Piracy and Armed
Robbery at Sea
Political Risk or
Internal Instability
Marritime Territorial Disputes
Australia X
Bahrain
Bangladesh X X X X
Comoros X
Djibouti X
East Timor X X
Egypt X X X
Eritrea X
India X X X X
90 Ibid. 91 Ibid. 92 Ibid.
71
Indonesia X X X
Iran X X X X
Iraq X X X X
Israel X X X
Jordan
Kenya X X X
Kuwait X
Madagascar
X X
Malaysia X X
Maldives
Mauritius X X
Mozambique
X X
Myanmar X X X
Oman X X
Pakistan X X X X X
Qatar
Saudi Arabia
X X X X
Seychelles X X
Singapore X X
Somalia X X X X X
South Africa
Sri Lanka X X
Sudan X X X
Tanzania X X
Thailand X X X
UAE X X
Sumber : Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, diakses melalui
https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-
_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf
72
Beberapa kasus terkait dengan kriminalitas dan serangan terorisme yakni
serangan oleh sel-sel maritim AQ pada USS Cole di Aden tahun 2000, dan di
Very Large Crude Carrier (VLCC) Limburg di lepas pantai Yaman serta serangan
Al Qaeda di Irak (AQI) terhadap terminal minyak Irak pada bulan April 2004.93
Selain itu terdapat juga konflik antara pasukan pemerintah Yaman dan gerilyawan
Syiah Houthi di Pegunungan Barat Laut wilayah tersebut yang berbatasan dengan
Arab Saudi. Selain negara-negara di Timur Tengah, isu terorisme juga menyebar
luas hingga ke Asia, misalnya saja seperti di India. Ancaman terorisme melalui
laut pada 26 November 2008 ketika beberapa orang Pakistan melakukan serangan
komando di Mumbai tengah mengakibatkan 170 orang tewas ditempat.94 Isu yang
marak terjadi di Samudera Hindia bukan hanya soal terorisme melainkan juga
perompakan dan perampokan bersenjata di laut. Kasus perompakan dan
perampokan bersenjata di laut sering kali terjadi di kawasan Samudera Hindia
barat khususnya di Teluk Aden dan lepas Tanduk Afrika.95 Hal ini dibuktikan
dengan data dari International Maritime Berau (IMB) dari tahun 2003 hingga
2009. Laporan dari IMB menunjukkan bahwa insiden perampokan dan
perompakan bersenjata di Samudera Hindia telah terjadi di wilayah laut dan
perairan teritorial yang tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Armed Robbery at Sea and Piracy in Territorial Water 2003-2009
Armed Roberry at Sea Piracy in Sea Area
Bangladesh Myanmar (Burma) Andaman Sea
Egypt Oman Arabian Sea
93 Ibid. 94 Ibid. 95 Ibid.
73
Eritrea Saudi Arabia Bay of Bengal
India Seychelles Gulf of Aden
Indonesia Somalia Malacca Straits
Iran South Africa Persian Gulf
Iraq Sri Lanka Red Sea
Kenya Tanzania Singapore Straits
Madagascar Thailand
Malaysia United Arab Emirates
Mozambique Yemen
Sumber: IMB Piracy & Armed Robbery Againts Ships Annual Report 2008 &
2009 in Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean
Pada kasus perompakan dan perampokan bersenjata di wilayah Samudera Hindia
yang tercantum dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa kejahatan dan
kekerasan yang sering terjadi adalah terhadap kapal dan awak kapal termasuk
penyitaan dan penculikan awak kapal.96 Selain data terkait dengan negara-negara
yang mengalami perompakan dan perampokan terdapat beberapa insiden yang
dilaporkan beserta dengan jumlah perampokan bersenjatanya. Ini dipaparkan pada
table di bawah ini.
Tabel 2.3
Ports in the Indian Ocean Region with Three or More Reported Incident
During 2009
Country Port Armed Robbery
Bangladesh Chittagong 17
96 Ibid.
74
Tanzania Dar es Salaam 5
Malaysia Sandakan 4
India Kakinada 3
Kochin 3
Indonesia Balongan 3
Belawan 3
Sumber: IMB 2009 Annual Piracy Report in Maritime Commerce and Security:
The Indian Ocean
Dari keseluruhan pembajakan dan perampokan bersenjata yang dilaporkan ke
IMB dari tahun 2003 hingga 2008, sekitar 66,34% diantaranya terjadi di
Samudera Hindia.97 Lebih dari 82% dari insiden yang dilaporkan antara tahun
2003 sampai 2008 terjadi di perairan dan laut dengan urutan besarnya yakni,
Indonesia, Bangladesh, Teluk Aden, Somalia, Selat Malaka, dan India. Lalu pada
2009 perompakan dan peramokan bersenjata di laut kembali berpusat di bagian
barat laut dan utara tengah Samudera Hindia, hingga pada akhir 2009 IMB
mencatat 406 insiden 154 di seluruh dunia mengalami peningkatan 28% pada
perairan internasional.98
Total dari jumlah 406 insiden tersebut, sebagian yakni 295 insiden 155
tercatat terjadi di wilayah Samudera Hindia yang mencapai 73% dari semua
insiden yang dilaporkan di seluruh dunia yaitu hampir mencapai tiga perempat.99
97 Ibid. 98 Ibid. 99 Ibid.
75
Sebelumnya di tahun 2006 wilayah yang menjadi fokus perhatian dan
memprihatinkan adalah Selat Malaka, Selat Singapura, dan perairan Indonesia dan
Malaysia. Namun belakangan ini Teluk Aden dan lepas Tanduk Afrika menjadi
tujuan utama para perompak. Bahkan kasus ini mengalami peningkatan sejak
tahun 2006-2009, seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 2.4
Piracy Incidents Reported in the Red Sea, the Gulf of Aden and Horn of Africa
Sumber: IMB Piracy & Armed Robbery against Ships Annual Report 2009 in
Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean
Di kawasan tersebut pembajakan mengalami peningkatan yang cukup drastis, hal
itu disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Pengapalan pedagang di utara / selatan Cekungan Somalia mulai memperhatikan
peringatan pembajakan dari IMB, dan mulai menavigasi lebih dari 200 mil laut
dari pantai, sehingga membuatnya kurang menarik sebagai target
76
2. Pengawalan kapal-kapal World Food Programme (WFP) yang menuju ke Somalia
dan Kenya memiliki efek jera yang diinginkan untuk menghentikan serangan
terhadap kapal-kapal ini di Cekungan Somalia, dan memberikan ukuran tambahan
perlindungan yang dirasakan untuk pengiriman yang tidak diseleksi lainnya di
daerah ini
3. Ini mendorong para perompak untuk memusatkan upaya mereka pada target yang
lebih mudah di Teluk Aden
4. Situasi keamanan yang memburuk di Pntai di Puntlad memungkinkan para
perompak kebebasan operasi yang jauh lebih besar di Teluk Aden, dan hal ini
memberikan kesempatan bagi pemimpin geng bajak laut untuk menawarkan gaji
dan hadiah yang lebih besar kepada mereka yang berpartisipasi
5. Kepadatan geografis pengiriman yang tersedia di Teluk Aden dalam hal
pengiriman memberikan peluang besar untuk para pembajak melakukan
pembajakan di sana.
Berdasarkan dari beberapa faktor di atas itulah kenapa pembajakan laut dan
perampokan di wilayah Teluk Aden semakin meningkat drastis. Faktor-faktor
tersebut akan memberikan keuntungan finansial yang cukup besar bagi para
perompak yakni dengan cara melakukan penculikan dan tebusan. Bajak laut yang
melakukan pembajakan di daerah Somalia kebanyakan bermarkas di Puntland,
dengan Eyl muncul sebagai basis operasi bajak laut utama sejak 2007.100 Selain
itu, Kota Garad sekarang juga menjadi titik awal serangan dan area penahanan
untuk kapal-kapal yang ditangkap dan kru yang diculik. Ras Aser dan Haifun juga
100 Ibid.
77
sampai sekarang masih digunakan sebagai pangkalannya. Peneliti pembajakan
independen telah mengidentifikasikan sekitar 50 kelompok yang secara rutin
beroperasi dari pangkalan di Puntland.101
Beberapa isu keamanan maritim yang banyak terjadi di kawasan Samudera
Hindia ini kemudian menimbulkan lebih banyak perhatian sehingga memunculkan
berbagai macam kerja sama yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Para angkatan laut telah meningkatkan koordinasi diantara mereka untuk
menjaga wialyah laut. Selain itu Vessel Classification Societies (VLC) dan
perusahaan asuransi semakin banyak menyebarkan informasi tentang kerentanan
atau resiko kapal, namun inipun masih memiliki keterbatasan dalam mengatasi
masalah tersebut. Mengatasi isu-isu yang begitu banyak di Samudera Hindia tidak
memungkinkan apabila suatu negara menyelesaikannya secara sendirian, mereka
memerlukan kerja sama untuk bisa mengatasi hal tersebut sebab permasalahan itu
telah menyebar luas di berbagai wilayah. Kerja sama yang diperlukan ini bukan
hanya dalam bidang keamanan melainkan juga dalam perkembangan ekonomi
yang terjadi di Samudera Hindia
IORA sampai pada saat ini tengah memainkan peranannya sebagai
organisasi kawasan yang cukup baik. IORA mampu mencapai kesuksesannya
untuk bergolak di kawasan Samudera Hindia. Kesuksesan atau peran IORA di
kawasan tersebut terlihat dari keberhasilan IORA dalam hal mekanisme khusus
yang dibuat untuk kepentingan negara anggotanya. IORA telah memberikan
bantuan pendanaan untuk proyek dan program yang diadopsi oleh organisasi
tersebut dan dana khusus tersebut didirikan sejak 2006 di Dewan Menteri ke-6 di
101 Ibid.
78
Teheran. Kemudian ada program pembangunan berkelanjutan IORA, pada 2014
IORA Sustainable Development Programme (ISDP) yang sengaja dikembangkan
dengan fokus khusus pada negara-negara yang kurang berkembang dengan tujuan
untuk mendorong partisipasi aktif mereka guna mengoptimalkan manfaat yang
timbul dari kerja sama IORA. Selain itu IORA juga sukses dalam membentuk
agensi khusus untuk menyelenggarakan berbagai lokakarya atau kegiatan, serta
meningkatkan kapasitas dan berbagi pengetahuan antar satu negara dengan negara
lain di sekitar kawasan Samudera Hindia. Bukan hanya itu kesuksesan IORA juga
terlihat dari keberhasilannya menjadi Chair of Indian Studies (CIOS), tugas dari
CIOS ini adalah berperan untuk menghubungkan kegiatan penelitian dan studi di
bidang-bidang prioritas IORA dengan lembaga akademis lainnya dari negara-
negara anggota IORA, serta IORA juga telah mengadakan lokakarya yang
bekerjasama dengan UNECA, kerja sama dengan UNECA ini lebih kepada
proyek publikasi jurnal dan buku pegangan tentang “Blue Economy”.102 Beberapa
keberhasilan ini sebenarnya bukan hanya dilihat dari kacamata IORA, melainkan
juga harus dilihat dari peran IORA di kawasan Samudera Hindia yakni dengan
cara meningkatkan integrasi kawasan atau integrasi negara-negara di kawasan
Samudera Hindia.
2.3 Signifikansi Samudera Hindia bagi Tiongkok
Beberapa dekade terakhir di abad ke 21 ini Tiongkok telah mampu naik ke
panggung ekonomi global, kebangkitan Tiongkok bukan hanya di bidang ekonomi
namun juga dalam hal geopolitik. Tiongkok saat ini menjadi negara dengan
perekonomian terbesar kedua di dunia, akibat dari hal ini membuat Tiongkok
102 Ibid.
79
mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian dunia.
Kekuatan ekonomi yang dimiliki Tiongkok ini kemudian memiliki peran yang
cukup besar dalam perekonomian global dimana integrasi ekonomi Tiongkok
mampu membawa seperlima populasi global ke dalam sistem perdagangan
dunia.103 Alhasil dari dampak ini adalah adanya peningkatan potensi pasar global
untuk menawarkan peluang dalam meningkatkan produksi, perdagangan, dan
konsumsi dunia dengan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan negara yang
terlibat. Selain itu kebangkitan perekonomian Tiongkok juga menghasilkan
beberapa eksternalitas global yang signifikan berkaitan dengan: 1) meningkatknya
persaingan dari produksi berbiaya rendah Tiongkok dan meningkatnya pangsa
produk buatan Tiongkok, 2) peran Tiongkok dalam ketidakseimbangan ekonomi
global, 3) kenaikan harga komoditas, termasuk harga energi dan mineral, sebagian
besar disebabkan oleh meningkatnya permintaan Tiongkok akan hal tersebut guna
tetap mengembangkan manufakturnya, 4) meningkatnya emisi rumah kaca yang
dihasilkan dari industrialisasi Tiongkok.104
Peningkatan perekonomian Tiongkok ini dibuktikan dengan kemampuan
Tiongkok bersama dengan lima negara lainnya dalam BRICS (Brazil, Rusia,
India, China, South Africa) yang menyumbang 42% dari populasi dunia dan 18%
dari produk domestik bruto (PDB). Secara nasional juga perekonomian Tiongkok
memiliki PDB ekonomi yang besar berdasarkan dari daya belinya. Sehingga hal
ini kemudian mampu berpengaruh terhadap pasar internasional untuk barang-
barang manufaktur yang padat karya, bahan baku dan komoditas dan valuta asing.
103 Jane Golley and Ligang Song,2011, Rising China: Global Challenges and Opportunities,
Canberra: ANU E Press, hal. 1 104 Ibid.
80
Peningkatan perekonomian Tiongkok juga berdampak pada perannya dalam
memberikan bantuan maupun investasi terhadap negara-negara lain khususnya
negara berkembang. Meskipun disisi lain perekonomian Tiongkok dalam
beberapa dekade belakangan ini mengalami perkembangan yang cukup melambat,
hal ini tidak menutup kemungkinan baginya untuk tetap memainkan peranannya
secara global.
Gambar 2.5
Kegiatan Ekspor-Impor Tiongkok 1979-2017
Sumber: China’s Economic Rise: History, Trends, Challenges, Implications for
the United State from IMF, and Chinese National Bureau of Statistic
Perekonomian Tiongkok ini sebagian besar ditopang oleh transaksi
ekspor-impornya di kawasan Samudera Hindia, sehingga ini menjadi alasan
kenapa sampai saat ini Samudera Hindia masih menjadi wilayah yang vital bagi
Tiongkok. Tiongkok memandang Samudera Hindia sebagai wilayah yang vital
81
akan jalur komunikasinya serta kekayaan sumber daya yang dimiliki. Hingga
akhirnya membuat Tiongkok membangun berbagai infrastruktur di wilayah
tersebut. Tiongkok di Samudera Hindia memiliki banyak investasi, mulai dari
pembangunan Belt Road Initiative (BRI), pangkalan militer, investasi di berbagai
negara pesisir Samudera Hindia hingga infrastruktur fasilitas pelabuhan.
Sekitar tahun 2000-an, konsumsi energi Tiongkok meningkat lebih dari
dua kali lipat karena pertumbuhan ekonominya menjadi overdrive. Tiongkok telah
menyumbang sebesar 63% dari permintaan energi baru dunia, 19% dari tenaga
hidroelektriknya, dan 10% dari minyaknya.105 Menurut International Energy
Agency (IEA) pada 2009, konsumsi energi Tiongkok melampaui konsumsi
Amerika Serikat. Dalam hal ini Tiongkok menjadi konsumen energi terbesar
dunia. Akibat dari hasrat Tiongkok dalam memenuhi kebutuhannya akan energi
membuat para penguasa dan elit intelektualnya mulai khawatir terhadap keamanan
energi negara tersebut, sehingga perlu bagi Tiongkok dalam meningkatkan
kemampuan guna menjaga pasokan yang mereka butuhkan.106 Memang
ketergantungan Tiongkok akan impor terhadap energi tidak dapat lagi
dihindarkan, karena ini menjadi salah satu bahan baku bagi manufaktur Tiongkok
demi untuk mengembangkan perekonomiannya. Pada tahun 2000, Tiongkok
mengonsumsi 4.8 juta barel per hari (bph), kemudian pada 2009 angka itu
melonjak menjadi 8.6 juta bph konsumen minyak terbesar di dunia.107
Berdasarkan hal ini IEA memproyeksikan bahwa bahwa pada tahun 2035
permintaan Tiongkok akan melebihi 15 juta bph lalu menjadi. Di tahun 2009 juga
105 Andrew B Kennedy, 2011, China’s Petroleum Predicament: Challenges and opportunities in
Beijing’s Search for Energy Security, Canberra: ANU E Press, hal. 121 106 Ibid. 107 Ibid.
82
Tiongkok melakukan impor minyak sebesar 53%, ini menjadi salah satu bukti
akan ketergantungan Tiongkok terhadap minyak dari negara-negara luar.108
Tiongkok untuk menghadapi ketergantungannya terhadap minyak,
pemerintahnya kemudian berusaha untuk meningkatkan keamanan energinya
salah satunya dengan menjalin kesepakatan bilateral dengan negara penghasil
energi. Selain itu Tiongkok juga berupaya untuk melakukan ekspansi
internasional terhadap National Oil Companies (NCOs) sendiri¸mendiversifikasi
pasokannya, memperkuat angkatan lautnya, dan untuk mengembangkan cadangan
minyak strategisnya sendiri.109 Ekspansi perusahaan Tiongkok dilakukan melalui
berbagai investasi di luar negeri guna untuk mendapatkan akses yang lebih besar
ke sumber daya di luar negeri. Adapun kebijakan pemerintah Tiongkok dalam
menjaga keamanan energinya yaitu dengan cara menjalin kesepakatan, sampai
saat ini terdapat 43 kesepakatan akuisisi minyak dan gas asing yang terpisah
antara tahun 2002 dan 2010, kesepakatan ini bernilai sekitar US $ 65 miliar.110
Hasil dari kesepakatan ini, NOC kini beroperasi di 31 negara berbeda di seluruh
duina. Mereka memiliki produksi ekuiditas di 20 negara tersebut, meskipun
sebagian besar terfokus di Kazhakhstan, Venezuela, Sudan, dan Angola.111
Selain melalui kesepakatan, Tiongkok juga menjalin hubungan baik
dengan beberapa negara dunia seperti dengan Pakistan. Tiongkok dengan Pakistan
bekerja sama dalam melakukan pembangunan pelabuhan-pelabuhan Pakistan di
Laut Arab. Hal ini yang kemudian mendorong spekulasi Tiongkok bahwa ia ingin
108 Ibid. 109 Ibid. 110 Ibid. 111 Ibid.
83
menjalin hubungan yang semakin erat dengan Teluk Persia.112 Hubungan ini
dibangun untuk memenuhi kepentingan Tiongkok dalam menjaga jalur pasokan
energinya. Bukan hanya itu, upaya Tiongkok juga dilakukan melalui penguatan
angkatan laut Tiongkok di beberapa tempat yang menjadi jalur pasokan
minyaknya. Tiongkok dalam hal ini telah melakukan pembangunan armada
pangkalan laut di beberapa tempat seperti Kyauukpyu, Chittagong, Kolombo,
Hambantota, Teluk Aden, Djibouti, dan Gwadar.
Pembangunan pangkalan laut ini dimaksudkan untuk melindungi jalur
impor energinya yang berasal dari Timur Tengah melalui Samudera Hindia.
Selain itu Tiongkok juga berupaya membuat projek Belt Road Initiative (BRI)
merupakan strategi besar Tiongkok, yaitu 21st Century Maritime Silk Road dan
Silk Road Ecoomic Belt.113 Masing-masing dari inisiatif ini diumumkan pada 2013
oleh Xin Jinping, inisiatif BRI sering kali disebut dengan One Belt One Road
(OBOR). Inisiatif dari BRI ini insentif dengan trajektori dalam kurun waktu
beberapa dekade yang dipandang sebagai alat bagi Tiongkok untuk memperbaiki
hubungan kerja sama komersial dengan dunia.114 Adapun tujuan dari BRI ini yaitu
koordinasi kebijakan, konektivitas fasilitas, perdagangan tanpa rintangan,
integrasi finansial, dan people to people.115 Program BRI ini akan membangun
infrastruktur melintasi Asia, Afrika, Eropa dan Timur Tengah serta membentuk
pasar baru bagi produk, Tiongkok dan asing.116
112 Ibid. 113 Danika Ramadhani A.F, Belt Road Initiatives (BRI): Intensi Tiongkok Sebagai Supremasi di
Samudera Hindia dan Respon Counterbalance dari India, Jurnal Hubungan Internasional,
UNAIR, Vol, 11, No, 2 (2018), Surabaya: GARUDA, hal. 245 114 Ibid. 115Ibid. 116 Ibid.
84
BRI juga merupakan program bagi Tiongkok untuk meningkatkan
ekspansi komersilnya di berbagai negara. Bagi Tiongkok BRI dibentuk guna
meningkatkan integrasi ekonomi khususnya antara Tiongkok dengan negara-
negara pada rute BRI. BRI ini memiliki dua perbedaan bagi hubungan Tiongkok
dengan mitranya, pertama the Belt menjadi rute darat yang melewati Asia Tengah
dan Eropa yang mana itu akan mengaitkan dua kekuatan ekonomi adidaya di
dunia.117 Koridor ini nantinya akan berpeluang bagi Asia Tengah dan Eropa
Timur khususnya dalam suplier energi dan pertambangan. Sedangkan the Road
atau Maritime Road menjadi arena yang penu (A.F, 2018)h dengan konsumen dan
peluang industri, sebenarnya ini sama dengan jalur the Belt dimana jalur yang
akan dikaitkan yaitu antara Tiongkok dan Eropa. Namun, jalur yang dilewatinya
adalah Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Timur.118 Jalur-
jalur tersebut menjadi jalur yang berpeluang besar dalam membangun
perekonomian Tiongkok, sebab 63% dari populasi dunia dan menyumbang 44%
GDP dunia. Selain itu, melalui BRI cukup banyak hal yang bisa diperoleh
Tiongkok misalnya pembelajaran terkait dengan kompetensi perusahaan pada
skala global, mengadopsi praktik internasional terbaik, mendapatkan teknologi
terkemuka, dan menjadi pemain terbaik pasar asing.119 Inisiatif dari pembangunan
BRI ini akan mempermudah perusahaan Tiongkok dalam menjalin perdagangan
yang melintasi Asia, Afrika, Eropa dam Timur Tengah. Selain itu pembangunan
BRI ini adalah strategi bagi Tiongkok dalam melakukan ekpsansi atas pengaruh
komersil dan politiknya, serta berupaya untuk bisa menjadi negara yang cukup
memiliki pengaruh dalam skala global.
117 Ibid. 118 Ibid. 119 Ibid.
85
BRI menjadi strategi utama dalam mengglobalnya Tiongkok dikarenakan
spesifikasi pembangunan jalur BRI baik darat maupun laut membentang mulai
dari Eropa, Asia, Afrika hingga Timur Tengah. Strategi pembangunan ini yang
kemudian menjadi senjata bagi Tiongkok untuk memperluas pasar dan memenuhi
kepentingan negaranya dalam mengamankan jalur komunikasi perdagangannya
baik ekspor maupun impor. Tiongkok dalam hal ini bersikeras untuk
mengamankan jalur perekonomiannya terutama dalam hal pasokan energinya
yang melalui Samudera Hindia. Tiongkok begitu menjaga pasokan energinya
dikarenakan sumber utama dari industri manufaktur Tiongkok sebesar 60%
memerlukan bahan energi yang cukup padat.120 Selain itu Tiongkok melalui BRI
berupaya untuk melakukan perimbangan kekuatan ekonomi dan kerja sama
multilateral pembangunan infrastruktur.121 Selain projek BRI, Tiongkok juga
menetapkan kebijakan pembangunan pangkalan militer di kawasan Samudera
Hindia khususnya di Afrika Timur. Pembangunan pangkalan militer Tiongkok
terletak di Djibouti, pangkalan militer ini menjadi pangkalan pertama Tiongkok
yang berada di luar negeri.122 Tiongkok secara sengaja dalam melakukan
pembangunan pangkalan militer ini guna untuk memenuhi kepentingan
nasionalnya dalam bidang keamanan dan ekonomi. Djibouti dipilih oleh Tiongkok
dengan alasan lokasinya yang terbilang strategis. Wilayah Djibouti memiliki jalur
terbaik dalam melakukan akses mulai dari el Mandeb, Tears yaitu selat antara
120 Syahroni Alby, Op. Cit., hal. 1 121 Yandry Kurniawan, One Belt One Road (OBOR): Agenda Keamanan Liberal Tiongkok?, Jurnal
Politica, Vol, 7, No, 2 (2016), Jakarta: Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI, hal. 235 122 Kiki Wijayanti Pri Utami, Kepentingan Cina dalam Membangun Millitary Support Hub di
Djibouti, Jurnal Paradigma, Vol, 21 No, 1 (2017), Yogyakarta: UPN Veteran.
86
Enitrea dan Yaman, Laut Merah, dan Terusan Suez.123 Sehingga dari sini Djibouti
memiliki jalur laut strategis sekaligus tersibuk di dunia.
Gambar 2.6
Lokasi Strategis bagi Pembangunan Pangkalan Militer Tiongkok
Sumber: Defense Secretary Mattis Arrives at Only U.S Base in Africa, diakses
melalui https://smallwarsjournal.com/blog/defense-secretary-mattis-arrives-at-
only-us-base-in-africa, (9 Maret 2020, 10.46 WIB)
Selain itu Djibouti dari segi ekonominya sendiri didasarkan dari aktivitas
pelayanan yang diasosiasikan dengan kondisi negara yang terletak pada posisi
strategis.124 Hal tersbut menjadi dasar dari perekonomian Djibouti karena lokasi
Djibouti yang terletak pada jalur perdagangan bebas menjadikan pusat dari
pelabuhan atau transit kapal-kapal besar di Djibouti baik itu pelabuhan untuk
123 Djibouti Country Handbook, Loc., Cit. 124 Ibid., hal. 48
87
kapal regional maupun internasional. Selain aktivitas ekonomi yang didasarkan
pada pelabuhan dari jalur perdagangan bebas itu, Djibouti juga mendapatkan
income dari fasilitas pelabuhan, industri, dan basis militer.125 Beberapa aktivitas
yang dilakukan ini menjadi senjata utama bagi Djibouti untuk bisa meningkatkan
perekonomian negaranya. Sehingga hal ini menjadi alasan bagi negara – negara
lain untuk melakukan kerjasama dengan Djibouti baik dari sisi perekonomian
dalam hal perdagangan bebas maupun dari segi keamanannya, karena dari baiknya
hubungan yang dijalin oleh Djibouti dengan beberapa negara lain membuatnya
menjadi wilayah yang memiliki kondisi keamanan cukup stabil. Djibouti menjadi
negara yang memiliki intensitas ancaman terhadap perang juga lebih kecil atau
bisa dikatakan menjadi wilayah yang cukup stabil secara politis. Oleh sebab itu,
tidak sedikit negara yang menginginkan pembangunan pangkalan militer disana
seperti Perancis, Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok.
Tiongkok melalui pembangunan pangkalan militer di Djibouti bertujuan
untuk berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan pembajakan di sekitar Teluk
Aden. Isu pembajakan di kawasan Samudera Hindia cukup sering dan perlu untuk
segera diatasi, maka dari itu Tiongkok berupaya untuk mengatasi hal tersebut juga
memenuhi kepentingannya seperti mendapatkan kemudahan dalam pengamanan
jalur perdagangan dan pasokan energi, pengisian bahan bakar terhadap kapal-
kapal angkatan laut Tiongkok. Selain itu juga kemudahan akses menuju Teluk
Aden dan Teluk Arabia yang mana rute ini menjadi rute ekonomi signifikan. Rute
ekonomi ini dianggap signifikan karena 20% dari ekspor global dan 10% dari total
ekspor minyak transit per tahun, tidak hanya itu rute tersebut juga melalui el
125 Index of Economic Freedom, diakses dalam https://www.heritage.org/index/country/djibouti
(13/11/2018, 22.39 WIB)
88
Mandeb yakni rute utama yang menghubungkan Laut Mediterania, Terusan Suez,
dan Laut Merah ke Samudera Hindia dan pasar Asia.126
Sehingga dari apa yang diupayakan oleh Tiongkok ini menjadi strategi
yang dilakukan guna memenuhi kepentingan nasionalnya yakni menjaga
keamanan SLOCs di kawasan Samudera Hindia untuk pengembangan
manufakturnya. Selain itu juga Tiongkok menginginkan perkembangan
perekonomiannya terhadap pasar-pasar di negara-negara pesisir Samudera Hindia
terus berkembang yang mana hal ini akan dapat berdampak pada peningkatan
GDP Tiongkok itu sendiri. Proyeksi Tiongkok terhadap Samudera Hindia adalah
ingin menjadi negara yang memiliki power serta sebagai negara adi daya
mengimbangi Amerika Serikat. Tiongkok juga ingin menjadi pemain utama dalam
tata kelola global di dunia.
2.4 Signifikansi Samudera Hindia bagi India
Beberapa tahun belakangan ini perekonomian India mengalami
peningkatan dalam perkembangan ekonominya. Menurut The World Economic
Outlook (WEO) menyatakan bahwa perekonomian India per Januari 2020 ini
mengalami peningkatan 5.8%, GDP India sebesar 190.1 lakh crore (US $2.7
triliun) di tahun 2018-2019.127 Pada tahun 2019 WEO menyampaikan bahwa pada
Oktober 2019 ekonomi India menjadi lima terbesar di dunia.
126 Kiki, Op. Cit., hal.4. 127 Government of India, Ministry of Finance, Economic Survey 2019-20, Vol.2 diakses melalui
http://www.indiabudget.gov.in/economicsurvey/doc/echapter_vol2.pdf, (22/04/2020, 21.31 WIB)
89
Gambar 2.7
Top 10 Ekonomi di Dunia dari PDB saat ini US $ Triliun
Sumber: Economic Survey 2019-2020, World Economic Outlook, October 2019
database
Selain itu WEO juga menyatakan bahwa perekonomian India nantinya akan
mengalami peningkatan dengan cukup signifikan pada 2024-2025, Union Budget
2019-2020 telah mengartikulasikan bahwa Perdana Menteri Hon’ble untuk
membuat perekonomian India meningkat hingga US $ 5 triliun. Meskipun ini
nantinya akan memiliki tantangan untuk PDB India, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bahwa perekonomian India bisa menyeimbangkan perekonomian
India di kancah global. Perkembangan perekonomian India ini mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 7.5%.128
128 Ibid.
90
Gambar 2.8
Peningkatan Eknomi India (PDB pada saat ini US $)
Sumber: National Statistical Office, Reserve Bank of India (RBI) and IMF
Berdasarkan dari perekembangan perekonomian India yang mampu
menstabilkan pertumbuhan ekonominya disaat krisis melanda perekonomian
dunia, hal ini berdampak pada kemampuan India dalam meningkatkan
keamanannya. Di abad ke 21 ini, keamanan menjadi hal yang penting bagi India
terutama keamanan bagi jalur perdagangannya. Maka dari itu, India kemudian
mulai membangun pangkalan militernya di beberapa wilayah di kawasan
Samudera Hindia yang mana menjadi jalur perekonomiannya. Beberapa angkatan
laut India di kawasan Samudera Hindia yaitu di Chabahar, Mumbai,
Visakhapatnam, Karwar, Kochi, Port Blair, Maladewa, Madagaskar, Mauritius,
dan Seychelles.129 Pembangunan angkatan laut dibeberapa daerah seperti
Maladewa, Madagaskar, Mauritius, dan Seychelles menjadi wilayah yang cukup
129 Dr. David Brewster, 2019, India dan Tiongkok Saling Berhadapan: Persaingan untuk
Memperoleh Dominasi Angkatan Laut di Kawasan Samudera Hindia, Indo-Pacific Defense
FORUM, diakses dalam https://ipdefenseforum.com/id/india-da-tiongkok-saling-berhadapan/
(22/04/2020, 22.00 WIB)
91
strategis sehingga digunakan oleh Tiongkok dan India sebagai tempat persaingan
dalam membangun pangkalan militer.
Pembangunan militer India di beberapa daerah kawasan samudera
dimaksudkan untuk memberikan pengaruh atau melakukan hegemoni terhadap
kawasan tersebut. Kebijakan keamanan dan militer yang diterapkan India ini
bertujuan untuk memainkan peranannya sebagai hegemon atas Asia Selatan,
melakukan kontrol atas Samudera Hindia, dan menjadi kekuatan militer pertama
dunia.130 Hal ini dilakukan oleh India dengan tujuan menangkal ancaman yang
diberikan oleh Tiongkok terhadap kedekatannya dengan negara-negara di
kawasan Asia Selatan dan juga terhadap projek baru Tiongkok yaitu BRI.
Sehingga dalam hal ini, India bersikeras untuk menandingi pembangunan
angkatan laut Tiongkok yang sudah tersebar luas di kawasan Samudera Hindia
khususnya di halaman belakang India.
Selain projek pembangunan angkatan laut, India juga memiliki organisasi
yang bertujuan untuk memperkuat peran India di Samudera Hindia yaitu IORA.
Di dalam IORA, India memiliki peran yang cukup besar yakni memperluas kerja
sama antar anggota dalam hal keamanan maritime, perdagangan dan fasilitasi
investasi, manajemen perikanan, manajemen penanggulangan bencana, akademik,
pengetahuan dan teknologi, turis dan pertukaran budaya.131 Upaya India melalui
IORA ini dikarenakan India ingin memperkuar hubungan antara India dengan
kawasan Samudera Hindia dan ingin kembali mengidupkan image serta
memperkuat posisi India di dalam IORA.
130 David Brewster, India and China at Sea: A Contest of Status and Legitimacy in the Indian
Ocean, Asia Policy, No. 22 (2016), Australia: National Bureau of Asian Research, hal. 8 131 Ibid.
92
Dari beberapa hal yang dimiliki India saat ini baik secara ekonomi maupun
militer mendorong India untuk bisa menjadi negara new emerging power di
kawasan Samudera Hindia. India di Samudera Hindia menginginkan bahwa jalur
perekonomiannya aman dari ancaman negara lain. Selain itu juga India
menginginkan untuk menjadi negara yang memiliki pengaruh bagi negara lain.
Bukan hanya itu, kedepannya nanti India menginginkan perekonomiannya yang di
support oleh perdagangan yang ia lakukan di kawasan Samudera Hindia dapat
mengembangkan perekonomiannya menjadi lebih baik lagi. Sehingga dari hal
tersebut India akan mampu memainkan peranannya dalam menjaga keamanan tata
kelola global dan menjadi negara yang kuat dari segi ekonominya.