bab ii kajian teorieprints.umm.ac.id/39934/3/jiptummpp-gdl-rizkywinda-49968... · 2018. 11. 13. ·...

23
12 BAB II KAJIAN TEORI Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung pembahasan penelitian. Teori-teori yang dibahas adalah pembelajaran matematika, model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving), pendekatan Open Ended, model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan pendekatan Open Ended, kemampuan penalaran, dan kemampuan pemecahan masalah. Pembahasan mengenai teori-teori tersebut sebagai berikut. 2.1 Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengelola lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar (Irham & Wiyani, 2013). Abidin mengatakan bahwa pembelajaran dapat dilihat dari 3 sudut pandang, lebih lanjut dijelaskan bahwa ketiga sudut pandang tersebut adalah behavioristik, yaitu pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar, kognitif yaitu pembelajaran merupakan merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran, interaksional yaitu pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Abidin, 2014). Pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang mempengaruhi pemahaman seseorang (Huda, 2013).

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung pembahasan

    penelitian. Teori-teori yang dibahas adalah pembelajaran matematika, model

    pembelajaran CPS (Creative Problem Solving), pendekatan Open Ended, model

    pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan pendekatan Open Ended,

    kemampuan penalaran, dan kemampuan pemecahan masalah. Pembahasan

    mengenai teori-teori tersebut sebagai berikut.

    2.1 Pembelajaran Matematika

    Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk

    mengelola lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan

    dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar (Irham & Wiyani, 2013).

    Abidin mengatakan bahwa pembelajaran dapat dilihat dari 3 sudut pandang, lebih

    lanjut dijelaskan bahwa ketiga sudut pandang tersebut adalah behavioristik, yaitu

    pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui

    pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar, kognitif yaitu

    pembelajaran merupakan merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru

    untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

    siswa dalam mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

    penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran, interaksional yaitu pembelajaran

    merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

    pada suatu lingkungan belajar (Abidin, 2014). Pembelajaran juga dapat dikatakan

    sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang mempengaruhi

    pemahaman seseorang (Huda, 2013).

  • 13

    Matematika berasal dari bahasa Latin yaitu Manthanein atau Mathema yang

    artinya adalah belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda

    matematika disebut dengan Wiskunde atau ilmu pasti yang artinya keseluruhan

    dalam matematika berkaitan dengan penalaran (Istiqoma & Rusdi, 2015).

    Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang perhitungan, pengkajian,

    dan menggunakan kemampuan penalaran atau berpikir dengan logika dan pikiran

    yang jernih (Tangio, 2015). Sumarmo mengatakan bahwa matematika dikenal

    sebagai pengetahuan yang terstruktur dan sistematis, artinya bagian-bagian

    matematika tersusun secara bertahap dan mempunyai hubungan fungsional yang

    erat (Riyanto & Siroj, 2011).

    Berdasarkan definisi pembelajaran dan matematika yang telah dikemukakan,

    maka pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan oleh guru

    dengan melakukan interaksi dan menggunakan sumber belajar untuk

    meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru tentang

    konsep matematika. Guru harus dapat menentukan model, pendekatan, strategi

    atau metode yang sesuai dengan kondisi kelas maupun karakteristik peserta didik

    untuk memperoleh konsep matematika tersebut. Jika model pembelajaran yang

    digunakan oleh guru dapat menarik minat siswa, maka akan mendapatkan hasil

    belajar yang baik.

    2.2 Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    2.2.1 Definisi Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah

    melakukan proses belajar dimana hasil tersebut adalah gambaran dari penguasaan

    pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berupa angka dan tes standar

  • 14

    yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam belajar (Haryoko, 2009).

    Hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan dalam diri seseorang akibat dari

    usaha yang telah dilakukan dengan lingkungannya (Nuriadin & Perbowo, 2013).

    Bloom mengatakan bahwa hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif

    (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) (Suprijono, 2009).

    Pada kurikulum 2013, hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman belajar

    siswa dengan menggambarkan kualitas yang ada dalam Standar Kompetensi

    Lulusan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2014).

    Menurut pendapat beberapa ahli di atas, maka hasil belajar merupakan

    perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalaman belajar yang dapat diukur

    keberhasilannya dengan mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

    2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Suryabrata menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

    belajar digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu faktor dari dalam, faktor dari luar, dan

    faktor instrumen (Aritonang, 2008). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor dari

    dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari

    proses belajar siswa, seperti minat belajar dan motivasi belajar siswa. Faktor dari

    luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses

    dan hasil belajar, di antaranya lingkungan sosial yaitu manusia atau sesama

    manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak langsung hadir, misalnya teman,

    guru, karyawan, maupun seseorang yang dapat mempengaruhi proses dan hasil

    belajar. Faktor instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat

    pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, media pembelajaran, serta guru

    sebagai perancang pembelajaran.

  • 15

    Dari ketiga faktor tersebut, yang paling dominan untuk mempengaruhi hasil

    belajar siswa adalah guru, karena guru bertugas untuk merancang proses

    pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Ketika guru memilih model

    pembelajaran yang tepat maka akan mencapai tujuan belajar yang diharapkan,

    yaitu dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam bernalar dan memecahkan

    masalah matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu

    model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran dan

    pemecahan masalah matematika siswa adalah model pembelajaran CPS (Creative

    Problem Solving) dan Pendekatan Open Ended.

    2.3 Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

    2.3.1 Definisi Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

    Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model

    pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran dan keterampilan memecahkan

    masalah, dengan menguatkan pada keterampilan (Uno & Mohamad, 2011).

    Creative Problem Solving merupakan sebuah rancangan untuk mendekati masalah

    dengan cara yang imajinatif dan mengakibatkan tindakan yang efektif

    (Khomariyah & Manoy, 2014). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan

    bahwa model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) merupakan

    rancangan pembelajaran yang berpusat pada keterampilan memecahkan masalah

    dengan cara yang imajinatif, dan menguatkan pada keterampilan.

    Tugas guru dalam menerapkan model pembelajaran CPS (Creative Problem

    Solving) yaitu mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif dan

    menyediakan materi atau topik diskusi yang dapat membangkitkan siswa untuk

    berpikir kreatif dalam memecahkan masalah (Huda, 2013). Ciri-ciri model CPS

  • 16

    (Creative Problem Solving) dalam pembelajaran dimulai dengan pemberian

    masalah, masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata, secara berkelompok

    siswa membahas masalah tersebut dan mengidentifikasi sesuai pengetahuan

    mereka, kemudian siswa mempelajari dan mencari materi yang terkait dengan

    masalah tersebut dan membuat solusinya (Maftukhin, Dwijayanto, & Veronica,

    2014). Penerapan model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) akan

    membuat siswa dapat mengembangkan pemikirannya untuk menyelesaikan

    masalah secara kreatif.

    2.3.2 Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran CPS (Creative Problem

    Solving)

    Karakteristik yang paling dominan pada model pembelajaran CPS (Creative

    Problem Solving) menurut Sarson adalah upayanya dalam memadukan aspek

    kognitif dan afektif siswa dalam mencari arah untuk menyelesaikan apa yang akan

    ditempuh dalam memecahkan masalah (Huda, 2013). Ratner mengatakan bahwa

    terdapat beberapa kunci dalam Creative Problem Solving, diantaranya adalah

    mengidentifikasi masalah, menyambut ide baru, mengeksplorasi alternatif,

    memikirkan dimensi, memahami dengan jelas, brainstorming grup, meninjau

    tujuan, mengosongkan pikiran agar pikiran kembali jernih, menggunakan alat atau

    media untuk merealisasikan ide-ide dari permasalahan, pengambilan tindakan

    (Khomariyah & Manoy, 2014). Model pembelajaran CPS (Creative Problem

    Solving) akan membiasakan siswa menyelesaikan sebuah permasalahan dengan

    menggunakan kemampuan penalarannya untuk menciptakan kegiatan kreatif,

    sehingga akan membuat siswa semakin terlatih ketika dihadapkan dengan soal-

    soal yang bersifat tidak rutin.

  • 17

    Jika model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dibandingkan

    dengan model pembelajaran Problem Solving, maka dalam pembelajaran CPS

    (Creative Problem Solving) lebih terbuka terhadap pendapat-pendapat siswa yang

    lain, karena dalam langkah-langkah pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

    terdapat langkah kebebasan berpendapat yang nantinya pendapat-pendapat

    tersebut akan didaftar untuk melihat kemungkinan solusi yang akan diperoleh.

    Sedangkan pada model pembelajaran Problem Solving hanya menekankan pada

    proses memecahkan masalah secara sistematis dan terstruktur. Diketahui bahwa

    tujuan pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) adalah untuk meningkatkan

    kesadaran dan percaya diri siswa akan pentingnya kreatif dalam belajar, serta

    terbuka terhadap ide-ide orang lain.

    2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

    Osborn mengatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran CPS

    (Creative Problem Solving) sering disingkat dengan OFPISA, yaitu Objective

    Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan

    Acceptance Finding (Huda, 2013). Penjelasan dari langkah-langkah tersebut

    adalah sebagai berikut:

    a. Objective Finding (Penemuan Tujuan)

    Tahap ini, guru memberikan sebuah permasalahan dan menyampaikan tujuan

    pembelajaran, kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan

    mendiskusikan permasalahan yang diberikan untuk menentukan sasaran dari

    permasalahan yang akan mereka gunakan dalam kerja kelompok.

  • 18

    b. Fact Finding (Penemuan Fakta)

    Siswa saling mengungkapkan pendapat tentang semua fakta yang berkaitan

    dengan sasaran tersebut untuk menemukan solusi permasalahan. Disamping itu,

    guru juga menanggapi pertanyaan dari siswa tentang pengetahuan dan

    pemahaman mereka tentang informasi-informasi dari permasalahan.

    c. Problem Finding (Penemuan Masalah)

    Siswa saling mengungkapkan pendapat tentang informasi-informasi dari

    permasalahan agar semakin jelas maksud dan pertanyaan yang diajukan dari

    permasalahan tersebut.

    d. Idea Finding (Penemuan Gagasan)

    Pendapat-pendapat siswa yang telah diajukan tersebut dikumpulkan dan

    melakukan perbandingan dan analisis untuk melihat kemungkinan solusi apa

    yang sesuai untuk digunakan.

    e. Solution Finding (Penemuan Solusi)

    Tahap ini, hasil dari pendapat-pendapat tersebut ditentukan untuk mencari

    solusi yang terbaik dari permasalahan.

    f. Acceptance Finding (Penerimaan Solusi)

    Tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan dan memiliki cara baru dari

    pemilihan pendapat-pendapat tersebut untuk menyelesaikan permasalahan.

    2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CPS (Creative

    Problem Solving)

    Model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) mempunyai kelebihan

    dan kelemahan. Menurut Treffinger model pembelajaran CPS (Creative Problem

    Solving) mempunyai manfaat atau kelebihan yaitu memberikan kesempatan

  • 19

    kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu

    masalah, membuat siswa aktif dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan

    berpikir siswa dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari arah

    penyelesaian sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan

    masalah sampai pada melakukan percobaan untuk menyelesaikan suatu masalah,

    dan membuat siswa dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi yang

    baru (Huda, 2013). Kelemahan model pembelajaran CPS (Creative Problem

    Solving) adalah adanya perbedaan tingkat pemahaman dan kecerdasan siswa

    dalam menghadapi masalah sehingga beberapa siswa pasif dalam pembelajaran,

    ketika proses pengungkapan pendapat kemungkinan besar akan didominasi oleh

    siswa yang berkemampuan tinggi, selain itu pembelajaran ini hanya mempunyai

    satu strategi penyelesaian, dan akan mempersulit siswa untuk mencari strategi

    penyelesaian yang benar. Sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang

    dapat membantu dalam memecahkan permasalahan agar siswa dapat

    mengembangkan kemampuan penalarannya. Salah satu pendekatan yang sesuai

    untuk mendukung model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) adalah

    pendekatan Open Ended.

    2.4 Pendekatan Open Ended

    2.4.1 Definisi Pendekatan Open Ended1

    Pendekatan Open Ended merupakan pendekatan pembelajaran yang

    memberikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dengan

    strategi penyelesaian lebih dari satu, atau jawaban benar lebih dari satu dan

    hasilnya akan dibandingkan dengan diskusi (Setiawan & Harta, 2014). Sedangkan

    menurut Shimada dan Becker pendekatan Open Ended merupakan pembelajaran

  • 20

    yang memberikan suatu masalah dengan metode penyelesaian lebih dari satu

    (Wijayanto, Budiyono, & Sujadi, 2014). Berdasarkan pendapat para ahli diatas,

    maka pendekatan Open Ended merupakan pendekatan pembelajaran yang

    menyajikan suatu permasalahan dengan strategi penyelesaian lebih dari satu atau

    jawaban benar yang lebih dari satu. Masalah Open Ended dapat mendorong

    kreativitas dan kemampuan berpikir matematika secara lebih bermakna dan

    bervariasi, dapat mendorong siswa berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu

    bekerja sama, berkompeten dalam memecahkan masalah, dan berkomunikasi

    secara logis dan argumentatif (Pariasa, Arini, & I Gusti, 2015).

    Melalui pendekatan Open Ended siswa dituntut untuk melakukan

    pengamatan, bertanya, menentukan pasangan, memberikan suatu alasan, dan

    menarik kesimpulan (Sari, Kurniawati, & Pramesti, 2013). Pendekatan Open

    Ended juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk medapatkan

    pengalaman dalam proses menemukan, mengidentifikasi, dan memecahkan

    masalah dengan macam-macam strategi (Wijayanto, Budiyono, & Sujadi, 2014).

    Seperti yang dikatakan oleh Nohda bahwa pendekatan Open Ended sangat penting

    bagi setiap siswa agar memiliki kebebasan dalam memecahkan masalah sesuai

    dengan kemampuan dan minat mereka (Setiawan & Harta, 2014).

    2.4.2 Karakteristik dan Tujuan Pendekatan Open Ended

    Pokok pikiran dari pendekatan Open Ended adalah pembelajaran yang

    membangun kegiatan interaktif antara siswa dan matematika, sehingga

    mengakibatkan mereka termotivasi untuk menjawab permasalahan dengan

    berbagai strategi (Delyana, 2015). Menurut Sawada, dalam pendekatan Open

    Ended guru memberikan sebuah permasalahan yang mempunyai solusi atau

  • 21

    jawaban dengan berbagai cara, kemudian guru menggunakan pendekatan strategi

    yang berbeda atau cara yang digunakan untuk memberikan pengalaman pada

    siswa dalam menentukan sesuatu yang baru dan menggabungkannya pada

    pengetahuan, keterampilan, dan strategi matematika yang sudah pernah dipelajari

    (Fadillah, 2013). Pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended ini siswa

    dituntut untuk merancang pembangunan metode, cara, atau pendekatan yang

    bervariasi dalam mendapatkan jawaban, kemudian siswa juga diminta untuk

    menjelaskan proses dari bagaimana siswa dapat mencapai jawaban tersebut

    (Shoimin, 2014). Sehingga, tujuan dari pendekatan Open Ended dalam

    pembelajaran matematika adalah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

    memungkinkan siswa mendapat pengalaman baru melalui proses pembelajaran,

    tujuan lainnya adalah agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya

    secara maksimal, dan pada saat yang sama setiap siswa dapat

    mengkomunikasikan kegiatan kreatifnya dalam pembelajaran (Lambertus et al.,

    2013).

    2.4.3 Langkah-langkah Pendekatan Open Ended

    Menurut Shoimin (2014:111) langkah-langkah pendekatan pembelajaran

    Open Ended adalah :

    1. Persiapan

    Sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat

    program satuan pelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

    kemudian membuat pertanyaan yang bersifat terbuka (Open Ended).

    2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan terdiri dari:

  • 22

    a. Pendahuluan, yaitu siswa menyimak motivasi yang diberikan oleh guru bahwa

    materi yang akan dipelajari berkaitan atau dapat dimanfaatkan dalam

    kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan

    oleh guru supaya mereka mengetahui tentang pengetahuan awal terhadap

    konsep-konsep yang akan dipelajari.

    b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai

    berikut:

    Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang

    Siswa mendapatkan pertanyaan open ended problems

    Siswa berdiskusi bersama kelompok masing-masing tentang penyelesaian dari

    open ended problems yang diberikan oleh guru

    Setiap siswa dalam kelompok tersebut menjadi perwakilan untuk

    mengemukakan pendapat tentang penyelesaian yang ditawarkan kelompoknya

    secara bergantian

    Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah

    dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.

    c. Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari dan

    kemudian akan disempurnakan oleh guru.

    3. Evaluasi

    Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas individu atau ulangan

    harian yang berisi pertanyaan open ended dan merupakan evaluasi yang

    diberikan oleh guru.

  • 23

    2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open Ended

    Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan,

    begitu juga dengan pendekatan Open Ended. Kelebihan pendekatan Open Ended

    adalah membuat siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering

    mengekspresikan idenya, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam

    memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya, siswa dengan kemampuan

    rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, dan siswa

    memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab

    permasalahan. Sedangkan kelemahan dari pendekatan Open Ended adalah

    mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit

    sehingga banyak yang mengalami kesulitan bagaimana merespons masalah yang

    diberikan, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan

    jawaban mereka, mungkin ada beberapa siswa yang merasa bahwa kegiatan

    belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang dihadapi (Shoimin,

    2014).

    2.5 Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan

    Pendekatan Open Ended

    Langkah-langkah model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

    dengan pendekatan Open Ended pada pembelajaran matematika adalah:

  • 24

    Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran CPS dengan Pendekatan Open Ended

    Model CPS (Creative Problem Solving)

    1. Penemuan tujuan

    2. Penemuan gagasan

    3. Penemuan solusi

    4. Penerimaan solusi

    Pendekatan Open Ended

    1. Pemberian masalah open ended

    2. Diskusi kelompok

    3. Pembuatan rangkuman

    4. Pengungkapan pendapat

    5. Presentasi hasil

    No Aktivitas pembelajaran

    Pembelajaran

    Creative Problem

    Solving (CPS)

    Open Ended (OE)

    1. Pembentukan kelompok

    2. Pemberian masalah open ended

    3. Diskusi kelompok

    4. Penemuan tujuan

    5. Pembuatan rangkuman

    6. Pengungkapan pendapat

    7. Penemuan gagasan

    8. Penemuan solusi

    9. Presentasi hasil jawaban

    10. Analisis jawaban

    Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan langkah-langkah gabungan dari

    model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan pendekatan Open

    Ended sebagai berikut:

    1. Pembentukan Kelompok

    Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru membagi kelompok

    dengan anggota 4-5 siswa dalam satu kelompok.

  • 25

    2. Pemberian masalah open ended

    Setelah guru menjelaskan secara garis besar tentang materi pembelajaran,

    maka guru menghadapkan siswa pada masalah open ended atau masalah

    terbuka, yaitu masalah yang mempunyai strategi penyelesaian lebih dari satu

    atau mempunyai solusi yang benar lebih dari satu.

    3. Diskusi kelompok

    Sebelum memulai diskusi, siswa diberikan sumber-sumber dari buku panduan

    atau buku paket dan LKS. Kemudian siswa melakukan diskusi dengan

    kelompoknya sesuai dengan waktu yang diberikan.

    4. Penemuan tujuan

    Ketika berdiskusi, siswa dengan kelompoknya menetapkan tujuan atau

    sasaran untuk mendiskusikan situasi permasalahan yang diberikan dengan

    menganalisis masalah tersebut dalam menemukan solusi penyelesaian.

    5. Pembuatan rangkuman

    Tahap ini, siswa membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka

    lakukan tentang situasi permasalahan seperti informasi-informasi yang ada

    pada masalah yang diberikan.

    6. Pengungkapan pendapat

    Tahap ini, setiap siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat tentang

    informasi-informasi untuk memperjelas maksud dari permasalahan yang

    diberikan dari rangkuman yang telah dibuat, sehingga mampu menemukan

    solusi atau strategi penyelesaian dari masalah tersebut. Jadi, setiap siswa

    mempunyai pemikiran sendiri tentang maksud dan penyelesaian masalah

    yang dapat memberikan penjelasan tentang strategi penyelesaian masalah.

  • 26

    7. Penemuan gagasan

    Tahap ini, Pendapat-pendapat setiap siswa dalam kelompok yang telah

    diajukan tersebut dikumpulkan dan dibahas mengenai kemungkinan jawaban-

    jawaban atau strategi-strategi penyelesaian yang sesuai untuk digunakan

    dalam menyelesaikan masalah tersebut.

    8. Penemuan solusi

    Setelah itu, pendapat-pendapat tersebut dievaluasi untuk menentukan strategi-

    strategi atau jawaban-jawaban yang sesuai dalam menyelesaikan

    permasalahan yang diberikan dan menerapkannya.

    9. Presentasi hasil

    Setelah menuliskan hasil jawabannya, maka setiap kelompok akan membahas

    bersama dengan melakukan presentasi di depan kelas secara bergantian untuk

    mengetahui macam-macam strategi penyelesaian yang digunakan dan

    jawaban-jawaban yang diperoleh.

    10. Analisis jawaban

    Setelah itu, dari macam-macam strategi penyelesaian dan jawaban-jawaban

    yang diperoleh, maka dari jawaban-jawaban tersebut dianalisis dan dipilih

    strategi penyelesaian yang paling efektif untuk digunakan dalam

    menyelesaikan masalah tersebut.

    2.6 Kemampuan Penalaran

    2.6.1 Pengertian Kemampuan Penalaran

    Menurut Suherman dan Winataputra yang dikutip oleh Sumartini (2015:3)

    mengatakan bahwa penalaran merupakan kegiatan berpikir yang dilakukan

    dengan suatu cara untuk menarik sebuah kesimpulan. Pendapat lain mengatakan

  • 27

    bahwa, penalaran merupakan kegiatan, proses berpikir untuk menarik suatu

    kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa

    pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut

    premis (Shadiq, 2014). Selain itu, penalaran adalah suatu cara berpikir yang

    menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu

    yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah

    pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan (Nurdalilah, Syahputra, &

    Armanto, 2013). Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan penalaran merupakan kemampuan siswa dalam berpikir untuk

    menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan dengan menggunakan langkah-

    langkah pembuktian. Sedangkan penalaran matematis merupakan suatu kegiatan

    atau proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan beberapa

    pernyataan yang diperoleh sebelumnya dengan cara logis baik penalaran deduktif

    maupun penalaran induktif (Hidayati & Widodo, 2015).

    2.6.2 Jenis-jenis Penalaran

    Penalaran matematis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu penalaran

    induktif dan penalaran deduktif (Hendriana & Soemarmo, 2014).

    1. Penalaran induktif merupakan penarikan kesimpulan dari pengamatan terhadap

    data yang terbatas. Beberapa kegiatan yang tergolong dalam penalaran induktif

    adalah :

    a. Penalaran transduktif yaitu proses penarikan kesimpulan dari pengamatan pada

    kasus tertentu

    b. Penalaran analogi yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan proses

  • 28

    c. Penalaran generalisasi yaitu penarikan kesimpulan secara umum dari data

    terbatas

    d. Memperkirakan jawaban dan solusi

    e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada

    f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun

    konjektur

    2. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan dari data yang bersifat umum

    ke khusus. Nilai kebenarannya bersifat mutlak benar atau salah dan tidak

    keduanya benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong dalam kegiatan

    penalaran deduktif :

    a. Perhitungannya berdasarkan aturan atau rumus tertentu

    b. Menarik kesimpulan yang logis

    c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian

    dengan induksi matematika

    d. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus

    2.6.3 Indikator Penalaran

    Menurut Sulistiowati yang dikutip oleh Hidayati dan Widodo (2015:131-

    143) indikator penalaran matematis meliputi: (1) memperkirakan jawaban dan

    proses solusi, (2) menganalisis pernyataan pernyataan dan memberikan penjelasan

    atau alasan yang dapat mendukung atau bertolak belakang, (3)

    mempertimbangkan kebenaran dari pernyataan tersebut dengan berpikir deduktif

    atau induktif, (4) menggunakan data atau sumber yang mendukung untuk

    menjelaskan mengapa cara tersebut yang digunakan dan mempunyai jawaban

    yang benar; kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta,

  • 29

    sifat-sifat, dan hubungan. Sedangkan indikator penalaran menurut Wardhani

    bahwa ada enam indikator penalaran matematis (Hartono, 2014). Indikator

    penalaran tersebut meliputi: (1) kemampuan mengajukan dugaan, (2) kemampuan

    manipulasi matematika, (3) kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti,

    memberikan alasan atau bukti dari suatu permasalahan matematika, (4)

    kemampuan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, (5) kemampuan

    memeriksa kesahihan suatu argumen, (6) kemampuan menemukan pola atau sifat

    dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

    Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penalaran matematis yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) siswa dapat memberikan pernyataan-

    pernyataan dan memberikan penjelasan yang mendukung, (2) siswa dapat

    mengajukan dugaan tentang jawaban dan proses solusi, (3) siswa dapat

    melakukan manipulasi matematika, (4) siswa dapat menarik kesimpulan dari hasil

    yang telah diperoleh.

    Berdasarkan indikator kemampuan penalaran yang telah dijelaskan, berikut

    adalah contoh permasalahan yang menjelaskan masing-masing indikator: Suga

    ingin membeli beberapa kipas angin di toko Uchiha Jaya. Tetapi dia terlebih

    dahulu membandingkan harga 4 buah kipas angin dengan harga 5 buah kipas

    angin. Jika pada toko tersebut menyediakan 10 buah kipas angin dengan total

    harga Rp 800.000,00. Berapa perbandingan harga 4 buah kipas angin dan 5 buah

    kipas angin? Hitunglah dengan jawabanmu sendiri dan menggunakan

    perbandingan senilai, dengan total harga < 𝑅𝑝 800.000,00

    Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Penalaran

    No Penyelesaian Indikator Kemampuan Penalaran

    1. Diketahui : 1. siswa memberikan pernyataan-

  • 30

    harga 10 kipas angin adalah Rp

    800.000,00

    Ditanya :

    harga perbandingan 4 buah kipas angin

    dan 5 buah kipas angin dengan total

    harga < 𝑅𝑝 800.000,00

    pernyataan dan memberikan

    penjelasan yang mendukung

    2. a. Misalkan harga 4 buah kipas angin

    adalah Rp 150.000,00. Maka untuk

    harga 5 buah kipas angin adalah

    4

    5=

    150.000

    𝑥

    4𝑥 = 5 × 150.000

    𝑥 =750.000

    4

    𝑥 = 187.500

    Jadi, harga 5 buah kipas angin adalah Rp

    187.500,00

    Total harga 4 buah kipas angin dan 5

    buah kipas angin adalah

    𝑅𝑝 150.000,00 + 𝑅𝑝 187.500,00 =

    𝑅𝑝 337.500,00 < 𝑅𝑝 800.000,00

    b. Misalkan harga 4 buah kipas angin

    adalah Rp 200.000,00. Maka untuk

    harga 5 buah kipas angin adalah

    4

    5=

    200.000

    𝑥

    4𝑥 = 5 × 200.000

    𝑥 =1.000.000

    4

    𝑥 = 250.000

    Jadi, harga 5 buah kipas angin adalah Rp

    250.000,00

    Total harga 4 buah kipas angin dan 5

    buah kipas angin adalah

    𝑅𝑝 200.000,00 + 𝑅𝑝 250.000,00 =

    𝑅𝑝 450.000,00 < 𝑅𝑝 800.000,00

    2. siswa dapat mengajukan dugaan

    tentang jawaban dan proses solusi

    3. siswa dapat melakukan manipulasi

    matematika

    4. siswa dapat menarik kesimpulan

    yang telah diperoleh

  • 31

    2.7 Kemampuan Pemecahan Masalah

    2.7.1 Definisi Kemampuan Pemecahan Masalah

    Krulik dan Rudnick mendefinisikan bahwa pemecahan masalah adalah cara

    yang dilakukan oleh seseorang melalui pengetahuan, keterampilan, dan

    pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari keadaan yang tidak rutin (Siswono &

    Novitasari, 2007). Sedangkan kemampuan pemecahan masalah merupakan

    potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dan

    menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari (Gunantara, Suarjana, & Riastini,

    2014). Ketika akan memecahkan suatu masalah, maka diperlukan juga strategi

    pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah merupakan cara berpikir yang

    digunakan ketika akan memecahkan suatu masalah dengan menyelesaikan

    menggunakan cabang ilmu matematika (Hartono, 2014).

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kemampuan pemecahan

    masalah merupakan potensi yang dimiliki seseorang melalui pengetahuan,

    keterampilan, dan pemahaman dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

    tidak rutin. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan

    proses untuk mengatasi kesulitan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang

    akan dicapai dan mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam memahami

    masalah sampai pada memeriksa kembali hasil dengan indikator materi pada

    matematika (Tangio, 2015).

    2.7.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

    Terdapat 4 tahapan yang perlu diketahui untuk mengetahui kemampuan

    pemecahan masalah siswa, yaitu siswa dapat memahami masalah, merencanakan

    penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan melihat kembali

  • 32

    hasil dan proses penyelesaian masalah (Polya, 1988) . penjelasan dari keempat

    tahap tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Memahami masalah

    Sebelum menyelesaikan permasalahan, hendaknya siswa mengetahui

    informasi-informasi yang terdapat pada permasalahan tersebut dan pertanyaan

    yang diajukan.

    2. Merencanakan penyelesaian masalah

    Setelah siswa memahami isi dari permasalahan, siswa akan merencanakan

    strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk permasalahan tersebut sampai

    pada tahap akhir penyelesaian masalah.

    3. Melaksanakan penyelesaian masalah

    Tahap ini, siswa mengimplementasikan rencana yang telah dibuat untuk

    memecahkan masalah.

    4. Mengoreksi kembali penyelesaian masalah

    Setelah siswa menyelesaikan masalah, siswa perlu menganalisis jawaban atau

    mengoreksi kembali jawaban tersebut.

    Berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang telah

    dijelaskan, berikut adalah contoh permasalahan yang menjelaskan masing-masing

    indikator: Jika harga 2 buah apel dan 6 buah apel mempunyai perbandingan 3: 1,

    berapa harga masing – masing buah tersebut yang memungkinkan untuk

    menunjukkan sebuah perbandingan berbalik nilai? Tunjukkan bahwa jawabanmu

    adalah benar

    Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

    No Penyelesaian Indikator Kemampuan Pemecahan

    Masalah

  • 33

    1. a. Dengan perbandingan 3: 1 , maka dapat

    diperoleh harga 2 buah apel adalah Rp

    15.000,00 dan 6 buah apel adalah Rp

    5.000,00. Karena merupakan

    perbandingan berbalik nilai, sehingga

    semakin banyak apel yang dibeli maka

    harga apel tersebut semakin murah.

    Bukti :

    Jika harga 2 buah apel adalah Rp

    15.000,00. Maka :

    2

    6=

    𝑦

    15.000

    6𝑦 = 2 × 15.000

    𝑦 =30.000

    6

    𝑦 = 5.000

    Jadi harga 6 buah apel adalah Rp 5.000,00

    b. Dengan perbandingan 3: 1 , maka dapat

    diperoleh harga 2 buah apel adalah Rp

    12.000,00 dan 6 buah apel adalah Rp

    4.000,00. Karena merupakan

    perbandingan berbalik nilai, sehingga

    semakin banyak apel yang dibeli maka

    harga apel tersebut semakin murah.

    Bukti :

    Jika harga 2 buah apel adalah Rp

    12.000,00. Maka :

    2

    6=

    𝑦

    12.000

    6𝑦 = 2 × 12.000

    𝑦 =24.000

    6

    𝑦 = 4.000

    Jadi harga 6 buah apel adalah Rp

    4.000,00

    c. Dengan perbandingan 3: 1, maka harga 2

    buah apel adalah Rp 30.000,00 dan 6

    buah apel adalah Rp 10.000,00. Karena

    merupakan perbandingan berbalik nilai,

    sehingga semakin banyak apel yang

    1. Siswa dapat memahami soal dengan

    baik, yaitu dapat memahami maksud

    dari pertanyaan yang ada pada soal

    dan mengetahui informasi-informasi

    pada soal tersebut.

    2. Siswa mampu merencanakan

    penyelesaian masalah, yaitu siswa

    dapat merencanakan jawaban-

    jawaban yang memungkinkan untuk

    harga buah apel dan cara yang sesuai

    untuk menyelesaikan soal tersebut.

    3. Siswa dapat menyelesaikan masalah

    sesuai dengan rencana yang telah

    dibuat.

    4. Siswa mereview kembali jawaban-

    jawaban tersebut dengan baik,

    sehingga tidak akan ada kesalahan

    pada hasil pekerjaannya tersebut.

  • 34

    dibeli maka harga apel tersebut semakin

    murah.

    Bukti :

    Jika harga 2 buah apel adalah Rp

    30.000,00. Maka :

    2

    6=

    𝑦

    30.000

    6𝑦 = 2 × 30.000

    𝑦 =60.000

    6

    𝑦 = 10.000

    Jadi harga 6 buah apel adalah Rp

    10.000,00