bab ii kajian teorieprints.umm.ac.id/39934/3/jiptummpp-gdl-rizkywinda-49968... · 2018. 11. 13. ·...
TRANSCRIPT
-
12
BAB II
KAJIAN TEORI
Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung pembahasan
penelitian. Teori-teori yang dibahas adalah pembelajaran matematika, model
pembelajaran CPS (Creative Problem Solving), pendekatan Open Ended, model
pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan pendekatan Open Ended,
kemampuan penalaran, dan kemampuan pemecahan masalah. Pembahasan
mengenai teori-teori tersebut sebagai berikut.
2.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk
mengelola lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar (Irham & Wiyani, 2013).
Abidin mengatakan bahwa pembelajaran dapat dilihat dari 3 sudut pandang, lebih
lanjut dijelaskan bahwa ketiga sudut pandang tersebut adalah behavioristik, yaitu
pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui
pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar, kognitif yaitu
pembelajaran merupakan merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran, interaksional yaitu pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar (Abidin, 2014). Pembelajaran juga dapat dikatakan
sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang mempengaruhi
pemahaman seseorang (Huda, 2013).
-
13
Matematika berasal dari bahasa Latin yaitu Manthanein atau Mathema yang
artinya adalah belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda
matematika disebut dengan Wiskunde atau ilmu pasti yang artinya keseluruhan
dalam matematika berkaitan dengan penalaran (Istiqoma & Rusdi, 2015).
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang perhitungan, pengkajian,
dan menggunakan kemampuan penalaran atau berpikir dengan logika dan pikiran
yang jernih (Tangio, 2015). Sumarmo mengatakan bahwa matematika dikenal
sebagai pengetahuan yang terstruktur dan sistematis, artinya bagian-bagian
matematika tersusun secara bertahap dan mempunyai hubungan fungsional yang
erat (Riyanto & Siroj, 2011).
Berdasarkan definisi pembelajaran dan matematika yang telah dikemukakan,
maka pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan oleh guru
dengan melakukan interaksi dan menggunakan sumber belajar untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru tentang
konsep matematika. Guru harus dapat menentukan model, pendekatan, strategi
atau metode yang sesuai dengan kondisi kelas maupun karakteristik peserta didik
untuk memperoleh konsep matematika tersebut. Jika model pembelajaran yang
digunakan oleh guru dapat menarik minat siswa, maka akan mendapatkan hasil
belajar yang baik.
2.2 Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
2.2.1 Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah
melakukan proses belajar dimana hasil tersebut adalah gambaran dari penguasaan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berupa angka dan tes standar
-
14
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam belajar (Haryoko, 2009).
Hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan dalam diri seseorang akibat dari
usaha yang telah dilakukan dengan lingkungannya (Nuriadin & Perbowo, 2013).
Bloom mengatakan bahwa hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) (Suprijono, 2009).
Pada kurikulum 2013, hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman belajar
siswa dengan menggambarkan kualitas yang ada dalam Standar Kompetensi
Lulusan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2014).
Menurut pendapat beberapa ahli di atas, maka hasil belajar merupakan
perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalaman belajar yang dapat diukur
keberhasilannya dengan mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Suryabrata menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu faktor dari dalam, faktor dari luar, dan
faktor instrumen (Aritonang, 2008). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor dari
dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari
proses belajar siswa, seperti minat belajar dan motivasi belajar siswa. Faktor dari
luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar, di antaranya lingkungan sosial yaitu manusia atau sesama
manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak langsung hadir, misalnya teman,
guru, karyawan, maupun seseorang yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Faktor instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat
pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, media pembelajaran, serta guru
sebagai perancang pembelajaran.
-
15
Dari ketiga faktor tersebut, yang paling dominan untuk mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah guru, karena guru bertugas untuk merancang proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Ketika guru memilih model
pembelajaran yang tepat maka akan mencapai tujuan belajar yang diharapkan,
yaitu dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam bernalar dan memecahkan
masalah matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah matematika siswa adalah model pembelajaran CPS (Creative
Problem Solving) dan Pendekatan Open Ended.
2.3 Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)
2.3.1 Definisi Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)
Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran dan keterampilan memecahkan
masalah, dengan menguatkan pada keterampilan (Uno & Mohamad, 2011).
Creative Problem Solving merupakan sebuah rancangan untuk mendekati masalah
dengan cara yang imajinatif dan mengakibatkan tindakan yang efektif
(Khomariyah & Manoy, 2014). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) merupakan
rancangan pembelajaran yang berpusat pada keterampilan memecahkan masalah
dengan cara yang imajinatif, dan menguatkan pada keterampilan.
Tugas guru dalam menerapkan model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving) yaitu mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif dan
menyediakan materi atau topik diskusi yang dapat membangkitkan siswa untuk
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah (Huda, 2013). Ciri-ciri model CPS
-
16
(Creative Problem Solving) dalam pembelajaran dimulai dengan pemberian
masalah, masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata, secara berkelompok
siswa membahas masalah tersebut dan mengidentifikasi sesuai pengetahuan
mereka, kemudian siswa mempelajari dan mencari materi yang terkait dengan
masalah tersebut dan membuat solusinya (Maftukhin, Dwijayanto, & Veronica,
2014). Penerapan model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) akan
membuat siswa dapat mengembangkan pemikirannya untuk menyelesaikan
masalah secara kreatif.
2.3.2 Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving)
Karakteristik yang paling dominan pada model pembelajaran CPS (Creative
Problem Solving) menurut Sarson adalah upayanya dalam memadukan aspek
kognitif dan afektif siswa dalam mencari arah untuk menyelesaikan apa yang akan
ditempuh dalam memecahkan masalah (Huda, 2013). Ratner mengatakan bahwa
terdapat beberapa kunci dalam Creative Problem Solving, diantaranya adalah
mengidentifikasi masalah, menyambut ide baru, mengeksplorasi alternatif,
memikirkan dimensi, memahami dengan jelas, brainstorming grup, meninjau
tujuan, mengosongkan pikiran agar pikiran kembali jernih, menggunakan alat atau
media untuk merealisasikan ide-ide dari permasalahan, pengambilan tindakan
(Khomariyah & Manoy, 2014). Model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving) akan membiasakan siswa menyelesaikan sebuah permasalahan dengan
menggunakan kemampuan penalarannya untuk menciptakan kegiatan kreatif,
sehingga akan membuat siswa semakin terlatih ketika dihadapkan dengan soal-
soal yang bersifat tidak rutin.
-
17
Jika model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dibandingkan
dengan model pembelajaran Problem Solving, maka dalam pembelajaran CPS
(Creative Problem Solving) lebih terbuka terhadap pendapat-pendapat siswa yang
lain, karena dalam langkah-langkah pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)
terdapat langkah kebebasan berpendapat yang nantinya pendapat-pendapat
tersebut akan didaftar untuk melihat kemungkinan solusi yang akan diperoleh.
Sedangkan pada model pembelajaran Problem Solving hanya menekankan pada
proses memecahkan masalah secara sistematis dan terstruktur. Diketahui bahwa
tujuan pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) adalah untuk meningkatkan
kesadaran dan percaya diri siswa akan pentingnya kreatif dalam belajar, serta
terbuka terhadap ide-ide orang lain.
2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)
Osborn mengatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran CPS
(Creative Problem Solving) sering disingkat dengan OFPISA, yaitu Objective
Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan
Acceptance Finding (Huda, 2013). Penjelasan dari langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Objective Finding (Penemuan Tujuan)
Tahap ini, guru memberikan sebuah permasalahan dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan
mendiskusikan permasalahan yang diberikan untuk menentukan sasaran dari
permasalahan yang akan mereka gunakan dalam kerja kelompok.
-
18
b. Fact Finding (Penemuan Fakta)
Siswa saling mengungkapkan pendapat tentang semua fakta yang berkaitan
dengan sasaran tersebut untuk menemukan solusi permasalahan. Disamping itu,
guru juga menanggapi pertanyaan dari siswa tentang pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang informasi-informasi dari permasalahan.
c. Problem Finding (Penemuan Masalah)
Siswa saling mengungkapkan pendapat tentang informasi-informasi dari
permasalahan agar semakin jelas maksud dan pertanyaan yang diajukan dari
permasalahan tersebut.
d. Idea Finding (Penemuan Gagasan)
Pendapat-pendapat siswa yang telah diajukan tersebut dikumpulkan dan
melakukan perbandingan dan analisis untuk melihat kemungkinan solusi apa
yang sesuai untuk digunakan.
e. Solution Finding (Penemuan Solusi)
Tahap ini, hasil dari pendapat-pendapat tersebut ditentukan untuk mencari
solusi yang terbaik dari permasalahan.
f. Acceptance Finding (Penerimaan Solusi)
Tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan dan memiliki cara baru dari
pemilihan pendapat-pendapat tersebut untuk menyelesaikan permasalahan.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CPS (Creative
Problem Solving)
Model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Menurut Treffinger model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving) mempunyai manfaat atau kelebihan yaitu memberikan kesempatan
-
19
kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu
masalah, membuat siswa aktif dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari arah
penyelesaian sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan
masalah sampai pada melakukan percobaan untuk menyelesaikan suatu masalah,
dan membuat siswa dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi yang
baru (Huda, 2013). Kelemahan model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving) adalah adanya perbedaan tingkat pemahaman dan kecerdasan siswa
dalam menghadapi masalah sehingga beberapa siswa pasif dalam pembelajaran,
ketika proses pengungkapan pendapat kemungkinan besar akan didominasi oleh
siswa yang berkemampuan tinggi, selain itu pembelajaran ini hanya mempunyai
satu strategi penyelesaian, dan akan mempersulit siswa untuk mencari strategi
penyelesaian yang benar. Sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang
dapat membantu dalam memecahkan permasalahan agar siswa dapat
mengembangkan kemampuan penalarannya. Salah satu pendekatan yang sesuai
untuk mendukung model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) adalah
pendekatan Open Ended.
2.4 Pendekatan Open Ended
2.4.1 Definisi Pendekatan Open Ended1
Pendekatan Open Ended merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dengan
strategi penyelesaian lebih dari satu, atau jawaban benar lebih dari satu dan
hasilnya akan dibandingkan dengan diskusi (Setiawan & Harta, 2014). Sedangkan
menurut Shimada dan Becker pendekatan Open Ended merupakan pembelajaran
-
20
yang memberikan suatu masalah dengan metode penyelesaian lebih dari satu
(Wijayanto, Budiyono, & Sujadi, 2014). Berdasarkan pendapat para ahli diatas,
maka pendekatan Open Ended merupakan pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan dengan strategi penyelesaian lebih dari satu atau
jawaban benar yang lebih dari satu. Masalah Open Ended dapat mendorong
kreativitas dan kemampuan berpikir matematika secara lebih bermakna dan
bervariasi, dapat mendorong siswa berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu
bekerja sama, berkompeten dalam memecahkan masalah, dan berkomunikasi
secara logis dan argumentatif (Pariasa, Arini, & I Gusti, 2015).
Melalui pendekatan Open Ended siswa dituntut untuk melakukan
pengamatan, bertanya, menentukan pasangan, memberikan suatu alasan, dan
menarik kesimpulan (Sari, Kurniawati, & Pramesti, 2013). Pendekatan Open
Ended juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk medapatkan
pengalaman dalam proses menemukan, mengidentifikasi, dan memecahkan
masalah dengan macam-macam strategi (Wijayanto, Budiyono, & Sujadi, 2014).
Seperti yang dikatakan oleh Nohda bahwa pendekatan Open Ended sangat penting
bagi setiap siswa agar memiliki kebebasan dalam memecahkan masalah sesuai
dengan kemampuan dan minat mereka (Setiawan & Harta, 2014).
2.4.2 Karakteristik dan Tujuan Pendekatan Open Ended
Pokok pikiran dari pendekatan Open Ended adalah pembelajaran yang
membangun kegiatan interaktif antara siswa dan matematika, sehingga
mengakibatkan mereka termotivasi untuk menjawab permasalahan dengan
berbagai strategi (Delyana, 2015). Menurut Sawada, dalam pendekatan Open
Ended guru memberikan sebuah permasalahan yang mempunyai solusi atau
-
21
jawaban dengan berbagai cara, kemudian guru menggunakan pendekatan strategi
yang berbeda atau cara yang digunakan untuk memberikan pengalaman pada
siswa dalam menentukan sesuatu yang baru dan menggabungkannya pada
pengetahuan, keterampilan, dan strategi matematika yang sudah pernah dipelajari
(Fadillah, 2013). Pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended ini siswa
dituntut untuk merancang pembangunan metode, cara, atau pendekatan yang
bervariasi dalam mendapatkan jawaban, kemudian siswa juga diminta untuk
menjelaskan proses dari bagaimana siswa dapat mencapai jawaban tersebut
(Shoimin, 2014). Sehingga, tujuan dari pendekatan Open Ended dalam
pembelajaran matematika adalah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
memungkinkan siswa mendapat pengalaman baru melalui proses pembelajaran,
tujuan lainnya adalah agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya
secara maksimal, dan pada saat yang sama setiap siswa dapat
mengkomunikasikan kegiatan kreatifnya dalam pembelajaran (Lambertus et al.,
2013).
2.4.3 Langkah-langkah Pendekatan Open Ended
Menurut Shoimin (2014:111) langkah-langkah pendekatan pembelajaran
Open Ended adalah :
1. Persiapan
Sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat
program satuan pelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
kemudian membuat pertanyaan yang bersifat terbuka (Open Ended).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan terdiri dari:
-
22
a. Pendahuluan, yaitu siswa menyimak motivasi yang diberikan oleh guru bahwa
materi yang akan dipelajari berkaitan atau dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan
oleh guru supaya mereka mengetahui tentang pengetahuan awal terhadap
konsep-konsep yang akan dipelajari.
b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang
Siswa mendapatkan pertanyaan open ended problems
Siswa berdiskusi bersama kelompok masing-masing tentang penyelesaian dari
open ended problems yang diberikan oleh guru
Setiap siswa dalam kelompok tersebut menjadi perwakilan untuk
mengemukakan pendapat tentang penyelesaian yang ditawarkan kelompoknya
secara bergantian
Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah
dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari dan
kemudian akan disempurnakan oleh guru.
3. Evaluasi
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas individu atau ulangan
harian yang berisi pertanyaan open ended dan merupakan evaluasi yang
diberikan oleh guru.
-
23
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open Ended
Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan,
begitu juga dengan pendekatan Open Ended. Kelebihan pendekatan Open Ended
adalah membuat siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya, siswa dengan kemampuan
rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, dan siswa
memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan. Sedangkan kelemahan dari pendekatan Open Ended adalah
mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit
sehingga banyak yang mengalami kesulitan bagaimana merespons masalah yang
diberikan, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan
jawaban mereka, mungkin ada beberapa siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang dihadapi (Shoimin,
2014).
2.5 Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan
Pendekatan Open Ended
Langkah-langkah model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)
dengan pendekatan Open Ended pada pembelajaran matematika adalah:
-
24
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran CPS dengan Pendekatan Open Ended
Model CPS (Creative Problem Solving)
1. Penemuan tujuan
2. Penemuan gagasan
3. Penemuan solusi
4. Penerimaan solusi
Pendekatan Open Ended
1. Pemberian masalah open ended
2. Diskusi kelompok
3. Pembuatan rangkuman
4. Pengungkapan pendapat
5. Presentasi hasil
No Aktivitas pembelajaran
Pembelajaran
Creative Problem
Solving (CPS)
Open Ended (OE)
1. Pembentukan kelompok
2. Pemberian masalah open ended
3. Diskusi kelompok
4. Penemuan tujuan
5. Pembuatan rangkuman
6. Pengungkapan pendapat
7. Penemuan gagasan
8. Penemuan solusi
9. Presentasi hasil jawaban
10. Analisis jawaban
Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan langkah-langkah gabungan dari
model pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) dengan pendekatan Open
Ended sebagai berikut:
1. Pembentukan Kelompok
Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru membagi kelompok
dengan anggota 4-5 siswa dalam satu kelompok.
-
25
2. Pemberian masalah open ended
Setelah guru menjelaskan secara garis besar tentang materi pembelajaran,
maka guru menghadapkan siswa pada masalah open ended atau masalah
terbuka, yaitu masalah yang mempunyai strategi penyelesaian lebih dari satu
atau mempunyai solusi yang benar lebih dari satu.
3. Diskusi kelompok
Sebelum memulai diskusi, siswa diberikan sumber-sumber dari buku panduan
atau buku paket dan LKS. Kemudian siswa melakukan diskusi dengan
kelompoknya sesuai dengan waktu yang diberikan.
4. Penemuan tujuan
Ketika berdiskusi, siswa dengan kelompoknya menetapkan tujuan atau
sasaran untuk mendiskusikan situasi permasalahan yang diberikan dengan
menganalisis masalah tersebut dalam menemukan solusi penyelesaian.
5. Pembuatan rangkuman
Tahap ini, siswa membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka
lakukan tentang situasi permasalahan seperti informasi-informasi yang ada
pada masalah yang diberikan.
6. Pengungkapan pendapat
Tahap ini, setiap siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat tentang
informasi-informasi untuk memperjelas maksud dari permasalahan yang
diberikan dari rangkuman yang telah dibuat, sehingga mampu menemukan
solusi atau strategi penyelesaian dari masalah tersebut. Jadi, setiap siswa
mempunyai pemikiran sendiri tentang maksud dan penyelesaian masalah
yang dapat memberikan penjelasan tentang strategi penyelesaian masalah.
-
26
7. Penemuan gagasan
Tahap ini, Pendapat-pendapat setiap siswa dalam kelompok yang telah
diajukan tersebut dikumpulkan dan dibahas mengenai kemungkinan jawaban-
jawaban atau strategi-strategi penyelesaian yang sesuai untuk digunakan
dalam menyelesaikan masalah tersebut.
8. Penemuan solusi
Setelah itu, pendapat-pendapat tersebut dievaluasi untuk menentukan strategi-
strategi atau jawaban-jawaban yang sesuai dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan dan menerapkannya.
9. Presentasi hasil
Setelah menuliskan hasil jawabannya, maka setiap kelompok akan membahas
bersama dengan melakukan presentasi di depan kelas secara bergantian untuk
mengetahui macam-macam strategi penyelesaian yang digunakan dan
jawaban-jawaban yang diperoleh.
10. Analisis jawaban
Setelah itu, dari macam-macam strategi penyelesaian dan jawaban-jawaban
yang diperoleh, maka dari jawaban-jawaban tersebut dianalisis dan dipilih
strategi penyelesaian yang paling efektif untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
2.6 Kemampuan Penalaran
2.6.1 Pengertian Kemampuan Penalaran
Menurut Suherman dan Winataputra yang dikutip oleh Sumartini (2015:3)
mengatakan bahwa penalaran merupakan kegiatan berpikir yang dilakukan
dengan suatu cara untuk menarik sebuah kesimpulan. Pendapat lain mengatakan
-
27
bahwa, penalaran merupakan kegiatan, proses berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut
premis (Shadiq, 2014). Selain itu, penalaran adalah suatu cara berpikir yang
menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu
yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah
pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan (Nurdalilah, Syahputra, &
Armanto, 2013). Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan penalaran merupakan kemampuan siswa dalam berpikir untuk
menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan dengan menggunakan langkah-
langkah pembuktian. Sedangkan penalaran matematis merupakan suatu kegiatan
atau proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan beberapa
pernyataan yang diperoleh sebelumnya dengan cara logis baik penalaran deduktif
maupun penalaran induktif (Hidayati & Widodo, 2015).
2.6.2 Jenis-jenis Penalaran
Penalaran matematis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif (Hendriana & Soemarmo, 2014).
1. Penalaran induktif merupakan penarikan kesimpulan dari pengamatan terhadap
data yang terbatas. Beberapa kegiatan yang tergolong dalam penalaran induktif
adalah :
a. Penalaran transduktif yaitu proses penarikan kesimpulan dari pengamatan pada
kasus tertentu
b. Penalaran analogi yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan proses
-
28
c. Penalaran generalisasi yaitu penarikan kesimpulan secara umum dari data
terbatas
d. Memperkirakan jawaban dan solusi
e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada
f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun
konjektur
2. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan dari data yang bersifat umum
ke khusus. Nilai kebenarannya bersifat mutlak benar atau salah dan tidak
keduanya benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong dalam kegiatan
penalaran deduktif :
a. Perhitungannya berdasarkan aturan atau rumus tertentu
b. Menarik kesimpulan yang logis
c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian
dengan induksi matematika
d. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus
2.6.3 Indikator Penalaran
Menurut Sulistiowati yang dikutip oleh Hidayati dan Widodo (2015:131-
143) indikator penalaran matematis meliputi: (1) memperkirakan jawaban dan
proses solusi, (2) menganalisis pernyataan pernyataan dan memberikan penjelasan
atau alasan yang dapat mendukung atau bertolak belakang, (3)
mempertimbangkan kebenaran dari pernyataan tersebut dengan berpikir deduktif
atau induktif, (4) menggunakan data atau sumber yang mendukung untuk
menjelaskan mengapa cara tersebut yang digunakan dan mempunyai jawaban
yang benar; kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta,
-
29
sifat-sifat, dan hubungan. Sedangkan indikator penalaran menurut Wardhani
bahwa ada enam indikator penalaran matematis (Hartono, 2014). Indikator
penalaran tersebut meliputi: (1) kemampuan mengajukan dugaan, (2) kemampuan
manipulasi matematika, (3) kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti,
memberikan alasan atau bukti dari suatu permasalahan matematika, (4)
kemampuan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, (5) kemampuan
memeriksa kesahihan suatu argumen, (6) kemampuan menemukan pola atau sifat
dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator penalaran matematis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) siswa dapat memberikan pernyataan-
pernyataan dan memberikan penjelasan yang mendukung, (2) siswa dapat
mengajukan dugaan tentang jawaban dan proses solusi, (3) siswa dapat
melakukan manipulasi matematika, (4) siswa dapat menarik kesimpulan dari hasil
yang telah diperoleh.
Berdasarkan indikator kemampuan penalaran yang telah dijelaskan, berikut
adalah contoh permasalahan yang menjelaskan masing-masing indikator: Suga
ingin membeli beberapa kipas angin di toko Uchiha Jaya. Tetapi dia terlebih
dahulu membandingkan harga 4 buah kipas angin dengan harga 5 buah kipas
angin. Jika pada toko tersebut menyediakan 10 buah kipas angin dengan total
harga Rp 800.000,00. Berapa perbandingan harga 4 buah kipas angin dan 5 buah
kipas angin? Hitunglah dengan jawabanmu sendiri dan menggunakan
perbandingan senilai, dengan total harga < 𝑅𝑝 800.000,00
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Penalaran
No Penyelesaian Indikator Kemampuan Penalaran
1. Diketahui : 1. siswa memberikan pernyataan-
-
30
harga 10 kipas angin adalah Rp
800.000,00
Ditanya :
harga perbandingan 4 buah kipas angin
dan 5 buah kipas angin dengan total
harga < 𝑅𝑝 800.000,00
pernyataan dan memberikan
penjelasan yang mendukung
2. a. Misalkan harga 4 buah kipas angin
adalah Rp 150.000,00. Maka untuk
harga 5 buah kipas angin adalah
4
5=
150.000
𝑥
4𝑥 = 5 × 150.000
𝑥 =750.000
4
𝑥 = 187.500
Jadi, harga 5 buah kipas angin adalah Rp
187.500,00
Total harga 4 buah kipas angin dan 5
buah kipas angin adalah
𝑅𝑝 150.000,00 + 𝑅𝑝 187.500,00 =
𝑅𝑝 337.500,00 < 𝑅𝑝 800.000,00
b. Misalkan harga 4 buah kipas angin
adalah Rp 200.000,00. Maka untuk
harga 5 buah kipas angin adalah
4
5=
200.000
𝑥
4𝑥 = 5 × 200.000
𝑥 =1.000.000
4
𝑥 = 250.000
Jadi, harga 5 buah kipas angin adalah Rp
250.000,00
Total harga 4 buah kipas angin dan 5
buah kipas angin adalah
𝑅𝑝 200.000,00 + 𝑅𝑝 250.000,00 =
𝑅𝑝 450.000,00 < 𝑅𝑝 800.000,00
2. siswa dapat mengajukan dugaan
tentang jawaban dan proses solusi
3. siswa dapat melakukan manipulasi
matematika
4. siswa dapat menarik kesimpulan
yang telah diperoleh
-
31
2.7 Kemampuan Pemecahan Masalah
2.7.1 Definisi Kemampuan Pemecahan Masalah
Krulik dan Rudnick mendefinisikan bahwa pemecahan masalah adalah cara
yang dilakukan oleh seseorang melalui pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari keadaan yang tidak rutin (Siswono &
Novitasari, 2007). Sedangkan kemampuan pemecahan masalah merupakan
potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dan
menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari (Gunantara, Suarjana, & Riastini,
2014). Ketika akan memecahkan suatu masalah, maka diperlukan juga strategi
pemecahan masalah. Strategi pemecahan masalah merupakan cara berpikir yang
digunakan ketika akan memecahkan suatu masalah dengan menyelesaikan
menggunakan cabang ilmu matematika (Hartono, 2014).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kemampuan pemecahan
masalah merupakan potensi yang dimiliki seseorang melalui pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
tidak rutin. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan
proses untuk mengatasi kesulitan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang
akan dicapai dan mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam memahami
masalah sampai pada memeriksa kembali hasil dengan indikator materi pada
matematika (Tangio, 2015).
2.7.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Terdapat 4 tahapan yang perlu diketahui untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah siswa, yaitu siswa dapat memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan melihat kembali
-
32
hasil dan proses penyelesaian masalah (Polya, 1988) . penjelasan dari keempat
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah
Sebelum menyelesaikan permasalahan, hendaknya siswa mengetahui
informasi-informasi yang terdapat pada permasalahan tersebut dan pertanyaan
yang diajukan.
2. Merencanakan penyelesaian masalah
Setelah siswa memahami isi dari permasalahan, siswa akan merencanakan
strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk permasalahan tersebut sampai
pada tahap akhir penyelesaian masalah.
3. Melaksanakan penyelesaian masalah
Tahap ini, siswa mengimplementasikan rencana yang telah dibuat untuk
memecahkan masalah.
4. Mengoreksi kembali penyelesaian masalah
Setelah siswa menyelesaikan masalah, siswa perlu menganalisis jawaban atau
mengoreksi kembali jawaban tersebut.
Berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang telah
dijelaskan, berikut adalah contoh permasalahan yang menjelaskan masing-masing
indikator: Jika harga 2 buah apel dan 6 buah apel mempunyai perbandingan 3: 1,
berapa harga masing – masing buah tersebut yang memungkinkan untuk
menunjukkan sebuah perbandingan berbalik nilai? Tunjukkan bahwa jawabanmu
adalah benar
Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
No Penyelesaian Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah
-
33
1. a. Dengan perbandingan 3: 1 , maka dapat
diperoleh harga 2 buah apel adalah Rp
15.000,00 dan 6 buah apel adalah Rp
5.000,00. Karena merupakan
perbandingan berbalik nilai, sehingga
semakin banyak apel yang dibeli maka
harga apel tersebut semakin murah.
Bukti :
Jika harga 2 buah apel adalah Rp
15.000,00. Maka :
2
6=
𝑦
15.000
6𝑦 = 2 × 15.000
𝑦 =30.000
6
𝑦 = 5.000
Jadi harga 6 buah apel adalah Rp 5.000,00
b. Dengan perbandingan 3: 1 , maka dapat
diperoleh harga 2 buah apel adalah Rp
12.000,00 dan 6 buah apel adalah Rp
4.000,00. Karena merupakan
perbandingan berbalik nilai, sehingga
semakin banyak apel yang dibeli maka
harga apel tersebut semakin murah.
Bukti :
Jika harga 2 buah apel adalah Rp
12.000,00. Maka :
2
6=
𝑦
12.000
6𝑦 = 2 × 12.000
𝑦 =24.000
6
𝑦 = 4.000
Jadi harga 6 buah apel adalah Rp
4.000,00
c. Dengan perbandingan 3: 1, maka harga 2
buah apel adalah Rp 30.000,00 dan 6
buah apel adalah Rp 10.000,00. Karena
merupakan perbandingan berbalik nilai,
sehingga semakin banyak apel yang
1. Siswa dapat memahami soal dengan
baik, yaitu dapat memahami maksud
dari pertanyaan yang ada pada soal
dan mengetahui informasi-informasi
pada soal tersebut.
2. Siswa mampu merencanakan
penyelesaian masalah, yaitu siswa
dapat merencanakan jawaban-
jawaban yang memungkinkan untuk
harga buah apel dan cara yang sesuai
untuk menyelesaikan soal tersebut.
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah
sesuai dengan rencana yang telah
dibuat.
4. Siswa mereview kembali jawaban-
jawaban tersebut dengan baik,
sehingga tidak akan ada kesalahan
pada hasil pekerjaannya tersebut.
-
34
dibeli maka harga apel tersebut semakin
murah.
Bukti :
Jika harga 2 buah apel adalah Rp
30.000,00. Maka :
2
6=
𝑦
30.000
6𝑦 = 2 × 30.000
𝑦 =60.000
6
𝑦 = 10.000
Jadi harga 6 buah apel adalah Rp
10.000,00