bab ii kajian pustaka 2...2.1.2 model kooperatif 2.1.2.1 model pembelajaran kooperatif model...

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hakikat IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) (Permendiknas No. 22 tahun 2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPA Untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.1.1 Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Pembelajaran IPA mulai dikenalkan ditingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Pengajaran IPA yang monoton telah membuat para siswa mulai merasa jenuh. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik siswa.Analisis sumber belajar, penetapan strategi pengorganisasian dan isi belajar, menetapkan strategi pengolahan dan pembelajaran.Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat dipenuhi. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk siswa hendaknya dimodifikasi sesuai taraf perkembangan kognitif siswa, karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Oleh karena itu anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KajianTeori

2.1.1 Hakikat IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

(Permendiknas No. 22 tahun 2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPA Untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.1.1 Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Pembelajaran IPA mulai dikenalkan ditingkat sekolah sejak kelas 1 SD.

Pengajaran IPA yang monoton telah membuat para siswa mulai merasa jenuh.

Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu

dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dapat berupa

analisis tujuan dan karakteristik siswa.Analisis sumber belajar, penetapan

strategi pengorganisasian dan isi belajar, menetapkan strategi pengolahan dan

pembelajaran.Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan

dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan

pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat dipenuhi.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu penerapannya dalam

masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pengajaran IPA

dan keterampilan proses IPA untuk siswa hendaknya dimodifikasi sesuai taraf

perkembangan kognitif siswa, karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat

dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Oleh karena itu anak-anak perlu

diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

8

sehingga diharapkan akhirnya mereka berfikir dan memiliki sifat ilmiah. Trianto,

(2010:135).

2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA

Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Tujuan di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD,

hendaknya tidak menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik semata,

tetapi juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara komprehensif.

Dengan demikian, penyajian materi atau konsep tidak dilakukan secara

informatif melalui ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya melibatkan siswa

dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya

sendiri. Agar situasi ini terjadi, dengan demikian, memilih model pembelajaran

menjadi penentu penting. Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan

model pembelajaran berbasis masalah tujuan pendidikan IPA seperti yang

diharapkan dapat tercapai.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

9

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pelajaran IPA

Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA

meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu:

1) mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.

3) energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat

sederhana

4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.2 Model kooperatif

2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak

dari dasar “getting better together“ dimana menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, serta keterampilan-

keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Melalui

metode Cooperative Learning, siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang

disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan dapat juga belajar

dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk pembelajaran

siswa lain.

Menurut Anita Lie, dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut

untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang heterogen.

Hal ini memberi peluang besar bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran, sehingga akan memberikan dampak positif terhadap hasil

belajar siswa.

Model pembelajaran Cooperative Learningtidak sama dengan sekedar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative

Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

10

akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. (Anita

Lie,2002:29).

Menurut Bennet (Isjoni, 2010:60), ada lima unsur dasar yang dapat

membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

1. Positive interdepedence (hubungan timbal balik yang didasari adanya

kepentingan bersama, dimana keberhasilan seseorang merupakan

keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya).

2. Interaction face to face (interaksi yang langsung tejadi antar siswa).

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota

kelompok.

4. Membutuhkan keluwesan.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

(proses kelompok).

Anita Lie (Isjoni, 2010: 23) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan

istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa

lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran

kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim

yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang

sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan untuk

mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student

oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam

mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.

Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 33-34), terdapat tiga konsep sentral yang

menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika

kelompok mencapai skor atas kriteria yang ditentukan.

2. Pertanggungjawaban individu

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

11

Keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran individu dari semua

anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan cara skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari

yang terdahulu. Dengan menggunakan cara skoring ini setiap siswa baik

yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh

kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar

dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif

menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai

jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Model

pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisispasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan

dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis(Trianto,2010:57-59).

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,

maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu

mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk Dalam

pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus

mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan,

kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan

mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas

dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

12

2.1.2.2 Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu,

membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan

adanya model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray secara intensif

akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang

akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.

2.1.2.3 Cara-cara Pelaksanaan kooperatif tipe two stay two stray (TSTS).

Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray(TSTS) memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat

kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk

saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan

interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaah kelas karena

masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang

dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam

kelompok ( Jarolimek & Parker dalam Isjoni, 2009). Menurut Lin. E. (2008)

kelompok pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang diberi nomor 1, 2,

3 dan 4 dan masing-masing memiliki peran sebagai berikut:

Nomor 1 sebagai pemimpin/manajer yang mengatur kelompok dan

memastikan anggota menyelesaikan perannya dan bekerja secara kooperatif

tepat pada waktunya, Nomor 2 sebagai pencatat yang mencatat jawaban

kelompok dan hasil diskusi, Nomor 3 sebagai teknisi/mengatur bahan yang

mengumpulkan bahan untuk kelompok dan membuat analisis teknik untuk

kelompok, Nomor 4 sebagai reflektor yang memastikan bahwa semua

kemungkinan telah digali dengan mengajukan pertanyaan: ada ide lain? Serta

mengamati dinamika kelompok.

Pada pembelajaran kooperatiftwo stay two stray setiap kelompok terdiri

dari 4 orang, keempat orang (A,B,C,D) bersama-sama mengkaji suatu bahasan,

kemudian siswa B dan C meninggalkan kelompok untuk bertamu ke dua

kelompok lainnya. Sementara siswa A dan D tinggal dalam kelompok dan

bertugas memberikan informasi hasil kerja kelompok kepada tamu yang datang

dari dua kelompok lain.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

13

Cara belajar kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu) menurut

Spencer Kangan (1990). sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat ssebagaimana biasa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan

dikerjakan bersama.

3. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok diminta meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota kelompok lain.

4. Dua orang yang inggal dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan

hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan

apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan

mereka semua.

Berikut ini bagan kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu) menurut

Lie, A. (2008). Yaitu :

Gambar Bagan proses Pembelajaran 2.1

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

14

Keterangan:

Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas

oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang dikunjungi.

Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai artikel yang telah

dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang berkunjung.

2.1.2.4 Fungsi Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)

Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi

kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk kelompok

secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa untuk berinteraksi

dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A. (2008) membentuk kelompok

berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi

berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

dan guru mudah memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah

membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,

jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk

kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.

2.1.2.5 Karateristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS)

Teknik pembelajaran TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun

1992. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan anak usia didik. “Menurut Anita Lie, Struktur Two Stay Two Stray/Dua

Tinggal Dua Tamu, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengn kelompok lain”.

Adapun proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray,

dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa yang lainnya bertamu

kekelompok lain. Dua orang yang tinggal harus bertugas untuk memberikan

informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil diskusinya, sementara

itu yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok

yang dikunjunginya.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu

(lie, 2002:61-62) adalah sebagai berikut.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

15

1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Dimana

anggotanya bersifat hiterogenitas atau beraneka ragam yaitu satu orang

siswa yamg berkemampuan tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan

sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah.

2. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian dua orang dari

masing-masing kelompok yanng berkemampuan sedang akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertemu kedua kelompok lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok memiliki kemampuan yang tinggi

dan rendah bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu

mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil mereka.

2.1.3 Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

2.1.3.1 Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS)

Model pembelajaran Two Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu

merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok

untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya (Spencer

Kagan,1990:140). Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu

antar kelompok untuk berbagi informasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sangat

diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar dan berinteraksi

oleh siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengajar siswa secara lebih

dalam sehingga dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Spray (TSTS) yang diterapkan oleh guru lebih sistimatis dan bermutu.

2.1.3.2 Pendekatan Pembelajaran model kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS)

Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa

pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

16

a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

c. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis

kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif

adalahstrategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:

a. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok

b. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan

kemampuannya

c. Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui

kelompok

Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau

disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran

yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan

sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.

Beberapa definisi tersebut bahwa dalam pendekatan pembelajaran

kooperatifharus ada kerja sama yang baik yakni; saling menghargai antar angota

kelompok, mau menerima walaupun berbeda latar belakang etnis dan

kemampuan. Dalam kooperatif tipe two stay two stray secara khusus juga

mempunyai bentuk pendekatan yang sama dari definisi diatas yakni setiap siswa

yang sudah dibentuk kelompok harus bisa menerima siswa walau berbeda latar

belakang dan kemampuan akademik, karena semua ini bertujuan untuk

mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah-masalah melalui

kelompok kecil tersebut.

2.1.4 Keaktifan Belajar

2.1.4.1 Pengertian Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam belajar secara efektif itu dapat dinyatakan

sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

17

a. Hasil belajar peserta didik umumnya hanya sampai tingkat penguasaan,

merupakan bentuk hasil belajar terendah.

b. Sumber-sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru

(catatan penjelasan dari guru) dan satu dua buku catatan.

c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar peserta didik

secara optimal. (Tabrani,1989: 128).

Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran

maupun kegiatan belajar, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan

mengolah hasil belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah hasil

belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan

emosional. Sardiman (2009) berpendapat bahwa aktifitas disini yang baik yang

bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus

saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang

optimal. Banyak aktifitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Beberapa

macam aktifitas itu harus diterapkan guru pada saat pembelajaran sedang

berlangsung.

Dalam proses belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman priba

yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan

pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya, sedangkan

mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan. agar siswa dapat

memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan

belajar. sebaiknya itu guru harus memotivasi siswa pada saat pembelajaran

berlangsung, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat

pembelajaran. Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan

mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus

mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar

harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat dalam

proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar

komponen. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktifitas yang sejati,

dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dipelajari.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

18

Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan

ketrampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Saat ini

pembelajaran diharapkan ada interaksi siswa pada saat pembelajaran. Hal ini

agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. guru berperan sebagai

pembimbing dan fasilitator.

2.1.4.2 Klasifikasi keaktifan siswa

Menurut Sardiman (2009) keaktifan siswa dalam belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Visual activities

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

dan mengamati orang lain bekerja.

b. Oral activities

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi dan interupsi.

c. Listening activities

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan musik, pidato.

d. Writing activities

Menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin.

e. Drawing activities

Menggambar, membuat grafik, diagram, peta.

f. Motor activities

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Mental activities

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,

melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

h. Emotional activities

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Dengan demikian bisa

kita lihat bahwa keaktifan siswa sangat bervariasi, peran gurulah untuk

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

19

menjamin setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

dalam kondisi yang ada. Guru juga harus selalu memberi kesempatan bagi

siswa untuk bersikap aktif mencari, memperoleh, dan mengolah hasil

belajarnya.

2.1.4.3 Prinsip-Prinsip Keaktifan

Menurut W. Gulo (2002) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan

aktivitasnya dalam pembelajaran. Prinsip–prinsip tersebutadalah :

1. Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang

merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam

pembelajarannya.

2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan

apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada

inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.

3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-

hubungkan seluruh aspek pengajaran.

4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan

kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegaiatan intelektual.

5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada perbedaan -

perbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga mereka tidak

diperlakukan secara klasikal.

6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi

yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.

7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka terhadap

masalah dan mempunyai kegiatan untuk mampu menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam diri

para siswa, hendaknya guru memperhatikan dan menerapkan beberapa prinsip di

atas. Dengan begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalambelajar dan juga

mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Jadi siswalah yang berperan

pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru hanya membuat suasana

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

20

belajar yang menyenangkan, agar siswa bisa aktif dalam pembelajaran, jadi

mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran sedang berlangsung.

2.1.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah 1)

Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) Menjelaskan tujuan instruksional

(kemampuan dasar kepada peserta didik); 3) Mengingatkan kompetensi belajar

kepada peserta didik; 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang

akan dipelajari); 5) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara

mempelajari; 6) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feedback); 8) Melakukan tagihan-

tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta didik

selalu terpantau dan terukur; 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan

diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa

pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009)

cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu

yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa

secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang

jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain

memperbaiki keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan

siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau

keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang

kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan

untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-

kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha

dan keinginan siswa untuk berfikir secara aktif.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Belajar

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:2), “belajar adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

21

Menurut Rusman (2012: 134) “belajar adalah perubahan tingkah laku

individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan

lingkungan”

Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010:35),“belajar merupakan serangkaian

upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap seta

kemampuan intelektual, sosial, afektif, maupun psikomotor”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan sebagai hasil pengalaman dan perubahan

tingkah lakunya dapat diamati.

Prinsip belajar yang pertama adalah perubahan perilaku. Perubahan

perilaku memiliki ciri-ciri seperti :

a) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

b) Permanen atau tetap

c) Bertujuan dan terarah,

Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses. Belajar

terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Dan prinsip

belajar yang ketiga belajar merupakan bentuk pengalaman.

Tujuan belajar adalah untuk mendapat pengetahuan sehingga mampu

berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain

dan sebagainya.

2.1.5.2 Hasil Belajar

Menurut Sudjana, (2010:22) Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman

belajarnya.Menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang

dapat dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka

terjadi perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam

perbuatan.

Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli tersebut, maka yang

dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian dalah hasil akhir dari proses

kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti

pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

22

yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat

penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai,

aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan

aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak

siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.1.5.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang kondusif, hai ini akan bekaitan dengan faktor dari luar

siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan,

penanaman konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap.

Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa.

Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain: (1) faktor

jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh); (2) faktor psikologis (intelegensi, minat,

perhatian, bakat motif, dan kematangan); dan (3) faktor kelelahan (kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani).

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

individu. Adapun hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah: (1)

faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antaranggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan);

(2) faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan

siswa, isiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah); (3) faktor

masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan

bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor

kelelahan. Sedangkan untuk faktor eksternal, terdiri dari: faktor keluarga, faktor

sekolah, dan faktor masyarakat.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

23

Kedua faktor yang telah dijelaskan diatas memberikan pengaruh yang

banyak bagi siswa. Supaya dapat memperoleh hasil belajar yang baik atau

memuaskan siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar di atas agar terwujud kebiasaan belajar yang baik.

2.1.6 Hubungan Antara Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

(TSTS)dengan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA.

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimana model pembelajaran

TSTS berkorelasi dengan Keaktifan dan Hasil belajar IPA? Menjawab

pertanyaan ini, maka perlu untuk melihat bagaimana sesungguhnya manfaat

model pembelajaran TSTS itu sendiri. Berdasarkan pada paparan teoritis dan

sintaks model pembelajaran TSTS tersebut, tampak bahwa model pembelajaran

ini dirancang agar siswa terlibat lebih banyak dalam pembelajaran. Keterlibatan

aktivitas seluruh siswa itu dapat dilihat pada sintaks dimana siswa dengan model

pembelajaran ini dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan, mendiskusikan

masalah dan untuk menjawab pertanyaan, termasuk mengambil kesimpulan dari

hasil diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan yang diajukan. Sintaks ini secara

langsung menjadikan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan penuh inilah menjadikan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

Logika yang dibangun adalah, semakin sering siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran, siswa dapat mengalami dan berproses mulai dari merumuskan

masalah hingga mengambil kesimpulan berdasarkan masalah yang diajukan.

Dengan sering berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih

memahami keseluruhan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan lebih

memahami materi pelajaran, makin memudahkan siswa ketika siswa diajukan

pertanyaan untuk diselesaikan dalam bentuk tes. Situasi ini membawa

konsekuensi siswa lebih mudah memahami pelajaran dan siswa lebih mudah

menjawab soal. Ikatannya, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

2.1.7 PenelitianYang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nani, Miraniati tahun 2014 denganjudul

Penerapan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

24

Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SDN Kalibeji 01

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Penerapan model

Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasi belajar

IPA pada siswa Kelas 5 SDN Kalibeji 01 kecamatan tuntang kabupaten semarang

semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini mengacu dari fakta bahwa

siswa kelas 5 SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang hasil

belajar mata pelajaran IPA rendah. Penyebab hal ini adalah guru cenderung

menggunakan metode atau model mengajar yang konvensional (ceramah).

Pengujian hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hanya 15 siswa yang

memenuhi KKM dan 5 siswa lainya tidak memenuhi KKM.

Berdasarkan pada kenyataan ini, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengunakan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two

Stray). Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah

Penerapan Model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Dapat

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5 SDN Kalibeji 01 Tahun

Pelajaran 2013/2014?.”, “Bagaimanakah Penerapan Model Dua Tinggal Dua

Tamu (Two Stay Two Stray) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa

Kelas 5 SDN Kalibeji 01 Tahun Pelajaran 2013/2014?”. Tujuan penelitian yaitu

“Untuk meningkatkan hasil belajar melalui Penerapan Model Dua Tinggal Dua

Tamu (Two Stay Two Stray) Dapat Meningkatkan Hasi Belajar IPA Pada Siswa

Kelas 5 SDN Kalibeji 01 Tahun Pelajaran 2013/2014”., “Mendeskripsikan

Penerapan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5 SDN Kalibeji 01

Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai Mei 2014 di

SDN Kalibeji 01 kecamatan tuntang kabupaten semarang pada siswa kelas 5

sebagai subjek penelitian. Pendekatan yang digunakan ialah metode penelitian

tindakan kelas (PTK), berlangsung 2 siklus setiap siklusnya melalui tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan metode dokumentasi, metode observasi, dan metode tes.

Simpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan melalui

model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN Kalibeji 01 kecamatan tuntang kabupaten

semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. Saran dari penulis adalah model

Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat digunakan sebagai model

dalam proses belajar mengajar di kelas, karena dengan menggunakan model Dua

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

25

Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasil belajar IPA

pada siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Belki tahun 2013 denganjudul Penerapan

model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 semester 2

tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Penerapan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat

meningkatkan hasi belajar IPA pada siswa Kelas 4 SDN Randuacir 01 semester 2

tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini mengacu dari fakta bahwa siswa kelas 4

SDN Randuacir 01 hasil belajar mata pelajaran IPA rendah. Penyebab hal ini

adalah guru cenderung menggunakan metode atau model mengajar yang

konvensional (ceramah). Pengujian hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hanya

10 siswa yang memenuhi KKM dan 4 siswa lainya tidak memenuhi KKM.

Berdasarkan pada kenyataan ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengunakan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray).

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah penerapan

model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 Salatiga tahun pelajaran

2012/2013.”, “bagaimanakah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas

4 SDN Randuacir 01?”.

Dengan tujuan penelitian yaitu “Mengetahui apakah penerapan model

Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan hasi belajar

IPA pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 salatiga tahun pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013 sampai Mei 2013 di SDN

Randuacir 01 pada siswa kelas 4 sebagai subjek penelitian. Pendekatan yang

digunakan ialah metode penelitian tindakan kelas (PTK), berlangsung 2 siklus

setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,

metode observasi, dan metode tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan melalui model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

26

Stray) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Randuacir 01.

Terbukti dengan perolehan nilai hasil belajar dilihat dari pra siklus yaitu rata-rata

kelas 66, pada siklus 1 meningkat menjadi 75,8 dan siklus 2, meningkat menjadi

82,5. Saran dari penulis adalah model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two

Stray) dapat digunakan sebagai model dalam proses belajar mengajar di kelas,

karena dengan menggunakan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two

Stray) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajariyanto, Septian Dwi tahun 2014

denganjudul Peningkatan Sikap Positif dan Hasil Belajar IPA Melalui

Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas IV SDN Delik

02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran

2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk: pertama, meningkatkan sikap positif

dan hasil belajar terhadap pelajaran IPA melalui cooperative learning tipe two stay

two stray pada siswa kelas IV di SDN Delik 02 semester II tahun ajaran

2013/2014. Kedua, Mendeskripsikan penerapan cooperative learning tipe two stay

two stray dalam meningkatkan sikap positif dan hasil belajar siswa terhadap

pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas yang

menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart dengan langkah perencanaan,

tindakan dan observasi, refleksi yang dilaksanakan dalam beberapa siklus.

Variabel penelitian ini adalah pembelajaran cooperative learning tipe two stay two

stray, sikap, dan hasil belajar. Instrumen sikap menggunakan angket, hasil belajar

menggunakan tes, dan pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray

menggunakan lembar observasi. Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SDN

Delik 02 dengan subyek 21 siswa.

Pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray dengan

langkahlangkah membagi kelompok secara heterogen, berdiskusi, bertamu,

mencocokkan, presentasi, dilaksanakan sesuai sintak. Hasil penelitian

menunjukkan menggunakan cooperative learning tipe two stay two stray dapat

meningkatkan sikap dan hasil belajar. Peningkatan nampak pada persentase pada

pra siklus sebesar 34%, siklus I sebesar 76%, dan siklus II 100%. Persentase hasil

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

27

belajar juga mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan, ketuntasan pada

pra siklus sebesar 38%, siklus I sebesar 71%, dan siklus II sebesar 86%.

Sebaiknya guru menerapkan pembelajaran cooperative learning tipe two stay two

stray agar siswa aktif, tumbuh percaya diri, terjalin komunikasi yang positif

sehingga meningkatkan sikap positif, dan hasil belajar pelajaran IPA mencapai

hasil yang maksimal.

Berdasarkan uraian diatas tentang beberapa temuan penelitian

yang relevan dapat dilihat bahwa dari keempat penelitian tersebut penggunaan

metode Two Stay Two Stray menunjukan keberhasilan dalam penerapan metode

tersebut, hal tersebut ditunjukan dari presentase hasil belajar siswa yang

meningkat dari yang tidak menggunakan metode Two Stay Two Stray dengan

yang menggunakannya.

Dapat dilihat dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Fajariyanto,

Septian Dwidalam penelitianya penggunaan metode Two Stay Two

Strayketuntasan pada pra siklus sebesar 38%, siklus I sebesar 71%, dan siklus II

sebesar 86%. Sebaiknya guru menerapkan pembelajaran cooperative learning tipe

two stay two stray agar siswa aktif, tumbuh percaya diri, terjalin komunikasi yang

positif sehingga meningkatkan sikap positif, dan hasil belajar pelajaran IPA

mencapai hasil yang maksimal. Dari penjelasan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa penerapan metode Two Stay Two Straydapat mempengaruhi

hasil belajar siswa oleh karena itu peneliti merasa termotivasi untuk mencoba

menerapkan metode pembelajaran tersebut dalam penelitian yang akan dilakukan

untuk membuktikan apakah metode Two Stay Two Stray yang penulis terapkan

benar-benar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa atau bahkan sebaliknya

metode Two Stay Two Stray tidak mempengaruhi dalam hasil belajar siswa.

2.1.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori dari pakar dan berberapa

penelitian yang pernah dilakukan peneliti, pembelajaran dikelas memerlukan

strategi dan model yang bisa menarik minat siswa sehingga siswa akan aktif dan

tertarik dalam pembelajaran.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

28

Maka dari itu memilih model yang tepat dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran harus digunakan untuk menarik perhatian siswa, dengan begitu

proses pembelajaran akan berhasil dengan baik dan mendapat prestasi belajar

yang baik pula. dari uraian diatas, dapat disusun kerangka berpikir sebagai

berikut:

Kerangka Berfikir

Gambar Kerangka Berfikir 2.2

Siswa : hasil belajar

rendah. Kegiatan

Awal

Guru

menggunakan

metode ceramah

,tanya jawab

Siklus I : mengunakan

model pembelajaranTwo

Stay Two Stray tanpa alat

peraga

Guru

menggunakan

model Two Stay

Two Stray

Tindakan

Siklus II : mengunakan

model pembelajaran Two

Stay Two Stray dengan alat

peraga

Melalui model TSTS dapat

meningkatkan hasil belajar bagi

siswa kelas V SDN Randuacir 02

pada semester II tahun pelajaran

2013/2014

Kondisi

Akhir

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...2.1.2 Model kooperatif 2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar “getting better

29

Keterangan :

1. Kondisi awal, guru mengunakan metode konvensional ceramahdan

penugasan, namun pada tahap ini,keaktifan dan hasil belajar siswa tidak

sesuai dengan tujuan pembelajaran, KKM tidak tercapai.

2. Tahap kedua yaitu tindakan PTK siklus I, Guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TS-TS, keaktifan belajar dan hasil belajar

siswa belum atau sudah mencapai indikator ketuntasan ≥ 75%.

3. Pada tahap ketiga yaitu tindakan PTK siklus II, guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TS-TS perbaikan siklus 1 keaktifan belajar dan

hasil belajar meningkat ≥ indikator yang ditetapkan.

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis

tindakan adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray(TSTS)dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas 5 SD

Mangunsari 05 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 .

2. Menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray(TSTS) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 05

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 .