bab ii kajian pustaka · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. ketiga, aspek sikap yaitu...

28
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori berisi tentang kajian atau pendapat para ahli yang mendukung penelitian ini. Beberapa ahli mengkaji objek yang sama namun terkadang memiliki pandangan yang berbeda. Kajian teori ini membahas tentang hakikat pembelajaran IPA, model Group Investigation berbantu media realia serta hasil belajar. 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam untuk selanjutnya disingkat IPA menurut Samatowa (2010: 3) adalah ilmu yang mempelajari peristiwa atau gejala alam yang disusun secara sistematis dengan berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan manusia. IPA memiliki ciri khusus mempelajari fenomena alam yang faktual (factual) dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014: 22). Selanjutnya Trianto (2013: 141) menyatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun dengan dasar sikap ilmiah dan menghasilakan produk ilmiah. Tiga komponen penting dalam produk ilmiah adalah berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. Berdasarkan paparan tentang IPA, dapat dikaji bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa atau gejala alam yang didapat melalui proses ilmiah dan dibangun dengan sikap ilmiah serta menghasilkan produk ilmiah. IPA mempelajari fenomena alam yang bersifat faktual untuk menghasilkan konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara umum. Jacobson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170) menjelaskan lima karakteristik IPA yaitu yang pertama IPA adalah kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori. Kedua proses ilmiah meliputi fisik dan mental serta mencermati fenomena

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori berisi tentang kajian atau pendapat para ahli yang mendukung

penelitian ini. Beberapa ahli mengkaji objek yang sama namun terkadang

memiliki pandangan yang berbeda. Kajian teori ini membahas tentang hakikat

pembelajaran IPA, model Group Investigation berbantu media realia serta hasil

belajar.

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu pengetahuan alam untuk selanjutnya disingkat IPA menurut

Samatowa (2010: 3) adalah ilmu yang mempelajari peristiwa atau gejala alam

yang disusun secara sistematis dengan berdasarkan pada hasil percobaan dan

pengamatan manusia. IPA memiliki ciri khusus mempelajari fenomena alam yang

faktual (factual) dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati dan Sulistyowati,

2014: 22).

Selanjutnya Trianto (2013: 141) menyatakan bahwa hakikat IPA adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses

ilmiah yang dibangun dengan dasar sikap ilmiah dan menghasilakan produk

ilmiah. Tiga komponen penting dalam produk ilmiah adalah berupa konsep,

prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Berdasarkan paparan tentang IPA, dapat dikaji bahwa IPA merupakan

ilmu yang mempelajari tentang peristiwa atau gejala alam yang didapat melalui

proses ilmiah dan dibangun dengan sikap ilmiah serta menghasilkan produk

ilmiah. IPA mempelajari fenomena alam yang bersifat faktual untuk

menghasilkan konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara umum.

Jacobson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170) menjelaskan lima

karakteristik IPA yaitu yang pertama IPA adalah kumpulan konsep, prinsip, hukum

dan teori. Kedua proses ilmiah meliputi fisik dan mental serta mencermati fenomena

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

10

alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan,

dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian saja. Kelima yaitu

kebenaran dalam IPA bersifat subjektif.

Berdasarkan karakteristik IPA, dapat dikaji bahwa IPA merupakan ilmu

pengetahuan yang terdiri dari kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori. IPA

dipelajari dengan menggunakan serangkaian proses ilmiah yang meliputi fisik dan

mental serta mencermati fenomena atau gelaja alam yang terjadi beserta

penerapannya.

Aspek sikap yang dibangun dalam mempelajari IPA adalah keteguhan hati,

keingintahuan, dan ketekunan. Aspek sikap yang telah disebutkan haruslah muncul

saat seseorang mempelajari IPA melalui serangkaian proses ilmiah. Segala sesuatu

yang dipelajari dalam IPA tidak dapat membuktikan semua, namun hanya sebagian

saja. Kebenaran yang yang dibuktikan dalam IPA bersifat subjektif bukan objektif.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007) dinyatakan bahwa

hakikat pembelajaran IPA di SD berubungan dengan cara mempelajari alam

secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan namun

juga didasarkan pada proses penemuan dan pemberian pengalaman belajar

langsung.

Samatowa (2010: 2) memaparkan bahwa pembelajaran IPA di SD

hendaknya dapat memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah, sehingga siswa

dapat mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan

fakta serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus pengajarannya dapat

menumbuhkan minat dan pengembangan anak terhadap dunia tempat mereka

hidup.

Jadi pembelajaran IPA di SD seharusnya membekali keterampilan proses

siswa dalam mempelajari sesuatu secara ilmiah. Guru dapat memupuk rasa ingin

tahu siswa secara alamiah melalui penyelidikan atau penemuan. Selain itu

memberikan pengalaman belajar langung agar siswa dapat belajar secara lebih

konkret.

Fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip yang dipelajari diperoleh

menggunakan proses ilmiah. Guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

11

sehingga dapat mendorong siswa untuk melakukan proses inkuiri atau penemuan

serta memberikan pengalaman belajar langsung.

Ada beberapa alasan yang mendasari mata pelajaran IPA dimasukkan

dalam kurikulum SD. Dalam buku “Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”,

Samatowa (2013) mengemukakan alasan pentingnya mata pelajarana IPA

diajarkan di sekolah dasar menjadi empat golongan.

Pertama, IPA berfaedah atau berguna bagi suatu bangsa, IPA merupakan

dasar bagi perkembangan teknologi sehingga banyak berpengaruh terhadap

pembangunan suatu bangsa. Kedua, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang

memberikan kesempatan untuk berpikir kritis, jika diajarkan dengan cara yang

tepat seperti dengan mendorong siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya.

Ketiga, IPA bukan mata pelajaran yang bersifat hapalan jika diajarkan

dengan percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa. Keempat, IPA memiliki

nilai-nilai pendidikan yang memiliki potensi membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan melalui proses belajar secara ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah

seperti keingintahuan, ketekunan, teliti, jujur dan objektif terhadap fakta.

Sedangkan untuk tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dijelaskan dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat;

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

memecahkan masalah dan membuat keputusan;

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

12

Pembelajaran IPA di SD dapat membekali kemampuan kognitif dengan

memberikan bekal pengetahuan dan konsep IPA serta kemampuan siswa untuk

berpikir kritis. Kemampuan kognitif dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-

hari dan menjadi bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

selanjutnya.

IPA juga dapat berdampak baik terhadap perkembangan aspek afektif

siswa. Sikap spiritual yaitu meyakini dan menghargai segala alam dan isinya

sebagai ciptaan Tuhan dapat diperoleh melalui pembelajaran IPA. Selain itu sikap

ilmiah dalam mempelajari IPA juga diharapkan terus tumbuh dengan baik pada

diri siswa.

Aspek keterampilan dalam IPA seperti keterampilan proses dapat menjadi

bekal bagi siswa. Melalui proses penyelidikan terhadap alam sekitar, siswa belajar

memecahan masalah dan mengambilan keputusan yang kelak berguna dalam

kehidupan sehari-hari siswa.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007) dijelaskan ruang

lingkup IPA untuk SD/MI yang pertama yaitu makhluk hidup dan proses

kehidupannya yang mencakup manusia, hewan, tumbuhan dan proses interaksinya

dengan lingkungan, selain itu juga tentang kesehatan. Kedua, wujud benda (cair,

padat, gas) beserta sifat dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, macam-macam energi dan perubahannya yang meliputi: gaya,

bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Keempat, bumi dan

alam semesta yang meliputi: tanah, bumi, tata surya serta benda-benda langit

lainnya.

Ruang lingkup IPA menjadi acuan dalam pengembangan materi pokok

pembelajaran. Berdasarkan materi pokok dapat ditentukan kompetensi yang akan

dicapai. Kompetensi dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pada penelitian ini diambil standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran IPA kelas 5 semester II yang disajikan dalam Tabel 2.1.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

13

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5 Sekolah

Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Kurikulum KTSP

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam

dan hubungannya dengan penggunaan

sumber daya alam.

7.1 Mendeskripsikan proses

pembentukan tanah karena

pelapukan.

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2013: 133) menjelaskan bahwa

model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan guru untuk

merancang pembelajaran jangka panjang (kurikulum) dan bahan-bahan yang

diperlukan dalam pembelajaran serta pedoman pelaksanaan pembelajaran.

Jadi dapat dikaji bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola atau

perencanaan suatu pembelajaran yang menjadi pedoman bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran menjadi hal yang penting bagi

guru ketika merencanakan pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran

yang dapat dipilih guru salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Rusman (2013) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bentuk

pembelajaran dengan membentuk siswa pada suatu kelompok yang

beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Jadi,

pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaran secara berkelompok

dalam menyelesaikan suatu tugas.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe. Salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa dalam bekerjasama dengan

anggota kelompok tetapi juga dapat mendorong siswa untuk menemukan dengan

cara penyelidikan seperti yang seharusnya dalam proses pembelajaran IPA

adalah tipe Group Investigation.

Group Investigation merupakan gagasan seorang filsuf dari Amerika

Serikat yaitu John Dewey. Group Investigation kemudian pertama kali di

kembangkan menjadi sebuah model pembelajaran oleh Herbert Thelen dan

selanjutnya oleh Yeal Sharan dan Shlomo Sharan dari Universitas Tel Aviv.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

14

Thelen mengembangkan investigasi kelompok dengan berusaha untuk

mencampurkan bentuk strategi pengajaran dengan dinamika proses demokrasi

serta proses akademik yang berupa penelitian (Joyce dkk., 2009: 315). Proses

demokrasi dikembangkan melalui pelibatan siswa secara aktif dalam

memperoleh pengetahuan melalui penyelidikan.

Dalam artikel “Group Investigation Expands Cooperative Learning” tahun

1989, Yeal Sharan dan Shlomo Sharan menyatakan bahwa kelompok investigasi

menjadi sarana yang efektif untuk mendorong dan membimbing keterlibatan

siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa mengambil peran yang penting dalam

merencanakan apa dan bagaimana yang akan di pelajari.

Selain itu, Kurniasih dan Sani (2015: 71) juga menyatakan bahwa Group

Investigation memiliki fokus pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari

atau menemukan sendiri materi yang akan dipelajari. Hal serupa juga

diungkapkan Mitchell dkk (2008: 389) bahwa Group Investigation

memungkinkan siswa bukan hanya sebagai penerima namun terlibat langsung

dalam memperoleh pengetahuan.

Berdasarkan paparan mengenai Group Investigation, dapat dikaji bahwa

Group Investigation merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif

yang berfokus pada keterlibatan siswa secara akitf. Siswa terlibat dalam

perencanaan penyelidikan yaitu memilih topik dan menentukan cara

penyelidikan serta sumber yang digunakan.

Melalui Group Investigation, siswa tidak hanya terlibat secara aktif dalam

pembelajaran melalui proses demokrasi yang diciptakan dalam kelas namun

siswa juga membangun pengetahuannya melalui penemuan dalam proses

penyelidikan kelompok. Hal ini sangatlah tepat untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPA yang membutuhkan keterampilan proses melalui penemuan.

Dalam pembelajaran investigasi kelompok, guru memiliki peran sebagai

konselor, konsultan dan pemberi kritik yang ramah. Guru harus mampu

membimbing kelompok karena mungkin siswa akan kesulitan dalam proses

penyelidikan serta guru juga harus mampu merefleksikan pengalaman yang

didapat kelompok dalam belajar (Joyce dkk., 2009).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

15

Berdasarkan pendapat pakar dapat dikaji bahwa guru memiliki peran yang

penting dalam pelaksanaan Group Investigation. Guru berperan sebagai konselor

atau konsultan bagi siswa yang bertugas untuk memberikan bimbingan dan

arahan pada siswa dalam pembelajaran. Guru harus mambu membimbing dan

membantu jika siswa merasa kesulitan dalam mnegerjakan tugas yang diberikan.

Terkait dengan pengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran,

beberapa pakar melaporkan temuan tentang pengaruh dari penerapan Group

Investigation dalam pembelajaran. Penjelasan para pakar ini mendukung

diterapkannya Group Investigation sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Group Investigation mampu membendung dan mengatasi semua masalah

akademik (Joyce dkk., 2009) serta dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa

serta memperbesar interdependensi positif yang berkembang dalam belajar

kelompok (Sharan, 2014). Selain itu dapat meningkatkan aspek keterampilan

sosial dan kognitif seperti yang dilaporkan dalam penelitian Agada (Mitchell

dkk., 2008).

Berdasarkan pendapat pakar dapat dikaji bahwa Group Investigation

memiliki pengaruh positif dalam pembelajaran. Group Investigation dapat

diterapkan pada kelas yang memiliki permasalahan akademik untuk dapat

mengatasi permasalahan yang terjadi bahkan dapat diterapkan untuk

membendung atau mencegah permasalahan akademik muncul di dalam kelas.

Group Investigation dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam

belajar karena siswa diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minatnya

terhadap subttopik tertentu. Selain itu, Group Invstigation dapat meningkatkan

hubungan positif diantara siswa dalam kelompok dalam melakukan penyelidikan

kelompok.

Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif

siswa. Keterampilan sosial siswa dapat meningkat dengan adanya hubungan

positif dalam belajar kelompok, siswa berdiskusi dan saling menghargai

pendapat siswa yang lain. Keterampilan kognitif siswa dapat meningkat dengan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

16

siswa belajar secara aktif dlam membangun pengetahuannya sendiri melalui

penyelidikan.

Sharan (2014) memaparkan tentang keunikan dari Group Investigation

yang terintegrasi dalam empat fitur atau komponen yang masing-masing fitur

memiliki kontribusi penting. Empat fitur dalam Group Investigation dijelaskan

sebagai berikut :

a) Investigasi

Dalam melaksanakan Group Investigation, kelas dapat dikatakan sebagai

“komunitas penelitian” dan siswa-siswa menjadi para peneliti untuk

menemukan fakta-fakta tentang topik yang dipilih.

b) Interaksi

Group Investigation dapat mendorong terjadinya interaksi antar siswa dalam

pembelajaran, interaksi menjadi sarana penting bagi siswa untuk saling

bertukar gagasan, pengalaman dan pengetahuan satu sama lain serta saling

membantu dalam menyelesaikan tugas.

c) Penafsiran

Informasi yang didapat dari berbagai sumber oleh masing-masing anggota

kemudian diolah dan ditafsirkan oleh siswa. Penafsiran informasi yang

dikumpulkan anggota kelompok dapat meningkatkan kemampuan dalam

menyusun, menegaskan dan mengkonsolidasikan temuan mereka sehingga

membuat pengetahuan yang didapat menjadi lebih bermakna.

d) Motivasi intrinsik

Group Investigation dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran yaitu dalam menentukan apa yang dipelajari dan bagaimana cara

belajarnya. Siswa diberikan kewenangan berdasarkan keingintahuan,

pengetahuan dan perasaaan siswa, sehingga dapat menarik minat pribadi siswa

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Dalam menerapkan suatu model pembelajaran guru perlu memahami

langkah-langkah atau sintaks model yang dipilih agar dapat diimplementasikan

dengan baik. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran dengan Group

Investigation menurut Slavin (2010: 218-219):

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

17

1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok, tahap ini

merupakan masalah pengaturan tentang topik-topik yang akan diteliti dan

pengelompokkan siswa.

2) Merencanakan tugas yang akan di pelajari, yaitu siswa merencanakan apa

yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya serta pembagian tugas

dalam kelompok.

3) Melaksanakan investigasi, yaitu siswa mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber dan saling bertukar gagasan dengan anggota kelompok serta

mensintesikan hasil temuan mereka.

4) Menyiapkan laporan akhir, yaitu siswa menyiapkan hasil temuan kelompok

dalam sebuah laporan akhir serta merencanakan bagaimana mereka akan

mempresentasikan laporan akhir.

5) Mempresentasikan laporan akhir, yaitu kelompok mempresentasikan laporan

akhir di depan kelas sedangkan kelompok lain menanggapi dan mengevaluasi

presentasi kelompok.

6) Evaluasi, yaitu pemberian umpan balik oleh siswa tentang pengalaman

belajar yang sudah didapat serta guru dan murid bersama-sama mengevaluasi

pembelajaran siswa.

Sejalan dengan yang dikemukakan Slavin tentang langkah-langkah

pembelajaran Group Investigation, Sharan (2014) juga menjelaskan tentang

tahapan implementasi Group Investigation yang terdiri dari enam tahap sebagai

berikut :

1) Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam penelitian kelompok,

guru bersama siswa menentukan subtema yang akan diselidiki dan

membentuk kelompok penelitian berdasarkan minat siswa pada topik

tertentu.

2) Kelompok merancanakan penelitian mereka dengan memilih subtema yang

akan diselidiki, menentukan sumber yang diperlukan serta membagi tugas

anggota kelompok.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

18

3) Kelompok menjelaskan penelitian mereka dengan menemukan informasi,

melaporkan dan mendiskusikan temuan serta mensintesis hasil temuan dalam

suatu laporan.

4) Kelompok merencanakan presentasi mereka dengan memutuskan hasil

temuan yang akan dipresentasikan dan merencanakan bagaimana cara

menyampaikannya di depan kelas.

5) Kelompok menyusun presentasi mereka, guru menentukan jadwal atau

giliran kelompok presentasi, guru dan siswa juga perlu menyiapkan lembar

evaluasi presentasi kelompok.

6) Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka yang didasarkan pada

pengetahuan yang diperoleh serta pengalaman belajar siswa secrara individu

maupun kelompok dalam investigasi.

Berdasarkan paparan para pakar tentang langkah-langkah implementasi

Group Investigation dapat dikaji bahwa dalam menerapkan pembelajaran Group

Investigation terdapat 6 tahapan yang perlu dilakukan. Masing-masing tahapan

menunjukkan kegiatan yang berbeda-beda yang perlu dipahami oleh guru

sehingga dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Tahap pertama adalah menentukan subtopik yang akan diselidiki dan

membentuk siswa dalam kelompok. Dalam tahap ini, guru bersama siswa

mengidentifikasi dan menyepakati subtopik yang akan diselidiki oleh siswa.

Setelah itu, guru mengatur siswa dalam kelompok berdasarkan minat atau

ketertarikannya terhadap subtopik yang telah disepakati.

Tahap kedua adalah penyusunan rencana penelitian yang dilakuakan

siswa dalam kelompok. Siswa merencanakan apa yang akan dipelajari dan

bagaimana cara mempelajari, menentukan sumber belajar dan membagi tugas

kelompok. Dalam tahap ini, guru bertugas untuk membimbing siswa agar dapat

terlaksana dengan baik.

Tahap ketiga yaitu pelaksanaan penyelidikan atau investigasi kelompok.

Dalam tahap ini, siswa mengumpulkan informasi dan saling bertukar gagasan

antar anggota kelompok dan mensintesiskan hasil temuan mereka yang diperoleh

dari berbagai sumber yang digunakan dalam bentuk laporan akhir.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

19

Tahap keempat yaitu penyusunan laporan akhir. Dalam tahap ini, siswa

melaporakan hasil temuannya dalam laporan akhir yang selanjutnya akan

dipresentasikan di depan kelas. Kelompok juga merencanakan bagaimana

mempresentasikan hasil penemuannya serta membagi tugas dalam presentasi

kelompok.

Tahap kelima yaitu presentasi atau pelaporan hasil penemuan.Dalam

tahap ini, kelompok secara bergiliran mempresentasikan laporan di depan kelas

dan kelompok lain menaggapi presentasi kelompok. Sebelum dilaksanakan

presentasi, guru perlu mengatur jadwal presentasi kelompok.

Tahap keenam yaitu evaluasi. Dalam tahap ini, siswa memberikan umpan

balik berdasarkan pengalaman belajar. Selanjutnya, siswa bersama guru

mengevaluai proses pembelajaran yang telah berlangsung yaitu pengalaman

dalam investigasi dan pengetahuan yang mereka peroleh.

Setiap model tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kurniasih dan

Sani (2015: 73) memaparkan kelebihan dan kekurangan Group Investigation.

Kelebihan yang pertama, memberikan dampak positif terhadap peningkatan

prestasi dan motivasi belajar siswa. Kedua, menciptakan kerjasama dan interaksi

yang baik antar siswa tanpa memandang latar belakangnya.

Ketiga yaitu mampu melatih siswa untuk memiliki dan mengembangkan

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan berpendapat yang tentu

dibutuhkan dalam proses kerja kelompok. Keempat adalah memotivasi dan

mendorong peserta didik aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama

sampai tahap akhir pembelajaran.

Sedangkan kelemahannya adalah Group Investigation merupakan model

pembelajaran kooperatif yang kompleks dan sulit untuk diterapkan. Group

Investigation juga membutuhkan waktu lama dalam penerapannya, dalam proses

penyelidikan cara dan sumber yang digunakan masing-masing kelompok

berbeda, setiap kelompok juga harus mempresentasikan laporannya kepada

kelompok lain yang pasti membutuhkan waktu lama.

Berdasarkan paparan tentang kelebihan dan kelemahan Group

Investigation, dapat dikaji bahwa Group Investigation berpengaruh positif

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

20

terhadap prestasi dan aktivitas siswa di dalam kelas. Group investigasion mampu

meningkatkan prestasi, motivasi, keaktifan, interaksi dan kerjasama siswa.

Namun Group Investigation memiliki kelemahan yaitu sulit untuk diterapkan dan

membutuhkan waktu yang lama.

Sebagai solusi dari kelemahan Group Investigation, perlu dilakukan suatu

upaya agar pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal. Guru sebagai

perencana dan pelaksana pembelajaran harus mampu meminimalkan potensi

kelemahan model yang dipilih.

Upaya yang dapat dilakuakan antara lain : 1) guru perlu memahami betul

tentang langkah-langkah model Group Investigation, 2) guru melakukan

perencanaan pembelajaran yang matang dan 3) guru dapat memotong jam

pelajaran sebelum atau sesudahnya, namun juga guru tetap harus dapat

mengalokasikan waktu dengan baik.

2.1.3 Media Realia

Briggs (dalam Susilana dan Riyana, 2011: 6) berpendapat bahwa media

adalah sebagai alat untuk merangsang siswa dalam belajar. Sedangkan Anitah

(2012: 6) menyimpulkan bahwa media dapat berupa orang, bahan, alat atau

peristiwa yang dapat menciptakan kondisi pembelajar untuk menerima

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan pendapat para pakar tentang pengertian media, dapat dikaji

bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat membantu guru dalam

menyampaikan dan menyalurkan materi pelajaran kepada siswa. Media

memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Terdapat banyak jenis

media yang dapat dipergunakan guru salah satunya adalah media realia.

Spycher (dalam Kinard dan Gainer, 2015: 16) mengartikan realia sebagai

objek yang ditemukan di dunia nyata. Selanjutnya Burden dan Byrd (1999: 145)

mendefinisikan media sebagai benda seperti hewan, tumbuhan, koin, artefak dan

mineral yang dapat menyampaikan tujuan pengalaman belajar langsung serta

memberi makna sebenarnya untuk kata-kata abstrak.

Seel dan Glasgow (dalam Arsyad, 2015: 36) mengelompokkan media

realia dalam media tradisonal yang terdiri dari model, specimen dan manipulatif.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

21

Sedangkan Anderson (dalam Asyar: 2012) mengelompokkan dalam obyek fisik

yang terdiri dari benda nyata, model dan specimen.

Anitah (2012: 24-25) mengemukakan bahwa model adalah media tiga

dimensi yang dapat mewakili benda sebenarnya, sedangkan specimen (specimey)

adalah bagian atau pecahan benda sebenarnya. Seel dan Glasgow (dalam Arsyad,

2015: 36) mencontohkan untuk benda manipulatif yaitu peta dan boneka.

Asyhar (2012) menyatakan bahwa berdasar pada Dale Cone of

Experience (Kerucut Pengalaman Dale) pengalaman yang paling konkret

diletakkan pada dasar kerucut yang semakin kepuncak pengalaman yang

diperoleh semakin abstrak sehingga penggunaan media real object merupakan

yang paling efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya Kinard dan Gainer (2015: 16) menjelaskan bahwa ketika

seorang siswa mengeksplorasi menggunakan media realia, siswa tidak hanya

belajar dengan sesuatu yang abstrak tapi menggunakan benda nyata untuk

membangun pemahamannya tentang alam selagi dia membangun kata-kata

tentang benda yang dipelajari.

Selain itu pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Burden dan

Byrd (1999). Beliau menjelaskan bahwa media realia mampu menyampaikan

tujuan pengalaman langsung pada siswa sehingga mampu memberikan makna

yang sebenarnya untuk kata-kata yang bersifat abstrak.

Jadi media realia merupakan objek atau benda sesungguhnya yang dapat

membantu guru dalam memberikan pengalaman belajar langsung pada siswa.

Berdasarkan pengelompokannya media realia dapat berupa objek atau benda

nyata, benda yang mewakili benda sebenarnya (model), benda yang merupakan

bagian atau pecahan benda sebenarnya (specimen) dan benda manipulatif.

Media realia dapat membantu siswa untuk mendapat pengalaman

langsung dalam belajar. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek atau

benda nyata yang sedang dipelajari. Pengalaman melalui media nyata dapat

membantu siswa untuk mempelajari materi secara lebih konkret sehingga sisswa

lebih mudah memahami dan mengingat materi yang dipelajari.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

22

Susilana dan Riyana (2011: 9) menyatakan bahwa salah satu kegunaan

media pembelajaran secara umum adalah untuk memperjelas agar pembelajaran

tidak terlalu verbalistis. Dale (dalam Susilana dan Riyana, 2011: 9) menyatakan

bahwa jika suatu pesan hanya disampaikan melalui kata verbal maka

pengetahuan yang didapatkan semakin abstrak.

Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa hanya belajar melalui penjelasan

verbal maka siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami maknanya.

Media pembelajaran dapat dijadikan suatu solusi agar pembelajaran tidak hanya

dilakukan secara verbalistis agar siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit

sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat mencapai tujuan.

Selain itu Kemp dan Dayton (dalam Susilana dan Riyana, 2011: 9)

menjelaskan bahwa salah satu kontribusi dari media pembelajaran agar membuat

pembelajaran menjadi lebih menarik. Melalui media pembelajaran siswa

diharapkan lebih tertarik dengan materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat para pakar maka dapat dikaji bahwa media

pembelajaran secara umum memiliki kegunaan atau kontribusi dalam

pembelajaran. Media pembelajaran dapat mendukung tercapainya sasaran dan

tujuan pembelajaran, pesan yang disampaikan kepada siswa bukan hanya

penjelasan verbal namun dapat memberikan pengalaman yang lebih konkrit pada

siswa.

Selain itu, salah satu kontribusi media pembelajaran yang lain adalah

media pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih tertarik dnegan pembelajaran

yang sedang berlangsung. Melalaui penggunaan media pembelajaran, siswa tentu

akan lebih tertarik dengan materi yang dipelajari dibandingkan dengan hanya

mendengarkan penjelasan verbalistis dari guru.

Selain metode atau model pembelajaran yang diterapkan guru dalam

kelas, media pembelajaran juga menjadi sarana prasarana yang memiliki peran

penting dalam pembelajaran. Interaksi antara komponen guru, materi

pembelajaran dan siswa melibatkan sarana dan prasarana dalam pembelajaran

sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

23

Seperti dijelaskan oleh Sumiati dan Asra (2011: 3) bahwa pembelajaran

terdiri dari tiga komponen yaitu guru, materi dan siswa. Ketiga komponen saling

berinteraksi dan melibatkan sarana dan prasarana pembelajaran seperti metode

pembelajaran, media pembelajaran dan penataan lingkungan belajar yang

memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran.

Setiap media tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Asyhar (2012:

55) memaparkan kelebihan dari media realia adalah dapat memberi pengalaman

yang nyata sehingga siswa mendapat pembelajaran secara lebih konkret dan

pengetahuannya dapat diingat dalam jangka waktu panjang.

Kelebihan media realia yang lain diungkapkan oleh Wibowo dan Sutijno

(2005) bahwa belajar melalui pengalaman dengan media nyata merupakan cara

yang tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Hal ini dapat membantu guru

untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selain itu Ibrahim dan Syaodih (2010: 119) juga menjelaskan keuntungan

dan kekurangan media realia. Keuntungan media realia adalah yang pertama

memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dalam situasi nyata. Kedua,

dengan mengalami sendiri siswa dapat melatih keterampilan penggunaan

berbagai alat indera.

Sedangkan untuk kelemahannya yang pertama adalah terdapat resiko

kecelakaan ketika membawa siswa belajar di luar kelas. Kedua, terkadang

dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengadakan objek nyata, selain itu

ada resiko kerusakan dalam penggunaannya. Ketiga, belum tentu dapat

memberikan gambaran yang sebenarnya sehingga harus didukung media lain.

Berdasarkan paparan tentang kelebihan dan kekurangan media realia,

dapat dikaji tentang kelebihan media realia yaitu yang pertama siswa dapat

belajar dengan objek atau situasi nyata sehingga siswa mendapat pengalaman

belajar secara langsung. Melalui media realia siswa dapat belajar secara lebih

konkret tentang materi yang sedang dipelajari.

Kedua, media realia mampu melatih keterampilan siswa dalam

menggunakan alat indra yang dimiliki, misalnya siswa dapat melihat, meraba,

membau atau merasa objek yang diamati. Ketiga, pembelajaran dapat berjalan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

24

lebih efektif dan efisien dan siswa mampu memahami dan mengingat materi

dalam jangka waktu panjang.

Namun media realia juga memiliki kekurangan yaitu pembelajaran

menjadi beresiko ketika guru mengajak siswa untuk mengalami situasi yang

nyata di luar kelas atau sekolah. Dalam mengadakan media realia juga kadang

membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga beresiko mengalami kerusakan.

Media realia juga tidak selalu dapat menggambarkan objek sebenarnya.

Sebagai solusi dari kekurangan media realia guru perlu melakukan

beberapa upaya agar dapat meminimalkan kekurangan media yang digunakan.

Guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran harus mampu

meminimalkan potensi kelemahan media yang dipilih.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) meminta bantuan kepada

rekan ketika kegiatan berlangsung untuk mengawasi siswa, 2) menggunakan

benda-benda atau objek yang ada di sekitar siswa agar lebih meminimalkan

biaya, 3) Jika benda yang sebenarnya sulit didapat, guru mencari media lain yang

mendekati benda sesungguhnya seperti replika atau benda manipulatif.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantu

Media Realia

Penerapan Group Investigation yang tepat untuk pembelajaran IPA

dijelaskan oleh Slavin (dalam Rusman, 2013: 221) yang menyatakan bahwa

Group Investigation tepat untuk IPA karena topik dan desain tugas pembelajaran

IPA menggunakan metode ilmiah. Dalam mempelajari IPA dibutuhkan

keterampilan proses dengan langkah-langkah ilmiah untuk menemukan konsep

IPA.

Melalui group investigation, siswa didorong melakukan penemuan

melalui penyelidikan sehingga pembelajaran IPA tidak semata-mata menghapal

konsep tetapi siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini serupa

dengan pernyataan Mitchell dkk (2008: 389) bahwa Group Investigation

memungkinkan siswa bukan hanya sebagai penerima namun terlibat langsung

dalam memperoleh pengetahuan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

25

Group Investigation menggunakan pendekatan demokratis sehingga

memberi kesempatan pada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Seperti yang

diungkapkan oleh Yeal Sharan dan Shlomo Sharan (1989) bahwa kelompok

investigasi menjadi sarana yang efektif untuk mendorong dan membimbing

keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa mengambil peran yang

penting dalam merencanakan apa dan bagaimana yang akan di pelajari.

Dalam proses pembelajaran IPA, guru juga diharapkan dapat memberikan

pengalaman belajar langsung kepada siswa. Seperti yang dijelaskan oleh

Samatowa (2010: 6) bahwa konsep IPA dapat berkembang hanya bila melalui

pengalaman belajar langsung mendahului generalisasi abstrak.

Guru dapat menggunakan media yang dapat menunjang pembelajaran

IPA yang dapat memberikan pengalaman belajar langsung yaitu media realia.

Seperti yang dijelaskan oleh Burden dan Byrd (1999: 145) bahwa media realia

dapat menyampaikan tujuan pengalaman belajar langsung serta memberi makna

sebenarnya untuk kata-kata abstrak.

Oleh karena itu terdapat hubungan antara Group Investigation dengan

penggunaan media realia sehingga dapat menunjang proses pembelajarn IPA.

Agar dapat terlaksana dengan baik, perlu dipahami langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation

berbantu media realia.

Sebelum disusun langkah-langkah pembelajaran Group Investigation

berbantu media realia, sebagai landasan perlu dipahami dahulu langkah

pembelajaran sesuai dengan standar proses dalam Permendiknas No. 41 tahun

2007. Terdapat tiga kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran yaitu pendahuluan, inti dan penutup.

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan ini, guru perlu menyiapkan siswa secara fisik maupun psikis

untuk belajar, memotivasi dan mefokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi

aktif, mengaitkan materi yang lalu dengan yang akan dipelajari, dan

menyampaikan tujuan serta uraian kegiatan pemeblajaran.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

26

Kegiatan inti merupakan kegiatan untuk mencapai KD yang telah

ditentukan. Pembelajaran haruslah aktif, interaktif, inspiratif dan menyenangkan,

memfasilitasi perkembangan siswa dalam berkreativitas dan mandiri sesuai

dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologis siswa.

Kegiatan penutup merupakan kegiaatan akhir pembelajaran. Dalam

kegiatan ini, guru bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan

pelajaran, melakukan penilaian dan refleksi kegiatan pembelajaran, umpan balik

terhadap proses dan hasil pembelajaran dan guru memberikan tindak lanjut.

Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation berbantu media realia yang disesuaikan dengan tiga tahapan

kegiatan dalam standar proses yang disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Berbantu Media Realia

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi

Waktu

I Pra Pembelajaran 2 menit

Guru menyiapkan

ruang, alat dan media

pembelajaran

Siswa menyiapkan

perlengkapan pembelajaran

1 menit

Guru mengatur siswa

menempati tempat

duduknya masing-

masing

Siswa menempati tempat

duduknya masing-masing

1 menit

II Pendahuluan 6,5 menit

Guru mengucapkan

salam

Siswa menjawab salam 0,5 menit

Guru mengajak siswa

untuk berdoa

Siswa berdoa bersama

Guru 1 menit

Guru memeriksa

kehadiran siswa

Siswa diperikasa

kehadirannya oleh

guru

1 menit

Guru memeriksa

kesiapan belajar

siswa

Siswa diperiksa

kesiapan belajarnya

oleh guru

1 menit

Guru memberikan

motivasi belajar

Siswa diberi motivasi

belajar oleh guru

1 menit

Guru

menyampaikan

apersepsi.

Siswa menjawab apersepsi

dari guru.

1 menit

Guru

menyampaikan

kegiatan dan

tujuan

pembelajaran

Siswa disampaikan

tentang kegiatan dan

tujuan pembelajaran

1 menit

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

27

Kegiatan Inti 58 menit

Tahap 1

(Mengidentifikasi

topik dan mengatur

murid dalam

kelompok)

Guru memberikan

gambaran umum

tentang

materi/topik yang

akan dipelajari

dengan berbantu

media realia

Siswa mendapat gambaran

umum tentang materi/topik

yang akan dipelajari dengan

berbantu media realia

4 menit

Guru menggali

pertanyaan-pertanyaan

siswa tentang subtopik

yang akan dipelajari.

Siswa menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan

tentang subtopik yang akan

dipelajari.

4 menit

Guru bersama siswa

menyeleksi dan

menentukan sub topik

untuk investigasi.

Siswa bersama guru

menyeleksi dan menentukan

sub topik untuk investigasi. 1 menit

Guru menjelaskan

langkah-langkah

pembelajarn group

investigation.

Siswa dijelaskan langkah-

langkah pembelajarn group

investigation. 2 menit

Guru mengatur

pembagian kelompok

siswa berdasarkan

minat terhadap sub

topik yang telah

disepakati.

Siswa dibagi dalam

kelompok berdasarkan

minat terhadap sub topik

yang telah disepakati.

2 menit

Tahap 2

(Merencanakan tugas

yang akan dipelajari)

Guru membimbing

siswa dalam kelompok

untuk menyusun

rencana sebelum

melakukan

penyelidikan (apa saja

yang akan diteliti,

sumber-sumber yang

akan digunakan dalam

penelitian dan

pembagian tugas

kelompok).

Siswa menyusun rencana

sebelum melakukan

penyelidikan (apa saja yang

akan ditelitisumber-sumber

yang akan digunakan dalam

penelitian dan pembagian

tugas kelompok) dengan

bimbingan guru.

5 menit

Tahap 3

(Melaksanakan

investigasi)

Guru membimbing

siswa dalam melakukan

penyelidikan,

menyedikan berbagai

sumber yang digunakan

siswa dalam penelitian.

Siswa melakukan

penyelidikan terhadap sub

topik yang dipilh dengan

menggunakan berbagai

sumber yaitu media realia

yang telah disediakan guru

dengan bimbingan guru.

15 menit

Tahap 4 (Menyiapkan

laporan akhir)

Guru membimbing

siswa dalam

menyiapkan laporan

akhir.

Siswa mengumpulkan

informasi dan saling

bertukar informasi dengan

anggota kelompok serta

mensintesis temuannya

dalam laporan akhir.

8 menit

Tahap 5

(Mempresentasikan

laporan akhir)

Guru membuat jadwal

presentasi kelompok

dan membimbing siswa

dalam melakukan

Kelompok secara

bergantian berdasarkan

jadwal yang sudah

ditentukan guru dan

10 menit

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

28

presentasi. mempresentasikan laporan

akhir dengan bimbingan

guru.

Guru memfasilitasi

setiap siswa untuk

menanggapi atau

memberi masukan

disetiap akhir presentasi

kelompok.

Setiap siswa difasilitasi oleh

guru untu menanggapi atau

memberi masukan disetiap

akhir presentasi kelompok.

3 menit

Tahap 6 (Evaluasi)

Guru bersama siswa

melakukan evaluasi

terhadap kegiatan

pembelajaran yang

sudah dilakukan.

Siswa bersama guru

melakukan evaluasi

terhadap kegiatan

pembelajaran yang sudah

dilakukan.

2 menit

Guru bersama siswa

melakukan refleksi

berdasarkan

pengalaman yang sudah

didapatkan.

Siswa bersama guru

melakukan refleksi

berdasarkan pengalaman

yang sudah didapatkan.

2 menit

IV

Penutup 3,5 menit

Guru bersama siswa

membuat rangkuman

atau kesimpulan

pelajaran

Siswa bersama guru

membuat rangkuman atau

kesimpulan pelajaran 2 menit

Guru memberikan tidak

lanjut berupa soal

evaluasi atau pemberian

tugas.

Siswa diberikan tindak

lanjut berupa soal evaluasi

atau pemberian tugas. 1 menit

Guru menyampaikan

rencana pembelajaran

berikutnya.

Siswa disampaikan rencana

pembelajaran berikutnya. 1 menit

Guru mengucapkan

salam penutup

Siswa menjawab salam

penutup 0,5 menit

Sumber: Modifikasi dari Slavin (2010)

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu indikator adanya perubahan tingkah laku

yang dialami siswa (Hamalik, 2008: 159). Sedangkan Uno (2007: 213)

menyimpulkan bahwa hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku

yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi dengan

lingkungannya.

Dapat dikaji bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku

seseorang setelah mempelajari sesuatu. Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6)

mengidentifiikasi bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah kemampuan yaitu,

kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, perubahan tingkah laku yang dialami

seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

29

Masing-masing aspek memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Bloom

dkk. (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009) menyebutkan ada 6 tingkatan untuk

ranah kognitif yaitu : pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisis,

sintesis dan yang terakhir adalah evaluasi.

Hamalik (2008: 162-163) memaparkan untuk ranah afektif terdiri dari:

penerimaan, sambutan, penilaian, organisasi, karakteristik diri dengan suatu

nilai atau komplek nilai. Selanjutnya untuk ranah keterampilan terdiri dari:

keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, keterampilan reaktif dan

yang terakhir adalah keterampilan interaktif.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa guru perlu melakukan penilaian

hasil belajar. Penilaian merupakan suatu upaya untuk memperoleh informasi

yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan untuk selanjutnya

digunakan sebagai umpan balik terhadap pembelajaran selanjutnya (Rasyid dan

Mansur, 2011).

Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kinerja atau

aktivitas siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar yang didapat

siswa dapat menunjukkan tingkat kemampuan siswa baik pengetahuan, sikap

dan keterampilan setelah proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan dinilai berfokus pada ranah

kognitif. Seperti yang dipaparkan oleh Sudjana (2016: 23) bahwa ranah kognitif

merupakan ranah yang paling banyak digunakan oleh guru dalam menilai hasil

belajar siswa karena berkaitan dengan tingkat penguasaan isi pelajaran.

Penilaian hasil belajar akan dilakukan menggunakan tes objektif bentuk

pilihan ganda. Arifin (2014: 138) menjelaskan bahwa bentuk soal pilihan ganda

digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan

dengan aspek kognitif siswa yang meliputi aspek ingatan, pengertian aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Berikut adalah beberapa kajian terhadap penelitian yang relevan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantu media realia.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

30

Ufuk Simsek (2012) dalam penelitian berjudul “The Effects of Reading-

Writing-Presentation and Group Investigation Methods on Students’ Academic

Achievements in Citizenship Lessons”. Penelitian ini merupakan jenis

eksperimen semu yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 1 (T1) adalah RWP, kelas

2 (T2) adalah Group Investigation dan kelas 3 (T3) adalah kelas teacher

centered teaching.

Nilai rata-rata pre-test masing-masing kelas adalah T1= 47.59, T2= 47.79

dan T3= 49.38 sedangkan untuk nilai post-tes adalah T1= 78.20 , T2= 80.67 dan

T3= 68.79. Berdasarkan nilai tes dapat disimpulkan bahwa model RWP dan

Group Investigation mampu meningkatkan prestasi akademik siswa

dibandingkan dengan model Teacher Centered Teaching.

Penelitian yang serupa dilakukan Garonia L. Parchment (2009) dalam

penelitian berjudul “A Study Comparing Cooperative Learning Methods: Jigsaw

& Group Investigation”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen

yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas eksperimen jigsaw, kelas eksperimen Group

Investigation dan kelas kontrol yaitu kelas tradisonal.

Hasil keseluruhan presentase nilai siswa dengan nilai KKM ≥65

menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk kelas Group Investigation adalah yang

paling tinggi yaitu 90, sedangkan untuk kelas jigsaw adalah 79 dan kelas

tradisonal adalah 68. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model Group

Investigation adalah yang paling efektif dibandingkan jigsaw dan tradisional.

Selanjutnya I Made Astra dkk. (2015) dalam penelitian berjudul

“Improvement of Learning Process and Learning Outcomes in Physics Learning

by using Collaborative Learning Model of Group Investigation at High School

grade X SMAN 14 Jakarta”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan

kelas yang dilakukan dalam 3 siklus dengan masing-masing terdiri dari 2

pertemuan.

Nilai rata untuk masing-masing penilaian dalam 3 siklus adalah, interaksi

guru dan siswa (50, 64.76, 76.39), interaksi antar siswa (49.13, 64.93, 75.87),

aspek afektif (57.55, 62.63, 70.22), aspek psikomotorik (49.13, 64.93, 75.87),

aspek kognitif (65.19, 78.19, 79.44). Berdasarkan hasil penilaian dapat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

31

disimpulkan bahwa Group Investigation dapat meningkatkan proses

pembelajaran dan hasil belajar.

Akhmad Bustomi (2009) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Model

Cooperative Learning Tekhnik Investigasi Kelompok Berbasis Nilai Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Jamur”. Penelitian ini merupakan jenis

eksperimen semu menggunakan purposive sampling technique yang terdiri dari

dua kelas, kelas eksperimen mengunakan investigasi kelompok berbasis nilai

sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensional.

Tes hasil belajar untuk kelas eksperimen diperoleh skor mean pretest

sebesar 33.18 dan posttest sebesar 69.08 sedangkan untuk kelas control skor

mean pretest sebesar 28.86 dan skor posttes sebesar 59.21. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Group Investigation mampu meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi konsep jamur.

Ratih Puspita Dewi dkk. (2012) dalam penelitian berjudul “Penerapan

Model Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Materi Bahan Kimia SMP”.

Penelitian ini merupakan jenis penelitaian eksperimental dengan desain control

group pretest-posttest yang terdiri dari kelas eksperiemen yaitu dengan model

Group Investigation dan kelas kontrol dengan model ceramah.

Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,59 sedangkan untuk

kelas kontrol sebesar 0,48. Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen (78,13%)

lebih tinggi dibanding kelas kontrol (43,75%). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

bahan kimia untuk SMP.

Km Widiantara dkk. (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan

Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian eksperimen semu dengan desain Post Test Only with Non

Equivalent Control Group Design yang terdiri dari kelas eksperimen dengan

model Group Investigation dan kelas control dengan model konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar

matematika yang dicapai kelas eksperimen adalah 23,25 atau 77,5% dengan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

32

kategori tinggi. Sementara rata-rata skor yang dicapai kelas kontrol yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 18,50 atau 61,7%

dengan kategori cukup.

Purnama dkk. (2013) dalam penelitian berjudul “Penggunaan Media

Realia Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar IPA Materi

Tanah”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dalam 2 siklus.

Peningkatan kualitas proses belajar terlihat dari aktivitas siswa pada

siklus I yaitu 70% (14 siswa) dan pada siklus II meningkat menjadi 85% (17

siswa). Peningkatan hasil belajar dibuktikan dengan nilai rata-rata pratindakan

yaitu 68,5 dengan ketuntasan klasikal 45%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas

meningkat mencapai 73,9 dengan ketuntasan klasikal 70%. Pada siklus II nilai

rata-rata kelas meningkat menjadi 84 dengan ketuntasan klasikal 90%.

Berdasarkan kajian terhadap penelitian yang relevan dengan model

Group Investigation dan penggunaan media realia yang terbukti mampu

meningkatkan hasil belajar siswa , maka dalam penelitian tindakan kelas ini

akan memadukan antara model Group Investigation dan media realia untuk

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.

2.3 Kerangka Pikir

Seperti yang dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(2007) bahwa proses pembelajaran IPA seharusnya ditekankan pada pemberian

pengalaman langsung serta mendorong siswa untuk melakukan inkuiri atau

penemuan. Hal ini ditujukan agar siswa mendapat pemahaman yang mendalam

serta mengembangkan kompetensi dalam mempelajari alam secara ilmiah.

Namun pada pelaksanaanya pembelajaran IPA belum berjalan seperti

yang diharapkan. Guru belum mengembangkan pembelajaran berbasis

penemuan atau inkuiri dan memberikan pengalaman belajar langsung sehingga

hasil belajar siswa rendah seperti yang terjadi di SD Negeri Bugel 01.

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi awal dan wawancara

menunjukkan bahwa hasil belajar IPA rendah disebabkan oleh beberapa hal.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

33

Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran

IPA. Guru hanya menggunakan ceramah dan tanya jawab, sehingga guru sangat

mendominasi pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa pasif, siswa belum aktif

dalam melakukan penemuan atau inkuiri dalam mempelajari IPA.

Permasalahan lain adalah guru belum menggunakan media pembelajaran

yang dapat mendukung dalam pembelajaran IPA. Hal ini menjadikan siswa

nampak kurang tertarik dengan materi pelajaran IPA. Siswa belum mendapatkan

pengalaman belajar nyata atau konkret sesuai dengan tahap perkembangan

siswa yang seharusnya mereka dapatkan saat mempelajari IPA.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, perlu dilakukan upaya

meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation berbantu media realia menjadi solusi untuk mengatasi

permasalahan. Solusi yang diberikan berdasarkan kajian terhadap pandangan

para pakar dan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Mengacu pada pandangan para pakar tentang Group Investigation dapat

dikaji bahwa Group Investigation dapat mendorong siswa untuk melakukan

penemuan melalui penyelidikan dengan memberikan kewenangan penuh

kepada siswa dalam proses penyelidikan kelompok sehinga siswa terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran.

Beberapa pakar memaparkan tentang media realia sehingga dapat dikaji

bahwa media realia dapat memberikan pengalaman belajar langsung pada

siswa, sehingga membantu siswa untuk belajar secara lebih konkret melalui

objek atau benda yang sebenarnya sehingga membuat siswa tertarik dengan

materi yang dipelajari.

Kajian terhadap beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini

menunjukkan bahwa baik Group Investigation maupun media realia dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Group Investigation dan media realia

diharapkan dapat menjadi model dan media pembelajaran yang dapat

mendorong proses pembelajarn IPA.

Melalui pembelajaran dengan Group Investigation berbantu media realia

siswa dapat tertarik dengan materi IPA dan juga terlibat aktif dalam

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

34

pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 pada

semester II tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat. Skema kerangka pikir

disajikan dalam Gambar 2.1.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

35

Tindakan

1) Model pembelajaran kurang tepat untuk mata pelajaran IPA. Guru belum mendorong siswa untuk

aktif dalam melakukan inkuiri atau penemuan. Guru hanya menggunakan ceramah dan tanya

jawab. Hal ini menyebabkan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran karena peran guru terlalu

mendominasi dalam pembelajaran.

2) Guru belum memanfaatkan penggunaan media di dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa

kurang tertarik dengan materi pelajaran IPA.

Hasil belajar siswa rendah

1. Sharan dan Sharan (1989): Kelompok investigasi adalah

sarana yang efektif untuk mendorong dan membimbing

keterlibatan siswa aktif dalam pembelajaran. 2. Mitchell dkk (2008) investigasi kelompok memungkinkan

siswa untuk terlibat langsung dalam bagaimana mereka

memperoleh pengetahuan. 3. Joyce (2009) investigasi kelompok dapat membendung dan

mengatasi masalah akademik. 4. Slavin (dalam Rusman, 2013) menjelaskan bahwa strategi

belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam

pembelajaran biologi (IPA) 5. Ibrahim dan Syaodih (2010) penggunaan media realia

disarankan untuk mencapai hasil yang optimum dari proses

belajar mengajar. 6. Dale (dalam Asyhar, 2012) penggunaan media real object

adalah paling efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. 7. Wibowo dan Sutjiono (2005) belajar melalui pengalaman

nyata merupakan cara yang tepat dan bijaksana bagi guru

agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. 8. Asyhar (2012) media realia memberi pengalaman

pembelajaran konkret dan dapat diingat dalam jangka

panjang.

1. Ufuk Simsek (2012) hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa model RWP dan GI dapat meningkatkan prestasi

akademik mahasiswa dibanding dengan model TCT.

2. Garonila L. Parchement (2009) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa group investigation efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. I Made Astra dkk (2015) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dengan group investigation proses

dan hasil belajar dapat meningkat.

4. Akhmad Bustomi (2009) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar

menggunakan teknik investigasi kelompok lebih tinggi

dibanding dengan model lain.

5. Ratih Puspita Dewi dkk (2012) Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa group investigation dapat

meningkatkan keterampilan hasil belajar siswa.

6. Km Widiantara dkk (2014) penelitiannya menunjukkan

hasil belajar matematika kelas yang diajar menggunakan

model group investigation berbantuan media realia hasil

belajarnya lebih tinggi dibanding dengan model

konvensional.

7. Purnama dkk (2013) hasil penelitian menunjukkan

media realia mampu meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

berbantu media realia

Diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantu media

realia dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester II SD Negeri

Bugel 01 tahun ajaran 2015/2016.

Hasil belajar siswa meningkat

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2017. 4. 27. · 10 alam dan penerapannya. Ketiga, aspek sikap yaitu keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan. Keempat, IPA hanya membuktikan sebagian

36

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dibuat dalam sebuah pernyataan bahwa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantu

media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 Semester II SD

Negeri Bugel 01 tahun ajaran 2015/2016.