bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 problem based learning...

17
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Problem Based Learning (PBL) 2.1.1.1 Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran dapat memacu semangat siswa untuk ikut aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dikembangkan adalah keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah problem based learning (PBL). Pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam suatu kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa berkerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Model Problem Based Learning (PBL) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena di dalam model Problem Based Learning (PBL) kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Tan : 2003). Menurut Arends (2008:41), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) adalah pemberian masalah pada siswa, kemudian siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan yang baru

Upload: hoanghuong

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Problem Based Learning (PBL)

2.1.1.1 Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran dapat memacu semangat siswa untuk ikut

aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model

pembelajaran yang dikembangkan adalah keterampilan berpikir siswa

(penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah

problem based learning (PBL). Pembelajaran problem based learning

(PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan

masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Dalam suatu kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa

berkerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word).

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena di dalam model Problem Based Learning (PBL)

kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses

kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan (Tan : 2003).

Menurut Arends (2008:41), Problem Based Learning (PBL)

merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi

bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat

berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL

membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan

keterampilan menyelesaikan masalah.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa model Problem Based

Learning (PBL) adalah pemberian masalah pada siswa, kemudian siswa

menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan yang baru

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

7

dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Memberi kemudahan

siswa untuk dapat melakukan penyidikan dan inkuiri.

Tan, 2003 (dalam Taufiq Amir, 2010:22) mencakup karakteristik

dalam Model Problem Based Learning (PBL), yaitu :

1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata

yang disajikan secara mengambang (ill-structured).

3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspektif).

Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep

dari beberapa bab.

4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapat pembelajaran di

ranah pembelajaran yang baru.

5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).

6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak hanya dari

satu sumber saja.

7) Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci

penting.

8) Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja

dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (pear teaching) dan

melakukan presentasi.

2.1.1.2 Tahap Model Problem Based Learning (PBL)

Ada lima tahap dalam menerapkan Model Problem Based Learning

(PBL) yang dibutuhkan oleh guru (dalam Riyadi, 2013) adalah sebagai

berikut :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

8

TAHAP KEGIATAN GURU

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang

dibutuhkan mengajukan fenomena

atau demostrasi atau cerita untuk

memunculkan masalah, memotivasi

siswa untuk terlibat dalam

pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2

Mengorganisasikan siswa untuk

belajar.

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen,

untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model serta membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Taufiq Amir (2009:24-25) ada tujuh langkah dalam model

Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep

yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap

yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang

sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

2) Merumuskan masalah.

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-

hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadang-kadang ada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

9

hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang

sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.

3) Menganalisis masalah.

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki

anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi

faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada

dalam pikiran anggota. Pada langkah ini anggota kelompok mendapat

kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau

hipotesis yang terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya.

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain,

dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan,

dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi

bagian-bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran.

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok

sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang

masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis

masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang

akan dibuat pada laporan. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat

menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi

kelompok).

Saat kelompok sudah memiliki informasi, sekarang saatnya kelompok

untuk mencari informasi yang belum dimiliki dari sumber tambahan

lainnya. Keaktifan anggota kelompok harus ditunjukkan dengan

dibuatnya laporan yang nantinya akan didisampaikan oleh kelompok.

7) Menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat

laporan untuk kelas.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

10

Dari laporan kelompok, yang dipresentasikan dihadapan anggota

kelompok lain, kelompok lain akan mendapatkan informasi baru.

Anggota yang mendengarkan laporan harus menanggapi secara kritis.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan uraian diatas model Problem Based Learning (PBL)

memiliki kelebihan sebagai berikut :

1) Dengan model Problem Based Learning (PBL) akan terjadi

pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu

masalah mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimiliki atau

berusaha untuk mengetahui informasi apa yang diperlukan.

2) Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk

memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa.

3) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi

dan dapat menghargai pendapat orang lain.

4) Mengkondisikan siswa saling berinteraksi dalam kelompok sehingga

mencapai ketuntasan belajar siswa.

Selain beberapa kelebihan yang telah dikemukakan diatas, model

Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kekurangan, yaitu

sebagai berikut :

1) Membutuhkan persiapan pembelajaran yang kompleks (alat, masalah,

konsep)

2) Sulit mencari masalah yang relevan.

3) Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Gage, belajar adalah proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya akibat dari pengalaman (Isriani Hardini dan Dewi

Puspitasari,2012).

Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

11

dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya

akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya

menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan

dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon (Isriani Hardini dan

Dewi Puspitasari,2012).

Menurut Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang

kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas

disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang

dilakukan oleh pelajar (Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari,2012).

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih dari

itu, yaitu mengalami (Oemar Hamalik, 2004:27)

Berdasarkan beberapa difinisi belajar tersebut dapat disimpulkan

bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang

berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan.

2.1.2.2 Tujuan Belajar

Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan

tindakan instruksional yang biasa berbentuk pengetahuan dan

keterampilan. Menurut Sunhaji (2009) tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan.

Untuk hal ini, ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Dengan kata lain,tidak dapat mengembangkan

kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan. Sebaliknya,

Kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah

yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam

kegiatan belajar.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep juga memerlukan keterampilan. Keterampilan dapat

bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

12

keterampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga akan

menitikberatkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang

sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani menyakngkut tentang

penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk

menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak terlepas dari

soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak hanya pengajar

tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai

itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan

tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktekan segala

sesuatu yang sudah dipelajarinya.

2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Dikutip dari blog Hendriansyah Dahlan (2012) hasil belajar

merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan

belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil

yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses belajar terlebih

dahulu.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan (Oemar Hamalik, 2004:27). Hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku (Sudjana, 2011:3).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor.

2.1.2.4 Jenis-Jenis Hasil Belajar

Bloom dkk (dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2010)

membagi hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku dalam tiga ranah,

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah Kognitif

Indikator ranah kognitif mencakup :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

13

a) Ingatan atau pengetahuan (knowlege) yaitu kemampuan mengingat

bahan yang telah dipelajari.

b) Pemahaman (comprehension) yaitu menangkap pengertian,

menterjemahkan dan menafsirkan .

c) Penerapan (application) yaitu kemampuan menggunakan bahan

yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

d) Analisis (analisys) yaitu kemampuan menguraikan,

mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah,

menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan.

e) Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan menyimpulkan,

mempersatukan bagian terpisah guna membangun suatu

keseluruhan, dan sebagainya.

f) Penilaian (evaluation) yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga

sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang di dasarkan

oleh suatu kriteria.

2) Ranah Afektif

Indikator ranah afektif mencakup :

a) Penerimaan (receiving) yaitu kesediaan untuk menghadirkan

dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu

perangsang.

b) Penanggapan (responding) yaitu keturutsertaan, memberi reaksi,

menunjukkan kesenangan, memberikan tanggapan secara sukarela.

c) Penghargaan (valluing) yaitu kepeka tanggapan terhadap nilai atau

suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

d) Pengorganisasian (organization) yaitu mengintegrasikan berbagai

nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan

membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan suatu nilai.

e) Pengkarakterisasian (characterization) yaitu proses afeksi dimana

individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan

perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

14

hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum

penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

3) Ranah Psikomotor

Indikator ranah psikomotor mencakup :

a) Persepsi (perception) yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk

membimbing efektifitas gerak.

b) Kesiapan (set) yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.

c) Respon terbimbing (guiderespons), yaitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang

dipertujukkan kemudian coba-coba dengan menggunakan

tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

d) Mekanisme (mechanism), yaitu gerak penampilan yang melukiskan

proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau

diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan

penuh percaya diri dan mahir.

e) Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan

gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit,

aktivitas motorik berkadar tinggi.

f) Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah

dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah

gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang

khusus dalam suasana yang lebih problematis.

g) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang

sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreatifitas.

2.1.2.5 Tes Hasil belajar

Yang dimaksud dengan tes hasil belajar adalah achievement test

ialah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah

diberikan oleh guru kepada siswa. Di dalam pendidikan terdapat

bermacam-macam alat penilaian yang dapat digunakan untuk menilai

proses dan hasil belajar siswa. Untuk melaksanakan evaluasi hasil

mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

15

yaitu tes yang telah distandarkan dan tes buatan guru sendiri (Ngalim

Purwanto,2010:33).

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang

perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang

pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik

berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah

yang harus dikerjakan, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah

laku atau prestasi, nilai dapat di bandingkan dengan nilai standar tertentu

(Anas Sudijono, 2011:67).

Tes adalah instrumen jenis alat pengumpulan data untuk mengukur

kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi

pembelajaran, sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki

dua kriteria: 1) Kriteria validitas yaitu mengukur tingkat pemahaman

siswa tentang materi “A” bukan soal-soal yang berisi tentang materi “B”,

2) kriteria reliabilitas yaitu jika tes tersebut dapat dapat menghasilkan

informasi yang konsisten, misalnya jika instrumen tes diberikan kepada

sekelompok siswa, kemudian diberikan lagi pada sekelompok siswa yang

sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama (Tri

Widiarto dan Sunardi, 2012:60)

Menurut Djemari Mardapi (2008:68) tujuan tes yang paling

penting adalah:1) Mengetahui tingkat kemampuan siswa, 2) mengukur

pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3) mendiagnosis kesulitan belajar

siswa, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil belajar siswa,

6) mendorong siswa untuk belajar lebih baik.

Dalam penelitian tindakan kelas, ada berbagai tes yang dapat

digunakan guru. Tes hasil belajar menurut jumlah pesertanya dapat

dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individual. Tes kelompok adalah

tes yang digunakan terhadap sejumlah siswa bersama-sama, tes ini

dilakukan jika guru ingin mengetahui pengaruh tindakan yang dilakukan

terhadap rata-rata hasil belajar siswa. Sedangkan tes individual adalah tes

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

16

yang dilakukan pada siswa secara perseorangan, tes ini dilakukan jika guru

ingin mengetahui pengaruh tindakan terhadap kemampuan siswa tertentu.

Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes

tertulis, tes lisan, tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan

dengan cara siswa menjawab sejumlah soal dengan cara tertulis. Ada dua

jenis tes yang termasuk tes tertulis yaitu tes esay dan tes objektif. Tes esay

adalah tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara

terbuka yaitu menjelaskan melalui kalimat yang disusun sendiri.

Sedangkan tes objektif adalah tes yang mengharapkan siswa memilih

jawaban yang sudah ditentukan. Misalnya bentuk tes benar-salah (B-S),

tes pilihan ganda (multiple choise), menjodohkan (matching), atau bentuk

tes melengkapi (completion).

Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan.

Melalui tes ini guru dapat menilai kemampuan nalar siswa, mengetahui

pemahaman siswa tentang sesuatu yang akan dievaluasi.

Tes perbuatan adalah bentuk tes dalam peragaan. Melalui tes ini

guru dapat mengetahui kemampuan dan keterampilan siswa mengenai

sesuatu, misalnya saja dalam mengoperasikan suatu alat.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

2.1.3.1 Hakikat IPA

Menurut Hendro Darmojo (1992:3) ilmu pengetahuan alam adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

segala isinya. Menurut Nash (1993) IPA adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam, dan juga cara IPA mengamati dunia ini bersifat

analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya suatu fenomena

dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu

perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya (Usman Samatowa,

2010:2-3). Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah

ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

17

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

dilakukan oleh manusia, hal ini dikemukakan oleh Powler (dalam

Winaputra, 1992) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan

gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,

berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperime

atau sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu

sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling

menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh,

sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau

oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama

akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten (Usman samatowa,

2010:3).

Guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di

sekolah dasar. Ada beberapa alasan yang menyebabkan IPA dimasukkan

ke dalam kurikulum. Lasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan

yaitu : 1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar, 2) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,

makan IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan

berpikir kritis, 3) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan sendiri oleh siswa maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran

yang bersifat hafalan belaka, 4) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai

pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian

anak secara keseluruhan (Usman Samatowa, 2010: 3-4)

2.1.3.2 Pembelajaran IPA di SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat

mempunyai pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang

bagaimanakah yang palik tepat untuk siswa ? oleh karena struktur kognitif

siswa tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, padahal

mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-

keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

18

tahap perkembangan kognitifnya. Ilmu pengetahuan alam tidak

menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan.

Dalam IPA siswa dan guru harus tetap bersikap sceptis sehingga kita

selalu siap memodifikasi model-model yang kita punya tentang alam ini

sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan. Setiap guru

harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran perlu

diajarkan disekolah dasar. Demikian pula halnya dengan guru IPA, baik

sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di

sekolah dasar, dan harus tau benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat

diperoleh dari pelajaran IPA (Usman Samatowa, 2010:5-6).

2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum

KTSP (Depdiknas,2006), secara terperinci adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam ikut berperan serta untuk menjaga,

memelihara, melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

19

2.2 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang mengkaji tentang model problem based

learning (PBL) yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar IPA

diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Eny Wulandari (2012) yang

berjudul Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) Pada

Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri Mudal. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model PBL pada saat pembelajaran

semakin meningkat. Keterampilan peneliti dalam setiap pembelajaran

semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh yaitu dari 18

pada siklus I, 22 pada siklus II, dan 27 pada siklus III. Secara keseluruhan

sudah baik, namun perlu peningkatan dalam membimbing siswa saat

melakukan penelitian, membimbing siswa dalam menarik kesimpulan, dan

membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis. Hasil belajar siswa, setiap

siklusnya mengalami peningkatan, sehingga pada akhir siklus III siswa yang

nilainya sudah tuntas mencapai 73,02 %. Proses pembelajaran pada siklus I,

siklus II, dan siklus III sudah berlangsung dengan baik. Penggunaan model

PBL dalam pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan langkah – langkah

PBL, yaitu guru memberikan suatu masalah kepada siswa, guru membagi

siswa dalam beberapa kelompok, membantu investigasi mandiri dan

kelompok dengan melakukan observasi dan penelitian, menarik kesimpulan

dan merumuskan hipotesis dari penelitian yang dilakukan, meng-

interpretasikan data hasil penelitian serta mengembangkan dan mem-

presentasikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi

masalah.

Penelitian yang dilakukan oleh Merinda Dian Prametasari (2012)

yang berjudul Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning - PBL) Terhadap Siswa Kelas V SD

Gugus Hassanudin Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini

menggunakan penelitian eksperimen, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa adanya hasil perbedaan rata-rata hasil belajar dari kelas kontrol dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

20

kelas eksperimen dengan perolehan rata-rata nilai tes hasil belajar kelas

kontrol lebih rendah dari pada rata-rata kelas eksperimen, yaitu 74,53

<83,38 dengan perbedaan rata-rata sebesar 8,851.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa melalui penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Oleh

sebab itu peneliti menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V.

2.3 Kerangka Berfikir

Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah menggunakan model pembelajaran.

Setiap guru harus mempunyai keterampilan dalam menggunakan model

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, agar tercipta suasana yang

menarik dalam pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya sekarang ini masih

ada guru yang menggunakan model pembelajaran yang tradisional seperti

ceramah.

Dalam meningkatkan hasil belajar IPA yang diperoleh dari hasil

ulangan harian maupun tes evaluasi nilai siswa masih ≤ KKM . Hal ini

disebabkan kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, dan tidak ada

aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan untuk meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa kelas V melalui penerapan model problem

based learning (PBL). Dengan menerapkan model Problem Based Learning

(PBL) siswa melakukan aktifitas dalam pembelajaran, siswa dapat

berorientasi terhadap masalah nyata yang diberikan guru sehingga siswa

dapat terlibat dalam pemecahan masalah tersebut. Siswa dapat memiliki

sikap ilmiah dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru, dalam

penyelesaian masalah tersebut siswa dapat mencari informasi dari sumber

manapun dan mengumpulkannya sebagai sumber data. Data yang

dikumpulkan akan mereka olah menjadi sebuah laporan atau karya ilmiah.

Jadi siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, menghafal materi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

21

pelajaran, tetapi juga aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan adanya

uraian diatas dapat diambil gagasan diantaranya adalah :

SKEMA KERANGKA BERFIKIR

Pembelajaran

IPA

Berpusat

pada guru

Menggunakan model

pembelajaran tradisional

yaitu metode ceramah.

Siswa hanya

mendengarkan materi

dan tidak aktif dalam

pembelajaran.

Hasil belajar

siswa rendah.

Menggunakan model pembelajaran

berbsis masalah problem based learning

(PBL). langkah-langkah :

1. Siswa diorientasikan terhadap suatu

masalah yang terjadi sekarang ini dan

siswa terlibat dalam pemecahan

masalah yang akan dipilih

2. Siswa membentuk kelompok 2-3 orang

untuk menyelesaikan masalah yang

akan dipilih.

3. Guru mendorong siswa untuk mencari

dan mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber untuk mendapatkan

jawaban dan pemecahan masalah.

4. Siswa mengembangkan informasi yang

didapat dan menyajikannya dalam

bentuk karya ilmiah seperti laporan.

5. Guru membimbing siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan yang sudah

mereka lakukan.

Berpusat

pada siswa.

Penilaian hasil

belajar siswa:

1. Penilaian hasil

belajar

2. Tes evalausi.

Hasil Belajar

Siswa Meningkat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Problem Based Learning (PBL)repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7905/3/T1_292010138_BAB II.pdf · menjadi dasar penugasan individu di setiap kelompok

22

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka berfikir diatas

dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa melalui penerapan model

problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada

siswa kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga semester II tahun ajaran

2013/2014.