bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai
pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang
relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).
Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
di Sekolah Dasar, siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP
Standar Isi 2006).
2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah
“Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi
dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala
alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.
6
Tidak lain halnya seperti yang terkandung dalam BNSP (2006:484) bahwa
mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
4. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
2.1.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu ada materi yang
dibahas dalam pembelajaran. Namun materi itu dibatasi oleh ruang lingkup yang
tertera dalam Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi benda cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
5. Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang merupakan penerapan
konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan
masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk
merancang dan membuat.
7
2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Ruang lingkup yang dipelajari dalam IPA dalam rangka untuk mencapai
Standar untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat ditetapkan
melalui SK dan KD. BNSP telah melakukan penyusunan Standar Isi yang
kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 yang mencakup komponen :
1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,
diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari
suatu materi yang diajarkan.
2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang
cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri
Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, maka akan dilakukan
penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan media animasi
pada mata pelajaran IPA. Adapun perincian Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang digunakan sebagai materi dalam pelaksanaan proposal penelitian kelas
5 semester 2 sebagai berikut ini (KTSP 2006).
Tabel 2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas 5 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan
energi, serta fungsinya
5.1.Mendeskripsikan hubungan antara gaya,
gerak dan energi melalui percobaan (
gaya gesek, gaya gravitasi,gaya magnet)
5.2.Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat.
(Permendiknas No.22 Tahun 2006)
8
2.1.2. Metode Demonstrasi
2.1.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi
Kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan apabila guru dapat
menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Salah satu
metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru adalah metode demonstrasi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran“. Pendapat lain menyatakan bahwa
metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru menunjukkan,
memperlihatkan suatu proses. Roestiyah N. K (2001:83). Sedangkan menurut
Udin S. Winata Putra, dkk (2004:424), “metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu”. Sementara menurut
Mulyani dalam Sumantri, dalam Roetiyah, (2001:82) menyetakan bahwa metode
demonstrasi adalah cara pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan
kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruanyang
dipertunjukkan oleh guru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode
demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan
penjelasan lisan. Agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu
siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data
yang benar. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru
dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Contoh penerapan metode demonstrasi
dalam materi gerhana bulan dan matahari. Siswa akan lebih mudah memahami
adanya gerhana bulan dan matahari jika proses terjadinya diperlihatkan secara
langsung menggunakan alat peraga.
9
2.1.2.2. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi
Menurut Havid Zulkarnain (2009:26), menguraikan langkah-langkah
metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :
1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.
2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di
laksanakan.
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan
b. Tahap Pelaksanaan
1. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
2. Mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran
3. Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan baik
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi
6. Hindari ketegangan
7. Evaluasi; dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut baik di sekolah maupun di rumah.
c. Tahap Akhir
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perludiakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
10
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah
pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
2. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
3. Melakukan uji coba demonstrasi
4. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan
5. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa, misalnya siswa
ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
b. Kegiatan Inti
1. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk
berpikir
2. Menciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang
menegangkan
3. Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi
c. Kegiatan Penutup
Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses
pencapaian tujuan pembelajaran serta pemberian evaluasi.
11
Tabel 3
Sintaks Pembelajaran Metode Demonstrasi
No Fase-fase Perlakuan guru
1 Orientasi - Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa
- Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
pembelajaran
- Memberi penjelasan atau arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan
- Menginformasikan materi atau konsep yang
akan digunakan dan kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran
- Menginformasikan kerangka pelajaran
- Memotivasi siswa
2 Demonstrasi - Penyajian materi
- Pemberian contoh konsep
- Pemodelan/peragaan keterampilan
- Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit
atau kurang dimengerti oleh siswa
3 Latihan
Terbimbing
Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk
berlatih konsep dan keterampilan serta
menerapkan pengetahuan atau keterampilan
tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan
terbimbing ini dapat digunakan guru untuk
mengakses kemampuan siswa dalam melakukan
tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta
memberikan umpan balik. Guru memonitor dan
memberikan bimbingan jika perlu.
4 Demonstrasi
Mandiri
Siswa melakukan kegiatan demonstrasi secara
mandiri di depan kelas
12
2.1.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
2.1.2.3.1. Kelebihan Metode Demonstrasi
Menurut Elizar (1996:45), keunggulan dari metode demonstrasi adalah
kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan
langsung dari pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung,
siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila
melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada
guru. Sedangkan menurut M. Basyirudidin Usman (2002:46) menyatakan bahwa
keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat
sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan
pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan
dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu
kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang
dilakukan. Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:56) menyatakan
keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan
jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan
berbagai jenis penjelasan, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan
perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa
memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa
terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat
dilaksanakannya demonstrasi. Apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan
secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.
13
2.1.2.3.2. Kelemahan Metode Demonstrasi
1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang
diperuntukkan.
2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai
apa yang didemonstrasikan.
2.1.3. Media Pembelajaran
2.1.3.1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada
dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru
bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan
pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak.
Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik
oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana
penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (1980) mengemukakan bahwa: “media
pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah”. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
(2008) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sementara menurut
Briggs (1970) media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa
supaya terjadi proses pembelajaran yang menarik.
Berdasarkan beberapa definisi media pembelajaran menurut para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang diperlukan untuk mengefektifkan, merangsang, kemauan peserta didik
dalam mewujudkan komunikasi yang menarik antara guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
14
2.1.3.2. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan
pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri
keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan
tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada
siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang
rumit dan komplek.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi
beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan/terstandar
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
7. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Berdasarkan pendapat Kemp dan Dayton (1985) jelas bahwa media
mempunyai fungsi dan manfaat yang berpengaruh pada hasil belajar yang
diantaranya, 1) media dapat diseragamkan atau dapat terstandar, 2) proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, siswa akan merasa pembelajaran
lebih menyenangkan 3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif antara guru
dan siswa 4) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang signifikan.
2.1.3.3. Media Pembelajaran Animasi
Animasi merupakan salah satu bentuk visual bergerak yang dapat
dimanfaatkan untuk menjelaskan materi pelajaran yang sulit. Dengan
diintergrasikan ke media lain seperti video, presentasi, atau sebagai bahan ajar
tersendiri animasi cocok untuk menjelaskan materi-materi pelajaran yang secara
15
langsung sulit dihadirkan di kelas atau disampaikan dalam bentuk buku. Hal ini
sejalan dengan pendapat Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang
membentuk sebuah gerakan yang menarik. Prinsip dari animasi adalah bagi
pergerakan mewujudkan ilusi dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan
gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat
disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak
sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran
yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan
memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.
Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk
dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan
hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat
tergambarkan, seperti animasi sistem kerja katrol, sistem kerja tuas dan lain
sebagainya.
Sebagai media pembelajaran, media animasi juga mempunyai kelebihan
dan kelemahan dalam penggunaan sebagai media pembelajaran. Berikut kelebihan
dan kelemahan media animasi dalam proses pembelajaran.
2.1.3.3.1. Kelebihan dan Kelemahan Media Animasi
a. Kelebihan
1. Media animasi mempermudah guru menyampaikan dan menerima materi,
fikiran dan pesan serta dapat menghindarkan salah pengertian.
2. Media animasi mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui lebih lanjut
informasi yang sedang dipelajarinya.
3. Media animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta
merangsang pemikiran peserta didik yang lebih berkesan
4. Media animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun
demonstrasi.
16
b. Kelemahan
Media animasi merupakan media yang cocok digunakan dalam
pembelajaran, karena dengan menggunakan media animasi siswa dapat
mengetahui atau lebih mudah memahami tentang materi yang disampaikan oleh
guru. Hanya saja pendidik harus juga berfikir kreatif untuk menggunakan animasi
sesuai dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat memahami isi
materi yang terkandung dalam animasi yang ditampilkan oleh guru. Menurut
Artawan (2010), kelemahan dari media animasi diantaranya :
1. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk
mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media
pembelajaran
2. Memerlukan software khusus untuk membukanya
3. Guru sebagai komunikator dan fasilitator harus memiliki kemampuan
memahami siswanya, bukan memanjakannya dengan berbagai animasi
pembelajaran yang cukup jelas tanpa adanya usaha belajar dari mereka atau
penyajian informasi yang terlalu banyak dalam satu frame cenderung akan
sulit dicerna siswa.
4. Menggunakan media animasi memang mempunyai beberapa kelemahan yang
timbul, namun kelemahan itu tentunya dapat diatasi. Cara mengatasiya
tentunya pendidik atau guru harus kreatif dan menguasai sofware yang
dibutuhkan. Selain dari pedidik yang berperan yang harus dipehuhi adalah
fasilitas yang mendukung.
2.1.4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu,
berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil
belajar setelah dilakukan evaluasi. Pengertian hasil belajar itu sendiri menurut
Nana Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan
kemampuan yang menurut Horwart Kinggsley dalam buku Nana Sudjana,
17
(2010:22) dibedakan menjadi tiga macam kemampuan (hasil belajar) yaitu: (1)
Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-
cita.
Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono, (2011:7) hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suprijono, (2011:5-6) bahwa
hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Sedangkan Anni (2004:4) berpendapat
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
siswa mengalami aktivitas pembelajaran. Perolehan aspek–aspek perubahan
perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu
apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku
yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang ditunjukkan dengan
bertambahnya kemampuan baru yang dimiliki siswa seperti kecakapan, informasi,
pengertian, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan motorik, dan sikap melalui pengalaman belajar yang diperoleh dari
aktivitas belajar dan proses pelaksanaannya dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes yang diberikan oleh guru.
Cakupan evaluasi terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks KTSP
yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran dari Standar Isi dan Standar
Kompetensi Kelulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang
merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai karakteristik
masing-masing mata pelajaran. Muatan dari Standar Isi adalah SK dan KD. Satu
SK terdiri dari beberapa KD dan setiap KD dijabarkan ke dalam indikator-
indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah. Indikator yang
dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai
pencapaian KD yang bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus
disesuaikan dengan karakteristik indikator, SK dan KD yang diajarkan oleh guru.
18
Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa
teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan pembelajaran mengikuti
pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom dalam
Agus Suprijono (2011:6-7) yang secara garis besar mengungkapkan tiga tujuan
pembelajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar kemudian membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
tempat utama terutama dalam tujuan pengajaran di SD. Menurut Mawardi
(2010:4) aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, diantaranya yaitu : (a)
Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali
atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau
dapat menggunakannya. (b) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini
menuntut siswa untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. (c) Penerapan (application), jenjang
kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi yang baru
dan konkrit. (d) Analisis (analysis), tingkat kemampuan yang menuntut siswa
untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen pembentuknya. (e) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut
seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara
menggabungkan berbagai faktor dan hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan,
rencana atau mekanisme. (f) Evaluasi (evaluation), jenjang yang menuntut siswa
untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan
suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau
ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.
Menurut Mawardi (2010:5) ranah afektif diartikan sebagai internalisasi
sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu
19
menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap
sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menetukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu : (a)
Menerima (receiving), maksudnya siswa diharapkan peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran
kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. (b) Menjawab (responding),
maksudnya adalah siswa diharapkan tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk
menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. (c) Menilai (valuing),
siswa diharapkan dapat menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu
dengan cukup konsisten. (d) Organisasi (organitation), tingkat ini berhubungan
dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan masalah, membentuk
suatu sistem nilai.
Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Perubahan gerakan tubuh ini merupakan
kemampuan-kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinasikan
gerakan, terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan fisik, gerakan terampil, dan gerakan indah dan kreatif.
Tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
pengukuran. Menurut Endang Poerwanti (2008) dalam Mawardi (2010:1),
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Untuk menetapkan angka dalam
pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia
pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.
besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran akan memudahkan
pelaksanaan proses penilaian terhadap tingkat ketercapaian hasil belajar siswa.
Penilaian menurut Akhmad Sudrajat (2008) adalah penerapan berbagai
cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
20
sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) siswa. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat
penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal
pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara
kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
belajar seorang siswa. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar mengajar.
Jenis penilaian selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan penilaian. Ada
bermacam jenis penilaian menurut Mawardi (2010:11) yang secara garis besar
setidaknya dapat dibagi menjadi lima jenis, diantaranya yaitu : (a) Penilaian
Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan,
tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan
tertentu. Informasi dari penilaian formatif dapat dipakai sebagai umpan balik
pengajar mengenai proses pembelajaran. (b) Penilaian Sumatif, yaitu penilaian
yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (caturwulan, semester atau
Tahun Pelajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai siswa selama satu
program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis
dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. (c) Penilaian Diagnostik, yakni
penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang
diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan
belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan
belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami siswa
serta berbagai kondisi khusus siswa. (d) Penilaian Penempatan, yaitu penilaian
yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada
kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi
bakat, minat, kesanggupan, kondisi fisik, kemampuan dasar, keterampilan dan
aspek khusus yang berhubungan dengan aspek pembelajaran. (e) Penilaian
Seleksi, yaitu penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang
paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan
kapanpun saat diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beranekaragam disesuaikan
21
dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk posisi
tertentu, karena itu analisis dari penilaian ini biasanya menggunakan kriteria yang
bersifat relatif atau berdasarkan norma kelompok.
Objek yang dinilai dalam penilaian hasil belajar adalah hasil belajar siswa
itu sendiri. Untuk menilai sesuatu diperlukan alat penilaian yakni alat yang
digunakan untuk mempermudah proses penilaian. Alat penilaian yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu, teknik tes dan teknik
non tes. Penilaian dengan teknik tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2009: 32).
Menurut Mawardi (2010:19) teknik penilaian tes dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut: (1) Tes Essay, merupakan bentuk tes berupa soal-soal yang
masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai
jawabannya. (2) Tes Objektif, merupakan tes yang terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari
beberapa alternatif jawaban dengan cara menuliskannya, atau mengisi jawaban
pendek tanpa menguraikan. (3) Tes Menjodohkan (Matching Test), merupakan
bentuk tes menjodohkan yang mencakup dua kolom yang sejajar, dimana setiap
kata, jumlah atau simbol-simbol di satu kolom dengan kata, kalimat di kolom
yang lain. (4) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), merupakan tes yang menuntut
siswa untuk memilih satu alternatif jawaban yang paling tepat diantara beberapa
alternatif jawaban yang tersedia.
Teknik penilain non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada
aspek kognitif. Menurut Mawardi (2010: 25) teknik non tes meliputi: (1)
Pengamatan (Observation), merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. (2)
Wawancara (interview), merupakan suatu teknik penilaian dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada objek yang diteliti, jadi wawancara dilakukan
dengan tanya jawab secara sepihak (3) Angket, merupakan suatu teknik yang
22
dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang berupa data deskriptif. Teknik
ini biasanya berupa angket minat dan sikap (4) Daftar cocok (check list),
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam
bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang
dihasilkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, tergantung format
yang dipergunakan. (5) Skala bertingkat (rating scale), merupakan sebuah daftar
yang hampir sama dengan daftar cek, akan tetapi aspek yang dicek ditempatkan
pada bentuk skala bertingkat. Skala menunjukkan suatu nilai yang berbentuk
angka. Angka-angka yang digunakan disusun secara bertingkat dari yang kecil ke
besar. (6) Portofolio, merupakan teknik penilaian dimana siswa menjabarkan
tugas atau karyanya dengan cara memberikan gambaran menyeluruh tentang apa
yang telah dipelajari dan dicapai siswa.
Penilaian hasil belajar tersebut sangat penting, selain sebagai catatan
keberhasilan siswa juga sebagai dokumen yang menggambarkan kemampuan
siswa sehingga saat mencari pekerjaan maupun melanjutkan pendidikan, siswa
akan menjadi jauh lebih berkembang dan mampu bersaing. Dari uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya
angka atau skor yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes (observasi
keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama baik
dalam diskusi maupun presentasi).
2.1.5. Hubungan Metode Demonstrasi berbantuan Media Animasi dengan
Hasil Belajar
Hubungan adalah keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain. Begitu
juga hubungan antara metode demonstrasi berbantuan media animasi dengan hasil
belajar siswa pada penelitian. Disini dapat dilihat bahwa metode Demonstrasi
adalah metode yang mana siswa berinteraksi langsung dengan obyek atau benda
yang di demonstrasikan, apalagi ditambah dengan media animasi yang berfungsi
sebagai alat pendukung untuk menarik perhatian siswa. Biasanya materi
disampaikan melalui buku paket dan hanya dijelaskan secara lisan atau
konvensional. Namun disini materi-materi yang terdapat pada buku dan sumber
23
lainnya dirangkum sesederhana mungkin sesuai dengan karakteristik sd kelas 5
serta kombinasi simulasi benda-benda yang didemontrasikan sesuai dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat memungkinkan akan mudah menambah
pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan dan berpengaruh positif pada
hasil belajar siswa. Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan
dengan berbagai cara, salah satunya melakukan evaluasi, dan lembar pengamatan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru
menggunakan soal evaluasi tes obyektif pilihan ganda dan lembar pengamatan
kinerja siswa.
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan Mulyo, S.Pd, program PJJ FKIP
UKSWdengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA menggunakan metode
demonstrasi diSD Negeri Karang Anom 02 Kec. Kandeman Kab. Batang
semester I Tahun pelajaran2010/2011”, hipotesis tindakan dalam penelitian
tersebut yang menyatakan bahwapembelajaran dengan penggunaan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajarIPA siswa kelas II SD Negeri
Karang Anom 02 semester I tahun pelajaran 2010/2011ternyata didukung oleh
kebenaran empirik yang berupa hasil tindakan kelas dalam duasiklus.Hasil
penelitian siklus I dan siklus II dengan penggunaan metode demonstrasidalam
pembelajaran lebih maksimal, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Terbukti
dalam penelitian di SD Negeri Karang Anom 02 pada kelas II nilai rata-rata hasil
belajarsiswa apabila penyampaian materi tanpa menggunakan metode
demonstrasi adalah 27,78% dan nilai rata-rata belajar siswa dengan menggunakan
metode demonstrasi pada siklus I adalah 55, 56% tuntas, tidak tuntas 44,44%
dengan jumlah nilai 1088, rata-rata60,44%. Pada siklus II 80% tuntas, tidak
tuntas 20% dengan jumlah nilai 1455, rata-rata80,83.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009), Program PJJ
FKIP-PGSD UKSW dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPA tentang Periskop Melalui Metode Demonstrasi di SD
Negeri Ngablak 02 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009”, menyimpulkan
bahwa metode demonstrasi berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
24
Negeri Ngablak 02. Hasil belajar siswa pada saat belum dilakukan tindakan
adalah 75% siswa memperoleh nilai di bawah KKM 65 dan 25% memperoleh
nilai memenuhi KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, hasil belajar
siswa meningkat menjadi 60% memperoleh nilai memenuhi KKM.Sedangkan
pada siklus perbaikan yaitu siklus II, hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi
90% siswa memperoleh nilai memenuhi KKM 75.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi sangat
efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Hal itu disebabkan
oleh aktifitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan
pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-
percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok
dan sebagainya.
2.3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh
kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas 5 SD N Mrisi 2 Kec.
Tanggungharjo Kab. Grobogan Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, lebih
banyak berpusat kepada guru. Guru lebih banyak berceramah dan menggunakan
media yang kurang menunjukkan suasana belajar aktif dan dibuat aktif. Kondisi
seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan mengalami kesulitan dalam
memahami materi belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal.
Ini terbukti dengan nilai yang didapat saat observasi dengan guru kelas 5 SD
Negeri Mrisi 2 pada mata pelajaran IPA, siswa yang menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 75. Dengan kondisi awal
seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk
mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media
animasi dalam proses pembelajaran IPA.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka dengan optimalisasi metode
demonstrasi berbantuan media animasi yang akan dipilih nantinya, diharapkan
dapat memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga
memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara komprehensif (menyeluruh).
25
Dari hasil kajian teori dan kajian hasil peneitian yang relevan, berdasarkan
uraian diatas, dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Berpikir
Pembelajaran
konvensional
a. Berpusat pada guru
b. Guru menjelaskan
materi
c. Siswa
mendengarkan
penjelasan guru
d. Siswa merasa bosan
e. Minat siswa kurang
Hasil belajar
siswa rendah Kondisi
awal
Peranan pembelajaran
Demonstrasi berbantuan
Media Animasi
a. Student centered
b. Siswa berinteraksi
langsung dengan
obyek materi
c. Animasi mendukung
minat belajar siswa
Pemantapan penerapan
Metode Demonstrasi
berbantuan Media
Animasi
a. Membuat siswa
tidak bosan karena
berinteraksi
langsung dengan
obyek materi
b. Animasi
mendukung minat
belajar siswa.
Hasil belajar
meningkat
Hasil belajar
meningkat
26
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi berbantuan media
animasi diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri
Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2013/2014.