bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori -...

54
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Manajemen Pendidikan E. Mulyasa (2007: 84) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengertian ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan manajemen pendidikan. Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Menurut Syafaruddin (2004: 26) manajemen pendidikan adalah suatu usaha penerapan prinsip-prinsip dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan, dimana prose situ dimulai

Upload: donga

Post on 22-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Manajemen Pendidikan

E. Mulyasa (2007: 84) mengemukakan bahwa

manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu

proses kerjasama yang sistematik, sistemik dan

komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Pengertian ini mengandung makna

bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan

pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan adalah merupakan manajemen

pendidikan. Manajemen atau pengelolaan merupakan

komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari

proses pendidikan secara keseluruhan, karena tanpa

manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat

diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien.

Menurut Syafaruddin (2004: 26) manajemen

pendidikan adalah suatu usaha penerapan prinsip-prinsip

dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan pada

lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen

pendidikan mengandung pengertian proses untuk

mencapai tujuan pendidikan, dimana prose situ dimulai

12

dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pemantauan dan penilaian (Suryosubroto, 2010: 16).

Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan apa yang

akan dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa

banyak biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Pengorganisasian diantaranya adalah membagi tugas

yang terlibat, pengkoordinasian merupakan pelaksanaan

pekerjaan agar sesuai dengan aturan, pengarahan agar

tetap sesuai dengan jalur atau tujuan, kemudian

penilaian untuk mengetahui apakah tujuan tercapai atau

tidak.

Dapat dikatakan bahwa kerangka kerja (frame

work) manajemen pendidikan ialah prinsip-prinsip dan

teori manajemen umum yang diaplikasikan untuk

mengelola kegiatan pendidikan pada suatu organisasi

pendidikan formal. Owens dalam Syafaruddin, Manajemen

Lembaga Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa

manajemen pendidikan berasal dari aktivitas dalam

urusan sekolah yang mencakup pengelolaan aktivitas

pengajaran, kepemimpinan dan berbagai aturan,

perencanaan, prosedur pelaksanaan dan manajemen

pengawasan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa

manajemen pendidikan merupakan proses penerapan

prinsip dan teori manajemen dalam pengelolaan kegiatan

di lembaga pendidikan formal untuk mengefektifkan

pencapaian tujuan pendidikan.

13

Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip,

konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan

untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan

efisien. Untuk menjalankan organisasi pendidikan

diperlukan manajemen pendidikan yang efektif. Sekolah

harus dikelola dengan manajemen efektif yang

mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki

pengetahuan, sikap dan nilai yang mengakar pada

karakter bangsa. Dengan kata lain salah satu strategi

yang menentukan mutu pengembangan sumberdaya

manusia di sekolah untuk kepentingan bangsa di masa

mendatang adalah peningkatan kontribusi manajemen

pendidikan yang berorientasi kepada produktifitas

(Sagala, 2010: 158).

1. Secara kecil-kecilan.

2. Menurut Hadis (2010:7), manajemen adalah segenap

proses penyelenggaraan dalam setiap usaha

kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai

tujuan tertentu.

3. Menurut Sondang Palan Siagian (2008:4),

manajemen adalah keseluruhan prose kerjasama

antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas

rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang

ditentukan sebelumnya.

Dalam manajemen pendidikan, juga terdapat

fungsi-fungsi dalam manajemen secara umum, yaitu

14

(Suryosubroto, 2010: 162):

1. Perencanaan (Planning)

Fungsi paling awal dari semua menejemen adalah

perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan

untuk menyajikan secara sistematis segala kegiatan

yang akan dilaksanakan untyuk mencapai tujuan

tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai

penetapan tujuan, budget, policy prosedur, dan

program suatu organisasai. Dengan adanya

perencaan, fungsi menejemen berguna untuk

menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan

biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan dan

pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.

Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya

apa yang akan dilakukan , kapan dilakukan, dimana

akan dilakukan, bagaimana cara melaukaknnya, apa

saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan

maksimal.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Di dalam sistem menajemen pengorganisasian adalah

lanjutan dari fungsi perencanaan. Bagi suatu

lembaga atau organisasi, pengorganisasian

merupakan urat nadi organisasi. Oleh sebab itu

kenerlangsungan organisasai atau lembaga sangat

dipengaruhi pengorganisasian. Pengorganisasian

menurut Heidjarachaman Ranupandjo adalah

15

kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang

untuk mencapai tujuan tertentu, pelaksanaannya

dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta

wewenang diantara kelompoknya, ditentukan juga

yang akan menjadi pemimpin dan saling berintegrasi

dengan aktif.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil

perencanaan dan pengorganisasian. Penggerakan

merupakan usaha untuk mengarahkan atau

menggerakan tenaga kerja atau man power dan

mendayagunakan fasilitas yang tersedia guna

melaksanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi

ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja

dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari

organisasi dapat tercapai dengan efektif. Fungsi ini

sangat penting untuk merealisasikan tujuan

organisasi.

4. Pengawasaan

Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati

dan mengukur segala kegiatan operasi dan

pencapaian hasil dengan membandingkan standar

yang terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi

pengawasan menjamin segala kegiatan berjalan

sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, rencana,

keputusan dalam program kerja yang telah

16

dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.

2.1.2. Pengawas TK/SD

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau

supervise merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu

sekolah, Sahertian (2008:19) menegaskan bahwa

pengawasan atau supervise pendidikan tidak lain dari

usaha memberikan layanan kepada stakeholder

pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara

individu maupun secara kelompok dalam usaha

memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Sri Banun Muslim (2009:41) memberikan

pengertian bahwa supervisi adalah serangkaian usaha

pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan

profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala

sekolah, penilik sekolah, dan pembina lainnya). Kimball

Wales dalam Banun (2009:38) menyatakan bahwa

“supervision is assistance in the development of a better

teaching-learning situation. Rumusan tersebut

mengisyaratkan bahwa layanan supervise meliputi

keseluruhan situasi belajar mengajar. Situasi belajar

mengajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan

ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervise.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang

Replublik Indonesia (UURI) No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, terjadi pergeseran paradigma

17

kepengawasan. Menurut UURI Nomor 20, Bab XIX

pengawasan, pasal 66. Ayat (1) dinyatakan bahwa:

Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan

komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan pada

semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan

kewenangan masing-masing. Sedangkan pada ayat (2)

disebutkan bahwa: Pengawasan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan

akuntabilitas publik. Pernyataan tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan pengawasan dilakukan oleh beberapa

pihak, baik dari unsure pemerintah maupun dari unsur

masyarakat. Prinsip akuntabilitas dan transparansi

menjadi karakter kepengawasan yang perlu dilakukan

secara optimal dan dijunjung tinggi.

Terkait dengan tugas dan fungsi pengawas, inti

dari fungsi Supervisor adalah sebagai pengembang

(developer), yang bertugas untuk:

1) Pendampingan langsung pelaksanaan tugas Kepala

Sekolah, guru dan staf sekolah.

2) Mengembangkan kurikulum.

3) Memberikan bimbingan dan pelatihan (in-

serviceeducation)

4) Menjalin komunikasi antar warga sekolah, dan

5) Mendorong dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(actionresearch) (Glickman dalam Hartoyo, 2006: 78).

a. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas.

18

Jabatan fungsional Pengawas Sekolah

mengamanatkan agar pengawas melakukukan tugas

pembinaan dan penilaian teknis dan administrasi

pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

(SKB Mendikbud, dan KaBAKN No.0322/0/1966 dan

No.38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah).

Dalam bukunya tentang supervisi pendidikan,

Sahertian (2000:25) mengemukakan bahwa: “Supervisi

berfungsi membantu (assisting) memberi support

(supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing).

Menurut keputusan Menpan No.118/1996 Bab II

Pasal 3 ayat 1, rincian tugas pokok Pengawas Sekolah

adalah (Banun, 2009: 78):

1) Merumuskan rancangan program tahunan

pengawasan sekolah tingkat Kabupaten/Kota Madya.

2) Menyusun program semester pengawasan sekolah

yang menjadi tanggungjawabnya.

3) Menyusun kisi-kisi dalam rangka penyusunan

soal/instrument penelitian.

4) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis

data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan

guru.

5) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya

pendidikan, proses belajar mengajar/bimbingan dan

lingkungan sekolah yang berpengaruh pada

19

perkembangan dan hasil belajar/bimbingan siswa.

6) Melaksanakan analisis komprehensif hasil

belajar/bimbingan siswa dengan memperhitungkan

berbagai factor sumber daya pendidikan yang lebih

kompleks termasuk korelasi kemampuan guru

dengan hasil belajar/bimbingan siswa.

7) Memberikan arahan dan bimbingan kepada guru

tentang pelaksanaan proses belajar

mengajar/bimbingan siswa.

8) Memberikan saran untuk peningkatan kemampuan

professional guru kepada pimpinan instansi yang

terkait.

9) Menyusun laporan hasil pengawasan sekolah

persekolah.

10) Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan

siswa.

11) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh

sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

12) Membina pelaksanaan pengelolaan sekolah.

13) Memantau dan membimbing pelaksanaan UAS/UAN.

14) Memberikan saran penyelesaian kasus khusus di

sekolah.

15) Memberikan bahan penilaian dalam angka akreditasi

sekolah.

16) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan per

20

mata pelajaran/bimbingan siswa dari sekolah.

17) Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah

dalam bidang pendidikan.

18) Menyusun pedoman pengawasan sekolah.

19) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan

sekolah.

Glickman (dalam Banun, 2009: 8) mengemukakan

bahwa seorang supervisor dapat melaksanakan tugas

pokoknya apabila supervisor memiliki ilmu pengetahuan

(knowledge), kemampuan berkomunikasi yang baik

(interpersonal skill), dan keterampilan maupun

pengalaman teknis yang menjadi ruang lingkup supervisi.

Tugas pokok dan tanggungjawab Pengawas

Sekolah sesuai dengan Permendiknas Nomor 12 tahun

2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah yang

meliputi:

1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah sesuai dengan pengawasannya

pada TK, SD, SLB, SLTP, dan SLTA.

2. Meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar/bimbingan dan hasil prestasi

belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan (Depdiknas, 2006: 16).

Tugas dan fungsi Pengawas Sekolah adalah pejabat

fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis

untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap

21

sejumlah sekolah tertentu yang ditetapkan. Pengawas

sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina

penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah

tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi

tanggungjawabnya.

Wewenang yang diberikan kepada pengawas

sekolah meliputi:

1) Memilih dan menentukan metode kerja untuk

mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan

tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode

etik profesi.

2) Menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya

yang diawasi beserta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

3) Menentukan atau mengusulkan program pembinaan

serta melakukan pembinaan. Wewenang tersebut

menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk

menentukan langkah dan strategi dalam

menentukan prosedur kerja kepengawasan. Namun

demikian pengawas perlu berkolaborasi dengan

kepala sekolah dan guru agar dalam melaksanakan

tugasnya sejalan dengan arah pengembangan

sekolah yang telah ditetapkan kepala sekolah

(Pidarta, 2008: 74).

Berdasarkan tugas pokok tersebut maka kegiatan

yang dilakukan oleh pengawas antara lain (Pidarta, 2008:

22

77):

1) Menyusun program kerja kepengawasan untuk

setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah

yang dibinanya.

2) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis

data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan

guru.

3) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya

pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan,

lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap

perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.

4) Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis

berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai

bahan untuk melakukan inovasi sekolah.

5) Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada

guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang

bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

belajar/ bimbingan siswa.

6) Melaksanakan penilaian dan monitoring

penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya

mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada

pelepasan lulusan/pemberian ijazah.

7) Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah

binaannya dan melaporkannya kepada Dinas

Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.

23

8) Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh

sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan

program kepengawasan semester berikutnya.

9) Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam

rangka akreditasi sekolah.

10) Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak

sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi

sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan

pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas maka tugas pengawas

mencakup:

1) inspecting (mensupervisi)

2) advising (memberi advis atau nasehat)

3) monitoring (memantau)

4) reporting (membuat laporan)

5) coordinating (mengkoordinir)

6) performing leadership dalam arti memimpin dalam

melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted

dalam Pidarta, 2002: 82).

Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi

tugas mensupervisi kinerja kepala sekolah, kinerja guru,

kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata

pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan

pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan

aspek lainnya seperti: keputusan moral, pendidikan

moral, kerjasama dengan masyarakat. Tugas pokok

24

advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis

mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada

guru tentang pembelajaran yang efektif, memberi advis

kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan,

memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam

meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada

orang tua siswa dan komite sekolah terutama dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi

tugas: memantau penjaminan/standard mutu

pendidikan, memantau penerimaan siswa baru,

memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau

pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf

sekolah, memantau hubungan sekolah dengan

masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah,

memantau program-program pengembangan sekolah.

Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan

perkembangan dan hasil pengawasan kepada Kepala

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau

Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil

pengawasan ke masyarakat publik, melaporkan

perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah

binaannya.

Tugas pokok coordinating meliputi tugas:

mengkoordinir sumber-sumber daya sekolah baik sumber

daya manusia, material, financial dll, mengkoordinir

25

kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice

dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf

sekolah lainnya, mengkoordinir personil stakeholder yang

lain, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi

sekolah. Tugas pokok performing leadership/memimpin

meliputi tugas: memimpin pengembangan kualitas SDM

di sekolah binaannya, memimpin pengembangan inovasi

sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan manajerial

pendidikan di Diknas yang bersangkutan, partisipasi

pada perencanaan pendidikan di kabupaten/kota,

partisipasi pada seleksi calon kepala sekolah/calon

pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah,

partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau

program-program khusus pengembangan mutu sekolah,

partisipasi dalam mengelola konflik di sekolah dengan

win-win solution dan partisipasi dalam menangani

pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari

masyarakat. Itu semua dilakukan guna mewujudkan

kelima tugas pokok di atas.

Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas

sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengawas

satuan pendidikan banyak berperan sebagai: (1) penilai,

(2) peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5)

motivator, (6) konsultan, dan (7) kolaborator dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas

26

sebagai pengawas atau supervisor akademik yaitu tugas

pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek

teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor

manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih

menekankan pada aspek manajemen sekolah dapat

dimatrikkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1. Matrik Tugas Pokok Pengawas

Rincian

Tugas

Pengawasan Akademik

(Teknis Pendidikan/

Pembelajaran)

Pengawasan Manajerial

(Administrasi dan

Manajemen Sekolah)

Inspecting/

Pengawasan

Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran

Proses pembelajaran/

praktikum/studi

lapangan

Kegiatan ekstra kurikuler

Penggunaan media, alat bantu dan sumber belajar

Kemajuan belajar siswa

Lingkungan belajar

Pelaksanaan kurikulum sekolah

Penyelenggaraan administrasi

sekolah

Kinerja kepala sekolah dan staf

sekolah

Kemajuan pelaksanaan

pendidikan di sekolah

Kerjasama sekolah dengan

masyarakat

Advising/

Menasehati

Menasehati guru dalam

pembelajaran/bimbi

ngan yang efektif

Guru dalam meningkatkan

kompetensi

professional

Guru dalam melaksanakan

penilaian proses

dan hasil belajar

Guru dalam melaksanakan

Kepala sekolah di dalam mengelola

pendidikan

Kepala sekolah dalam melaksanakan

inovasi pendidikan

Kepala sekolah dalam

peningkatan

kemampuan

professional kepala sekolah

Menasehati staf

27

penelitian tindakan

kelas

Guru dalam meningkatkan

kompetensi pribadi,

sosial dan pedagogik

sekolah dalam

melaksanakan

tugas administrasi

sekolah

Kepala sekolah dan staf dalam kesejahteraan

sekolah

Monitoring/

Memantau

Ketahanan pembelajaran

Pelaksanaan ujian mata pelajaran

Standar mutu hasil belajar siswa

Pengembangan profesi guru

Pengadaan dan pemanfaatan

sumber-sumber

belajar

Penyelenggaraan kurikulum

Administrasi sekolah

Manajemen sekolah

Kemajuan sekolah

Pengembangan SDM sekolah

Penyelenggaraan ujian sekolah

Penyelenggaraan penerimaan siswa

baru

Coordinating

/

mengkoordini

r

Pelaksanaan inovasi pembelajaran

Pengadaan sumber-sumber belajar

Kegiatan peningkatan

kemampuan profesi guru

Mengkoordinir peningkatan mutu

SDM sekolah

Penyelenggaraan inovasi di sekolah

Mengkoordinir akreditasi sekolah

Mengkoordinir kegiatan sumber daya pendidikan

Reporting

Kinerja guru dalam melaksanakan

pembelajaran

Kemajuan belajar siswa

Pelaksanaan tugas kepengawasan

akademik

Kinerja kepala sekolah

Kinerja staf sekolah

Standar mutu pendidikan

Inovasi pendidikan

Sumber: Pidarta (2002: 86)

2.1.3. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

28

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

(PKB)/Continous professional development (CPD) terdiri

dari serangkaian aktivitas reflektif yang dirancang untuk

meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman,

dan keterampilan seseorang. PKB mendukung

pemenuhan kebutuhan seseorang dan meningkatkan

praktik profesional mereka. PKB juga bermakna cara

setiap anggota asosiasi profesi memelihara, memperbaiki,

dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka

dan mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam

kehidupan profesional mereka. PKB mencakup gagasan

bahwa individu selalu bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan profesional mereka di luar

apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang

mereka terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan

tersebut (Wahyudi, 2011: 16).

Tujuan Utama dari pengembangan profesional

guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran

siswa. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini

penting karena berkaitan dengan:

1) Optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini

siswa;

2) Bukti dari profesionalisme;

3) Prasyarat pekerjaan;

4) Meningkatkan keterampilan kerja guru secara

individual;

29

5) Memperluas pengalaman guru untuk keperluan

perkembangan karir atau promosi;

6) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

profesional guru secara individual;

7) Meningkatkan pendidikan pribadi atau pendidikan

umum individu guru;

8) Membuat guru merasa dihargai;

9) Meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan;

10) Meningkatkan pandangan positif mengenai

pekerjaan;

11) Memungkinkan guru mengantisipasi dan bersiap

untuk menghadapi perubahan;

12) Mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau

departemen (Fattah, 2006: 46).

Beberapa prinsip dalam pelaksanaan PKB adalah:

1) Berpengaruh penting terhadap kehidupan

keprofesian;

2) PKB harus menjadi bagian dari sekuens atau siklus

aktivitas yang lebih panjang yang akan mengarah

pada peningkatan keterampilan atau pengetahuan

guru untuk mendorong murid mencapai tingkat

kinerja yang lebih tinggi;

3) PKB harus membuat keluaran-keluaran yang spesifik

yang diharapkan akan dicapai melalui aktivitas-

aktivitas pengembangan profesional dalam hal

meningkatkan keahlian guru, praktik ruang kelas,

30

kemajuan murid, dan standar prestasi;

4) Para pelaksana PKB harus memilih, merencanakan,

memonitor, dan mengevaluasi peluang-peluang PKB

dalam cara yang sistematik atau mengetahui sejauh

mana kebutuhan-kebutuhan pengembangan telah

dipenuhi;

5) PKB harus mencakup prosedur monitoring untuk

memverifikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan-

keterampilan yang telah didapatkan berhasil

diterapkan dalam latar ruang kelas (Fattah, 2006:

49).

Kerangka Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB) harus memungkinkan:

1) Guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru,

dan para pemangku kepentingan untuk memastikan

pertumbuhan profesional para guru individual di

sepanjang karir mereka;

2) Guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru,

dan para pemangku kepentingan untuk

merencanakan pengembangan profesional bagi

tujuan-tujuan sekolah, organisasional, dan

individual;

3) Institusi-institusi pendidikan guru untuk

merencanakan keperluan program-program

pengembangan profesional yang sesuai dengan

pertumbuhan profesional dan kebutuhan karir para

31

guru;

4) Pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan

bagi kelanjutan pendidikan guru dan alokasi sumber

daya untuk hal tersebut (Gaffar, 2008: 72).

Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

yang baik tentunya akan menunjukkan karakteristik

tertentu. Beberapa karakteristik PKB yang baik misalnya:

1) Setiap aktivitas dalam PKB merupakan bagian dari

perencanaan jangka panjang yang koheren yang

memberi para partisipan peluang untuk menerapkan

apa yang telah mereka pelajari dalam praktik

mengajar mereka dan untuk mengembangkan

praktik mereka tersebut;

2) PKB direncanakan dengan visi yang jelas mengenai

efektivitas atau peningkatan praktik yang ingin

dicapai. Visi ini dibagi bersama di antara mereka

yang menjalani proses pengembangan dan mereka

yang memimpin atau mendukung proses

pengembangan tersebut. Perencanaan harus

menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau

teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas-

aktivitas PKB;

3) PKB memungkinkan peserta untuk mengembangkan

keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang

praktis dan relevan serta dapat diterapkan dalam

peran mereka saat ini dan amsa depan;

32

4) PKB harus disiapkan oleh orang yang

berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan;

5) PKB didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang

tersedia tentang praktik pembelajaran;

6) PKB mempertimbangkan pengetahiuan dan

pengalaman peserta;

7) PKB ditunjang oleh pembinaan atau mentoring oleh

teman sejawat yang berpengalaman baik dari dalam

sekolah itu sendiri maupun dari luar;

8) PKB dapat menggunakan hasil observasi kelas

sebagai dasar pengembangan fokus PKB dan dampak

PKB;

9) PKB merupakan pemodelan pembelajaran efektif dan

pemodelan strategi pembelajaran;

10) PKB memunculkan secara terus menerus rasa ingin

tahu dan kemampuan problem solving dalam

kehidupan sehari-hari di sekolah;

11) Dampak PKB terhadap proses pembelajaran terus

menerus dievaluasi dan hasil evaluasi ini

mengarahkan pengembangan aktivitas profesional

secara terus menerus (Gaffar, 2008: 81).

Rancangan pengembangan keprofesian

berkelanjutan (PKB) yang baikharus didorong oleh

perhatian pada tujuan dan kinerja siswa. PKB yang baik

dibangun berdasarkan keterlibatan guru dalam

mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan dalam

33

membentuk peluang dan proses-proses pembelajaran,

berbasis sekolah dengan menekankan pembelajaran yang

melekat pada pekerjaan, bersifat kolaboratif dan

pemecahan masalah. Kegiatan PKB berlangsung secara

terus menerus dengan didasarkan pada informasi yang

kaya dengan sumber informasi yang beragam untuk

mengevaluasi hasil, didasarkan pada pemahaman teoritis

dan memanfaatkan penelitian yang ada untuk

mengembangkan, mendukung, dan meningkatkan

pembelajaran. PKB adalah bagian dari proses perubahan

komprehensif yang menghubungkan pembelajaran

individual dan kolektif dengan isu-isu dan kebutuhan

organisasional.

Pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat

diartikan sebagai pembinaan akademik untuk

meningkatkan profesionalitas bagi guru-guru. Pembinaan

akademik yang dimaksudkan adalah segala usaha yang

memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk

berkembang secara professional, sehingga mereka lebih

maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu

memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.

Sebagai supervisor Kepala Sekolah bertugas

memberikan bantuan dan pembinaan secara profesional

kepada guru yang kurang memiliki kemampuan

profesional dalam menyiapkan perangkat RPP.

Membimbing guru-guru secara intensif juga termasuk

34

dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

kurikulum di sekolah, hal tersebut dikategorikan

pelaksanaan tugas dari kepala sekolah dalam

mewujudkan teknik-teknik supervisi perseorangan

(Purwanto, 2001: 120).

Pembinaan ialah bantuan yang diberikan kepada

seorang individu dari setiap umur, untuk menolong dia

dalam megnatur kegiatan-kegiatan hidupnya,

mengembangkan pendirian/ pandangan hidupnya

membuat putusan-putusan dan memikul beban hidupnya

sendiri. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi

pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur

pelaksanaannya ditekankan kepada sebab-sebab atau

kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar

dan kemudian secara langsung pula diusahakan

bagaimana cara mengajar dan kemudian diusahakan

bagaimana memperbaiki kelemahan-kelamahan tersebut.

Beberapa teknik pembinaan yang dapat digunakan

oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan

kemampuan guru dalam mempersiapkan RPP antara lain

(Banun, 2009: 174):

1) Melaksanakan kunjungan kelas secara berencana

untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan

belajar mengajar di kelas.

2) Melaksanakan pertemuan pribadi antara supervisor

dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah

35

khusus yang dihadapi guru dalam mempersiapkan

RPP

3) Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah

yang menyangkut masalah adminstrasi guru dalam

mengajar

4) Mengikutsertakan guru dalam pelatihan atau KKG

5) Mengadakan In House Training (IHT) di sekolah

Dalam praktiknya, pengembangan keprofesian

berkelanjutan untuk guru ini mencakup berbagai cara

dan/atau pendekatan. Cara-cara atau pendekatan yang

dilakukan ini akan membuat guru secara

berkesinambungan belajar. Ini tentunya akan dapat

dilakukan oleh guru setelah memperoleh pendidikan

dan/atau pelatihan awal sebagai guru. Pelaksanaan

pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini akan

mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan

standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-

bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai suatu

profesi (guru dipandang sebagai sebuah profesi). Pada

gilirannya, guru akan dapat memelihara, meningkatkan,

memperluas pengetahuan, dan keterampilannya. Ia juga

akan dapat membangun kualitas pribadi yang

dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya sebagai

seorang guru.

Guru diharapkan akan memiliki kesadaran penuh

untuk memenuhi standar kompetensi profesinya. Mereka

36

akan berupaya untuk memperbaharui dan meningkatkan

kompetensi profesional selama bekerja sebagai guru.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini harus

dilakukan dengan komitmen penuh. Guru secara holistic

berupaya meningkatkan keterampilan dan kompetensi

pribadi yang juga merupakan bagian penting dari

kompetensi profesional. Pengembangan keprofesian

berkelanjutan atau PKB merupakan kunci bagi guru

untuk mengoptimalkan kesempatan pengembangan

karirnya baik saat ini maupun ke depannya. PKB harus

dapat mendorong dan mendukung perubahan kualitas

guru, khususnya di dalam praktik-praktik dan

pengembangan karir.

Pada prinsipnya, PKB mencakup kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang

didesain untuk meningkatkan karakter, pengetahuan,

pemahaman, dan keterampilan seorang guru agar

menjadi profesional. Guru, melalui perencanaan dan

refleksi pada pengalaman belajarnya akan mempercepat

pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta

kemajuan karirnya. Pengembangan keprofesian

berkelanjutan bagi guru dapat digambarkan seperti

diagram berikut.

37

Karena PKB merupakan bagian penting dari proses

pengembangan keprofesionalan guru maka PKB tidak

terjadi secara ad-hoc. PKB harus dilakukan melalui

pendekatan yang diawali dengan perencanaan untuk

mencapai standar kompetensi profesi (khususnya bagi

guru yang belum mencapai standar kompetensi sesuai

dengan hasil penilaian kinerja, atau dengan kata lain

berkinerja rendah), mempertahankan/menjaga dan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

perolehan pengetahuan dan keterampilan baru.

PKB dalam rangka pengembangan pengetahuan

dan keterampilan merupakan tanggung-jawab guru

secara individu sesuai dengan masyarakat pembelajar,

jadi sangat penting bagi guru yang berada di ujung paling

depan pendidikan. Oleh karena itu, agar PKB dapat

38

mendukung kebutuhan individu dan meningkatkan

praktik-praktik keprofesianalan maka kegiatan PKB harus

(Gaffar, 2008: 89):

1) menjamin kedalaman pengetahuan terkait dengan

materi ajar yang diampu;

2) menyajikan landasan yang kuat tentang metodologi

pembelaran (pedagogik) untuk mata pelajaran

tertentu;

3) menyediakan pengetahuan yang lebih umum tentang

proses pembelajaran dan sekolah sebagai institusi di

samping pengetahuan terkait dengan materi ajar

yang diampu dan metodologi pembelaran (pedagogik)

untuk mata pelajaran tertentu;

4) mengakar dan merefleksikan penelitian terbaik yang

ada dalam bidang pendidikan;

5) berkontribusi terhadap pengukuran peningkatan

keberhasilan peserta didik dalam belajarnya;

6) membuat guru secara intelektual terhubung dengan

ide-ide dan sumberdaya yang ada;

7) menyediakan waktu yang cukup, dukungan dan

sumberdaya bagi guru agar mampu menguasai isi

materi belajadan pedagogi serta mengintegrasikan

dalam praktik-praktik pembelajaran sehari-hari;

8) didesain oleh perwakilan dari mereka-mereka yang

akan berpartisipasi dalam kegiatan PKB bekerjasama

dengan para ahli dalam bidangnya;

39

9) mencakup berbagai bentuk kegiatan termasuk

beberapa kegiatan yang mungkin belum terpikirkan

sebelumnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

saat itu.

Berikut ini mekanisme yang harus ditempuh

untuk melaksanakan pengembangan keprofesian

berkelanjutan.

Tahap 1: Setiap awal tahun semua guru wajib

melakukan evaluasi diri untuk merefleksikan kegiatan

yang telah dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya.

Evaluasi diri dan refleksi merupakan dasar bagi seorang

guru untuk menyusun rencana kegiatan pengembangan

keprofesian yang akan dilakukan pada tahun tersebut.

Bagi guru yang mengajar pada lebih dari satu sekolah,

maka kegiatan evaluasi diri dilakukan di sekolah

induknya

Deskripsi evaluasi diri terhadap butir-butir

dimensi tugas utama/indikator kinerja guru, kompetensi

untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan karya inovatif,

kompetensi lain yang dimiliki untuk menunjang

pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas (misalnya

TIK, bahasa Asing, dsb), dan kompetensi lain yang

dimiliki untuk melaksanakan tugas tambahan (misalnya

Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, Kepala Bengkel,

dsb). Deskripsi usaha-usaha yang telah saya lakukan

untuk mempememenuhi dan mengembangkan berbagai

40

kompetensi tersebut. Deskripsi kendala yang saya hadapi

dalam memenuhi dan mengembangkan berbagai

kompetensi yang terkait dengan pelaksanaan tugas

utama/indikator kinerja guru dan/atau kinerja guru

dengan tugas tambahan. Deskripsi pengembangan

keprofesian berkelanjutan yang masih saya butuhkan

dalam memenuhi dan mengembangkan berbagai

kompetensi dan dimensi tugas utama/indikator kinerja

guru.

Tahap 2: Hasil evaluasi diri guru yang dilengkapi

dengan dokumen pendukung antara lain perangkat

pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru yang

bersangkutan selanjutnya akan digunakan untuk

menentukan profil kinerja guru dalam menetapkan

apakah guru akan mengikuti program peningkatan

kinerja untuk mencapai standar kompetensi profesi atau

kegiatan pengembangan kompetensi lebih lanjut.

Tahap 3: Melalui konsultasi dengan Kepala

Sekolah, Guru dan Koordinator Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan membuat perencanaan

kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.

Konsultasi ini diperlukan untuk menentukan apakah

kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

dilaksanakan di sekolah, di KKG/MGMP/MGBK,

dan/atau di LPMP/PPPPTK. Apabila kegiatan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dilaksanakan

41

di luar sekolah, perlu dikoordinasikan dengan

KKG/MGMP/MGBK dan koordinator pengembangan

keprofesian berkelanjutan di tingkat kabupaten/kota.

Tahap 4: Koordinator pengembangan

keprofesian berkelanjutan tingkat sekolah bersama

dengan Kepala Sekolah, menetapkan dan menyetujui

rencana final kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan bagi guru (Format 2-3). Perencanaan

tersebut memuat kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan yang akan dilakukan oleh guru baik secara

mandiri dan/atau bersama-sama dengan guru lain di

dalam sekolah, di KKG/MGMP/MGBK maupun kegiatan

yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan. Dinas

Pendidikan diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan

pengembangan keprofesian berkelanjutan yang akan

dilaksanakan di kabupaten/kota dan memberikan

anggaran atau subsidi kepada sekolah maupun

KKG/MGMP/MGBK.

Tahap 5: Guru menerima rencana program

pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup

kegiatan yang akan dilakukan di dalam dan/atau luar

sekolah. Rencana kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan juga mencakup sasaran yang akan dicapai

dalam kurun waktu tertentu setelah guru mengikuti

program pengembangan keprofesian berkelanjutan. Jika

diperlukan, dalam melaksanakan kegiatan pengembangan

42

keprofesian berkelanjutan, seorang guru dapat menerima

pembinaan berkelanjutan dari seorang guru pendamping.

Guru pendamping tersebut ditetapkan oleh kepala

sekolah dengan syarat telah berpengalaman dalam

melaksanakan proses pembelajaran dan telah mencapai

standar kompetensi yang telah ditetapkan serta memiliki

kinerja minimal baik berdasarkan hasil penilaian kinerja

guru.

TAHAP 6: Guru selanjutnya melaksanakan

kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang

telah direncanakan baik di dalam dan/atau di luar

sekolah. sekolah berkewajiban menjamin bahwa

kesibukan guru melaksanakan kegiatan pengembangan

keprofesian berkelanjutan tidak mengurangi kualitas

pembelajaran peserta didik.

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara

berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun

rencana program pengawasan. Program pengawasan

terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program

pengawasan semester, (3) rencana kepengawasan

manajerial (RKM), dan (4) rencana kepengawasan

akademik (RKA). Program pengawasan tahunan pengawas

satuan pendidikan disusun oleh kelompok pengawas

satuan pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi

terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini

diperkirakan berlangsung selama 1(satu) minggu

43

(Sudjana, 2006: 14).

Program pengawasan semester adalah

perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan

oleh setiap pengawas sekolah pada setiap sekolah

binaannya. Program tersebut disusun sebagai penjabaran

atas program pengawasan tahunan di tingkat

kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester

oleh setiap pengawas satuan pendidikan ini diperkirakan

berlangsung selama 1 (satu) minggu. Rencana

Kepengawasan Manajerial (RKM) dan Rencana

Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran

dari program semester yang lebih rinci dan sistematis

sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera

dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKM dan RKA

ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu. Kegiatan

supervisi akademik dan kegiatan supervisi manajerial

yang meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8

(delapan) Standar Nasional Pendidikan merupakan

kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara

pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah,

guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini

adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya di sekolah

binaan, tetapi kegiatan mengolah hasil pemantauan

setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan merupakan kegiatan bukan tatap muka

(Sudjana, 2006: 17).

44

Program tahunan, program semester, RKM dan

RKA sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah,

tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja

(teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang

diperlukan, penilaian dan insrumen pengawasan.

Kegiatan menyusun rencana program kepengawasan

sekolah adalah kegiatan bukan tatap muka.

2.1.4. Karir Guru

Guru atau pendidik dalam Pasal 1 Ayat 6 Undang-

undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga

kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,

fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan”.

Selanjutnya pada Pasal 39 ayat 2, dinyatakan

bahwa: ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

pendidik pada perguruan tinggi”.

Merujuk pada Undang-undang Sisdiknas No. 20

Tahun 2003 yang dimaksud dengan guru yang

berkualitas adalah guru yang profesional.Ada beberapa

45

istilah yang bertautan dengan kata profesional, yaitu

profesi, profesionalisme, profesionalitas dan

profesionalisasi. Untuk dapat memperjelas satu sama

lain, mari kita lihat terminologi kata-kata tersebut.

Menurut Goodlad, et al (Hadis, 2010), ada tiga

gagasan yang diterima secara umum dalam literatur

pendidikan tentang guru yang profesional.Pertama,

seorang profesional harus memiliki tingkat bakat dan

keterampilan yang tinggi.Kedua, profesional harus

menggunakan keilmuannya untuk mendukung

pekerjaannya, ketiga, profesional harus memiliki otonomi

untuk membuat keputusan yang menggabungkan antara

keterampilan dan pengetahuannya. Alasan konseptual

mengemukakan bahwa guru memerlukan keterlibatan

pemikiran kompleks yang efektif dalam pekerjaannya.

Misalnya, keragaman siswa memerlukan guru yang dapat

mempertimbangkan cara mengajar yang sesuai supaya

materi dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai

latar belakang kemampuan.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

46

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Untuk mencapai butir-butir tujuan pendidikan

tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang

memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan

baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi

belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi

diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

kualitas pendidikan.

Diundangkannya Undang-undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka semakin

kuatlah alasan pemerintah dalam melibatkan masyarakat

dalam pengelolaan lembaga pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Keterlibatan

masyarakat tersebut mencakup beberapa aspek dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

program pendidikan (UU No. 20 Th. 2003, pasal 8),

termasuk berkewajiban memberikan dukungan sumber

daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah dan

pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,

membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan

serta wajib menjamin tersedianya dana guna

terselenggarakannya pendidikan bagi setiap warga negara

yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

Guru sebagai komponen penting dalam sistem

pendidikan diharapkan mampu menjadi fasilitator,

motivator dan dinamisator dalam proses belajar siswa.

47

Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mempunyai

kompetensi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka

pelaksanaan kurikulum, perlu adanya metode

pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diampu oleh masing-masing guru. Dengan demikian

proses belajar mengajar akan berjalan seiring dengan

pengembangan aspek-aspek belajar siswa yang meliputi

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Untuk

mewujudkan niat baik yang tertuang di dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut perlu adanya

komitmen dari berbagai pihak, terutama pemerintah

dalam mengakomodasikan keinginan para guru dalam

pengembangan karier sesuai dengan Pasal 40 ayat (1).c.

pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan

kualitas.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 tahun 1989,

tentang penetapan jabatan guru sebagai jabatan

fungsional membuka peluang bagi semua guru dalam

meniti kariernya melalui jenjang kepangkatan yang

didasarkan atas angka kredit yang telah diperoleh dan

dikumpulkannya. Sehingga memungkinkan guru untuk

menduduki pangkat tertinggi dalam lingkungan pegawai

negeri sipil (PNS). Oleh karena itu, kemampuan dan

kreativitas guru merupakan unsur atau aspek yang

sangat diperlukan. Itu berarti faktor internal guru perlu

48

ditumbuhkembangkan. Faktor-faktor tersebut antara lain

adalah kecakapan, kemampuan, motivasi, sikap, persepsi

inovatif, kemampuan mengadopsi peraturan yang

berlaku, termasuk usia dan masa kerja. Sedangkan faktor

eksternal yang perlu diperhatikan para guru adalah

bobot dan banyaknya beban mengajar guru untuk

sekolah tertentu.

Sebelum tahun 1960-an jabatan guru demikian

terpandang. Untuk menarik minat para pemuda,

pemerintah memberikan ikatan dinas bagi mereka yang

berkeinginan menjadi guru, sehingga banyak yang

tertarik untuk memasuki LPTK. Namun demikian hal itu

bukanlah daya tarik yang menggiurkan, karena kebijakan

pemerintah itu tidak didukung kebijakan pemerintah

memberikan insentif dan fasilitas bagi guru. Padahal

peluang kerja lain yang lebih menjanjikan sangat terbuka

lebar. Dampaknya banyak guru yang penguasaan

terhadap mata pelajaran yang diampunya rendah karena

mereka yang memasuki lembaga pendidikan guru pada

umumnya bukan mereka yang memilih jabatan guru

sebagai pilihan yang pertama, tetapi banyak dari mereka

yang memasuki pendidikan guru dikarenakan takut tidak

diterima di perguruan tinggi lainnya.

Menurut UNESCO, bahwa guru sebagai agen

pembawa perubahan yang mampu mendorong

pemahaman dan toleransi diharapkan tidak hanya

49

mampu mencerdaskan peserta didik tetapi juga harus

mampu mengembangkan kepribadian yang utuh,

berakhlak dan berkarakter. Untuk itu dibutuhkan suatu

proses pendidikan guru yang secara professional dapat

dipertanggungjawabkan. Guru merupakan pekerjaan

profesi. Dalam pelaksanaan tugasnya membutuhkan

kemampuan teknis yang diperoleh melalui pendidikan

dan atau latihan, berupa perbuatan yang rasional dan

memiliki spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan

tugasnya. Untuk menjadi guru yang baik maka dituntut

adanya sejumlah kompetensi yang harus dimiliki guru,

yaitu (Sudjana, 2006: 22):

1) Menguasai landasan-landasan kependidikan

2) Penguasaan bahan/materi pelajaran

3) Kemampuan mengolah program kegiatan belajar

mengajar

4) Kemampuan mengelola kelas

5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

6) Kemampuan menggunakan media dan sumber

belajar

7) Kemampuan menilai hasil belajar/prestasi siswa

8) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan

administrasi pendidikan

9) Kemampuan memahami prinsip dan menafsirkan

hasil penelitian untuk keperluan pengajaran

50

10) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah

Sosok guru yang mampu mengemban tugas yang

disebutkan di atas sebenarnya sudah diberikan moto oleh

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, ing ngarso

sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Untuk dapat melaksanakan fungsi pertama, berarti guru

haruslah berkepribadian yang utuh dengan kemampuan

akademik dan profesional yang andal. Untuk dapat

melaksanakan fungsi kedua dibutuhkan guru yang

memahami dan menyayangi peserta didik. Sedangkan

untuk dapat melaksanakan fungsi yang ketiga, guru

harus terus memantau terus proses belajar peserta didik

dan mendorong semangat belajar peserta didiknya. Akan

tetapi sejauh ini moto tersebut seakan tidak bermakna

karena tidak adanya pelaksanaan di lapangan.

Jadi untuk menyiapkan tenaga pendidik tidak

hanya diperlukan suatu proses pendidikan akademik

yang handal akan tetapi juga diperlukan suatu proses

pendidikan yang mampu mengembangkan kepribadian

dan karakter seorang pendidik. Oleh karena itu

infrastruktur lembaga pendidikan tenaga kependidikan

(LPTK) haruslah dilengkapi dengan asrama mahasiswa

dan laboratorium kependidikan (sekolah model) dan lain-

lain. Sangat disayangkan bahwa UNY yang sebelum tahun

1980-an mempunyai sekolah laboratorium dari sekolah

51

dasar hingga lanjutan atas malah justru pengelolaannya

diserahkan ke kementerian pusat (dh. Depdikbud). Proses

penempatan guru yang tidak terarah, tidak adil dan tidak

proporsional akan berpengaruh negatif terhadap guru

dalam mengembangkan kemampuan dan pengabdiaan

profesional kependidikannya. Selain itu juga

menyurutkan niat generasi muda untuk memasuki

profesi keguruan. Kenyataan yang dihadapi banyak guru

yang berada di daerah terpencil tidak memiliki masa

depan, baik bagi pengembangan karirnya maupun

kesehatan rohani dan jasmaninya. Dihapuskannya

program rotasi semakin menjadikan ciut semangat guru

untuk meningkatkan profesionalismenya, karena dalam

benaknya sudah merasa bahwa sampai pensiun dia tetap

berada di sekolah tersebut.

Rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik

semakin tidak seimbang. Adanya sekolah yang kelebihan

guru, namun di sisi lain masih banyak sekolah-sekolah

yang kekurangan guru. Sekolah-sekolah yang kekurangan

guru ini terpaksa mengangkat guru honorer/guru tidak

tetap (GTT) yang gajinya jauh di bawah upah minimum.

Lebih celakanya jenis guru yang satu ini tidak

mempunyai ikatan perjanjian hukum yang jelas sehingga

sewaktu-waktu dapat diberhentikan karena ada droping

guru negeri baru. Di sisi lain kepala sekolah yang

seharusnya merupakan atasan langsung dari si guru

52

sibuk dengan proyek-proyek pembangunan fisik sekolah.

Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kadang-

kadang hanya dilakukan secara massal, misalnya pada

saat rapat dinas. Padahal sudah sewajarnyalah jika ada

guru yang bermasalah langsung dibina saat itu juga,

sehingga permasalahannya tidak berlarut-larut dan

mengimbas pada guru yang lain.

Dalam pelaksanaan manajemen pendidikan yang

moderen, praktek guru mencari penghasilan tambahan

dilarang, dan bagi pelanggarnya harus memilih untuk

tetap bekerja sebagai guru atau meninggalkannya. Di

negara yang mendudukkan pendidikan sebagai priortas

utama, penghasilan guru demikian bersaing dengan

profesi lain, sehingga larangan rangkap profesi dapat

diterapkan. Oleh karena itu upaya apapun yang

dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak

akan dapat dicapai selama masalah jaminan

kesejahteraan minimal seorang tenaga pengajar tidak

dipenuhi.

Aspek utama yang bersentuhan langsung dengan

nasib para guru adalah Teacher Management (Manajemen

Guru). Menurut Worldbank (1998: 20) disebutkan bahwa

guru juga mempunyai kesempatan promosi (peningkatan).

Struktur karier bagi guru pada pendidikan dasar

berbentuk piramida. Promosi guru selalu berarti bahwa

kerja guru beralih ke bidang administrasi dan

53

meninggalkan tugasnya sebagai pengajar di kelas. Pola

semacam itu mempunyai efek negatif terhadap moral

guru dan menurunkan kualitas hasil pengajaran karena

guru yang senior memperoleh promosi bukan sebagai

guru, melainkan sebagai tenaga administrasi. Beberapa

negara seperti Australia dan Irlandia mengembangkan

sejumlah jabatan guru, sebagai contoh jabatan bertingkat

yang lebih difokuskan dalam hal tanggung jawab khusus.

Jabatan-jabatan itu menambah promosi jabatan

konvensional yang sudah ada, yaitu kepala dan deputi

kepala. Tugas-tugas yang berkaitan dengan jabatan

khusus tersebut dipusatkan pada pengajaran sekolah dan

kebutuhan-kebutuhan pengembangan staf, tepatnya lebih

dari pada sekedar tugas administrasi rutin.

Secara harafiah pengertian pengembangan karier

(career development) menuntut seseorang untuk membuat

keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai

tujuan-tujuan karier. Pusat gagasan dalam

pengembangan karier ialah waktu, yang dipengaruhi cost

and benefit. Cost and benefit ini selalu dipertimbangkan

dalam memilih pekerjaan, apa kerjanya, apa

organisasinya, dan apa untung ruginya (Sigit : 2003).

Sedangkan pengertian pengembangan karier secara awam

adalah peningkatan jabatan yang didasarkan pada

prestasi, masa kerja, dan kesempatan. Dengan mengacu

pada pengertian awam tersebut maka pengembangan

54

karier bagi guru perlu diupayakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Namun sejauh ini ternyata pengembangan karier bagi

guru belum memperoleh porsi yang sesuai, karena

dengan dicanangkannya otonomi daerah ternyata

menimbulkan kebimbangan para birokrat daerah untuk

memberikan kewenangan pengelolaan aspek-aspek

pendidikan terhadap kaum guru. Hal ini dapat dimaklumi

sebab dengan memberikan jabatan-jabatan tersebut

menutup peluang bagi mereka (birokrat) untuk „berkuasa‟

(Hadis, 2010: 64).

Menurut Worldbank (2013), terjadi kerancuan

tentang pengembangan karier bagi guru. Selama ini

pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai

pengalihan tugas-tugas guru yang tadinya sebagai

pengajar berubah menjadi administrator (tenaga

adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan

dengan tujuan semula. Oleh karena itu, pengembangan

karier bagi guru diartikan dengan tambahan kewenangan

bagi guru selain tugas pokoknya sebagai pengajar

(pendidik). Jadi walaupun seorang guru mempunyai/naik

jabatan menduduki jabatan struktural tertentu akan

tetapi tugas pokoknya sebagai pengajar/pendidik tetap

menjadi tanggung jawabnya. Dengan kata lain seorang

guru tidak serta merta menjadi birokrat dan

meninggalkan profesi mengajar ketika ia naik jabatan.

55

Yang dimaksud dengan karier ini adalah kemampuan

guru dalam mencapai kompetensi yang diterapkan

kemudian dihubungkan dengan pencapaian prestasi yang

bersangkutan.

Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang

berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan

kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran dan bimbingan di sekolah (Banun, 2009:

161). Sasaran supervisi akademik antara lain membantu

guru dalam:

1) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau

bimbingan

2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan

3) menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan

4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan

layanan pembelajaran/bimbingan

5) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur

dan terus menerus pada peserta didik

6) melayani peserta didik yang mengalami kesulitan

belajar

7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik

8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan

9) mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan

media pembelajaran dan atau bimbingan

10) memanfaatkan sumber-sumber belajar

56

11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan

(metode, strategi, teknik, model, pendekatan dll.)

yang tepat dan berdaya guna,

12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pem-

belajaran/bimbingan, dan

13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan

(Banun, 2009: 163)

Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan

mutu dan efektifitas sekolah dapat memang tepat

dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka

kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku

dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari:

kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas

belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan,

kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen,

bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab

orang tua dan masyarakat (Law dan Glover dalam Fattah,

2006: 51). Ofsted (dalam Fattah, 2006: 54) menyatakan

bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard

dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa

di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program

kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat

siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan

dan manajemen sekolah. Khusus masalah layanan siswa

di sekolah.

Pengembangan karier dalam penelitian ini adalah

57

kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan

Kelas, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

Keputusan Menteri N0.16 tahun 2009 karya tulis ilmiah

sudah menjadi syarat kenaikan dari, maka kedepan guru

harus mempunyai kemampuan untuk membuat karya

tulis ilmiah. Guru harus menggunakan sebagian

tunjangan untuk membuat karya tulis ilmiah.

Pembuatan karya tulis ilmiah masih sangat

terbatas. Menurut Zamroni Direktur Profesi Pendidik pada

Ditjen Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan saat ini

sekitar 390.000 guru berpangkat IV a masih mengalami

kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena

adanya persyaratan menullis karya tulis ilmiah (Kompas

29 Maret 2007 hal 12). Nampak bahwa para guru enggan

menulis karya tulis ilmiah karena kurang pengetahuan

dan kemampuan tentang pembuatan karya tulis ilmiah.

Berdasarkan uraian diatas, dipertimbangkan perlu

dilakukan kegiatan pelatihan penulisan PTK bagi para

guru, yang karena keterbatasan waktu, tenaga dan

pengetahuan serta kemampuan guru-guru, dibatasi para

guru SD. Pelatihan difokuskan pada peningkatan

kemauan dan kemampuan (motivasi) guru menulis karya

penelitian tindakan kelas. Harapannya guru-guru menjadi

produktif dalam menghasilkan karya tulis ilmiah

58

2.2. Kajian Riset Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Retoliah (2014)

mengenai Kinerja Pengawas dalam meningkatkan kinerja

guru PAI di Kota Palu. Hasilnya menunjukkan bahwa

Kinerja Pengawas PAI Kementerian Agama Kota Palu

dalam penyusunan program pengawasan baik Prota,

Prosem maupun RKA berhasil dengan baik. Mereka

menyusun program tersebut secara kolektif dibawa

koordinasi ketua dan sekretaris pokjawas yang bertindak

sebagai Pembina pengawas. Kinerja pengawas PAI dalam

pelaksanaan program kepengawasan hasilnya bervariasi,

ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik,

mereka bekerja keras sesuai dengan fungsi dan

wewenangnya yaitu memantau, memeriksa perangkat

pembelajaran, melakukan kunjungan kelas untuk

mengamati kinerja Guru PAI dalam mengelola

pembelajaran, menilai kesesuaian antara RPP dengan

pelaksanaan pembelajaran. Penelitian yang akan

dilakukan pada dasarnya lebih meningkatkan pada

seluruh aspek kompetensi yang ada pada guru tidak

terbatas pada kompetensi pedagogic.

Penelitian lain yang dilakukan Priadi Surya (2011)

dalam penelitiannya yang berjudul Profesionalisme

Pengawas Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.

Hasil penelitiannya menunjukkan Pengawas sekolah

59

mendampingi kepala sekolah dan guru untuk

mengembangkan program pendidikan yang mendasarkan

diri pada potensi lingkungan sendiri serta memajukan

wawasan lembaga terhadap pergaulan internasional.

Hasil penelitian Jadmi Rahayu (2009) mengenai

Peningkatan Kinerja Guru melalui Pelaksanaan In Houes

Training oleh Pengawas menunjukkan bahwa, pengawas

sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi

akademik maupun supervisi manajerial yang dapat

dilakukan salah satunya dengan In House Training.

Melalui kegiatan IHT supervisi akademik yang berkenaan

dengan aspek pembinaan dan pengembangan

kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Seorang

pengawas untuk dapat melaksanakan tugas, pokok dan

fungsinya perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu

terhadap ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsinya,

sehingga dalam melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan

urutan dan ketentuan. Pelaksanaan tugas harus urut

karena pengawas memiliki peran yang amat besar dalam

peningkatan mutu pendidikan.

Hasil penelitian Maisyaroh (2001:52) mengenai

Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran menunjukkan hasil bahwa dari

segi proses, apabila supervisor mampu melaksanakan

kegiatan pembinaan akademik secara tepat, baik dalam

60

tahap pendahuluan, observasi, maupun dalam umpan

balik, maka akan memberikan dampak positif bagi kinerja

guru. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,

nampak bahwa pelaksanaan supervisi klinis dapat

terselesaikan dengan lancar walaupun dengan waktu

yang sangat terbatas karena kesibukan pribadi maupun

kesibukan dari tugas sekolah. Suasana yang terbangun

saat pertemuan berlangsung hangat dan kondusif pada

pertemuan I (Siklus I) dan tegang pada pertemuan II

(Siklus II). Situasi dan kondisi saat pelaksaan supervisi

klinis dengan teknik rapat guru terlihat kondusif jika

supervisor yang memberikan informasi tentang RPP serta

memberikan umpan balik terhadap RPP yang dibuat

tetapi suasana berubah menjadi tegang ketika subjek

penelitian memaparkan permasalahannya.

AM Lee (2007) dalam penelitiannya yang berjudul

Developing Effective Supervisors: Concept of Research

Supervision menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya

bahwa karir sebagai pendidik seiring dengan

perkembangan zaman semakin kompleks, namun

demikian perlu dukungan dari pengawas atau supervisor

agar pendidik juga melakukan sebuah penelitian dalam

mengembangkan proses belajar mengajarnya. Melalui

penelitian tersebut, akan tercipta suatu pembelajaran

yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Fritz dan Miller (2003) dalam penelitiannya

61

Supervisory Options for Instructional Leaders in

Education menunjukkan hasil bahwa pengawas masih

terfokus pada pengawasan proses belajar mengajar, yang

dilakukan hanya sekali tempo dalam suatu kurun waktu

belajar mengajar. Hal tersebut kurang membawa dampak

terhadap keberhasilan belajar mengajar.

Penelitian yang dilakukan peneliti ini pada

hakikatnya adalah pelaksanaan salah satu tugas pokok

pengawas melalui Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan untuk meningkatkan karir guru. Karir

guru disini salah satunya kemampuan guru untuk

mengadakan penelitian sekaligus menyusun sebuah

laporan penelitian sebagai bahan evaluasi sluruh proses

belajar mengajar yang dilakukan, yang wujudnya adalah

berupa Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Perbedaan

penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumya

adalah khusus dalam penelitian ini peningkatan

kemampuan guru dalam menyusun PTK melalui

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, sedangkan

penelitian lain terbatas masih pada aspek pedagogic saja.

2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan

diatas dan landasan teori yang telah diuraikan, maka

kerangka berpikir penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

62

Pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai

pengalihan tugas-tugas guru yang tadinya sebagai

pengajar berubah menjadi administrator (tenaga

adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan

dengan tujuan semula. Oleh karena itu, pengembangan

karier bagi guru diartikan dengan tambahan kewenangan

bagi guru selain tugas pokoknya sebagai pengajar

(pendidik). Jadi walaupun seorang guru mempunyai/naik

jabatan menduduki jabatan struktural tertentu akan

tetapi tugas pokoknya sebagai pengajar/pendidik tetap

menjadi tanggung jawabnya.

Pengembangan karier dalam penelitian ini adalah

kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan

Kelas, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

Keputusan Menteri N0.16 tahun 2009 karya tulis ilmiah

sudah menjadi syarat kenaikan pangkat, maka kedepan

guru harus mempunyai kemampuan untuk membuat

karya tulis ilmiah. Guru harus menggunakan sebagian

tunjangan untuk membuat karya tulis ilmiah.

Pembuatan karya tulis ilmiah masih sangat

terbatas. Menurut Zamroni Direktur Profesi Pendidik pada

Ditjen Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan saat ini

sekitar 390.000 guru berpangkat IV a masih mengalami

kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena

adanya persyaratan menullis karya tulis ilmiah (Kompas

29 Maret 2007 hal 12). Nampak bahwa para guru enggan

63

menulis karya tulis ilmiah karena kurang pengetahuan

dan kemampuan tentang pembuatan karya tulis ilmiah.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan menulis. Selama ini guru bukan tidak

mampu menulis, hanya kurang motivasi dan pengarahan

mengenai menulis secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan sebenarnya merupakan sumber untuk

menyusun karya ilmiah atau PTK. Hanya saja

kemampuan guru dalam memahami cara menulis dan

bahasa yang digunakan dalam menyusun PTK memang

masih kurang. Melalui pelaksanaan PKB ini guru

mendapatkan gambaran mengenai langkah-langkah

dalam menyusun PTK, yang merupakan salah satu

komponen dalam meningkatkan karirnya.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dengan

model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan

sebagai berikut:

64

Gambar 2.1 Alur Penelitian Tindakan Sekolah

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan pengawas

TK/SD dapat meningkatkan karir guru di Gugus

Hasanuddin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Adapun indikatornya adalah guru mampu membuat

Penelitian Tindakan Kelas atau Karya Ilmiah atau alat

peraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

karir dalam pendidikan.

Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan

PKB Siklus I

Pengamatan

Siklus I Refleksi I

Permasalahan baru

hasil refleksi

Pengamatan

Siklus II

Perencanaan tindakan II

Refleksi II

Pelaksanaan

tindakan II

Apabila permasalahan

belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus

berikutnya