bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. hakikat ilmu ...eprints.uny.ac.id/37746/3/bab 2.pdfyaitu...
TRANSCRIPT
10
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Kata ‘sains’ biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
yang berasal dari kata natural science. Natural berarti alamiah dan
berhubungan dengan alam sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Jadi sains secara harfiah adalah ilmu pengetahuan tentang alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Patta Bundu, 2005:9).
Sedangkan pengertian sains menurut Chiappetta & Koballa
(2010:102) adalah
Science is a particular way of knowing about the world. In science, explanations are limited to those based on observations and experiments that can be substantiated by other scientists. Explanations that cannot be based on empirical evidence are not part of science.
Sains adalah bagian dari pengetahuan alam. Dalam Sains, penjelasan
dibatasi pada pengetahuan yang berdasarkan observasi dan eksperimen yang
dapat diperkuat oleh saintis lain. Pengetahuan yang bukan berasal dari bukti
empiris bukan merupakan bagian dari sains.
Carind & Sund (1993:5) mendasarkan tiga elemen dasar science
yaitu processes or methods, product, dan human attitude.
a) Processes or methods, certain ways of investigating problems, observing-for example, making hypotheses, designing and carrying out experiments, evaluating data, measuring, and so on.
b) Product-Fact, principles, laws, theories-for example, the scientific principle that metals expand when heated.
c) Human attitudes-Certain beliefs, values, opinions for example, suspending judgements until enoughdata have been collected
11
Tiga elemen dasar IPA adalah proses atau metode khusus dalam
penyelidikan pemecahan suatu masalah. Misalnya membuat hipotesis,
merangsang dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menyusun
data, mengevaluasi data, mengukur, dan sebagainya. Produk sains berupa
berupa fakta, prinsip, hukum, teori, dan lain-lain. Contoh prinsip ilmiah,
misalnya: logam bila dipanasi akan memuai. Sikap sains berupa keyakinan,
nilai-nilai, dan pendapat contohnya menangguhkan penilaian sampai data
telah cukup.
IPA harus dipandang sebagai cara berpikir, sebagai cara untuk
melakukan penyelidikan, dan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam.
Collete dan Chiappetta (2010:105-113) menyatakan bahwa sains/IPA
memiliki dimensi atau tema sains sebagai berikut.
a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan (a body of knowledge)
Hasil-hasil penemuan dari kegiatan kreatif para ilmuan selama
berabad-abad dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi
kumpulan pengetahuan yang dikelompokkan sesuai dengan bidang
kajiannya, misalnya fisika, biologi, kimia dan sebagainya berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum, teori maupan model.
b. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking)
IPA sebagai aktifitas manusia yang ditandai dengan proses bepikir
yang berlangsung di dalam pikiran orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang itu.
12
c. IPA sebagai cara penyelidikan (a way of investigating)
IPA sebagai cara penyelidikan memberikan ilustrasi tentang
pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menyusun pengetahuan.
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam adalah suatu kumpulan pengetahuan dan teori yang dirumuskan secara
sistematis, yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, yang saling terkait dan terbatas pada
gejala-gejala alam serta perkembangannya berupa metode ilmiah, kumpulan
fakta, serta sikap ilmiah.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berupa proses ilmiah, produk
ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA sebagai produk dan proses untuk
menghasilkan sikap ilmiah berupa keyakinan, nilai-nilai, dan pendapat
hingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pengetahuan yang dimiki dan mampu melakukan kerja ilmiah yang diiringi
sikap ilmiah maka dapat diperoleh produk IPA yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori.
2. Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA mengandung tiga hal sesuai hakikat
pembelajarannya yaitu proses, produk, dan sikap. Pembelajaran IPA tidak
cukup hanya dengan menghafalkan fakta dan konsep yang sudah ada
tetapi siswa dituntut untuk menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep
tersebut melalui kegiatan observasi dan eksperimen.
13
Patta Bundu (2005: 9) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
memiliki ruang lingkup seperti yang ada dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia yaitu biologi, fisika, kimia, dan bumi dan antariksa pada tingkat
sekolah menengah sehingga dalam pelaksanaannya tidak terpisah-pisah
melainkan menjadi satu. Pemberian IPA secara terpadu di sekolah
diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari alam secara
utuh.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan
dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
dan menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan
“bagaimana” mengenai gejala alam melalui cara sistematis berupa metode
ilmiah. Metode ilmiah dalam IPA meliputi mengidentifikasi masalah,
menyusun hipotesis, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan
eksperimen, dan merumuskan hukum sederhana yang diorganisasikan dari
hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Trianto, 2012: 151-152)
Beberapa aspek penting dalam memberdayakan anak melalui
pendidikan sains adalah sebagai berikut. (Sumaji, 1998 :121-123)
a. Saat memulai pembelajaran, anak telah memiliki berbagai konsepsi,
pengetahuan yang relevan dengan apa yang akan mereka pelajari
b. Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi
hal utama dalam pembelajaran sains.
c. Dalam setiap kegiatan pembelajaran sains, kegiatan bertanya bagi
guru maupun murid menjadi penting dalam kegiatan pembelajaran.
14
d. Kemampuan siswa dalam menjelaskan pertanyaan kemengapaan
fenomena alam menjadi penting untuk memahami suatu masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA adalah pembelajaran yang menggabungkan berbagai kajian IPA yaitu
fisika, kimia, dan biologi secara utuh dan mengembangkan kemampuan
menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari diri sendiri dan alam
sekitarnya secara utuh dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Aspek
penting pembelajaran IPA adalah pemahaman konsep, kegiatan nyata
dengan alam, kegiatan bertanya, dan kemampuan siswa menjelaskan
suatu fenomena dapat terjadi.
3. Model Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Braistorming
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial
(Agus Suprijono, 2009:46). Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam
Rusman (2011:233) model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola atau rencana proses pembelajaran yang
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
15
jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas.
b. Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran berbasis student centered learning. Student centered
learning adalah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
dengan bimbingan guru. Rusman (2010:241) menyatakan bahwa
Problem Based Learning (PBL) mendayagunakan kemampuan
berfikir dalam sebuah proses kognitif dan proses mental yang
dihadapkan oleh suatu permasalahan pada dunia nyata sehingga siswa
diharapkan dapat memiliki pemahaman utuh pada suatu materi,
penguasaan sikap positif dan ketrampilan secara bertahap dan
berkesinambungan dengan menuntut aktivitas mental siswa dalam
memahami suatu konsep, prinsip, dan ketrampilan melalui suatu
permasalahan.
Sedangkan Killbane & Milman (2014:284) menyatakan bahwa
Problem Based Learning adalah
A benefit of the Problem-Based learning model is that it helps students develop their critical thinking,cooperative, and social skill—all of which are necessary for lifelong learning in the 21 century. Problem based learning helps students cultivate these skills because it focuses on solving problems though examination of a problem, development of a strategy to solve the problem, implementation of the proposed strategy, and analysis of the implementation of the strategy through discussion and evaluation of its outcome.
16
Manfaat dari model pembelajaran Problem-Based adalah
membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis, kooperatif, dan
keterampilan sosial yang diperlukan untuk belajar sepanjang hayat di
abad 21. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa
mengembangkan keterampilan ini karena berfokus pada pemecahan
masalah, pemeriksaan masalah, pengembangan strategi untuk
memecahkan masalah, pelaksanaan strategi yang diusulkan, dan
analisis pelaksanaan strategi melalui diskusi dan evaluasi hasilnya.
Pelaksanaan model problem based learning dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya jika menerapkan strategi pembelajaran
dengan problem based learning menurut Rusmono (2012:78) yang
dimulai dengan:
1) Kegiatan kelompok, yaitu kegiatan membaca kasus; menentukan masalah yang paling relevan dengan tujuan pembelajaran; membuat rumusan masalah; membuat hipotesis; mengidentifikasi sumber informasi,diskusi, dan pembagian tugas; dan melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok, serta mempresentasikan di kelas;
2) Kegiatan perorangan, yaitu siswa melakukan kegiatan membaca berbagai sumber, meneliti, dan penyampaian temuan
3) Kegiatan di kelas, yaitu mempresentasikan laporan, dan hasil diskusi antar kelompok di bawah bimbingan guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang
disepakati oleh siswa dan guru, sehingga siswa menggunakan
berbagai macam ketrampilan, prosedur pemecahan masalah, dan
berfikir kritis. (Trianto, 2009:92)
17
Karakteristik atau fitur-fitur khusus pembelajaran berbasis
masalah menurut Arends (2008:42-43) antara lain:
1) Pertanyaan atau masalah perangsang PBL mengorganisasaikan seputar pertanyaan dan masalah
dalam situasi-situasi kehidupan nyata, yang menolak jawaban-jawaban sederhana dan mengundang solusi yang competing.
2) Fokus InterdisiplinerMasalah yang diinvestigasikan dipilih karena solusinya
menuntut untuk siswa menggali banyak subyek (sains, biologi, kimia, ekonimi, sosial, dan lainnya)
3) Investigasi autentikPBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi
autentik yang berusaha untuk menemukan solusi riil untuk masalah riil dengan menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (jika memungkinkan), membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4) Produksi artefak dan exhibit atau Menghasilkan produk dan memamerkannya
PBL menuntut siswa untuk mengonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan exhibit yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka. Produk dapat berbentuk debat, laporan, video, model fisik, atau program komputer.
5) Kolaborasi Kolaborasi siswa dalam PBL mendorong penyelidikan,
kerjasama antar kelompok siswa, dialog bersama serta pengembangan ketrampilan berfikir dan ketrampilan sosial.
Pelaksanaan model Probem Based Learnig dapat berjalan
dengan lancar jika sesuai dengan sintaks pengajaran model
pembelajaran berbasis masalah. Menurut Ibrahim dan Nur dalam
Rusmono (2012:81) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
berbasis masalah sebagai berikut :
Tabel 1. Sintaks PBL menurut Ibrahim dan NurFase Indikator Tingkah laku Guru1 Mengorganisasikan
siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada
18
Fase Indikator Tingkah laku Guruaktivitas pemecahan masalah.
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Sedangkan menurut Killbane & Milman (2014:300) langkah-
langkah Model Problem Based Learning disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sintaks PBL menurut Killbane & MilmanProblem Based Learning Model
Step
Problem Based Learning Model Lesson
Present or identity the problem (Identifikasi masalah)
The teacher presents a problem for students to explore or ask students to identify a problem.(Guru menyajikan masalah baik untuk peserta didik untuk mengeksplorasi atau meminta siswa untuk mengidentifikasi masalah)
Develop plan for solving problem(Mengembangkan rencana untuk memecahkan masalah)
The teacher randomly assigns studens to groups she tasks them with developing a plan to solve the problem(Guru membentuk siswa dalam kelompok secara acak dan memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan rencana untuk memecahkan suatu masalah )
Implement the plan(Melaksanakan rencana )
The groups present their plans to the school principal, treasure, teacher, and class. They vote on the best plan to implement and then implement it, if possible(Setiap kelompok mempresentasikan rencana mereka kepada kepala sekolah, guru, dan kelas. Mereka memilih rencana terbaik untuk
19
Problem Based Learning Model
Step
Problem Based Learning Model Lesson
diimplementasikan dan mengimplementasikan jika memungkinkan)
Evaluate the Implementation(Evaluasi Implementasi)
The teacher asks students to evaluate each groups plans in addition to their cooperative and individual contibuting(Guru meminta siswa untuk mengevaluasirencana setiap kelompok dalam menambah kemampuan kooperatif dan kontribusi individu)
Dalam prosesnya, pembelajaran berbasis masalah memiliki
berbagai kelebihan menurut Suyadi (2013:142) antara lain :
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.
3) Pemecahan masalah dapat mennigkatkan aktivitas belajar siswa. 4) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.5) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.
6) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.
7) Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari siswa.
8) Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berfikir dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata.
10) Pemecahan masalah mengembangkan minat belajar siswa.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah
(Trianto, 2009: 97) antara lain:
1) Persiapan pembelajaran (alat, masalah, konsep) yang kompleks2) Sulitnya mencari masalah yang relevan3) Sering terjadi miss konsepsi4) Waktu pelaksanaan yang cukup banyak
20
Beberapa hal yang diperlukan untuk mengantisipasi kekurangan
Model PBL dengan mempersiapkan pembelajaran (alat, masalah,
konsep) agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disintesis bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang mengaitkan berbagai permasalahan yang terjadi di
dunia nyata sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan
berfikir kritis dan pemecahan masalah secara bertahap dan
berkesinambungan dalam penguasaan konsep dan prinsip dari suatu
materi pembelajaran melalui diskusi antar siswa.
Esensi dari karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah
adanya permasalahan yang terkait pada kehidupan, berfokus pada
keterkaitan antardisiplin, adanya penyelidikan autentik,
pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah,
menghasilkan produk, dan adanya proses kolaborasi (kerjasama dalam
kelompok).
Dari definisi tersebut, model Problem Based Learning dapat
dilakukan dengan sintaks sebagai berikut.
1) Orientasi siswa pada masalah
2) Pengorganisasian siswa
3) Membimbing penyelidikan dalam kelompok
4) Mengembangkan dan meyajikan hasil dan presentasi
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
21
c. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan strategi pembelajaran (Rusman, 2011:132). Hakikatnya
metode pembelajaran untuk mengarahkan perhatian peserta didik
terhadap materi yang dipelajarinya (Agus Suprijono, 2009:111).
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengarahkan
perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya.
d. Metode Brainstorming
Metode pembelajaran interaktif sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran saat ini dimana terdapat peralihan antara teacher
centered learning (pembelajaran berbasis guru) menjadi student
centered learning (pembelajaran berbasis peserta didik), sehingga
terjalin komunikasi dua arah antara peserta didik dengan guru. Proses
pembelajaran interaktif ini merupakan proses penggalian pengalaman,
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Hal ini dapat dicapai lebih
efektif jika peserta didik secara sukarela dan sadar menyibukkan diri
dalam berbagi (sharing) dengan peserta didik lain maupun dengan
gurunya untuk meningkatkan kompetensinya salah satunya dengan
menggunakan metode brainstorming (Nurul Ramadhani, 2009:53).
Pengertian metode brainstorming (curah pendapat) menurut
Roestiyah (2008: 73) merupakan teknik mengajar dengan cara guru
melontarkan suatu masalah ke kelas, kemudian peserta didik
22
menjawab atau menyatakan pendapat, sebagai suatu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang
singkat.
Metode ini memancing peserta didik untuk aktif menuangkan
ide, pendapat, maupun pengalaman yang sudah dimilikinya secara
bebas. Guru harus dapat mengelola dan mengendalikan keadaan kelas
karena siswa berlomba-lomba ingin menyampaikan pendapatnya
dengan penyampaian pendapat secara bergiliran (Arifin dan
Setiyawan, 2012:62)
Pelaksanaan metode brainstorming memiliki berbagai tujuan
menurut Nurul Ramadhani (2009:148) antara lain :
1) Mendorong terjadinya penyampaian ide atau pengalaman pembelajaran yang sangat membantu terjadinya refleksi dalam kelompok.
2) Mendapatkan sebanyak-banyaknya pendapat, ide dari pembelajaran tentang permasalahan yang sedang dibahas
3) Membina pembelajaran dalam mengkombinasikan dan mengembangkan kreativitas berpikir melalui ide-ide yang muncul
4) Merangsang partisipasi pembelajaran5) Menciptakan suasana yang menyenangkan6) Melatih daya kreatifitas berfikir pembelajar7) Melatih pembelajar untuk mengekspresikan gagasan baru
menurut daya imajinasinya8) Mengumpulkan sejumlah pendapat dari kelompok belajar yang
berasal dari kenyataan dilapangan
Penggunaan metode brainstorming dapat berjalan sesuai jika
dilakukan sesuai dengan langkah-langkahnya. Langkah-langkah
penggunaan metode brainstorming menurut Arifin dan Setiawan
(2012: 62-63) langkah-langkah metode Brainstorming antara lain:
1) Guru menentukan topik yang akan dibahas
23
2) Peserta didik secara bergiliran mencurahkan semua ide, pendapat, maupun pengalaman yang mereka ketahui
3) Guru menuliskan daftar ide, pendapat, maupun pengalaman peserta didik
4) Guru menyeleksi konsep-konsep penting dari pendapat-pendapat peserta didik
5) Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan konsep-konsep kedalam beberapa kelompok
6) Setiap kelompok mendiskusikan konsep-konsep yang diberikan guru kemudian hasilnya ditulis di kertas
7) Setiap kelompok memilih salah satu temannya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
8) Guru melakukan klarifikasi dari hasil diskusi yang disampaikan peserta didik untuk mengantisipasi pndapat siswa yang keluar dari kebenaran.
Terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan
metode ini, Kelebihan metode brainstorming (Nurul Ramadhani,
2009:148) antara lain:
1) Merangsang peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran2) Dapat dipakai untuk kelompok besar maupun kelompok kecil3) Mengembangkan peran serta peserta didik4) Mudah dan murah dalam penyelenggaraannya5) Terjadi komunikasi 2 arah6) Mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta didik7) Sedikit alat bantu yang diperlukan8) Bila ada yang belum terpikirkan oleh guru, dapat dimunculkan
oleh peserta didik.
Sedangkan Kelemahan brainstorming menurut Roestiyah
(2008:75) antara lain :
1) Guru kurang memberi waktu cukup kepada siswa untuk berfikir dengan baik.
2) Anak yang kurang selalu ketinggalan.3) Kadang-kadang pembicaraan dimonopoli oleh anak yang pandai.4) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.5) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar/salah.6) Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.7) Masalah dapat berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
24
Berdasarkan uraian diatas, dapat disintesis bahwa metode
Brainstorming merupakan metode pembelajaran dengan pemberian
suatu masalah oleh pendidik untuk mengumpulkan berbagai pendapat
sebanyak-banyaknya dari siswa berupa gagasan, ide atau pendapat
dalam memecahkan suatu masalah dalam waktu singkat.
Dari definisi tersebut, langkah-langkah metode brainstorming
adalah sebagai berikut.
1) Guru memaparkan masalah dan menentukan topik yang akan
dibahas
2) Peserta didik secara bergiliran mencurahkan semua ide, pendapat,
maupun pengalaman yang mereka ketahui.
3) Guru menuliskan daftar ide atau pendapat dan menyeleksi
konsep-konsep penting dari pendapat-pendapat peserta didik.
4) Setiap kelompok secara bersama-sama mendiskusikan dan
melihat kembali sumbang saran untuk menguji relevansinya
dengan permasalahannya.
5) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
6) Guru melakukan klarifikasi dan penyepakatan dari hasil diskusi
yang disampaikan peserta didik dalam memecahkan suatu
masalah.
Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning dengan metode Brainstorming adalah
pembelajaran dengan mengaitkan berbagai permasalahan yang terjadi di
25
dunia nyata sehingga siswa dapat menyampaikan pendapat sebanyak-
banyaknya berupa gagasan, ide, dan pendapat untuk menumbuhkan
keterampilan berkomunikasi dan mengembangkan keterampilan berfikir
kritis dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan definisi tersebut, maka indikator model Problem Based
Learning dengan metode Brainstorming adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan orientasi masalah pada siswa sebagai topik yang
akan dibahas
2) Guru mengorganisasi siswa dalam kelompok untuk memulai
brainstorming
3) Guru membimbing penyelidikan dalam kelompok
4) Peserta didik mengembangkan dan meyajikan hasil dan presentasi.
5) Guru menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dari indikator diatas, disusun:
1) Instrumen lembar observasi keterlaksanaan Model Problem Based
Learning dengan metode Brainstorming pada Lampiran 6, halaman
239-240.
4. Model Pembelajaran Langsung dengan Metode Dikusi
a. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model yang dirancang
secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang
26
bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif
(pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang
terstuktur degan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung berpusat pada guru dan harus melibatkan
siswa dalam pelaksanaannya (Abdul Majid, 2013:72-73). Sedangkan
menurut Agus Suprijono (2009:50) pembelajaran langsung dirancang
untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif
(pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaran
langsung dimaksud untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu
penguasaan pengetahuan terstruktur dengan baik dan penguasaan
keterampilan.
Pelaksanaan model pembelajaran langsung dapat berjalan
dengan lancar jika sesuai dengan sintaks pengajaran model
pembelajaran langsung. Menurut Agus Suprijono (2009:50)
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Sintaks Pembelajaran Langsung menurut Agus SuprijonoFase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Establishing SetMenyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
Fase 2: Demonstrating Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3: Guided PracticeMembimbing pelatihan
Merencanakan dan memberi pelatihan awal
Fase 4: Feed BackMengecek pemahaman
Megecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik,
27
dan memberikan umpan balik
memberikan umpan balik.
Fase 5: Extended PracticeMemberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran langsung memiliki
beberapa kelebihan menurut (Abdul Majid, 2013:74-75), antara lain :
1) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
3) Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan–keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
4) Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) 5) Model pembelajaran langsung direct instructure terutama kegiatan
demonstrasi dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan hasil observasi.
6) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Sedangkan kekurangan pembelajaran langsung menurut (Abdul
Majid, 2013:75) antara lain:
1) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahamannya,gaya belajar atau ketertarikan siswa.
2) Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial dan intrpersonal mereka.
3) Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi pembelajaran ini tergantung pada image guru. Jika guru tampak tidak siap maka pembelajaran akan terhambat.
Dari uraian mengenai pembelajaran langsung diatas, maka dapat
disintesis bahwa pembelajaran langsung merupakan model
28
pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa berupa
guru mendemostrasikan pengetahuan dan melatih siswa untuk
melakukan praktik dalam meningkatkan keterampilan dengan
mempertimbangkan keterlibatan seluruh siswa khusunya dalam
memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab).
Model pembelajaran langsung ini nantinya sebagai kontrol
variabel dalam penelitian dimana pembelajaran langsung sering
digunakan oleh guru dalam mengajar IPA. Pelaksanaan model
pembelajaran langsung ini akan menggunakan sintaks pembelajaran
langsung yakni menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta
didik, mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan,
membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik, dan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan.
b. Metode Diskusi
Berdasarkan Syaiful dan Aswan (2013:87) Metode diskusi
merupakan penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Dalam proses
diskusi terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat
saling tukar menukar informasi maupun pengalaman dalam
memecahkan masalah. Sedangkan menurut (Martinus Yamin,
2007:114) metode diskusi adalah interaksi antar siswa dan siswa atau
29
siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,
menggali atau memperdalam topik atau permasalahan tertentu.
Pada pelaksanaan metode diskusi, terdapat beberapa kelebihan
berdasarkan Wina Sanjaya (2006:156) antara lain:
1) Metode diskusi dapat merangsang kreativitas anak didik dalam
bentuk ide, gagasan, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu
masalah
2) Melatih membiasakan diri untuk bertukar pikiran dalam
mengatasi permasalahan.
3) Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal, serta melatih siswa menghargai pendapat orang
lain.
Sedangkan kekurangan metode diskusi menurut Syaiful dan
Aswan (2013:88) :
1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan
waktu yang panjang
2) Tidak dapat dipakai pada kelompok besar
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas
4) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri
Dari uraian tersebut maka dapat disintetis bahwa pengetian metode
diskusi adalah penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
30
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama sehingga terjadi
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar
menukar informasi maupun pengalaman dalam memecahkan masalah.
Model Pembelajaran Langsung adalah model pembelajaran untuk
mengembangkan aktivitas belajar siswa dengan cara guru
mendemostrasikan pengetahuan dan melatih siswa untuk melakukan
praktik dalam meningkatkan keterampilan dengan mempertimbangkan
keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Sedangkan metode diskusi
adalah teknik siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama sehingga terjadi interaksi antara dua atau lebih
individu yang terlibat saling tukar menukar informasi maupun pengalaman
dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi adalah pengembangan
aktivitas belajar siswa melalui pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif dengan mempertimbangkan keterlibatan seluruh siswa khusunya
dalam memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) sehingga
terjadi interaksi antara dua atau lebih individu dalam memecahkan
masalah. Dari sintesis tersebut maka dapat disusun sintaks pembelajaran
model pembelajaran langsung dengan metode diskusi sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
31
2) Guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan terkait
dengan topik pembelajaran.
3) Guru membimbing kelompok
4) Siswa mendiskusikan pengetahuan dalam kelompok sesuai dengan
topik bahasan.
5) Siswa mengomunikasikan hasil diskusi
6) Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
7) Guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan.
Dari indikator diatas, disusun:
1) Instrumen lembar observasi keterlaksanaan Model Pembelajaran
Langsung dengan metode diskusi pada Lampiran 6, halaman 241-242.
5. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan berfikir kritis adalah salah satu keterampilan Higher
order thinking (HOT) atau kemampuan berfikir tinggi. Menurut taksonomi
Bloom (Anderson, 2010:43), dimensi proses kognitif terdiri dari
mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Aspek keterampilan berfikir
kritis dapat muncul pada ranah kognitif memahami (C2) sampai dengan
mencipta (C6).
Model pembelajaran Problem Based Learning menurut Killbane &
Milman (2014:284) merupakan salah satu model pembelajaran yang
32
membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis yang diperlukan untuk
belajar sepanjang hayat. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa
mengembangkan keterampilan ini karena berfokus pada pemecahan
masalah, pemeriksaan masalah, pengembangan strategi untuk
memecahkan masalah, pelaksanaan strategi yang diusulkan, dan analisis
pelaksanaan strategi melalui diskusi dan evaluasi hasilnya
Definisi berpikir secara deskriptif menurut Wowo Sunaryo
(2013:18) yakni proses mental tertentu dalam menentukan klasifikasi,
mengevaluasi dan menyimpulkan. Lain halnya dengan definisi berfikir
secara normatif adalah berfikir kritis yang berkaiatan erat dengan
pemikiran yang mengandung makna nilai-nilai dalam mengambil
keputusan. Berdasarkan Jonshon (2009: 183) berpendapat bahwa
Berfikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berfikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara terorganisasi. Berfikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
Sedangkan menurut Tawil dan Liliasari (2013:7) berfikir kritis
merupakan proses disiplin secara intelektual aktif dan terampil
mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengamatan, pengalaman,
refleksi, penalaran atau komunikasi, sebagai panduan untuk kepercayaan
atau tindakan.
33
Hal ini sama dengan pendapat Facione dalam Wowo Sunaryo,
(2013:19) yakni berfikir kritis menjadi tujuan dan penilaiaan pengaturan
diri sehingga menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan,
serta penjelasan mengenai bukti, konseptual, metodologi, dan kriteria
sebagai pertimbangan kontekstual.
Menurut Facione (1990:13-19) mengemukakan ada enam
keterampilan berpikir kritis yaitu:
a. Interpretasi, adalah memahami dan mengekspresikan makna atau
signifikan dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-
kejadian, penilaian, kebiasaan atau adat, kepercayaan-kepercayaan,
aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria.
b. Analisis, adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensional
yang dimaksud dan aktual diantara pernyataan-pernyataan,
pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi.
c. Evaluasi, adalah menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau
representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau
deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, penilaian, opini dan
menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensional atau
dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi,
pertanyaan-pertanyaan atau bentuk-bentuk representasi lainnya.
d. Inference, mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang masuk
akal, membuat dugaan-dugaan dan hipotesis, dan menyimpulkan
konsekuensi-konsekuensi dari data.
34
e. Penjelasan, mampu menyatakan hasil-hasil dari penjelasan seseorang,
mempresentasikan penalaran seseorang dalam bentuk argumen argumen
yang kuat.
f. Regulasi diri, berarti secara sadar diri memantau kegiatan-kegiatan
kognitif seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan-
kegiatan tersebut dan hasil-hasil yang diperoleh, terutama dengan
menerapkan kecakapan-kecakapan di dalam analisis dan evaluasi untuk
penelitian penilaian inferensial sendiri dengan memandang pada
pertanyaan, konfirmasi, validitas atau mengoreksi baik penalarannya
atau hasil-hasilnya.
Berdasarkan Edward Glaser (dalam Fisher, 2009:7) indikator
keterampilan berfikir kritis antara lain :
a. Mengenal masalahb. Menemukan cara dalam menangani masalahc. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukand. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang yang tidak dinyatakane. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat dan jelasf. Menganalisis datag. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataanh. Mengenal hubungan logis antara masalah-masalahi. Menarik kesimpulan dan kesamaan yang diperlukanj. Menguji kesamaan dan kesimpulan yang seseorang ambilk. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan
pengalaman yang lebih luasl. Membuat penilaian yang tepat dan kualitas tertentu dalam kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya Ennis (1989: 237) mengidentifikasi 12 indikator
berpikir kritis yang dikelompokannya dalam lima besar aktivitas sebagai
berikut:
35
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi; memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengenai serta
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan
hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-
istilah dan deinisi pertimbangan dan juga dimensi, serta
mengidentifikasi asumsi
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan penjabaran indikator berfikir kritis menurut para ahli,
peneliti mensintesis indikator keterampilan berfikir kritis yang digunakan
terdapat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4. Indikator Keterampilan Berfikir Kritis Indikator Teori Facione Teori Glaser Teori R. EnnisKeterampilan Mengidentifi-kasi masalah
Interpretasi,memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian, prosedur atau kriteria-kriteria.
Mengenal masalah dan Menemukan cara dalam menangani masalah
Memberikan penjelasan sederhana; memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
Keterampilan Merumuskan
Inference, mengidentifikasi dan
Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-
Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas
36
Indikator Teori Facione Teori Glaser Teori R. Ennishipotesis memperoleh unsur-
unsur yang masuk akal, membuat dugaan-dugaan dan hipotesis.
nilai yang yang tidak dinyatakan
mengidentifikasi istilah-istilah dan deinisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi
Keterampilan Menganalisis
Analisismengidentifikasi hubungan inferensional yang dimaksud dan aktual diantara pernyataan, pertanyaan, konsep, dan deskripsi
Menganalisis data Membangun keterampilan dasar, terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengenai serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
Keterampilan Mengevaluasi
Evaluasi, menaksir kredibilitas dan kelogisan pernyataan atau representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, penilaian, opini.
Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah
Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan Menyimpulkan
Inference, mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang masuk akal untuk menyimpulkan konsekuensi dari data.
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.
Menyimpulkan, mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disintesis bahwa berfikir kritis
merupakan proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan
menganalisis, evaluasi, mengambil kesimpulan, melakukan penelitian
ilmiah, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengamatan,
refleksi, penalaran atau komunikasi dalam mempertimbangkan suatu
keputusan. Dalam penelitian ini, keterampilan berfikir kritis dijadikan
sebagai variabel terikat yang akan diukur sebagai pengaruh penggunaan
model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming.
37
Keterampilan berfikir kritis dapat diukur menggunakan tes soal. Indikator
berfikir kritis yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah
Keterampilan untuk memahami dan menangkap beberapa
pokok pikiran bacaan sehingga mampu mempola sebuah konsep dan
memahami serta menerapkan konsep-konsep ke dalam suatu
permasalahan. Indikatornya menganalisis permasalahan yang
disajikan.
b. Merumuskan hipotesis
Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang yang tidak
dinyatakan, mengidentifikasi asumsi dan memperoleh unsur-unsur
yang masuk akal untuk membuat dugaan dengan indikator membuat
hipotesis sederhana berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
c. Menganalisis
Mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensional yang
dimaksud dan aktual diantara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-
pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi dan mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. Indikatornya menganalisis
penyebab dan dampak dari permasalahan yang ada.
d. Mengevaluasi
Menaksir kredibilitas dan kelogisan pernyataan-pernyataan sesuai
fakta hubungan yang logis antara masalah-masalah dan menemukan
solusi. Indikatornya antara lain memilih data pendukung untuk
38
menentukan solusi, mengolah dan menganalisis data untuk mencapai
solusi, dan memprediksikan kompleks masalah yang lebih luas pada
jangka waktu lama.
e. Menyimpulkan.
Kegiatan mempertimbangkan solusi untuk mengambil keputusan
setelah seluruh fakta dan dikumpulkan. Indikatornya antara lain
membandingkan hipotesis yang di buat dengan hasil percobaan, menarik
kesimpulan sesuai dengan fakta yang terjadi, dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan indikator tersebut disusun:
a. Kisi-kisi soal keterampilan berfikir kritis (Lampiran 11, halaman 264)
b. Soal tes keterampilan berfikir kritis (Lampiran 15, halaman 284-288)
6. Keterampilan Berkomunikasi
Proses komunikasi menurut Arni Muhammad (2000:5) merupakan
proses timbal balik karena si pengirim dan si penerima saling
mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan Abdul Majid (2013:282)
komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi, gagasan
atau ide dari seseorang kepada orang lain yang berupa pesan sehingga
gagasan atau informasi dari komunikator (pengirim) dapat diterima oleh
komunikan (penerima).
Masykur Arif Rahman (2012:7) menyatakan bahwa komunikasi
dalam kegiatan belajar mengajar secara sederhana, diartikan sebagai
39
proses pertukaran ide, gagasan, antara guru dan murid. Komunikasi
dalam kegiatan belajar-mengajar diharapkan berlangsung secara efektif
agar dapat meningkatkan prestasi belajar-mengajar.
Berdasarkan Abdul Majid (2013:285) Proses komunikasi dapat
berjalan sesuai tujuan tertentu jika terjadi pertukaran informasi yang
melibatkan dua orang atau lebih, sehingga komunikasi merupakan suatu
yang dinamis, tidak statis, menghasilkan perubahan dalam usaha
mencapai hasil yang melibatkan interaksi bersama serta melibatkan
suatu kelompok.
Arni Muhammad (2000: 17) menyatakan bahwa Komunikasi dapat
berjalan dengan lancar jika memenuhi unsur-unsur komunikasi, antara
lain :
a. Pengirim pesanPengirim pesan adalah individu yang mengirim pesan atau
informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. Pengiriman pesan berupa gagasan, ide, pikiran,atau perasaan.
b. PesanPesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada penerima
pesan. Ini dapat berupa verbal maupun non verbal.
c. SaluranSaluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si
penerima.d. Penerima pesan
Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya yang berupa gagasan, ide, pikiran,atau perasaan.
e. BalikanBalikan adalah respons terhadap pesan berupa gagasan, ide,
pikiran, atau perasaan yang diterima dari pengirim pesan untuk diinterpretasikan oleh si penerima berupa tanggapan terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim sehingga komunikasi tersebut dapat berjalan efektif.
40
Berdasarkan Nasution (2011:194) komunikasi dalam
pengajaran titik pusat instruksional yakni peserta didik, karena dalam
diri peserta didik terjadi komunikasi yang memegang peranan
terpenting. Komunikasi merupakan bagian dari pengajaran dan
diperlukan untuk :
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian muridb. Memberitahukan dan memperlihatkan hasil belajar yang
diharapkanc. Merangsang murid untuk mengingat kembali hal-hal yang bertalian
dengan topik tertentud. Menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep, prinsip, atau
masalahe. Memberikan bimbingan kepada murid dalam belajarf. Menilai hasil belajar murid
Terdapat 2 macam cara-cara berkomunikasi yakni komunikasi
tertulis dan komunikasi lisan. (Alo Liliweri, 2011:269). Prinsip
komunikasi tertulis antara lain :
a. Kejelasan
b. Kelengkapan
c. Koherensi
d. Ringkas dan padat
e. Kredibilitas
f. Kebenaran
g. Kontinuitas
Sedangkan prinsip komunikasi lisan (Alo Liliweri, 2011:378-379)
antara lain:
a. Pengucapan
41
Semua unit dalam bahasa harus diucapkan secara jelas, benar, tepat
dengan artikulasi suara yang tepat dan sesuai maksud ucapan.
b. Kejelasan
Kejelasan berkaitan dengan kepadatan isi dan kelengkapan, setiap
pesan sebaiknya singkat namun tidak mengabaikan aspek
kelengkapan dan kepadatan isi sehingga pesan yang disampaikan
dapat diterima dan dipahami dengan baik/ pesan tersampaikan
dengan baik.
c. Kosakata
Pesan dapat tersampaikan dengan baik jika menggunakan banyak
persediaan kosakata sehingga dapat membuat seseorang mampu
bercakap-cakap dengan lancar.
d. Rasa percaya diri
Percaya diri sebagai penentuan bahasa lisan, ketika kepercayaan diri
kurang/gugup maka pesan tidak dapat mengalir dengan lancar
sehingga mempengaruhi pesan tersebut dapat diterima/tidak.
e. Pitch
Percakapan lisan selalu bersandar pada nada suara naik melengking,
mendatar, dan menurun. Variasi nada suara digunakan dalam
membantu seseorang untuk menciptakan minat bagi pendengar yang
akan terus memberikan perhatian.
f. Nada dan gaya
42
Nada suara berkaitan dengan gaya bicara sehingga menjadi identitas
pada setiap individual.
Salah satu karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut
Arends (2008: 43) adalah adanya kolaborasi sehingga mendorong siswa
dalam penyelidikan, kerjasama antar kelompok siswa, dialog bersama serta
pengembangan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.
Penggabungan dengan metode brainstorming dapat memancing peserta
didik untuk aktif menuangkan ide, pendapat secara bergiliran dalam hal ini
melatih keterampilan berkomunikasi siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disintesis bahwa
komunikasi adalah pertukaran berupa informasi, gagasan, ide, pendapat
kepada orang lain sehingga informasi, gagasan, ide, pendapat tersebut
dapat diterima dan menjadi milik bersama antar komunikator (pengirim)
dan komunikan (penerima). Keterampilan berkomunikasi dapat digunakan
dalam menciptakan ikim komunikatif antara anggota kelompok siswa
dalam pemecahan suatu masalah.
Dari definisi operasional tersebut, indikator untuk mengukur
keterampilan berkomunikasi adalah sebagai berikut.
a. Kelancaran saat menyampaikan ide, gagasan, pendapat dalam hal
pengucapan dan rasa percaya diri terkait dengan topik
permasalahan.
43
b. Kejelasan dalam menyampaikan ide, gagasan, pendapat terkait
dengan kepadatan isi dan kelengkapan sesuai dengan topik
permasalahan.
c. Menyampaikan ide, gagasan, pendapat sesuai dengan kebenaran
konsep terkait dengan topik permasalahan.
d. Kesopanan dalam menyampaikan ide, gagasan, pendapat dengan
kosakata yang baik dan sikap sopan.
Berdasarkan indikator diatas, disusun:
a. Kisi-kisi keterampilan berkomunikasi (Lampiran 8 , halaman 249)
b. Instrumen lembar observasi keterampilan berkomunikasi
(Lampiran 9, halaman 250-251)
6. Materi Penelitian
Pemilihan materi pada penelitian ini disesuaikan dengan
karakteristik model dan metode pembelajaran berbasis masalah yang
menyangkut permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yakni Pencemaran
Lingkungan. Penelitian ini disesuaikan dengan tempat penelitian yakni
kurikulum KTSP, dengan subyek kelas VII Semester genap
44
Terdiri dari
terdiri dari terdiri dari
Gambar 1. Peta konsep Pencemaran Lingkungan
Berdasakan peta konsep diatas, maka dapat dikatakan bahwa
Lingkungan rusak apabila keseimbangan ekosistem yang ada di dalamnya
telah terganggu. Berbagai aktivitas manusia dan perkembangan teknologi
telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan berbagai macam
pencemaran. UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyatakan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air
Pencemaran Udara
Penyebab Dampak Cara
Fisis
Kimia
biologi
pH air turun
Eutrofikasi
Ekosistem rusak
Penjerni-han air
Membuat UPL
Penyebab Dampak
Hujan asam
Global warming
Rusak lapisan ozon
Cara
1.Mengurangi emisi gas
2.Daur ulang freon
3. Tidak mengguna-kan CFC
4. Reboisasi
1.Belerang oksida
2.Karbon monoksida
3.CFC4. NOX
5.Timbal (Pb)
Pencemaran Tanah
Penyebab
sampah anorganik
Dampak
Penurunan kesuburan tanah
Cara
Daur ulang sampah
45
Lingkungan yang seimbang memiliki daya lenting yang tinggi.
Keseimbangan lingkungan ditentukan oleh seimbangnya energi yang
masuk dan energi yang digunakan, seimbang antara faktor abiotik dan
biotik. Gangguan terhadap salah satu faktor itu dapat mengakibatkan
keseimbangan terganggu (Tri Agustina, 2014: 409).
a. Pencemaran Air
Pencemaran air dapat terjadi jika terdapat tanda–tanda air tercemar
yakni sebagai berikut.
1) Fisis, yaitu pada kejernihan air, perubahan suhu, perubahan rasa,
dan perubahan warna air.
2) Kimia, yaitu adanya zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
3) Biologi, yaitu, adanya mikroorganisme di dalam air tersebut.
Air yang telah tercemar mengakibatkan air tidak dapat dimanfaatkan
dan menjadi penyebab timbulnya penyakit. Secara garis besar dikenal
dua tipe polutan yang menjadi akibat pencemaran air yaitu:
1) Zat yang memperkaya perairan sehingga merangsang pertumbuhan
mikroorganisme.
Pembuangan limbah cair dari pabrik, aliran buangan ternak dari
padang penggembalaan, dan penggelontoran pupuk dari daerah-daerah
pertanian, rekreasi, dan perkotaan telah membebani aliran air, sungai,
dan danau secara berlebihan dengan nutrien anorganik. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kepadatan organisme fotosintetik secara
eksplosif. Daerah yang dangkal menjadi tertutupi gulma, sehingga
46
transportasi air dan penangkapan ikan tidak mungkin dilakukan.
Ledakan populasi alga dan sianobakteri mengakibatkan peningkatan
jumlah oksigen pada siang hari namun mengurangi jumlah oksigen
pada malam hari akibat respirasi oleh populasi organisme yang sangat
banyak. Ketika organisme fotosintetik mati dan bahan organik
terakumulasi di dasar perairan, detritivora menggunakan semua
oksigen dalam air, pengaruh ini menyebabkan beberapa organisme
tidak mungkin untuk bertahan hidup. Sampah organik pada air akan
mengalami penguraian melepaskan nitrat dan fosfat yang merangsang
mikroorganisme seperti ganggang akan tumbuh subur sehingga akan
menutupi ekosistem air. Peristiwa ini disebut eutrofikasi. Sebagai
contoh eutrofikasi kultural yang terjadi di Danau Erie mematikan
ikan-ikan yang hidup di danau tersebut. (Campbell, 2004: 404)
2) Zat-zat yang bersifat racun akan membunuh organisme yang hidup di
air
Organisme memperoleh zat-zat beracun dari lingkungan bersama-
sama dengan nutrien dalam air. Beberapa racun tersebut
dimetabolisme dan diekskresikan, tetapi yang lain terakumulasi dalam
jaringan khusus terutama lemak. Contoh golongan senyawa yang
disintesis dalam industri yang terakumulasi dalam jaringan makhluk
hidup adalah hidrokarbon berklorin, termasuk pestisida, seperti DDT
(dicloro difenil tricloro etana), dan zat kimia industri yang disebut
PCB (polychlorinated biphenol). Salah satu alasan mengapa racun
47
tersebut berbahaya karena racun tersebut lebih terkonsentrasi dalam
tingkat-tingkat trofik yang berurutan pada suatu jaring-jaring
makanan, suatu proses yang disebut magnifikasi (perbesaran) biologis
(biological magnification). Magnifikasi tersebut terjadi karena
biomassa pada setiap tingkat trofik tertentu dihasilkan yang jauh lebih
besar yang ditelan dari tingkat trofik dibawahnya. Dengan demikian
karnivora tingkat atas cenderung menjadi organisme paling parah
dipengaruhi oleh senyawa beracun yang telah dibebaskan ke
lingkungan. (Campbell, 2004: 404)
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
pencemaran air adalah sebagai berikut.
1) Penanggulangan limbah industri
Limbah industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Dengan demikian
bahan-bahan dari limbah pencemar yang bersifat racun dapat
dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
2) Tidak membuang sampah ke sungai atau selokan yang akan
menimbulkan banjir dan menimbulkan bau busuk serta menjadi
tempat berkembangbiak berbagai jenis penyakit.
(Tri Agustina, 2014:414-415)
b. Penjernihan Air (Filtrasi)
Penjernihan air secara sederhana menggunakan prinsip pemisahan
campuran secara filtrasi (penyaringan). Filtrasi atau penyaringan adalah
48
teknik penyaringan yang dapat digunakan untuk memisahkan campuran
berdasarkan perbedaan ukuran partikel zat-zat penyusunnya. Pada proses
penjernihan air secara sederhana, bahan-bahan yang digunakan antara
lain kerikil, pasir, ijuk, arang, dan tissu. Bahan-bahan tersebut berfungsi
sebagai penyaring antara lain
1) Kerikil dan pasir : Mencegah masuknya partikel-partikel yang
terbawa oleh air agar tidak menyumbat.
2) Ijuk : Penyaring kotoran berukuran kecil.
3) Arang : Mengurangi atau menghilangkan bau tidak sedap.
4) Tissu : Menyaring kotoran yang berukuran sangat kecil.
Dengan memanfaatkan bahan tersebut, penjernihan air dapat
dilakukan secara sederhana dengan skala kecil (Anni Winarsih, 2008:
150).
c. Pencemaran Udara
Komposisi udara dapat berubah-ubah, terutama bila terjadi
pencemaran. Udara dikatakan tercemar apabila kandungan gas-gas
berbahaya yang ada dalam udara melebihi ambang batas kesehatan
manusia. Polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya
komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara
langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga
kualitas udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya. (Budiman Chandra, 2005: 76)
49
Bentuk pencemar udara ada bermacam-macam, ada yang
berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat. Berikut
zat-zat pencemar yang menyebabkan pencemaran udara antara lain:
1. Pencemar udara berbentuk gas
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan dan
masuk ke lingkungan udara dapat mengganggu kehidupan makhluk
hidup. Pencemaran udara yang berbentuk gas adalah karbon
monoksida (CO), Senyawa belerang (SO2 dan H2S), senyawa
nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC).
2. Pencemar udara berbentuk partikel cair atau padat
Partikel yang mencemari udara berbentuk cair adalah titik-titik air
atau kabut yang dapat menyebabkan sesak napas jika terisap kedalam
paru-paru. Sedangkan partikel dalam bentuk padat dapt berupa debu
atau abu vulkanik. Partikel yang mencemari udara dapat berasal dari
pemakaran bensin karena dalam bensin terdapat senyawa timbal agar
mempercepat pembakaran mesin. Timbal akan bereaksi dengan klor
dan brom membentuk partikel PbClBr yang akan dihamburkan oleh
kendaraan melalui knalpot ke udara sehingga akan mencemari udara
(Tri Agustina, 2014:411-412).
Dalam proses pencemaran ini terjadi proses sinergistik yaitu suatu
keadaan ketika polutan satu dengan polutan yang lain didalam udara
bereaksi menjadi jenis polutan baru yang lebih berbahaya dari polutan
semula. Contohnya dua jenis komponen polutan dari sisa pembakaran
50
bahan bakar minyak (nitrogen dioksida dan hidrokarbon) dengan
bantuan sinar ultraviolet membentuk peroksiasetil nitrit dan ozon yang
sangat berbahaya bagi kesehatan. Polutan baru ini akan menimbulkan
kabut di permukaan bumi yakni kabut fotokimia yang menyebabkan
mata menjadi berair dan distres pernapasan serta mengganggu proses
fotosintesis tumbuhan (Budiman Chandra, 2005: 76).
Dari berbagai zat-zat pencemar yang menyebabkan pencemaran
udara, berikut akibat pencemaran udara antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca (pemanasan global)
Efek rumah kaca terjadi karena meningkatnya karbon dioksida (CO2)
hasil proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu
bara) oleh industri, transportasi, atau kebakaran hutan yang sering
terjadi. Salah satu faktor pengaruh jangka panjang peningkatan
konsentrasi CO2 di atmofer adalah peningkatan suhu bumi.
Banyaknya radiasi matahari yang mencapai planet ini dipantulkan
kembali ke ruang angkasa. Meskipun CO2 dan uap air di atmosfer
tembus terhadap cahaya tampak, CO2 dan uap air menangkap dan
menyerap banyak radiasi inframerah yang dipantulkan, yag kemudian
memantulkan kembali kearah bumi. Proses ini menahan sebagian
panas matahari. Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer akan
mempengaruhi suhu global. Sebagai contohnya jika pemanasan suhu
terus berlanjut, maka pemanasan akan terjadi paling besar didekat
kutub, pencairan es dikutub akan menyebabkan naiknya permukaan
51
laut sehingga mempersempit bahkan dapat menghilangkan dataran
yang ada dibumi. (Campbell, 2004: 406)
Gambar 2. Efek Rumah KacaSumber: http://www.biologiku.com
2. Gangguan pernafasan dan penyakit paru-paru.
3. Terjadinya hujan asam (Acid Rain)
Gas sulfur dioksida (SO2) dari aktivitas vulkanik, pembakaran minyak
bumi, batubara, dan proses industri serta gas nitrogen dioksida (NO2)
dari semua jenis pembakaran bereaksi dengan uap air (H2O) yang
berada di atmosfer akan membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam
nitrat (HNO2). Asam sulfat dan asam nitrat adalah senyawa asam kuat
yang jik terkena hujan maka ph akan turun dibawah 5,6. Hujan normal
memiliki ph sekitar 5,6 (agak asam) sebab terlarutnya asam karbonat
(H2CO3) yang terbentuk dari gas karbondioksida dalam air hujan.
Asam karbonat (H2CO3) berfungsi untuk membantu melarutkan
mineral kedalam tanah. Hujan asam adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfer bumi.
Turunnya asam dari atmosfer bumi tidak hanya dalam kondisi “basah”
tetapi juga “kering”. Sehingga dikenal dengan istilah deposisi
52
(penururan/pengendapan) basah dan deposisi kering. Deposisi kering
contohnya debu (dekat sumber pencemar) sedangkan contoh deposisi
basah adalah kabut, hujan, dan salju. Hujan asam terjadi oleh reaksi
antara air, oksigen, dan zat asam lainnya di atmosfer. Reaksi kimia
saat terjadi hujan asam sebagai berikut:
Reaksi asam sulfat : SO2 + OH HSO3
HSO3 + O2 HO2 + SO3
SO3 + H2SO4 H2SO4
Reaksi asam nitrat : NO2 + O3 NO3 + O2
NO2 + NO3 N2O5
N2O5 + H2O HNO3
Apabila asam sulfat dan asam nitrat ini terkena hujan, hujan akan
bersifat asam. Jika hujan asam terjadi terus-menerus, tanah, danau,
dan air sungai menjadi asam sehingga mengganggu pertumbuhan
tumbuhan dan mikroorganisme di dalamya sehingga berpengaruh
terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia (Tri
Agustina, 2014:413). Berikut disajikan gambar skema terjasinya hujan
asam pada Gambar 3.
53
Gambar 3. Skema terjadinya Hujan AsamSumber: http://mystupidtheory.com
4. Rusaknya lapisan ozon.
Kehidupan di bumi ini terlindungi dari pengaruh radiasi ultraviolet
(UV) yang membahayakan melalui suatu lapisan pelindung molekul
Ozon (O3) yang terdapat di lapisan stratosfer lebih rendah antara 17
dan 25 km diatas permukaan bumi. Ozon menyerap radiasi UV, yang
mencegah banyak radiasi UV mencapai kontak dengan dengan
organisme yang berada di biosfer.
Kerusakan lapisan ozon disebabkan oleh akumulasi
kloroflorokarbon (CFC), zat kimia yang digunakan untuk lemari es,
bahan bakar dalam kaleng aerosol, dan dalam proses pabrik tertentu.
Ketika zat kimia ini mencapai stratosfer, klorin yang terkandung pada
bahan kimia tersebut bereaksi dengan ozon yang mereduksinya
menjadi O2 molekuler. Reaksi kimia berikutnya membebaskan klorin
54
tersebut yang memungkinkan bereaksi dengan molekul ozon lainnya
dalam suatu reaksi berantai katalik. Berikut reaksi kimia yang terjadi:
CCl3F + UV Cl + CCl2FCCl2F + O2 ClO + O2
ClO + O Cl + O2
Akibat hilangnya ozon bagi kehidupan dibumi antara lain
peningkatan penderita kanker kulit baik letal maupun tidak letal,
katarak pada mata manusia, juga pengaruh yang tidak dapat
diperkirakan pada tanaman dan komunitas alamiah, khususnya
fitoplankton. (Campbell, 2004: 408)
Dari beberapa dampak pencemaran udara tersebut, untuk
menguranginya terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi pencemaran udara dilakukan sebagai berikut.
1. Sisa dari pembakaran kendaraan bermotor dan pabrik, dapat dicegah
dengan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak atau
penggantian bahan bakar yang ramah lingkungan.
2. Pengadaan penghijauan di kota-kota besar karena tumbuhan dapat
menyerap CO2 diudara sehingga adanya jalur hijau akan mengurangi
kadar CO2 diudara yang berasal dari asap kendaraan dan pabrik.
3. Pengurangan pemakaian CFC dapat mencegah kerusakan lapisan
ozon di atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global.
Salah satunya dengan mengurangi penggunaan produk mengandung
CFC dan aerosol dalam kehidupan sehari-hari. Contoh produk yang
mengandung CFC adalah pendingin ruangan, media pendingin di
55
lemari es, bahan pelarut (kilang elektronik), bahan dorong (aerosol),
dan proses pembuatan plastik (Tri Agustina, 2014: 415-417).
d. Atom, Molekul, dan Rumus Kimia
Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang memiliki
struktur internal berupa partikel-partikel yang lebih kecil lagi disebut
partikel subatom yang terdiri dari proton, elektron, dan neutron (Chang
Raymond, 2005:31).
Molekul adalah suatu agregat (kumpulan) yang terdiri dari
sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu yang terikat bersama oleh
gaya-gaya kimia (ikatan kimia). Suatu molekul dapat mengandung atom-
atom dari unsur yang sama atau atom-atom dari dua atau lebih unsur
yang bergabung dalam perbandingan tertentu. Terdapat dua jenis molekul
yakni molekul diatomik karena molekul tersebut hanya mengandung dua
atom saja dan molekul poliatomik yakni molekul yang terdiri lebih dari
dua atom penyusunnya. Contoh molekul diatomik adalah oksigen (O2),
hidrogen (H2), nitrogen (N2), dan lain-lain. sedangkan contoh molekul
poliatomik adalah ozon (O3), air (H2O), amonia (NH3), dan sebagainya
(Chang Raymond, 2005:39).
Rumus kimia digunakan untuk menyatakan komposisi molekul dan
senyawa ionik dalam lambang-lambang kimia. Rumus kimia terdiri dari
rumus molekul dan rumus empiris. Rumus molekul menunjukkan jumlah
eksak atom-atom dari setiap unsur didalam unit terkecil suatu zat. Contoh
rumus molekul adalah H2O yang terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen.
56
Angka subskrip menandai jumlah atom suatu unsur yang ada dalam
molekul. Rumus empiris adalah rumus kimia yang paling sederhana yang
ditulis dengan memperkecil subskrip dalam rumus molekul menjadi
bilangan bulat terkecil yang mungkin. Contohnya pada senyawa hidrazin
(N2H4) memiliki rumus empiris NH2. (Raymond Chang, 2005: 40-42)
e. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbaga jens tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat
berkurang karena proses erosi oleh air mengalir sehingga kesuburannya
akan berkurang. Selain itu menurunnya kualitas tanah dapat disebabkan
limbah padat yang mencemari tanah. Pada umumnya, sampah organik
mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme didalam tanah.
Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga menurunkan
kualitas tanah. (Tri Agustina. 2014:410-411)
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan
mencegah pencemaran tanah adalah sebagai berikut.
1. Membuang sampah pada tempatnya.
2. Memisahkan sampah organik dan sampah anorganik, selanjutnya
sampah organik ditimbun didalam tanah sehingga menjadi kompos
sedangkan sampah anorganik didaur ulang
3. Penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dengan aturan, jika
penggunaan pupuk yang berlebihan akan menyebabkan musnahnya
57
organisme tertentu yang dibutuhkan seperti bakteri pengurai atau
serangga yang membantu penyerbukan. (Tri Agustina, 2014: 414-146)
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevam dengan permasalahan yang diteliti,
meliputi:
1. Penelitian eksperimen semu dan deskripstif berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP Negeri 3
Peusangan” yang dilakukan oleh Husnidar, M.Ikhsan, dan Syamsul Rizal
pada tahun 2014 di SMP Negeri 3 Peusangan kelas VIII menghasilkan
hasil penelitian bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan hasil
analisis menggunakan uji t, yakni H0 ditolak (karena nilai Sig. (2-tailed)
= 0,000 / 2 = 0 < α dan H 1 diterima, artinya: Rata-rata N-gain
keterampilan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan PBM
lebih tinggi dari siswa yang diajarkan secara konvensional.
2. Penelitian tindakan kelas (PTK) berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Knisley Dengan Metode Brainstorming untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunkasi Matematik” yang dilakukan oleh
Sigit Adi Wibowo pada tahun 2013 memperlihatkan bahwa Model
Pembelajaran Knisley dengan Metode Brainstorming memberikan
peningkatan Keterampilan Komunikasi Matematik pada siswa kelas VII
58
SMP karena adanya peningkatan komunikasi matematik siswa dari 1)
kemampuan siswa menjelaskan ide/ gagasan secara lisan atau tulisan dari
kondisi awal (20%) meningkat menjadi (77,14%), 2) kemampuan siswa
menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, ide, atau model matematika dari kondisi awal (20%)
meningkat menjadi (68,57%), 3) kemampuan siswa mendengarkan dan
berdiskusi tentang matematika dari kondisi awal (22,86%) menjadi
menjadi (71,43%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Knisley dengan metode Brainstorming dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan keterampilan komunikasi
matematik.
3. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berjudul “Penerapan Metode
Brainstorming untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis pada
SMA kelas XI IPS 4 di SMAN Situraja” yang dilakukan oleh Vita
Rosmiati pada tahun 2013 menunjukan bahwa Penerapan metode
Brainstorming mampu meningkatkan keterampilan berfikir kritis dilihat
dari peningkatan yang terjadi di setiap tindakan pembelajaran yang
dilaksanakan. Pada tindakan I hanya menunjukkan peningkatan
keterampilan berfikir kritis 36,67%, pada tindakan II meningkat menjadi
62,50%, dan peningkatan cukup signifikan pada tindakan III yakni
87,50%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka akan dilakukan
penelitian mengenai perbedaan keterampilan berfikir kritis dan
59
keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan
model Problem Based Learning dengan metode Brainstorming dan
pembelajaran langsung dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA
C. Kerangka Pikir Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam memiliki hakikat IPA berupa proses ilmiah,
produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Dari hakikat tersebut tercermin bahwa
pembelajaran IPA menekankan keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran (student centered learning). Proses pembelajaran IPA dapat
berjalan sesuai dengan tujuan jika menggunakan model pembelajaran yang
sesuai. Model pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, contohnya dalam peningkatan kemampuan siswa baik
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan proses, maupun kemampuan-kemampuan yang lainnya.
Setiap model memiliki keunggulan masing-masing dalam
meningkatkan kemapuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif,
psikomotor, keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi,
maupun kemampuan-kemampuan yang lainnya. Penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode Brainstorming
dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis, terbuka, dan beralasan
secara terorganisasi sehingga dapat mendukung keterampilan berkomunikasi
antar anggota kelompok untuk memperoleh solusi dari suatu permasalahan
60
pada kehidupan nyata. Dari pernyataan tersebut, diharapkan model Problem
Based Learning (PBL) dengan metode Brainstorming dapat berpengaruh
terhadap keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi peserta
didik daripada model pembelajaran langsung dengan metode diskusi. Model
pembelajaran langsung adalah model yang sering digunakan oleh guru.
Beberapa keunggulan model Problem Based Learning (PBL) dengan
metode Brainstorming ini perlu dilakukan pengujian terhadap keterampilan
berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi antar peserta didik. Dari hasil
eksperimen ini akan terlihat ada atau tidak perbedaan keterampilan berfikir
kritis dan keterampilan berkomunkasi antara kelas bermodel Problem Based
Learning dengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan
metode diskusi. Jika terdapat perbedaan, maka selanjutnya dapat ditentukan
model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan
berfikir kritis dan berkomunikasi dalam pembelajaran IPA. Berikut disajikan
Gambar 4. bagan kerangka berpikir penelitian.
Gambar 4. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Diujikan terhadap
Problem Based Learning dengan metode Brainstorming: pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk melakukan penyelidikan dan berpendapat secara bergilir sehingga mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunikasi
Masalah: Peserta didik SMP N 9 Yogyakarta belum mempunyai keterampilanberfikir kritis dan berkomunikasi yang belum optimal.
Hasil Pembelajaranditinjau dari keterampilan berfikir kritis dan berkomunikasi
Ada/tidak perbedaan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berkomunkasi antara kelas bermodel Problem Based Learningdengan metode Brainstorming dan Pembelajaran Langsung dengan metode diskusi
61
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan dan hasil penelitian yang
relevan, maka diajukan beberapa hipotesis antara lain:
1. (Ha) Terdapat perbedaan keterampilan berfikir kritis siswa antara kelas
yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode
Brainstorming dan pembelajaran langsung dengan metode diskusi pada
pembelajaran IPA.
2. (Ha) Terdapat perbedaan keterampilan berkomunikasi siswa antara kelas
yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode
Brainstorming dan pembelajaran langsung dengan metode diskusi pada
pembelajaran IPA
3. (Ha) Terdapat perbedaan keterampilan berfikir kritis dan keterampilan
berkomunikasi siswa antara kelas yang menggunakan model Problem
Based Learning dengan metode Brainstorming dan pembelajaran langsung
dengan metode diskusi pada pembelajaran IPA