bab ii kajian pustaka a. landasan teori -...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pengertian IPA
IPA adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode
ilmiah. IPA dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati
sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa Sains adalah suatu cara atau metode untuk mendapatkan
pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan
pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya
melalui metode ilmiah.
Untuk memahami IPA haruslah melalui berbagai pemahaman, yaitu:
IPA sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner,
kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi hukum,
bidang kedokteran, bidang pendidikan dan sebagainya.
IPA sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih terus
berkembang/berubah. Metode IPA terdiri dari sejumlah kegiatan baik mental
muapun manual, termasuk observasi, eksperimen, klasifikasi, pengukuran dan
sebagainya.
IPA sebagai kumpulan pengetahuan:
Pengetahuan IPA merupakan kumpulan kebenaran yang tidak mutlak
dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat diperiksa
setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya.
IPA sebagai faktor pengembang produksi.
IPA sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan
dan sikap.
Pengertian IPA ternyata mengalami perkemangan dari zaman ke zaman.
Pada mulanya IPA merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertiannya
berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul, dan
5
6
kepercayaan seperti pada zaman Yunani, kemudian berkembang lagi menjadi
pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. Namun metode ilmiah itupun
nampaknya bekembang pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah
asalkan berkembanya pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah
asalkan yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun
kemudian persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada
zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat
pragmatis.
IPA mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-
nilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut; nilai-nilai sosial
dari sains terdiri dari nilai etika dan estika, nilai moral, humanoria, nilai
ekonomi.
Nilai-nilai pedagogik/psikologis dari IPA terdiri dari sikap mencintai
kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak,
keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratur, bersifat toleran terhadap orang
lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis.
2. Hakikat Belajar
Ada beberapa konsep tentang belajar yang didefinisikan oleh para pakar
psikologi, antara lain:
a. Menurut Gagne and Berliner (1989:255) dalam Anni, Tri Catharina
(2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman.
b. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2)
belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil
praktik atau pengalaman.
c. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar
merupakan perubahan invidu yang disebabkan oleh pengalaman.
d. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar
merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung
7
selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari
proses pertumbuhan.
Konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.
Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi
sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina, 2004: 3). Benyamin S.
Bloom (Gay, 1985: 72 – 76; Gagne dan Berliner, 1984: 57 – 56) dalam Anni,
Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan
ranah belajar, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan,
dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan,
pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl
dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan
pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nlai. Kategori
tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentengan dari
keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi
objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat
sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
8
Maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama
lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan akhir yang diberikan
oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa
tertentu (http://ridwan202). Prestasi belajar diartikan sebagai bukti usaha
yang dicapai. Dalam hal ini prestasi belajar adalah keberhasilan usaha
mencapai hasil belajar yang merupakan suatu kemampuan internal yang
telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu. Berdasarkan uraian pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu perolehan atau perubahan
tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh
atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam
kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit prestasi belajar adalah dalam bentuk
skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk
mengetahui prestasi belajar siswa, dilakukan evaluasi. Prestasi belajar
merupakan wujud yang menggambarkan usaha belajar yang melibatkan
interaksi antara guru dan siswa, ataupun orang lain dan lingkungannya.
Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa
setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf
ataupun tindakan yang mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu
dalam belajar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan
dalam tingkah laku atau kecepatan. Jadi berhasil tidaknya seseorang dalam
proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut (http:/ridwan202) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
9
belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
1) Faktor ekstern
Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang
berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain:
a) Latar belakang pendidikan orang tua.
Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi
belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut
harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan
prestasi belajar anak.
b) Status ekonomi sosial orang tua.
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kuang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu,
belajar anak juga terganggu.
c) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah.
Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan
sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang
guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepalasekolah.
Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar
anak dapat berkreasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan
untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
d) Media yang dipakai guru
Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya media yang
digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi
yang tersedia melahirkan media yang baik dalam pendidikan yang
berlainan untuk setiap sekolah.
10
2) Faktor Intern
Adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari
dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain:
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemapuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan
lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi
kesehatannya kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih
naik.
b) Kecerdaarn/intelegensia
Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan
seseorang dalam mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki
intelegensia yang tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan
memecahkan masalah dibandingkan dengan orang yang memiliki
intelegensia rendah. Dengan demikian intelegensia memegang
peranan dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar, siswa yang
memiliki intelegensia tinggi prestasi belajarnya juga akan tinggi
sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka prestasi
yang diperoleh juga akan rendah.
c) Cara belajar
Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil
yang kurang memuaskan.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa
yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil
dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya.
11
e) Minat
Seseorang siswa yang belajar dengan minat tinggi maka hasil
yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
kurang berminat dalam belajar.
f) Motivasi
Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya
motivasi, maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula
sebaliknya.
4. Pembelajaran Kontekstual
a. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang
dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi
terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran IPA. Dengan
adanya minat belajar yang tinggi, diharapkan siswa memperoleh hasil
belajar yang optimal.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara
pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstrukstivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar.
12
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).
2) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
CTL. Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk:
a) Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.
b) Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.
c) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran.
d) Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan
untuk mempelajarinya.
e) Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi
pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi
yang lebih luas.
f) Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belajang
anak-anak.
g) Menarik perhatian anak atau kelas.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuri. Adapun
penerapannya dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan
bertanya dapat diterapkan, antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain
yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya.
3) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-
13
fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Adapun siklus dalam kegiatan inkuri adalah observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun
langkah-langkah dalam keiatan inkuiri adalah:
a) Rumusan masalah hipotesis.
b) Mengamati atau melakukan observasi pengumpulan data.
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan lain-lain.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca,
teman sekelas, guru atau audiens yang lain.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode
pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu
proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada
yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi
komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002: 15).
5) Permodelan (Modelling)
Permodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang
bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seseorang siswa dapat
ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila diberi contoh oleh
temannya (Nurhadi, 2002: 16).
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.
14
Selain itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas
sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah adalah bagaimana
pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada kahir pembelajaran,
guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi
(Nurhadi, 2002: 18).
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesement)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberkan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi
tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin
informasi diakhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).
Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan
menggunakan pembelajaran CTL jika menerapkan komponen-
komponen tersebut di atas dalam pembelajarannya. Penerapan CTL
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah
sebagai berikut.
a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin pengetahuan dan keterampilan
barunya
c) Mengembangkan sifat ingin tahun siswa dengan bertanya.
d) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
15
f) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran CTL
khususnya pada materi bagian-bagian tumbuhan bagi siswak kelas IV
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA, karena ilmu dan
pengalaman yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat
bertanya maupun mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan,
siswa dapat melakukan kerja kelompok melalui masyarakat belajar,
guru dapat melakukan permodelan, dan dilakukan penilaian yang
sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.
b. Penilaian Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual harus menggunakan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assesement). Assesement adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar.
Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan menilai siswa yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
berbagai instrumen penilaian.
Ciri-ciri penilaian autentik adalah:
1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, proses, kinerja dan
produk.
2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3) Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4) Tes hanya salah satu cara alat pengumpul data penilaian.
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-
bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat
menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap
hari.
6) Penilaian harus menekankan ke dalam pengetahuan dan keahlian siswa.
16
Sementara itu karakteristik authentic assesement adalah sebagai berikut:
1) Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung.
2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.
3) Yang diukur keterampilan dan performen, bukan mengingat fakta.
4) Berkesinambungan dan terintegrasi.
5) Dapat digunakan sebagai feed back.
Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah
sebagai berikut:
1) Proyek/kegiatan dan laporannya.
2) Hasil tes tertulis.
3) Portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu
tahun).
4) Pekerjaan rumah.
5) Kuis.
6) Karya tulis.
7) Presentasi atau penampilan siswa.
8) Demonstrasi.
9) Laporan.
10) Jurnal.
11) Kelompok diskusi.
12) Wawancara (Kunandar, 2007: 292 – 294).