bab ii kajian pustaka a. pengertian...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara etimologi, berasal dari bahasa Arab „khalaqa‟,
yang asalnya dari kata „khuluqun‟ yang artinya perangai, tabiat, adat dan
juga sebanding kata „khalqun‟ yang berarti kejadian, buatan atau ciptaan.10
Dengan demikian, secara kebahasaan istilah akhlak dapat berarti perangai,
adab, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.
Menurut Ibrahim Karim Zainuddin, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan pertimbangan,
seseorang dapat menilai padanya baik atau buruk, kemudian memilih
melakukan atau meninggalkannya.11
Sedangkan menurut muslim nurdin berpendapat bahwa : Akhlak
adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas
muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam yang
berpedoman kepada Al-Quran dan al-hadits Nabi Muhammad Shallahu alaihi
wasallam sebagai sumber utama, ijtihad sebagai berfikir Islam.12
Ibnu Athir dalam bukunya “An-Nihayah”adalah menerangkan:
hakekat makna khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu
10 Wahid ahmadi, Risalah akhlak, panduan perilaku muslim modern ( solo: 2004), hlm. 13
11 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta:LPPI, 1999), hlm.2.
12 Menpen Drajat, Etika Profesi Guru,( Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.19.
13
jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khuluq merupakan gambaran bentuk luarnya
(raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya, dan lain sebagainya).13
Menurut Husain Munaf, akhlak adalah tingkah laku, tabiat, perangai
kepribadian sebagai istilah berarti sikap rohanian yang melahirkan tingkah
laku, perbuatan manusia terhadap dirinya dan orang lain.14
Yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang
lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku
yang menjadi seseorang menjadi istimewa. Karakterisik-karakteristik ini
membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku
sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi
yang berbeda-beda.15
Akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan perbuatan
atau pengalaman dengan mudah, tanpa harus direnungkan. Jika kemantapan
itu sedemikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik yaitu -amal
yang terpuji menurut akal dan syariah –maka disebut akhlak yang baik. Jika
amal-amal yang tercela timbul dari keadaan (kemantapan) maka itu
dinamakan akhlak yang buruk.16
Dengan demikian akhlak merupakan sifat psikologis (ruhaniah) dan
bukan suatu tindakan atau perbuatan, meskipun al-amal al-ikhtiari merupakan
manifestasi luarnya. akhlak juga bukanlah hasil dari sebuah kebetulan, karena
13
Humaidi Tatapangarsa, pengantar kuliah akhlak, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hlm.13. 14
Husain Munaf, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:Gunung Agung, 1958), hlm.9. 15
Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet.I, hlm. 26-27. 16
Muhammad Abdul Quasem , Etika Ghazali, (Bandung: pustaka, 1988), penerj: J. Mahyudin, hlm 81-82
14
ia berupa pembawaan yang melekat dalam jiwa (malakah). Maka, malakah
harus memiliki fondasi sebagaimana bangunan memerlukan fondasi. Adapun
fondasi-fondasi akhlak ialah naluri, keturunan, lingkungan, pembinan, dan
kebiasaan.
akhlak secara bahasa adalah mashdar dari akhlaqa- yukhliqu-
ikhlaqan, artinya sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi mazid af‟ala –
yuf‟ilu- if‟alan yang berarti al-sajiyah(perangai), at-thabi‟ah (kelakuan,
tabi‟at, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman),al-muru‟ah (peradaban
yang baik) dan al-din (agama)17
.
Dengan pengertian secara bahasa tersebut, pengertian akhlak
mencangkup sifat-sifat yang baik maupun buruk, bergantung pada tata nilai
yang dipakai sebagai landasannya. Hal ini tanpa menafikan kenyataan
sosiologis di Indonesia yang mengasosiasikan kata akhlak dengan konotasi
yang baik. Sehingga jika mengatakan bahwa seseorang berakhlak, maka
maksudnya adalah orang tersebut mempunyai akhlak yang baik.
akhlak secara istilah adalah keadaan jiwa yang kuat yang melahirkan
perbuatan-prbuaatan dengan mudah dan gampang tanpa butuh pemikiran
daan angan-angan. Keadaan jiwa ini boleh jadi melaahirkan perbuatan-
perbuatan terpuji, maka itu adalah akhlak yang baik, dan boleh jadi
melahirkan perbuatan-perbuatan yang tercela, maka itulah akhlak yang buruk.
Menurut aspek terminologi atau istilah, beberapa pakar mengemukakan
definisi akhlak sebagai berikut :
17
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.1.
15
1. Ibnu Maskawih dalam buku Tahzib al Akhlaq wa Tathhir al-A‟rab, “Sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”18
.
2. Imam Ghazali dalam buku Ihya Ulumuddin sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.19
3. Mu‟jam al-Wasith,” Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang degannya
lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa pemikiran dan
pertimbangan.20
4. Sementara itu Prof. Dr. Ahmad Amin membuat definisi bahwa yang
disebut “akhlak” ialah “Adatul-Iradah” atau “kehendak yang dibiasakan”.
Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi, “Sebagian
orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak21
.
Pembinaan akhlak siswa merupakan sesuatu yang didambakan oleh
setiap orang dalam proses pendidikan, sebab memiliki fungsi menjadikan
perlaku manusia menjadi lebih beradab serta mampu mengidentifikasi
berbagai persoalan kehidupan, baik atau buruk menurut norma yang
berlaku. Oleh karena itu, perhatian terhadap akhlak menjadi salah satu
fokus utama diselenggarakannya pendidikan di Indonesia. Melalui
pembinaan akhlak seseorang akan bisa memilah dan memilih antara
18
Wahyuddin, dkk Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm 52 19
Imam al-Ghozali, ihya’ulum al-Dien, jilid III, (Beirut: Dar al-fikr, t.t.), hlm.56. 20
Ibrahim Anis...., hlm.213. 21
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm, 2.
16
halyang di anggap baik dan buruk. Sebab, kehidupan ini tidak akan bisa
lari dari dinamika perubahan pribadi dan sosial. Oleh karena itu seiring
dengan berkembangnya zaman dan teknologi, pembinaan akhlak memiliki
posisi yang strategis dalam pengendalian perilaku manusia.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju
masa dewasa. Pada masa tersebut seseorang harus bisa mempersiapkan
diri untuk menghadapi berbagai hal yang berbeda dengan keadaan
sebelumnya. Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi
belum mampu memikul tanggung jawab layaknya orang dewasa22
. Karena
itu pada masa tersebut remaja mengalami kegoncangan pada dirinya,
terutama melepaskan nilai-nilai yang lama dan memperoleh nilai-nilai
yang baru untuk mencapai kedewasaan.Begitu pentingnya akhlak sebagai
penentu langkah awal suatu kemajuan, menjadikannya tolak ukur
keberhasilan suatu usaha. Oleh karena itu, posisi penting akhlak dalam
kehidupan perlu adanya suatu pembinaan agar akhlak tetap menempati
keluhurannya sebagai identitas dan kualitas manusia. Terutama akhlak
generasi muda bangsa Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia,
yang tentunya akhlak menjadi identitas keislaman negara tersebut. Perlu
diketahui bahwa pada masa remaja, seseorang harus mampu untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam kehidupannya. Kesalahan dalam
menentukan pilihan yang kurang tepat justru tidak hanya akan merugikan
dirinya secara individu, tetapi juga akan berdampak secara langsung
maupun tidak langsung kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya.
22
Muhammad Thalib, Problematika Remaj dalam Beragama. (jogjakarta: 2003), hlm. 93.
17
Dalam membicarakan akhlak sangatlah luas, oleh karena itu islam sangat
menganjurkan umatnya untuk berbuat baik dan memperbaiki akhlak demi
terciptanya keharmonisan, melindungi hak dan kewajiban masing-masing
individual serta masyarakat.
Keadaan remaja yang bersifat peralihan dan tidak mantap,
mengakibatkan dirinya mudah terpengaruh oleh keadaan luar, baik atau
buruk. Pengaruh yang baik akan menguntungkan dirinya, sedangkan
pengaruh yang buruk dapat membawa mereka untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
tengah masyarakat. Pelanggaran terhadap norma-norma yang ada merupakan
penyimpangan. Sedangkan penyimpangan penyimpangan yang dilakukan
oleh remaja disebut dengan istilah kenakalan.
Menurut Widodo “akhlak berarti budi pekerti, tingkah laku,
perangai.” Perkataan akhlak berasal dari perbendaharaan istilah-istilah
Islamologi. Istilah lain yang mirip dengan akhlak adalah moral. Hakikat
pengertian antara keduanya sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latin,
yang mengandung arti laku perbuatan lahiriah.23
Seorang yang mempunyai moral, boleh diartikan karena kehendaknya
sendiri berbuat sopan atau kebajikan karena suatu motif material, atau ajaran
filsafat moral semata. Sifatnya sangat sekuler, duniawi, sikap itu biasanya ada
selama ikatan-ikatan material itu ada, termasuk di dalamnya penilaian
manusia, ingin memperoleh kemasyhuran dan pujian dari manusia. Suatu
23
Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Islam: Landasan konsep Dasar dan
implememntasinya,(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.165.
18
sikap yang tidak punya hubungan halus dan mesra dengan yang maha kuasa
yang transenden. Dengan moral saja, ia tidak punya sesuatu yang tertanam
dalam jiwa, konsekwensinya mudah goyah dan kemudian hilang. Menurut
muslim Nurdin akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan
tindakan manusia di atas muka bumi.
B. Pentingnya Pembinaan Akhlak
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup
seorang diri. Manusia membutuhkan bantuan dan keberadaan orang lain.
Bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan materinya saja, namun juga
kebutuhan non materinya. Seperti kebutuhan seorang manusia pada sosok ke
dua orang tua, teman maupun sosok seorang guru.
Kebutuhan ini mendorong terjadinya interaksi antar manusia yang
kemudian menjadi titik awal lahirnya sejarah, sejak awal peradaban manusia
hingga kita saat ini. Seiring berjalannya sejarah, muncul warisan peradaban
berupa kebudayaan. Salah satu bagiannya dikenal sebagai adab dan akhlak,
yang mewarnai perjalanan sejarah manusia. Adab yaitu serangkaian
perbuatan atau norma tentang sopan santun yang didasarkan atas aturan
agama atau keyakinan suatu masyarakat. Dalam agam Islam kemudian
dikenal dengan adab. Adab berasal dari bahasa Arab, artinya terpuji atau
perbuatan yang terpuji.24
24
Muhammad Azmi, Pendidikan Akhlak Anak Usia pra Sekolah, Upaya mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan dalam Keluarga(Yogyakarta; Belukar, 2006), hlm. 21.
19
Dalam perkembangannya, adab memiliki pengertian yang lebih luas.
Bukan hanya serangkaian norma tentang sopan santun tapi juga tata cara
suatu perbuatan, dan tidak lagi hanya didasarkan agama. Bentuknya pun
berbeda di masing-masing daerah, tergantung dari kebudayaan dan keyakinan
masyarakatnya. Seperti adab makan, adab bertamu, adab berbicara dan lain
sebagainya.
Adab berbeda dengan akhlak. Orang seringkali menganggap sama
namun sesungguhnya dua hal yang berbeda, meskipun berkaitan. Meskipun
berbeda, adab dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
terkait. Jika adab terwujud dalam perbuatan, maka akhlak terwujud dalam
kondisi jiwa yang menjadi pendorong atau motivasi bagi perbuatan tersebut.
Maka adab bisa menjadi efek dari akhlak atau kondisi jiwa, sedangkan akhlak
juga bisa menjadi sumber motivasi bagi pelaksanaan adab. akhlak tidak
sekedar the art of living yang mengajarkan bagaimana cara hidup bahagia,
atau bagaimana memperoleh kebahagiaan tetapi juga merupakan ilmu yang
dipelajari dan dipraktekkan sebelum ilmu yang lainya, bahkan ia menjadi
bukti kualitas iman seorang mukmin.
Seperti ketika seseorang kedatangan tamu yang dihormatinya,
karakter atau kondisi jiwanya yang rendah hati dan penyayang pada sesama
yang ada pada jiwanya akan mendorongnya untuk memberikan penghormatan
pada tamunya, dan dorongan itu dapat terealisasi dengan adab yang mengatur
tata cara menyambut dan menghormati tamu.
Hubungan adab dan akhlak ini menjadi seperti hubungan antara jasad
dan ruh. Ketika kedua hal ini berjalan beriringan maka potensi pelakunya
20
akan teraktualkan dan kemudian terbentuk kepribadiannya sebagai manusia
yang manusiawi. Tanpa salah satu dari keduanya, akan menjadi kecacatan
bagi pelakunya. Adab tanpa didasari oleh akhlak akan kehilangan nilainya
dan sekedar menjadi perbuatan sia-sia. Begitu juga akhlak tanpa adab akan
memandulkan potensi karakter baik dalam dirinya. Islam sebagai agama
samawi adalah sebuah madrasah yang menghantarkan pemeluknya pada
kesempurnaan sebagai manusia. Dimana semua potensi dalam dirinya
teraktualkan secara optimal. sehingga semua perbuatannya tidak tertunduk
pada hawa nafsu dan syahwatnya. melainkan pada kebijaksanaan akal yang
berlandaskan nilai kebenaran dan kebaikan. Yang dengannya manusia mampu
menjadi pewaris dan khalifah Allah di muka bumi, yang menjaga dan
melestarikan bumi.
Dalam perjalan manusia menuju kesempurnaan ini dibutuhkan
pengetahuan atau makrifat, yaitu makrifat tentang hakikat dunia, hakikat
dirinya dan lingkungannya, dan tentang hubungan yang terjalin
diantaranya25
. Makrifat ini akan menghantarkan seorang manusia pada
pengenalan tentang tuhannya, yang berarti telah mengaktualkan potensi
akalnya. Pengenalan yang tepat akan tuhannya ini dengan sendirinya akan
meniscayakan penghambaan pada Tuhannya. Selanjutnya melalui ritual-
ritual ibadah seorang manusia menuju pada peribadatan kepada Tuhan.,
yang berarti telah mengaktualkan potensi geraknya.
Namun, kedua hal ini saja belum bisa menghantarkan pelakunya pada
kesempurnaannya sebagai seorang manusia. Melainkan mesti dibarengi
25
Amril. Akhlak tasawuf. (meretas jalan menuju akhlak mulia). Refika aditama, bandung. 2015. hlm. 55.
21
dengan kesiapan jiwa dalam menerima keberadaan tuhannya, yang
menjadi landasannya dalam menghamba dan beribadah pada tuhan.
Kesiapan jiwa ini adalah akhlak dan merupakan karakter baik yang
melekat kuat dalam jiwa. Seperti kerelaan, rendah hati, mensyukuri
nikmat, taat, setia dan lain-lain. Karakter seperti inilah yang
memungkinkan jiwa untuk menerima realitas keberadaan Tuhan, dan yang
akan mendorongnya untuk tunduk dan patuh pada perintah Tuhan. Dengan
akhlak ini pula manusia telah mengaktualkan potensi jiwanya menjadi
seorang manusia yang manusiawi jauh dari sisi kebinatangan, sifat yang
berasal dari hawa nafsu dan syahwat.
Oleh karena itu pembinaan akhlak sangatlah penting bagi perjalanan
hidup manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku
tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak.26
Rangkaian panjang
estafet risalah kenabian berakhir pada penyempurnaan akhlak, yakni
kesempurnaan akhlak adalah perwujudan dari keimanan dan hasil dari ritual
ibadah.
Pentingnya pembinaan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan
hanya dalam kehidupan personal, melainkan juga dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Karena dengan pembinaan akhlak jiwa bersih
dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Oleh
sebab itu Islam juga mengajarkan prinsip akhlak lewat ritual-ritual ibadah
26
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al- Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan juga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
22
seperti zakat, puasa, shalat dan lainnya. Konsep akhlak seperti ini mutlak
diperlukan dalam sistem sosial bermasyarakat atau bernegara. Tanpanya,
kemajuan jaman tidak akan mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial.
Seperti tampak pada negara-negara maju yang justru memiliki masalah-
masalah sosial yang jauh lebih kompleks. Seperti kesenjangan sosial,
ketimpangan ekonomi, tingginya kasus perceraian dan gaya hidup
individualism dan hedonisme.
Dengan sistem sosial yang berdasarkan konsep moral dan akhlak yang
baik, akan tercipta interaksi sosial yang sehat. Dimana seluruh anggotanya
menjadi satu kesatuan masyarakat yang saling membantu dan solid. Darinya
akan muncul generasi-generasi cerdas yang manusiawi, yang mampu menjaga
kelestarian dunia. Semoga pembinaan moral dan akhlak dalam kearifan
budaya lokal, yang bernafaskan Islam di negri ini mendapat perhatian serius
masyarakat dan pemerintah, sehingga menjadi solusi dari berbagai masalah
yang dihadapi bangsa Indonesia.
Semua orang merasa senang kepada perilaku yang baik. Siapapun
mengakui bahwa kebaikan adalah masalah universal yang disukai oleh
semua insan, bahkan oleh orang yang jahat sekalipun. Dengan keragaman
kualitas batin manusia, orang berbeda-beda kualitas perilakunya. Namun
yakinlah bahwa semua orang sama cintanya kepada perilaku baik. Semua
orang berbahagia melihat orang mengamalkan kebajikan. Ada beberapa
perkara yang menguatkan pembinaan akhlak dan meningkatkanya antara
lain:27
27
Ibid., hlm.63-66
23
1. Meluaskan Lingkungan Fikiran
Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Herbert Spencer akan
kepentinganya yang besar unuk meninggikan akhlak. Sungguh , fikiran
yang sempit itu sumber beberapa keburukan, dan akal yang kacau balau
tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi. Kita melihat takutnya
beberapa orang, disebabkan karena khurofat yang memenuhi otak
mereka, banyak dari suku bangsa yang biadaab, berkeyakinan bahwwa
keadilan itu hanya diwajibkkan terhadap kepada orang-orang suku
mereka adaapun kepada lainya tidak dikata lalim bila merampas harta
mereka atau mengalirkan darah mereka.
Lihatlah apa yang terjadi diantara pemeluk agama yang yang
bermcam-macam, bagaimana darah mengalir diantara mereka, dan
bagaimana pandagan yang sempit menjadi sebab nyalanya api fitnah,
perelisihan dan peperangan. Lihatlah juga pada penglihatan tiap-tiap
bangsa kepada perbuatan bangsa lain, dan tiap-tiap orang dari suatu
bangsa lain.
2. Berkawan dengan Orang yang Terpilih
Setelah dari yang dapat membina akhlak ialah berkawan dengan
orang yang terpilih, karena manusia itu suka mencontoh, seperti
mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh
dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak mereka.
Seorang ahli filsafat menyatakan: kabarilah saya siapa kawanmu. Saya
beri kabar kepadamu siapa engkau. Maka berkawan dengan orang-orang
24
yang berani dapat memberikan ruh keberanian pada jiwanya orang
penakut, dan banyak dari orang pandai fikiranya, sebab cocok memilih
kawan atau beberapa kawan yang mempengaruhi mereka dengan
pengaruh yang baik dan membangunkan kekuatan jiwa mereka yang
dahulu lemah.
3. Membaca dan Menyelidiki Perjalnan para pahlawan dan berfikir Luar
biasa
Sungguh perjalanan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca
dan memberi semangat untuk menconttoh dan mengambil tauladan bgi
mereka. Sesuatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang kalau dibca tentu
akan menimbulkan ruh yang baru yang dapat menggerakkan jiwaa untuk
mendatangkan perbuatan yang besar. Dan banyak orang yaang terdorong
mengerjakan perbuatan yang besar, karena membaca hikayatnya orang
besar atau kejadian orang besar yang diceritakan. Dan yang berhubungan
semcam ini ialah perumpamaan dan hikmah kiasan, yang banyak
mempengaruhi kepada jiwa dan lebih dekat pada fikiran.
4. Memberi dorongan kepada pembinaan akhlak supaya dirinya melakukan
perbuatan yang baik dan dijadikan tujuan yang harus dikejarnya
sehingga hasil.
Akhlak (moral), dikatakan oleh Sayid Mujtaba Lari merupakan
faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan masyarakat, apakah
akan menuju kemajuan atau malah tersungkur kepada lembah
kehancuran. Untuk itu, sebuah kenyataan penting jika empat belas abad
yang lalu, seorang manusia sempurna di utus dengan tujuan inti untuk
25
menyempurnakan akhlak manusia, “sesungguhnya aku di utus untuk
meneyempurnakan akhlak manusia”, begitu sabda agung kenabian
Muhammad shallahu alaihi wassalam.
Sabda Nabi tersebut mengindikasikan bahwa pembentukan akhlak
merupakan dimensi puncak terpenting dari kesempurnaan manusia.
Secara umum hal ini dapat kita benarkan. Sebab, lazimnya kita menilai
manusia dari akhlaknya hingga ukuran-ukuran fisikal terpental jauh dari
penilaian. Misalnya, jika ada orang yang tampan atau cantik, tetapi
berperangai buruk, maka secara otomatis kita akan mencibirkannya.
Begitu juga dengan orang yang berilmu pengetahuan, cerdas dan pintar,
akan tetapi berakhlak rendah, kurang ajar dan tidak tahu sopan santun,
maka kita akan cenderung membenci dan menghinanya. Namun
sebaliknya, ada orang yang biasa-biasa saja dari fisiknya, tidak terlalu
cerdas otaknya, tetapi berkhlak mulia, maka kita akan senang bergaul dan
berinteraksi dengannya. Jadi, sederhananya dapat disimpulkan nilai
kemanusiaan terletak pada akhlaknya.28
Karena itu, bagi penulis konsepsi
pembinaan akhlak merupakan kunci sukses tarbiyah islamiyah
(pendidikan Islam). Sebab, dimensi akidah, dimensi ibadah (syariah), dan
dimensi akhlak adalah trikonsepsi struktur ajaran Islam. Akan tetapi
akhlak menempati posisi inti sebagai puncak dari pembuktian akidah dan
pelaksanaan ibadah. Manusia paripurna tertinggi kemanusiaan dicirikan
secara khas dengan karakter akhlak al-karimah (akhlak mulia).29
28
Sunan abu Daud, maktabah as-syamila, Juz 12, hlm 292 29
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi.
26
C. Metode Pembinaan Akhlak
Dalam melaksanakan fungsinya untuk membentuk peserta didik
yang berakhlakul karimah, pembinaan akhlak diajarkan oleh seorang
pendidik dengan berbagai metode. Menurut M Athiyah al-Abrasy, ada tiga
macam metode yang paling tepat untuk menanamkan akhlak kepada anak,
yaitu:
1. Pembinaan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk,
tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahayanya sesuatu, dimana
kepada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan tidak, menentukan
kepada amal-amal baik mendorong mereka kepada budi pekerti yang
tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela.
2. Pembinaan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti
mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak anak,
memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga, mencegah
mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk menggunakan soal-
soal cinta dan pelakon-pelakonnya.
3) Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak
dalam rangka membina akhlak.30
Abdurrahman An-Nahlawi juga menjelaskan bahwa didalam Al-
Quran dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pembinaan akhlak yang
sangat menyentuh perasaan, membina jiwa, dan membangkitkan semangat.
30
M. Athiyahal-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 153.
27
Lebih lanjut, menurutnya, metode ini mampu menggugah puluhan ribu
muslimin untuk membuka hati manusia menerima Tuhan, yaitu metode
hiwar, metode qisah qur‟ani dan nabawi, metode amtsal, metode
perumpamaan, metodeke teladanan, metode pembiasaan, metode i‟barah dan
mau‟izah, serta metode targhib dan tarhib.31
Menurut Asma Hasan Fahmi, metode pembinaan akhlak itu dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Memberikan petunjuk dan pendekatan, dengan cara menerang kan mana
yang baik dan mana yang buruk, menghafal syair-syair, cerita-cerita dan
nasihat yang baik, menganjurkan untuk melakukan budi pekerti yang baik
dan akhlak mulia.
2) Menggunakan insting untuk membina anak-anak dengan cara: anak-anak
dipuji dan disanjung untuk memenuhi keinginan “insting berkuasa” dan ia
takut celaan dan cercaan; mempergunakan insting meniru; memperhatikan
insting masyarakat; mementingkan pembentukan adat kebiasaan dan
keinginan-keinginan semenjak kecil.32
Ada beberapa metode pembinaan akhlak yang dapat di lakukan sesuai
dengan perspektif islam yaitu sebagai berikut:
1. Metode keteladanan (uswatun khasanah)
Menurut Syahidin, metode keteladanan yaitu suatu metode
pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta
31
Abdurrahman –Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalib hafial baiti wa al madrasati wa al mujtama ; terjemahan. Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1970), hlm.204. 32
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,terj. Ibrahim Husen, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 79.
28
didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan. Anak-anak khususnya
pada usia dini suka meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di
sekitarnya. dilakukan orang tua atau guru disadari atau tidak, akan ditiru
dan diikuti oleh anak. Oleh karena itu keteladanan dalam pendidikan
khususnya pembinaan akhlak merupakan metode yang paling berpengaruh
dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos
sosial anak.
Metode keteladanan ini merupakan salah satu teknik pembinaan
yang paling efektif dan sukses. Dalam Islam, Allah telah menjadikan Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi kehidupan
manusia. Hal ini telah Allah tegaskan dalam firmannya yang Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-
Ahzab: 21)33
Metode keteladanan ini merupakan metode samawi yang diajarkan
Allah swt kepada hamba-hambanya, yaitu dengan diutusnya seorang Rasul
untuk menyanpaikan risalah samawi kepada setiap umat. Rasul yang
diutus tersebut adalah seseorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik
spiritual, moral, maupun intlektual. Sehingga umat manusia
33
QS. Al-Ahzab: 33.
29
meneladaninya belajar darinya, memenuhi panggilanya, menggunakan
metodenya, dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. 34
Dalam metode peneladanan ini, ada dua macam cara, yaitu; sengaja
dan tidak sengaja. Keteladanan yang tidak sengaja adalah keteladanan
dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan. Sedangkan keteladanan
yang disengaja adalah memberikan contoh membaca yang baik melakukan
sholat yang benar.35
2. Metode Ta’widiyah (Pembiasaan)
Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk melakukan kegiata-
kegiatan yang baik, dilatih untuk bertingkah laku yang baik, diajari sopan
santun dan sebagainya.
Pembiasaan adalah suatu peran penting dalam membentuk pribadi
anak, banyak contoh pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga menjadi
dasar-dasar pembentukan pola kehidupan anak, dan tujuan dari
pembiasaan itu sendiri adalah peranan kecakapan-kecakapan berbuat dan
menyampaikan sesuatu, agar cara-cara tepat dapat dikuasai.36
Maka untuk itu orang tua atau si pendidik (guru), haruslah
mengajarkan pembiasaan dengan prinsip-prinsip kebaikan, harapannya
nanti menjadi pelajaran bagi peserta didik, karena apabila peserta didik
membiasakan sesuatu yang baik, maka peserta didik akan terbiasa.
34
Abdullah Nasihih Ulwan, Pedoman Pendidikan Dalam Pendidikan Dalam Anak Islam, (Bandung: CV. As-Syifa, Jilid. I, 1998,),hlm.3. 35
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), hlm. 143. 36
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: P.T. Ma’arif, Cet. VIII, 1989),
hlm. 82.
30
3. Metode Nasehat (Mauidhah khasanah)
Diantara metode dan cara-cara membina yang efektif didalam
upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral,
pisikis dan secara social adalah pembinannya dengan memberi nasehat.37
Yang dimaksud metode nasehat adalah member peringatan untuk
menghindari suatu perbuatan yang dilarang dan memerintahkan untuk
mengerjakan perbuatan yang baik dengan berbicara lemah lembut,
sehingga menyentuh hati anak yang dinasehati. “ maka suatu hal yang
pasti jika pendidik member nasehat dengan jiwa yang ikhlas, suci, dan
dengan hati yang terbuka serta akal yang bijak, maka nasehat itu akan
lebih cepat terpengaruh tanpa bimbang. Bahkan dengan cepat tunduk
kepada kebenaran dan menerima hidayah Allah yang diturunkan”.38
Allah berfirman :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah.39
dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik”.(Q.S. An-Hahl:125)
4. Metode Qishah (cerita)
Dalam upaya membentuk watak dan prilaku anak, salah satu cara
yang digunakan dengan melalui kisah atau cerita-cerita yang mendidik, ini
merupakan kisah yang memuat unsur keteladanan prilaku yang baik.
Pentingnya metode kisah atau cerita ini sebagaimana diungkapkan oleh M.
Quraisy Shihab, sebagai berikut:
37
Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit, hlm. 70. 38
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidik Anak Menurut Islam (kaidah-kaidah Dasar), (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 65-66. 39
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
31
Diantara metode dan konsep yang di contohkan ayat suci Al-Quran
untuk mengarahkan manusia ke arah yang dikehendaki adalah dengan
menceritakan kisah hikmah." dan pada dasarnya setiap kisah hikmah
berpotensi sebagai penunjang materi yang disajikan baik kisah tersebut
benar-benar terjadi maupun kisah-kisah simbolik.40
5. Metode hukuman
Pelaksanaan metode pembinaan akhlak yang dilakaukan melalui
keteladanan, nasehat dan pembiasaan dalam pelaksanaanya jika terjadi
permasalahan, perlu adanya tindakan tegas atau hukuman. hukuman
sebenarnya tidak mutlak diperlukan, namun berdasarkan kenyataan yang
ada, manusia tidak sama seluruhnya dalam berbagai hal, sehingga dalam
pembinaan dan pendidikan akhlak perlu adanya hukuman dalam
penerapanya, bagi orang-orang keras dan tidak tidak cukup hanya
diberikan teladan dan nasehat.
Menurut Athiyah Al-Abrasyi, hukuman yang diterapkan kepada
peserta didik harus memenuhi tiga persyaratan sebelum melakukanya,
yaitu: sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul; pukulan
tidak boleh lebih dari tiga kali; diberikan kesempatan kepada anak untuk
tobat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki keselahanya tanpa perlu
menggunakan pukulan atau merusak nama baik baiknya (menjadikan ia
malu).41
Jika melihat pada sifat manusia, secara psikologis tidak memiliki
karakter yang sama, maka penerapan hukuman bagi peserta didik pada
40
M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 175. 41
Al-Abrasyi, Dasar-dasar, hlm. 153.
32
tahap-tahap kewajaran perlu dilakuakan karena ada dengan pendekatan
hukuman ini tingkat kebiasaan dan kedisiplinan dapat diterapkan.
Hukuman dimaksudkan untuk memberi efek jera kepada peserta didik agar
tidak mengulangi kesalahan-kesalahanya lagi. Agama Islam memberikan
arahan dalam memberikan terhadap anak atau peserta didik dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jangan menghukum ketika marah, karena ketika marah akan lebih
bersifat emosional yang dipengaruhi sifat syaithoniyah.
b. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang dihukum.
c. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat, misalnya dengan,
menghina dan memaki didepan hukum.
d. Jangan menyakiti secara fisik. Bertujuan merubah perilaku yang
kurang baik atau tidak baik menjadi perilaku terpuji.
6. Metode Tsawab (ganjaran)
Sebagaiamana yang telah di utarakan Armai Arief dalam bukunya,
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian
tsawab itu, sebagai : “hadiah; hukum. Metode ini juga penting dalam
pembinaan ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan
reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi
dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat
menjadi remote control dari perbuatan tidak terpuji. Misalkan memanggil
dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas
33
kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau
bercanda, manyambutnya dengan ramah, menelponnya kalau perlu, dan
lain-lain.
Sedangkan metode aplikasi ganjaran yang berbentuk hukuman, di
antaranya, pandangan yang munis, memuji orang lain di hadapannya, tidak
mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif, dan menjewanya
sebagi alternatif terakhir. Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nawawi
dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “aku telah diutus oleh ibuku,
dengan membawa beberapa biji anggur untuk di sampaikan kepada
Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampikan kepada
Beliau dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewr telingaku
sambil berseru: “wahai penipu”. Dari hadits diatas, dapat dikemukakan,
bahwa menjewer telinga peserta didik, boleh-boleh saja, asal tidak
menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer
telinga peserta didik, bisa-bisa berurusan dengan pihak berwajib, karena
Undang-Undang perlindungan anak. Dengan adanya peraturan tersebut
sehingga para guru lebih berhati-hati dalam mendidik, supaya dalam
pelaksanaanya tidak melanggar aturan yang ditetapkan pihak sekoklah.
D. Kendala Penbinaan Akhlak
Dalam keadaan yang sekarang, masyarakat Indonesia sangat jauh
dari nilai-nilai moral. Keadilan, kejujujuran, tolong-menolong, toleransasi
dan sikap ataupun perilaku yang terpuji lainnya kini telah jarang ditemukan
di masyarakat Indonesia, bahkan perilaku tersebut kini hanya menjadi
34
slogan yang tak terlaksana. Krisis moral/akhlak ini terjadi tidak hanya
terdapat pada lembaga pemerintah saja, krisis moral ini bahkan menyebar
luas dimasyarakat Indonesia dari orang tua hingga anak-anak.
Pembinaan merupakan poros dari bidang-bidang kehidupan lainnya,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU
No 20 Tahun 2003).42
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa
pendidikan mempunyai peran untuk membentuk manusia berakhlak mulia
sesuai dengan agama yang dipeluknya.
Salah satu solusi mengurangi krisis akhlak yaitu dengan pembinaan
akhlak yang melalui jalur pendidikan non formal dengan kegiatan yang
Islami yaitu itikaf. Secara harfiyah, I‟tikaf adalah tinggal di suatu tempat
untuk melakukan sesuatu yang baik. Itikaf adalah tinggal di dalam masjid
dengan niat itikaf (Maulana Muham mad zakariya Alkandahlawi). Itikaf
yang dimaksud yaitu itikaf yang dilakukan dengan membuat kelompok
kecil yang mempunyai kegiatan yang terorganisir. Makna kegiatan itikaf
ini yaitu ngaji roso, ngaji roso dinilai mempunyai level pembelajaran yang
tinggi, dimana peserta didik/santri akan ditekakan pada pengolahan rasa
(hati) peserta didik/santri sehingga santri/peserta didik dapat tumbuh
kesadaran, pahaman, sikap prihatin, serta aktualisasi diri terhadap apa yang
42
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 th, 2003, Jakarta: 2003, cet.1.
35
sudah dikaji.43
Maka dengan itikaf ini dapat memperbaiki krisis akhlak
(krisis nilai-nilai moral) khu susnya pada peserta didik yang dan bisa
bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu mengadakan interaksi
dengan orang lain. Dalam interaksi inilah akhlak dari seseorang dapat
diamati secara langsung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak adalah sebagai berikut:
1. Naluri
Naluri yakni aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbauatan
seseorang dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.
Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Contoh dari
yaitu naluri makan, naluri keibuan, naluri berjuang, naluri bertuhan dan
sebagainya44
.
2. Adat atau kebiasaan
Adat kebiasaan merupakan tradisi manusia yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam lingkungan masyarakat sehingga menjadi bagi
masyarakat itu sendiri. ada juga yang mengartikan adat sebagai
tindakan/perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan manusia
yang dilakukan/dikerjakan secara berulang-ulang maka apa yang
dilakukannya itu akan menjadi mudah sebab sudah terbiasa, baik
43
http://blog.al-habib.info/wp-content/uploads/2010/08/panduan-praktis-itikaf.pdf (diakses 15 Maret 2017). 44
Mukni’ah. 2011. Meteri Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
36
perbauatan yang sifatnya negative ataupun positif. Tentu jika perbuatan
yang negative itu menjadi kebiasaan maka hal tersebut perlu dirubah.
Dalam merubah kebiasaan memang bukan hal yang mudah. Tetapi jika
dilandasi dengan keyakinan dan keinginan yang kuat maka kebiasaan
yang sifatnya negative akan jauh dari dirinya.
3. Wiratsah (keturunan)
Wiratsah yaitu pewarisan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada
anak kandungnya. Dalam pewarisan sifat-sifat orang tua ini, kadang anak
itu mewarasi sebagian besar dari salah satu keduanya (ayah ataupun ibu).
Sifat-sifat dari orang tua ini akan mempengaruhi perilaku anak baik dari
ayahnya ataupun ibunya, jika diamati dalam kehidupan sehari-hari
perilaku anak cenderung mirip dengan orang tuanya. Maka ada pepatah
yang mengatakan bahwa, buah jatuh tidak jauh dari pohonya. 45
4. Mileu
Mileu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah
dan udara, sedangkan lingkungan manusia adalah apa yang
mengelilinginya atau apa yang ada disekitarnya). Mileu ada dua macam
yaitu:
1. Lingkungan alam,
lingkunngan alam merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi akhlak/perilaku seseorang. Contoh yang sederhana yaitu
orang tinggal dipesisir pantai akan memakai pakaian yang tidak tebal,
45
http: //kumpulantinta. Blogspot.co.id/2014/10/upaya-mengatasi-krisis-akhlak-dengan.html diambil pada pukul 01.19 tanggal 27 desember 2016.
37
bersuara keras umumnya dan orang yang bertempat tinggal di daerah
pengunungan/gunung akan memakan pakaian yang tebal serta, mempunyai
tingkat nada suara yang umumnya pelan/rendah.
2. Lingkungan Pergaulan,
manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam.
interaksi ini berpeluang untuk mempengaruhi/terpengaruh baik pikiran,
sifat, dan akhlak. Contoh sederhanaya perilaku orang tua dalam keluarga
cenderung ditiru oleh anaknya, demikan pula di sekolah, teman sebaya,
bahkan media sosial dapat mempengaruhi pola pikir, sifat serta
perilaku/akhlak seseorang. Sebab apa yang dilihat, didengar atau dirasaka
oleh panca indra serta hati manusia akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
E. Macam-Macam Akhlak
Mengenai macam-macam akhlak sesuai dengan ajaran agama
tentang adanya perbedaan manusia dalam segala isinya, maka dalam hal
ini menurut Moh. Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlak yaitu:
1. Akhlak Dharury
2. Akhlak Muhtasaby
Adapun akhlak dharury adalah akhlak yang asli, dalam arti akhlak
tersebut sudah secara otomatis merupakan pemberian dari tuhan secara
langsung, tanpa memerlukan latihan, Kebiasaan dan pendidikan. akhlak
terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat dan selalu dari terjaga dari
38
larangan Allah yaitu para Nabi dan RasulNya. Dan tertutup kemungkinan
bagi orang mukmin yang saleh. Mereka yang sejak lahir sudah berakhlak
mulia dan berbudi luhur.
Sedangkan akhlak akhlak muhtasaby adalah merupakan ahklak
atau budi pekerti yang harus diusahakn dengan jalan melatih, mendidik
dan membiasakan kebiasaan yang baik serta berfikir yang tepat. Tanpa
dilatih dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidaka akan terwujud. Akhlak ini
yang dimiliki sebagian besar manusia.46
Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut diatas haruslah
melatih diri untuk membiasakan berakhlak baik. Karena usaha mendidik
dan membiasakan kebajikan sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh
agama walaupun mungkin tadinya kurang rasa tertarik tetapi apabila terus
menerus dibiasakan akan kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinya
juga.
Dengan demikian seharusnya kebiasaan berbuat baik dibiasakan
sejak kecil, agar nantinya menjadi manusia berbudi luhur, berbakti kepada
orang tua dan yang terutana berbakti kepada perintah Allah serta menjauhi
larangNya. Apabila sejak kecil sudah dibiasakan berakhlak yang baikmaka
ketika menjadi manusia dewasa perbuatan yang muncul adalah perbuatan
kehendak dari masa kecilnya yang sudah terbiasa dilakukan. Jadi itu
akhlak yang lahirnya perbuatan yang tidak dibuat-buat melainkan lahir
secara refleks tanpa sengaja dan tidak ada unsur menyengaja. Begitupun
berbuat baik, baik kepada orang tua haruslah dilatih sejak dini, agar
46
Muhammad Zain Yusuf, Op. Cit. hlm. 48
39
perbuatan tersebut bisa melekat dalam hati sampai kapanpun dan perilaku
berbuat durhaka terhadap orang tua dapat diminimalisir.
Adapun pembagian akhlak berdasarkan sifatnya terbagi dua macam yaitu:
3. Akhlak mahmudah (Ahklak terpuji) atau akhlak Al-karimah ( Akhlak
yang mulia)
4. Akhlak mazmumah (Akhlak tercela) atau akhak sayyiah (Akhlak yang
jelek)
Yang termasuk Akhlak al-karimah ialah ridho kepada Allah, cinta dan
beriman kepadanya, beriman kepada malaikat, kitab Allah, Rasul Allah,
hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan,
qona‟ah ( rela terhadap pemberian Allah ) tawakal ( berserah diri), sabar,
syukur, tawadhu, (merendahkan diri) dan segala perbuatan yang baik
menurut pandangan atau ukuran Islam.
Adapun perbuatan yang termasuk akhlak al-mazdmumah ialah
kufur, murtad, fasik, riyaq, takabur, mengadu domba dengki/iri , kikir
dendam, khianat, memutus silaturahmi, putus asa dan segala perbuatan
tercela menurut pandangan islam.
Dalam hal ini berlaku dendam terhadap orang tuamerupakan
perbuatan syirik, karena telah menyia-nyiakan fitrah Allah untuk
membalas jasa-jasanya berlaku sopan kepada mereka dan sudah
sepantasnya manusia menghormati dan menyayangi orang tuanya.
Sedangkan pembagian Akhlak berdasarkan objeknya dibedakan
menjadi dua yaitu:
40
1. Akhlak kepada sang kholik
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai
akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah-lah yang patut
disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh
tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Al-
Qur‟an surat An-nahl: 18, yang artinya: Dan jika kamu menghitung-
hitung nikmatAllah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar maha pengampun lagi
maha penyayang.( QS. An-nahl: 18).47
2. Akhlak kepada mahluk yang terbagi menjadi:
- Akhlak terhadap Rasululah
- Akhlak terhadap keluarga
- Akhlak terhadap sesama atau orang lain.48
47
QS. An-nahl: 18. 48
Zainuddin, Al-Isam 2 (Muamalah dan Akhlak), (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. I, hlm. 77-78.