bab ii kajian pustaka dan landasan...
TRANSCRIPT
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada uraian Bab II merupakan sajian tentang penelitian yang dilakukan oleh
penelitih sebelumnya, penelitian terdahulu memiliki relevansi dari berbagai
komponen dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu disajikan pula studi dari
literartur yang memiliki kesamaan dalam penelitian yang diangkat. Dari hal
tersebut merupakan untuk mendukung peneliti pada saat melakukan penyajian
data dan juga untuk memperkuat analisis temuan dari lapangan. Agar suatu
penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara akademik maka pada bab ini pula
disertakan teori yang memiliki kesesuaian dengan peneliti yang dilakukan.
2.1. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang sangat penting.
Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu keharusan yang wajib dalam sebuah
tulisan akademik terutama pada penelitian. Hal ini dilakukan sebagai bahan
perbandingan dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Selain itu di dalam
penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui perbedaan maupun temuan
baru yang diperoleh dari penelitian selanjutnya.
Beberapa penelitian yang sama dengan tema yang diambil sebagai bahan
perbandingan maupun kesamaan, yakni pengambilan tema tentang gerakana sosial
yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan. Dalam hal ini peneliti menyajikan 3
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini yakni 1) Firhat
Syauqi Aulia dengan judul Penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
RI Nomor 2/PERMEN-KP Tahun 2015 Tentang larangan Pengunaan Alat
27
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di
Kabupaten Lamongan. Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Sunan
kalijaga, yogyakarta, Tahun 2016. 2) Felliks Zonggunau dengan judul Gerakan
Perlawanan Kelompok Masyarakat Penentang Terhadap Penguasaan Tambang
Emas Papua (Perlawanan Kelompok Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Pt.
Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika) Jurusan Sosiologi, Universitas
Muhammadiyah Malang, tahun 2014. 3) Ahmad Izudin dengan judul Gerakan
Sosial Serikat Petani Daerah Yogyakarta Periode 2005-2015, Konsentrasi
Pekerjaan Sosial, Universitas UIN Sunan Kali jaga, tahun 2015.
Agar lebih jelas terkait dengan penelitian terdahulu yang dilakukan dengan
tema yang sama dengan penelitian ini dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 2.1. Penelitian terdahulu
no Judul peneliti Hasil Peneliti Relevansi
“Penerapan Peraturan
Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor
2/PERMEN-KP Tahun
2015 Tentang larangan
Pengunaan Alat
Penangkapan Ikan Pukat
Hela (Trawls) dan Pukat
Tarik (Seine Nets) Di
Kabupaten Lamongan”
penelitian yang dilakukan
oleh : Firhat Syauqi Aulia
Ula, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam
Sunan kalijaga,
yogyakarta, Tahun 2016.
Hasil penelitihan yang
dilakukan di
Kabupaten Lamongan
tersebut di lihat dari
sudut pandang hukum,
dengan mengunakan
metode penelitihan
Yuridis Hukum, yakni
berupa lapangan
pendekatan yuridis
sosiologi. Hasil
penelitian dari
PERMEN-KP Nomer
2 Tahun 2015 dalam
tantangan larangan
pengunaan peralatan
nelayan pukat hela
dan pukat tarik.
Penerapan peraturan
tersebut mengalami
penolakan oleh 80%
Berkaitan dengan
penelitian tersebut,
memiliki kesamaan
yaitu dalam
membahas peraturan
tentang PERMEN-KP
Nomer 2 yang
nantinya akan
diterapkan pada
nelayan Lamongan.
namun tetapi
penelitian tersebut
menganalisis
melalaui prespektif
hukum, berbedah
dengan penelitihan
yang nantinya akan di
lakukan di Lamongan
yang pada wilayah
Kecamatan Paciran
yang terfokus di
28
nelayan. Mereka
(nelayan) menganggap
peraturan Menteri
tersebut tidak di
tetapkan secara
partipatif, selain itu
penetapannya belum
ada soslusi dari
pemerintah.
Kelurahan Blimbing,
dengan menganalisis
kelompok nelayan
dengan ilmu
sosiologi, serta
pengunaan teori Neil
J. Smelser teori
perilaku kolektif.
“Gerakan Perlawanan
Kelompok Masyarakat
Penentang Terhadap
Penguasaan Tambang
Emas Papua (Perlawanan
Kelompok Masyarakat
Lokal Terhadap
Keberadaan Pt. Freeport
Indonesia di Kabupaten
Mimika)” penelitihan
yang dilakukan oleh :
Felliks Zonggunau,
Jurusan Sosiologi,
Universitas
Muhammadiyah Malang,
tahun 2014.
Hasil tesis yang
dilakukan tersebut
dengan memakai
pendekatan kualitatif
dengan jenis
deskriptif, serta
pemakaian 3 teori
yaitu Memakai teori
dominasi kekuasaan,
teori perlawanan dan
teori konflik, dalam
penelitihan tersebut
hanya mengambarkan
sebuah kejadian di
Kabupaeten Mimika.
Hasil gambaran dari
penelitihan kualitatif
deskriptif yang
dilakukan :
perlawanan
masyarakat papua dan
mahasiswa dinailai
melanggar Undang-
Undang Dasar 1945
Negara RI oleh
Pemerintah dan
hukum, padahal
tuntutan protes
masyarakat papua
adalah hanya ingin
meminta keadilan dan
kesejateraan serta
menuntut hak-hak
mereka yang
sesunggunya
didapatkan.
Kejanggalan-
Penelitian tersebut
memiliki relevansi
dengan penelitian
yang akan dilakukan,
dari segi kesamaan
adalah membahas
tentang gerakan
sosial. Namun
berbeda masalah dan
wilayah, penelitian
tersebut dilakukan di
wilayah Papua
Kabupaten Mimika,
berbeda dengan
penelitian yang akan
dilakukan yang
berlokasi di
Kelurahan Blimbing
Kecamatan Paciran
kabupaten
Lamongan.
perbedaan lain juga
terlihat dari teori
yang digunakan
sebagai analisa data
penelitian yang di
lakukan di Kabupaten
Mimika memakai 3
teori dalam
menganalisa.
Penelitian yang akan
dilakukan di
Kelurahan Blimbing
hanya mengunakan
Neil J. Smelser teori
perilaku kolektif.
29
kejanggalan dalam
kebijakan ini
menyebabkan
perlawanan terjadi
berbagai cara dan
dmenetapkan isu
freeport sebagai
politik tuntutan untuk
meminta kepada
Negara RI segera
memerdekakan
masyarakat papua.
“Gerakan Sosial Serikat
Petani Daerah Yogyakarta
Periode 2005-2015
(strategi, pola dan
tantangan)” penelitian
yang dilakukan oleh :
Ahmad Izudin,
Konsentrasi Pekerjaan
Sosial, Universitas UIN
Sunan Kali jaga, tahun
2015.
Penelitian yang
dilakuakan di Daerah
Istimewa Jogjakarta
(DIY) dengan subyek
keolompok petani.
Penelitian tersebut
mengunakan
pendekatan kualitatif
dengan jenis
penelitian yaitu
metode studi kasus,
dalam menganalisis
fenomen penelitian
tersebut mengunakan
acuan teoritis dari
Carles tentang
tindakan kolektif
gerakan sosial. Hasil
lapangan diketahui
bahwa gerakan petani
yang dilakukan oleh
serikat DIY terdiri
dari mobilitas dan
konsolidasi organisasi,
menyalurkan hak-hak
petani, mengubah
seteru menjadi sekutu,
gerakan sistem
terpadu, gerakan
organik dari akar
rumput, dan
menciptakan sekolah
alternatif.
Penelitian tersebut
memiliki persamaan
yaitu membahas
tentang Serikat Petani
yang melakukan aksi
gerakan sosial dalam
bentuk perlawanan,
persemaan juga
terlihat pada jenis
penelitian yaitu
mengunakan
kualitatif dengan
jenis studi kasus
deskriptif. Namun
dalam perbedaan
pada penelitian
tersebut dengan
penelitian yang
dilakukan di
Lamongan yaitu pada
jenis kelompok,
penelitian yang di
lakukan yaitu
kelompok nelayan
sedangkan di
Yogyakarta yaitu
petani. Berbedaan
lainnya juga terlihat
pada teori yang
digunakan, teori yang
digunakan penelitian
di kelompok nelayan
yaitu Neil J. Smelser
teori perilaku kolektif
30
aksi gerakan sosial
yang lebih melihat
dengan kacamata
ilmu sosiologi.
Berdasarkakn tabel diatas merupakan penelitian terdahulu yang disajikan oleh
peneliti, dapat dilihat bahwa penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Firhat
Syauqi Aulia (2016) dengan prespektif ilmu hukum dengan pendekatan yuridis
sosiologi, dengan hasil penelitian tersebut yakni PERMEN-KP Nomer 2 Tahun
2015 dalam tantangan larangan pengunaan peralatan nelayan pukat hela dan pukat
tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80% nelayan.
Mereka (nelayan) menganggap peraturan Menteri tersebut tidak di tetapkan secara
partipatif, selain itu penetapannya belum ada soslusi dari pemerintah. Relevansi
pada penliti yang akan dilakukan membahas peraturan tentang PERMEN-KP
Nomer 2, dengan perbedaan menganalisis kelompok nelayan dengan ilmu
sosiologi, serta pengunaan Neil J. Smelser teori perilaku kolektif.
Felliks Zonggunau (2014) Gerakan Perlawanan Kelompok Masyarakat
Penentang Terhadap Penguasaan Tambang Emas Papua dengan prespektif
sosiologi, dengan hasil penelitian yang dilakukan perlawanan masyarakat papua
dan mahasiswa dinailai melanggar Undang-Undang Dasar 1945 Negara RI oleh
Pemerintah dan hukum, tuntutan protes masyarakat papua adalah hanya ingin
meminta keadilan dan kesejateraan serta menuntut hak-hak mereka yang
sesunggunya didapatkan. Meskipun memiliki bingkai ilmu sosiologi namun
peneliti yang nantinya di lakukan memiliki relevansi yaitu membahas tentang
31
kelompok namundari segi perbedaannya adalah analisis teori, terkait penelitian ini
teori yang digunakan yakni Neil J. Smelser teori perilaku kolektif.
Ahmad Izudin (2015) Gerakan Sosial Serikat Petani Daerah Yogyakarta
Periode 2005-2015, dengan hasil lapangan diketahui bahwa gerakan petani yang
dilakukan oleh serikat DIY terdiri dari mobilitas dan konsolidasi organisasi,
menyalurkan hak-hak petani, mengubah seteru menjadi sekutu, gerakan sistem
terpadu, gerakan organik dari akar rumput, dan menciptakan sekolah alternatif.
Penelitian tersebut memiliki relevansi yaitu jelas membahas tentang gerakan
sosial namun penelitian yang nantinya dilakukan adalah gerakan sosial pada
kelompok nelayan dalam menentang peraturan baru dalam menangkap hasil laut,
dan perbedaannya dilihat dari analisis teori yang digunakan, yakni Neil J. Smelser
teori perilaku kolektif.
2.2. Kajian Pustaka
2.2.1. Pengertian Gerakan Sosial
Gerakan sosial nelayan merupakan sebuah penolakan terhadap peraturan yang
dianggap menindas nelayan, penolakan yang berupa protes secara konsep memiliki
kesamaan dengan tindakan kolektif, sebab orang-orang atau kumpulan orang-orang
yang melakukan aksi protes itu bertindak secara kolektif dan mengusung tujuan
tertentu.
Konteks tindakan perilaku tersebut bahwa kehidupan sosial tidak selamanya
berjalan sesuai dengan norma-norma sosial serta peraturan-peraturan institusional
yang ada. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk protes yang dilakukan anggota
masyarakat seacara kolektif, seperti unjuk rasa atau demonstrasi. Terlebih lagi
32
norma dan hukum itu datang dari pemerintah yang otoriter, dan hal tersebut
menguntungkan pihak yang berkuasa dari pada masyarakat. Dalam arti, norma ,
peraturan dan hukum dirangcang hanya untuk mendukung maupun
melanggengkan kedikdayaan, sehingga ruang kebebasan masyarakat terasa
dibatasi sehingga menjadi sempit. kondisi seperti ini, cepat atau lambat, akan
muncul tidak kepuasan secara kolektif berbentuk sebuah penolakan maupun
protes.
Sztomka31
memberikan batasan yang tegas mengenai pengertian dari gerakan
sosial tersebut. Sztomka mengatakan bahwa rumusan mengenai pengertian
gerakan harus terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut, 1) kolektifitas orang
bertindak bersama, 2) tujuan dan tindakannya adalah perubahan tertentu dalam
masyarakat yang ditetapkan partisipan menurut cara yang sama 3) kolektivitasnya
relatif tersebar namun lebih rendah drajatnya dari pada organisasi formal 4)
tindakannya mempunyai derajat spontanitas yang relatif tinggi namunterlembaga
dan bentuknya kontroversial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerakan
sosial merupakan tindakan kolektif yang spontan dan tak terlemabaga guna
menghasilkan perubahan yang lebih baik.
2.2.2. Gerakan Sosial Sebagai Perubahan Sosial
Cara agen dalam mengerakan perubahan sosial keriteria pertama adalah
perubahan berasal dari bawah, melalui aktivitas yang dilakukan oleh rakyat biasa
dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda. perubahan lain mungkin berasal
dari atas, melalui aktivitas elite yang berkuasa (penguasa, pemerintah, menejer,
31
Sztomka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm 325
33
administrtoa, dan lain-lain). Kreteria kedua, perubahan mungkin diinginkan oleh
agen, dilaksanakan sebagai relasi proyek mereka rencanakan sebelumnya,
perubahan lain muncul sebagai efek samping tak diharapkan, efek samping yang
ttujuannya sama sekali berlainan. Dengan menyilangkan kedua kategori di atas
akan di hasilkan empat kategori seperti tabel di bawah ini:
Tabel Gambar 2.2 : Tipologi Perubahan Sosial
Tempat Agen
Kesenjangan
Agen
Dari Bawah Dari Atas
Tersembunyi 1 2
Nyata 4 3
Sumber dari : Piotr Sztompka (2008)
1. Perubahan terasembunyi berasal dari bawah (misalnya, tindakan organisasi
dalam kehidupan sehari-hari dalam membuat pilihan; membuat keputusan
untuk dirinya sendiri menghasilkan perubahan ekonomi; pergeseran nilai
adat; gaya hidup dan sebagainya). Pengaruh gabungan tindakan individu
secara terpisah pada tingkat skala makro dipahami sebagai kecenderungan
lahiriah yang diabstrasikan dari tindakan massa yang menggerakkannya.
Adakalanya kecende rungan jangka panjang, yang bergeser dan mengalir,
mengacu pada gerakan sosial (atau gerakan sosial umum berbeda dari
gerakan sosial khusus). Pemakaian istilah ini sebenarnya tak tepat. Lebih
tepatnya seperti kecenderungan, tendensi, arus, proses makro menandai
fenomena yang dimaksud. Gerakan sosial yang dimaksud di sini adalah
perwujudan khusus dari agen.
2. Perubahan tersembunyi yang berasal dari atas (misalnya tindakan yang
dilakukan pemerintah, badan administrasi atau manajerial).
34
3. Perubahan yang berasal dari bawah (misalnya tuntutan reformasi politik
melalui mobilisasi massa)
Melukiskan situasi kebersamaan rakyat dan yang mengorganisir diri untuk
menciptakan perubahan yang diinginkan dalam masyarakat mereka.
Spektrimnya terentang mulai dari gerakan spontan dan huru-hara yang meluas,
melalui gerakan sosial, himgga kelompok kepentingan, lobi dan partai politik
yang sangat birokratis yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan32
.
Gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang terorganisir secara longgar,
tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan masyarakat mereka.
Aspek paling umum dan paling ditekankan dalam hubungan antara gerakan
sosial dan perubahan sosial adalah33
:
1. Perubahan sosial selaku tujuan gerakan sosial berarti dua hal yang berbeda.
Tujuan ini bisa positif, memperkenalkan sesuatu yang belum ada
(pemerintah atau rezim politik baru, adat baru, hukum atau pranata baru).
Tujuan ini bisa juga negative : menghentikan, mencegah atau membalikkan
perubahan yang dihasilkan proses yang tak berkaitan dengan gerakan sosial
(misalnya kemerosotan kualitas lingkungan alam, kenaikan angka fertilitas,
peningkatan angka kejahatan) atau dari aktivitas gerakan lain yang bersaing
(misalnya UU anti aborsi yang diajukan di bawah tekanan dari gerakan
prohidup dan penentangan keras oleh gerakan propilihan bebas).
2. Gerakan sosial mempunyai berbagai status penyebab berkenaan dengan
perubahan. Di satu pihak, gerakan ini dapat dianggap sebagai penyebab
32
Ibid. Hlm 323-324 33
Hidayat, Rizal A. Jurnal : Forum Ilmiah Indonusa. Gerakan Sosial Sebagai Agen Perubahan
Sosial. Vol.4 No 1. Januari 2007. Hlm 17
35
utama perubahan dalam arti sebagai kondisi yang diperlukan dan cukup
untuk menimbulkan perubahan. Di lain pihak, gerakan sosial hanya dapat
dilihat sebagai dampak, efiphenomena atau gejala yang menyertai proses
yang dikembangkan oleh daya dorongnya sendiri atau oleh.
3. Biasanya perubahan sosial disebabkan oleh gerakan sosial yang dilakukan
dalam masyarakat yang lebih luas yang berada di luar gerakan itu sendiri.
Kelihatannya gerakan sosial itu seakan-akan adalah tindakan terhadap
masyarakat dari luarnya, tetapi jangan lupa bahwa setiap gerakan sosial
merupa kan bagian masyarakat itu juga mengalami perubahan termasuk
segmen anggotanya dan merembesi bidang fungsinya tertentu. Karena itu
dalam keanggotannya, gerakan itu terjadi di dalam masyarakat itu sendiri,
bertindak terhadap masyarakat dari dalam. Inilah kasus masyarakat
mengubah Masyarakat.momentumnya sendiri.
Abdulsyani menjelaskan di dalam bukunya tentang perubahan-perubahan
Sosial yang terjadi pada masyarakat dibedakan menjadi beberapa bentuk
yaitu34
1) perubahan evolusi dan revolusi, 2) perubahan direncanakan atau
tidak direncanakan:
1. Perubahan evolusi dan perubahan revolusi
yang dimaksud dengan perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang cukup lama
dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyrakat yang bersangkutan.
34
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Sitematika, Teori dan Terapan. Jakarta : Pt. Bumi Aksara. Hlm
167-171
36
Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti perkembangan masyarakat
yaitu sejalan dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Berbedah dengan revolusi, diaman perubahan langsung secara cepat, dan
tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis
perubahan sosial revolusi dapat di artikan sebagai perubahan-perubahan sosial
yang mengenai unsur-unsur kehidupan atau lemabaga-lembaga
kemasyarakatanyang berlangsung secara cepat. Perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin tidak sama
sekali. Perubahan-perubahan revolusi sering kali diawali oleh ketegangan-
ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Ketegangan-ketegangan sering itu sulit dihindari, bahkan banyak yang tidak
bisa di kendalikan, sehingga menjelma menjadi tindakan revolusi.
2. Perubahan yang di rencanakan dan tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan terhadap
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang
matang oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan. Suatu perubahan yang
direncanakan, selalu berada dibawah pengendalian atau cara pengawasan dari
agent of changge tersebut. Pelaksanaan rencana perubahan tidak hanya
terbatas pada lembaga-lembaga kemasyarakatan tertentusaja, melainkan bisa
juga diarahkan pada perubahan-perubahan bagi lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang lain dan dalam tubuh masyarakat.
Sementara itu perubahan sosial yang tidak direncanakan, merupakan
perubahan-perubahan yang berlangsung di luar kehendak dan pengawasan
37
masyarakat. Perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki ini biasanya lebih
banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan hidup
kehidupan masyarakatyang bersangkutan. Dalam kondisi ini demikian anggota
masyarakat pada umumnya lebih sulit diarahkan untuk melakukan perubahan-
perubahan, lantaran kekecewaan mereka mendalam. Mungkin karena
pengalaman buruk mereka terhadap akibat-akibat perubahan yang terjadi
sebelumnya atau yang tidak membuahkan kesejateraan dan kepuasan, atau
mungkin karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan yang sangat
kuatterhadap kesucian dan keampuhan lembaga-lembaga sosial tau tradisi-
tradisi sosial.
2.2.3. Komponen Utama Dalam Gerakan Sosial
Gerakan sosial merupakan aktivitas berupa tindakakan kelompok-kelompok
sosial dalam menyampaikan sebuah pikiran dari masyarakat dengan mengiginkan
keadilan dan kesejateraan. gerakan sosial berkaitan erat dengan teori umum
sosiologi. Dalam pembahasan tentang gerakan sosial, banyak sekali para
pakar teoritis sosial memberikan pengertian mengenai gerakan sosial (social
movement) karena beragamnya ruang lingkup yang dimilikinya. Definisi
gerakan sosial yang digagas oleh rosenthal, Fingrut, dkk bahwa setiap gerakan
sosial itu memiliki hubungan yang khusus dengan organisasi gerakan sosial lain
yang memiliki misi yang sama maupun serupa.
Maxine Molyneux menyebut bahwa gerakan sosial tersebut untuk meraih
tujuan bersama, gerakan sosial cenderung memerlukan dekungan jaringan yang
38
sama35
. Dua gagasan yang di definisikan oleh dua toko tersebut pada dasarnya
memiliki arti yang sama dimana gerakan sosial dapat di tafsirkan. Mengenai
konsep gerakan sosial dari dua toko yang mendifinisikan gerakan sosial adalah
sebuah gerakan yang dilakukan secara bersama-sama demi mencapai tujuan
yang sama-sama di inginkan oleh kelompok atau dengan kata lain gerakan
sosial adalah tindakan kolektif untuk mencapai keinginan yang menjadi cita-
cita bersama. Tidak semua semua bentuk perlawanan politik yang bertahan di
berbagai belahan dunia disa disebut gerakan sosial, menurut Tarrow konsep
gerakan sosial harus memiliki empat properti dasar yaitu36
:
1. Tantangan Kolektif
Tantangan kolektif sering kali ditandai oleh tindakan menganggu,
menghalangi atau membuat ketidak pastian terhadap pihak-pihak lain. Dalam
sistem representatif, tantangan kolektif disimbulkan lewat slogan, corak
pakaian dan musik, atau penanaman baru objek-objek yang familiar dengan
simbol yang berbeda atau baru. Bahkan negara-negara demokrasi lliberal,
orang-orang yang mengidentifikasikan diri dari suatu gerakan mulai
mempertontonkan kata-kata, corak pakaian, dan perilaku pribadi yang
mencirikan tujuan kolektif mereka.
Tantangan kolektif merupakan karakteristik paling umum dari gerakan
sosial. Ini di sebabkan oleh kenyataan bahwa gerakan sosial biasanya kurang
memiliki sumber daya yang stabil (dana, organisasi, akses terhadap negara).
Dalam menghampiri konstituen baru dan menegaskan klaim-klaim mereka,
35
Wahyudi. 2005. Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. UMM Press. Hlm 8 36
Suharko. Jurnal : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Gerakan Sosial Baru Di indonesia, Repertoar
Gerakan Petani.. Volume 10, nomor 1, 1 Juli 2006. Hlm 5-7
39
penentangan (contention) mungkin hanya satu-satunya sumberdaya gerakan
yang bisa dikuasai. Karena itu, gerakan mempergunakan tantangan kolektif
untuk menjadi titik fokus (focal point) bagi para pendukung, memperoleh
perhatian dari kubu yang di lawan dan pihak ketiga, dan menciptakan
konstituen untuk diwakili.
2. Tujuan Bersama
Ada banyak alasan bisa di kemukakan tentang mengapa orang bergabung
dalam suatu gerakan sosial, dari sekedar keinginan nakal, mencemooh otoritas,
hingga insting gerombolan yang tidak jelas tujuannya. Namun jika, ada alasan
yang paling jelas mengapa orang terkaiat bersama dalam gerakan adalah untuk
menyusun klaim bersama menentang pihak lawan, pemegang otoritas atau para
elite. Tidak semua konflik semacam itu muncul dari kepentingan kelas, tetapi
nilai dan kepentingan bersama dan tumpang tindih merupakan basis dari
tindakan-tindakan bersama.
3. Solidaritas dan Identitas Kolektif
Suatu yang mengerakan secara bersama-sama (commond de monitor) dari
gerakan sosial adalah pertimbangan partisipan tentang kepentingan bersama
yang mengantarai perubahan dari sekedar potensi gerakan menjadi aksi nyata.
Dengan cara mengarakan konsensus, perancang gerakan memainkan peran
penting dalam merangsang munculnya konsensus semacam itu. Namun, para
pemimpin hanya dapat menciptakan suatu gerakan sosial ketika mereka
menggali lebih dalam perasaan-persaan solidaritas identitas, yang biyasanya
bersumber nasionalisme, etnititas, atau keyakinan agama.
40
4. Memelihara Politik Berlawanan
Hanya dengan cara memelihara aksi kolektif melawan pihak musuh,
identitas bersama, dan tantangan yang dapat di identifikasi membantu gerakan
untuk memelihara politik perlawanan ini. Sebaliknya, jika mereka tidak
mampu memelihara tantangan bersama, maka gerakan akan menguap menjadi
semacam kebencian atau kemarahan individual, atau berubah menjadi sekte
religius, atau mungkin menarik diri ke dalam isolasi. Karena itu, memelihara
aksi kolektif dalam interaksi dengan pihak lawan yang kuat menandai titik
pergeseran (contention) dimana suatu penentang berubah menjadi suatu
gerakan sosial.
Menurut Locher menyatakan bahwa perbedaan gerakan sosial dari bentuk
perilaku kolektif yang lain seperti : crowd (kerumunan), riot (kerusuhan), dan
rabel (penolakan, pembangkangan), dapat dilihat dari tiga aspek yakni 1)
Aspek pengorganisasian (Organized), 2) Aspek Pertimbangan (Deleberate), 3)
Aspek Daya Tahan (Enduring)37
:
1. Aspek pengorganisasian (Organized)
Gerakan sosial adalah suatu aktivitas yang terorganisir, sementara suatu
perilaku kolektif (collective behavior) pada umumnya muncul muncul atau
terjadi tidak terorganisir. Misalnya para partisipan suatu kerusuhan mungkin
saja diantara mereka kerjasama untuk jangka waktu yang singkat dalam waktu
yang tertentu, namun keterlibatan partisipan dalam peristiwa kerusuhan
tersebut bebas, sementara, dan bukan merupakan kejadian yang secara hati-hati
37
Sukmana, Oman. 2016. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang : Instrans Publising. Hlm 1-3
41
terorganisir. Tipikal partisipan dan pemimpin dari suatu perilaku kolektif
datang dan pergi dengan cepat. Dalam suatu perilaku kolektif, tidak ada tugas-
tugas khusus untuk yang dilakukan oleh partisipan, sementara dalam gerakan
soaial para partisipan sering kali diberikan tugas-tugas khusus yang di
tampilkan, dimana mereka juga secara hati-hati merancang suatu taktik dan
strategi aksi. Delam gerakan sosial, para pemimpin seringkali menciptakan dan
merancang pekerjaan tugas-tugas khusus bagi para partisipangerakan.
2. Aspek Pertimbangan (Deleberate)
Suatu gerakan sosial juga terjadi karena adanya pertimbangan. Sebagian
peristiwa besar perilaku kolektif terjadi adanya perencanaan apapun dari
mereka menyangkut waktunya. Secara intensif sengaja dimunculkan dan para
partisipan secara hati-hati memutuskan apakah ikut atau tidak ikut terlibat
dalam suatu gerakan. Keterlibatan para partispan seringkali di dorong oleh
jani-janji dan dorongan keanggotaan, gerakan sosial,mencari publisitas dan
berupaya untuk menarik sebanyak mungkin orang-orang untuk mendukung
pergerakan. Pertimbangan perencanaan ini tidak terjadi kepada sebagian besar
bentuk dari perilaku kolektif.
3. Aspek Daya Tahan (Enduring)
pada umumnya bertahan dalam waktu yang cukup lama (long-lasting) atau
memiliki daya tahan. Sementara, suatu perilaku kolektif terjadi dalam waktu
yang sangat singkat. Misalnya suatu kerusakan mungkin hanya terjadi beberapa
menit, atau jam atau beberapa hari saja. Sementara aksi gerakan sosial eksis
untuk beberapa tahun atau bahkan dekade.
42
Tabel 2.3 perbedaan sosial movement dan bentuk colective behavior38
.
Aspek Bentuk Perilaku Kolektif (Collective Behavior)
Grakan Sosial Bentuk lainnya (Crowd,
Riot, Rabel, fads)
Aspek
pengorganisasian
(Organized)
Diorganisasikan dengan
baik, terdapat bagian tugas,
strategi dirancang dengan
hati-hati, ada pemimpin yang
jelas.
Sebagian besar tidak di
organisir dengan baik,
kerjasama antar partisipan
hanya sesaat, pemimpin
tidak jelas.
Aspek
Pertimbangan
(Deleberate)
Atas dasar pertimbangan,
keterlibatan partisipan atas
pertimbangan dan kesadaran,
adanya dorongan
keanggotaan melakukan
publisitas dan berusaha
mencari dukungan dari
banyak orang.
Terjadi tanpa adanya
perencanaan terlebih dahulu,
tidak ada pertimbangan dan
kesadaran penuh dari
partisipasi atas terlibatnya.
Aspek Daya
Tahan
(Enduring)
Waktu relatif lama Waktunya sangat singkat
Sumber: Locher (2002: 233-234), dalam buku Oman Sukman
Locher berpendapat bahwa ketika sekelompok orang mengatur
(mengorganisasi) diri dalam upaya untuk mendorong atau menolak beberapa
jenis perubahan sosial, maka mereka sedang menciptakan gerakan sosial.
Orang-orang sedikit atau banyak kekuatan politik yang dimilikinya, kemudian
merak bergabung secara bersama-sama untuk mendapatkan atau
memperjuangkan beberapa hal, yakni suatu perubahan sosial, maka mereka
sedang melakukan gerakan sosial. Menurut Locher, sebagian teoritisi perilaku
kolektif (collective behaviour) di memandang gerakan sosial (sosial movement)
sebagai sutu tipe dari perilaku kolektif (collective behaviour), tetapi banyak
dari teoritisi gerakan sosial (sosial movement) memandang bahwa gerakan
38
. Ibid. Hlm 3
43
sosial (sosial movement) merupakan fenomena yang terpisah dari perilaku
kolektif (collective behaviour)39
.
Konsep dari Greene, menyatakanbahwa gerakan sosial (sosial movement)
adalah bentuk perilaku kolektif yang bertahan cukup lama, terstruktur, dan
rasional. Beberapa karakteristik dari gerakan sosial yaitu40
:
1. Jumlah orang,
2. Tujuan umum untuk mendukung atau mencegah suatu perubahan sosial,
3. Adanya struktur dengan kepemimpinan yang diakui umum dan adanya
suatu aktivitas yang dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.
Gerakan relatif permanen dan terorganisir di bandingkan dari tipe
perilaku kolektif yang lainnya.
Konsep Gerakan sosial menurut Stolly dengan mengutip pendapat dari
Tarrow, bahwa gerakan sosial adalah upaya mencapai tujuan tertentu melalui
tindakan atau menantang status quo, wewenang dan budaya yang sudah mapan.
Orang-otang yang melakukan suatu gerakan membangun perasaan identitas
kolektif, yakni membagi perasaan bersama tentang penyebab dan membantu
usaha-usaha mereka dengan mempertahankan suatu gerakan. Beberapa gerakan
yang singkat dan kemudian berhenti, bisa gagal atau berhasil mencapai
tujuannya. Beberapa gerakan yang lainnya, berjalan melalui waktu yang lama
dan memiliki pendukung yang memberikan dukungan sepanjang kehiduupan41
.
Konsep merut Sujatmiko tentang gerakan sosial ia menyatakan bahwa
gerakan sosial di artikan sebagai bentuk kolektif dengan orientasi konfliktual
39
Ibid. Hlm 4 40
Ibid. Hlm 5 41
Ibid
44
yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks
jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktoryang diikat oleh
solidaritas dan identitas kolektif yang diikat oleh solidaritas dan identitas
kolektif yang kuat kuat melebihi ikatan koalisi dan kampanye bersama42
.
Menurut Nick Crossley43
membagi analisis studi gerakakan sosial
berdasarkan dimensi waktu wilayah dan setting. Dalam dimensi waktu, tradisi
studigerakan sosial dapat dikelompokan ke dalaml dua dimensi yakni sebelum
tahun 1970-an dan setelah nya. Sementara dalam seting wilayah, studi gerakan
sosial dapat dilihat dalam konteks setting Eropa dan amerika serikat. Crossley
mengambarkan peta teoritik studi gerakan sosial tersebut dalam sebua tabel.
Tabel 2.4 teoritik studi gerakan sosial
Tahun Amerika Serikaat Eropa
Sebelum Era 1970 Perilaku Kolektif
(Collective Behavior)
Marxisme (Marxism)
Setelah Era 1970 Mobilisasi sumber daya/
Proses politik (Resource
Mobiliization)
Gerakan Sosial Baru
(New Sosial
Movement)
Sumber: Crossley. 2002 : 10 dalam Buku Oman Sukman
Mengacu pada pandangan Crossley dalam tabel tersebut, Amerika serikat
sebelum era tahun 1970an, tradisi analisis studi gerakan sosial diwarnai oleh
pemikiran prespektif perilaku kolektif. Sementara di era setelah tahun 1970an,
tradisi studi banyak diwarnai dengan analisis Mobilisasi sumber daya atau Proses
politik. Pberbeda dengan perkembangan di Amerika, di eropa sebelum era 1970an
analisis studi gerakan sosial diwarnai oleh pemikiran prespektif Marxism, dan
42
Ibid. Hlm 6 43
Ibid. Hlm 11
45
sesdah tahun 1970an analisis studi gerakan sosial banyak diwarnai oleh tardisi
Gerakan Sosial Baru (New Sosial Movement).
2.2.4. Tipologi Gerakan Sosial
Banyak sekali bentuk-bentuk gerakan sosial di Negara ini. Seperti halnya
gerakan buruh, gerakan petani gerakan mahasiswa, dan jika gerakan tersebut
dianalisis secara terperinci maka sangat banyak macam-macam gerakan sosial
yang tumbuh di dalam masyarakat.
Menurut David Arberle, Cameron, dan Blumer para psikologi mengelompokan
gerakan sosial ke dalam beberapa tipe. Pengelompokan tipe gerakan sosial ini
didasarkan atas beberapa aspek, yakni berdasarkan aspek tujuan gerakan dan
metode yang diguanakan dalam mencapai tujuan. Blumer mengelompokan
gerakan sosial ke dalam dua tipe 1) Gerakan sosial umum (General Sosial
Movement) yaitu gerakan dalam perubahan nilai-niai di masyarakat dan 2)
Gerakan Sosial Khusus (Spesifikasi Social Movement) yaitu gerakan yang
memiliki status yang lebih jelas44
.
Berdasarkan dimensi sasaran perubahan dan dimensi jumlah besarnya (tingkat)
perubahan maka gerakan sosial dapat dikelompokan kedalam empat tipe yakni :
1)Gerakan Sosial Alternatif, 2)Gerakan sosial Pembebasan, 3)Gerakan Sosial
Reformasi, 4) Gerakan Sosial Revolusi45
.
44
Ibid. Hlm 15-16 45
Ibid
46
Tabel 2.5 Tipe-tipe Gerakan Sosial
Tingkat Perubahan
Terbatas
(Limited)
Menyeluruh
(Menyeluruh)
Sasaran
Perubahan
Khusus
Individu
Gerakan Sosial
Alternatif
Gerakan sosial
Pembebasan
Semua Orang Gerakan Sosial
Reformasi
Gerakan Sosial
Revolusi
Sumber: Macionis (1999:617) dalam Buku Oman Sukman
Dalam penjelasan ke empat tipe sosial movement adalah sebagai berikut46
:
1. Gerakan Sosial Alternatif yaitu gerakan sosial tingkat ancamannya
terhadap status quo sangat kecil karena sasaran dari gerakan sosial ini
adalah suatu perubahan yang terbatas terhadap hanya sebagian dari
populasi.
2. Gerakan Sosial Pembebasan yaitu tipe gerakan sosial yang memiliki
fokus selektif, tetapi ditujukan terhadap perubahan yang radikal (lebih
mengakar) pada individu.
3. Gerakan Sosial Reformasi yaitu tipe gerakan sosial yang tijutukan hanya
untuk suatu perubahan sosial yang terbatas setiap orang . gerakan ini
umumnya terjadi dalam suatu politik.
4. Gerakan sosial Refolusi merupakan suatu tipe gerakan sosial yang paling
keras di bandingkan dengan tipe gerakan sosial yang lainnya, berjuang
untuk transformasi dasar dari seluruh masyarakat.
2.2.5. Konsep Gerakan Perlawanan
Gerakan perlawanan merupakan tindakan kesadaran setiap individu sehingga
munculnya sebuah aksi kolektif dan menentang maupun memperlawan pada
46
Ibid
47
kekuasaan maupun perubahan pada dalam masyarakat. Perlawanan dikelompokan
beberapa tipe-tipe yang meliputi47
:
1. Perlawanan terbuka adalah tingkah laku yang terlihat dan mudah dikenali
baik oleh target dan penagamat sebagai perlawanan. Kategori ini meliputi
tindakan-tindakan kolektif termasuk seperti gerakan sosial dan revolusi,
maupun tindakan indvidu yang melakukan penolakan.
2. Perlawanan tertutup mengacu pada tindakan yang disengaja akan tetapi
tidak diketahui oleh target, meskipun mereka diakui sebagai perlawanan
oleh orang lain.
3. Perlawanan tidak disadari tipe ini tidak dmaksudkan sebagai perlawanan
oleh aktor dan belum dirasakan sebagai ancaman oleh target. Tipe ini
merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja dan tidak memiliki target
khusus tertentu.
4. Perlawanan targettetap yakni perlawanan yang hanya satu orang yang
mengakui suatu tingkah laku sebagai perlawanan.
5. Perlawanan eksternal yakni tindakan tindakan perlawanan yang tidak
dimaksud atau di akui sebagai perlawanan oleh aktor (pelaku) atau target
mereka, tetapi diberi label perlawanan pihak ke tiga.
6. Perlawanan terjawab yakni bentuk tindakan–tindakan perlawan yang diakui
target sebagai perlawanan meskipun oleh pihak ketiga tidak diakui sebagai
perlawanan.
47
Ibid. Hlm 31-32
48
7. Perlawanan berusaha yakni mengacu kepada tindakan-tindakakn aktor yang
ditunjuk untuk memperlawan namun tidak diakui sebagai tindakan
perlawanan baik oleh target maupun pengamat
2.2.6. Jenis Gerakan Sosial
Berbagai tokoh sosial yang menjelaskan maupun mendifinisikan tentang
gerakan sosial sampai menyuluruh ke akar, pada dasarnya gerakan sosial
merupakan perilaku kelompok yang berujung sampai tindakan kolektif dari
kelompok. Terdapat jenis-jenis Gerakan sosial dalam buku Setiadi dan Elly M
yaitu48
:
1. Gerakan protes, merupakan gerakan yang bertujuan untuk mengubah atau
menentang sejumlah kondisi sosial yang ada. Gerakan sosial protes
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : gerakan reformasi dan gerakan
revolusioner. Sebagian besar gerakan protes karena tujuannya hanyalah
untuk mencapai reformasi sebatas tertentu tidak untuk merombak ulang
keseluruhan.
2. Gerakan Agresif, gerakan sosial ini dapat disebut dengan gerakan resistensi
gerakan tersebut dapat difinisikan sebagai gerakan yang bertujuan
membalikan sebuah perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan
protes. Bentuk gerakan regresif paling ekstrem adalah Ku Klux Klan dan
berbagai kelompok neo-nazi, yang percaya pada supermasi kulit putih dan
mendukung dipulihkannya segregasi rasial yang lebih kuat.
48
Op. Cit. Setiadi, Elly M,. Hlm 217-220
49
3. Gerakan gerakan religius, gerakan yang terkait dengan religius dirumuskan
sebagai gerakan sosial yang terkait dengan isu-isu spiritual atau hal-hal yang
gaib (supernatural), yang menentang atau mengusulkan alternatif aspek
terhadap agama tau tatanan kultural dominan. Kategori luas ini memncakup
banyak sekte, bahkan mencakup sejumlah gereja yang relatif terlembaga,
yang juga menentang bebrapa elemen dari agama atau kultur yang dominan.
4. Gerakan Komunal / Gerakan Utopia, gerakan tersebut merupakan gerakan
sosial yang berusaha melakukan perubahan lewat contoh-contoh, dengan
membangun sebuah masyarakat model dikalangan sebuah kelompok kecil.
Gerakan ini tidak menentang masyarakat konvensional secara langsung,
namun lebih berusaha membangun alternatif-alternatif terhadapnya.
Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti
pembangunan rumah kolektif, yang secara populer dikenal sebagai komune
(communes), diamana orang tinggal bersama, berbagai sumber daya dan
kerja yang merata, dan mendasarkan hidupnya pada prinsip kesamaan
(equality).
5. Gerakan perpindahan sosial, gerakan tersebut yaitu dimana kelompok yang
kecewa dengan kebijakan-kebijakan dan permasalahan serta adanya konflik,
kekecewaan tersebut memunculkan tidakan kolektif untuk melakukan
perpindahan tempat ke suatu tempat lain sebagai bentuk perlawanan.
6. Gerakan ekspresif, gerakan yang melalui perubahan sikap, Melalui gerakan
ekspresif, orang merubah realitas itu sendiri . gerakan ekspresif dapat
50
membantu orang untuk menerima kenyataan yang biasa muncul di kalangan
orang yang tertindas.
7. Gerakan Personal / Kultus Personal, Biasanya terjadi dalam kombinasi
dengan jenis-jenis gerakan lainnya. Gerakan sosial jenis ini berpusat pada
satu orang, biasanya adalah individu yang karismatik, dan diperlakukan oleh
anggota gerakan seperti dewa.
2.2.7. Ragam Teori Gerakan Sosial
Gerakan sosial yang muncul di berbagai negara menjadi perhatian bagi
sejumlah ahli sosiologi. Untuk memahami gerakan sosial yang muncul dan
berkembang di berbagai negara, temasuk di negara Indonesia, kiranya tidaklah
keliru bila terlebih dahulu memahami teori gerakan sosial itu sendiri, sebab
dengan memahami teori gerakan sosial tersebut akan memudahkan kita
memahami fenomena gerakan sosial yang muncul. Di dalam gerakan sosial
terdapat empat teori gerakan sosial, seperti teori perilaku kolektif
(collectivebehavior theory), teori mobilisasi sumberdaya (resource mobilization
theory), teori gerakan sosial baru (new social movement theory) dan teori proses
politik (political process theory). Empat teori gerakan sosial ini adalah sebagai
berikut :
1. Teori Perilaku Kolektif (Collective Behavior Theory)
Pada tahun 1895 Gustavo Le Bon merupakan perintis utama teori perilaku
kolektif dengan menerbitkan sebuah buku berjudul the crowd: A study of the
popular mind, buku tersebut secara sunggus-sungguh dengan bertujuan
eksplanasi teoritis tentang terjadinya kekerasan masa yang terjadi di Perancis.
51
Le Bon kemudian melahirkan apa yang disebut dengan Contagion theory.
Premis dasar Contagion theory adalah bahwa suatu peristiwa kekerasan massa ,
kerusuhan, hukuman gantung tanpah pengadilan, dan sebagainya didorong
adanya insting binatang. LeBon menyakini bahwa desakan animalistik ini
mempercepat terhadap “kejengkelan massa”49
.
Pada tahun 1921 Robert Park dan Ernest Burges memunculkan Contagion
theory dalam introduction to sience of sosiologi, dimana terminologi tentang
perilaku kolektif pertama kali digunakan dengan memasukan tentang sosial
unrest (keresahan sosial), crowds (kerumunan), public (publik), sects (sekte),
sosial contagion (penularan sosial), propaganda (propaganda), dan fasion
(mode), sebagai perilaku kolektif50
.
Herbert mead merupakan toko sosiolog yang belajar dari Robert Park,
memudahkakn ide Le Bon dan Park ke dalam versinya sendiri tentang
Contagion theory pada tahun 1939. Kunci dari pandangan Blumer adalah aksi
kerumuanan kelompok beruba menjadi menuju satu tujuan. Blumer
mengidentifikasi lima tahap yang mengubah suatu kumpulan individu menjadi
kerumunan (crowd) yang aktif, yakni tahap : kekerasan sosial (sosial unrest),
luapan peristiwa (exiting event), berdesakan (milling), perhatian pada objek
yang sama (common object of attention), dan dorongan bersama (common
implus)51
.
Namun menurut Ralph H Turner dan Lewis M. Klian menegaskan para ahli
perilaku kolektif hanya terjadi meskipun tidak harus selalu organisasi negara
49
Op. Cit. Sukmana, Oman. Hlm. 36 50
Ibid. Hlm 37 51
ibid
52
dan masyarakat berhenti memberikan arahan dan memberikan saluran kepada
masyarakat. Adapun beberapa pendorong perilaku kolektif menurut Ralph H
Turner dan Lewis M. klian yakni perilaku kolektif akakn tumbuh subur dengan
adanya yang pertama, adanya ketersingungan sosial, yang disebabkan oleh
tidak keterseidianya akses individu-individu terhadap saluran-saluran normal di
lembaga-lembaga negara dan masyarakat hal ini kemudian menyebabkan
frustasi dan tidak kepuasan dan rasa tidak aman. Kondisi ini membuat individu
–individu mencari saluran untuk menyalrkan krfrustasinya di dalam kerumunan
massa yang beringas dan bentuk-bentuk perilaku kolektif lainnya52
.
Salah satu toko gerakan sosial lainnya adalah Neil J. Smelser menurutnya
Menurut Smelser memasuki episode perilaku kolektif karena ada sesuatu yang
salah dalam lingkungan sosialnya. Kebanyakan formulasi ketegangan
struktural itu tidak sistematik. Semakin berbagai ketegangan muncul53
. Konsep
kuncinya adalah ketegangan struktural yang menyebabkanmunculnya perilaku
kolektif. ketegangan ini muncul bukan karena dari frustasi atau mengalami
ketidak adilan melainkan adanya gangguan darisistem sosial yang
mencerminkan keadaan kerusakan pada bagian sistem sosial. Dari uraian diatas
merupakan konsep-konsep terori yang digagas oleh toko-toko gerakan sosail.
2. Teori Gerakan Sosial Baru (new sosial movement)
Wacana tentang Gerakan Sosial Baru (GSB) bermula di Negara-Negara
Maju sebagai bagaian dari konteks perkembangan peradabannya. Iatlah
Gerakan Sosial Baru digunakan secara luas merujuk pada fenomena gerakan
52
Sitomorang, Abdul Wahib. 2013. Gerakan Sosial : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Hlm 8 53
Op. Cit. Wahyudi. 2005. Hlm 14
53
yang muncul sekitar tahun 1960-an sampai tahun 1970-an di Negara maju
seperti di Amerika Serikat dan Eropa Barat yang pada waktu itu telah
memasuki era ekonomi pasca – industrial.
Teori gerakan baru menekankan pada peranan agen atau aktor perubahan
bukan lagi kaum buruh atau petani, melainkan sangat beragam terkait dengan
isu-isu kehidupan seperti feminis, aktivis perdamaian, Aktivisi HAM (hak asasi
manusia) dan masih banyak isu-isu di negara-negara lain. Para pelopor teori
gerakan sosial baru yang di motori pemikir yang tergabung di frankfurt school
melihat bahwa munculnya gerakan sosial baru dengan aktor yang berbeda, juga
isu-isu yang diusung relatif berbedah dengan gerakan petani atau buruh.
Menurut Pichardo54
, paradigma gerakan sosial baru secara fundamental
memiliki karakteristik khusus, 1) tujuan dan ideologi, meninggalkan orientasi
ideologis yang melekat pada gerakan sosial lama. Gerakan sosial baru, menepis
asumsi Marxian semua perjuangan dan pengelompokan didasari pada konsep
kelas. Gerakan yang bertujuan untuk menumbangkan posisi negara kemudai
digantikakn oleh kaum ploretar. Namun dalam gerakan sosial baru, mereka
memposisikan sebagai partner pemerintah ata negara untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik.
2) taktik dan pengorganisasian gerakan sosial baru umumnya tidak lagi
mengikuti pengorganisasian seperti serikat buruh , atau model politik
kepartaian lebih memilih saluran diluar politik normal dan menerapkan taktik
54
Op. Cit. Oman Sukmana. Hlm.119
54
yang menunngu dari opini publik serta cenderung mengunakan demostrasi
yang amat dramatis.
3) struktur, sikap anti-institusi dari gerakan baru juga meluas kepada cara
mereka mengatur. Gerakan sosial baru berupaya untuk mereplika dalam
struktur mereka sendiri jenis pemerintahan yang mereka inginkan dan 4)
partisipan gerakan., ada dua pandangan baru tentang siapa dan mengapa
partisipan bergabung, yang pertama basai dukungan kelas baru yakni sebuah
strata sosial pekerjaan baru yang muncul disektor ekonomi non-produktif.
Yang kedua pandangan tentang partisipan dalam gerakan sosial baru tidak
didifinisikakn oleh batas kelas tetapi ditandai oleh isu-isu sosial.
Menurut alberto Meluci55
berpendapat bahwa dunia Pasca Industrialis
membawah bentuk control sosial, tekanan peneyesuaian, dan informasi yang
direspon oleh gerakan sosial baru. Gerakakn dipicuh oleh situasi baru konflik
sendiri meliputi kode-kode simbolik, tuntutan identitas, dan tuntutan personal
atau ekspresif. Menurut Alain Touraine56
dalam formulasi, troune membatasi
gerakan sosial baru antara dua logika yang pertama, sebagai sistem yang
berupaya meningkatkan produksi, uang, kekuasaan, dan informasi dan kedua
sebagai subjuk untuk mempertahankan dan memperluas individu sendiri.
3. Teori Sumber daya (Resource mobilization theory)
Teori mobilisasia sumber daya merupakan proses dimana suatu organisasi
menjamin kontrol terhadap sumber daya. Kategori-kategori sumber daya yang
mempengaruhi secara penting karakter dan keberhasilan sosial, yaitu : a)
55
Ibid. Hlm 136 56
Ibid. Hlm 138
55
sumber daya instrumental yang diguanakan untuk mempengaruhi dan
motivasi partisipan, b) Infra-resource merujuk sumber daya yang kondisi dan
pengaruh pengunaan sumber daya instrumemntal, c) Power resource yaitu
sumber daya yang menyediakan alat untuk mengontrol target, d) mobilizing
resources merujuk sumber daya yang memfasilitasi mobilisasi sumber daya
kekuasaan57
.
Teori sumber daya dikaitkan dengan aksi-aksi kolektif, sejumlah akademisi
gerakan sosial seperti, McAdam, McCarthy dan Zald mendifinisikan struktur
mobilisasi sebagai sebuah sarana kolektif baik dalam lembaga formal dan juga
informal. Melalui sarana tersebut, masyarakatmemobilisasi semberdaya yang
tersediah dan berbaur dalam aksi bersama. Konsep ini berkonsentrasi kepada
jaringan informal, organisasi gerakan sosial dan kelompok-kelompok
perlawanan di tingkat meso58
.
Dalam mengenai struktur mobillisasi sumberdaya, McCarty menjelaskan
apa yang dimaksud dengan struktur mobilisasi. McCarty memngungkapkan
bahwa struktur mobilisasi adalah jumlah cara kelompok gerakakn melebur
dalam aksi kolektif termasuk didalam taktik gerakan sosial. Struktur
mobilisasi juga memasukan serangkaian posisi-posisi sosial dalam kehidupan
sehari-hari dalam struktur mobilisasi mikro. Tujuannya untuk mancari lokasi-
lokasi di dalam masyarakat untuk mendapatkan mobilisasi59
. Terkait dengan
teori mobilisasi sumberdaya adanya faktor-faktor determinan dalam suatu
57
Susilo, Rahmad K Dwi. 2016. Gerakan Lingkungan, Pragmatis Lingkungan dan Co-Sumber
Daya Alam. Surakarta : Mandiri Publising. Hlm 72 58
Op. Cit. Sitomorang, Abdul Wahib. Hlm 38 59
Ibid
56
gerakan yaitu 1) Organisasi gerakan sosial, 2) pemimpin atau kepemimpinan,
3) sumberdaya dan mobilisasi sumber daya, 3) jaringan dan partisipan, dan 4)
peluang dan kapasitas masyarakat
4. Teori Kesempatan Politik
Teori kesempatan politik merupakan sebagai bagian utama pendekatan
proses politik, kemudian, menjadi salah satu teori utama yang digunakan
akademisi gerakan sosial untuk menjawab pertanyaan mengapa sebuah aksi
kolektif masyarakat dalam bentuk protes, gerakan sosial dan revolusi terjadi
riset gerakan sosial. Doug McAdam menjelaskan bahwa teori struktur
kesempatan politik dapat dipergunakan sebagai variabel utama berkaitan
dengan prinsip variabeldependent, yaitu momentum aksi kolektif dan hasil dari
aktivitas sebuah gerakan60
. McAdam berpendapat tiga faktor determinan yang
dapat mendorong keberhasilan suatu gerakan yakni61
1) kekuatan organisasi, 2)
pembebasan kognitif dan 3) peluang-peluang politik.
2.2.8. Faktor Terbentuknya Kelompok Nelayan
Kelompok sosial adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini
yang selalu mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain
dalam kelompoknya. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia
untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan
manusia lain disekelilingnya bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam
fisiknya. Untuk memenuhi naluriah manusia ini, maka setiap manusia setiap
melakukan proses keterlibatannya dengan orang lain dan lingkungannya, proses
60
Ibid. Hlm 32 61
Op. Cit. Oman Sukmana. Hlm. 180
57
ini dinamakan adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi manusia lain dan
alam sekitarnya itu, melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan
kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam
himpunan atau satu-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil
yang hidup secara guyub62.
Secara sosiologi kelompok dapat dibedakan yakni63 1) in group dan out grup,
yang menjelaskan bahwa dimana kelompok 2) Kelompok primer dan sekunder,
3) paguyuban dan patembayan, 4) formal dan informal .
Keterkaitan dengan pembentukan kelompok nelayan secara sosiologi dapat
dikaitkan dengan kelompok paguyuban yang merupakan bentuk kehidupan
bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murnih bersifat
alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa batin yang
memang telah dikotdratkan . kehidupan tersebut dikatakan nyata dan organis64.
Menurut Ferdinan Tonnies65 ada tiga tipe paguyuban 1) paguyuban bersifat
ikatan darah, merupakan ikatan yang didasarkan oleh iakatan darah atau
keturunan, 2) karena tempat, paguyuban yang terdiriih dari orang yang berdekatan
tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, dan 3) kerana pikiran dan
jiwa, walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal tempat
tinggal yang berdekatan namun mereka memiliki jiwa dan pikiran yang sama,
ideologi yang sama.
62
Burhan Bungin. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Hal. 48. 63
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press 64
Ibid. Hlm. 116 65
Ibid. Hlm. 118
58
Dasar dalam pembentukan kelompok Sosial yaitu terbentuk melalui sebuah
proses yang diawali dengan adanya pikiran, perasaan, dan kehendak untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya di dalam kelompok sosial tersebut.
Secara umum, beberapa dasar yang melandasi terbentuknya kelompok sosial
adalah adanya kepentingan yang sama dapat mendorong sekelompok orang untuk
membentuk kelompok sosial.
Pertama faktor darah dan keturunan yang sama keturunan yang sama sejak
zaman dahulu merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi
umat manusia. Berdasarkan keturunan yang sama, individu-individu yang tinggal
dalam satu masyarakat yang merasa memiliki latar belakang suku bangsa atau
nenek moyang yang sama kemudian membentuk sebuah kelompok sosial.
Kedua faktor wilayah adanya jarak yang dekat menjadikan individu-individu
dapat saling bertemu melakukan kontak fisik dan mengadakan interaksi sosial
sehingga tercipta sebuah kelompok sosial, dan saling memiliki sikap tolong
menolong dan yang
ketiga faktor idelogi dengan adanya tujuan yang sama maka terbentuklah
paguyuban, namun paguyuban ini biasanya ikatannya tidak sekuat paguyuban
karena keturunan. Dari beberapa faktor tersebut merupakan langkah-langkah
terjadinaya kelompok paguyuban nelayan.
2.2.9. Kehidupan Nelayan
Nelayan merupakan profesi yang mengandalkan sumber daya laut, biyasanya
profesi ini dilakukan masyarakat yang menempati wilayah pesisir pantai. Dalam
pekerjaan nelayan umumnya dikategorikan pekerjaannya sebagai menangkap ikan
59
yang biayasa mengunakan alat sederhana yaitu pancing, bambu, jala dan jaring,
sampai dengan mengunakan sampan (perahu yang tanpah mesin) dengan dibekali
alat tangkap ikan, nelayan tersebut termasuk kategori nelayan tradisional. Namun
dalam perkembangan nelayan yang dapat dikategorikan dalam pekerjaan
menangkap ikan dengan mengunakan alat yang modern seperti kapal atau perahu
yang dibekali dengan mesin beserta dengan alat tangkap ikan, biyasanya juga
dibekali GPS (global positioning system) yang berguna dalam menentukan rute
jalan saat melaut, maupun menandai tempat-tempat penting seperti tempat yang
terdapat banyak ikan.
Orang yang berprofesi sebagai nelayan, dalam pendapatannya setiap harinya
tidak selalu menetap melainkan tergantung dengan kondisi alam setempat.
Masyarakat nelayan cenderung memiliki sifat keras, serta memiliki etos kerja
yang tinggi dan sifat terbuka terhadap perubahan. Dengan penghasilan yang
tergantung sebagian nelayan memiliki kesejateraan yang kurang, menghadapi
kehidupan yang berat, masyarakat nelayan relah terlilit dengan hutang untuk
mencukupi kehidupannya sehari-hari.
Masyrakat nelayan umumnya memiliki etos kerja yang sangat tinggi serta
mempunyai sifat kekerabatab yang sangat erat daiantara para nelayan. Namun
pada umumnya masyarakat nelayan dalam segi penedidikan sangat rendah66
.
Pekerjaan nelayan pekerjaan yang membutukan tenaga (otot) sehingga latar
belakang pendidikan tidak begitu dipermasalahan.
66
Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan strategi Penanganannya. Malang Intrans
Publising. Hlm 63
60
Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, pekerjaan tersebut tidak dilakoni
pada berumur usia lanjut, namun banyak masyarakat yang masih terbilang muda,
yang umumnya mereka adalah anak dari keluarga nelayan sendiri yang
biayasanya masih duduk di bangku sekolah,
Masyrakata pesisir yang melakoni pekerjaan nelayan dalam pendatannya tidak
menentu yang tergantung dengan lingkungan alam, hal tersebut memiliki
kesamaan dengan pekerjaan petani dimana penghasilan petani mengikuti musim
alam. Pasang surut kelangsunganhidup nelayan dipengaruhi musim baratan
(musim paceklik), saat lalut tidak bersahabat maka rizekipun sulit didapat
sehingga kemudian harus hidup serba irot, bahkan bisa jadi hidup dengan serba
kekurangan.
2.2.10. Tipologi Nelayan
Tipologi dapat diartikan sebagai pembagian pada masyarakat dengan
golongan-golongan tertentu. Dalam buku Arif satria mengolongkan nelayan
menjadi empat tingkatan dan diligat dari segi kapasitas teknologi, orientasi pasar
dan karakteristik produksi. Kekempat tingkata nelayan tersebut adalah67
:
1. Peasant-fisher atau nelayan tradisional, yang biasanya lebih berorentasi
pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subtensi). Sebutan muncul ini muncul
karena alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memehuni
kehidupan sehari-hari (khususnya pangan) dan bukan diinvestasikan
kembali untuk pengmebangan skala usaha. Umumnya, mereka masih
67
. Op. Cit. Satria, Arif . Hlm 27-28
61
mengukan alat tangkap duyung dan sampan tidak dibelakali mesin dan
masih mengunakan anggota keluarga sebagai pekerja utama.
2. Berkembangnya motorisasi perikanan menjadikan nelayan berubah dari
Peasant-fisher menjadi post-peasant Fisher yang dicikan mengunakan
teknologi peralatan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor.
Penguasaan sarana perahu motor tersebut semakin membuka peluang bagi
nelayan untuk menangkap ikan diwilayah perairan yang lebih jauh sehingga
nelayan mendapatkan surplus dari tangkapan.
3. Commercial fisher yaitu nelayan yang telah berorentasi pada peningkatan
keuntungan. Skala usahanya sudah membesar yang dicirikan dengan
besarnya jumlah tenaga kerja dan status yang berbeda : dari buruh hingga
manajemen. Teknologi yang digunakan pun sudah lebih modern,
membutukan keahlihan tersendiri baik dalam pengoprasian kapal maupun
alat tangkap.
4. Industial fisher ciri nelayan jenis ini adalah dia organisasi dengan cara-cara
mirip perusahaan agroindustri di Negara-Negara maju, secara relatif lebih
pada modal, memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada perikanan
sederhana. Baik ikan kaleng dan ikan beku yang berorentasi ekspor.
Menrut kusnadi68
dalam pengolongan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang yakni dari 1) penguasaan alat 2) investasi atau modal 3)
teknologi, lebih jelasnya klasifikasi tersebut diuraikan di bawah.
68
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan “Kemiskinan Dan Perebutan Daya Perikanan.
Yogyakarta : LkiS. Hlm 1-2
62
1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap
(perahu, jaring dan perlengkapan lain), struktur masyarakat nelayan terbagi
ke kategori nelayan pemilik (alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan
buru tidak mempunyai alat produksi namun hanya menjual jasa tenaga dan
memperoleh hak-hak yang sangat terbatas.
2. Kedua, Ditinjau dari skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat
nelayan terbagi kedalam kategori nelayan kecil dan nelayan besar.
3. Ketiga, dipandang dari teknologi alat tangkap yang digunakan terbagi dalam
kategori nelayan tradisional dan modern. Peralatan modern lobih canggih di
bandingkan dengan tradisional.
Menurut Mubyarto69
, berdasarkan stratifikasi yang ada pada mesayrakat
nelayan, dapat diketahui berbagai tipologi yaitu 1) juragan, 2) pemilik kapal (ikut
bekerja) 3) Nelayan sedang, 4) nelayan miskin dan 5) nelayan kiting.
1. Nelayan kaya A, yaitu nelayan juragan yang mempunyai kapal sehingga
mempekerjakan nelayan lain tanpa ia sendiri harus bekerja.
2. Nelayan kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih
ikut bekerja sebagai awak kapal.
3. Nelayan sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan
pendapatan pokonya dari pekerja sebagai nelayan, sehingga harus di tambah
dengan bekehidupnya terpenuhi dengan pendapatan pokonya dari pekerja
sebagai nelayan, dan memilikimperahu tanpa mempekerjakan tenaga dari
luar keluarga.
69
Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta : Rajawali Pers. Hlm 51
63
4. Nelayan miskin, yaitu nelayan yang pendapatannya dari perahu tidak
mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga harus di tambah dengan bekerja
lain baik untuk ia sendiri atauuntuk isteri dan anak-anaknya.
5. Nelayan pandega atau tukang kiteng.
2.2.11. Landasan Teori
Teori merupakan salah satu unsur penting dalam menganalisa hasil penelitian,
dapat dikatakan sebuah dasar analisa. Data yang nantinya diperoleh dari hasil
lapangan nantinya akan di jadikan objek analisa teori yang sudah ditentukan.
Teori yang diguanakan harus sesuai dengan permaslahan-permasalahan yang
diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian, teori
bukanlah sesuatu yang mutlak, akan tetapi teori berfungsi sebagai landasan dan
memahami fenomena maupun permasalahan.
Penelitian ini mengunakan teori mobilisasi sumber daya dari toko gerakan
sosial yakni Neil J. Smelser terkati dengan determinan perilaku kolektif yakni70
Kondusifitas struktural, Ketegangan kultural, Kepercayaan umum, Faktor-faktor
pencetus, Mobilisasi pastisipan, dan kontrol sosial.
Bahasan Neil J. Smelser teori perilaku kolektif dalam bentuk gerakan sosial
efek samping dari tranformasi sosial yang berjalan begitu cepat. Bagi Smelser
seperti yang diinterpretasikan ulang oleh Donatella Porta dan Mario Diana,
kemunculan perilaku-perilaku kolektif seperti gerakan sosial dan berbagai bentuk
protes masyarakat memiliki makna ganda dalam periode transformasi yang
berjalan begitu cepat dan dalam skala besar. Pada satu sisi, ini mencerminkan
70
Op. Cit. Sukmana, Oman. Hlm 109
64
tidak mampuan lembaga-lembaga dan mekanisme kontrol sosial memproduksi
kerekatan sosial dan di sisi lain, ini juga merekflesikakn berbagai upaya
masyarakat untuk bereaksi atas krisis sosial melalui berbagai kepentingan kepada
kelompok yang lebih luas dan kemudian menjadi dasar baru terbentuknya
solidaritas sosial71
.
71
Op. Cit. Sitomorang, Abdul Wahib. Hlm 7-8