bab ii kajian pustaka dan landasan...

39
26 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Pada uraian Bab II merupakan sajian tentang penelitian yang dilakukan oleh penelitih sebelumnya, penelitian terdahulu memiliki relevansi dari berbagai komponen dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu disajikan pula studi dari literartur yang memiliki kesamaan dalam penelitian yang diangkat. Dari hal tersebut merupakan untuk mendukung peneliti pada saat melakukan penyajian data dan juga untuk memperkuat analisis temuan dari lapangan. Agar suatu penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara akademik maka pada bab ini pula disertakan teori yang memiliki kesesuaian dengan peneliti yang dilakukan. 2.1. Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang sangat penting. Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu keharusan yang wajib dalam sebuah tulisan akademik terutama pada penelitian. Hal ini dilakukan sebagai bahan perbandingan dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Selain itu di dalam penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui perbedaan maupun temuan baru yang diperoleh dari penelitian selanjutnya. Beberapa penelitian yang sama dengan tema yang diambil sebagai bahan perbandingan maupun kesamaan, yakni pengambilan tema tentang gerakana sosial yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan. Dalam hal ini peneliti menyajikan 3 penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini yakni 1) Firhat Syauqi Aulia dengan judul Penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/PERMEN-KP Tahun 2015 Tentang larangan Pengunaan Alat

Upload: phamkhuong

Post on 27-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pada uraian Bab II merupakan sajian tentang penelitian yang dilakukan oleh

penelitih sebelumnya, penelitian terdahulu memiliki relevansi dari berbagai

komponen dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu disajikan pula studi dari

literartur yang memiliki kesamaan dalam penelitian yang diangkat. Dari hal

tersebut merupakan untuk mendukung peneliti pada saat melakukan penyajian

data dan juga untuk memperkuat analisis temuan dari lapangan. Agar suatu

penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara akademik maka pada bab ini pula

disertakan teori yang memiliki kesesuaian dengan peneliti yang dilakukan.

2.1. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang sangat penting.

Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu keharusan yang wajib dalam sebuah

tulisan akademik terutama pada penelitian. Hal ini dilakukan sebagai bahan

perbandingan dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Selain itu di dalam

penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui perbedaan maupun temuan

baru yang diperoleh dari penelitian selanjutnya.

Beberapa penelitian yang sama dengan tema yang diambil sebagai bahan

perbandingan maupun kesamaan, yakni pengambilan tema tentang gerakana sosial

yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan. Dalam hal ini peneliti menyajikan 3

penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini yakni 1) Firhat

Syauqi Aulia dengan judul Penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

RI Nomor 2/PERMEN-KP Tahun 2015 Tentang larangan Pengunaan Alat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

27

Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di

Kabupaten Lamongan. Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Sunan

kalijaga, yogyakarta, Tahun 2016. 2) Felliks Zonggunau dengan judul Gerakan

Perlawanan Kelompok Masyarakat Penentang Terhadap Penguasaan Tambang

Emas Papua (Perlawanan Kelompok Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Pt.

Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika) Jurusan Sosiologi, Universitas

Muhammadiyah Malang, tahun 2014. 3) Ahmad Izudin dengan judul Gerakan

Sosial Serikat Petani Daerah Yogyakarta Periode 2005-2015, Konsentrasi

Pekerjaan Sosial, Universitas UIN Sunan Kali jaga, tahun 2015.

Agar lebih jelas terkait dengan penelitian terdahulu yang dilakukan dengan

tema yang sama dengan penelitian ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 2.1. Penelitian terdahulu

no Judul peneliti Hasil Peneliti Relevansi

“Penerapan Peraturan

Menteri Kelautan dan

Perikanan RI Nomor

2/PERMEN-KP Tahun

2015 Tentang larangan

Pengunaan Alat

Penangkapan Ikan Pukat

Hela (Trawls) dan Pukat

Tarik (Seine Nets) Di

Kabupaten Lamongan”

penelitian yang dilakukan

oleh : Firhat Syauqi Aulia

Ula, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam

Sunan kalijaga,

yogyakarta, Tahun 2016.

Hasil penelitihan yang

dilakukan di

Kabupaten Lamongan

tersebut di lihat dari

sudut pandang hukum,

dengan mengunakan

metode penelitihan

Yuridis Hukum, yakni

berupa lapangan

pendekatan yuridis

sosiologi. Hasil

penelitian dari

PERMEN-KP Nomer

2 Tahun 2015 dalam

tantangan larangan

pengunaan peralatan

nelayan pukat hela

dan pukat tarik.

Penerapan peraturan

tersebut mengalami

penolakan oleh 80%

Berkaitan dengan

penelitian tersebut,

memiliki kesamaan

yaitu dalam

membahas peraturan

tentang PERMEN-KP

Nomer 2 yang

nantinya akan

diterapkan pada

nelayan Lamongan.

namun tetapi

penelitian tersebut

menganalisis

melalaui prespektif

hukum, berbedah

dengan penelitihan

yang nantinya akan di

lakukan di Lamongan

yang pada wilayah

Kecamatan Paciran

yang terfokus di

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

28

nelayan. Mereka

(nelayan) menganggap

peraturan Menteri

tersebut tidak di

tetapkan secara

partipatif, selain itu

penetapannya belum

ada soslusi dari

pemerintah.

Kelurahan Blimbing,

dengan menganalisis

kelompok nelayan

dengan ilmu

sosiologi, serta

pengunaan teori Neil

J. Smelser teori

perilaku kolektif.

“Gerakan Perlawanan

Kelompok Masyarakat

Penentang Terhadap

Penguasaan Tambang

Emas Papua (Perlawanan

Kelompok Masyarakat

Lokal Terhadap

Keberadaan Pt. Freeport

Indonesia di Kabupaten

Mimika)” penelitihan

yang dilakukan oleh :

Felliks Zonggunau,

Jurusan Sosiologi,

Universitas

Muhammadiyah Malang,

tahun 2014.

Hasil tesis yang

dilakukan tersebut

dengan memakai

pendekatan kualitatif

dengan jenis

deskriptif, serta

pemakaian 3 teori

yaitu Memakai teori

dominasi kekuasaan,

teori perlawanan dan

teori konflik, dalam

penelitihan tersebut

hanya mengambarkan

sebuah kejadian di

Kabupaeten Mimika.

Hasil gambaran dari

penelitihan kualitatif

deskriptif yang

dilakukan :

perlawanan

masyarakat papua dan

mahasiswa dinailai

melanggar Undang-

Undang Dasar 1945

Negara RI oleh

Pemerintah dan

hukum, padahal

tuntutan protes

masyarakat papua

adalah hanya ingin

meminta keadilan dan

kesejateraan serta

menuntut hak-hak

mereka yang

sesunggunya

didapatkan.

Kejanggalan-

Penelitian tersebut

memiliki relevansi

dengan penelitian

yang akan dilakukan,

dari segi kesamaan

adalah membahas

tentang gerakan

sosial. Namun

berbeda masalah dan

wilayah, penelitian

tersebut dilakukan di

wilayah Papua

Kabupaten Mimika,

berbeda dengan

penelitian yang akan

dilakukan yang

berlokasi di

Kelurahan Blimbing

Kecamatan Paciran

kabupaten

Lamongan.

perbedaan lain juga

terlihat dari teori

yang digunakan

sebagai analisa data

penelitian yang di

lakukan di Kabupaten

Mimika memakai 3

teori dalam

menganalisa.

Penelitian yang akan

dilakukan di

Kelurahan Blimbing

hanya mengunakan

Neil J. Smelser teori

perilaku kolektif.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

29

kejanggalan dalam

kebijakan ini

menyebabkan

perlawanan terjadi

berbagai cara dan

dmenetapkan isu

freeport sebagai

politik tuntutan untuk

meminta kepada

Negara RI segera

memerdekakan

masyarakat papua.

“Gerakan Sosial Serikat

Petani Daerah Yogyakarta

Periode 2005-2015

(strategi, pola dan

tantangan)” penelitian

yang dilakukan oleh :

Ahmad Izudin,

Konsentrasi Pekerjaan

Sosial, Universitas UIN

Sunan Kali jaga, tahun

2015.

Penelitian yang

dilakuakan di Daerah

Istimewa Jogjakarta

(DIY) dengan subyek

keolompok petani.

Penelitian tersebut

mengunakan

pendekatan kualitatif

dengan jenis

penelitian yaitu

metode studi kasus,

dalam menganalisis

fenomen penelitian

tersebut mengunakan

acuan teoritis dari

Carles tentang

tindakan kolektif

gerakan sosial. Hasil

lapangan diketahui

bahwa gerakan petani

yang dilakukan oleh

serikat DIY terdiri

dari mobilitas dan

konsolidasi organisasi,

menyalurkan hak-hak

petani, mengubah

seteru menjadi sekutu,

gerakan sistem

terpadu, gerakan

organik dari akar

rumput, dan

menciptakan sekolah

alternatif.

Penelitian tersebut

memiliki persamaan

yaitu membahas

tentang Serikat Petani

yang melakukan aksi

gerakan sosial dalam

bentuk perlawanan,

persemaan juga

terlihat pada jenis

penelitian yaitu

mengunakan

kualitatif dengan

jenis studi kasus

deskriptif. Namun

dalam perbedaan

pada penelitian

tersebut dengan

penelitian yang

dilakukan di

Lamongan yaitu pada

jenis kelompok,

penelitian yang di

lakukan yaitu

kelompok nelayan

sedangkan di

Yogyakarta yaitu

petani. Berbedaan

lainnya juga terlihat

pada teori yang

digunakan, teori yang

digunakan penelitian

di kelompok nelayan

yaitu Neil J. Smelser

teori perilaku kolektif

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

30

aksi gerakan sosial

yang lebih melihat

dengan kacamata

ilmu sosiologi.

Berdasarkakn tabel diatas merupakan penelitian terdahulu yang disajikan oleh

peneliti, dapat dilihat bahwa penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Firhat

Syauqi Aulia (2016) dengan prespektif ilmu hukum dengan pendekatan yuridis

sosiologi, dengan hasil penelitian tersebut yakni PERMEN-KP Nomer 2 Tahun

2015 dalam tantangan larangan pengunaan peralatan nelayan pukat hela dan pukat

tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80% nelayan.

Mereka (nelayan) menganggap peraturan Menteri tersebut tidak di tetapkan secara

partipatif, selain itu penetapannya belum ada soslusi dari pemerintah. Relevansi

pada penliti yang akan dilakukan membahas peraturan tentang PERMEN-KP

Nomer 2, dengan perbedaan menganalisis kelompok nelayan dengan ilmu

sosiologi, serta pengunaan Neil J. Smelser teori perilaku kolektif.

Felliks Zonggunau (2014) Gerakan Perlawanan Kelompok Masyarakat

Penentang Terhadap Penguasaan Tambang Emas Papua dengan prespektif

sosiologi, dengan hasil penelitian yang dilakukan perlawanan masyarakat papua

dan mahasiswa dinailai melanggar Undang-Undang Dasar 1945 Negara RI oleh

Pemerintah dan hukum, tuntutan protes masyarakat papua adalah hanya ingin

meminta keadilan dan kesejateraan serta menuntut hak-hak mereka yang

sesunggunya didapatkan. Meskipun memiliki bingkai ilmu sosiologi namun

peneliti yang nantinya di lakukan memiliki relevansi yaitu membahas tentang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

31

kelompok namundari segi perbedaannya adalah analisis teori, terkait penelitian ini

teori yang digunakan yakni Neil J. Smelser teori perilaku kolektif.

Ahmad Izudin (2015) Gerakan Sosial Serikat Petani Daerah Yogyakarta

Periode 2005-2015, dengan hasil lapangan diketahui bahwa gerakan petani yang

dilakukan oleh serikat DIY terdiri dari mobilitas dan konsolidasi organisasi,

menyalurkan hak-hak petani, mengubah seteru menjadi sekutu, gerakan sistem

terpadu, gerakan organik dari akar rumput, dan menciptakan sekolah alternatif.

Penelitian tersebut memiliki relevansi yaitu jelas membahas tentang gerakan

sosial namun penelitian yang nantinya dilakukan adalah gerakan sosial pada

kelompok nelayan dalam menentang peraturan baru dalam menangkap hasil laut,

dan perbedaannya dilihat dari analisis teori yang digunakan, yakni Neil J. Smelser

teori perilaku kolektif.

2.2. Kajian Pustaka

2.2.1. Pengertian Gerakan Sosial

Gerakan sosial nelayan merupakan sebuah penolakan terhadap peraturan yang

dianggap menindas nelayan, penolakan yang berupa protes secara konsep memiliki

kesamaan dengan tindakan kolektif, sebab orang-orang atau kumpulan orang-orang

yang melakukan aksi protes itu bertindak secara kolektif dan mengusung tujuan

tertentu.

Konteks tindakan perilaku tersebut bahwa kehidupan sosial tidak selamanya

berjalan sesuai dengan norma-norma sosial serta peraturan-peraturan institusional

yang ada. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk protes yang dilakukan anggota

masyarakat seacara kolektif, seperti unjuk rasa atau demonstrasi. Terlebih lagi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

32

norma dan hukum itu datang dari pemerintah yang otoriter, dan hal tersebut

menguntungkan pihak yang berkuasa dari pada masyarakat. Dalam arti, norma ,

peraturan dan hukum dirangcang hanya untuk mendukung maupun

melanggengkan kedikdayaan, sehingga ruang kebebasan masyarakat terasa

dibatasi sehingga menjadi sempit. kondisi seperti ini, cepat atau lambat, akan

muncul tidak kepuasan secara kolektif berbentuk sebuah penolakan maupun

protes.

Sztomka31

memberikan batasan yang tegas mengenai pengertian dari gerakan

sosial tersebut. Sztomka mengatakan bahwa rumusan mengenai pengertian

gerakan harus terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut, 1) kolektifitas orang

bertindak bersama, 2) tujuan dan tindakannya adalah perubahan tertentu dalam

masyarakat yang ditetapkan partisipan menurut cara yang sama 3) kolektivitasnya

relatif tersebar namun lebih rendah drajatnya dari pada organisasi formal 4)

tindakannya mempunyai derajat spontanitas yang relatif tinggi namunterlembaga

dan bentuknya kontroversial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerakan

sosial merupakan tindakan kolektif yang spontan dan tak terlemabaga guna

menghasilkan perubahan yang lebih baik.

2.2.2. Gerakan Sosial Sebagai Perubahan Sosial

Cara agen dalam mengerakan perubahan sosial keriteria pertama adalah

perubahan berasal dari bawah, melalui aktivitas yang dilakukan oleh rakyat biasa

dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda. perubahan lain mungkin berasal

dari atas, melalui aktivitas elite yang berkuasa (penguasa, pemerintah, menejer,

31

Sztomka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hlm 325

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

33

administrtoa, dan lain-lain). Kreteria kedua, perubahan mungkin diinginkan oleh

agen, dilaksanakan sebagai relasi proyek mereka rencanakan sebelumnya,

perubahan lain muncul sebagai efek samping tak diharapkan, efek samping yang

ttujuannya sama sekali berlainan. Dengan menyilangkan kedua kategori di atas

akan di hasilkan empat kategori seperti tabel di bawah ini:

Tabel Gambar 2.2 : Tipologi Perubahan Sosial

Tempat Agen

Kesenjangan

Agen

Dari Bawah Dari Atas

Tersembunyi 1 2

Nyata 4 3

Sumber dari : Piotr Sztompka (2008)

1. Perubahan terasembunyi berasal dari bawah (misalnya, tindakan organisasi

dalam kehidupan sehari-hari dalam membuat pilihan; membuat keputusan

untuk dirinya sendiri menghasilkan perubahan ekonomi; pergeseran nilai

adat; gaya hidup dan sebagainya). Pengaruh gabungan tindakan individu

secara terpisah pada tingkat skala makro dipahami sebagai kecenderungan

lahiriah yang diabstrasikan dari tindakan massa yang menggerakkannya.

Adakalanya kecende rungan jangka panjang, yang bergeser dan mengalir,

mengacu pada gerakan sosial (atau gerakan sosial umum berbeda dari

gerakan sosial khusus). Pemakaian istilah ini sebenarnya tak tepat. Lebih

tepatnya seperti kecenderungan, tendensi, arus, proses makro menandai

fenomena yang dimaksud. Gerakan sosial yang dimaksud di sini adalah

perwujudan khusus dari agen.

2. Perubahan tersembunyi yang berasal dari atas (misalnya tindakan yang

dilakukan pemerintah, badan administrasi atau manajerial).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

34

3. Perubahan yang berasal dari bawah (misalnya tuntutan reformasi politik

melalui mobilisasi massa)

Melukiskan situasi kebersamaan rakyat dan yang mengorganisir diri untuk

menciptakan perubahan yang diinginkan dalam masyarakat mereka.

Spektrimnya terentang mulai dari gerakan spontan dan huru-hara yang meluas,

melalui gerakan sosial, himgga kelompok kepentingan, lobi dan partai politik

yang sangat birokratis yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan32

.

Gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang terorganisir secara longgar,

tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan masyarakat mereka.

Aspek paling umum dan paling ditekankan dalam hubungan antara gerakan

sosial dan perubahan sosial adalah33

:

1. Perubahan sosial selaku tujuan gerakan sosial berarti dua hal yang berbeda.

Tujuan ini bisa positif, memperkenalkan sesuatu yang belum ada

(pemerintah atau rezim politik baru, adat baru, hukum atau pranata baru).

Tujuan ini bisa juga negative : menghentikan, mencegah atau membalikkan

perubahan yang dihasilkan proses yang tak berkaitan dengan gerakan sosial

(misalnya kemerosotan kualitas lingkungan alam, kenaikan angka fertilitas,

peningkatan angka kejahatan) atau dari aktivitas gerakan lain yang bersaing

(misalnya UU anti aborsi yang diajukan di bawah tekanan dari gerakan

prohidup dan penentangan keras oleh gerakan propilihan bebas).

2. Gerakan sosial mempunyai berbagai status penyebab berkenaan dengan

perubahan. Di satu pihak, gerakan ini dapat dianggap sebagai penyebab

32

Ibid. Hlm 323-324 33

Hidayat, Rizal A. Jurnal : Forum Ilmiah Indonusa. Gerakan Sosial Sebagai Agen Perubahan

Sosial. Vol.4 No 1. Januari 2007. Hlm 17

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

35

utama perubahan dalam arti sebagai kondisi yang diperlukan dan cukup

untuk menimbulkan perubahan. Di lain pihak, gerakan sosial hanya dapat

dilihat sebagai dampak, efiphenomena atau gejala yang menyertai proses

yang dikembangkan oleh daya dorongnya sendiri atau oleh.

3. Biasanya perubahan sosial disebabkan oleh gerakan sosial yang dilakukan

dalam masyarakat yang lebih luas yang berada di luar gerakan itu sendiri.

Kelihatannya gerakan sosial itu seakan-akan adalah tindakan terhadap

masyarakat dari luarnya, tetapi jangan lupa bahwa setiap gerakan sosial

merupa kan bagian masyarakat itu juga mengalami perubahan termasuk

segmen anggotanya dan merembesi bidang fungsinya tertentu. Karena itu

dalam keanggotannya, gerakan itu terjadi di dalam masyarakat itu sendiri,

bertindak terhadap masyarakat dari dalam. Inilah kasus masyarakat

mengubah Masyarakat.momentumnya sendiri.

Abdulsyani menjelaskan di dalam bukunya tentang perubahan-perubahan

Sosial yang terjadi pada masyarakat dibedakan menjadi beberapa bentuk

yaitu34

1) perubahan evolusi dan revolusi, 2) perubahan direncanakan atau

tidak direncanakan:

1. Perubahan evolusi dan perubahan revolusi

yang dimaksud dengan perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan

sosial yang terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang cukup lama

dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyrakat yang bersangkutan.

34

Abdulsyani. 2002. Sosiologi Sitematika, Teori dan Terapan. Jakarta : Pt. Bumi Aksara. Hlm

167-171

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

36

Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti perkembangan masyarakat

yaitu sejalan dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Berbedah dengan revolusi, diaman perubahan langsung secara cepat, dan

tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis

perubahan sosial revolusi dapat di artikan sebagai perubahan-perubahan sosial

yang mengenai unsur-unsur kehidupan atau lemabaga-lembaga

kemasyarakatanyang berlangsung secara cepat. Perubahan-perubahan tersebut

terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin tidak sama

sekali. Perubahan-perubahan revolusi sering kali diawali oleh ketegangan-

ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.

Ketegangan-ketegangan sering itu sulit dihindari, bahkan banyak yang tidak

bisa di kendalikan, sehingga menjelma menjadi tindakan revolusi.

2. Perubahan yang di rencanakan dan tidak direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan terhadap

lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang

matang oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan. Suatu perubahan yang

direncanakan, selalu berada dibawah pengendalian atau cara pengawasan dari

agent of changge tersebut. Pelaksanaan rencana perubahan tidak hanya

terbatas pada lembaga-lembaga kemasyarakatan tertentusaja, melainkan bisa

juga diarahkan pada perubahan-perubahan bagi lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang lain dan dalam tubuh masyarakat.

Sementara itu perubahan sosial yang tidak direncanakan, merupakan

perubahan-perubahan yang berlangsung di luar kehendak dan pengawasan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

37

masyarakat. Perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki ini biasanya lebih

banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan hidup

kehidupan masyarakatyang bersangkutan. Dalam kondisi ini demikian anggota

masyarakat pada umumnya lebih sulit diarahkan untuk melakukan perubahan-

perubahan, lantaran kekecewaan mereka mendalam. Mungkin karena

pengalaman buruk mereka terhadap akibat-akibat perubahan yang terjadi

sebelumnya atau yang tidak membuahkan kesejateraan dan kepuasan, atau

mungkin karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan yang sangat

kuatterhadap kesucian dan keampuhan lembaga-lembaga sosial tau tradisi-

tradisi sosial.

2.2.3. Komponen Utama Dalam Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan aktivitas berupa tindakakan kelompok-kelompok

sosial dalam menyampaikan sebuah pikiran dari masyarakat dengan mengiginkan

keadilan dan kesejateraan. gerakan sosial berkaitan erat dengan teori umum

sosiologi. Dalam pembahasan tentang gerakan sosial, banyak sekali para

pakar teoritis sosial memberikan pengertian mengenai gerakan sosial (social

movement) karena beragamnya ruang lingkup yang dimilikinya. Definisi

gerakan sosial yang digagas oleh rosenthal, Fingrut, dkk bahwa setiap gerakan

sosial itu memiliki hubungan yang khusus dengan organisasi gerakan sosial lain

yang memiliki misi yang sama maupun serupa.

Maxine Molyneux menyebut bahwa gerakan sosial tersebut untuk meraih

tujuan bersama, gerakan sosial cenderung memerlukan dekungan jaringan yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

38

sama35

. Dua gagasan yang di definisikan oleh dua toko tersebut pada dasarnya

memiliki arti yang sama dimana gerakan sosial dapat di tafsirkan. Mengenai

konsep gerakan sosial dari dua toko yang mendifinisikan gerakan sosial adalah

sebuah gerakan yang dilakukan secara bersama-sama demi mencapai tujuan

yang sama-sama di inginkan oleh kelompok atau dengan kata lain gerakan

sosial adalah tindakan kolektif untuk mencapai keinginan yang menjadi cita-

cita bersama. Tidak semua semua bentuk perlawanan politik yang bertahan di

berbagai belahan dunia disa disebut gerakan sosial, menurut Tarrow konsep

gerakan sosial harus memiliki empat properti dasar yaitu36

:

1. Tantangan Kolektif

Tantangan kolektif sering kali ditandai oleh tindakan menganggu,

menghalangi atau membuat ketidak pastian terhadap pihak-pihak lain. Dalam

sistem representatif, tantangan kolektif disimbulkan lewat slogan, corak

pakaian dan musik, atau penanaman baru objek-objek yang familiar dengan

simbol yang berbeda atau baru. Bahkan negara-negara demokrasi lliberal,

orang-orang yang mengidentifikasikan diri dari suatu gerakan mulai

mempertontonkan kata-kata, corak pakaian, dan perilaku pribadi yang

mencirikan tujuan kolektif mereka.

Tantangan kolektif merupakan karakteristik paling umum dari gerakan

sosial. Ini di sebabkan oleh kenyataan bahwa gerakan sosial biasanya kurang

memiliki sumber daya yang stabil (dana, organisasi, akses terhadap negara).

Dalam menghampiri konstituen baru dan menegaskan klaim-klaim mereka,

35

Wahyudi. 2005. Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. UMM Press. Hlm 8 36

Suharko. Jurnal : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Gerakan Sosial Baru Di indonesia, Repertoar

Gerakan Petani.. Volume 10, nomor 1, 1 Juli 2006. Hlm 5-7

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

39

penentangan (contention) mungkin hanya satu-satunya sumberdaya gerakan

yang bisa dikuasai. Karena itu, gerakan mempergunakan tantangan kolektif

untuk menjadi titik fokus (focal point) bagi para pendukung, memperoleh

perhatian dari kubu yang di lawan dan pihak ketiga, dan menciptakan

konstituen untuk diwakili.

2. Tujuan Bersama

Ada banyak alasan bisa di kemukakan tentang mengapa orang bergabung

dalam suatu gerakan sosial, dari sekedar keinginan nakal, mencemooh otoritas,

hingga insting gerombolan yang tidak jelas tujuannya. Namun jika, ada alasan

yang paling jelas mengapa orang terkaiat bersama dalam gerakan adalah untuk

menyusun klaim bersama menentang pihak lawan, pemegang otoritas atau para

elite. Tidak semua konflik semacam itu muncul dari kepentingan kelas, tetapi

nilai dan kepentingan bersama dan tumpang tindih merupakan basis dari

tindakan-tindakan bersama.

3. Solidaritas dan Identitas Kolektif

Suatu yang mengerakan secara bersama-sama (commond de monitor) dari

gerakan sosial adalah pertimbangan partisipan tentang kepentingan bersama

yang mengantarai perubahan dari sekedar potensi gerakan menjadi aksi nyata.

Dengan cara mengarakan konsensus, perancang gerakan memainkan peran

penting dalam merangsang munculnya konsensus semacam itu. Namun, para

pemimpin hanya dapat menciptakan suatu gerakan sosial ketika mereka

menggali lebih dalam perasaan-persaan solidaritas identitas, yang biyasanya

bersumber nasionalisme, etnititas, atau keyakinan agama.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

40

4. Memelihara Politik Berlawanan

Hanya dengan cara memelihara aksi kolektif melawan pihak musuh,

identitas bersama, dan tantangan yang dapat di identifikasi membantu gerakan

untuk memelihara politik perlawanan ini. Sebaliknya, jika mereka tidak

mampu memelihara tantangan bersama, maka gerakan akan menguap menjadi

semacam kebencian atau kemarahan individual, atau berubah menjadi sekte

religius, atau mungkin menarik diri ke dalam isolasi. Karena itu, memelihara

aksi kolektif dalam interaksi dengan pihak lawan yang kuat menandai titik

pergeseran (contention) dimana suatu penentang berubah menjadi suatu

gerakan sosial.

Menurut Locher menyatakan bahwa perbedaan gerakan sosial dari bentuk

perilaku kolektif yang lain seperti : crowd (kerumunan), riot (kerusuhan), dan

rabel (penolakan, pembangkangan), dapat dilihat dari tiga aspek yakni 1)

Aspek pengorganisasian (Organized), 2) Aspek Pertimbangan (Deleberate), 3)

Aspek Daya Tahan (Enduring)37

:

1. Aspek pengorganisasian (Organized)

Gerakan sosial adalah suatu aktivitas yang terorganisir, sementara suatu

perilaku kolektif (collective behavior) pada umumnya muncul muncul atau

terjadi tidak terorganisir. Misalnya para partisipan suatu kerusuhan mungkin

saja diantara mereka kerjasama untuk jangka waktu yang singkat dalam waktu

yang tertentu, namun keterlibatan partisipan dalam peristiwa kerusuhan

tersebut bebas, sementara, dan bukan merupakan kejadian yang secara hati-hati

37

Sukmana, Oman. 2016. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang : Instrans Publising. Hlm 1-3

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

41

terorganisir. Tipikal partisipan dan pemimpin dari suatu perilaku kolektif

datang dan pergi dengan cepat. Dalam suatu perilaku kolektif, tidak ada tugas-

tugas khusus untuk yang dilakukan oleh partisipan, sementara dalam gerakan

soaial para partisipan sering kali diberikan tugas-tugas khusus yang di

tampilkan, dimana mereka juga secara hati-hati merancang suatu taktik dan

strategi aksi. Delam gerakan sosial, para pemimpin seringkali menciptakan dan

merancang pekerjaan tugas-tugas khusus bagi para partisipangerakan.

2. Aspek Pertimbangan (Deleberate)

Suatu gerakan sosial juga terjadi karena adanya pertimbangan. Sebagian

peristiwa besar perilaku kolektif terjadi adanya perencanaan apapun dari

mereka menyangkut waktunya. Secara intensif sengaja dimunculkan dan para

partisipan secara hati-hati memutuskan apakah ikut atau tidak ikut terlibat

dalam suatu gerakan. Keterlibatan para partispan seringkali di dorong oleh

jani-janji dan dorongan keanggotaan, gerakan sosial,mencari publisitas dan

berupaya untuk menarik sebanyak mungkin orang-orang untuk mendukung

pergerakan. Pertimbangan perencanaan ini tidak terjadi kepada sebagian besar

bentuk dari perilaku kolektif.

3. Aspek Daya Tahan (Enduring)

pada umumnya bertahan dalam waktu yang cukup lama (long-lasting) atau

memiliki daya tahan. Sementara, suatu perilaku kolektif terjadi dalam waktu

yang sangat singkat. Misalnya suatu kerusakan mungkin hanya terjadi beberapa

menit, atau jam atau beberapa hari saja. Sementara aksi gerakan sosial eksis

untuk beberapa tahun atau bahkan dekade.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

42

Tabel 2.3 perbedaan sosial movement dan bentuk colective behavior38

.

Aspek Bentuk Perilaku Kolektif (Collective Behavior)

Grakan Sosial Bentuk lainnya (Crowd,

Riot, Rabel, fads)

Aspek

pengorganisasian

(Organized)

Diorganisasikan dengan

baik, terdapat bagian tugas,

strategi dirancang dengan

hati-hati, ada pemimpin yang

jelas.

Sebagian besar tidak di

organisir dengan baik,

kerjasama antar partisipan

hanya sesaat, pemimpin

tidak jelas.

Aspek

Pertimbangan

(Deleberate)

Atas dasar pertimbangan,

keterlibatan partisipan atas

pertimbangan dan kesadaran,

adanya dorongan

keanggotaan melakukan

publisitas dan berusaha

mencari dukungan dari

banyak orang.

Terjadi tanpa adanya

perencanaan terlebih dahulu,

tidak ada pertimbangan dan

kesadaran penuh dari

partisipasi atas terlibatnya.

Aspek Daya

Tahan

(Enduring)

Waktu relatif lama Waktunya sangat singkat

Sumber: Locher (2002: 233-234), dalam buku Oman Sukman

Locher berpendapat bahwa ketika sekelompok orang mengatur

(mengorganisasi) diri dalam upaya untuk mendorong atau menolak beberapa

jenis perubahan sosial, maka mereka sedang menciptakan gerakan sosial.

Orang-orang sedikit atau banyak kekuatan politik yang dimilikinya, kemudian

merak bergabung secara bersama-sama untuk mendapatkan atau

memperjuangkan beberapa hal, yakni suatu perubahan sosial, maka mereka

sedang melakukan gerakan sosial. Menurut Locher, sebagian teoritisi perilaku

kolektif (collective behaviour) di memandang gerakan sosial (sosial movement)

sebagai sutu tipe dari perilaku kolektif (collective behaviour), tetapi banyak

dari teoritisi gerakan sosial (sosial movement) memandang bahwa gerakan

38

. Ibid. Hlm 3

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

43

sosial (sosial movement) merupakan fenomena yang terpisah dari perilaku

kolektif (collective behaviour)39

.

Konsep dari Greene, menyatakanbahwa gerakan sosial (sosial movement)

adalah bentuk perilaku kolektif yang bertahan cukup lama, terstruktur, dan

rasional. Beberapa karakteristik dari gerakan sosial yaitu40

:

1. Jumlah orang,

2. Tujuan umum untuk mendukung atau mencegah suatu perubahan sosial,

3. Adanya struktur dengan kepemimpinan yang diakui umum dan adanya

suatu aktivitas yang dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.

Gerakan relatif permanen dan terorganisir di bandingkan dari tipe

perilaku kolektif yang lainnya.

Konsep Gerakan sosial menurut Stolly dengan mengutip pendapat dari

Tarrow, bahwa gerakan sosial adalah upaya mencapai tujuan tertentu melalui

tindakan atau menantang status quo, wewenang dan budaya yang sudah mapan.

Orang-otang yang melakukan suatu gerakan membangun perasaan identitas

kolektif, yakni membagi perasaan bersama tentang penyebab dan membantu

usaha-usaha mereka dengan mempertahankan suatu gerakan. Beberapa gerakan

yang singkat dan kemudian berhenti, bisa gagal atau berhasil mencapai

tujuannya. Beberapa gerakan yang lainnya, berjalan melalui waktu yang lama

dan memiliki pendukung yang memberikan dukungan sepanjang kehiduupan41

.

Konsep merut Sujatmiko tentang gerakan sosial ia menyatakan bahwa

gerakan sosial di artikan sebagai bentuk kolektif dengan orientasi konfliktual

39

Ibid. Hlm 4 40

Ibid. Hlm 5 41

Ibid

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

44

yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks

jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktoryang diikat oleh

solidaritas dan identitas kolektif yang diikat oleh solidaritas dan identitas

kolektif yang kuat kuat melebihi ikatan koalisi dan kampanye bersama42

.

Menurut Nick Crossley43

membagi analisis studi gerakakan sosial

berdasarkan dimensi waktu wilayah dan setting. Dalam dimensi waktu, tradisi

studigerakan sosial dapat dikelompokan ke dalaml dua dimensi yakni sebelum

tahun 1970-an dan setelah nya. Sementara dalam seting wilayah, studi gerakan

sosial dapat dilihat dalam konteks setting Eropa dan amerika serikat. Crossley

mengambarkan peta teoritik studi gerakan sosial tersebut dalam sebua tabel.

Tabel 2.4 teoritik studi gerakan sosial

Tahun Amerika Serikaat Eropa

Sebelum Era 1970 Perilaku Kolektif

(Collective Behavior)

Marxisme (Marxism)

Setelah Era 1970 Mobilisasi sumber daya/

Proses politik (Resource

Mobiliization)

Gerakan Sosial Baru

(New Sosial

Movement)

Sumber: Crossley. 2002 : 10 dalam Buku Oman Sukman

Mengacu pada pandangan Crossley dalam tabel tersebut, Amerika serikat

sebelum era tahun 1970an, tradisi analisis studi gerakan sosial diwarnai oleh

pemikiran prespektif perilaku kolektif. Sementara di era setelah tahun 1970an,

tradisi studi banyak diwarnai dengan analisis Mobilisasi sumber daya atau Proses

politik. Pberbeda dengan perkembangan di Amerika, di eropa sebelum era 1970an

analisis studi gerakan sosial diwarnai oleh pemikiran prespektif Marxism, dan

42

Ibid. Hlm 6 43

Ibid. Hlm 11

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

45

sesdah tahun 1970an analisis studi gerakan sosial banyak diwarnai oleh tardisi

Gerakan Sosial Baru (New Sosial Movement).

2.2.4. Tipologi Gerakan Sosial

Banyak sekali bentuk-bentuk gerakan sosial di Negara ini. Seperti halnya

gerakan buruh, gerakan petani gerakan mahasiswa, dan jika gerakan tersebut

dianalisis secara terperinci maka sangat banyak macam-macam gerakan sosial

yang tumbuh di dalam masyarakat.

Menurut David Arberle, Cameron, dan Blumer para psikologi mengelompokan

gerakan sosial ke dalam beberapa tipe. Pengelompokan tipe gerakan sosial ini

didasarkan atas beberapa aspek, yakni berdasarkan aspek tujuan gerakan dan

metode yang diguanakan dalam mencapai tujuan. Blumer mengelompokan

gerakan sosial ke dalam dua tipe 1) Gerakan sosial umum (General Sosial

Movement) yaitu gerakan dalam perubahan nilai-niai di masyarakat dan 2)

Gerakan Sosial Khusus (Spesifikasi Social Movement) yaitu gerakan yang

memiliki status yang lebih jelas44

.

Berdasarkan dimensi sasaran perubahan dan dimensi jumlah besarnya (tingkat)

perubahan maka gerakan sosial dapat dikelompokan kedalam empat tipe yakni :

1)Gerakan Sosial Alternatif, 2)Gerakan sosial Pembebasan, 3)Gerakan Sosial

Reformasi, 4) Gerakan Sosial Revolusi45

.

44

Ibid. Hlm 15-16 45

Ibid

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

46

Tabel 2.5 Tipe-tipe Gerakan Sosial

Tingkat Perubahan

Terbatas

(Limited)

Menyeluruh

(Menyeluruh)

Sasaran

Perubahan

Khusus

Individu

Gerakan Sosial

Alternatif

Gerakan sosial

Pembebasan

Semua Orang Gerakan Sosial

Reformasi

Gerakan Sosial

Revolusi

Sumber: Macionis (1999:617) dalam Buku Oman Sukman

Dalam penjelasan ke empat tipe sosial movement adalah sebagai berikut46

:

1. Gerakan Sosial Alternatif yaitu gerakan sosial tingkat ancamannya

terhadap status quo sangat kecil karena sasaran dari gerakan sosial ini

adalah suatu perubahan yang terbatas terhadap hanya sebagian dari

populasi.

2. Gerakan Sosial Pembebasan yaitu tipe gerakan sosial yang memiliki

fokus selektif, tetapi ditujukan terhadap perubahan yang radikal (lebih

mengakar) pada individu.

3. Gerakan Sosial Reformasi yaitu tipe gerakan sosial yang tijutukan hanya

untuk suatu perubahan sosial yang terbatas setiap orang . gerakan ini

umumnya terjadi dalam suatu politik.

4. Gerakan sosial Refolusi merupakan suatu tipe gerakan sosial yang paling

keras di bandingkan dengan tipe gerakan sosial yang lainnya, berjuang

untuk transformasi dasar dari seluruh masyarakat.

2.2.5. Konsep Gerakan Perlawanan

Gerakan perlawanan merupakan tindakan kesadaran setiap individu sehingga

munculnya sebuah aksi kolektif dan menentang maupun memperlawan pada

46

Ibid

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

47

kekuasaan maupun perubahan pada dalam masyarakat. Perlawanan dikelompokan

beberapa tipe-tipe yang meliputi47

:

1. Perlawanan terbuka adalah tingkah laku yang terlihat dan mudah dikenali

baik oleh target dan penagamat sebagai perlawanan. Kategori ini meliputi

tindakan-tindakan kolektif termasuk seperti gerakan sosial dan revolusi,

maupun tindakan indvidu yang melakukan penolakan.

2. Perlawanan tertutup mengacu pada tindakan yang disengaja akan tetapi

tidak diketahui oleh target, meskipun mereka diakui sebagai perlawanan

oleh orang lain.

3. Perlawanan tidak disadari tipe ini tidak dmaksudkan sebagai perlawanan

oleh aktor dan belum dirasakan sebagai ancaman oleh target. Tipe ini

merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja dan tidak memiliki target

khusus tertentu.

4. Perlawanan targettetap yakni perlawanan yang hanya satu orang yang

mengakui suatu tingkah laku sebagai perlawanan.

5. Perlawanan eksternal yakni tindakan tindakan perlawanan yang tidak

dimaksud atau di akui sebagai perlawanan oleh aktor (pelaku) atau target

mereka, tetapi diberi label perlawanan pihak ke tiga.

6. Perlawanan terjawab yakni bentuk tindakan–tindakan perlawan yang diakui

target sebagai perlawanan meskipun oleh pihak ketiga tidak diakui sebagai

perlawanan.

47

Ibid. Hlm 31-32

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

48

7. Perlawanan berusaha yakni mengacu kepada tindakan-tindakakn aktor yang

ditunjuk untuk memperlawan namun tidak diakui sebagai tindakan

perlawanan baik oleh target maupun pengamat

2.2.6. Jenis Gerakan Sosial

Berbagai tokoh sosial yang menjelaskan maupun mendifinisikan tentang

gerakan sosial sampai menyuluruh ke akar, pada dasarnya gerakan sosial

merupakan perilaku kelompok yang berujung sampai tindakan kolektif dari

kelompok. Terdapat jenis-jenis Gerakan sosial dalam buku Setiadi dan Elly M

yaitu48

:

1. Gerakan protes, merupakan gerakan yang bertujuan untuk mengubah atau

menentang sejumlah kondisi sosial yang ada. Gerakan sosial protes

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : gerakan reformasi dan gerakan

revolusioner. Sebagian besar gerakan protes karena tujuannya hanyalah

untuk mencapai reformasi sebatas tertentu tidak untuk merombak ulang

keseluruhan.

2. Gerakan Agresif, gerakan sosial ini dapat disebut dengan gerakan resistensi

gerakan tersebut dapat difinisikan sebagai gerakan yang bertujuan

membalikan sebuah perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan

protes. Bentuk gerakan regresif paling ekstrem adalah Ku Klux Klan dan

berbagai kelompok neo-nazi, yang percaya pada supermasi kulit putih dan

mendukung dipulihkannya segregasi rasial yang lebih kuat.

48

Op. Cit. Setiadi, Elly M,. Hlm 217-220

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

49

3. Gerakan gerakan religius, gerakan yang terkait dengan religius dirumuskan

sebagai gerakan sosial yang terkait dengan isu-isu spiritual atau hal-hal yang

gaib (supernatural), yang menentang atau mengusulkan alternatif aspek

terhadap agama tau tatanan kultural dominan. Kategori luas ini memncakup

banyak sekte, bahkan mencakup sejumlah gereja yang relatif terlembaga,

yang juga menentang bebrapa elemen dari agama atau kultur yang dominan.

4. Gerakan Komunal / Gerakan Utopia, gerakan tersebut merupakan gerakan

sosial yang berusaha melakukan perubahan lewat contoh-contoh, dengan

membangun sebuah masyarakat model dikalangan sebuah kelompok kecil.

Gerakan ini tidak menentang masyarakat konvensional secara langsung,

namun lebih berusaha membangun alternatif-alternatif terhadapnya.

Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti

pembangunan rumah kolektif, yang secara populer dikenal sebagai komune

(communes), diamana orang tinggal bersama, berbagai sumber daya dan

kerja yang merata, dan mendasarkan hidupnya pada prinsip kesamaan

(equality).

5. Gerakan perpindahan sosial, gerakan tersebut yaitu dimana kelompok yang

kecewa dengan kebijakan-kebijakan dan permasalahan serta adanya konflik,

kekecewaan tersebut memunculkan tidakan kolektif untuk melakukan

perpindahan tempat ke suatu tempat lain sebagai bentuk perlawanan.

6. Gerakan ekspresif, gerakan yang melalui perubahan sikap, Melalui gerakan

ekspresif, orang merubah realitas itu sendiri . gerakan ekspresif dapat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

50

membantu orang untuk menerima kenyataan yang biasa muncul di kalangan

orang yang tertindas.

7. Gerakan Personal / Kultus Personal, Biasanya terjadi dalam kombinasi

dengan jenis-jenis gerakan lainnya. Gerakan sosial jenis ini berpusat pada

satu orang, biasanya adalah individu yang karismatik, dan diperlakukan oleh

anggota gerakan seperti dewa.

2.2.7. Ragam Teori Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang muncul di berbagai negara menjadi perhatian bagi

sejumlah ahli sosiologi. Untuk memahami gerakan sosial yang muncul dan

berkembang di berbagai negara, temasuk di negara Indonesia, kiranya tidaklah

keliru bila terlebih dahulu memahami teori gerakan sosial itu sendiri, sebab

dengan memahami teori gerakan sosial tersebut akan memudahkan kita

memahami fenomena gerakan sosial yang muncul. Di dalam gerakan sosial

terdapat empat teori gerakan sosial, seperti teori perilaku kolektif

(collectivebehavior theory), teori mobilisasi sumberdaya (resource mobilization

theory), teori gerakan sosial baru (new social movement theory) dan teori proses

politik (political process theory). Empat teori gerakan sosial ini adalah sebagai

berikut :

1. Teori Perilaku Kolektif (Collective Behavior Theory)

Pada tahun 1895 Gustavo Le Bon merupakan perintis utama teori perilaku

kolektif dengan menerbitkan sebuah buku berjudul the crowd: A study of the

popular mind, buku tersebut secara sunggus-sungguh dengan bertujuan

eksplanasi teoritis tentang terjadinya kekerasan masa yang terjadi di Perancis.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

51

Le Bon kemudian melahirkan apa yang disebut dengan Contagion theory.

Premis dasar Contagion theory adalah bahwa suatu peristiwa kekerasan massa ,

kerusuhan, hukuman gantung tanpah pengadilan, dan sebagainya didorong

adanya insting binatang. LeBon menyakini bahwa desakan animalistik ini

mempercepat terhadap “kejengkelan massa”49

.

Pada tahun 1921 Robert Park dan Ernest Burges memunculkan Contagion

theory dalam introduction to sience of sosiologi, dimana terminologi tentang

perilaku kolektif pertama kali digunakan dengan memasukan tentang sosial

unrest (keresahan sosial), crowds (kerumunan), public (publik), sects (sekte),

sosial contagion (penularan sosial), propaganda (propaganda), dan fasion

(mode), sebagai perilaku kolektif50

.

Herbert mead merupakan toko sosiolog yang belajar dari Robert Park,

memudahkakn ide Le Bon dan Park ke dalam versinya sendiri tentang

Contagion theory pada tahun 1939. Kunci dari pandangan Blumer adalah aksi

kerumuanan kelompok beruba menjadi menuju satu tujuan. Blumer

mengidentifikasi lima tahap yang mengubah suatu kumpulan individu menjadi

kerumunan (crowd) yang aktif, yakni tahap : kekerasan sosial (sosial unrest),

luapan peristiwa (exiting event), berdesakan (milling), perhatian pada objek

yang sama (common object of attention), dan dorongan bersama (common

implus)51

.

Namun menurut Ralph H Turner dan Lewis M. Klian menegaskan para ahli

perilaku kolektif hanya terjadi meskipun tidak harus selalu organisasi negara

49

Op. Cit. Sukmana, Oman. Hlm. 36 50

Ibid. Hlm 37 51

ibid

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

52

dan masyarakat berhenti memberikan arahan dan memberikan saluran kepada

masyarakat. Adapun beberapa pendorong perilaku kolektif menurut Ralph H

Turner dan Lewis M. klian yakni perilaku kolektif akakn tumbuh subur dengan

adanya yang pertama, adanya ketersingungan sosial, yang disebabkan oleh

tidak keterseidianya akses individu-individu terhadap saluran-saluran normal di

lembaga-lembaga negara dan masyarakat hal ini kemudian menyebabkan

frustasi dan tidak kepuasan dan rasa tidak aman. Kondisi ini membuat individu

–individu mencari saluran untuk menyalrkan krfrustasinya di dalam kerumunan

massa yang beringas dan bentuk-bentuk perilaku kolektif lainnya52

.

Salah satu toko gerakan sosial lainnya adalah Neil J. Smelser menurutnya

Menurut Smelser memasuki episode perilaku kolektif karena ada sesuatu yang

salah dalam lingkungan sosialnya. Kebanyakan formulasi ketegangan

struktural itu tidak sistematik. Semakin berbagai ketegangan muncul53

. Konsep

kuncinya adalah ketegangan struktural yang menyebabkanmunculnya perilaku

kolektif. ketegangan ini muncul bukan karena dari frustasi atau mengalami

ketidak adilan melainkan adanya gangguan darisistem sosial yang

mencerminkan keadaan kerusakan pada bagian sistem sosial. Dari uraian diatas

merupakan konsep-konsep terori yang digagas oleh toko-toko gerakan sosail.

2. Teori Gerakan Sosial Baru (new sosial movement)

Wacana tentang Gerakan Sosial Baru (GSB) bermula di Negara-Negara

Maju sebagai bagaian dari konteks perkembangan peradabannya. Iatlah

Gerakan Sosial Baru digunakan secara luas merujuk pada fenomena gerakan

52

Sitomorang, Abdul Wahib. 2013. Gerakan Sosial : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar. Hlm 8 53

Op. Cit. Wahyudi. 2005. Hlm 14

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

53

yang muncul sekitar tahun 1960-an sampai tahun 1970-an di Negara maju

seperti di Amerika Serikat dan Eropa Barat yang pada waktu itu telah

memasuki era ekonomi pasca – industrial.

Teori gerakan baru menekankan pada peranan agen atau aktor perubahan

bukan lagi kaum buruh atau petani, melainkan sangat beragam terkait dengan

isu-isu kehidupan seperti feminis, aktivis perdamaian, Aktivisi HAM (hak asasi

manusia) dan masih banyak isu-isu di negara-negara lain. Para pelopor teori

gerakan sosial baru yang di motori pemikir yang tergabung di frankfurt school

melihat bahwa munculnya gerakan sosial baru dengan aktor yang berbeda, juga

isu-isu yang diusung relatif berbedah dengan gerakan petani atau buruh.

Menurut Pichardo54

, paradigma gerakan sosial baru secara fundamental

memiliki karakteristik khusus, 1) tujuan dan ideologi, meninggalkan orientasi

ideologis yang melekat pada gerakan sosial lama. Gerakan sosial baru, menepis

asumsi Marxian semua perjuangan dan pengelompokan didasari pada konsep

kelas. Gerakan yang bertujuan untuk menumbangkan posisi negara kemudai

digantikakn oleh kaum ploretar. Namun dalam gerakan sosial baru, mereka

memposisikan sebagai partner pemerintah ata negara untuk menciptakan

kehidupan yang lebih baik.

2) taktik dan pengorganisasian gerakan sosial baru umumnya tidak lagi

mengikuti pengorganisasian seperti serikat buruh , atau model politik

kepartaian lebih memilih saluran diluar politik normal dan menerapkan taktik

54

Op. Cit. Oman Sukmana. Hlm.119

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

54

yang menunngu dari opini publik serta cenderung mengunakan demostrasi

yang amat dramatis.

3) struktur, sikap anti-institusi dari gerakan baru juga meluas kepada cara

mereka mengatur. Gerakan sosial baru berupaya untuk mereplika dalam

struktur mereka sendiri jenis pemerintahan yang mereka inginkan dan 4)

partisipan gerakan., ada dua pandangan baru tentang siapa dan mengapa

partisipan bergabung, yang pertama basai dukungan kelas baru yakni sebuah

strata sosial pekerjaan baru yang muncul disektor ekonomi non-produktif.

Yang kedua pandangan tentang partisipan dalam gerakan sosial baru tidak

didifinisikakn oleh batas kelas tetapi ditandai oleh isu-isu sosial.

Menurut alberto Meluci55

berpendapat bahwa dunia Pasca Industrialis

membawah bentuk control sosial, tekanan peneyesuaian, dan informasi yang

direspon oleh gerakan sosial baru. Gerakakn dipicuh oleh situasi baru konflik

sendiri meliputi kode-kode simbolik, tuntutan identitas, dan tuntutan personal

atau ekspresif. Menurut Alain Touraine56

dalam formulasi, troune membatasi

gerakan sosial baru antara dua logika yang pertama, sebagai sistem yang

berupaya meningkatkan produksi, uang, kekuasaan, dan informasi dan kedua

sebagai subjuk untuk mempertahankan dan memperluas individu sendiri.

3. Teori Sumber daya (Resource mobilization theory)

Teori mobilisasia sumber daya merupakan proses dimana suatu organisasi

menjamin kontrol terhadap sumber daya. Kategori-kategori sumber daya yang

mempengaruhi secara penting karakter dan keberhasilan sosial, yaitu : a)

55

Ibid. Hlm 136 56

Ibid. Hlm 138

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

55

sumber daya instrumental yang diguanakan untuk mempengaruhi dan

motivasi partisipan, b) Infra-resource merujuk sumber daya yang kondisi dan

pengaruh pengunaan sumber daya instrumemntal, c) Power resource yaitu

sumber daya yang menyediakan alat untuk mengontrol target, d) mobilizing

resources merujuk sumber daya yang memfasilitasi mobilisasi sumber daya

kekuasaan57

.

Teori sumber daya dikaitkan dengan aksi-aksi kolektif, sejumlah akademisi

gerakan sosial seperti, McAdam, McCarthy dan Zald mendifinisikan struktur

mobilisasi sebagai sebuah sarana kolektif baik dalam lembaga formal dan juga

informal. Melalui sarana tersebut, masyarakatmemobilisasi semberdaya yang

tersediah dan berbaur dalam aksi bersama. Konsep ini berkonsentrasi kepada

jaringan informal, organisasi gerakan sosial dan kelompok-kelompok

perlawanan di tingkat meso58

.

Dalam mengenai struktur mobillisasi sumberdaya, McCarty menjelaskan

apa yang dimaksud dengan struktur mobilisasi. McCarty memngungkapkan

bahwa struktur mobilisasi adalah jumlah cara kelompok gerakakn melebur

dalam aksi kolektif termasuk didalam taktik gerakan sosial. Struktur

mobilisasi juga memasukan serangkaian posisi-posisi sosial dalam kehidupan

sehari-hari dalam struktur mobilisasi mikro. Tujuannya untuk mancari lokasi-

lokasi di dalam masyarakat untuk mendapatkan mobilisasi59

. Terkait dengan

teori mobilisasi sumberdaya adanya faktor-faktor determinan dalam suatu

57

Susilo, Rahmad K Dwi. 2016. Gerakan Lingkungan, Pragmatis Lingkungan dan Co-Sumber

Daya Alam. Surakarta : Mandiri Publising. Hlm 72 58

Op. Cit. Sitomorang, Abdul Wahib. Hlm 38 59

Ibid

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

56

gerakan yaitu 1) Organisasi gerakan sosial, 2) pemimpin atau kepemimpinan,

3) sumberdaya dan mobilisasi sumber daya, 3) jaringan dan partisipan, dan 4)

peluang dan kapasitas masyarakat

4. Teori Kesempatan Politik

Teori kesempatan politik merupakan sebagai bagian utama pendekatan

proses politik, kemudian, menjadi salah satu teori utama yang digunakan

akademisi gerakan sosial untuk menjawab pertanyaan mengapa sebuah aksi

kolektif masyarakat dalam bentuk protes, gerakan sosial dan revolusi terjadi

riset gerakan sosial. Doug McAdam menjelaskan bahwa teori struktur

kesempatan politik dapat dipergunakan sebagai variabel utama berkaitan

dengan prinsip variabeldependent, yaitu momentum aksi kolektif dan hasil dari

aktivitas sebuah gerakan60

. McAdam berpendapat tiga faktor determinan yang

dapat mendorong keberhasilan suatu gerakan yakni61

1) kekuatan organisasi, 2)

pembebasan kognitif dan 3) peluang-peluang politik.

2.2.8. Faktor Terbentuknya Kelompok Nelayan

Kelompok sosial adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini

yang selalu mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain

dalam kelompoknya. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia

untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan

manusia lain disekelilingnya bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam

fisiknya. Untuk memenuhi naluriah manusia ini, maka setiap manusia setiap

melakukan proses keterlibatannya dengan orang lain dan lingkungannya, proses

60

Ibid. Hlm 32 61

Op. Cit. Oman Sukmana. Hlm. 180

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

57

ini dinamakan adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi manusia lain dan

alam sekitarnya itu, melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan

kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam

himpunan atau satu-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil

yang hidup secara guyub62.

Secara sosiologi kelompok dapat dibedakan yakni63 1) in group dan out grup,

yang menjelaskan bahwa dimana kelompok 2) Kelompok primer dan sekunder,

3) paguyuban dan patembayan, 4) formal dan informal .

Keterkaitan dengan pembentukan kelompok nelayan secara sosiologi dapat

dikaitkan dengan kelompok paguyuban yang merupakan bentuk kehidupan

bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murnih bersifat

alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa batin yang

memang telah dikotdratkan . kehidupan tersebut dikatakan nyata dan organis64.

Menurut Ferdinan Tonnies65 ada tiga tipe paguyuban 1) paguyuban bersifat

ikatan darah, merupakan ikatan yang didasarkan oleh iakatan darah atau

keturunan, 2) karena tempat, paguyuban yang terdiriih dari orang yang berdekatan

tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, dan 3) kerana pikiran dan

jiwa, walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal tempat

tinggal yang berdekatan namun mereka memiliki jiwa dan pikiran yang sama,

ideologi yang sama.

62

Burhan Bungin. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Hal. 48. 63

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press 64

Ibid. Hlm. 116 65

Ibid. Hlm. 118

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

58

Dasar dalam pembentukan kelompok Sosial yaitu terbentuk melalui sebuah

proses yang diawali dengan adanya pikiran, perasaan, dan kehendak untuk

memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya di dalam kelompok sosial tersebut.

Secara umum, beberapa dasar yang melandasi terbentuknya kelompok sosial

adalah adanya kepentingan yang sama dapat mendorong sekelompok orang untuk

membentuk kelompok sosial.

Pertama faktor darah dan keturunan yang sama keturunan yang sama sejak

zaman dahulu merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi

umat manusia. Berdasarkan keturunan yang sama, individu-individu yang tinggal

dalam satu masyarakat yang merasa memiliki latar belakang suku bangsa atau

nenek moyang yang sama kemudian membentuk sebuah kelompok sosial.

Kedua faktor wilayah adanya jarak yang dekat menjadikan individu-individu

dapat saling bertemu melakukan kontak fisik dan mengadakan interaksi sosial

sehingga tercipta sebuah kelompok sosial, dan saling memiliki sikap tolong

menolong dan yang

ketiga faktor idelogi dengan adanya tujuan yang sama maka terbentuklah

paguyuban, namun paguyuban ini biasanya ikatannya tidak sekuat paguyuban

karena keturunan. Dari beberapa faktor tersebut merupakan langkah-langkah

terjadinaya kelompok paguyuban nelayan.

2.2.9. Kehidupan Nelayan

Nelayan merupakan profesi yang mengandalkan sumber daya laut, biyasanya

profesi ini dilakukan masyarakat yang menempati wilayah pesisir pantai. Dalam

pekerjaan nelayan umumnya dikategorikan pekerjaannya sebagai menangkap ikan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

59

yang biayasa mengunakan alat sederhana yaitu pancing, bambu, jala dan jaring,

sampai dengan mengunakan sampan (perahu yang tanpah mesin) dengan dibekali

alat tangkap ikan, nelayan tersebut termasuk kategori nelayan tradisional. Namun

dalam perkembangan nelayan yang dapat dikategorikan dalam pekerjaan

menangkap ikan dengan mengunakan alat yang modern seperti kapal atau perahu

yang dibekali dengan mesin beserta dengan alat tangkap ikan, biyasanya juga

dibekali GPS (global positioning system) yang berguna dalam menentukan rute

jalan saat melaut, maupun menandai tempat-tempat penting seperti tempat yang

terdapat banyak ikan.

Orang yang berprofesi sebagai nelayan, dalam pendapatannya setiap harinya

tidak selalu menetap melainkan tergantung dengan kondisi alam setempat.

Masyarakat nelayan cenderung memiliki sifat keras, serta memiliki etos kerja

yang tinggi dan sifat terbuka terhadap perubahan. Dengan penghasilan yang

tergantung sebagian nelayan memiliki kesejateraan yang kurang, menghadapi

kehidupan yang berat, masyarakat nelayan relah terlilit dengan hutang untuk

mencukupi kehidupannya sehari-hari.

Masyrakat nelayan umumnya memiliki etos kerja yang sangat tinggi serta

mempunyai sifat kekerabatab yang sangat erat daiantara para nelayan. Namun

pada umumnya masyarakat nelayan dalam segi penedidikan sangat rendah66

.

Pekerjaan nelayan pekerjaan yang membutukan tenaga (otot) sehingga latar

belakang pendidikan tidak begitu dipermasalahan.

66

Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan strategi Penanganannya. Malang Intrans

Publising. Hlm 63

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

60

Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, pekerjaan tersebut tidak dilakoni

pada berumur usia lanjut, namun banyak masyarakat yang masih terbilang muda,

yang umumnya mereka adalah anak dari keluarga nelayan sendiri yang

biayasanya masih duduk di bangku sekolah,

Masyrakata pesisir yang melakoni pekerjaan nelayan dalam pendatannya tidak

menentu yang tergantung dengan lingkungan alam, hal tersebut memiliki

kesamaan dengan pekerjaan petani dimana penghasilan petani mengikuti musim

alam. Pasang surut kelangsunganhidup nelayan dipengaruhi musim baratan

(musim paceklik), saat lalut tidak bersahabat maka rizekipun sulit didapat

sehingga kemudian harus hidup serba irot, bahkan bisa jadi hidup dengan serba

kekurangan.

2.2.10. Tipologi Nelayan

Tipologi dapat diartikan sebagai pembagian pada masyarakat dengan

golongan-golongan tertentu. Dalam buku Arif satria mengolongkan nelayan

menjadi empat tingkatan dan diligat dari segi kapasitas teknologi, orientasi pasar

dan karakteristik produksi. Kekempat tingkata nelayan tersebut adalah67

:

1. Peasant-fisher atau nelayan tradisional, yang biasanya lebih berorentasi

pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subtensi). Sebutan muncul ini muncul

karena alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memehuni

kehidupan sehari-hari (khususnya pangan) dan bukan diinvestasikan

kembali untuk pengmebangan skala usaha. Umumnya, mereka masih

67

. Op. Cit. Satria, Arif . Hlm 27-28

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

61

mengukan alat tangkap duyung dan sampan tidak dibelakali mesin dan

masih mengunakan anggota keluarga sebagai pekerja utama.

2. Berkembangnya motorisasi perikanan menjadikan nelayan berubah dari

Peasant-fisher menjadi post-peasant Fisher yang dicikan mengunakan

teknologi peralatan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor.

Penguasaan sarana perahu motor tersebut semakin membuka peluang bagi

nelayan untuk menangkap ikan diwilayah perairan yang lebih jauh sehingga

nelayan mendapatkan surplus dari tangkapan.

3. Commercial fisher yaitu nelayan yang telah berorentasi pada peningkatan

keuntungan. Skala usahanya sudah membesar yang dicirikan dengan

besarnya jumlah tenaga kerja dan status yang berbeda : dari buruh hingga

manajemen. Teknologi yang digunakan pun sudah lebih modern,

membutukan keahlihan tersendiri baik dalam pengoprasian kapal maupun

alat tangkap.

4. Industial fisher ciri nelayan jenis ini adalah dia organisasi dengan cara-cara

mirip perusahaan agroindustri di Negara-Negara maju, secara relatif lebih

pada modal, memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada perikanan

sederhana. Baik ikan kaleng dan ikan beku yang berorentasi ekspor.

Menrut kusnadi68

dalam pengolongan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari

tiga sudut pandang yakni dari 1) penguasaan alat 2) investasi atau modal 3)

teknologi, lebih jelasnya klasifikasi tersebut diuraikan di bawah.

68

Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan “Kemiskinan Dan Perebutan Daya Perikanan.

Yogyakarta : LkiS. Hlm 1-2

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

62

1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap

(perahu, jaring dan perlengkapan lain), struktur masyarakat nelayan terbagi

ke kategori nelayan pemilik (alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan

buru tidak mempunyai alat produksi namun hanya menjual jasa tenaga dan

memperoleh hak-hak yang sangat terbatas.

2. Kedua, Ditinjau dari skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat

nelayan terbagi kedalam kategori nelayan kecil dan nelayan besar.

3. Ketiga, dipandang dari teknologi alat tangkap yang digunakan terbagi dalam

kategori nelayan tradisional dan modern. Peralatan modern lobih canggih di

bandingkan dengan tradisional.

Menurut Mubyarto69

, berdasarkan stratifikasi yang ada pada mesayrakat

nelayan, dapat diketahui berbagai tipologi yaitu 1) juragan, 2) pemilik kapal (ikut

bekerja) 3) Nelayan sedang, 4) nelayan miskin dan 5) nelayan kiting.

1. Nelayan kaya A, yaitu nelayan juragan yang mempunyai kapal sehingga

mempekerjakan nelayan lain tanpa ia sendiri harus bekerja.

2. Nelayan kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih

ikut bekerja sebagai awak kapal.

3. Nelayan sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan

pendapatan pokonya dari pekerja sebagai nelayan, sehingga harus di tambah

dengan bekehidupnya terpenuhi dengan pendapatan pokonya dari pekerja

sebagai nelayan, dan memilikimperahu tanpa mempekerjakan tenaga dari

luar keluarga.

69

Mubyarto. 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta : Rajawali Pers. Hlm 51

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

63

4. Nelayan miskin, yaitu nelayan yang pendapatannya dari perahu tidak

mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga harus di tambah dengan bekerja

lain baik untuk ia sendiri atauuntuk isteri dan anak-anaknya.

5. Nelayan pandega atau tukang kiteng.

2.2.11. Landasan Teori

Teori merupakan salah satu unsur penting dalam menganalisa hasil penelitian,

dapat dikatakan sebuah dasar analisa. Data yang nantinya diperoleh dari hasil

lapangan nantinya akan di jadikan objek analisa teori yang sudah ditentukan.

Teori yang diguanakan harus sesuai dengan permaslahan-permasalahan yang

diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian, teori

bukanlah sesuatu yang mutlak, akan tetapi teori berfungsi sebagai landasan dan

memahami fenomena maupun permasalahan.

Penelitian ini mengunakan teori mobilisasi sumber daya dari toko gerakan

sosial yakni Neil J. Smelser terkati dengan determinan perilaku kolektif yakni70

Kondusifitas struktural, Ketegangan kultural, Kepercayaan umum, Faktor-faktor

pencetus, Mobilisasi pastisipan, dan kontrol sosial.

Bahasan Neil J. Smelser teori perilaku kolektif dalam bentuk gerakan sosial

efek samping dari tranformasi sosial yang berjalan begitu cepat. Bagi Smelser

seperti yang diinterpretasikan ulang oleh Donatella Porta dan Mario Diana,

kemunculan perilaku-perilaku kolektif seperti gerakan sosial dan berbagai bentuk

protes masyarakat memiliki makna ganda dalam periode transformasi yang

berjalan begitu cepat dan dalam skala besar. Pada satu sisi, ini mencerminkan

70

Op. Cit. Sukmana, Oman. Hlm 109

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/44356/3/jiptummpp-gdl-ajimursida-50742-3-babii.d-x.pdf · tarik. Penerapan peraturan tersebut mengalami penolakan oleh 80%

64

tidak mampuan lembaga-lembaga dan mekanisme kontrol sosial memproduksi

kerekatan sosial dan di sisi lain, ini juga merekflesikakn berbagai upaya

masyarakat untuk bereaksi atas krisis sosial melalui berbagai kepentingan kepada

kelompok yang lebih luas dan kemudian menjadi dasar baru terbentuknya

solidaritas sosial71

.

71

Op. Cit. Sitomorang, Abdul Wahib. Hlm 7-8