bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
Dalam landasan teori dimuat teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut
merupakan penjabaran mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.1 Hakekat IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam )
Menurut Laksmi Prihantoro (1986: 1.3) llmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari
bahasa inggris “science” Kata “science” sendiri berasal dari bahasa latin
“scientia” yang berarti saya tahu. “Science” terdiri dari social sciences (ilmu
pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam
perkembangannya science maka yang dimaksud adalah “natural science” atau
dalam bahasa Indonesia berarti Ilmu Pengetahuan Alam dan disingkat dengan
IPA.
Untuk mendefinisikan IPA dengan kata-kata atau kalimat yang singkat
tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap
pengertian IPA sendiri . H.W Fowler (dalam Laksmi Prihantoro, 1986: 1.3)
menyatakan bahwa Ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis
dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan Robert B. Sund
(dalam Laksmi Prihantoro, 1986: 1.3) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) bukan hanya mengenai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan karena IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis. Hal ini sejalan dengan pemikiran Trianto (2014:151) yang
memaparkan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk
9
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Melalui pendidikan IPA, siswa dapat mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta dapat menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada
siswa untuk mengembangkan kompetensi dalam menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya mengarahkan siswa untuk
berbuat dan menemukan sendiri, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar
Merujuk pada pengertian IPA di atas, Trianto (2010:153) menyatakan
bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, teori,
dan hukum; (2) proses:yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi:
merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari; (4) sikap: yang terwujud melalui rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
namun dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Trianto (2010:138) secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut
(1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
(3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi
(4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dilihat dari hakikat, fungsi dan tujuannya, IPA bukan sekedar ilmu atau
pengetahuan yang dipelajari tetapi perlu dikembangkan melalui berbagai metode
ilmiah. Sehingga, IPA dapat membentuk watak anak lebih mencintai alam karena
10
mereka belajar mengenai alam itu sendiri. Melalui pembelajaran IPA juga
diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
serta mempersiapkan diri terhadap perkembangan jaman yang semakin maju dan
canggih. Oleh karena itu, IPA perlu dipelajari dan dihayati sehingga menjadi
bekal hidup dalam kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, maka pemikiran penulis
mengenai tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki sikap ilmiah,
menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta
untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas
keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Perlu dirancang metode pembelajaran
IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide – idenya dan menumbuhkan
kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, penggunaan metode
dalam pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung pada siswa.
2.1.2 Metode Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukannya. Pertanyaan ilmiah ialah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada
kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Sehingga Inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-
evaluasi buku dan sumber-sumberinformasi lain secara kritis, merencanakan
penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan
percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
11
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).
Hamruni (2012:132) mendefinisikan tentang metode pembelajaran Inkuiri
sebagai berikut:
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran Inkuiri:
(1) Pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya siswa jadikan subyek belajar.
(2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Pembelajaran
inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai
sumber belajar yang menjelaskan saja.
(3) Tujuan dari penerapan metode Inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian proses mental.
Menurut Hosnan (2014:342) metode pembelajaran Inkuiri terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, adalah sebagai berikut:
(1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari metode Inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Metode Inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran
dengan menggunakan Inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
(2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan
12
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
(3) Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode Inkuiri
adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan.
(4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan
otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri
dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak
dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan
rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan.
(5) Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan.
2.1.2.1 Langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri
Secara umum menurut Hamruni (2012:138-141) proses pembelajaran
inkuiri adalah mengikuti langkah-langkah orientasi, merumuskan masalah,
13
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan.
(1) Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam
Pembelajaran Inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa berpikir
memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung pada kemauan siswa
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
(2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah ialah langkah membawa siswa pada persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan permasalahan. Proses pencarian
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengmbangkan mental melalui proses berpikir.
(3) Mengajukan Hipotesis
Mengajukan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
(4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajuakan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengmbangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
14
(5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
(6) Merumuskan Kesimpulan
Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat
hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan langkah – langkah pembelajaran metode Inkuiri yang telah
dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan langkah –
langkah metode Inkuiri dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas dengan acuan
Standar Proses menurut Permendikbud 41 th.2007 yang disajikan dalam Tabel 2
berikut ini:
Tabel 2 Implementasi Metode Inkuiri dengan Berbantuan Media KIT IPA dalam Standar
Proses Menurut Permendikbud No.41 Th.2007
Langkah dalam Standar Proses
Langkah Inkuiri
Kegiatan Guru
Kegiatan awal
1. Orientasi
Melakukan kegiatan apersepsi dan menyampai-kan tujuan pembelajaran.
Guru menyajikan sebuah permasalahan yang berhubungan dengan materi gaya magnet yang akan disampaikan dan membimbing siswa membentuk kelompok.
2.Merumuskan Masalah
Guru merangsang dan mengajak siswa berfikir memecahkan masalah dengan menyampaikan materi secara singkat.
3.Mengajukan Hipotesis
Siswa mengajukan jawaban sementara dari permasalahan yang sedang di bahas.
15
Langkah dalam Standar Proses
Langkah Inkuiri
Kegiatan Guru
Kegiatan Inti 1. Eksplorasi
4.Mengumpulkan Data
Siswa melakukan percobaan dengan bantuan media kit IPA ( gaya dan pesawat sederhana ) yang telah dibagikan masing – masing kelompok.
2.Elaborasi
5. Menguji Hipotesis
Setiap kelompok mempresentasikan hasil temuan dari percobaan yang telah dilakukan.
3. Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi jawaban dari hasil percobaan dan pemecahan masalah untuk menguji hipotesis siswa
Kegiatan Akhir 6. Merumusk
an Kesimpulan
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan dari materi yang baru saja dipelajari.
Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi berupa penanaman nilai moral.
2.1.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri
Beberapa kelebihan metode inkuiri yang diungkapkan oleh Mulyani
Sumantri dan Johar Permana (2000:143) (1) Siswa ikut berpatisipasi secara aktif
dalam belajar, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan
informasi pada peserta didik (2) Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep
dan rumus. Sebab siswa menemukan sendiri proses untuk mendapatkan
konsep atau rumus tersebut (3) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan
menimbulkan semangat ingin tahu para siswa (4) Menemukan sendiri siswa
merasa sangat puas, dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsic
siswa tepenuhi (5) Guru tetap memiliki kontak pribadi (6) Penemuan yang
diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.
Selain Metode Inkuiri memiliki beberapa keunggulan juga memiliki
beberapa kelemahan menurut Hamruni (2012:144), di antaranya:
(1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
(2) Tidak mudah mendesainnya, dikarenakan terbentur pada kebiasaaan siswa.
16
(3) Guru sulit menyesuaikan waktu yang sudah ditentukan karena dalam
implementasinya memerlukan waktu yang panjang.
(4) Metode Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh guru apabila kriteria
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran.
Untuk mengatasi beberapa kelemahan dalam metode Inkuiri ini terletak
pada kemampuan guru sebagai fasilitator. Agar metode Inkuiri berhasil, guru
sebaiknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik siswa
untuk bersemangat mengadakan percobaan guna menemukan jawaban dari suatu
permasalahan yang sudah dibuat.
2.1.2.3 Keterkaitan mapel IPA dengan Metode Inkuiri
Pembelajaran berbasis Inkuiri adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk
menjawab kegagalan bentuk belajar mengajar tradisonal, di mana siswa
dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran. Metode
Inkuiri merupakan suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana hasilnya dinilai
dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan eksperimental dan
analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Metode Inkuiri pada intinya mencakup keinginan bahwa pembelajaran
seharusnya didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran
menginginkan siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah daripada
menerima pengajaran langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator
dalam pembelajaran daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam
lingkungan pembelajaran Inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan
melainkan membantu siswa selama proses mencari pengetahuan mereka sendiri.
Penggunaan Metode Inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan
konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si
belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan
17
harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang
optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah ini,
dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Penerapan metode Inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan sains,
dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya menggunakan
proses Inkuiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dunia
alam. Mereka menggunakan prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk
memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika
siswa sedang belajar dengan menggunakan proses Inkuiri, mereka menggunakan
ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian.
Siswa akan menjadi ilmuwan kecil.
Karakteristik dari metode Inkuiri ini adalah guru tidak
mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi
mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang
digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat
ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.
2.1.3 Media Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Agar siswa mampu memahami konsep belajar dan mampu mencapai hasil
belajar sesuai tujuan pembelajaran, salah satu pendukung untuk mencapai tujuan
tersebut adalah dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam di
sekolah dasar hendaknya guru menggunakan media pembelajaran. Bahwa untuk
dapat mengajar IPA dan mencapai tujuan pembelajaran, guru tidak hanya dituntut
menguasai materi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh penggunaan media
pembelajaran. Penekanan penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar
adalah karena sesuai dengan pola pikir siswa yang masih bersifat kongkret.
Sedangkan materi pelajaran IPA pada umumnya bersifat abstrak sehingga dalam
penjelasan materi pelajaran, guru menggunakan model, tiruan, foto, miniatur atau
benda asli, sehingga pelajaran yang bersifat abstrak dapat dikonkritkan.
18
Menurut teori Behaviorisme BF. Skinner dalam Aristo Rahadi (2003:9)
diuraikan tentang manfaat penggunaan media pembelajaran yang dapat mengubah
tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Manfaat praktisnya antara lain adalah :
(1) Media dapat mengubah materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit.
(2) Materi yang membutuhkan penjelasan rumit dapat disederhanakan dengan
melalui penggunaan media.
(3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
(4) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia, baik
indera penglihat, pendengar, peraba, pencium dan pencecap.
(5) Media dapat membantu menjelaskan obyek yang bersifat berbahaya
dengan melalui audio dan visual.
(6) Media juga dapat berupa bahan pengamatan benda sebenarnya untuk
memperjelas suatu proses.
(7) Informasi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media yang
tepat akan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa dan penanaman
konsep akan tertanam kuat.
2.1.3.1 Pengertian Media KIT IPA
Media KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah peralatan IPA yang diproduksi
dan dikemas dalam kotak unit pengajaran, yang menyerupai rangkaian peralatan
uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA serta dilengkapi dengan buku
pedoman penggunaannya. Komponen Instrumen Terpadu (KIT) adalah alat-alat
pembelajaran IPA yang diberikan oleh Depdiknas yang dikemas dalam satu kotak.
Menurut Wibawa dan Mukti (1992: 52) ”Media/alat peraga KIT Ilmu
Pengetahuan Alam atau loan boxes merupakan salah satu dari media tiga
dimensi”. Media tiga dimensi dapat memberi pengalaman yang mendalam dan
pemahaman yang lengkap akan benda-benda nyata. KIT IPA dibagi menjadi
beberapa jenis antara lain : (1).KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh
kelompok-kelompok siswa untuk percobaan, (2). KIT IPA untuk guru yang
dibutuhkan oleh guru untuk percobaan, (3).KIT IPA daftar nama benda-benda dan
19
bahan-bahan dari lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu. Media
KIT IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan menggunakan
alat peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai
alam. Selain itu, KIT IPA dapat membantu siswa untuk berfikir logis dan
sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola pikiran yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. KIT IPA dapat berfungsi membantu guru
dalam :
(1) Memberikan penjelasan konsep
(2) Merumuskan dan membentuk konsep
(3) Melatih siswa dalam keterampilan memberi/percobaan
(4) Penguatan konsep pada siswa
(5) Melatih siswa dalam pemecahan masalah
(6) Mendorong siswa berfikir kritis
Sebagai langkah awal dalam menggunakan Media KIT IPA, guru harus
meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui nama yang benar dari bagian - bagian
peralatan yang berbeda. Siswa juga harus mengetahui cara merakit peralatan
sesuai dengan petunjuk dari guru serta memperagakan cara merakit peralatan.
Selain itu, siswa juga diminta untuk mengamati dengan teliti sehingga dapat
menunjukkan bagaimana teknik yang digunakan dalam mengamati hasil dari
suatu percobaan serta fokus perhatian. Dari hasil pengamatan tersebut, siswa
menuliskan kedalam buku catatan atau lembar pengamatan yang telah disediakan.
Sehingga siswa termotivasi dalam belajar menggunakan KIT IPA ini seoptimal
mungkin.
Media KIT yang berbentuk kotak merah, memuat 68 jenis peralatan yang
terbagi sesuai dengan pokok bahasan. Kotak tersebut diberi penyekat didalamnya
sesuai dengan bentuk alatnya, untuk menjaga jangan sampai terjadi benturan
diantara media tersebut. Tata letak peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
praktis dan bersifat portable, agar mudah dibawa dan dipindah tempatkan. Begitu
juga dengan KIT yang berbentuk kotak kuning. Kotak tersebut terdiri atas dua
tingkat sesuai dengan bentuk alatnya.
20
Dengan tersedianya peralatan KIT Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah
Dasar serta pedoman penggunaannya untuk guru dan siswa ini diharapkan dapat
memacu peningkatan proses dan hasil belajar siswa dengan kondisi yang dinamis,
kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Ditjen Dikdasmen pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.
KIT Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang dilengkapi dengan
pedoman penggunaannya untuk guru ini akan sangat membantu dalam proses
belajar dan mengajar serta dapat dijadikan media atau alat bantu dalam mencapai
tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan kurikulum. Pemakaian
atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu Pengetahuan
Alam tersebut disesuaikan dengan jenis percobaan yang akan diajarkan guru di
Sekolah. Agar dalam menggunakan alat-alat pengajaran dalam suatu pengajaran
dapat mencapai keberhasilan dan daya guna yang tinggi maka guru harus dapat
memilih alat-alat pengajaran yang tepat.
Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam penggunaan KIT IPA adalah siswa
menyadari arah yang dituju dalam proses belajar mengajar, siswa merasa
mendapat tanggung jawab pada beban yang diberikan, siswa merasa tidak bosan,
mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap materi yang diberikan guru, motivasi
siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan kreatifitas siswa berkembang
dengan baik.
2.1.3.2 Sintak Metode Inkuiri Berbantuan Media KIT IPA
Sintak Metode Inkuiri dengan berbantuan Media KIT IPA pada
pembelajaran IPA tersaji dalam Tabel 3 sebagai berikut :
21
Tabel 3 Tahapan pembelajaran menggunakan Metode Inkuiri dengan Media KIT IPA
Tahap Pembelajaran Inkuiri Fase
Perilaku Guru
1. Orientasi Guru menyajikan sebuah permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
2. Merumuskan Masalah Guru merangsang dan mengajak siswa berfikir memecahkan masalah.
3. Mengajukan Hipotesis
Guru merangsang siswa untuk mengajukan jawaban sementara dari permasalahan yang sedang di bahas.
4. Mengumpulkan Data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan dengan bantuan media KIT IPA.
5. Menguji hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul dan memberikan konfirmasi atas jawaban siswa.
6. Membuat kesimpulan Guru bersama dengan siswa dalam membuat kesimpulan.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Belajar
Menurut Heri Rahyubi (2012:3) menjelaskan pengertian belajar adalah
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman,
mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.
Menurut Mayer dalam Heri Rahyubi (2012:3) bahwa belajar adalah perubahan
yang relative permanen dalam penampilan atau potensi perilaku yang disebabkan
latihan atau pengalaman masa lalu dalam suatu situasi tertentu.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua sitiuasi
yang ada di sekitar individu. Menurut Slameto (2010:2) Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
22
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana
dalam Rusman, 2012:1).
Menurut Gagne 1989 dalam bukunya Ahmad Susanto (2013:1), belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Burton dalam bukunya Ahmad
Susanto (2013:1) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dari pengertian belajar menurut beberapa ahli diatas menurut pemikiran
penulis bahwa belajar adalah suatu proses (melihat, mengamati, memahami
sesuatu) yang berlangsung di dalam diri seseorang untuk mengubah tingkah
lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.4.2 Hasil Belajar IPA
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran.“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar
atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Dalam kegiatan belajar yang
terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru.. Suatu
pembelajaran akan mencapai hasil belajar yang baik dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang seimbang.
Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan
siswa dalam belajar, setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi belajar.
Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai siswa dalam proses
belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. “Hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya” (winkel, 1998: 51 dalam bukunya Purwanto (2011:16).
23
Djamarah (2011:12), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang
telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar.
Menurut Prastowo (2013:410), sasaran yang dilihat dalam hasil belajar
adalah tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. “Penilaian
hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa
jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dikuasai siswa pada setiap akhir
pembelajaran”. Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka menurut
pemikiran penulis bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar
biasanya diberikan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil
belajar bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan,
tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif.
Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar dimana
mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang setelah mengikuti proses
pembelajaran dalam hal berpikir seperti pengetahuannya bertambah,
pemahamannya meningkat, dan sebagainya. Mengacu pada penjelasan-
penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah
kemampuan kognitif yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan
kegiatan belajar.
2.2 Hubungan Metode Inkuiri terhadap hasil belajar IPA
Dalam pembelajaran IPA, sering menjadi masalah tersendiri bagi para
guru untuk meningkatkan pemahaman siswa karena terdapat banyak faktor, baik
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi siswa dalam memahami
konsep-konsep materi yang dipelajari. Penerapan metode maupun pendekatan
yang tepat dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan
pemahaman siswa. Penerapan strategi dan pendekatan dalam pembelajaran akan
berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai oleh siswa.
24
Proses pembelajaran IPA yang tepat diharapkan dapat membentuk
keterampilan maupun kemampuan berpikir dalam menemukan pemecahan secara
kritis dan rasional berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari untuk meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari. Hal tersebut
menuntut pendidik (guru) untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan, menguasai dan memiliki konsep sendiri dengan tepat berdasarkan
permasalahan yang dialami siswa dalam kehidupan yang dialaminya. Dengan
menemukan sendiri, diharapkan siswa dapat memahami konsep secara mendalam.
Dalam teori konstruktivisme, siswa dapat mengonstruksi ( membangun )
pengetahuannya sendiri. Untuk itu guru sebagai fasilitator harus sedia meyiapkan
pembelajaran yang cocok, seperti metode Inkuiri. Metode Inkuiri dimaksudkan
untuk membantu pelajar secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun
konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah yang dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut
Anjar Wikaningrum ( 2009 ) yang berjudul “ upaya meningkatkan hasil belajar
siswa menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi
pokok pesawat sederhana di SD N 3 Kaloran tahun ajaran 2009 / 2010 “. Hasil
penelitian menunjukkan, nilai rata - rata hasil belajar kognitif pada siklus 1
diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77.69. Nilai rata - rata hasil
belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 90,83. Nilai rata - rata hasil belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh
80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata - rata hasil belajar
afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10.
Nilai rata - rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi
93,00 pada siklus 2.
Dari hasil yang peroleh, penelitian dengan menggunakan metode inkuiri
pada siswa SD N 3 Kaloran Temanggung dapat meningkat hasil belajar siswa
secara optimal. Rokhmat ( 2009 ) dalam skripsi yang berjudul “ Upaya
25
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV
dengan menggunakan metode inkuiri di SDN Tulusrejo Malang “. Menurut
penelitiannya secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa melalui
penerapan metode inkuiri memperoleh kemajuan yang lebih baik dibandingkan
sebelum menerapkan metode inkuiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
metode inkuiri sangat efektif .
2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh
kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas 5 SDN Dadapayam
02 semester II tahun pelajaran 2014 / 2015 lebih banyak berpusat pada guru, guru
lebih banyak berceramah yang cenderung terpusat pada buku. Siswa hanya
sebagai pendengar, kondisi seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan
enggan belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal. Disetiap
pembelajaran masih belum adannya pengembangan penggunaan metode yang
cenderung menekankan pada aktivitas guru dalam menyampaikan pembelajaran di
kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti
apa saja yang disajikan guru. Ini terbukti dengan nilai ulangan harian IPA siswa
yang menunjukkan bahwa beberapa siswa mendapatkan nilai di bawah KKM ≥
60.
Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan
suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode inkuiri
dalam proses pembelajaran IPA. Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti,
diharapkan mencapai kondisi akhir, yaitu hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN
Dadapayam 02 semester II tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkat. Melalui
metode inkuiri, diharapkan siswa lebih senang dan tertarik untuk belajar IPA.
Oleh karena itu, guru diharapkan tidak hanya menggunakan metode pembelajaran
yang selama ini digunakan tetapi diharapkan mampu menggunakan metode
pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dengan menemukan
sendiri baik pengertian maupun konsepnya, sedangkan guru hanya sebagai
26
mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan, membimbing dan
memenuhi kebutuhan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
(1) Penerapan Metode Inkuiri berbantuan media KIT IPA diduga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 di SDN Dadapayam 02 Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
(2) Penerapan Metode Inkuiri berbantuan media KIT IPA untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas 5 di SDN Dadapayam 02 Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dilakukan
dengan tahapan orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.