bab ii kajian pustaka ii.1. umum - · pdf filekonsekuensi dari kebijakan mengenai...

32
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum Konsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang konstruksi memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) adalah dibutuhkannya kesadaran dari tenaga ahli konstruksi bahwa Sertifikat Keahlian yang mereka miliki tersebut merupakan suatu alat ukur yang menggambarkan bahwa tenaga ahli tersebut memiliki kompetensi sesuai kualifikasi dan klasifikasi yang tercantum pada sertifikat keahliannya. Kontraktor sebagai bagian dari masyarakat jasa konstruksi dan yang berkait langsung dengan tenaga ahli konstruksi juga dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pekerjaan mereka dengan mempekerjakan tenaga ahli yang memiliki sertifikat. Sehingga dapat diharapkan kebangkitan dunia konstruksi di Indonesia dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan perusahaan kontraktor untuk menghadapi persaingan global. II.2. Lisensi dan Sertifikasi Profesi II.2.1. Pengertian Lisensi dan Sertifikasi Profesi Licensure yang biasa digunakan di luar negeri, yaitu ”a mandatory process by which a governmental agency grants time-limited permission to an individual to engage in a given occupation after verifying that he or she has met predetermined and standardized criteria(Mickie S. Rops, 2002). Proses licensure ini dilakukan sebagai salah satu alat untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan diberikan oleh Pihak Pemerintah. Regulasi mengenai keperluan lisensi bagi berbagai jenis pekerjaan biasanya didasari pada konsep pemikiran bahwa proses lisensi dapat meminimalisasi ketidakpastian kualitas layanan kepada pihak konsumen; dan proses lisensi juga dapat meningkatkan permintaan (demand) terhadap layanan jenis pekerjaan tersebut. Di samping itu, kualitas atau kinerja yang rendah dari pelayanan oleh beberapa jenis pekerjaan atau jabatan kerja, seperti dokter atau operator alat-alat

Upload: hoangdung

Post on 07-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Umum

Konsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang

konstruksi memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) adalah dibutuhkannya kesadaran

dari tenaga ahli konstruksi bahwa Sertifikat Keahlian yang mereka miliki tersebut

merupakan suatu alat ukur yang menggambarkan bahwa tenaga ahli tersebut

memiliki kompetensi sesuai kualifikasi dan klasifikasi yang tercantum pada

sertifikat keahliannya. Kontraktor sebagai bagian dari masyarakat jasa konstruksi

dan yang berkait langsung dengan tenaga ahli konstruksi juga dituntut untuk dapat

meningkatkan kualitas pekerjaan mereka dengan mempekerjakan tenaga ahli yang

memiliki sertifikat. Sehingga dapat diharapkan kebangkitan dunia konstruksi di

Indonesia dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan perusahaan

kontraktor untuk menghadapi persaingan global.

II.2. Lisensi dan Sertifikasi Profesi

II.2.1. Pengertian Lisensi dan Sertifikasi Profesi

Licensure yang biasa digunakan di luar negeri, yaitu ”a mandatory process by

which a governmental agency grants time-limited permission to an individual to

engage in a given occupation after verifying that he or she has met predetermined

and standardized criteria” (Mickie S. Rops, 2002). Proses licensure ini dilakukan

sebagai salah satu alat untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan

diberikan oleh Pihak Pemerintah.

Regulasi mengenai keperluan lisensi bagi berbagai jenis pekerjaan biasanya

didasari pada konsep pemikiran bahwa proses lisensi dapat meminimalisasi

ketidakpastian kualitas layanan kepada pihak konsumen; dan proses lisensi juga

dapat meningkatkan permintaan (demand) terhadap layanan jenis pekerjaan

tersebut. Di samping itu, kualitas atau kinerja yang rendah dari pelayanan oleh

beberapa jenis pekerjaan atau jabatan kerja, seperti dokter atau operator alat-alat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

11

berat konstruksi, dapat mengakibatkan dampak sosial. Dalam hal ini, regulasi

mengenai syarat minimum kelayakan bekerja melalui proses lisensi menjadi

sangat relevan.

Dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan lisensi terhadap jenis-jenis

pekerjaan yang berhubungan dengan jasa konstruksi tentunya pihak pemerintah

perlu mempertimbangkan dampak lisensi terhadap masyarakat pengguna dan

dampak terhadap para pekerja atau praktisi konstruksi itu sendiri. Pemerintah

perlu mengkaji apakah kebijakan lisensi ini memang akan bermanfaat untuk

masyarakat pengguna dalam hal peningkatan kualitas layanan. Manfaat ini juga

perlu dikaji apakah sebanding dengan potensi peningkatan biaya layanan dan

peningkatan pendapatan para profesi yang berlisensi. Lisensi juga mendorong

orang/industri untuk berinvestasi dalam kegiatan-kegiatan yang menunjang

peningkatan kompetensi kerja yang spesifik, hal ini sejalan dengan pertimbangan

bahwa investasinya akan bermanfaat dalam jangka panjang karena hanya orang-

orang yang berlisensilah yang dapat menyediakan layanan tersebut. (Morris M

Kleiner,2006).

Professional Certification didefinisikan sebagai ”a voluntary process by which a

non-governmental entity grants a time-limited recognition to an individual after

verifying that he or she has met predetermined and standardized criteria” (Mickie

S. Rops, 2002). Jadi, proses sertifikasi profesi adalah suatu hal yang bersifat

sukarela yang dilalui oleh seorang tenaga kerja (ahli maupun trampil) dan proses

ini dilaksanakan bukan oleh pihak Pemerintah tetapi diatur oleh mekanisme

pasar/industri.

Sertifikasi dapat memberikan manfaat yang sama dengan lisensi, tanpa

menimbulkan dampak ekonomi yang sama dengan lisensi. Sertifikasi tidak

mengakibatkan pembatasan jumlah praktisi dan tidak mengakibatkan pembatasan

pilihan penyedia jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat pengguna. Dengan

sertifikasi, para praktisi juga dituntut untuk memenuhi kompetensi minimum

dengan melalui mekanisme ujian atau persyaratan-persyaratan lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

12

Parker (2002) melakukan kajian mengenai kebijakan licensure and Voluntary

Certification in solar industry. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

persyaratan untuk mendapatkan lisensi yang biasanya relatif berat (tingkat

pendidikan yang tinggi, pengalaman yang cukup, dan lain-lain) selayaknya

diterapkan hanya pada jenis-jenis pekerjaan yang memang benar-benar khusus

dan memiliki karakteristik risiko yang cukup tinggi terhadap masalah keselamatan

umum dan masyarakat pengguna sedangkan untuk jenis-jenis pekerjaan yang

diperlukan keahlian tinggi dan untuk mendorong peningkatan kualitas/kinerja

layanan, proses sertifikasi lebih cocok daripada lisensi.

Untuk pelaksanaan lisensi atau sertifikasi profesi diperlukan ditetapkannya suatu

standar sebagai acuan penilaian kompetensi. Kebijakan pengolahan tenaga kerja

profesional perlu ditetapkan dalam memasuki globalisasi perdagangan dunia,

untuk itu diperlukan segera ditingkatkannya penyusunan Standar Kompetensi

Kerja Nasional, baik Kompetensi Jabatan maupun Kompetensi Keahlian. Untuk

pembinaan dan pengawasan standar wajib dilakukan oleh Pemerintah, mengingat

prinsip satu negara hanya mempunyai satu standar nasional dan mengacu pada

standar internasional yang berlaku (DR. R. Sukhyar, 2005).

II.2.2. Dampak Penerapan Kebijakan Lisensi dan Sertifikasi Profesi

Sampai saat ini belum ada kesepakatan bahwa lisensi meningkatkan kesejahteraan

konsumen. Karena sampai saat ini komsumen masih sangat mudah untuk dapat

menggunkan jasa yang tidak memiliki lisensi. Masih banyaknya konsumen

menggunakan penyedia jasa ilegal dikarenakan banyaknya pilihan tarif dan mutu

pekerjaan (Svorny, 1999).

Pada tahun 1993, Svorny melakukan kajian mengenai lisensi untuk bidang

kesehatan. Pada penelitian tersebut, dapat disimpulkan beberapa keuntungan atau

dampak positif yang akan dirasakan oleh pemegang lisensi tersebut. Beberapa

keuntungan yang akan dirasakan adalah:

1. Jika seorang menderita suatu penyakit, maka dia akan berusaha untuk

menyembuhkan penyakit tersebut dengan cara berobat ke dokter. Jika

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

13

penderita tersebut tidak berobat ke dokter, maka penyakitnya tidak akan

sembuh dengan sendirinya, sehingga dokter akan mendapatkan bayaran yang

besar terhadap jasa yang diberikannya kepada pasien karena berhubungan

dengan keselamatan seseorang. (Svorny, 1993)

2. Biaya yang dikeluarakan untuk pelaksanaan tahapan pengurusan lisensi

(magang yang hanya mendapt gaji rendah) akan cepat tergantikan setelah

memiliki lisensi (Svorny, 1993).

3. Pemegang lisensi akan bekerja secara profesional karena mereka terikat

peraturan yang telah mereka sepakati.dan akan mendapatkan sanksi yang

sangat keras atau maksimal jika melanggar (Svorny, 1993).

Beberapa peneliti juga melakukan kajian keuntungan lain yang dirasakan oleh

pemegang lisensi, beberapa keuntungan lain tersebut adalah:

1. Biaya yang mahal jika menggunakan jasa tukang listrik dianggap wajar karena

pekerjaan tersebut memiliki beresiko memakan korban jika dikerjakan sendiri

oleh konsumen yang tidak memiliki keahlian. Sehingga konsumen tidak ada

pilihan lain (Carroll dan Gaston, 1983).

2. Mengurangi jasa agen untuk mempromosikan diri (Svorny, 1999).

3. Biaya monitoring akan menjadi lebih tinggi (Lazear, 1981).

4. Sertifikasi akan membuat seorang yang memiliki sertifikat akan bersaing

dengan yang memiliki sertifikat juga dan akan menyebabkan banting harga.

(Kaserman, 1980 dan Gellhorn, 1956)

5. Carroll dan Gaston (1981) menemukan mutu pengacara menjadi lebih

meningkat semenjak di berlakukannya lisensi untuk profesi tersebut.

Untuk kerugian atau dampak negatif dari kebijakan lisensi terhadap suatu bidang

pekerjaan atau profesi adalah:

1. Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek yang

dilakukan oleh pemegang lisensi yang menyebabkan terjadinya kejadian yang

menghebohkan publik. Sehingga terjadi ketidak percayaan masyarakat

terhadap proses lisensi yang telah ada (Haug, 1980; Stevens, 1986; Ginsberg

dan Moy, 1992, Svorny, 1993).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

14

2. Pada tahun 1954-1975 rata-rata mutu pekerjaannya merosot dan banyak

terdapat keluhan dari masyarakat. Hal ini diakibatkan para lulusan perguruan

tinggi hanya melakukan ujian dan langsung mendapatkan lisensi, sedangkan

pelatihan sangat kurang dilakukan kepada para lulusan tersebut (Maruizi,

1980).

3. Pemerintah diharapkan untuk lebih mementingkan mutu pendidikan dan

pelatihan dari pada hanya berkonsentrasi pada pengurusan lisensi saja (Phelan,

1974).

Keuntungan atau dampak positif dari kebijakan sertifikasi terhadap suatu bidang

pekerjaan atau profesi adalah:

1. Suatu sistem sertifikasi akan menghasilkan dampak positif yang sama dengan

sistem lisensi (Shapiro, 1986).

2. Ahli ekonomi lebih menganggap sertifikasi lebih baik dari pada lisensi karena

konsumen dapat menjadikan sertifikasi sebagai panduan. Konsumen dapat

menggunakan praktisi yang tidak memiliki sertifikat dengan pertimbangan

mereka masing-masing sehingga pilihan mereka lebih luas“konsumen dapat

membeli atau menggunakan mutu yang rendah sesuai kebutuhan mereka.

(Friedman, 1962).

Parker (2002) dalam kajiannya mengenai kebijakan licensure and Voluntary

Certification in solar industry. Keuntungan dan kerugian yang dirasakan oleh

pihak terkait terhadap kebijakan licensure pada Tabel II.1.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

15

Tabel II.1. Keuntungan dan kerugian kebijakan licensure and Voluntary Certification in solar industry

No Pihak terkait

Keuntungan Kerugian

LISENSI

1 Industri

Meningkatkan pendapatan dan pengakuan profesionalitas dari karena adanya pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki

Biaya pelatihan dan pemenuhan persyaratan yang besar

2 Praktisi

Meningkatkan pendapatan dan pengakuan profesionalitas dari karena adanya pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki

Biaya pelatihan dan pemenuhan persyaratan yang besar dan pembatasan pekerjaan

3 Pemerintah Sumber pendapatan Biaya pengembangan dan pembuatan satandar yang besar

4 Konsumen Mendapatkan mutu pekerjaan yang baik

Besarnya bayaran jasa dan terbatasnya pemilihan penyedia jasa

SERTIFIKASI SUKARELA

1 Industri

Meningkatkan pendapatan dan pengakuan profesionalitas dari karena adanya pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki

Biaya pelatihan dan pemenuhan persyaratan

2 Praktisi

Meningkatkan pendapatan dan pengakuan profesionalitas dari karena adanya pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki dan peningkatan standar mutu pelayanan

Biaya pelatihan dan pemenuhan persyaratan

3 Pemerintah Mendapatkan mutu pekerjaan yang baik

Kecil, bahkan tidak ada

4 Konsumen Dapat memilih penyedia jasa dengan kualitas yang diinginkan

Tidak ada

(Wendy L Parker,2002)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

16

Beberapa asosiasi profesi di Indonesia menawarkan beberapa manfaat yang

diharapkan akan didapatkan oleh para tenaga ahli, perusahaan konstruksi, dan

pengguna jasa jika para tenaga ahli konstruksi memiliki Sertifikat Keahlian

(SKA). Untuk lebih jelasnya manfaat-manfaat tersebut dapat dilihat pada Tabel

II.2 (Manfaat Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi Menurut Asosiasi Profesi di

Indonesia).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

17

Tabel II.2. Manfaat Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi Menurut Asosiasi Profesi di Indonesia

Manfaat Stakeholder PII (www.pii.or.id) IAMPI (www.iampi.or.id) ATAKI (www..ataki.or.id) Pengakuan yang resmi dan berlaku secara nasional terhadap kompetensi dan profesionalisme

Peningkatan pengetahuan dan sikap dalam mengelola proyek.

Untuk mengukur sejauh mana kompetensi dirinya.

Tersedianya kesempatan peningkatan kompetensi dan profesionalisme berkelanjutan.

Lebih mampu mengontrol sasaran proyek Pengakuan profesionalitas seseorang.

Terciptanya jalur jenjang karier, jalur struktural dan manajemen.

Sarana untuk peningkatan jenjang karir Peningkatan performance sehingga mampu berkompetisi secara global.

Terdapatnya kemudahan untuk turut serta dalam proyek-proyek keinsinyuran

Pengakuan secara nasional atas kompetensinya.

Peningkatan profesionalisme dari personil

Terbukanya akses ke pasaran tenaga kerja keinsinyuran

Peningkatan ber-networking dengan rekan seprofesi.

Lebih mampu mengontrol proyek-proyek yang ditangani

Individu

Bukti atas standar kualifikasi profesionalisme personil.

Tersedianya sumber informasi yang terklasifikasi dan mutakhir untuk rekrutmen.

Komitmen nyata atas profesi Manajemen Proyek.

Sumber informasi tenaga kerja konstruksi.

Terciptanya iklim keprofesionalan dalam perusahaan,

Memenuhi undang-undang dan peraturan yang ada

Tersedianya instrumen untuk mengatur jenjang karier dan skala imbalan

Keyakinan untuk mendapatkan Jasa Manajemen Proyek yang Profesional.

Naiknya kinerja perusahaan akibat peningkatan motivasi dan produktivitas

Timbul suatu hubungan profesional antara pengguna dan penyedia jasa.

Tersedianya sistem klasifikasi tenaga ahli sebagai sarana bagi penataan industri jasa kontruksi

Penyedia

Jasa

Terwujudnya perlindungan bagi masyarakat atas keselamatan kerja dan mutu pekerjaan.

Keyakinan untuk mendapatkan Jasa Manajemen Proyek yang Profesional.

Sumber informasi tenaga kerja konstruksi. Pengguna

Jasa Timbul suatu hubungan profesional antara pengguna dan penyedia jasa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

18

Berikut ini adalah manfaat yang ditimbulkan akibat memiliki Professional

engineering licence di Amerika serikat menurut National Council of Examiners

for Engineering and Surveying (www.ncees.com):

1. Lisensi merupakan suatu jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan dan

kesejahteraan pengguna jasa.

2. Dengan memiliki lisensi berarti telah memenuhi standar, mutu, etika dan

kemampuan yang telah diakui.

3. Lisensi dapat digunakan di negara bagian manapun dengan syarat terlebih

dahulu melapor kepada pihak yang berwenang di daerah tersebut.

4. Dapat menjalankan profesi tanpa pengawasan dari pihak lain

5. Memberikan peluang besar dan pilihan yang banyak dalam berkarir sesuai

lisensi yang kamu miliki

Pendapat beberapa orang yang memiliki professional engineering license di

Amerika Serikat mengenai manfaat yang dirasakan dengan memiliki Professional

Engineer licence (www.ncees.com) dapat dilihat pada Tabel.II.3 berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

19

Tabel II.3. Manfaat memiliki PE license

No Manfaat Profeesional Engineer

1 Untuk menfokuskan perhatian kepada peningkatan kualitas sehingga menjadi seorang insinyur yang berkompeten.

Michael Griffin, Ph.D., P.E., (administrator of NASA and a member of the National Academy of Engineering).

2 Menandakan bahwa seorang insinyur dapat bekerja dengan jujur, beretika dan transparan dan juga berarti bahwa seorang insinyur yang memiliki professional engineering licensure sangat mementingkan mutu dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya.

Lilia Abron, Ph.D., P.E., ( the founder and president of PEER Consultants, an environmental and civil engineering firm headquartered in the Washington, D.C., area).

3 Menunjukan kemampuan seorang insinyur untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya dan menjadi sebuah kebanggan dan gengsi bagi pemegangnya dan bermanfaat untuk meyakinkan para pengguna pemakai jasa.

Stephen D. Bechtel Jr., P.E.,(chairman retired and director of Bechtel Group Inc., the global engineering, construction, and project management company based in San Francisco)

4 Dapat meningkatkan karir, pengetahuan dan menjadi suatu kebanggan, karena Professional engineering licensure menggambarkan seorang insinyur yang memiliki kemampuan yang teknis yang baik dan memiliki etika profesional yang tinggi

Cameron H. G. Wright, Ph.D., P.E., (an IEEE Senior Member, is chair of the IEEE-USA Licensure and Registration Committee and is on the faculty of the University of Wyoming. Opinions expressed are the author's).

6 Selain kemampuan teknis, pengguna jasa juga mencari konsultan yang mampu memecahkan masalah dan bertanggungjawab. Tanggungjawab ini hanya dapat dicapai atau ditambah dengan cara memiliki Professional engineering licensure.

N. Catherine Bazan-Arias, Ph.D. Engineering Intern, Staff Engineer-in-Training GAI Consultants, Inc.

7 Profesi keinsinyuran adalah sebuah kotak peralatan. Semua pelajaran yang didapatkan di sekolah dan pengalaman kerja di lapangan adalah perkakas untuk kotak peralatan tersebut dan Professional engineering licensure akan menjadi salah satu perkakas yang paling utama.

Kathy Caldwell, P.E. President JEA Construction Engineering Services

(Sumber: www.ncees.com)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

20

II.3. Serifikasi Tenaga Ahli di Bidang Jasa Konstruksi di Indonesia

II.3.1. Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi di Indonesia

Pasal 9 UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi menyatakan bahwa orang

perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi

atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana

konstruksi harus memiliki Sertifikat Keahlian dan tenaga kerja yang

melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus

memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

Penjelasan Pasal 9 UU No. 18/1999 tentang jasa konstruksi menyatakan bahwa

“Dengan demikian hanya orang perseorangan yang memiliki sertifikat tersebut

yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi”. Pengaturan

demikian secara implisit menjadikan Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat

Ketrampilan (SKT) kerja adalah sebagai suatu surat ijin bekerja atau lisensi.

Dengan demikian, seluruh tenaga kerja konstruksi berkewajiban untuk memiliki

Sertifikat Keahlian atau Ketrampilan Kerja untuk memenuhi kewajiban

legalitasnya.

Pelaksanaan sertifikasi tenaga ahli lebih lanjut diatur dalam PP 28/2000 yang

menyatakan bahwa tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi

keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan Sertifikat Keterampilan kerja dan

Sertifikat Keahlian kerja yang telah diterbitkan sebelum dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah ini, tetap berlaku sampai masa berlakunya sertifikat berakhir atau

paling lama 1 tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini.

LPJK yang beranggotakan Asosiasi Perusahaan, Asosiasi Profesi, instansi

pemerintah, dan pakar yang terkait, merupakan lembaga yang melakukan

pengembangan jasa konstruksi. LPJK sebagai suatu lembaga yang independen dan

mandiri, terdiri atas LPJK Nasional yang berkedudukan di ibukota negara dan

LPJK Daerah yang berkedudukan di ibukota propinsi. LPJK (nasional dan daerah)

memainkan peran utama dalam pembinaan tenaga kerja jasa konstruksi melalui

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

21

pelaksanaan fungsi akreditasi asosiasi profesi dan institusi pendidikan dan

pelatihan (diklat), serta registrasi tenaga kerja konstruksi.. Dalam pelaksanaannya,

proses sertifikasi ini dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi

pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga. Berbeda

dengan bentuk ijin-ijin lainnya di Indonesia, sertifikasi tenaga kerja konstruksi

(yang juga merupakan ijin kerja) tidak dilakukan oleh badan pemerintah

(government entity).

Maksud, tujuan, cara memperoleh Sertifikat Keahlian (SKA), dan sanksi kepada

pemegang Sertifikat Keahlian dijelaskan pada Keputusan Dewan Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional No. 71/KPTS/LPJK/D/VIII/2001

tentang Sertifikasi dan Registrasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi. Sertifikat

Keahlian untuk selanjutnya disebut SKA, adalah hasil sertifikasi atau tanda bukti

bahwa tenaga kerja telah mempunyai kompetensi dan kemampuan untuk keahlian

tertentu yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. Untuk lebih

lengkapnya dapat di lihat pada Lampiran I

Sertifikasi tenaga ahli jasa konstruksi dimaksudkan untuk menyatakan kompetensi

seseorang dalam suatu disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahlian

tertentu di bidang jasa konstruksi, dan tujuan sertifikasi adalah memberikan

informasi obyektif kepada para pengguna jasa bahwa kompetensi tenaga ahli yang

bersangkutan memenuhi bakuan kompetensi yang ditetapkan untuk klasifikasi dan

kualifikasinya.

Pada tahun 2006, Pusat Pembinaan Keahlian Dan Teknik Konstruksi

(PUSBIKTEK) BPK-SDM Dep. PU menyimpulkan mekanisme Sistem Akreditasi

dan Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi yang berlaku saat ini, seperti dijelaskan

pada Gambar.II.1..

Berikut ini akan diuraikan mengenai proses Akreditasi dan Sertifikasi Tenaga

Ahli Konstruksi yang ada di Indonesia versi LPJK:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

22

1. Pertama-tama LPJK sebagai suatu lembaga yang indipenden dan mandiri,

menyusun dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai tanggungjawab

profesi berlandaskan prinsip keahlian, kaidah keilmuan, kepatutan dan

kejujuran intelektual dengan mengutamakan kepentingan umum atau yang

lebih dikenal dengan sebutan Bakuan Kompetensi. Setelah Bakuan

Kompetensi tersebut dibuat, kemudian disebarkan dan diteruskan untuk

diketahui dan dipelajari oleh pihak-pihak yang termasuk ke dalam Masyarakat

Jasa Konstruksi seperti: asosiasi perusahaan jasa konstruksi, asosiasi profesi

jasa konstruksi, pakar dan perguruan tinggi yang berkaitan dengan bidang jasa

konstruksi serta instansi Pemerintah yang terkait.

2. Untuk melakukan sertifikasi kepada anggotanya, asosiasi profesi terlebih

dahulu mengajukan akreditasi kepada LPJK. Dalam melakukan akreditasi

asosiasi profesi terlebih dahulu harus mempersiapkan seluruh persyaratan-

persyaratan dan memasukan permohonan akreditasi, yang kemudian diteliti

dan dinilai oleh Komite Akreditasi Asosiasi Profesi (KAA), tetapi sebelumnya

Asosiasi Profesi tersebut sudah harus menjadi anggota LPJK. KAA adalah

komite yang dibentuk oleh LPJK yang bertugas melakukan penelitian dan

penilaian kelayakan apakah Asosiasi Profesi dapat diberi akreditasi untuk

melakukan sertifikasi kepada anggotanya atau tidak. Penelitian dan penilaian

yang dilakukan oleh KAA adalah meliputi: 1). Segi kelayakan administratif;

2) Segi kelayakan organisasi; dan 3) Segi kelayakan program sertifikasi.

3. Apabila menurut penelitian dan penilaian KAA, asosiasi profesi tersebut layak

untuk memperoleh akreditasi, maka KAA berwenang untuk

merekomendasikan kepada Dewan LPJK, agar memberikan akreditasi kepada

asosiasi profesi tersebut. Rekomendasi tersebut harus disertai ketentuan-

ketentuan yang harus dipatuhi dan melekat dengan registrasi yang akan

diberikan. Tetapi apabila menurut hasil penelitian dan penilaian KAA, asosiasi

profesi tersebut tidak atau belum layak untuk memperoleh akreditasi, maka

KAA berwewenang untuk mengusulkan penolakan kepada Dewan LPJK

untuk tidak memberikan akreditasi kepada asosiasi profesi tersebut. Penolakan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

23

tersebut harus disertai penjelasan tertulis mengenai persyaratan yang tidak

atau belum terpenuhi oleh asosiasi profesi yang mengajukan akreditasi.

4. Jika permohonan akreditasi yang diajukan oleh asosiasi profesi dinyatakan

tidak atau belum layak oleh KAA, maka asosiasi profesi kemudian melakukan

penyesuaian atau melengkapi persyaratan-persyaratan guna memenuhi

ketentuan penilaian dan mengajukan kembali permohonan akreditasi. Jika

permohonan akreditasi yang diajukan oleh asosiasi profesi dinyatakan layak

oleh KAA, maka LPJK Nasional akan memberikan akreditasi kepada asosiasi

profesi tersebut.

5. Setelah mendapatkan akreditasi dari LPJK, asosiasi profesi tersebut wajib

melaksanakan program sertifikasi yang proses dan prosedurnya sesuai dengan

Bakuan Kompetensi yang dibuat Dewan LPJK Nasional, dalam memberikan

sertifikasi kepada pemohon sertifikat keahlian. Proses dan prosedur tersebut

antara lain:

a. Persyaratan Untuk memohon SKA

b. Klasifikasi dan kualifikasi

c. Bakuan kompetensi

d. Tata cara memohon SKA

e. Tata cara memohon kenaikan kualifikasi SKA

f. Tata cara pemrosesan permohonan SKA dan kenaikan kualifikasi SKA

g. Tolak ukur penilaian SKA

h. Tata cara pengawasan dan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran

i. Tata cara mengajukan pengaduan atau banding

j. Tata cara perpanjangan SKA

k. Biaya-biaya yang menjadi beban pemohon

6. Proses sertifikasi dilakukan oleh Badan Sertifikasi Asosiasi (BSA), BSA

adalah badan sertifikasi yang independen serta mandiri dan dibentuk oleh

asosiasi profesi. Apabila BSA menyatakan bahwa pemohon sertifikat keahlian

tersebut telah melakukan proses Sertifikasi sesuai dengan prosedur-prosedur

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

24

yang berlaku dan dinyatakan layak, maka BSA akan mengeluarkan Sertifikat

Keahlian (SKA) kepada Asosiasi Profesi tersebut.

7. Di dalam Sertifikat Keahlian tercantum pernyataan pemiliknya yang

menyatakan bahwa dalam melaksanakan keahliannya, yang bersangkutan

tidak akan melanggar Kode Etik dan Kode Tata Laku Profesi yang berlaku

baginya dan bersedia dikenakan sanksi bila yang bersangkutan melakukan

pelanggaran.

8. Setelah melakukan sertifikasi, Badan Sertifikasi Asosiasi wajib melakukan

registrasi untuk Sertifikat Keahlian yang akan diterbitkannya, karena Sertifikat

Keahlian (SKA) tersebut dinyatakan sah apabila telah diregistrasi oleh LPJK.

Persyaratan untuk registrasi meliputi penyerahan satu berkas permohonan

registrasi tenaga kerja yang disertai dengan blanko SKA yang telah diisi dan

membayar biaya registrasi. Dalam melakukan registrasi, LPJK menerapkan

sistem penomoran yang dilakukan menggunakan sistem informasi terpusat

untuk menghindari adanya duplikasi SKA.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

25

(Sumber: PUSBIKTEK BPK-SDM Dep. PU) Gambar II.1. Bagan Alir Proses Akreditasi dan Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi di Indonesia yang berlaku saat ini dalam LPJK

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

26

Sampai saat ini terdapat 28 asosiasi profesi yang terdapat di Indonesia (Lampiran

II). Dari 28 asosiasi profesi tersebut, baru 21 asosiasi profesi telah mendapatkan

akreditasi dari LPJK. Yang diakreditasi oleh LPJK bukanlah asosiasi tersebut,

melainkan Badan Sertifikasi Keahlian (BSA) yang terdapat pada asosiasi profesi

tersebut. Setelah mendapatkan akreditasi dari LPJK, asosiasi profesi tersebut

dapat mensertifikasi anggotanya dengan ketentuan yang berlaku.

II.3.2. Penerapan Kepemilikan Sertifikat Keahlian (SKA) di Indonesia

Penerapan kepemilikan Sertifikat Keahlian (SKA) untuk pengadaan barang dan

jasa di wilayah departemen kimpraswil dimulai pada tahun 2004, yaitu setelah

dikeluarkannya Surat edaran menteri pada tanggal 19 februari 2003 Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah mengeluarkan Surat Edaran Nomor:

IK.02.05-Mn/135 Perihal Pengadaan Jasa Konstruksi Tahun Anggaran 2003 di

lingkungan Departemen KIMPRASWIL. Di dalam Surat Edaran tersebut

dinyatakan bahwa untuk mengikuti pengadaan jasa perencanaan konstruksi, jasa

pelaksanaan konstruksi, dan jasa pengawasan konstruksi penyedia jasa yang

berbentuk Badan Usaha salah satu yang harus dimiliki adalah Sertifikat Keahlian

(SKA). Jika penyedia jasa belum memiliki Sertifikat Keahlian, dapat disampaikan

surat keterangan dari Asosiasi terkait, terutama untuk Penanggung Jawab Teknis

pada Badan Usaha yang bersangkutan.

Pada bulan November 2003, dikeluarkan Keputusan Presiden nomor 80 tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Untuk

pelaksanaan Keppres tersebut, pemerintah memberikan kewenangan kepada

Menteri untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah sesuai bidangnya. Untuk bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah,

dikeluarkan KEPMEN nomor: 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengadaan Jasa Konstruksi Oleh Instansi Pemerintah. Pada KEPMEN tersebut

penedia jasa diwajibkan memiliki tenaga ahli dan tenaga terampil yang telah

memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dan sertifikat ketrampilan (SKT) yang

diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

27

Keputusan Direksi PT.PLN No: 019 . K / 010/DIR/2004 tentang sertifikasi badan

usaha jasa konstruksi pekerjaan bidang elektrikal (SBU-E) dan penanggung jawab

teknik (PJT) di lingkungan PT. PLN (Persero) menyatakan pekerjaan jasa

konstruksi bidang elektrikal (pembangunan dan pemasangan instalasi

ketenagalistrikan) di wilayah kerja PT PLN (Persero) harus dilaksanakan oleh

Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) yang telah memiliki Sertifikat Badan Usaha

(SBU) dan penanggung jawab teknik (PJT) yang memiliki Sertifikat Keahlian

yang dikeluarkan asosiasi profesi yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi.

Surat Edaran Nomor: 03/SE/M/2005 mengenai Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

untuk Instansi Pemerintah tahun anggaran 2005 menyatakan bahwa Penyedia jasa

konstruksi harus memiliki tenaga ahli konstruksi yang memiliki Sertifikat

Keahlian (SKA) dan untuk penilaian kualifikasi badan usaha besar dilakukan

penilaian mengenai pemilikan Sertifikat Manajemen Mutu ISO dan Sertifikat

Manajemen K-3 atau OHSAS.

Surat Edaran Nomor: 03/SE/M/2005 ini tidak menjelaskan siapa yang diwajibkan

memiliki Sertifikat Keahlian (SKA). Hal ini berbeda dengan Surat Edaran

Nomor: IK.02.05-Mn/135 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa SKA diutamakan

bagi penaggung jawab teknis pada badan usaha yang bersangkutan. Surat Edaran

Nomor: 08/SE/M/2006 Perihal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi

Pemerintah tahun anggaran 2006 juga tidak menjelaskan siapa yang diwajibkan

atau diutamakan unyuk memiliki sertifkat keahlian (SKA).

Dalam proses sertifikasi tenaga ahli konstruksi di Indonesia, semua asosiasi

profesi mempersyaratkan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman kerja.

Persyaratan pengalaman tersebut memberatakan para lulusan perguruan tinggi

yang belum memiliki pengalaman kerja. Pada tahun 2005 LPJKN mengeluarkan

Surat Keputusan No. 88/KPTS/D/IX/2005 tentang Sertifikat Keahlian Pemula.

Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) adalah sertifikasi orang perorangan yang

tenaga kerja yang bekerja pada bidang konstruksi pada kualifikasi tingkat pemula

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

28

yang hanya berlaku selama 1 tahun. Maksud penerbitan SKA-P untuk

menertibkan persyaratan minimal dan tatacara melakukan sertifikasi orang

perseorangan tenaga kerja yang bekerja pada bidang konstruksi pada kualifikasi

tingkat pemula, sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengakuan komptensi

yang lebih tinggi (SKA) dari asosiasi profesi yang telah mendapat akreditasi dari

Lembaga tingkat nasional.

LPJK mengeluarkan Peraturan LPJK No.11 tentang Registrasi Usaha Jasa

Pelaksana Konstruksi yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang ingin

mengajukan permohonan Baru, Perubahan atau Perpanjangan Sertifikat Badan

Usaha (SBU) pada tahun 2007 harus memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) atau

sertifikat keterampilan (SKT) yang dipersyaratkan untuk tenaga ahli badan usaha

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Permohonan Sertifikasi untuk Kualifkasi Gred 7, Gred 6 dan Gred 5

(menengah dan besar) setiap PJT dan PJB harus memiliki Sertifikat Keahlian

(SKA) sedangkan untuk Kualifikasi Gred 4, Gred 3 dan Gred 2 (kecil) setiap

PJT dan PJB minimal harus memiliki Sertifkat Keterampilan (SKT).

2. SKA atau SKT dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi yang terakreditasi LPJK

3. PJT atau Penanggung jawab teknis jumlahnya hanya 1 untuk setiap Badan

Usaha/perusahaan sedangkan untuk PJB atau Penanggung jawab bidang

jumlahnya minimal 1 (satu) orang untuk setiap bidang pekerjaan yang terdiri

dari bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal, bidang elektrikal dan

bidang tata lingkungan.

Dari penjelasan kebijakan yang mengatur penerapan kewajiban sertifikasi bagi

tenaga ahli konstruksi di Indonesia di atas, di rangkum pada Tabel II.4 berikut.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

29

Tabel II.4. penerapan kepemilikan Sertifikat Keahlian (SKA) untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah

Tahun Kebijakan Peraturan

1999 Setiap tenaga kerja konstruksi harus memiliki sertifikat kompetensi Undang-undang no 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

2000 Pelaksanaan sertifikasi tenaga ahli dilakukan oleh lembaga independen

Peraturan pemerintah no 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi

2001 Mengatur mengenai proses, syarat pengurusan SKA sampai dengan sanksi terhadap penyalahgunaan SKA

Keputusan LPJK No. 71/KPTS/LPJK/D/VIII/2001 tentang Sertifikasi dan Registrasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi

Untuk pelaksanaannya pemerintah memberikan kewenangan kepada Menteri untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaan sesuai bidangnya

Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Tenaga ahli yang disediakan penyedia jasa wajib memiliki SKA

KepMen Permukiman dan Prasarana Wilayah No: 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah

2004

Pekerjaan jasa konstruksi bidang elektrikal di wilayah kerja PT PLN (Persero), harus dilaksanakan oleh BUJK yang telah memiliki penetapan penanggung jawab teknik (PJT) memiliki SKA

Keputusan Direksi PT.PLN No:019. K / 010/DIR/2004 tentang sertifikasi badan usaha elektrikal (SBU-E) dan penanggung jawab teknik (PJT)

2005 Tenaga ahli yang disediakan wajib memiliki SKA Surat Edaran Nomor: 03/SE/M/2005 Perihal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah TA 2005

2005 Mulai diberlakukannya Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) untuk tenaga kerja yang belum memiliki pengalaman kerja. Surat Keputusan No. 88/KPTS/D/IX/2005 tentang SKA-P

Tenaga ahli yang disediakan wajib memiliki SKA Surat Edaran Nomor: 08/SE/M/2006 Perihal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah TA 200

2006 PJT dan PJB untuk perusahaan menengah dan besar harus memiliki SKA Peraturan LPJK No.11 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

30

II.3.3. Tenaga Ahli Konstruksi dan Badan Usaha Jasa Konstruksi

Pada tahun 2007, berdasarkan data LPJK diketahui jumlah tenaga ahli bidang

konstruksi yang telah memiliki Sertifikat Keahlian di Indonesia adalah 32.427

tenaga ahli (Tabel II.6). Jumlah Sertifikat Keahlian (SKA) yang telah teregistrasi

di LPJK adalah sebanyak 42.094 Sertifikat Keahlian. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa satu orang tenaga ahli memiliki lebih dari satu Sertifikat

Keahlian.

Tabel II.5. Statistik Tenaga Ahli & Sertifikat Tenaga Ahli 2007

Kualifikasi Jumlah Pemegang SKA Jumlah SKA Teregistrasi

Pemula 2838 (9,3%) 4008

Muda 21437 (65,8%) 28157

Madya 7215 (21,6%) 8785

Utama 944 (3,3%) 1144

Total 32427 42094

(Sumber: LPJK 2007)

Untuk Propinsi Jawa Barat, terdapat 3.957 tenaga ahli yang memiliki Sertifikat

Keahlian. Dari 25 kota dan kaupaten yang terdapat di Jawa Barat, 906 tenaga ahli

bersertifikat atau 23%nya teregistrasi di Kota Bandung.

Sampai saat ini belum semua asosiasi profesi yang mengeluarkan Sertifikat

Keahlian Pemula (SKA-P). Berdasarkan data LPJK, baru beberapa asosiasi

profesi yang mengeluarkan Sertifikat Keahlian Pemula (SKA-P) selain LPJK:

1. IAI Ikatan Arsitek Indonesia

2. PII Persatuan Insinyur Indonesia

3. HATHI Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia

4. PATI Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia

5. IATPI Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia

6. ASTTI Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia

7. ATAKI Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

31

Berdasarkan data LPJK 2006, jumlah badan usaha di Indonesia adalah 133.833

perusahaan yang terdiri dari:

1. Klasifikasi Kecil = 117.695 (88%) Perusahaan

2. Klasifikasi Menengah = 14.729 (11%) Perusahaan

3. Klasifikasi Besar = 1.409 (1%) Perusahaan

Jika data di atas dibandingkan dengan jumlah tenaga ahli yang memiliki Sertifikat

Keahlian, maka dapat disimpulkan bahwa untuk satu badan usaha dengan

kualifikasi menengah dan besar memiliki 1-2 tenaga ahli bersertifikat.

II.4. Sertifikat Profesi Untuk Pekerjaan di Bidang Energi Dan Sumber

Daya Mineral

Pada tahun 2003, dikeluarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral nomor: 111/K/70/MEM/2003 tentang Pemberlakuan Standar Nasional

Indonesia Kompetensi Kerja Tenaga Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi

Sebagai Standar Wajib Di Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Pada

KEPMEN tersebut dinyatakan bahwa telah diberlakukan Standar Nasional

Indonesia Kompetensi Kerja Tenaga Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi yang

terdiri dari:

1. Bidang penyelidikan seismik

2. Bidang pemboran

3. Bidang perawatan sumur

4. Bidang operasi produksi lepas pantai dan darat yang menggunakan teknologi

setara lepas pantai

5. Operator pesawat angkat, pesawat angkut dan juru ikat beban

6. Bidang penanganan dan pengawasan mutu bahan bakar minyak dan pelumas

penerbangan

7. Bidang laboratorium pengujian migas

8. Bidang keselamatan dan kesehatan kerja

9. Bidang sistem manajemen lingkungan

10. Bidang ketel uap (boiler)

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

32

Standar Nasional Indonesia (SNI) ini merupakan standar wajib untuk setiap

tenaga kerja yang akan ditempatkan pada jabatan teknik khusus dalam kegiatan

usaha minyak dan gas bumi. Dan untuk tenaga teknik khusus migas yang telah

memiliki sertifikat tenaga teknik khusus minyak dan gas bumi yang masih

berlaku sebelum ditetapkannya keputusan menteri ini dianggap telah memiliki dan

memenuhi Kompetensi Tenaga Teknik Khusus Migas sebagaimana dimaksud

dalam Diktum Pertama sesuai dengan tingkat keahlian dan jabatannya.

Pesyaratan untuk tenaga ahli ini adalah minimal pendidikan SLTA dengan

pengalaman tertentu sesuai dengan bidang yang diambil. Tenaga ahli yang

diwajibkan memiliki sertifikat pada bidang MIGAS dalam melaksanakan

pekerjaan lebih sebagai operator, sehingga hampir sama dengan tenaga terampil

pada bidang konstruksi.

II.5. Penerapan Kepemilikan Sertifikat Profesi di Bidang Konstruksi di

Luar Negeri

II.5.1. Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi di Amerika Serikat (USA)

Di Amerika Serikat, lisensi untuk profesional pertama kali diterapkan untuk

profesi dokter gigi pada tahun 1883, kemudian disusul profesi dokter umum,

pengacara, apoteker, para akuntan, dan para profesional lainnya. Untuk engineer

dan land surveyor baru dilakukan pada tahun 1907. peraturan ini diciptakan

karena banyaknya orang yang berprofesi sebagai engineer dan land surveyor tidak

profesional.

Pada tahun 1950, semua negara di Alaska, Kolombia dan Poerto Rico telah

mengadopsi kebijakan ini. Sampai saat ini semua negara bagian di Amerika

mempunyai hukum yang mengatur praktek profesi engineer dan land surveyor. Di

berbagai negara maju, semakin banyak jenis-jenis pekerjaan (occupations) yang

memerlukan lisensi (licensing). Di Amerika Serikat misalnya, di tahun 1950-an

dari beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan lisensi (licensed occupations),

tenaga kerja yang telah memiliki lisensi mencakup 4.5% dari jumlah seluruh

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

33

tenaga kerja yang harus memiliki lisensi. Angka ini meningkat menjadi 18% di

akhir tahun 1980-an dan meningkat lagi hingga mencapai 20% pada tahun 2000.

Terdapat 3 (tiga) kategori pekerjaan yang mendapatkan lisensi keahlian di

Amerika Serikat, yaitu bidang kedokteran, hukum dan teknik. Tujuan dari

pemberian lisensi kepada tenaga ahli teknik adalah untuk mencapai standar baik

melalui program pelatihan dan lulus test sebagai professional Engineers (PE) dan

menjamin kompetensi dari tenaga ahli profesional.

Lisensi ini diberikan sebelum tenaga ahli tersebut dapat mempraktekkan

keahliannya secara umum atau untuk kepentingan publik. Tetapi bagi mereka

yang belum mempunyai lisensi dapat bekerja tetapi harus lulus ujian Fundamental

Of Engineering dan bekerja dibawah tanggung jawab seorang yang telah memiliki

Professional Engineer licensure. Tetapi jika seseorang bekerja sendiri untuk

kepentingan publik tanpa seorang yang memiliki Professional Engineer licensure

dan tanpa seorang yang memiliki Professional Engineer licensure sebagai

penanggungjawab pekerjaannya, maka orang tersebut dinyatakan melanggar

hukum dan akan mendapatkan sanksi.

Hal mengenai pemberian lisensi ini menjadi tanggung jawab dari masing-masing

negara bagian. Tenaga ahli teknik yang ingin mendapatkan lisensi harus

mengajukan aplikasi kepada badan yang memberikan lisensi untuk masing-

masing negara bagian dimana tenaga ahli tersebut hendak melakukan pekerjaan.

Bidang-bidang keahlian teknik yang mendapatkan lisensi keahlian antara lain:

1. Teknik Sipil

2. Teknik Kimia

3. Teknik Elektro

4. Teknik Mesin

5. Teknik Lingkungan

6. Teknik Arsitektur

7. Teknik Industri

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

34

8. Teknik Metallurgi

9. Teknik Pertambangan

10. Teknik Kelautan

11. Teknik Nuklir

12. Teknik Perminyakan

Setiap negara bagian mempunyai banyak variasi dalam memberikan lisensi

kepada tenaga ahli teknik, tetapi secara umum tahapan dalam mendapatkan lisensi

adalah sebagai berikut:

1. Graduation

Lulus dari perguruan tinggi yang telah mendapatkan akreditasi dari ABET/EAC

yaitu suatu badan yang secara nasional memberikan akreditasi kepada organisasi

teknik dan kurikulum pendidikan.

2. Fundamental Of Engineering (FE) Exam

Fundamental Of Engineering (FE) Exam pertama kali dilakukan tahun 1965.

merupakan ujian pertama dalam proses pemberian lisensi. Biasanya pelaksanaan

ujian ini dilakukan pada bulan April dan Oktober setiap tahunnya. Setelah

melewati ujian ini maka akan diklasifikasikan sebagai sebagai Engineering Intern

(EI) atau Engineering-in-Training (EIT).

3. Work Experience

Setelah melewati tahap FE exam, maka tahapan selanjutnya untuk mendapatkan

lisesnsi adalah dengan menambah pengalaman di bidangnya. Dalam mendapatkan

pengalaman pekerjaan perlu diawasi oleh pihak yang telah mendapatkan lisensi

(PE). Persyaratan yang pengalaman untuk setiap negara bagian berbeda-beda,

biasanya berkisar 3-4 tahun. Pada saat memulai pekerjaan maka individu yang

akan mengikuti program untuk mendapatkan lisensi harus melaporkan kepada

badan yang berwenang untuk mengetahui pengalaman apa yang diperlukan dan

juga menanyakan kepada pihak PE perusahaan bagaimana cara mendapatkannya.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

35

4. PE Exam

Setelah memperoleh pengalaman kerja yang disyaratkan maka akan dilanjutkan

dengan tahap ujian kedua dalam proses mendapatkan lisensi, yaitu the Principles

and Practice of Engineering (PE). Pelaksanaan ujian kedua ini biasanya juga

dilakukan pada bulan April dan Oktober setiap tahunnya, tapi kadang-kadang

hanya dilakukan pada bulan oktober.

Setelah melalui 4 (empat) tahapan yang disebutkan di atas maka individu yang

mengikutinya dapat memperoleh lisesnsi dari badan pemberi lisensi dan setelah

mendapatkan lisesnsi tersebut maka akan disebut sebagai professional engineer

(PE).

Bagi lulusan perguruan tinggi yang tidak mendapatkan akreditasi dari ABET,

belum ada peraturan yang baku mengatur mereka untuk dapat memiliki

professional engineer licensure. Pada beberapa negara bagian ada yang

mempersyaratkan mereka harus memiliki pengalaman 4-6 tahun, baru mereka

boleh mengikuti ujian Fundamental of Engineering. Professional Engineer (PE)

tersebut masih bersifat umum untuk bidang-bidang keahlian teknik. Untuk

menjadi Professional Engineer pada suatu sub bidang tertentu, seorang PE harus

memenuhi persyaratan tertentu, tergantung sub bidang yang bersangkutan.

Sebagai contoh, untuk dapat menjadi Professional StructurEngineer, seorang PE

harus telah memiliki pengalaman minimal 2 tahun bekerja spesifik pada bidang

struktur dari 8 tahun pengalaman minimal yang dimilikinya.

Organisasi-organisasi yang terlibat dalam proses lisensi Professional

Engineer(PE) di Amerika Serikat:

1. Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET)

ABET adalah suatu badan secara nasional yang memberikan akreditasi kepada

perguruan tinggi meliputi program dan kurikulum pendidikan di Amerika Serikat.

ABET berdiri sejak tahun 1932, telah mengakreditasi 2700 program dan 500

perguruan tinggi secara keseluruhan. Dengan melakukan akreditasi terhadap

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

36

program studi maka diharapkan akan dapat menjamin mutu pendidikan dari

program studi tersebut.

Terdapat dua bidang keahlian di bidang teknik yang diakreditasi oleh ABET, yaitu

Engineering, profesi dengan pengetahuan di bidang pengetahuan dasar

matematika dan pengetahuan alam (natural science) yang diperoleh dengan

melakukan studi atau dengan pengalaman dan prektek yang diaplikasikan untuk

pengembangan sumber daya secara ekonomis untuk mendapat manfaat, bidang

pendidikan yang diambil adalah pengembangan kemampuan konseptual dan

terdiri dari pengetahuan yang fundamental dan kemampuan desain. Engineering

Technology, tenaga ahli lapangan dengan kemampuan teknik dan metodenya

dalam mensuport aktifitas teknik. Program di bidang ini mempunyai orientasi

dalam pengaplikasian.

Dengan kata lain Engineering dapat disebut sebagai orang yang memahami

mengenai desain dan Engineering Technology adalah orang yang

mengimplementasikannya.

2. The National Council of Examiners for Engineering and Surveying (NCEES)

NCEES adalah organisasi yang memayungi badan-badan pada negara-negara

bagian yang mempunyai tanggung jawab dalam memberikan lisensi bagi bagi

tenaga ahli teknik. Organisasi ini juga mempunyai wewenang untuk menyiapkan

ujian bagi individu yang sedang mengikuti program studi di bidang teknik dan

menyiapkan ujian yaitu FE exam dan PE exam bagi individu yang telah lulus

program studi yang setara perguruan tinggi yang telah diakreditasi oleh ABET.

3. The National Society Of Professional Engineers (NSPE)

Suatu badan yang berdiri pada tahun 1934 yang menyokong pemberian sertifikasi

keahlian atau lisensi kepada tenaga ahli dalam bidang teknik di Amerika Serikat.

NSPE meliputi 53 negara bagian dengan jumlah anggota + 50.000 individu, yang

mencakup bidang tenaga ahli di bidang Konstruksi, Pendidikan, Pemerintahan,

Industri dan pihak swasta (private practice).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

37

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akreditasi pendidikan,

sertifikasi dan lisensi merupakan hal yang saling berkaitan (baik langsung maupun

tidak langsung), yang sayangnya tidak dapat dirumuskan secara sederhana.

Kompleksitas ini semakin jelas terlihat dari adanya berbagai rumusan mekanisme

dan lembaga yang bertanggungjawab terhadap hal tersebut di negara-negara maju

yang akan dijadikan rujukan.

Penerapan professional engineer licensure di Amerika Serikat tidak berjalan

dengan lancar. Pada tahun 1999, terjadi suatu pertemuan antara para tenaga kerja

konstruksi yang telah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun tetapi mereka

tidak memiliki penerapan professional engineer licensure dengan pihak-pihak

yang terlibat dalam penerapan professional engineer licensure yaitu ABET,

NSPE, dan NCEES (Emily M. Smith, 1999).

Pada pertemuan tersebut para tenaga kerja yang tidak memiliki penerapan

professional engineer licensuere mempermasalahkan kebijakan mengenai lisensi

ini. Beberapa kebijakan yang dipermasalahkan adalah:

1. Pada kebijakan tersebut untuk dapat mengikuti ujian penerapan professional

engineer, mereka harus mengikuti ujian Fundamental Of Engineering (FE)

terlebih dahulu. Dan materi ujian Fundamental Of Engineering (FE) adalah

materi-materi yang didapatkan pada saat perkuliahan. Dikarenakan mereka

telah lama lulus dan bekerja pada suatu bidang pekerjaan, sehingga mereka

memiliki permasalahan dalam menyelesaikan ujian tersebut.

2. Proses untuk mendapatkan professional engineer licensuere dianggap terlalu

banyak sekali seleksinya. Ujian Fundamental Of Engineering (FE) dianggap

sebagai ketidak percayaan terhadap proses akreditasi program studi suatu

pendidikan tinggi.

3. Lisensi telah menjadi pendapatan tetap yang lumayan besar bagi setiap negara

bagian sehingga terdapat keraguan oleh masyarakat terhadap kredibilitas dari

professional engineer licensuere. Hal ini dapt digambarkan dengan

berkurangnya jumlah lulusan perguruan tinggi yang mengikuti ujian

Fundamental Of Engineering (FE) akhir-akhir tahun ini.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

38

Pada pertemuan tersebut, para tenaga ahli yang tidak memiliki professional

engineer licensuere tersebut memberikan masukan untuk proses professional

engineer licensuere ke depan yaitu pemberian akreditasi oleh ABET kepada

pendidikan tinggi harus dapat menjawab tujuan dari dilakukannya ujian

Fundamental Of Engineering (FE), sehingga Fundamental Of Engineering (FE)

tidak perlu dilakukan lagi dan para lulusan perguruan tinggi yang mendapat

akreditasi dari ABET langsung dapat bekerja dibawah bimbingan seorang

professional engineer.

II.5.2. Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi di Australia

Pemerintah Australia melalui Institution of Engineers Australia (IEAust), yaitu

sebuah badan nasional yang bekerjasama dengan pemerintah, industri dan badan

pendidikan, berusaha untuk memajukan bidang pendidikan teknik dan praktek

konstruksi di Australia. Institution of Engineers Australia (IEAust) memiliki

sebuah komponen yang bernama Engineers Australia Accreditation Board.

Engineers Australia Accreditation Board adalah badan yang diberikan mandat

oleh Council of IEAust untuk melakukan accreditation of engineering

programs/courses. Engineers Australia Accreditation Board dibentuk dengan

beranggotakan 6 orang dengan perwakilan dari dunia pendidikan paling sedikit 1

orang, perwakilan dari praktisi paling sedikit 2 orang, yang semuanya dipilih oleh

Council of IEAust.

Accreditation Board of IEAust bertugas untuk mengevaluasi permohonan-

permohonan akreditasi yang diajukan oleh Universities & Engineering Schools.

Setelah dievaluasi, kemudian akan direkomendasikan kepada Institution of

Engineers Australia (IEAust) dan Australian Council of Engineering Deans

(ACED) Consultative Comittee.

Setelah lulus dari Universities & Engineering Schools yang telah diakreditasi,

para lulusan dinyatakan memenuhi competency standards untuk Stage 1

(Graduate) yang telah ditentukan Institution of Engineers Australia (IEAust),

kemudian melakukan registrasi pada Institution of Engineers Australia (IEAust),

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

39

dan secara langsung akan teregistrasi sebagai Graduate Engineer. Setelah

teregistrasi sebagai Graduate Engineer, lulusan tersebut dapat bekerja pada bidang

profesinya, sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga ahli

yang teregistrasi sebagai Graduate Engineer.

Setelah bekerja pada bidang profesinya serta memiliki pengalaman yang cukup,

kemudian dapat mengajukan registrasi sebagai :

1. Professional Engineer;

2. Engineering Technologist

3. Engineering Officer (Engineering Associate)

Untuk bisa diregistrasi sebagai experienced practicioners di atas, tenaga ahli

dengan registrasi Graduate Engineer harus lulus dari competency standards for

Stage 2 (Experienced Practicioners) assessment yang dilakukan National

Engineering Registration Board (NERB).

Adapun ketiga gelar experienced practicioners di atas, memiliki kualifikasi dan

tangung jawab yang berbeda-beda, yaitu :

1) Professional Engineer

Professional Engineer mempunyai kualifikasi akademis dengan tingkatan

setara S1, atau sama dengan 4 (empat) tahun Professional Engineering

Degree di Australia.

Professional Engineer mempunyai tugas antara lain:

a. Fokus pada sistem secara keseluruhan

b. Mengembangkan dan mengaplikasikan praktek rekayasa yang baru

c. Mengaplikasikan kepemimpinan dan kemampuan manajemen

d. Memecahkan masalah

2) Engineering Technologist

Engineering Technologist mempunyai kualifikasi akademis setara dengan

program 3 (tiga) tahun pendidikan Engineering Technologist Degree di

Australia atau setara D3, dan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. Fokus pada interaksi pada sistem

b. Modifikasi dan adaptasi praktek rekayasa

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

40

c. Kemajuan pada teknologi konstruksi

3) Engineering Officer (Engineering Associate)

Engineering Officer (Engineering Associate) mempunyai kualifikasi

akademis tingkat diploma dan mempunyai tanggung jawab fokus pada

elemen spesifik pada suatu sistem dan bekerja sesuai aturan atau

mengaplikasikan praktek dan prosedur-prosedur yang telah dibuktikan.

Selain harus melalui competency standards for Stage 2 (Experienced

Practicioners) assessment yang dilakukan National Engineering Registration

Board (NERB), ada cara lain untuk bisa diregistrasi sebagai experienced

practicioners, khusus untuk tenaga ahli konstruksi yang berasal dari luar

Australia, yaitu melalui Competency Demonstration Report (CDR). Sistem

sertifikasi tenaga ahli untuk bisa diregistrasi sebagai experienced practicioners

dapat dilihat pada Gambar II.3 di bawah ini.

Gambar II.3. Sistem Sertifikasi Tenaga Ahli di Australia

Registration

Graduate Enginner (Lulusan Universities &

Engineering Schools yang telah diakreditasi oleh IEAust)

Prof. Eng.

Graduate Enginner (Lulusan Universities &

Engineering Schools di luar Australia yang diakui IEAust)

Graduate Enginner (Lulusan Universities &

Engineering Schools di luar Australia yang tidak diakui IEAust)

Eng.Tech Eng.Ass.

Prof. Eng. Eng.Tec

Wasshington Accord

Sydney Accord

Competency Demonstration Report (CDR)

Assessment Assessment Ya Tidak

Ulang

Dapat Diregistrasi Sebagai Experienced Practicioners (Professionel Engineer, Engineering Technologist,

Engineering Associate)

(Sumber: www.engineers australia.org)

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1. Umum - · PDF fileKonsekuensi dari kebijakan mengenai diwajibkannya tenaga ahli di bidang ... Nilai lisensi akan Jatuh apabila terjadi kesalahan atau malpraktek

41

Australia mempunyai kerjasama dalam hal competency standards dengan negara-

negara lain, sehingga tenaga ahli yang berasal dari negara-negara yang terlibat

dalam kerjasama ini dapat mengajukan registrasi gelar experienced practicioners

(Professionel Engineer, Engineering Technologist). Bentuk kerjasama akreditasi

negara lain dengan di Australia tersebut antara lain:

1. Washington Accord

Merupakan suatu perjanjian kerjasama antara pihak-pihak yang berasal dari

negara-negara yang terlibat kerjasama dengan Australia dalam hal

competency standards untuk registrasi gelar Professional Engineers. Dengan

adanya kerjasama ini seorang tenaga ahli yang negaranya ikut dalam

kerjasama Washington Accord dapat mengajukan registrasi gelar

Professional Engineers di Australia, meskipun bukan merupakan lulusan

perguruan tinggi Australia.

2. Sydney Accord

Suatu bentuk perjanjian kerjasama antara pihak-pihak yang berasal dari

negara-negara yang terlibat kerjasama dengan Australia dalam hal

competency standards untuk registrasi gelar Engineering Technologist.

Dengan adanya kerjasama ini seorang tenaga ahli yang negaranya ikut dalam

kerjasama Sydney Accord dapat mengajukan registrasi gelar Professional

Engineers di Australia, meskipun bukan merupakan lulusan perguruan tinggi

Australia.

Untuk tenaga ahli yang berasal dari luar Australia, namun tidak termasuk dalam

negara-negara yang terlibat dalam kerjasama Washington Accord dan Sydney

Accord, maka akan melalui proses penilaian Competency Demontration Report

(CDR). Setelah melalui tahap CDR ini, maka pihak yang mengajukan akan

mendapat penyetaraan dengan tenaga ahli yang ada di Australia.