bab ii kajian pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43658/3/bab ii.pdf · high order...

17
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian teori ini akan membahas tentang teori yang mendukung pembahasan dalam penelitian. Adapun teori yang akan dibahas yaitu model pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS) , pendekatan Open-Ended, media pembelajaran UKBM, model pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS) dengan pendekatan Open-Ended menggunakan UKBM, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan penalaran, dan hasil penelitian yang relevan. 2.1 Model Pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS) 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran OSTS One Stay Three Stray (OSTS) merupakan model pembelajaran kooperatif hasil modifikasi dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran TSTS merupakan pembelajaran yang membagi siswa kedalam grup kecil untuk mendiskusikan suatu masalah yang mana setelah melakukan diskusi dua orang anggota tinggal (stay) dan dua orang anggota lainnya berbelanja (stray) ke kelompok lain untuk mengumpulkan informasi (Lusiana, Setyosari, & Soetjipto, 2017). Model pembelajaran One Stay Two Stray (OSTS) merupakan hasil modifikasi dari model TSTS. Perubahan yang dilakukan yaitu pada jumlah siswa yang tinggal (stay) menjadi satu orang dan siswa yang berbelanja (stray) menjadi tiga orang. Model pembelajaran OSTS mengacu TSTS merupakan model pembelajaran kelompok yang bertujuan agar seorang siswa dapat bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling membantu untuk meningkatkan prestasi belajar (Gazali, 2017). Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran OSTS dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Kajian teori ini akan membahas tentang teori yang mendukung pembahasan

    dalam penelitian. Adapun teori yang akan dibahas yaitu model pembelajaran One

    Stay Three Stray (OSTS) , pendekatan Open-Ended, media pembelajaran UKBM,

    model pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS) dengan pendekatan Open-Ended

    menggunakan UKBM, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan penalaran,

    dan hasil penelitian yang relevan.

    2.1 Model Pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS)

    2.1.1 Definisi Model Pembelajaran OSTS

    One Stay Three Stray (OSTS) merupakan model pembelajaran kooperatif

    hasil modifikasi dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model

    pembelajaran TSTS merupakan pembelajaran yang membagi siswa kedalam grup

    kecil untuk mendiskusikan suatu masalah yang mana setelah melakukan diskusi dua

    orang anggota tinggal (stay) dan dua orang anggota lainnya berbelanja (stray) ke

    kelompok lain untuk mengumpulkan informasi (Lusiana, Setyosari, & Soetjipto,

    2017). Model pembelajaran One Stay Two Stray (OSTS) merupakan hasil

    modifikasi dari model TSTS. Perubahan yang dilakukan yaitu pada jumlah siswa

    yang tinggal (stay) menjadi satu orang dan siswa yang berbelanja (stray) menjadi

    tiga orang. Model pembelajaran OSTS mengacu TSTS merupakan model

    pembelajaran kelompok yang bertujuan agar seorang siswa dapat bekerja sama,

    bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling membantu

    untuk meningkatkan prestasi belajar (Gazali, 2017). Berdasarkan uraian di atas,

    model pembelajaran OSTS dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses

  • 12

    pembelajaran, bekerja sama dengan temannya, bertukar pikiran, menanggapi,

    mengemukakan pendapat, dan berbagi informasi tanpa merasa sungkan dan takut

    (Sari, 2015).

    2.1.2 Karakteristik Model Pembelajaran OSTS

    Model pembelajaran OSTS memiliki karakteristik yang sama dengan TSTS.

    OSTS mengacu pada pengertian TSTS merupakan model pembelajaran tipe

    kooperatif dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil yang beranggotakan

    empat siswa dengan satu siswa kemampuan tinggi, dua siswa kemampuan sedang

    dan satu siswa kemampuan rendah (Miftachudin, 2015). Model pembelajaran

    kooperatif OSTS memiliki struktur kelompok khas yang bertujuan melatih

    kerjasama siswa dan sosialisasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar (Arzak

    & Ibrahim, 2015). Penerapan OSTS dalam pembelajaran akan mengarahkan siswa

    untuk aktif dalam berdiskusi, tanya jawab, menjelaskan dan memperhatikan materi

    yang disampaikan temannya (Herawati, 2015). Pendapat lain mengatakan model

    OSTS dapat melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013). Selain itu

    OSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan komunikasi

    matematis siswa dengan pendekatan CTL (Pamungkas, 2017).

    2.1.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran OSTS

    Pembelajaran kooperatif tipe OSTS yang merupakan hasil modifikasi dari

    TSTS memiliki tahapan yang sama yaitu terdiri dari pembagian kelompok,

    pemberian masalah, kerja kelompok, tinggal (stay) dan bertamu (stray), laporan

    setelah bertamu, presentasi (Gazali, 2017). Tahap pembagian kelompok, yaitu guru

    membagi siswa kedalam kelompok kecil bersifat heterogen dengan anggota

    berjumlah 4-5 orang (Fathurrohman, 2015a). Tahap selanjutnya yaitu pemberian

  • 13

    masalah, pada tahap pemberian masalah guru terlebih dahulu membagikan UKBM

    yang berisi materi dan masalah yang kan dipelajari oleh siswa. Kemudian guru

    menjelaskan kepada siswa apa saja yang akan dilakukan setiap kelompok karena

    setiap kelompok memiliki tugas-tugas yang berbeda (Gazali, 2017).

    Tahap kegiatan kelompok, yaitu kegiatan kelompok inti, dimana siswa

    siswa bekerja dalam kelompok kecil beranggotakan empat orang yang bertujuan

    untuk memberikan kesempatan akan siswa dapat terlibat aktif dalam proses berfikir

    (Huda, 2013). Tahap selanjutnya yaitu tinggal (stay) dan bertamu (stray).

    Tahap tinggal (stay) dan bertamu (stray) , yaitu fase dimana tiga orang siswa

    tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencari informasi hasil diskusi

    dari kelompok lain dan satu anggota yang tersisa bertugas menerima siswa yang

    bertamu ke kelompoknya (Fathurrohman, 2015). Tahap selanjutnya yaitu laporan

    setelah bertamu.

    Tahap laporan setelah bertamu yaitu anggota kelompok yang telah bertamu

    sebelumnya kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan informasi yang mereka

    dapat dari kelompok lain. Tahap selanjutnya presentasi yaitu siswa mengumpulkan

    hasil diskusi kelompok dan salah satu kelompok mempresentasikan jawaban

    mereka di depan kelas dan kelompok lainnya memberikan tanggapan terhadap

    kelompok yang presentasi (Fathurrohman, 2015).

    2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan OSTS

    Model pembelajaran kooperatif One Stay Three Stay (OSTS) mempunyai

    kekurangan dan kelebihan. Model OSTS yang merupakan hasil modifikasi dari

    TSTS memiliki kelemahan dan kelebihan yang hampir sama. Kelebihan model

    OSTS merujuk dari kelebihan TSTS yaitu dapat digunakan dalam semua mata

  • 14

    pelajaran dan jenjang pendidikan serta dapat melatih kemampuan sosialisasi siswa

    dengan siswa lainya karena model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota

    kelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lainnya (Fathurrohman,

    2015). Sedengkan kekurangan model One Stay Three Stray (OSTS) merujuk dari

    kelemahan TSTS yaitu jumlah siswa harus genap, proses perpindahan dari inti ke

    bertamu membutuhkan pengolahan kelas yang baik, dan membutuhkan banyak

    waktu (Fathurrohman, 2015). Sehingga diperlukan modifikasi dari dua tinggal

    (stay) dan dua bertamu (stray) menjadi satu tinggal dan tiga bertamu.

    Guru harus memiliki rancangan pembelajaran yang baik agar proses

    pembelajaran kondusif dan efisien. Hal ini bertujuan untuk menutupi kekurang dari

    model OSTS. Peran siswa juga sangat penting dalam proses pembelajaran, siswa

    harus aktif dan bekerja sama dengan guru untuk menggunakan waktu secara efisien.

    Karena kekurangan model OSTS, perlu adanya pendekatan guru terhadap siswa

    untuk meningkatkan efektivitas dari model pembelajaran OSTS yaitu dengan

    menerapkan pendekatan open ended.

    2.2 Pendekatan Open Ended

    2.2.1 Definisi Pendekatan Open Ended

    Pendekatan Open Ended merupakan cara guru dalam membangun

    pemahaman siswa dengan memberikan siswa sebuah permasalahan terbuka yang

    dirancang agar memiliki beberapa jawaban benar ”incomplete” atau “open-ended”

    (Inprasitha, 2006). Permasalahan terbuka yang diberikan akan menjadi tantangan

    bagi siswa untuk mencari pola penyelesaian masalah, menemukan berbagai solusi

    dari masalah dan menafsirkan penyelesaian masalah (Faridah, Isrok’atun, & Aeni,

    2016). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open Ended akan

    membentuk dan meningkatkan keaslian pemikiran, kreativitas, kognitif tinggi,

  • 15

    kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi dalam diri siswa

    (Shoimin, 2014). Lebih lanjut dikatakan bahawa pendekatan ini memberikan

    kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai strategi penyelesaian

    masalah yang dianggap sesuai dengan kemampuan mengelaborasikan

    permasalahan.

    2.2.2 Karakteristik Open Ended

    Pendekatan open ended dapat dikatakan sama dengan pembelajaran

    berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang didalam kegiatan

    pembelajarannya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa (Syaban,

    2004). Hal ini sejalan dengan pendapat Faridah et al., (2016) pendekatan open

    ended yaitu cara guru dalam menyampaikan pembelajaran yang dimulai dengan

    pemberian masalah yang berhubungan dengan konsep matematika yang akan

    dipelajari. Lebih lanjut dikatakan masalah yang diberikan kepada siswa bersifat

    terbuka yang artinya untuk memberikan keluwesan kepada siswa untuk

    mengeksplorai berbagai kemungkinan pola penyelesaian masalah dan menemukan

    solusi dari masalah tersebut. Menurut Lestari, Hartono, & Purwoko (2016)

    pembelajaran yang menggunakan pendekatan open ended dapat meningkatkan

    kemampuan penalaran siswa.

    2.2.3 Penyajian Open Ended

    Langkah-langkah open ended yaitu orientasi, penyajian masalah,

    menyelesaikan masalah secara individu, diskusi kelompok, presentasi, penutup

    (Ervina & Haninda, 2016). Tahap orientasi yaitu pemberian motivasi kepada siswa

    seperti memberikan masalah yang berhubungan dengan masalah sehari-hari secara

    tertulis atau lisan. Tahap selanjutnya yaitu penyajian masalah terbuka kepada siswa

  • 16

    dengan guru memberikan penjelasan singkat materi yang akan dipelajari disusul

    dengan pemberian masalah yang cenderung merupakan masalah terbuka.

    Selanjutnya yaitu menyelesaikan masalah secara individu dan diskusi kelompok,

    pada tahapan ini siswa mengeksplorasi segala kemungkinan penyelesaian masalah

    secara individu dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok agar meningkatnya

    kreativitas siswa. Setelah mengeksplorasi guru mempersilahkan perwakilan

    kelompok mempresentasikan ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi

    mereka. Adapun tahap terakhir yaitu penutup, pada tahap ini guru bersama siswa

    menyimpulkan konsep atau gagasan dari materi yang telah dipelajari dan guru

    membantu membenarkan pemahaman konsep yang masih keliru dari siswa.

    2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Open Ended

    Setiap teori, model, metode, dan pendekatan pembelajaran pasti memiliki

    kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pendekatan open-ended yaitu 1)

    meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berakibat pada prestasi dan motivasi

    belajar siswa, 2) menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa dalam

    berbagi ide-ide dan berdiskusi tentang cara-cara dan penalaran (Chogo, Githua, &

    Changeiywo, 2017). Pendekatan open ended akan menghasilkan jawaban dengan

    menggunakan banyak jawaban yang benar untuk masalah terabuka yang diberikan

    untuk memberikan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru selama

    proses pemecahan masalah (Inprasitha, 2006).

    Selanjutnya, kekurangan pendekatan open-ended yaitu a) menyiapkan

    masalah terbuka yang bermakna bagi siswa tidaklah mudah; b) mengemukakan

    masalah yang dapat mudah dimengerti siswa sangat sulit; c) siswa dengan

    kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka; d) ada

  • 17

    sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan

    karena kesulitan yang dihadapi (Shoimin, 2014). Pendapat lain mengatakan

    membuat sebuah masalah open ended yang baik bukanlah pekerjaan mudah karena

    kebiasaan dan kemampuan guru yang berbeda-beda (Inprasitha, 2006).

    2.3 Unit Kegiatan Belajar Mandari (UKBM)

    Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) merupakan bagian dari pelajaran

    yang dirancang sistematis dari pelajaran yang mudah sampai ke yang sulit

    (Direktorat Pembinaan SMA, 2017). Penggunaan UKBM dapat membantu peserta

    didik belajar secara mandiri untuk mencapai target ketuntasan belajar. UKBM

    dapat dikatakan sebagai modul dalam proses belajar mengajar karena modul

    merupakan bahan ajar cetak yang diberikan kepada siswa untuk dipelajari secara

    mandiri (Susilo, Siswandari, & Bandi, 2016).

    2.3.1 Karakteristik Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM)

    Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berlaku pada kurikulum 2013

    sehingga UKBM berbasis Kompetensi Dasar. Pengembangan UKBM sangat

    bergantung pada Buku Teks Pembelajaran (BTP) yang digunakan untuk

    pembelajaran. UKBM memuat stimulus belajar yang dapat mengembangkan

    kemapuan belajar mandiri dan keterlibatan siswa secara aktif dalam menguasai

    kompetensi secara utuh melalui pembelajaran berpusat pada siswa (student active)

    yang mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking

    Skills/HOTS), serta kecakapan abad 21 seperti berpikir kritis, bertindak kreatif,

    bekerjasama, dan berkomusikasi, serta meningkatkan budaya membaca (literasi).

    Tampilan UKBM harus lah menarik agar dapat meningkatkan minat belajar siswa

    (Direktorat Pembinaan SMA, 2017).

  • 18

    UKBM yang digunakan pada penelitian ini memuat 2 Kegiatan Belajar yang

    mana Kegiatan Belajar 1 untuk pertemuan pertama dan Kegiatan Belajar 2 untuk

    pertemuan Kedua. UKBM pada penelitian ini memuat masalah open-ended dan

    berguna sebagai media guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Karena

    bersifat open-ended jawaban yang berbeda antara siswa tergantung angka yang

    dipilih oleh siswa.

    2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan UKBM

    Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) pada penelitian ini ditempatkan

    sebagai media bagi guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Kelebihan

    UKBM yaitu 1) membuat peserta didik belajar secara berurutan, 2) belajar mandiri,

    3) mencapai tingkat kompetensi yang lebih tinggi sesuai kemampuan, dan 4)

    memudahkan siswa dalam menerapkan pembelajaran (Direktorat Pembinaan SMA,

    2017). Sedangkan kekurangan media UKBM yang termasuk kedalam media

    belajar cetak yaitu tidak menarik dan monoton, membutuhkan banyak waktu untuk

    memahami sebuah bacaan, tidak dapat digunakan dalam tempat gelap,

    membutuhkan konsep awal, memerlukan daya ingat yang tajam, dan bersifat

    abstrak (Asyhari & Silvia, 2016)

    2.4 Model Pembelajaran One StayThree Stray (OSTS) dengan pendekatan Open Ended menggunakan UKBM

    Pada subbab model pembelajaran OSTS dengan pendekatan open-ended

    dijelaskan masing-masing model dan pendekatan pembelajaran. Subbab ini

    menjelaskan sintak kegiatan pembelajaran model OSTS dengan pendekatan open-

    ended yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran One Stay Three Stray dengan pendekatan

    Open Ended

    Model OSTS Pendekatan open-ended

    Pembagian kelompok Orientasi

  • 19

    Pemberian masalah

    Kerja kelompok

    Tinggal (stay) dan bertamu (stray)

    Laporan setelah bertamu

    Presentasi

    Pemberian masalah terbuka

    Mengeksplorasi masalah

    Menjawab permasalahan

    Pembuatan rangkuman

    Penutup

    Langkah-langkah dari masing-masing model OSTS dan pendekatan open-

    ended menghasilkan langkah-langkah baru yang menggabungkan model dengan

    pendekatan pembelajaran, yaitu:

    Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran One Stay Three Stray dengan pendekatan

    Open Ended

    No. Aktivitas dalam pembelajaran Model OSTS Pendekatan

    open-ended

    a.

    b.

    c.

    d.

    e.

    f.

    g.

    h.

    i.

    j.

    k.

    Orientasi

    Pembagian kelompok

    Pemberian UKBM yang berisi

    masalah terbuka

    Kerja kelompok/mengeksplorasi

    masalah

    Stay (tinggal) dan Stray (bertamu)

    Laporan setelah bertamu

    Presentasi

    Menjawab Permasalahan

    Pembuatan rangkuman

    Penutup

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan langkah-langkah gabungan dari

    model pembelajaran OSTS dengan pendekatan open-ended adalah orientasi,

    pembagian kelompok, pemberian UKBM yang berisi masalah terbuka, kerja

    kelompok/mengeksplorasi masalah, tinggal (stay) dan bertamu (stray, laporan

    setelah bertamu, presentasi, menjawab permasalahan, pembuatan rangkuman, dan

    penutup. Penjelasan langkah-langkah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran

    dengan penggunaan model pembelajaran OSTS dan pendekatan open-ended seara

    terperinci disajikan pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran OSTS dengan Pendekatan Open-Ended

    menggunakan UKBM

    Langkah

    Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

  • 20

    Pendahuluan a) Guru mengucapkan salam dan berdoa sebelum pembelajaran

    dimulai

    a) Siswa menjawab salam dan berdoa sebelum pembelajaran dimulai

    b) Guru mempresensi siswa b) Siswa menjawab ketika hadir c) Guru mengkondisikan siswa

    untuk mempersiapkan diri

    dalam mengikuti pembelajaran

    c) Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran

    d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

    d) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan

    guru

    Kegiatan Inti Pemberian UKBM yang berisi

    masalah open ended

    Guru memberikan UKBM kepada

    setiap kelompok yang berisi

    masalah terbuka dan memberikan

    sub pokok bahasan pada tiap-tiap

    kelompok..

    Presentasi Guru

    Siswa dalam bentuk kelompok

    menerima UKBM dari guru dan

    menjawab permasalahan tersebut dan

    juga mengekplorasi masalah dengan

    baik

    Guru menyampaikan indikator

    yang akan dicapai dan

    menjelaskan materi sesuai dengan

    rencana pembelajaran yang telah

    di buat.

    Siswa mendengarkan indikator dan

    materi yang disampakan guru

    Pembagian kelompok

    Guru membentuk siswa menjadi

    kelompok kecil yang

    beranggotakan 4-5 orang

    Siswa membentuk kelompok dan

    berkumpulkan sesuai dengan

    kelompoknya masing-masing

    Kerja Kelompok

    a) Guru memberi waktu siswa untuk mendiskusikan sub pokok

    bahasan yang ada di UKBM

    b) Guru memberi waktu kepada siswa untuk mendiskusikan dan

    menyelidiki masalah yang

    diberikan

    a) Siswa mendapatkan waktu untuk mendiskusikan UKBM

    b) Siswa mendiskusikan dan menyelidiki sub pokok bahasan

    yang diterima secara berkelompok

    Stay and Stray

    a) Guru mempersilahkan 3 orang anggota untuk bertamu ke

    kelompok lain dan 1 orang

    anggota untuk tinggal.

    Laporan setelah bertamu

    a) Siswa yang tinggal bertindak sebagai tuan rumah untuk

    menjelaskan dan 3 orang yang

    bertamu bertugas mengumpulkan

    informasi ke kelompok lainnya

    a) Guru mempersilahkan siswa kembali ke kelompok asal untuk

    menyampaikan informasi apa

    saja yang telah dikumpulkan

    setelah bertamu.

    a) Siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi

    yang telah dikumpulkan dari

    kelompok lain.

    Presentasi

    a) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan

    materi menurut informasi yang

    telah mereka dapat

    Menjawab permasalahan

    a) Guru mempersilahkan siswa mengerjakan soal-soal pada

    a) Siswa maju kedepan kelas untuk menyampaikan apa yang telah

    mereka pahami dari materi yang

    dipelajari.

    a) Siswa mengerjakan soal-soal pada evaluasi yang terdapat di UKBM

  • 21

    evaluasi yang terdapat di

    UKBM

    Pembuatan rangkuman

    a) Guru membantu siswa membuat rangkuman mengenai

    inti-inti materi yang telah

    dipeajari oleh siswa

    a) Siswa dibantu guru membuat rangkuman mengenai materi yang

    telah dipelajari

    Penutup Guru menutup pembelajaran

    dengan doa dan salam

    Siswa menutup pembelajaran dengan

    doa dan menjawab salam dari guru

    Berikut telah dijelaskan mengenai model pembelajaran OSTS dengan

    pendekatan open-ended. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai kemampuan

    penalaran.

    2.5 Kemampuan Penalaran

    2.5.1 Definisi Kemampuan Penalaran

    Penalaran adalah proses berpikir untuk membuat pernyataan baru yang

    didasarkan pada pernyataan sebelumnya (Sumartini, 2015). Penalaran memiliki

    karakteristik yaitu memiliki pola berpikir luas yang dinamakan logika dan bersifat

    analitis dari proses berpikir (Amaroh, Sunaryo, & Arifin, 2013). Penalaran dapat

    dikatakan proses berpikir logis yang diartikan sebagai berpikir sesuai pola tertentu.

    Sedangkan bersifat analitis dari proses berpikir yaitu kegiatan berpikir berdasarkan

    langkah-langkah tertentu yang mendorong untuk membuat keputusan yang lebih

    baik.

    Pemahaman siswa terhadap matematika dan menjadikan matematika

    berharga untuk diri mereka sendiri dimungkinkan dengan mengembangkan

    kemampuan penalaran (Unal & Gonc, 2017). Kemampuan penalaran berguna

    dalam berbagai bidang kehidupan pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

    untuk melakukan penarikan kesimpulan dan kesimpulan ini membantu mereka

    mencari solusi dari masalah mereka (Bhat, 2016). Menurut Aisyah, Dahlan, &

    Priatna (2013) kemampuan penalaran merupakan proses berpikir tingkat tinggi

    yang didalamnya terdapat kemampuan berpikir logis dan sistematis berdasarkan

  • 22

    fakta dan sumber yang mendukung untuk mendapatkan kesimpulan. Penggunaan

    kemampuan penalaran secara sederhana dapat dipahami yaitu menerima informasi

    dan ditambah dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga kita dapat membuat

    mengambil keputusan diantara opsi yang ada (Kanimozhi & Ganesan, 2017). Siswa

    dapat melakukan kegiatan penalaran matematis apabila siswa menggunakan

    penalaran terhadap pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

    membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan dan pernyataan

    matematika (Natalliasari, 2015).

    2.5.2 Indikator Kemampuan Penalaran

    Penelitian ini menggunakan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) dengan

    soal bertipe open ended. Pemberian soal open ended diharapkan dapat

    meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.

    Menurut Utami, Mukhini, & Jazwinarti (2014) indikator yang digunakan untuk

    mengukur kemampuan penalaran yaitu: (1) menyajikan pernyataan matematika

    secara tertulis dan gambar; (2) melakukan manipulasi matematika; (3) menyusun

    bukti atau memberi alasan terhadap kebenaran solusi; (4) menarik kesimpulan dari

    pernyataan-pernyataan.

    Mengacu pada pendapat Utami, Mukhini, & Jazwinarti (2014), maka

    indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran dalam penilitian

    ini dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Pernalaran Siswa

    No. Indikator Kemampuan Penalaran Indikator Pencapaian Siswa

    1.

    Menyajikan pernyataan matematika dengan

    lisan, tertulis, tabel, gambar, dan diagram.

    Siswa mampu menyajikan unsur-unsur

    yang diketahui dari soal.

  • 23

    No. Indikator Kemampuan Penalaran Indikator Pencapaian Siswa

    2 Melakukan manipulasi matematika.

    Siswa mampu memanipulasi dengan

    menggunakan konsep matematika yang

    berkaitan dan melakukan perhitungan

    dengan benar.

    3

    Menyusun bukti atau memberi alasan

    terhadap kebenaran solusi

    Siswa mampu memberikan alasan dari

    jawaban yang diberikan.

    4. Menarik kesimpulan dari pernyataan-

    pernyataan

    Siswa mampu memberikan kesimpulan dari

    jawaban yang diperoleh

    Cotoh Soal:

    Soal 1 Saat diterima bekerja di penerbit buku, Syifa membuat kesepakatan

    dengan pimpinan perusahaan, dmna ia akan mendapat gaji pertama

    Rp.2.100.000,00 dan akan mengalami kenaikan Rp50.000,00 setiap bulannya. Jika

    ia mulai bekerja pada bulan Maret 2018, berapakah gaji yang diterimanya pada

    bulan Mei 2019?

    Tabel 2.6 Contoh Indikator Kemampuan Penalaran

    Soal Penyelesaian Indikator Pencapaian Kemampuan

    Penalaran

    1. Diketahui:

    Gaji pertama syifa Rp. 2.100.000,00

    Kenaikan gaji per bulan Rp. 50.000,00

    Mulai bekerja Maret 2018 – Mei 2019 (15 bulan)

    Ditanya:

    Berapa gaji yang diterima pada Mei 2019?

    Siswa mampu menyajikan pernyataan

    matematika secara tertulis maupun dengan

    gambar

    Dijawab:

    Gaji syifa Rp. 2.100.000,00 + (50.000 x 15) =

    2.100.000 + 750.000 = 2.850.000,00

    Siswa mampu mengemukakan alasan dari

    jawaban yang diberikan.

    Misal gaji syifa adalah “a”, kenaikan gaji

    perbulan adalah “b”, dan lama bekerja adalah “n”

    maka:

    Un = a + (n – 1) x b

    U15 = 2.100.000 + (15 – 1) x 50.000

    U15 = 2.100.000 + 14 x 50.000

    Siswa mampu melakukan manipulasi

    matematika

  • 24

    U15 = 2.100.000 + 700.000

    U15 = 2.800.000,00

    Jadi gaji yang akan diterima Syifa pada bulan

    Mei 2019 ialah sebesar Rp. 2.800.000,00

    Siswa mampu menyimpulkan dari jawaban

    yang ditemukan

    2.6 Kemampuan Komunikasi Matematis

    2.6.1 Definisi Kemampuan Komunikasi Matematis

    Komunikasi matematis berperan penting dalam pembelajaran matematika

    karena dengan komunikasi matematis siswa dapat menyerap informasi yang

    disampaikan kepada mereka dan mengekpresikan kembali pemahaman mereka

    kepada teman dan guru (Paridjo & Waluya, 2017). Komunikasi matematis

    merupakan kegiatan pengalihan pesan yang terjadi di dalam kelas (Darkasyi, Johar,

    & Ahmad, 2014). Lebih lanjut dijelaskan pesan yang dialihkan merupakan materi

    pelajaran antara guru dan siswa secara lisan ataupun tulisan.

    Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan siswa dalam

    mengutarakan ide matematikanya ke dalam lisan dan tulisan (Hodiyanto, 2017).

    Kemampuan komunikasi matematis berguna untuk kegiatan memahami

    matematika yang memiliki peran penting dalam pembelajaran matematika

    (Darkasyi et al., 2014). Hal ini didukung pendapat Viseu dan Oliveira (2012) bahwa

    kemampuan komunikasi matematis sangat penting dalam pembelajaran karena

    memungkinkan siswa dalam memahami proses, diskusi, dan keputusan yang dibuat

    dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi sendiri dianggap tidak

    dapat dikembangkan dalam matematika karena ilmu matematika identik dengan

    perhitungan angka dan rumus (Paridjo & Waluya, 2017). Sementara itu

    kemampuan siswa dalam menyampaikan proses atau hasil pemecahan masalah

    merupakan kemampuan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis

  • 25

    tingkat tinggi seperti logis, analitis, sistematis, kritis kreatif, dan produktif

    (Asnawati, 2016).

    2.6.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

    Indikator komunikasi matematis siswa menurut Hendriana & Soemarmo

    (2014) yaitu (1) merepresentasikan benda disekitar ke dalam bentuk ide atau simbol

    matematika, (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan atau

    tulisan dengan perantara benda nyata, gambar, grafik, dan ekspresi aljabar. (3)

    Memodelkan kejadian atau pristiwa sehari-hari kedalam bahasa atau simbol

    matematika, (4) mampu menangkap bahasa matematika baik lisan ataupun tulisan

    saat berdikusi, (5) menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,

    dan generalisasi, (6) dapat menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan

    bahasa sendiri. Selain itu terdapat indikator komunikasi matematis tertulis menurut

    Purnama & Afriansyah (2016) yaitu (1) menjelaskan pemikiran matematis secara

    tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, (2) Mengaitkan ide

    matematika dengan benda nyata, gambar atau diagram, (3) Menyatakan kejadian

    nyata kedalam bahasa atau simbol matematika.

    Mengacu pada pendapat Purnama & Afriansyah (2016), maka indikator

    komunikasi matematika yang akan diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada

    Tabel 2.7.

    Tabel 2.7 Indikator Pencapaian Kemampuan Komunikasi Tulis No Indikator Kemampuan Komunikasi

    Matematika

    Indikator Pencapaian Siswa

    1 Menjelaskan permasalahan matematika secara

    tulisan dalam benda nyata, gambar, grafik dan

    aljabar

    Siswa dapat membuat grafik

    dari persamaan matematika

    yang diketahui.

    1. 2 Mengaitkan ide matematika dengan benda nyata, gambar atau diagram

    Siswa dapat membuat hubungan

    ide matematika dalam tabel

    2. 3 Menyatakan kejadian nyata kedalam bahasa atau simbol matematika.

    Siswa dapat memodelkan

    kejadian sehari-hari kedalam

    matematika.

  • 26

    Contoh Soal:

    Seorang pembuat kue dalam satu hari dapat membuat kue ulang tahun dan

    kue lapis sebanyak 15 kue. Tentukan kemungkinan-kemungkinan banyak ulang

    tahun dan kue lapis yang dapat dibuat dalam satu hari oleh koki. Kemudian

    nyatakan dalam grafik.

    Tabel 2.8 Contoh Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

    Soal Penyelesaian Indikator Pencapaian Kemampuan

    Bernalar

    1. Diketahui:

    Banyak kue ulang tahun dan kue lapis yang dapat

    di buat sebanyak 15

    Ditanya:

    Kemungkinan-kemungkinan banyak kue yang

    dibuat?

    Misalkan :

    Banyak kue ulang tahun 𝑥 Banyak kue lapis 𝑦

    Sehingga persamaan :

    𝑥 + 𝑦 = 15

    Siswa dapat memodelkan

    permasalahannyata kedalam bentuk

    matematika

    𝑥 𝑦 𝑥 + 𝑦 15 0 15

    0 15 15

    1 14 15

    2 1 15

    … … …

    Siswa dapat membuat hubungan ide

    matematika dengan tabel

    Siswa dapat membuat grafik dari

    persamaan matematika yang diketahui.