bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/t1... ·...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan dasar dari setiap siswa untuk memahami suatu mata pelajaran di sekolah. Belajar sendiri mempunyai berbagai definisi diantaranya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:729) menyebutkan ”belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”. Menurut Sumantri (2010) belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pendidikan. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik, dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Menurut Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Hal ini berarti bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Hasil pengalaman seseorang dari hasi interaksinya dengan lingkungan akan membawa perubahan tingkah laku yang baru dan menyeluruh. Skinner dalam Dimyati (2006:9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Sedangkan menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2011:2) menyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku di timbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Berarti

Upload: nguyenkhuong

Post on 15-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan dasar dari setiap siswa untuk memahami suatu mata

pelajaran di sekolah. Belajar sendiri mempunyai berbagai definisi diantaranya

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:729) menyebutkan ”belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada

kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu

dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”. Menurut Sumantri (2010)

belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pendidikan. Didalamnya

tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik, dan kognitif yang tidak dihasilkan

oleh sebab-sebab lain.

Menurut Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan”. Hal ini berarti bahwa belajar merupakan

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku. Hasil pengalaman seseorang dari hasi interaksinya dengan lingkungan akan

membawa perubahan tingkah laku yang baru dan menyeluruh. Skinner dalam

Dimyati (2006:9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat

orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka

orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Pada saat orang belajar, maka

responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

menurun.

Sedangkan menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2011:2)

menyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku di timbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Berarti

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

8

belajar diubah melalui praktek dan latihan. Sedangkan menurut Sumantri (2010)

belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk pencapai

perubahan tingkah laku yang ditandai dengan adanya peningkatan yang progresif

pada bidang pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang diharapkan adalah

perubahan yang sifatnya baik. Perubahan tersebut misalnya dari yang tidak bisa

menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono (2007:80) merupakan

upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan

peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Gulo

mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan

yang mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Nasution mendefinisikan bahwa

“pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses

belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga

meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium yang relevan dengan

kegiatan belajar siswa.

Menurut Taufiq (2011:5.7) pembelajaran adalah proses yang aktif, dinamis

dan terus menerus yang memungkinkan anak belajar. Pembelajaran dalam hal ini

dipandang sabagai suatu proses membantu anak mengembangkan dan mengubah

perilaku (kognitif, afektif dan psikomotor). Menurut Suprijono (2009:13)

pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan

mempelajari. Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Upaya yang dirancang untuk membantu proses

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar pada diri

peserta didik.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

9

Dari beberapa pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan mengorganisasikan dan menciptakan sistem

lingkungan agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien

sehingga siswa dapat mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif

dan psikomotor). Dengan demikian pembelajaran hendaknya dilakukan dengan

baik antara peserta didik dan guru. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran

tercapai dengan baik. Jika tujuan pembelajaran tercapai dengan baik maka hasil

belajarpun akan meningkat.

Pembelajaran perlu dilaksanaan karena pembelajaran membantu proses

belajar mengajar dengan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki

guru yang kemudian disampaikan kepada siswa supaya mencapai tujuan yang

diharapkan. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru pada siswa

agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan membentuk sikap siswa. Untuk itu

siswa perlu melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran dilakukan melalui cara

mentransfer ilmu pengetahuan lewat seorang guru atau orang yang ahli

dibidangnya yang diberikan kepada siswa atau orang lain yang membutuhkan

kemudian dikelola oleh siswa atau orang tersebut sehingga diperoleh pengetahuan

baru dengan hasil yang maksimal.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran IPA

Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan

aplikasi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

melainkan suatu proses penemuan. Dalam hal ini IPA merupakan ilmu yang

menekankan pada suatu proses penemuan. Beberapa ahli mendefinisikan IPA

sebagai berikut.

Menurut Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis

dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

10

fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan.

Menurut Darmojo dalam Samatowa (2010:2) mengemukakan IPA adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala

isinya. Selain itu Nash dalam Samatowa (2010:2) menyatakan bahwa IPA itu

adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan

bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta

menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga

keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang

diamatinya.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

ilmu yang mempelajari tentang gejala atau peristiwa yang terjadi di alam untuk

menemukan fakta atau konsep melalui sebuah proses dengan cara melakukan

pengamatan, observasi, eksperimentasi, penyimpulan, dan penyusunan teori.

Dalam mempelajari IPA tidak semata-mata menghafal sebuah konsep akan tetapi

mencari tahu sebuah konsep melalui sebuah proses. Proses yang dimaksud adalah

percobaan. Dengan percobaan siswa dapat mencari tahu sendiri sebuah konsep

pembelajaran dan tidak cepat lupa karena siswa menemukan sendiri sebuah

konsep pembelajaran.

2.1.3.1 Karakteristik Pembelajaran IPA

1. Melibatkan seluruh alat indera untuk melakukan suatu proses berpikir, dan

melakukan gerakan otot.

2. Membutuhkan berbagai teknik, seperti observasi, eksplorasi dan eksperimen.

3. Menggunakan alat bantu untuk memperoleh data yang objektif, sesuai dengan

sifat IPA yang mengutamakan objektivitas.

4. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru (penemuan ilmiah), mengunjungi

objek, studi pustaka, dan penyusunan hipotesis untuk memperoleh pengakuan

kebenaran yang benar-benar objektif.

5. Proses belajar yang aktif, artinya belajar IPA merupakan suatu yang

dilaksanakan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa dengan kata

lain siswa itu sendiri yang melakukan dan menemukan sesuatu (ilmu/konsep).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

11

2.1.3.2 Pembelajaran IPA di SD

Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memahami

konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat

mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep

IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan

IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang menekankan pada ketrampilan

proses untuk menemukan suatu konsep pembelajaran. Selain itu kondisi

ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang tinggi, diperlukan

pembelajaran IPA di SD yang dijadikan sebagai mata pelajaran dasar untuk

menghasilkan warga Negara yang peduli terhadap alam sekitar.

2.1.3.3 Ruang lingkup IPA di SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliput i

kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep meliputi

pemahaman materi seperti yang tercantum dalam Kurikulum KTSP. Secara

terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek

tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh

pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

12

2.1.4 Metode Pembelajaran Group Investigation

Menurut Hamdani (2011:90) metode Group Investigation adalah metode

pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan

topik maupun cara untuk mempelajari topik tersebut melalui investigasi. Metode

Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group proces

skills). Metode Group Investigation merupakan metode pembelajaran yang

mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Tsoi dkk, dalam Aunurrahman (2011:151) menyatakan bahwa

Group Investigation adalah suatu situasi yang di dalamnya terdapat interaksi dan

komunikasi antar siswa untuk melakukan pekerjaan secara kolaboratif dalam

menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan serta

mengevaluasi kegiatan yang mereka lakukan. Metode ini cocok untuk merespon

kebutuhan siswa dalam mengembangkan collaborative learning melalui kerja

kelompok. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode Group Investigation

memuat empat hal pokok yaitu kemampuan melakukan investigasi kelompok,

kemampuan mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi serta mampu

menumbuhkan motivasi instrinsik.

Menurut Huda (2011:123) “Group Investigation adalah suatu metode

pembelajaran yang menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada

penekanan tekhnik-tekhnik pengajaran di ruang kelas”. Suprijono (2011)

mengemukakan bahwa dalam penggunaan metode Group Investigation setiap

kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang

mereka pilih. Sedangkan menurut Narudin (2009) Group Investigation

merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan

pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)

pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari

buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

Menurut Isjoni (2012:87) Group Investigation adalah “metode

pembelajaran kooperatif yang memadukan antara prinsip belajar kooperatif

dengan pembelajaran berbasis konstuktivisme dan prinsip demokrasi”. Metode ini

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

13

dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai

tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih

mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa

yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.

Dari beberapa pengertian Group Investigation di atas maka dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran Group Investigation adalah metode

pembelajaran yang menekankan siswa berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk

melakukan investigasi terhadap suatu topik pembelajalan yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan metode ini melatih siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir secara mandiri. Dalam menginvestigasi

sebuah topik pembelajaran, siswa berdiskusi dengan temannya dan saling bertukar

pikiran. Setelah itu mereka menyimpulkan hasil investigasi mereka dan

mempresentasikannya. Dalam presentasi para siswa berpartisipasi aktif untuk

menyampaiakan pendapat mereka.

Metode pembelajaran Group Investigation penting atau perlu digunakan

karena metode pembelajaran Group Investigation merupakan salah satu bentuk

metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas

siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran melalui bahan-bahan

yang tersedia maupun melalui sebuah penemuan. Metode pembelajaran Group

Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses untuk menemukan suatu topik

pembelajaan. Metode Group Investigation juga dapat melatih siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir secara mandiri.

Dalam pembelajaran guru berperan sebagai konselor, konsultan, dan

sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses

pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan

guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan

meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan

dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian

kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

14

2.1.4.1 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Group Investigation

Slavin (2005:218) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan

metode pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam

Kelompok

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

telah mereka pilih

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat

heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai:

a. Apa yang kita pelajari?

b. Bagaimana kita mempelajarinya?

c. Siapa melakukan apa (pembagian tugas)

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat

kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua

gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaimana

mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

15

Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota

kelas.

Tahap 6: Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keaktifan pengalaman-

pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Sedang deskripsi langkah-langkah pembelajaran metode Group

Investigation menurut Hamdani (2011:91) adalah sebagai berikut:

Tahap Seleksi Topik

a. Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang

telah digambarkan terlebih dahulu oleh guru.

b. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi pada tugas (task oriented group).

c. Anggota kelompok terdiri atas dua sampai enam orang.

d. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun

kemampuan akademik.

Tahap Merencanakan Kerja sama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas,

dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah

dipilih.

Tahap Implementasi

a. Siswa merencanakan rencana yang telah dirumuskan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

16

b. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan

variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai

sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

c. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan

memberikan bantuan jika diperlukan.

Tahap Analisis dan Sintesis

a. Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh.

b. Merencanakan untuk meringkas dalam penyajian yang menarik di depan

kelas.

Tahap Penyajian Hasil Akhir

a. Semua kelompok menyajiakan presentasi yang menarik dari berbagai topik

yang telah dipelajari.

b. Semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu persepektif yang

luas mengenai topik yang dibahas.

c. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru

Tahap Evaluasi

a. Guru dan siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok

terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

b. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok atau

keduanya.

Dari teori langkah-langkah Group Investigation menurut kedua ahli di atas

maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode Group Investigation

adalah sebagai berikut.

Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok

a. Siswa memilih berbagai subtopik yang telah digambarkan oleh guru.

b. Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah

mereka pilih.

c. Pembagian kelompok secara heterogen baik dalam jenis kelamin, maupun

kemampuan akademik.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

17

Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Siswa merencanakan berbagai cara belajar mengenai topik dan subtopik

yang telah dipilih mencankup:

a. Apa yang kita pelajari?

b. Bagaimana kita mempelajarinya?

c. Siapa melakukan apa (pembagian tugas)

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita mempelajari topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

a. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data hasil investigasi (hasil

temuan) yang mereka lakukan.

b. Setiap angota kelompok terlibat dalam berbagai aktivitas kelompok.

c. Guru mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan.

Tahap 4: Analisis Hasil Investigasi

a. Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi untuk menganalisis dan

mengabungkan berbagai informasi yang mereka peroleh.

b. Siswa merencanakan presentasi hasil investigasi yang telah dianalisis.

c. Anggota kelompok membagi tugas dalam presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan hasil investigasi

a. Semua kelompok mempresentasikan topik yang telah diinvestigasi.

b. Siswa lain menanggapi presentasi yang dilakukan temannya.

c. Para pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi.

d. Guru mengatur jalannya presentasi semua kelompok.

Tahap 6: Evaluasi

a. Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik yang mereka pelajari.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah

dilakukan siswa.

c. Evaluasi mencakup setiap siswa baik secara individu, kelompok atau

keduanya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

18

2.1.4.2 Kelebihan Metode Pembelajaran Group Investigation.

Adapun kelebihan dari metode pembelajaran Group Investigation

menurut Istarani (2010:87) adalah:

a. Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan melalui kelompok

heterogen.

b. Malatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok.

c. Melatih siswa untuk mempertanggungjawabkan sebab ia diberi tugas untuk

diselesaikan dalam kelompok.

d. Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil investigasi kelompok

yang dilakukan.

e. Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui penemuan

yang ditemukannya.

2.1.5 Motivasi Belajar

Peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru berperan

sebagai motivator dan inovator dalam pembangunan pendidikan. Sebagai

motivator guru harus mampu untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran agar hasil belajar juga mengalami peningkatan. Motivasi belajar

merupakan dua kata yang mempunyai makna yang berbeda, namun kedua kata

tersebut saling berhubungan dan dapat membentuk satu arti kata. Maka untuk

lebih jelasnya disini akan dijelaskan mengenai pengertian dua kata tersebut.

Berikut akan dijabarkan pengertian motivasi.

Menurut Sugihartono (2007:20) motivasi adalah suatu kondisi yang

menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan

ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Sudarwan Danim

(2004:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,

tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok

orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Dari beberapa pengertian motivasi menurut para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan suatu

tindakan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

19

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor

intrinsik, berupa hasrat, keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan

harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang

menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh ransangan

tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar lebih

giat dan semangat.

Menurut WS. Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi

Belajar mengemukakan bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar

itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Menurut Sardiman

(2006:75) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Menurut H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar

adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan

individu melakukan perbuatan belajar. Menurut Tadjab, motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Dari beberapa pengertian motivasi belajar di atas maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah adanya keinginan dari diri individu yang

menimbulkan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar dengan suka cita

sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal atau sesuai dengan tujuan. Jika

seseorang mempunyai motivasi belajar yang tinggi maka ia akan melakukan

kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga hasil belajarpun maksimal.

Menurut Sardiman (2011:85) fungsi motivasi adalah sebagai pendorong

usaha dan pencapaian prestasi. Motivasi juga mempunyai peranan yang sangat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

20

penting dalam pencapaian hasil belajar seperti yang diungkapkan Wlodkowsky

dalam Sugihartono dkk. (2007:78)

Motivasi merupakan kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku

tertentu dan yang memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut, motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketentuan yang tidak mudah patah

untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.

Peran motivasi dalam proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa.

Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna

memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi

belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk

melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang

karena didorong motivasi. Bila siswa memiliki motivasi selama proses belajar,

segala kegiatan akan berjalan lancar, komunikasi berlangsung tanpa hambatan dan

kecemasan atau ketekutan akan menurun. Sebagai suatu hasil, motivasi

merupakan hasil diri suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang

menarik, bermanfaat dan cocok bagi siswa akan meningkatkan kompetensi/

keterampilan, keterlibatan dan usaha siswa dalam melaksanakan tugas belajar.

Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal atau sesuai dengan

harapan.

Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada

dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain untuk dapat

melakukan sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaannya dalam proses

belajar atau pendidikan. Peserta didik harus mempunyai motivasi untuk mengikuti

kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung. Apabila mempunyai

motivasi yang kuat, peserta didik akan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan

partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang

dilaksanakan.

Adapun cara mengukur motivasi belajar yaitu dengan teknik penilaian non

tes. Disini peneliti mengukur motivasi belajar dengan cara memberikan angket

kepada siswa kemudian siswa mengisi angket tersebut. Angket yang digunakan

pada penelitian ini merupakan angket tertutup, artinya angket yang pengisianya

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

21

hanya memberikan centang atau menyilang pada kolom yang telah tersedia dari

beberapa item yang telah ditentukan oleh peneliti. Angket motivasi belajar dibuat

dengan memperhatikan beberapa indikator agar proses pembelajaran yang

dilakukan menarik, bermakna, dan memberikan tantangan pada siswa. Seperti

pendapat Keller dalam Sugihartono dkk. (2007:78) bahwa:

Menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model Attention, Relevance,

Confidence, dan Satisfaction (ARCS). Dalam model ARCS ada 4 kategori

kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran

yang dilakukan menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa. Kondisi tersebut adalah:

a. Attention (perhatian)

Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalu memberikan

perhatian terhadap meteri pembelajran yang diberikan. Agar siswa berminat

dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan materi dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong

keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan banyak menggunakan

contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

b. Relevance (relevan) Relevansi mununjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan

kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa terpelihara apabila siswa

menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

c. Confidence (kepercayaan diri)

Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan konsep

tersebut dengan mengajukan konsep self efficacy. Konsep tersebut

berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan

untuk melakukan sesuatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun

dalam mencapai presestasi belajar yang maksimal. Agar kepercayaan diri siswa

meningkat guru perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya menyusun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,

meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk

berhail dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses

pembelajaran. d. Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa

akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang

berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk meningkatkan dan

memelihara motivasi siswa guru dapat memberikan penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dsb.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

22

2.1.6 Hasil Belajar

Belajar dilakukan untuk mengubah perilaku pada individu yang belajar.

Perubahan perilaku pada individu itu merupakan perolehan yang menjadi hasil

belajar. Adapun pengertian hasil belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut Bloom dalam Hermawan dkk. (2010:10.22) belajar digolongkan

menjadi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain

kognitif berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran

siswa. Domaian afektif menyangkut sikap dan nilai yang dapat dilihat pada

tingkah laku siswa, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan

belajar, dan motivasi belajar. Sedangkan hasil belajar psikomotorik dapat dilihat

dari ketrampilan dan kemampuan bertindak siswa.

Winkel dalam Purwanto, (2009:42) hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan

tingkah laku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan

yang diberikan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28) berpendapat hasil belajar pada

dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Sedangkan menurut Dimyati

dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu

interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai

memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar merupakan

tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pembelajaran. Jika hasil

belajarnya baik maka proses pembelajaran dikatakan berhasil. Tetapi jika hasil

belajarnya rendah maka proses pembelajaran dianggap belum berhasil.

Hasil belajar menjadi penting karena hasil belajar merupakan tolak ukur

dari suatu kegiatan pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar yang dimiliki

siswa guru dapat menentukan tindakan apa yang harus guru tempuh setelah materi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

23

yang diberikan selesai apakah melanjutkan materi atau pengayaan bahkan remidi.

Adanya kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa sehingga siswa akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

mempertahankan apa yang telah dicapai bahkan prestasi belajarnya meningkat.

Siswa merasa mempunyai kemampuan yang ada dalam dirinya hal ini

mengakibatkan siswa tidak minder dan percaya bahwa ia mempunyai potensi

yang perlu dikembangkan sehingga ia berusaha sebagaimana mestinya untuk

meningkatkan hasil belajar. Kemampuan yang demikian perlu dikembangkan

untuk meningkatkan hasil belajar.

Cara mengukur hasil belajar pada peneliti ini adalah dengan teknik

penilaian tes. Tes yang peneliti gunakan adalah tes objektif dalam bentuk tes

pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri

dari pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai. Untuk

menyelesaikan pertanyaan tersebut harus memilih salah satu dari beberapa

kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Umi Rosyidah (2009) dalam Skipsinya yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (GI) untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII

C SMPN 1 Watulimo Trenggalek.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika Ibu Ratna Indriani dan

observasi awal pada kelas VIII-C SMPN 1 Watulimo diketahui dalam

pembelajaran metode yang sering diterapkan ceramah. Berdasarkan hasil

penyebaran angket sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh motivasi belajar

Fisika siswa rata-rata sebesar 65% dengan kategori penilaian cukup baik. Hasil

belajar Fisika yang diperoleh 47% siswa mendapatkan nilai di bawah SKM.

Kesulitan yang dihadapi oleh para guru adalah bagaimana mengaktifkan siswa

selama proses pembelajaran, meningkatkan antusiasme siswa terhadap materi

yang diajarkan, mengajak siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan yang

diperoleh, dan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

24

tersebut maka diterapkan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan rencana pelaksanaan

pembelajaran aktivitas guru sebesar 100% dan aktivitas siswa meningkat sebesar

6%. Persentase motivasi belajar siswa pada siklus I dan II 82%, meningkat dari

pra siklus sebesar 17%. Persentase hasil belajar Fisika siswa pada awal sebelum

perlakuan sebesar 53%, siklus I adalah 69% dan meningkat sebesar 22% pada

siklus II menjadi 75%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-C SMPN 1 Watulimo sebesar

17% dan meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 22%. Disarankan penelitian ini

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru bidang studi ataupun peneliti yang

lain untuk menerapkan model pembelajaran tersebut dengan mengukur

peningkatan aktivitas berpendapat siswa.

Iswandi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model

pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang

tumbuhan hijau kelas V SDN Temenggungan 02 kecamatan Udanawu kabupaten

Blitar” menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation

dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar juga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Dalam penelitiaanya terdapat segi positif dalam penelitiaanya yaitu

pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation sangat

menyenangkan sehingga pembelajaran tidak monoton serta membuat siswa aktif

bekerja diantaranya aktif berpendapat dalam berdiskusi, disamping itu juga terjadi

peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebanyak 78 % dan

nilai siswa telah mencapai standar kelulusasan sebesar 75.

Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model

Group Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul

Dalem 2 Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA

materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2

Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode Group

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

25

Investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas

tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat

pada guru/guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan

Group Investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada

siklus I hasil belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %.

Sedangkan pada aspek keaktifan siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada

siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 64,03%.

Berdasarkan analisis kajian yang pernah digunakan oleh ketiga peneliti di

atas maka dengan menerapkan metode Group Investigation ketiga-tiganya

berhasil meningkatkan hasil belajar dan motivasi serta aktifitas belajar. Hal ini

membuktikan bahwa metode Group Investigation dapat mengatasi permasalahan

dalam pembelajaran yang terjadi di kelas dan dapat meningkatkan motivasi serta

hasil belajar dengan baik. Dengan analisis tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran Group Investigation pada

pembelajaran IPA untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian dilakukan karena di sekolah yang diteliti yaitu SD Negeri 2

Wonoroto terdapat masalah dalam proses belajar mengajar yang menyebabkan

motivasi dan hasil belajar rendah. Masalah tersebut antara lain adalah penggunaan

metode pembelajaran yang monoton dan hanya berpusat pada guru, yang

menyebabkan motivasi belajar siswa rendah sehingga berdampak pada hasil

belajar siswa yang rendah pula. Untuk itu peneliti menerapkan metode

pembelajaran Group Investigation untuk mengatasi masalah yang terjadi di

sekolah yang diteliti yaitu SD Negeri 2 Wonoroto agar siswa termotivasi untuk

belajar sehingga siswa mendapat hasil belajar yang baik yaitu di atas kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk mengatasi pembelajaran yang hanya menekankan pada aktivitas

guru, maka peneliti mencoba malakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

metode Group Investigation dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran

menggunakan metode Group Investigation terjadi interaksi sosial yang menjadi

salah satu faktor pentingnya perkembangan mental peserta didik dalam

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

26

melakukan pembelajaran terutama dalam menyampaikan pendapat di depan kelas.

Dalam pembelajaran dengan metode Group Investigation memainkan peranannya

dalam memberi kebebasan kepada siswa untuk berfikir secara kritis, dan kreatif.

Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena

siswa sebagai objek pembelajaran ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.

Pada metode ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dibentuk berdasarkan keterkaitan akan

sebuah materi yang mereka pilih. Guru membatasi jumlah kelompok dengan

memperhatikan keheterogenan. Selanjutnya siswa dan guru merancang langkah-

langkah pembelajaran dan melakukan investigasi kemudian mendiskusikan hasil

investigasinya. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dalam

mempresentasikan hasil diskusi siswa harus bertanggung jawab dengan apa yang

mereka presentasikan. Langkah selanjutnya adalah evaluasi pembelajaran yang

dilakukan siswa dan guru. Dengan demikian pembelajaran menjadi

menyenangkan.

Metode ini digunakan karena metode pembelajaran ini mengikutsertakan

siswa pada setiap kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan sampai dengan

pelaksanaannya, sehingga pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi

siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa

termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar karena menyenangkan.

Metode pembelajaran Group Investigation berhubungan erat dengan

pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan

menimbulkan motivasi belajar siswa terus bertambah. Dengan demikian

efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Siswa yang memiliki motivasi

belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki

ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik,

dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar.

Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak

bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh

perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari dan tidak berpartisipasi aktif dalam

belajar.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

27

Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran Group

Investigation maka dapat dilihat perbedaannya yaitu meningkatnya motivasi

belajar sehingga siswa tidak merasa bosan, tidak jenuh dan tertarik untuk

mengikuti pelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selain itu

dengan metode Group Investigation siswa dapat kerjasama dan memadukan

kemampuan yang berbeda dalam menginvestigasi suatu topik pembelajaran.

Dengan menginvestigasi topik pembelajaran siswa dapat berpikir kritis dan

kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan siswa dapat menemukan

hal-hal baru dan mempertanggungjawabkan hasil investigasinya (penelitiannya)

saat mereka mempresentasikan hasil investigasinya. Berikut kerangka berpikir

yang peneliti rangkai untuk memudahkan dalam melakukan penelitian:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Metode Group

Investigation

Berpikir

kritis dan

kreatif

Memecahkan masalah yang

dihadapi

Meningkatkan

kerjasama

Menemukan

hal-hal yang

baru

Memadukan

kemampuan

yang berbeda

Mempertanggungjawabkan

hasil investigasinya

Motivasi

belajar

meningkat

Hasil

belajar meningkat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3795/3/T1... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Belajar ... pembelajaran berdasarkan makna leksikal

28

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas dan mengacu pada kerangka berpikir

dalam penelitian ini, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto,

Kabupaten Wonosobo Semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat

ditingkatkan melalui metode pembelajaran Group Investigation.

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Wonoroto,

Kabupaten Wonosobo Semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat

ditingkatkan melalui metode pembelajaran Group Investigation.