bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan …repository.unpas.ac.id/15884/4/bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka ini, penulis mengemukakan teori-teori yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Seperti yang telah penulis
jelaskan pada sebelumnya, bahwa permasalahan yang diteliti ini adalah hal-hal
yang berkenaan dengan dimensi program diklat serta mutasi dan pengaruhnya
terhadap kinerja pegawai.
Kajian pustaka ini akan penulis jadikan landasan teoritis dalam
melaksanakan penelitian. Dimulai dari pengertian secara umum sampai pada
pengertian yang fokus terhadap teori yang berhubungan dengan permasalahan
yang penulis akan teliti.
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan bidang strategis dari
organisasi. Manajemen sumber daya manusia harus dipandang sebagai perluasan
dari pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu
membutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan
mengelolanya.
14
Menurut Dessler yang dikutip dari Edy Sutrisno (2011:5) mendefinisikan:
“Manajemen sumber daya manusia adalah suatu kebijakan dan praktik
yang dibutuhkan seseorang yang menjalankan aspek (orang) atau sumber
daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan,
penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
Menurut Schuler, et al. yang dikutip dari Edy Sutrisno (2011:6)
mendefinisikan:
“Manajemen sumber daya manusia adalah pengakuan tentang pentingnya
tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting
dalam memberi kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi dan menggunakan
beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan bahwa SDM tersebut
digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi,
dan masyarakat.”
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan,
pemeliharaan, serta penggunaan SDM untuk mencapai tujuan baik secara individu
maupun organisasi.
2.1.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia
menurut Edy Sutrisno (2011:9):
A. Fungsi Manajemen
1. Perencanaan (planning)
Merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam mewujudkan tujuan. Perencanaan dilakukan
dengan menetapkan program kepegawaian. Program ini meliputi:
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
15
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian karyawan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan
koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi ini
hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang
baik dapat membantu tercapainya tujuan secara efektif.
3. Pengarahan (actuiting)
Kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan
bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan
dengan menugaskan para bawahan agar mengerjakan seluruh tugasnya
dengan baik.
4. Pengendalian (controlling)
Kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-
peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat
kesalahan atau penyimpangan, di adakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana. Pengendalian pegawai ini meliputi kehadiran,
kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, serta menjaga
situasi lingkungan pekerjaan.
16
B. Fungsi Operasional
1. Pengadaan tenaga kerja (SDM) (procurement)
Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pengadaan yang baik dapat membantu terwujudnya tujuan.
2. Pengembangan (development)
Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral
karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan
harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa yang
akan datang.
3. Kompensasi (compensation)
Pemberian balas jasa langsung (direct), dan tidak langsung (indirect), uang
atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil dapat diartikan
sesuai dengan prestasi kerjanya, sedangkan layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah.
4. Pengintegrasian (integration)
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan
karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
5. Pemeliharaan (maintenance)
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan
loyalitas karyawan, agar mereka mau bekerjasama sampai pensiun.
Pemeliharaan sebaiknya dilakukan dengan program kesejahteraan yang
17
didasarkan atas kebutuhan sebagian besar pegawai, sehingga pemeliharaan
dapat dikatakan baik.
6. Pemutusan hubungan tenaga kerja (sparation)
Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian
itu disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak
kerja berakhir, pension, dan sebab-sebab lainnya.
Fungsi-fungsi manajemen dan operasional yang sepenuhnya dapat
dilakukan instansi dengan maksud untuk membantu pencapaian sasaran-sasaran
dasar yang telah ditetapkan sejak semula oleh instansi tersebut.
2.1.2 Pendidikan dan Pelatihan
2.1.2.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan ekonomis, maka
salah satu strategi manajemen yang ditempuh adalah dengan meningkatkan mutu
sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
secara terus menerus. Dengan diberikan pendidikan dan pelatihan diharapkan para
pegawai dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Pengertian pendidikan dan pelatihan menurut Notoatmodjo (2013:27)
adalah :
“Pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan
intelektual dan keterampilan manusia, dengan demikian meningkatkan
produktivitas”.
Manakala ditelaah arti dan tujuan pendidikan dan pelatihan yang
diutarakan diatas, arti dan tujuan pendidikan dan pelatihan berbeda antara arti dan
18
tujuan pendidikan dengan arti dan tujuan pelatihan. Sebagaimana dikemukakan
oleh Hasibuan (2013:76) yang menyatakan bahwa pendidikan meningkatkan
keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan.
Sementara itu pelatihan menurut Bernardin dan Russell (2010:29) adalah sebagai
berikut :
“Any attemp to improve employee perpormance on currently held job or
one related to it. To be effective, training should involve a learning
experience, be a planned organizational activity, and be designed
inresponse to identified needs. Ideally, training should be disigned to
meet the goals of the organization while simultaneously meeting the
goals of individual employees”.
Pelatihan menurut pendapat di atas, dimaksudkan hanya untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci, rutin, dan yang dibutuhkan sekarang. Pelatihan tidak
diprioritaskan untuk membina kemampuan melaksanakan pekerjaan dimasa yang
akan datang. Artinya, pelatihan tidak dapat mempersiapkan karyawan untuk
memikul tanggung jawab yang lebih berat dari pekerjaannya yang sekarang.
Dessler (2011:249) menjelaskan bahwa : “Training refers to the methods
used to give new or present employees the skills they need to perform their jobs”.
Kemudian Dessler (2011:253) menyatakan lebih lanjut bahwa ; “Training is
essentially a learning process. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan memberikan
karyawan baru atau yang ada sekarang keterampilan yang mereka butuhkan unuk
meningkatkan kinerja pekerjaan mereka. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu
proses pembelajaraan.
19
Ivancevich (2011:383) mendefinisikan pelatihan (training) adalah :
”Training is the systematic process of altering the behavior of employees
in a direction that will achieve organization goals. Training is related to
present job skills and abilities. It has a current orientation and helps
employees master specific skills and abilities needed to be successful”.
Pelatihan adalah proses sistematik yang mengubah perilaku karyawan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berhubungan dengan
peningkatan kemampuan dan keahlian karyawan. Pelatihan mempunyai tujuan
tertentu yang dapat mmbantu karyawan meningkatkan kemampuan dan keahlian
khususnya yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.
Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu
poss sistematis untuk mengubah perilaku, pengetahuan dan motivasi dari
karyawan, untuk meningkatkan kesesuaian antara karakteristik karyawan dan
syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan. Pelatihan terdiri dari
program-program yang dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan
pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi. Peningkatan prestasi kerja
tersebut terlihat dari perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan,
keahlian, sikap dan perilaku social karyawan.
Secara umum tujuan suatu pelatihan diarahkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiesi perusahaan serta untuk menjembatani kesenjangan antara
pengetahuan, keterampilan serta sikap karyawan yang ada dan diharapkan baik
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang disesuaikan dengan
kebutuhan individu maupun kebutuhan perusahaan. Pelatihan mempunyai andil
besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
20
Noe (2012:4) mengemukakan tujuan dari pelatihan adalah : ”The goal of
training is for employees to master the knowledge, skill, and behaviors
emphasized in training programs and to apply them to their day-to-day
activities”. Tujuan pelatihan adalah menekankan para karyawan agar memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang di dapat dalam program pelatihan
dan menggunakannya dalam aktivitas sehari-hari.
Menurut Ranupandojo dan Husnan (2011) adalah :
“Pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan
teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kegiatan pencapaian tujuan”.
Sedangkan Flippo (2012:69) mengemukakan bahwa : ”Education is
concerned with increasing general knowledge and understanding of our total
environment”. Penidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan
umum dan pemahaman atas lingkungan secara menyeluruh.
Untuk mencapai hasil pelaksanaan Diklat yang baik, maka program
diklat perlu dirancang secara efektif. Ciri-ciri rancangan program Diklat yang
efektif menurut Kussriyanto (2014:68) meliputi :
1. Mempunyai sasaran yang jelas, hasilnya sebagai tolak ukur
2. Diberikan oleh tenaga pengajar yang cakap menyampaikan ilmunya dan
mampu memotivasi para peserta
3. Isinya mendalam sehingga tidak menjadi bahan hapalan, melainkan mampu
mengubah sikap dan meningkatkan prestasi kerja peserta
4. Sesuai dengan latar belakang teknis, permasalahan dan daya tangkap peserta
21
5. Menggunakan metode yang tepat guna
6. Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta, sehingga mereka bukan sekedar
mendengarkan atau mencatat
7. Disertai desain penelitian, sejauh mana sasaran program tercapai demi prestasi
dan produktivitas perusahaan/organisasi
Ciri-ciri rancangan program Diklat tersebut di atas, bila dicermati dengan
seksama didalamnya mencakup tiga hal pokok :
1. Materi yang harus disampaikan secara jelas, mendalam isinya, dan sesuai
dengan latar belakang teknis
2. Metode penyampaian Diklat dan penyampaian materi dilakukan oleh pengajar
yang cakap, serta melibatkan secara aktif peserta Diklat
3. Evaluasi pelaksanaan Diklat
Dalam merancang dan mengembangkan Diklat yang efektif,
Notoatmodjo (2013:31) sepaham dengan ciri-ciri yang telah dikemukakan
tersebut, namun apa yang disampaikan Notoatmojo kelihatannya lebih lengkap,
yaitu :
1. Analisis kebutuhan Diklat
2. Menetapkan tujuan Diklat
3. Pengembangan kurikulum (materi)
4. Persiapan pelaksanaan Diklat
5. Pelaksanaan Diklat
6. Evaluasi pelaksanaan Diklat
22
2.1.2.3 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan dalam suatu
perusahaan atau institusi harus dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Secara
umum tujuan suatu program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakaan
diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan serta untuk
menjembatani kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan serta sikap personil
yang ada dan diharapkan baik pada masa sekarang maupun massa yang akan
datang disesuaikan dengan kebutuhan individu maupun kebutuhan lembaga atau
institusi.
Menurut Hasibuan (2013:77) tujuan dari pendidikan dan pelatihan adalah :
1. Produktivitas kerja
Dengan pendidikan dan pelatihan, maka produktivitas kerja karyawan akan
meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical
skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.
2. Efisiensi
Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga,
waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan
berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan
semakin besar.
3. Kerusakan
Mengurangi kerusakan barang, produksi dan mesin-mesin karena karyawan
semakin ahli dan trampil dalam melaksanakan pekerjaannya.
23
4. Kecelakaan
Untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya
pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang.
5. Pelayanan
Bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan
kepada pelanggan, karena pemberian pelayanan yang lebih baik merupakan
daya penarik yang sangat penting bagi rekanan-rekanan perusahaan
bersangkutan.
6. Moral
Moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai
dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik.
7. Karier
Kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena
keahlian, keterampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah
biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang.
8. Konseptual
Manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih
baik, karena technical skill, human skill dan managerial skill-nya telah lebih
baik.
9. Kepemimpinan
Kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relation-nya lebih
luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerjasama vertikal dan
horizontal semakin harmonis.
24
10. Balas jasa
Balas jasa (gaji, upah insentif dan benefits) karyawan akan meningkat kerena
prestasi kerja mereka semakin besar.
11. Konsumen
Akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat konsumen karena
mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.
Pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan oleh setiap perusahaan karena
akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan, dan masyarakat konsumen.
Menurut Handoko (2012:103) terdapat 2 (dua) tujuan utama dari program
pelatihan dan pendidikan yaitu :
Pertama : Latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup „gap‟ antar
kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.
Kedua : Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan dan pelatihan merupakan tolak ukur dari berhasil
tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakaan perusahaan atau lembaga. Tujuan
pendidikan dan pelatihan dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman untuk
melakukan penyusunan program pendidikan, dalam pelaksanaan dan dalam
pengawasannya serta evaluasi keberhasilan.
2.1.2.4 Proses Sistem Pendidikan dan Pelatihan
Siagian (2012:178), mengemukakan tentang pendidikan dan pelatihan
sebagai suatu keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam
kerangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai
25
dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
maka proses pendidikan dan pelatihan harus mengandung unsur-unsur pokok
kurikulum, metode dan teknik pembelajaran, instruktur (guru) dan
sarana/prasarana serta dana yang memadai.
Dari uraian tersebut memberikan petunjuk bahwa keberhasilan program
pendidikan dan pelatihan ditentukan oleh metode dan teknik Diklat, kesesuaian
atau keterkaitan materi Diklat dengan garapan tugas sehari-hari. Serta sarana dan
prasarana Diklat yang memadai akan mendorong bagi peserta Diklat untuk lebih
semangat belajar, serta tenaga pengajar adalah merupakan kunci pokok
keberhasilan pelaksanaan Diklat. Kemampuan instruktur sebagai modal awal
peserta Diklat untuk meningkatkan wawasan dengan baik. Kemampuan
memberikan suntikan-suntikan motivasi seorang instruktur merupakan kebutuhan
yang tidak dapat dikesampingkan untuk meningkatkan prestasi pegawai dalam
memberikan pelayanan secara efektif.
2.1.2.5 Indikator Pendidikan dan Pelatihan
Indikator yang menunjang kearah keberhasilan pendidikan dan pelatihan
menurut Veithzal (2013 : 240), yaitu antara lain :
1. Materi yang Dibutuhkan
Materi disusun dari estimasi kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan dalam
bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan yang
dibutuhkan.
26
2. Metode yang Digunakan
Metode yang dipilih hendak disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan
dilaksanakan.
3. Kemampuan Instruktur Pelatihan
Mencari sumber-sumber informasi yang lain yang mungkin berguna dalam
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
4. Sarana atau Prinsip-prinsip Pembelajaran
Pedoman dimana proses belajar akan berjalan lebih efektif.
5. Peserta Pelatihan
Sangat penting untuk memperhitungkan tipe pekerja dan jenis pekerja yang
akan dilatih.
6. Evakuasi Pelatihan
Setelah mengadakan pelatihan hendaknya di evaluasi hasil yang didapat dalam
pelatihan, dengan memperhitungkan tingkat reaksi, tingkat belajar, tingkat
tingkah laku kerja, tingkat organisasi dan nilai akhir.
2.1.3 Mutasi
Mutasi merupakan fungsi pengembangan MSDM yang terpenting karena
fungsinya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam
organisasi.
2.1.3.1 Pengertian Mutasi
Salah satu tindak lanjut yang dilakukan dari hasil penilaian prestasi
karyawan adalah mutasi karena dengan penilaian prestasi kerja karyawan akan
27
diketahui kecakapan karyawan dalam menyelesaikan uraian pekerjaan (job
description) yang dibebankan kepadanya.
Dengan adanya mutasi, diharapkan dapat terjadi hubungan yang cocok
antara karyawan dan jabatan “The Right Man In The Right Place“ sehingga
karyawan dapat bekerja secara efisien dan efektif pada jabatan itu. Pada dasarnya
mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan, karena tujuannya adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam perusahaan. Sebelum
membahas lebih jauh mengenai mutasi ini didalam perusahaan, maka peneliti
akan mengemukakan pengertian tentang mutasi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diuraikan pengertian mutasi
menurut beberapa ahli, antara lain :
Menurut Henry Simamora (2012:640) “Mutasi adalah perpindahan
seorang karyawan dari satu pekerjaan ke posisi lainnya yang gaji, tanggung jawab,
dan atau jenjang organisasionalnya relatif sama.”
Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2014:247):
“Mutasi adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses
pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan tenaga
kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan
memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan
prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada organisasi.‟‟
Pengertian lain menurut Malayu S.P Hasibuan (2013:102) menyatakan
sebagai berikut: “ Mutasi adalah suatu perubahaan posisi/ jabatan/ tempat/
pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi /
demosi) di dalam suatu organisasi.”
28
Pengertian mutasi menurut Sadili (2013:254) :
“Mutasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses pemindahan
fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan pegawai ke situasi
tertentu dengan tujuan agar pegawai yang bersangkutan memperoleh
kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi dan
kontribusi kerja yang maksimal pada organisasi. Jadi kegiatan
memindahkan pegawai dari suatu tempat kerja ke tempat lain dinamakan
mutasi.”
Alex. S. Niti Semito (2012: 74) definisi mutasi adalah :
“Mutasi merupakan suatu kegiatan rutin dari suatu perusahaan untuk
melaksanakan prinsip “ The Right Man In The Right Place “ atau “ orang
yang tepat pada tempat yang tepat “ dengan demikian mutasi yang
dijalankan oleh perusahaan agar pekerjaannya dapat dilakukan secara lebih
efektif dan efisien.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
suatu mutasi adalah pemindahan jabatan ke jabatan lain dengan disertai perubahan
status, upah maupun tanggung jawabnya. Dari uraian tersebut tampak bahwa
mutasi atau pemindahan pegawai sangat penting dan perlu dilakukan baik dilihat
dari kepentingan pegawai maupun kepentingan perusahaan. Mutasi yang baik
adalah mutasi yang dilakukan sesuai prosedur yang berlaku pada suatu organisasi,
tidak ada pandang bulu, setiap pegawai sama dimata pemimpin.
2.1.3.2 Prinsip Prinsip Dalam Mutasi
Terdapat beberapa prinsip dalam mutasi menurut Malayu S.P. Hasibuan
(2013:102) diantaranya yaitu: Prinsip Mutasi pegawai di dalam sebuah organisasi
harus berpegang pada prinsip “ memutasikan pegawai kepada posisi yang tepat
dan pekerjaan yang sesuai, agar kinerja meningkat.”
Selain itu seorang pemimpin dalam memutasi pegawai harus memiliki
dasar yang kuat, agar seorang pegawai tidak merasa diasingkan atau merasa
29
mendapat sanksi dari lembaga tetapi dengan mutasi pegawai tersebut harus
berdasar pada prinsip-prinsip mutasi pegawai sesuai dengan peraturan yang
berlaku di dalam lembaga tersebut. Seperti dikemukakan oleh Malayu S.P
Hasibuan (2013:103) mengemukakan tentang dasar mutasi pegawai yaitu:
1. Merit System adalah mutasi pegawai yang didasarkan atas landasan yang
bersifat ilmiah, objektif dan prestasi kerja. Merit atau karir sistem ini
merupakan dasar mutasi yang baik antara lain:
a. Output dan produktivitas kerja meningkat.
b. Kinerja meningkat
c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun
d. Absensi dan disiplin pegawai semakin membaik
e. Jumlah kesalahan/kecelakaan menurun
2. Seniority Sytem adalah mutasi pegawai yang didasarkan atas landasan masa
kerja, usia, pengalaman kerja dari pegawai yang bersangkutan.
3. Spion System adalah mutasi yang didasarkan atas landasan asas kekeluargaan.
Sistem ini seperti kurang baik karena berdasarkan suka atau tidak suka.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar
mutasi pegawai harus berdasarkan prinsip-prinsip mutasi pegawai sesuai
peraturan yaitu : Mutasi untuk mengusahakan orang yang tepat pada tempat yang
tepat, mutasi pegawai tidak boleh dirasakan sebagai hukuman, mutasi pegawai
untuk menciptakan persaingan yang sehat. Dan mutasi pegawai sebagai upaya
langsung meningkatkan semangat dan kegairahan kerja.
30
2.1.3.3 Tujuan Mutasi
Pada umumnya program mutasi dilakukan oleh pimpinan suatu perusahaan
adalah untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia sesuai dengan
kebutuhan perusahaan
Menurut Bambang Wahyudi (2011: 167), tujuan mutasi yaitu :
1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan yang ada
dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi
ketenagakerjaan yang stabil (personal stabil). Stabilitas ketenaga kerjaan akan
terwujud apabila penempatan tenaga kerja dalam suatu organisasi dapat
dilakukan secara tepat (the right man on the right job).
2. Membuka kesempatan untuk mengembangkan karir. Tujuan ini dimaksudkan
untuk mendorong atau merangsang tenaga kerja agar berupaya menjangkau
karir yang lebih tinggi, yang berarti pula bahwa mereka akan berusaha
mencurahkan kemampuannya yang ditopang oleh semangat kerja yang tinggi.
3. Memperluas dan menambah pengetahuan. Memperluas wawasan dan
pengetahuan merupakan kebutuhan yang perlu mendapat perhatian dalam
suatu organisasi. Dengan demikian tenaga kerja yang ada, wawasan dan
pengetahuannya tidak terbatas atau terpakau hanya pada satu bidang tertentu
saja. Dengan mutasi berarti terbuka kesempatan bagi tenaga kerja untuk
memperluas wawasan dan pengetahuannya dalam organisasi yang
bersangkutan.
4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan. Apabila seseorang tenaga
kerja terus menerus dari tahun ketahun memegang jabatan yang sama, maka
31
akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan akan menimbulkan tenaga kerja
yang bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan gairah serta
semangat kerjannya. Untuk itu perlu terus diupayakan adanya penyegaran-
penyegaran.
5. Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja. Suatu mutasi dapat
dipergunakan untuk memberikan imbalan sebagai penghargaan kepada tenaga
kerja yang berprestasi, yaitu dalam bentuk peningkatan jabatan atau posisi
atau pekerjaan. Peningkatan ini selain diikuti dengan meningkatnya wewenang
dan tanggung jawab, biasanya diikuti pula dengan peningkatan pendapatan
yang diterima
6. Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam meningkatkan prestasi
kerja. Setiap anggota organisasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
meraih posisi atau jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi. Namun
kesempatan yang tersedia terbatas, sehingga setiap tenaga kerja harus
mengikuti persaingan dengan sesama rekan kerja dalam meningkatkan prestasi
kerjanya. Perlu diperhatikan bahwa persaingan untuk meningkatkan prestasi
tersebut akan timbul bila ada jaminan bahwa mutasi benar-benar dilakukan
secara objektif, terhindar dari factor “ like and dislike” atau nepotisme.
7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran. Apabila seseorang tenaga
kerja melakukan pelanggaran atau tidak mampu memperlihatkan prestasi yang
baik, mutasi dapat dijadikan alat untuk menghukum, yakni dengan jalan
menurunkan posisi atau jabatan atau pekerjaan ketingkat yang lebih rendah
(demosi). Namun demikian, tindakan penurunan posisi atau jabatan atau
32
pekerjaan yang biasanya diikuti pula dengan penurunan pendapatannya. Harus
dilakukan secara berhati-hati dan secermat mungkin. Hal tersebut perlu
dilakukan, karena apabila pertimbangannya kurang cermat dapat
mengakibatkan merosotnya semangat kerja orang yang bersangkutan. Oleh
karena itu dalam kondisi tertentu sebelum dilaksanakannya hukuman itu perlu
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
Tujuan mutasi Menurut Malayu S.P Hasibuan, (2013:102) yaitu :
1. Untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
2. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi
pekerjaan atau jabatan.
3. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.
4. Untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya.
5. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan
karier yang lebih tinggi.
6. Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukannya.
7. Untuk memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya.
8. Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan terbuka.
9. Untuk tindakan pengamanan yang baik.
10. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.
11. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.
33
Adapun tujuan mutasi Menurut Henry Simamora (2012: 641) yaitu :
1. Karyawan dengan riwayat kinerja yang rendah atau prilaku bermasalah yang
tidak ingin lagi dipertahankan oleh kepala departemennya.
2. Mutasi memindahkan karyawan ke pekerjaan yang lebih sesuai, penilaian
yang cermat atas kinerja dan potensi karyawan hendaknya mendahului setiap
mutasi supaya kualifikasinya cocok dengan pekerjaan baru.
3. Seseorang karyawan dapat menjadi tidak puas dengan sebuah pekerjaan
karena satu atau berbagai alasan : konflik yang serius dengan kerabat kerja
atau atasan yang tampaknya sulit terpecahkan: kebuntuan pekerjaan dimana
mutasi akan memfasilitasi tujuan peningkatan karir.
4. Beberapa organisasi kadang-kadang memulai transfer untuk pengembangan
karyawan yang lebih lanjut, teristimewa pada jenjang manajemen dan staf.
5. Perusahaan sering menjumpai perlunya reorganisasi
6. Membuat posisi-posisi tersedia dalam saluran promosi utama.
7. Memuaskan hasrat pribadi karyawan.
2.1.3.4 Indikator Mutasi
Dalam setiap pelaksanaan mutasi karyawan, perusahaan memilih dan
menetapkan terlebih dahulu dasar pertimbangan yang akan dijadikan pedoman
untuk memilih karyawan mana yang akan dimutasikan, pada umumnya
perusahaan memilih dasar pertimbangan atau landasan yang berbeda dalam
menentukan pegawai yang akan dimutasikan.
34
Indikator mutasi menurut Malayu Hasibuan (2013 : 170)
1. Promosi ; Suatu promosi diartikan sebagai perubahan posisi atau jabatan atau
pekerjaan dari tingkat yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi.
2. Demosi ; Merupakan suatu bentuk mutasi vertikal yang berupa penurunan
pangkat atau posisi atau jabatan atau pekerjaan ketingkat yang lebih rendah.
3. Penangguhan Kenaikan Pangkat ; Memindahkan seorang tenaga kerja yang
seharusnya menduduki pangkat / jabatan / pekerjaan yang lebih tinggi ke
posisi / jabatan / pekerjaan semula.
4. Pembebastugasan ; Pembebastugasan atau lebih dikenal dengan skorsing
merupakan suatu bentuk mutasi vertical yang dilakukan dengan
membebastugaskan seseorang tenaga kerja dari posisi / jabatan / pekerjaannya,
tetapi masih memperoleh pendapatan secara penuh.
5. Temporary Transfer ; Suatu bentuk mutasi horizontal yang dilakukann dengan
memindahkan untuk sementara waktu seorang tenaga kerja pada jabatan
tertentu sampai pejabat yang difinitif menempati posnya.
6. Job Rotation ; Suatu job rotation atau perputaran jabatan merupakan suatu
bentuk mutasi personal yangg dilakukan secara horizontal. Bentuk mutasi
semacam ini biasanya dilakukan dengan tujuan antara lain untuk menambah
pengetahuan seseorang tenaga kerja dan menghindarkan terjadinya kejenuhan.
Dalam job rotation ini, dikenal beberapa istilah, antara lain :
a. Mutasi Tempat, merupakan pemindahan seseorang tenaga dari satu tempat
atau daerah kerja ke tempat atau daerah kerja yang lain tetapi masih dalam
jabatan/posisi/pekerjaan yang tingkat/levelnya sama.
35
b. Mutasi Jabatan, merupakan pemindahan seseorang tenaga kerja dari suatu
jabatan ke jabatan lain pada tingkat atau level yang sama dan dalam lokasi
yang sama pula.
c. Rehabilitasi, merupakan suatu kebijaksanaan organisasi untuk
menempatkan kembali seorang tenaga kerja pada
posisi/jabatan/pekerjaanya terdahulu, setelah tenaga kerja yang
bersangkutan menyelesaikan suatu tugas tertentu.
7. Production Transfer ; Suatu bentuk mutasi horizontal yang ditujukan untuk
mengisi kekosongan pekerja pada suatu posisi/jabatan/pekerjaan tertentu yang
harus segera diisi agar kontinuitas produksi dan peningkatannya dapat
terjamin.
8. Replacement Transfer ; Suatu pergantian tenaga kerja dalam organisasi yang
dutujukan untuk mempertahankan tenaga kerja yang berpengalaman dengan
cara mengganti pekerja-pekerja yang masih baru. Replacement Transfer
biasanya dilakukan apabila suatu organisasi harus melakukan penciutan tenaga
kerja.
9. Versatility Transfer ; Versatility transfer merupakan suatu bentuk mutasi
horizontal yang bertujuan untuk menempatkan tenaga kerja yang memiliki
kecakapan tertentu pada jabatan-jabatan yang memang membutuhkan
kecakapan tersebut. Suatu versatility transfer dapat pula diartikan sebagai
pemindahan tenaga kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan yang
dimilikinya.
36
10. Personnel Transfer; Suatu bentuk mutasi horizontal yang terjadi atas kehendak
atau keinginan tenaga kerja yang bersangkutan
2.1.4 Kinerja Karyawan
Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan
operasinya sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan
tujuannya, adalah dengan mengetahui kinerja dari perusahaan tersebut; karena
kinerja merupakan cerminan bagi berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam
mengelola para karyawannya, serta sebagai gambaran pencapaian tujuan
organisasi/perusahaan tersebut. Banyak pimpinan dalam suatu organisasi atau
perusahaan tidak mengerti akan pentingnya kinerja seorang individu dalam suatu
organisasi/perusahaan.
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja bisa mempengaruhi berlangsungnya kegiatan suatu organisasi
perusahaan, semakin baik kinerja yang ditunjukkan oleh para karyawan akan
sangat membantu dalam perkembangan organisasi atau perusahaan tersebut.
Menurut Rivai (2013:309), ”kinerja merupakan perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan.”
Pengertian kinerja menurut Bernandin dan Russell dalam Gomes (2012:
135), adalah “.... the record of outcomes produced on a spesified job junction or
activity during a specified time periode”. Mathis dan Jackson (2014:78)
menyatakan bahwa ”kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
37
dilakukan karyawan.” Hasibuan (2013:94) ”kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.”
Berdasarkaan pengertian di atas, pengertian kinerja menurut Hasibuan
(2013) dijadikan dasar penelitian, dimana kinerja merupakan hasil kerja yang
dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau kelompok yang diiringi dengan
proses belajar dan berlatih secara maksimal.
2.1.4.2 Arti Penting Kinerja
Arti penting dari kinerja menurut Sedarmayanti (2013: 260) adalah:
Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Unit sumber daya manusia dalam suatu organisasi seharusnya berperan
untuk menganalisis dan membantu memperbaiki masalah-masalah dalam
pencapaian kinerja, seperti halnya yang diungkapkan oleh Robbins (2012;82)
yaitu:
Apa yang sesungguhnya menjadi peranan unit sumber daya manusia dalam
suatu organisasi ini seharusnya tergantung pada apa yang diharapkan
manajemen tingkat atas, seperti fungsi manajemen manapun, kegiatan
manajemen sumber daya manusia harus dievaluasi dan direkayasa
sedemikian sehingga mereka dapat memberikan kontribusi untuk kinerja
yang kompetitif dari organisasi dan individu pada pekerjaan.
Hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan juga haruslah dapat
memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan yang dilihat dari segi
kualitas yang dirasakan oleh perusahaan dan sangat besar manfaatnya dimasa
yang akan datang.
38
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Mangkunegara (2013:67), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah:
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan Reality (knowledge+skill) artinya pegawai yang
memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang mengerakkan dari
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (Tujuan kerja).
Untuk mengukur kinerja menurut Gomes (2007:142) adalah sebagai
berikut :
1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu
yang ditentukan.
2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya.
4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakan-
tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
39
5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi).
6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja tepat pada waktunya.
7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan, dan integritas pribadi.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2013:51), kinerja meliputi beberapa
aspek, yaitu:
1. Kualitas Kerja (Quality of Work)
2. Ketepatan Waktu (Promptness)
3. Inisiatif (Initiative)
4. Kemampuan (Capability)
5. Komunikasi (Communication)
Jika ukuran pencapaian kinerja sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya
dalam mengukur kinerja adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan
membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat pada periode waktu yang
bersangkutan, akan didapatkan tingkat kinerja dari seorang pegawai.
Secara ringkasnya, dapatlah dikatakan bahwa pengukuran tentang kinerja
karyawan tergantung kepada jenis pekerjaanya dan tujuan dari organisasi yang
bersangkutan.
40
Menurut Hasibuan (2013:95), aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup:
1. Kesetiaan
Penilai mengukur kesetian pegawai terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan pegawai menjaga dan
membela organisasi di dalam maupun diluar pekerjaan dari ronrongan orang
yang tidak bertanggung jawab.
2. Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja yang bauk kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan pegawai tersebut dari uraian pekerjaan.
3. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti pada
bawahannya.
4. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan–peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaanya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
5. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan
berhasil.
41
6. Kerjasama
Penilai menilai kesediaan pegawai berpartisipasi dalam bekerja sama dengan
pegawai lainnya secara vertical dan horizontal didalam maupun diluar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.
7. Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,
member kesan menyenangkan, memperhatikan sikap yang baik, serta
berpenampilan simpatik dan wajar.
8. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang orsinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan,
dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
9. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan pegawai dalam menyatukan dan melaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
10. Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan
kebijaksanaan, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
2.1.4.4 Jenis-jenis Kriteria Kinerja
Robbins (2011:155) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
42
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu
seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran
kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
2.1.4.5 Langkah-Langkah Dalam Peningkatan Kinerja Karyawan
Langkah-langkah dalam peningkatan kinerja menurut Mangkunegara
(2012:22) sebagai berikut:
1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. Dapat dilakukan melalui tiga
cara, yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan
terus-menerus melalui fungsi-fungsi bisnis
b. Mengidentifikasi masalah melalui karyawan.
c. Memperhatikan masalah yang ada.
2. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan. Untuk memperbaiki keadaan
tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah setepat mungkin.
b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan :
43
1) Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan.
2) Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan
yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kinerja.
3) Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab
kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang
berhubungan dengan pegawai itu sendiri.
4) Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab
kekurangan tersebut.
2.1.4.6 Penilaian Kinerja
Kinerja karyawan terbentuk setelah merasa mendapatkan kepuasan atas
kerjanya, karena apabila kebutuhannya terpenuhi maka kepuasan kerja akan
tercapai begitu sebaliknya apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka kepuasan
kerjapun tidak akan tercapai. Apabila kepuasan kerja tidak tercapai, maka dari itu
akan sulit terbentuk suatu prestasi kinerja.
Penilaian harus berakar pada realitas kinerja karyawan. Penilaian bersifat
nyata, bukan abstrak dan memungkinkan pemimpin dan karyawan untuk
mengambil pendangan yang positif tentang bagaimana kinerja bisa menjadi lebih
baik di masa depan dan bagaimana masalah-masalah yang timbul dalam
memenuhi standar dan sasaran kinerja dapat dipecahkan.
Menurut Mathis dan Jackson (2012: 97), "Penilaian kinerja (performance
appraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan
pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut pada karyawan".
44
Evaluasi kinerja atau penilaian kinerja yang dikemukakan oleh
Mengginson dalam Mangunegara (2012: 10), “Penilaian prestasi kerja
(performance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk
menentukan apakah seseorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya”.
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian prestasi kerja adalah suatu proses
dimana seorang pemimpin mempunyai wewenang dalam menentukan para
karyawan apakah karyawan tersebut melakukan tugas dan pekerjaannya sesuai
dengan tanggung jawabnya.
Sejalan dengan penilaian kerja, Sikula dalam Mangkunegara (2012: 69)
mengungkapkan bahwa
Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan
pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses
penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek
orang ataupun sesuatu (barang)
Evaluasi kinerja adalah dasar bagi penilaian dalam memenuhi standar dan
sasaran yaitu bagaimana kinerja karyawan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dalam mencapai sasaran. Sasaran dari evaluasi kinerja menurut Dharma
(2011:125) terdiri dari "motivasi, pengembangan dan komunikasi". Motivasi,
maksudnya yaitu untuk merangsang orang untuk meningkatkan kinerja dan
mengembangkan keahlian. Pengembangan, untuk memberikan dasar untuk
mengembangkan dan memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas peran
yang dijalani maupun peran yang akan dijalankan pada masa depan terutama pada
karyawan yeng memiliki potensi untuk melakukannya. Pengembangan dapat
45
difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini, memungkinkan orang untuk
memperbesar dan memperkaya keahlian yang mereka perlukan untuk
mendapatkan peran yang sebagaimana mestinya. Komunikasi, untuk berfungsi
sebagai saluran komunikasi dua arah tentang peran, sasaran, hubungan, masalah
kerja dan aspirasi antara komunikator sebagai pemimpin dan komunikan sebagai
karyawan, hal tersebut dilakukan agar dapat mengurangi kesalahan dalam
pelaksanaan kinerja karyawan.
Selanjutnya menurut Dharma (2011:130), kriteria bagi penilaian kinerja
harus berimbang di antara :
1. Pencapaian dalam hubungannya dengan berbagai sasaran;
2. Perilaku dalam pekerjaan sejauh mempengaruhi peningkatan kinerja;
3. Efektifitas sehari-hari.
Jadi dengan memperhatikan kriteria bagi penilaian kinerja diharapkan
akan menghasilkan pegawai-pegawai yang bertanggungjawab dan dapat
meningkatkan kinerja karyawan baik di lingkungan organisasi pemerintahan
maupun di lingkungan swasta.
2.1.4.7 Tujuan Evaluasi Kinerja
Kinerja tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan evaluasi kinerja yang
merupakan penilaian atas hasil kerja karyawan serta tujuan evaluasi kinerja.
Tujuan evaluasi kinerja bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
organisasi melalui peningkatan kinerja dari Sumber Daya Manusia organisasi.
Menurut Mangkunegara (2012:10) tujuan dari evaluasi kinerja adalah
sebagai berikut :
46
1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kerja;
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu;
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang
diembannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana
itu jika ada hal-hal yang perlu diubah.
Kegunaan penilaian prestasi kerja (kinerja) karyawan menurut
Mangkunegara (2012:89) adalah :
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi,
pemberhentian dan besarnya balas jasa;
2. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaannya;
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan dalam
perusahaan;
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawan;
47
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
yang berada di dalam organisasi;
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
performance yang baik;
7. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan
meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya;
8. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan;
9. Sebagai alat untuk memperbaiki atau megembangkan kecakapan karyawan;
10. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job
description).
Evaluasi kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja karyawan secara periodik yang ditentukan oleh organisasi.
Evaluasi kinerja menurut Dharma (2011:14) mempunyai tujuan antara lain :
1. Pengembangan, dapat digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu
ditraining dan membantu evaluasi hasil training. Dan juga dapat membantu
pelaksanaan Conseling antara atasan dan bawahan sehingga dapat dicapai
usaha dalam memecaahkan masalah yang akan dihadapi pegawai.
2. Pemberian reward, digunakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, intensif
dan promosi.
3. Motivasi, digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif,
rasa tanggungjawab sehingga mereka terdorong untuk meningkatkan
kinerjanya.
48
4. Perencanaan SDM, dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan
keterampilan serta perencanaan SDM.
5. Kompensasi, memberikan informasi yang digunakan untuk menentukan apa
yang harus diberikan kepada pegawai yang berkinerja tinggi atau rendah serta
bagiamana pemberian kompensasi yang adil.
6. Komunikasi merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara
atasan dan bawahan menyangkut kinerja karyawan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memperhatikan tujuan dari
evaluasi kinerja diharapkan dapat dihasilkan suatu hasil kerja yang tepat guna
berdasarkan misi, visi, sasaran serta tujuan yang jelas. Sehingga aparatur
pemerintahan dapat bekerja lebih efektif serta efisien setelah adanya penilaian
kinerja karyawan.
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan
Diklat, mutasi dan kinerja. Penelitian tersebut memiliki hasil yang berbeda dan
penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan
dalam penelitian ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Siti Annisa
Wahdiniawati,
M. Syamsul
Ma`arif,
Sukiswo
Dirjosuparto
2014 Sistem
Pendidikan Dan
Pelatihan
Dalam Upaya
Peningkatan
Kinerja Sumber
Daya Manusia
Pendidikan
berpengaruh
secara positif
dan signifikan
terhadap
kinerja pegawai
Variabel
independent:
Pendidikan
dan
Pelatihan
Variabel
dependent:
Variabel
independen:
mutasi,
analisis
regresi
linier
berganda
49
Di PT
Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
Jakarta Selatan
Kinerja
2 Noval
Maulana
2009 Hubungan
Pendidikan dan
Pelatihan
dengan Prestasi
Kerja karyawan
di Divisi
Learning
Center PT.
Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
Terdapat
hubungan
antara
pendidikan dan
pelatihan
karyawan
dengan prestasi
kerja
Variabel
independent:
Pendidikan
dan
Pelatihan
Variabel
dependent:
Prestasi
kerja
Variabel
independen:
mutasi,
analisis
regresi
linier
berganda
3 Muhammad
Isa Indrawan
2015 Pengaruh
Promosi
Jabatan Dan
Mutasi
Terhadap
Prestasi Kerja
Pegawai PT.
Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
Medan
Promosi
jabatan dan
mutasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
prestasi kerja
pegawai PT.
Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
Medan
Variabel
independent:
mutasi
Variabel
dependent:
Prestasi
kerja
Variabel
independen:
Pendidikan
dan
Pelatihan
4 Triana Karina,
Agus
Suharsono, A.
Kholiq Azhari
2012 Pengaruh
Mutasi Pegawai
Terhadap
Produktivitas
Kerja
(Suatu Studi
terhadap
Pegawai Kantor
Besar PT.
Kereta Api
Indinesia
(Persero)
DAOP 9
Jember)
Ada pengaruh
yang positif dan
signifikan
(sangat kuat)
antara mutasi
pegawai
terhadap
produktivitas
kerja pegawai
DAOP 9
Jember.
Variabel
independent:
Mutasi
pegawai
Variabel
dependent:
Produktivitas
kerja
Variabel
independen:
Pendidikan
dan
Pelatihan,
analisis
regresi
linier
berganda
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa kinerja
pegawai dapat dipengaruhi oleh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan mutasi
jabatan.
50
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Diklat terhadap Kinerja Karyawan
Salah satu benefit yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penilaian kinerja
adalah informasi yang penting untuk merancang dan memprogramkan pendidikan
dan pelatihan yang dibutuhkan oleh pegawai. Pelatihan membantu para pegawai
dalam mengembangkan berbagai keterampilan tertentu yang memungkinkannya
untuk berhasil pada pekerjaanya saat ini dan mengembangkan pekerjaanya dimasa
mendatang. Para ahli manajemen mengakui pendidikan dan pelatihan strategis
signifikan menumbuhkan keberhasilan sehingga akan meningkatkan kinerja
pegawai (Sinambela, 2012: 207).
Terdapat hubungan langsung dan tidak langsung antara pelatihan dengan
strategi dan sasaran bisnis. Pelatihan dapat membantu pegawai dalam
mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dan menjalankan
perusahaannya, yang secara langsung akan mempengaruhi bisinis yang
dilakukannya. Memberikan kepada peluang kepada pegawai untuk belajar dan
berkembang dapat menciptakan lingkungan pekerjaan yang positif, yang
mendukung stratengi bisnis dengan menarik pegawai berbakat serta memotivasi
dan mempertahankan pegawai yang ada pada saat ini (Sinambela, 2012: 207).
Menurut Simora (2012:343) pelatihan sesungguhnya adalah tanggung
jawab bersama antara pegawai dengan oerganisasi. Pegawai berkewajiban
merancang dan mengikuti pelatihan adalah untuk mengembangkan
kemampuannya sehingga terbuka lebar karir yang lebih baik baginnya kedepan.
Sementara itu, organisasi juga sangat berkepentingan menyelenggarakan pelatihan
51
bagi pegawainnya, agar mereka dapat bekerja dengan profesional, bersemangat
dan berdedikasi tinggi sehingga dapat mengoptimalisasi kinerja pegawai. Kinerja
pegawai yang tinggi, akan meningkatkan kinerja organisasi. Oleh sebab itu untuk
efektifnya pelatihan maka manajemen puncak, manajer Departemen Sumberdaya
Manusia, supervisor, serta pegawai itu sendiri, haruslah duduk bersama dan
menjalankan peran masing-masing.
2.2.2 Pengaruh Mutasi terhadap Kinerja Karyawan
Salah satu yang perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja
karyawan yaitu pelaksanaan mutasi yang baik agar menempatkan pegawai pada
tempat yang tepat, supaya karyawan yang bersangkutan memperoleh suasana baru
atau kepuasan kerja setinggi mungkin dan dapat meningkatkan kinerja yang lebih
tinggi.
Untuk mengungkapkan adanya keterkaitan antara mutasi terhadap kinerja
karyawan dikemukakan Malayu Hasibbuan dalam Kadarisman (2012:81)
menyatakan bahwa: “Pelaksanaan mutasi dengan istilah maksud pemindahan
pegawai yaitu menempatkan pegawai pada tempat yang tepat, agar karyawan yang
bersangkutan memperoleh suasana baru atau kepuasan kerja setinggi mungkin dan
dapat menunjukan kinerja yang lebih tinggi.”
Mutasi sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, keterkaitan antara
mutasi dan kinerja karyawan, yaitu: “Mutasi itu harus didasarkan pada indeks
prestasi yang dicapai oleh karyawan yang bersangkutan, karena dengan mutasi
diharapkan memberi uraian pekerjaan, sifat pekerjaan, lingkungan kerja dan alat-
52
alat kerja yang cocok bagi karyawan sehingga dapat bekerja efisien dan efektif
pada jabatan itu” (Veithzal Rivai, 2013).
Bambang Wahyudi (2013:167) menyatakan bahwa “ Suatu mutasi akan
membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam meningkatkan kinerja namun
perlu diperhatikan bahwa persaingan untuk meningkatkan kinerja akan timbul
apabila ada jaminan bahwa mutasi akan dilakukan secara objektif.”
2.2.3 Pengaruh Diklat dan Mutasi terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Mangkuprawira (2011:40) melihat pentingnya sumber daya
manusia saat ini bagi dunia usaha terutama pada era persaingan global demi
meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka pelatihan adalah mutlak bagi suatu
prusahaan agar dapat mengembangkan karir dan prestasi kerja karyawan.
Pemberian program pelatihan yang efektif akan dapat memperbaiki sikap
kerja karyawan menjadi terampil, ahli dan mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik melalui pelatihan karyawan juga, kesempatan
untuk meningkatkan karir karyawan semakin besar. Karena keahlian,
keterampilan dan prestasi kerja karyawan yang lebih baik menjadi bahan
pertimbangan perusahaan dalam memberikan promosi jabatan. Senada dengan apa
yang dikemukakan oleh Handoko (2012 :110) yaitu, program-program pelatihan
dan pengembangan dirangsang untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi
absensi, dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja agar karyawan
mendapatkan posisi jabatan yang diinginkan.
Menurut Wahyudi (2013: 167), mutasi jabatan akan membuka kesempatan
53
terjadinya persaingan dalam meningkatkan prestasi kerja. Setiap aanggota
organisasi mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih
posisi/jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi. Namun perlu diperhatikan bahwa
persaingan untuk meningkatkan prestasi kerja akan timbul apabila ada jaminan
bahwa mutasi benar-benar dilakukan secara objektif.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan paradigma pemikiran
pada Gambar 2.1 :
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian Secara Parsial dan Simultan
Diklat
1. Materi yang Dibutuhkan
2. Metode yang Digunakan
3. Kemampuan Instruktur
Pelatihan
4. Sarana atau Prinsip-prinsip
Pembelajaran
5. Peserta Pelatihan
6. Evakuasi Pelatihan
Veithzal (2013 : 240)
Mutasi
1. Promosi 2. Demosi 3. Penangguhan Kenaikan
Pangkat 4. Pembebastugasan 5. Temporary Transfer 6. Job Rotation 7. Production Transfer 8. Replacement Transfer 9. Versatility Transfer 10. Personnel Transfer
Malayu Hasibuan (2013 : 170)
Kinerja Karyawan
1. Quantity of work
2. Quality of work
3. Job knowledge
4. Creativeness
5. Cooperation
6. Dependability
7. Initiative
8. Personal qualities
Gomes (2007: 142)
Sinambela (2012: 207)
Hasibbuan dalam
Kadarisman
(2012:81)
54
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan paradigma penelitian, maka hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh Diklat dan mutasi terhadap kinerja karyawan secara
simultan
2. Terdapat pengaruh Diklat terhadap kinerja karyawan secara parsial
3. Terdapat pengaruh mutasi terhadap kinerja karyawan secara parsial