bab ii kajian pustaka, konsep, dan kerangka teori 2.1 ... 2.pdf · sebagai acuan untuk penelitian...

28
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut: Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995). Hasil penelitian dari Rusprianti menunjukkan bahwa jodoushi ~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna keharusan bagi lawan bicara mengenai harapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini,

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan

sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut:

Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan

Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu

ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data

menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada

tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan

pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode

dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori

makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang

dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995).

Hasil penelitian dari Rusprianti menunjukkan bahwa jodoushi

~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk

melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam

masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna

keharusan bagi lawan bicara mengenai harapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini,

10

makna yang timbul bukan hanya makna mengenai pengharapan saja, namun dapat

memiliki makna nasehat atau perintah. Jodoushi ~zaru wo enai mengandung makna

keharusan yang wajib dilakukan ketika tidak ada pilihan lainnya sehingga terkesan

adanya suatu keterpaksaan. Penelitian ini dengan penelitian Rusprianti memiliki

kesamaan sumber data, teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi

(1993) dan meneliti tentang penggunaan jodoushi. Namun, penelitian ini difokuskan

pada jodoushi dantei, sedangkan penelitian Rusprianti difokuskan kepada jodoushi

~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai yang termasuk ke dalam jodoushi

handan no hitsuzen teki na kiketsu. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu

memaparkan mengenai penggunaan seperti subtitusi dari jodoushi dantei. Manfaat

penelitian Rusprianti bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam

menerapkan teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993).

Sulatri (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan

~darou dan ~kamoshirenai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami”,

dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu

teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan

metode agih (metode distribusional), teknik ganti sebagai teknik dasar dan teknik

lanjutan yang bersifat deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan

metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian Sulatri mengacu

pada pendapat yang dikemukakan oleh Yuuko, dkk (1998), Tanaka (2007), Tomomatsu

(2010), Yasuo (1993), Yasuko (2005), dan Chaer (2007).

11

Hasil penelitian dari penelitian Sulatri yaitu, jodoushi ~darou dapat digunakan

untuk menyatakan dugaan (suiryou), konfirmasi (kakunin) dan untuk menguatkan

perasaan, sedangkan jodoushi ~kamoshirenai digunakan untuk menyatakan dugaan,

kemungkinan yang rendah dan ketika pembicara tidak yakin atas apa yang dikatakan.

Penelitian ini dengan penelitian Sulatri memiliki kesamaan pada metode analisis data

yaitu menggunakan metode agih dan kesamaan dalam meneliti tentang penggunaan

jodoushi, sedangkan pada objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda.

Kelebihan penelitian ini yaitu jodoushi dantei yang digunakan lebih bervariasi

sehingga pemaparan mengenai penggunaan seperti subtitusi antar-jodoushi dantei

lebih beragam. Manfaat penelitian Sulatri bagi penelitian ini yaitu memberikan

pemahaman dalam menerapkan metode analisis data yang menggunakan metode agih.

Diahantari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Verba

Bantu ~te shimau pada Novel Kokoro Karya Natsume Souseki”, pada tahap

pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap

dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih

dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan yaitu teknik

sisip kemudian menggunakan metode deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis

data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah

Takayuki (1998), Iori Isao dkk (2000), Ichikawa (2005), Tanaka (2007) dan

Tomomatsu (2010) dan teori yang mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh

Makino dan Tsutsui (1989).

12

Hasil penelitian yang dilakukan Diahantari adalah verba bantu ~te shimau dapat

digunakan untuk menekankan penyelesaian suatu tindakan, penyesalan seseorang

tentang apa yang dilakukan atau penyesalan tentang tindakan seseorang atau sesuatu

yang telah terjadi, menyampaikan kejadian diluar dugaan atau yang tidak diduga oleh

pembicara, menjelaskan atau memberi alasan, menyatakan peristiwa atau hal di masa

depan, menyatakan kesulitan atau kesusahan pembicara dan menyatakan kegagalan

pembicara. ~Te shimau juga memiliki makna penyelesaian dan penyesalan sesuai

konteks kalimatnya. Penelitian Diahantari dengan penelitian ini sama-sama

menggunakan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui, sedangkan

objek penelitian dan teori yang digunakan dalam menganalisis fungsi berbeda.

Kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan subtitusi atau saling menggantikan

antar-jodoushi dantei. Manfaat penelitian Diahantari bagi penelitian ini yaitu

memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang mengacu pada pendapat

Makino dan Tsutsui.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang nantinya memudahkan

dalam penyampaian hasil penelitian. Konsep-konsep tersebut meliputi hinshi bunrui

‘kelas kata’, jodoushi, jenis jodoushi, jodoushi dantei, dan konstruksi jodoushi dantei.

2.2.1 Hinshi bunrui

Hinshi bunrui ‘kelas kata’ dalam bahasa Jepang di antaranya termasuk jiritsugo

‘kata yang berdiri sendiri’ sedangkan sisanya yakni fuzokugo ‘kata bantu’. Kelas kata

13

yang termasuk jiritsugo yaitu meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi/i-keiyoushi

‘adjektiva-i’, keiyoudoushi/na keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi

‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’, sedangkan yang

termasuk ke dalam fuzokugo yaitu joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’

(Sudjianto dan Dahidi, 2004:148-149).

2.2.2 Jodoushi

Jodoushi diterjemahkan menjadi verba bantu dengan kanji yang membentuk

jodoushi yaitu jo pada jodoushi dapat dibaca tasukeru yang memilki arti bantu,

membantu atau menolong. Sedangkan doushi pada jodoushi memiliki arti verba atau

kata kerja (Sudjianto, 2007:118-119). Menurut Yasuo dalam Sudjianto (1985:193)

jodoushi adalah salah satu kelas kata yang bersama-sama dengan partikel termasuk

pada kelompok fuzokugo. Penggunaan jodoushi dapat mengalami perubahan dan

dipakai setelah nomina, verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan sebagainya.

2.2.2.1 Jenis jodoushi

Jodoushi menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113-133) digolongkan menjadi tujuh

belas jenis yaitu:

1. Ukemi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu reru dan rareru.

2. Sieki wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi seru dan saseru.

3. Kibou/yokkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu

tai/tagaru, hoshii/hoshigaru, dan ~te moraitai/~te hoshii.

14

4. Kanou wo arawasu ii kata terbagi menjadi tiga yaitu (reru)/rareru kanou

doushi, koto ga dekiru, dan uru/eru.

5. Youtai wo arawasu ii kata yaitu souda.

6. Hikyou wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu youda, mitaida,

dan gotoki/gotoku

7. Handan no hitsuzen teki na kiketsu wo arawasu ii kata yang terbagi

menjadi empat yaitu nakerebanaranai/nakerebaikenai, zaru wo enai,

wake ni wa ikanai, dan beki da.

8. Dantei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi delapan di antaranya yaitu

da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai,

dan ~ni suginai.

9. Kako/kanryou oyobi wo jitsugen kakutei no jitai wo arawasu ii kata yaitu

ta.

10. Futei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu nai dan nu (n)/zu.

11. Ishi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu u/you, mai, dan

tsumori da.

12. Denbun wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu souda, to iu

koto da/to no koto da, dan ndatte.

13. Suiryou/suitei/Suisoku nado wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tujuh

yaitu darou, u/you, mai, kamoshirenai, rashii, youda, dan mitaida.

14. Kanyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu u/you dan ~nai

ka/~masenka.

15

15. Kankoku wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu houga ii, ~tara

douka, dan koto da.

16. Kyouka/kyoyou oyobi kinshi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga

yaitu ~te (mo) ii/~te (mo) kamawanai, ~te wa ikenai/~te wa naranai, dan

bekarazu.

17. Irai/youkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu ~te kure

~te kurenaika ~te moraenaika, dan ~se (sase) te kure ~se (sase) te

kurenaika ~se (sase) te moraenaika ~se (sase) te morau.

Pada penelitian ini difokuskan pada jodoushi atau verba bantu yang termasuk jenis

dantei pada point ke delapan.

2.2.2.2 Jodoushi Dantei

Menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113), jodoushi dantei digunakan ketika

menyatakan simpulan, kepastian atau ketetapan akan suatu pernyataan. Jodoushi dantei

dibagi atas jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni

hokanaranai, dan ~ni suginai. Berikut penjelasan dari ke delapan jodoushi dantei,

sebagai berikut:

1. Jodoushi Dantei Da

Sakata dan Kuromachi, 1993:113-114 menyatakan bahwa:

一般に文表現に用いられる場合は、叙述した事柄についての肯定的な

断定判断を表す。

Ippan-ni bun hyougen ni mochiirareru baai wa, jojutsu shita kotogara ni tsuite

no koutei-tekina dantei handan wo arawasu.

16

‘Pada umumnya, situasi yang digunakan pada ungkapan kalimat menjelaskan

anggapan simpulan positif suatu pengutaraan.’

Contohnya :

4) これ は 私 の 本 だ。

Kore wa watashi no hon da.

Ini TOP saya GEN buku JD

‘Ini adalah buku saya.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei da menyatakan suatu anggapan

simpulan positif mengenai suatu pengutaraan. Selain itu, jodoushi dantei da merupakan

jenis verba mengenai ketetapan dan kepastian, sehingga salah satu makna yang timbul

yaitu makna mengenai ketetapan atau kepastian akan suatu hal.

2. Jodoushi Dantei No Da

Sakata dan Kuromachi (1993:118), menyatakan bahwa:

表現形式によって異なり、統一的な解釈を与える。場面や文脈により、

自分自身に対しては納得であったり、相手に対しては説明・説得であ

ったりし、場合によっては勧告・命令の意を帯びたりなどする。

Hyougen keishiki ni yotte kotonari, touitsu-tekina kaishaku wo ataeru. Bamen

ya bunmyaku ni yori, jibun jishin ni taishite wa nattoku deattari, aite ni taishite

wa setsumei settoku deattari shi, baai ni yotte wa kankoku/meirei no i wo obitari

nado suru.

‘Memberikan penafsiran seragam, berbeda menurut bentuk pengungkapannya.

Berdasarkan keadaan, terdapat maksud perintah dan nasihat. Berdasarkan

konteks dan suasananya, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara

dan adanya persetujuan diri sendiri.’

Makino dan Tsutsui (1989:325), juga menambahkan bahwa:

A sentence ending which indicates that the speaker is explaining or asking for

an explanation about some information shared with the hearer, or is talking

about something emotively, as if it were of common interest to the speaker and

the hearer.

17

‘Akhir kalimat yang menunjukkan bahwa pembicara menjelaskan atau meminta

penjelasan tentang informasi bersama dengan pendengar, atau berbicara tentang

suatu emosional, seolah-olah itu kepentingan umum untuk pembicara dan

pendengar.’

Contohnya :

5) 窓 が 開いている から 寒い のだ。

Mado ga aite iru kara samui no da.

Jendela NOM membuka karena dingin JD

‘Dingin karena membuka jendela.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei no da memiliki makna

memberikan penafsiran seragam, berbeda dari bentuk pengungkapannya, memberikan

simpulan berdasarkan keadaan yang menyatakan maksud perintah, nasihat, adanya

persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan persetujuan diri sendiri. Selain itu,

jodoushi dantei no da juga memiliki makna menjelaskan atau meminta informasi

seolah-olah untuk kepentingan umum.

3. Jodoushi Dantei Wake Da

Sakata dan Kuromachi (1993:123), menyatakan bahwa:

文的な要素を受ける「わけだ」は事の成り行きやものの道理などから

必然的にそのような結論に達するという判断を表すのに用いる。した

がって、そのような結論に至る理由付けたや推論の過程がともに述べ

られることが多い。

Bun-tekina youso wo ukeru ‘wake da’ wa koto no nariyuki ya mono no douri

nado kara hitsuzen-teki ni sono youna ketsuron ni tassuru to iu handan wo

arawasu no ni mochiiru. Shitagatte, sono youna ketsuron ni itaru riyuu tsuketa

ya suiron no katei ga tomoni noberareru koto ga ooi.

‘Unsur kalimat wake da digunakan untuk menjelaskan anggapan atau simpulan

yang wajar karena kebenaran dan keadaan suatu hal. Oleh sebab itu, secara

bersamaan banyak mengungkapkan proses dugaan dan pemberian alasan

hingga sampai pada simpulan yang seperti itu.’

18

Makino dan Tsutsui (1989:531), juga menambahkan bahwa:

The speaker’s conclusion obtained through deductive, logical judgment or

calculation on the basis of what he has heard or read.

‘Simpulan pembicara diperoleh melalui deduktif, penilaian logis atau

perhitungan atas dasar apa yang telah didengar atau dibaca.’

Contohnya:

6) 時差 が 4時間 あるから、現地

Jisa ga yon-jikan arukara, genchi

Perbedaan waktu NOM 4 jam karena waktu setempat

の 8時 は 日本 で は ちょうど

no hachi-ji wa Nihon de wa choudo

GEN jam 8 TOP Jepang di TOP persis

正午 に なる わけだ。

shougo ni naru wake da

tengah hari DAT menjadi JD

‘Jam 8 di waktu setempat, karena perbedaan waktu 4 jam, tak heran di

Jepang menjadi siang hari.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei wake da dalam penelitian ini

memiliki makna menjelaskan simpulan secara logis dengan mengungkapkan dugaan

dan alasan.

4. Jodoushi Dantei Mono Da

Sakata dan Kuromachi (1993:125-126), menyatakan bahwa:

「ものだ」は、何らかの事柄をきっかけとして、あることに思い至っ

たり、ある意識が心中にわいたりしたという話し手の気持を表すのに

用いられる。また、意外な事実に接して感じる驚きや、心を動かされ

るようなできごとに接して発する詠嘆、過去を振り返っての壊旧の情

など、種々の心情のこめられる用法がある。

‘Mono da’ wa, nanraka no kotogara wo kikkake to shite, aru koto ni omoi

itattari, aru ishiki ga shinjyuu ni waitari shita to iu hanashite no kimochi wo

arawasu no ni mochiirareru. Mata, igai na jijitsu ni sesshite kanjiru odoroki ya,

19

kokoro wo ugokasareru youna dekigoto ni sesshite hassuru eitan, kako wo

furikaette no kaikyuu no jyou nado, shuju no shinjyou no komerareru youhou

ga aru.

‘Mono da digunakan untuk menjelaskan perasaan pembicara yang timbul pada

isi hati, sampai berpikir pada suatu hal sebagai pemicunya hal tersebut. Pada

pemakaiannya juga dimasukkan bermacam-macam perasaan hati seperti

nostalgia dengan melihat kembali ke masa lampau, mengeluarkan suara kagum

dengan menerima peristiwa yang menyentuh perasaan, merasa terkejut dengan

menerima fakta yang diluar dugaan, dan lain-lain.’

Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:

When mono indicates a reason or an excuse it is used only in very informal

speech.

‘Ketika mono menunjukkan alasan atau alasan itu hanya digunakan dalam

sambutan yang sangat informal.’

Contohnya :

7) たま に は 年寄り の 言う

Tama ni wa toshiyori no iu

Sesekali DAT TOP orang tua GEN mengatakan

こと を 開く ものだ。

koto wo kiku mono da.

hal AKU mendengar JD

‘Sesekali harus mendengar hal yang dikatakan orang tua.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei mono da memiliki makna

menjelaskan suatu perasaan yang timbul pada isi hati hingga berpikir pada pemicu dari

suatu hal yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai perasaan hati seperti

nostalgia, perasaan yang menyentuh perasaan, perasaan terkejut, dan lain-lain. Selain

itu jodoushi dantei mono da juga memiliki makna menunjukkan suatu alasan yang

digunakan dalam bentuk informal. Oleh karena itu, makna jodoushi dantei mono da

dalam penelitian ini adalah menjelaskan perasaan hati yang di dalamnya terdapat

20

perasaan nostalgia, peristiwa yang menyentuh perasaan dan perasaan terkejut dalam

konteks informal.

5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai

Sakata dan Kuromachi (1993:127), menyatakan bahwa:

「~にちがいない」は、必ずしも客観的な論拠は得ていなくても、あ

ることを事実だと判断し、それを確言する意を表すのに用いられる。

‘~Ni chigainai’ wa, kanarazushimo kakkantekina ronkyo wa ete inakute mo,

aru koto wo jijitsu da to handan shi, sore wo kakugen suru i wo arawasu no ni

mochiirareru.

‘Pola ~ni chigainai meskipun tidak selalu memperoleh suatu dasar argumen

secara objektif, namun digunakan untuk menjelaskan maksud secara yakin dan

anggapan mengenai suatu kenyataan.’

Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:

The speaker is convinced that there is no mistake on his part in guessing

something.

‘Pembicara yakin bahwa tidak ada kesalahan dalam menebak sesuatu.’

Contohnya:

8) あの 件 について は、 彼女 が

Ano ken ni tsuite wa, kanojyo ga

Itu peristiwa mengenai TOP dia NOM

うそをついている にちがいない。

uso wo tsuite iru ni chigainai.

melakukan kebohongan JD

‘Tidak diragukan lagi mengenai peristiwa itu, dia berbohong.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni chigainai memiliki makna

menyatakan suatu dasar argumen yang diperoleh secara objektif/umum. Selain itu,

jodoushi dantei ~ni chigainai dapat digunakan ketika menjelaskan simpulan secara

yakin mengenai suatu kenyataan.

21

6. Jodoushi Dantei Hazu Da

Sakata dan Kuromachi (1993:129), menyatakan bahwa:

「はずだ」は、何らかの根拠に基づいて、あることの実現が当然のこ

ととしてとらえられる事態だ、あるいは、ある事柄がどんな点から見

ても事実だと推論した結果を表すのに用いられる。

‘Hazu da’ wa, nanraka no konkyo ni motozuite, aru koto no jitsugen ga touzen

no koto to shite toraerareru jitai da, aruiwa, aru kotogara ga donna ten kara

mite mo jijitsu da to suiron shita kekka wo arawasu no ni mochiirareru.

‘Hazu da digunakan untuk menunjukkan hasil dari fakta dugaan yang dilihat

dari bagaimana titik suatu hal atau kondisi yang ditangkap sebagai hal

sewajarnya berdasarkan suatu alasan.’

Makino dan Tsutsui (1989: 133), juga menambahkan bahwa:

A dependent noun which expresses the speaker’s expectation that something

will take place or took place or that someone or something is or was in some

state.

‘Kata benda yang menyatakan harapan pembicara bahwa sesuatu akan terjadi

atau berlangsung atau bahwa seseorang atau sesuatu berada di beberapa

situasi/keadaan.’

Contohnya:

9) この 程度 の こと は、 子供 に だって

Kono teido no koto wa, kodomo ni datte

Ini taraf GEN hal TOP anak-anak DAT juga

わかる はずだ。

wakaru hazu da.

mengerti JD

‘Mengenai taraf ini, anak-anak juga seharusnya mengerti.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei hazu da memiliki makna

menunjukkan hasil dari fakta dugaan berdasarkan suatu alasan dan makna menyatakan

harapan pembicara bahwa akan terjadi atau berlangsungnya sesuatu.

22

7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

Sakata dan Kuromachi (1993:132), menyatakan bahwa:

「~にほかならない」は原因や理由が何であるか、あるいは、それか

ら必然的にどんな結論が導き出されるかなどについての判断を表す。

‘~Ni hokanaranai’ wa genin ya riyuu ga nan dearu ka, aruiwa, sorekara

hitsuzen-teki ni donna ketsuron ga michibiki dasareru ka nado ni tsuite no

handan wo arawasu.

‘Pola ~ni hokanaranai digunakan ketika menjelaskan anggapan mengenai asal

simpulan yang bagaimana atau apa, sehingga menjadi sebab dan alasan.’

Makino dan Tsutsui (1995:245), juga menambahkan bahwa:

A phrase that is used to indicate that an action / state mentioned in the topic

phrase or clause is nothing but something.

‘Sebuah frase yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah aksi/

situasi/keadaan yang disebutkan dalam kalimat topik atau klausa hanyalah

sesuatu.’

Contohnya:

10) 彼 の 今日 の 成功 は 長年

Kare no kyou no seikou wa naganen

Dia GEN hari ini GEN keberhasilan TOP banyak tahun

の 努力 の たまもの にほかならない。

no doryoku no tama mono ni hokanaranai.

GEN usaha GEN hasil JD

‘Keberhasilan dia hari ini hanya menjadi hasil usahanya dalam banyak

tahun.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki makna

menjelaskan simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Selain itu, penggunaannya

juga dapat menunjukkan sebuah tindakan/keadaan yang disebutkan dalam topik tidak

lain hanyalah sesuatu.

23

8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai

Sakata dan Kuromachi (1993:133), menyatakan bahwa:

「~にすぎない」は、「その程度・範囲を出ない」と言う意で、「特

に問題にするほどのことはない」とか「たいしたことはない」「決し

て十分な、また、満足できるものではない」などという気持をこめて、

事態をそうとらえるという判断を表す。

‘~Ni suginai’ wa, ‘sono teido hani wo denai’ to iu i de, ‘tokuni mondai ni suru

hodo no koto wa nai’ toka ‘taishita koto wa nai’, ‘kesshite jyuubun na, mata,

manzoku dekiru mono dewanai’ nado to iu kimochi wo komete, jitai wo sou

toraeru to iu handan wo arawasu.

‘Pola ~ni suginai digunakan ketika menunjukkan simpulan yang ditangkap dari

suatu anggapan, dengan memasukkan perasaan seperti ‘tidak pernah cukup

selanjutnya tidak dapat puas hati’, ‘tidak seberapa’, ‘khususnya tidak cukup

untuk masalah’ dengan maksud yang dikatakan ‘tidak keluar dari ruang lingkup

atau tingkatan itu.’

Makino dan Tsutsui (1995:271), juga menambahkan bahwa:

Something or someone is nothing more than what is stated in terms of amount,

degree, status, significance, etc.

‘Sesuatu atau seseorang tidak lebih dari apa yang dinyatakan dalam hal jumlah,

derajat, status, signifikansi, dan lain-lain.’

Contohnya:

11) 近い うちに 大地震 が 起きる というChikai uchi ni oojishin ga okiru to iu

Dekat dalam waktu gempa bumi NOM terjadi dikatakan

の は 単なる 推測 にすぎない。

no wa tannaru suisoku ni suginai.

GEN TOP belaka dugaan JD

‘Tidak lebih dari dugaan belaka bahwa gempa bumi yang besar akan

terjadi dalam waktu dekat.’

Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni suginai memiliki makna

menyatakan simpulan yang tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan dan

menyatakan sesuatu/seseorang tidak lebih dari jumlah, derajat, dan status.

24

2.2.2.3 Konstruksi Jodoushi Dantei

Dalam segi kategori sintaksis atau yang disebut dengan kelas kata, hubungan

gramatikal antar-kata dalam kalimat terdapat nomina, verba, adjektiva, adverbial,

adposisi, dan lain sebagainya (Verhaar, 2012:170). Selain itu, dalam membentuk

sebuah kalimat terdapat juga pembentukkan atau konstruksi di dalamnya. Konstruksi

menurut Makino dan Tsutsui (1989), menyatakan bahwa:

1. Jodoushi Dantei Da

Makino dan Tsutsui (1989:18) menyatakan pembentukan dari verba bantu da

yaitu:

a. X wa Y + da

Contoh:

12) 田中さん は 学生 だ・です。

Tanaka-san wa gakusei da/desu.

Saudara Tanaka TOP mahasiswa JD

‘Tanaka adalah seorang mahasiswa.’

b. Subjek + adjektiva (i/na) bentuk biasa + da

Contoh:

13) 山川さん は 元気 だ。

Yamakawa-san wa genki da.

Saudara Yamakawa TOP sehat JD

‘Saudara Yamakawa sehat.’

c. X wa Y ga~ + da

25

Contoh:

14) 本田さん は テニス が 上手 だ。

Honda-san wa tenisu ga jyouzu da.

Saudara Honda TOP tenis NOM pandai JD

‘Saudara Honda pandai bermain tenis.’

Dalam hal ini, X berarti pernyataan/argumen pertama yang diakhiri dengan kategori

nomina dan Y berarti pernyataan/argumen kedua yang diakhiri dengan kategori

nomina.

2. Jodoushi Dantei No Da

Makino dan Tsutsui (1989:325-326) menyatakan pembentukan dari verba bantu

no da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + no da

Contoh:

15) 日本語 を 勉強している のだ。

Nihon go wo benkyoushite iru no da.

Bahasa Jepang AKU belajar JD

‘Kenyataannya (saya) sedang belajar bahasa Jepang.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + no da

Contoh:

16) あの ビール は 高かった のだ。

Ano biiru wa takakatta no da.

Itu bangunan TOP tinggi JD

‘Kenyataannya bangunan itu tinggi.’

c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + no da

26

Contoh:

17) 私 は まだ 十七な のです。

Watashi wa mada juushichi na no desu.

Saya TOP masih 17 tahun JD

‘Alasannya saya masih berusia 17 tahun.’

3. Jodoushi Dantei ~Wake Da

Makino dan Tsutsui (1989:532) menyatakan pembentukan dari verba bantu

~wake da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + wake da

Contoh:

18) A: 毎日 三時間 も 日本語 を

Mainichi san-jikan mo nihongo wo

Setiap hari tiga jam juga bahasa Jepang AKU

勉強している ん ですか。

benkyou shite iru n desu ka.

belajar NOM KOP

‘Apakah (anda) juga telah belajar bahasa Jepang tiga jam setiap

hari ?’

B: よく 出来る わけです ね。

Yoku dekiru wake desu ne.

Dengan baik bisa JD SHU

‘Tak heran (anda) bisa dengan baik ya.’

b. Adjektiva (i) + wake da

Contoh:

19) 昨日 は 三時間 しか 寝ていない。

Kinou wa san-jikan shika nete inai.

Kemarin TOP tiga jam hanya tidur

27

道理 で 眠い わけだ。

douri de nemui wake da.

alasan KOP mengantuk JD

‘Kemarin tidur hanya tiga jam. Tidak heran alasannya saya

mengantuk.’

c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + wake da

Contoh:

20) スミスさん は 十年間 も テニス

Sumisu-san wa jyuu nenkan mo tenisu

Saudara Smith TOP sepuluh tahun PAR tenis

を した の だから 上手な わけだ。

wo shita no dakara jyouzu-na wake da.

AKU melakukan NOM karena pandai JD

‘Karena saudara Smith telah bermain tenis selama sepuluh tahun,

tidak heran (dia) pandai.’

d. Nomina {to iu/datta} + wake da

Contoh:

21) A : 山田さん は 英語 の

Yamada-san wa eigo no

Saudara Yamada TOP bahasa Inggris GEN

こと は なんでも しっています。

koto wa nande mo shitte imasu.

hal TOP segala sesuatu mengetahui

‘Saudara Yamada tahu segala sesuatu tentang bahasa Inggris.’

B : 生き字引 という わけですか。

Ikijibiki to iu wake desu ka.

Kamus hidup dikatakan JD

‘Sehingga itu berarti (ia) dikatakan kamus hidup?’

28

4. Jodoushi Dantei Mono Da

Makino dan Tsutsui (1989:258-259) menyatakan pembentukan dari verba bantu

mono da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + mono da

Contoh:

22) 昔 は よく 映画 を 見た ものだ。

Mukashi wa yoku eiga wo mita mono da.

Dahulu TOP sering film AKU menonton JD

‘Karena dahulu sering menonton film.’

b. Verba bentuk masu tai + mono da

Contoh:

23) こんな いい うち に 一度 住んで見たい

Konna ii uchi ni ichido sunde mitai

Seperti ini bagus rumah di sekali lagi ingin tinggal

ものだ。

mono da.

JD

‘Bagaimana mungkin ingin tinggal sekali lagi di rumah bagus seperti

ini.’

c. Adjektiva (i/ na) bentuk biasa + mono (da)

Contoh:

24) A : どうして 行かない の?

Doushite ikanai no ?

‘Mengapa tidak datang ?’

B : だって、 忙しい もの。

Datte, isogashii mono.

KOP sibuk JD

29

‘Karena saya sibuk.’

5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai

Makino dan Tsutsui (1989:305) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~ni

chigainai yaitu:

a. Verba bentuk biasa + ni chigainai

Contoh:

25) 二人 は 今頃 ハワイ で

Futari wa imagoro Hawai de

Kedua orang TOP sekarang Hawaii LOK

楽しく 泳いでいる にちがいない。

tanoshiku oyoide iru ni chigainai.

menikmati berenang JD

‘Tidak diragukan lagi kedua orang itu sekarang sedang menikmati

berenang di Hawaii.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + ni chigainai

Contoh:

26) 山口さん は 頭がいい にちがいない

Yamaguchi-san wa atama ga ii ni chigainai.

Saudara Yamaguchi TOP pintar JD

‘Tidak ada keraguan bahwa saudara Yamaguchi pintar.’

c. Adjektiva (na) stem nomina { ᴓ /datta} + ni chigainai

Contoh:

27) 一人 で 外国 へ 行く の

Hitori de gaikoku e iku no

Sendiri KOP luar negeri ke pergi NOM

30

は 大変 にちがいない。

wa taihen ni chigainai.

TOP sulit JD

‘Tidak diragukan lagi pergi ke luar negeri sendiri menyulitkan.’

d. Nomina + ni chigainai

Contoh:

28) あれ は トンプソンさん にちがいない。

Are wa Tonpuson-san ni chigainai.

Itu TOP Saudara Thompson JD

‘Tidak diragukan lagi itu pasti Saudara Thompson.’

6. Jodoushi Dantei Hazu Da

Makino dan Tsutsui (1989:133-134) menyatakan pembentukan dari verba bantu

hazu da yaitu:

a. Verba bentuk biasa + hazu da

Contoh:

29) 大野先生 は サンドロ を 知っている はずだ。

Oono sensei wa Sandoro wo shitte iru hazu da.

Profesor Ono TOP Sandra AKU tahu JD

‘Profesor Ono seharusnya tahu Sandra.’

b. Adjektiva (i) bentuk biasa + hazu da

Contoh:

30) あの 本 は 高かった はずだ。

Ano hon wa takakatta hazu da.

Itu buku TOP mahal JD

‘Buku itu seharusnya mahal.’

c. Adjektiva (na) stem na/datta + hazu da

31

Contoh:

31) その アパート は きれいな はずだ。

Sono apaato wa kirei na hazu da.

Itu apartemen TOP bersih JD

‘Apartemen itu seharusnya bersih.’

d. Nomina no/datta + hazu da

Contoh:

32) カールソンさん は 昔 先生 だった はずだ。

Kaaruson san wa mukashi sensei datta hazu da.

Saudara Carlson TOP dulu guru KOP JD

‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’

7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai

Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba

bantu ~ni hokanaranai yaitu:

a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai

Contoh:

33) (彼 の 話 は) 冗談 にほかならない。

(Kare no hanashi wa) jyoudan ni hokanaranai.

Dia GEN pembicaraan TOP bergurau JD

‘Pembicaraan dia hanya menjadi gurauan.’

b. ~no wa~ kara + ni hokanaranai

Contoh:

34) 働く の は お金 が 欲しい

Hataraku no wa okane ga hoshii

Bekerja NOM TOP uang NOM ingin

32

から にほかならない。

kara ni hokanaranai.

NOM JD

‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’

c. ~wa~koto + ni hokanaranai

Contoh:

35) 読書 は 著者 と 対話する

Dokusho wa chosha to taiwa suru

Membaca TOP penulis dengan dialog

こと にほかならない。

koto ni hokanaranai.

NOM JD

‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’

8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai

Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~

ni suginai yaitu:

a. Nomina + ni suginai

Contoh:

36) 彼 は 私 の ボーイフレンド の

Kare wa watashi no bouifurendo no

Dia TOP saya GEN pacar GEN

一人 にすぎない。

hitori ni suginai.

seorang JD

‘Dia tidak lebih dari seorang pacar saya.’

b. Number/counter + ni suginai

33

Contoh:

37) これ は 数 ある 中 の ほん

Kore wa suu aru naka no hon

Ini TOP jumlah ada dalam GEN buku

の 一例 にすぎない。

no ichirei ni suginai.

GEN sebuah contoh JD

‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada

dalam buku.’

c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai

Contoh:

38) 彼 は (ただ) 人 の 意見 を

Kare wa (tada) hito no iken wo

Dia TOP hanya orang GEN pendapat AKU

受け売りしている (だけ) にすぎな い。

ukeuri shite iru (dake) ni suginai.

membeo hanya JD

‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’

Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan

Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik

simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep

Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei

juga memiliki makna mengenai ketetapan atau kepastian. Pada konsep

Sakata&Kuromachi (1993), tidak dijelaskan tambahan makna selain makna simpulan.

34

2.3 Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang

terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu:

2.3.1 Sintaksis

Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi

berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya

Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang

ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam

menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah

menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada

dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut

adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah

menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina,

preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami

bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal

tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal

termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada

pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai

konstruksi jodoushi dantei.

35

2.3.2 Semantik

Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna

jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.

Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran

fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa

dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun

oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan

morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi.

Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang

bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan

sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna

leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-

referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif,

makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini,

menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada

konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui

(1989&1995).

Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah

makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru

dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks

kalimatnya.

36

Contoh:

39) Adik jatuh dari sepeda

40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu

41) Dia jatuh cinta pada adikku

42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut

Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan

kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah

dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan

memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari

penggunaan kata tersebut.