bab ii kajian teoritis 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Bakat
Bakat adalah merupakan suatu kemampuan atau potensi diri yang dimiliki
seseorang sejak lahir dan perlu dikembangkan, dilatih dan diperlukan usaha agar
dapat meraih suatu prestasi yang diharapkan.
Menurut Rini (2009:12) Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol
diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang
umumnya mempunyai bakat tertentu yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan
khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Kemampuan khusus dalam pengertian
bakat bisa berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya dalam bidang
seni rupa, seni, olahraga, teknik, keguruan, sosial, agama, bahasa, matematika,
ekonomi dan lain-lain. Ada sebahangian orang yang memiliki lebih dari bakat
atau dikatakan memiliki bakat serba bisa. Orang seperti ini mampu dan menonjol
dalam hampir semua bidang ilmu dan keterampilan sehingga ia digolongkan
istimewa.
Bakat sebagai kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan dalam bidang tertentu sangat berperan dalam keberhasilan anak di
masa depan. Oleh karena itu sudah sepatutnya jika bakat yang dimiliki oleh
seseorang anak diasah dan diarahkan sehingga dapat berkembang dengan baik.
Menurut Lucy (2009: 47-48), bakat adalah merupakan potensi dalam anak
yang harus distimulasi terlebih dahulu sehingga dapat terlihat sebagai suatu
kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang menjadi kekal hidupnya
kelak. Menurut Iskandar (2010:13) ada dua kata yang menujukan arti bakat, yaitu
“ability” dan “apti tude”. Menurut kamus psikologi (dalam Rini, 2009:13-14),
ability (kemampuan, kecakapan ketangkasan bakat kesanggupan); tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. sedangkan aptitude (kecerdasan)
menujukan perlu ada latihan atau pendidikan sebelum suatu perbuatan dapat
dilakukan sewaktu akan datang.
Menurut Muhammad (2010:22) “Bakat adalah kondisi seseorang atau
sejumlah karakter potensi yang memerlukan latihan-latihan”. Sedangkan
Munandar (dalam Rini, 2009:12) menyatakan, bakat berarti punya potensi.
Potensi yang dimaksud adalah mampu mengembangkan kemampuan yang
dibawahnya sejak lahir. Beberapa pakar psikologi juga memberikan pengertian
tentang anak berbakat yaitu Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan
untuk berprestasi tinggi. Untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan
dengan kerja keras, keuletan dan latihan. Dan Tannenbaum memandang
keberbakatan dari empat kelompok, yaitu: langka (kemampuan yang dimiliki
bersifat unik, unggul (lebih peka dan mampu dari yang lain), kuota (keterbatasan
jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomali (dapat diperngaruhi
oleh lingkungan sekitar). Sedangkan Renzully berpendapat bahwa anak berbakat
adalah anak yang menunjukan kemampuan di atas rata-rata, memiliki tekad dalam
melaksanakan tugasnya dan melakukan hal-hal yang kreatif.
Berdasarkan pengertian-pengertian bakat menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa bakat adalah merupakan suatu kemampuan khusus yang
dimiliki seseorang sejak lahir yang perlu dikembangkan, dilatih dan kerja keras.
2.2 Jenis-jenis Bakat
Dalam artikel mengembangkan bakat anak, tulisan Andi Sri Suriati Amal
(dalam Rini, 2009:20-21), disebutkan bahwa bakat dibedakan kedalam lima jenis,
yaitu:
a. Kinetik fisik
Bakat ini cenderung menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan
mengekspresikan gagasan. Bakat ini ditandai dengan kemampuan dalam olahraga
tertentu: aktif pandai meniru gerakan badan/wajah seseorang, terampil dalam
kegiatan metorik halus, misalnya rigami, menyulam, melukis, tidak bisa duduk
lama dalam waktu lama.
b. Bahasa
Bakat ini terlihat dari kemampuan anak dalam menulis yang lebih baik
dari anak seusianya, suka bercerita, suka membaca buku, dapat berkemunikasi
dengan baik dari anak seusainya.
Menurut Sousa (2012:175) bahwa siswa berbakat dalam seni bahasa
dengan keterampilan membaca, menulis, dan komunikasi akan menujukan
kompotensi sebagai berikut:
1) Pemahaman bahasa. Siswa ini memahami karakter bahasa dan menujukan
bahasa minat khusus dalam karakter bahasa, seperti rima, aksen, dan intonasi
dalam lisan dan dalam penggunaan tata bahasa dalam teks tertulis.
2) Keterampilan komunikasi. Siswa ini dengan mudah mendapatkan perhatian
dari audiens dengan mengeksploitasi dan komponen dramatis dari suatu
situasi dalam cara imajinatif. Mereka cendurung menulis dan berbicara dengan
gaya luar biasa untuk usia mereka, sering kali menggunakan puisi.
3) Menganalisis dan berdebat. Siswa ini bisa menggunakan argument yang logis
pada suatu tingkatan abstrak dan hipotesis dalam bahasa lisan dan tertulis.
Mereka bisa menjelaskan pandangan mereka dengan meyakinkan, dan mereka
tahu cara untuk menggunakan strategi bertanya guna menantang sudut
pandang orang lain.
c. Logika dan Matematis
Bakat ini telihat dari keingintahuan yang besar tehadap bagaimana alam
dan benda-benda bekerja, suka bermain angka, senang akan pelajaran matematika,
catur dan mengelompokan benda-benda. Menurut Sousa (2012:204-205) ada
beberapa sifat siswa dengan kemampuan matematis yang tinggi: 1) Belajar dan
memahami ide matematis dengan secara cepat, 2) Menampilkan srategi jamak
untuk memecahkan masalah, 3) Mereka lebih senang mangatasi masalah, 4)
Melibatkan siswa lain dalam aktivitas mereka, 5) Mereka cenderung berbicara
kepada diri sendiri atau orang lain, 6) Mempertahankan konsentrasi mereka
dalam menujukan keuletan dalam mencari solusi, 7) Mengganti pendekatan
dengan mudah dan menghindari pendekatan tidak produktif, 8) Bekarja secara
mudah dengan symbol, 9) Segera menggali kesamaan, persamaan dan pola, 10)
Bekerja secara sistematis dan akurat
d. Musikalitas
Bakat ini ditandai dengan menonjolnya anak dalam menghapal dan
menyanyikan lagu, dapat memainkan alat musik, suka bersiul dan sensitif
terhadap suara-suara di sekitarnya.
e. Pemahaman alam
Ciri-ciri bakat ini adalah anak suka bercerita/bekomentar tentang binatang
kesayangan atau tempat yang disukainya, suka pergi kekebun binatang, suka
bermain di air, suka bermain dengan binatang piaraannya suka mengkoleksi
bunga, daun dan benda-benda lainnya.
Sedangkan Gardner (dalam Rini, 2009:22) mengelompokkan bakat
menjadi beberapa aspek yaitu:
a) Bakat gambar, contoh: pelukis ,arsitek, desainer, pilot dan kartunis
b) Bakat ekstrapersonal, contoh: mudah bergaul dengan orang lain
c) Bakat verbal-bahasa, contoh: penulis, pujangga, dan sastrawan
d) Bakat kinestetik/fisik, contoh: atlet, aktor, penari, dan penyulam
e) Bakat musik, contoh: musisi, penyanyi, dan pencipta lagu
f) Bakat intrapersonal, contoh: mengenali diri sendiri
g) Bakat natural, contoh: cepat mempelajari fenomena alam
h) Bakat logika-matematika, contoh: komputer prgramer, ilmuan
i) Bakat spiritual, contoh: mampu berpikir tentang makna hidup.
2.3 Ciri - ciri Anak Yang Berbakat
Banyak yang mengeluh mengalami kesulitan baik orang tua maupun guru
ketika menentukan bakat mana yang harus dikembangkan atau bakat apa yang
sesungguhnya dimiliki oleh anak. Untuk mengembangkan bakat seseorang kita
harus tahu terlebih dahulu, ciri-ciri bakat yang dimiliki anak tersebut. Dengan
mengetahui ciri-ciri bakat pada anak sebagai guru, kita akan lebih mudah untuk
menilai bakat mana yang patut dikembangkan oleh anak. Hal inipun berfungsi
untuk menghidari agar tidak terjadi salah menafsirkan terhadap bakat anak.
Menurut banyak pakar psikologi anak (dalam Rini, 2009:32-25) ciri-ciri
anak berbakat dapat dilihat dari sebagai berikut :
a. Keterampilan motorik lebih cepat
Anak berbakat pada umumnya mengalami perkembangan motorik yang
lebih cepat dibandingkan anak biasa. Perkembangan motorik dapat dilihat dari
kemampuannya dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, secara
normal, anak dapat berjalan pada usia 12,5 bulan. Namun, bagi anak berbakat, ia
sudah dapat berjalan pada umur 8 bulan. Anak berbakat juga suka menjelajah
sesuatu yang bagian menarik, misalnya mempreteli barang-barang karena rasa
ingin tahunya yang besar. Anak berbakat lebih cepat mengeluarkan suara, lebih
cepat berbicara mengeluarkan bahasa dengan cara bermakna, dapat terseyum pada
orang lain, banyak bertanya dan dapat meniru kata-kata dengan lancar.
b. Perkembangan lebih cepat
Bakat anak berkaitan dengan kerja otak kanan karena belahan otak kanan
berhubungan intusi, kemampuan dan kreativitas. Sementara itu, belahan otak kiri
berhubungan dengan kecerdasan. Menurut Tabloid Nakita (dalam Rini,
2009:34), untuk mengenali bakat anak dapat dilihat dari ke-3 kelompok ciri-ciri
berikut:
1) Intelektual
Anak yang berbakat mudah menangkap pelajaran, berpikir logis,
memiliki ingatan dan penalaran yang baik, kosakatanya banyak, senang
membaca, senang mengamati, berkonsentrasi dalam belajar dan membaca
pada usia muda.
2) Kreatifitas
Anak yang berbakat memiliki banyak gagasan/ide, menonjol dalam
satu atau lebih bidang seni, tidak mudah terpengaruhi orang lain, daya
imajinasi kuat, memiliki rasa humor tinggi, dapat bekerja sendiri, senang
mencoba hal-hal baru, dan mampu merinci satu gagasan. Ia juga sangat
kreatif, senang menciptakan sesuatu. Anak kreatif cenderung memakai
permainan buatanya sendiri ketimbang dibelikan oleh orang tua.
3) Motivasi
Anak yang berbakat pada umumnya tidak mudah bosan dan putus
asa dalam bekerja, tekun menghadapi tugas, ingin mendalami bidang ilmu
yang diberikan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,
dapat mempertahankan pendapat, serta senang mencari dan memecahkan
soal-soal.
c. Kaya kosakata
Anak yang berbakat menujukan penguasaan bahasa yang lebih kaya
dibanding anak-anak seusianya. Ia akan lebih ceriwis dan menyukai buku serta
gambar.
d. Lebih aktif
Anak yang berbakat memiliki sikap yang lebih aktif. Hal ini yang
menyebabkan ia memiliki waktu tidur yang relatif lebih pendek dengan masa
aktif. Kebanyakan anak yang berbakat jarang tidur siang dan lebih suka bergadang
dibandingkan menghabiskan waktu untuk tidur tanpa menghasilkan apa-apa.
e. Menyenangi hal-hal menarik
Anak yang berbakat biasanya sangat bersemangat dalam mempelajari hal-
hal baru, dan tidak begitu saja menuruti intruksi atau aturan yang diberikan. Ia
mempunyai inisiatif untuk mencoba suatu mainan.
Munurut Pemilu (dalam Muhammad, 2010:54-56) berdasarkan hasil
seminar tentang anak berbakat di jakarta dapat ia disimpulkan ciri-ciri anak
berbakat sebagai berikut:
a. Ciri-ciri fisik
Anak berbakat memiliki ciri-ciri fisik seperti: 1) sehat jasmani, 2)
perkembangan psikomotorik lebih cepat dari rata-rata.
b. Ciri-ciri emosional
Anak berbakat memiliki ciri-ciri emosional seperti: 1) peka terhadap
situasi di sekelilingnya, 2) mempunyai kepercayaan diri yang kuat, 3) menyukai
hal-hal yang baru, 4) tangguh dalam mewujudkan keinginannya sampai benar-
benar terwujud.
c. Ciri-ciri mental intelektual
Anak berbakat memiliki ciri-ciri mental intelektual seperti: 1) anak
berbicara lebih dini, 2) anak mempunyai daya tanggap dan pemahaman yang lebih
luas dan cepat, 3) anak mempunyai hasrat keingintahuan yang lebih besar
dibandingkan dengan anak-anak lainnya, 4) anak mempunyai usia mental yang
lebih tinngi, 5) kreatif, 6) mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai cara
belajar yang khas.
d. Ciri-ciri sosial
Anak berbakat memiliki ciri-ciri sosial seperti: 1) suka permainan yang
mengandung pemecahan masalah, 2) senang bergaul dengan orang yang usianya
lebih tua, 3) suka bekerja sendiri.
Menurut Treffinger (dalam Somantri, 2009:170-171), mengemukakan
sejumlah karateristik unik anak berbakat ialah bahwa anak berbakat memiliki
karateristik berikut: 1) Rasa ingin tahu yang tinggi (Curiosity), 2) Berimajinasi
(Imagination), 3) Produktif (Productivity), 4) Independen dalam berpikir dan
menilai (Independence in thought and judgement), 5) Mau mengeluarkan biaya
lebih untuk mendapatkan informasi dan mewujudkan ide-ide (Extensive fund of
information and ideas), 6) Memiliki ketekunan (Persistence), 7) Bersikukuh dalam
menyelesaikan masalah (Commitment to selving problems), 8) Berkonsentrasi ke
masa depan dan hal-hal yang belum diketahui (Concern with the future and the
unknown), tidak hanyut pada masa lalu, terpaku hari ini, atau cepat puas pada hal-
hal yang sudah diketahui (not merely with the past, the present, or the know).
2.4 Faktor-faktor Penentu Bakat Anak
Menurut Rini (2009:27-28) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat atau mengapa anak tidak dapat mewujudkan bakatnya secara
optimal yakni sebagai berikut:
a. Disebabkan oleh anak sendiri
Seorang anak tidak mampu meraih prestasi untuk bidang sesuai bakatnya
karena anak kurang berminat untuk mengembangkan bakat yang ia miliki, anak
kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang unggul dan anak punya kesulitan
pribadi sehingga ia mengalami hambatan.
1) Motivasi
Bakat juga dipengaruhi oleh motivasi. Bakat anak kurang berkembang
atau tidak menonjol apabila ia tidak memiliki motivasi atau dorongan dari dalam
dirinya sendiri untuk mengembangkan bakatnya tersebut. Motivasi berhubungan
dengan kuatnya daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu.
Rendahnya motivasi akan menyebabkan bakat tidak akan berkembang atau
tidak menonjol. Motivasi berkaitan dengan “tujuan”. Jika kurang motivasi, sedikit
saja ada halangan, sudah cukup untuk menghilangkan semangat berlatih. Menurut
Iskandar (2010:36) motivasi dapat mewujutkan sesuatu yang betul-betul ajaib.
Betapa tidak. Jika motivasi sudah bersamayam dalam diri seseorang ternyata
mampu membangkitkan atau mendorong orang yang lemah menjadi lebih
bergairah dan bahkan mampu melakukan sesuatu yang katakanlah spektakuler.
Menurut seseorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hirarki, yaitu
motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas yakni :
a) Kebutuhan fisologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istrahat dan lain
sebagainya.
b) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa terlindungi, bebas dari takut
dan kecemasan.
c) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu
kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya).
d) Kebutuhan akan mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan
pribadi.
Dengan dorongan motivasi yang kuat akan kebutuhan tentang wujud diri
sendiri, maka motivasi tingkat tinggi ini mampu menjadi pembangkit apa yang
dicita-citakan.
2) Value atau penilaian
Menurut Iskandar (2010:42), faktor ini turut menentukan dapat
berkembangnya bakat atau tidak. Mereka tentu memiliki pandangan tersendiri
tentang bakat yang ada pada dirinya. Misalnya seseorang memiliki bakat seni
musik tetapi karena dirinya menilai bahwa seni musik kurang baik maka bakat
seni musik kurang mendapat perhatian yang cukup apalagi berkembang dengan
baik. Bakat tersebut seolah tidak berguna.
Pandangan individu sangat menentukan bagi perkembangan dirinya.
Pandangan tentang kesadaran akan diri individu menuju kearah positif, bukan kea
rah dimana dirinya mengesampingkan bakat dan kemampuan arah negatif.
3) Faktor minat
Munurut Iskandar (2010:47), minat atau perhatian (interest) merupakan
salah satu faktor yang turut memperngaruhi tampilnya bakat. Munurut Chaplins
(dalam Iskandar, 2010:47-48) minat atau perhatian memiliki arti : a) Satu sikap
yang berlangsung terus-menerus yang memusatkan perhatian seseorang, sehingga
membuat dirinya selektif terhadap objek niatnya, b) Perasaan yang menyatakan
bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau obyek itu berharga atau berarti bagi
individu, c) Suatu keadaan motivasi, menuntun tingkah laku menuju satu arah
(sasaran) tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa minat itu terjadi dari
perhatian tidak hanya berlangsung sekali dari obyek yang dianggap menarik atau
berharga bagi dirinya. Jika dikaitkan dengan bakat, minat turut pula memunculkan
atau menumbuhkan bakat. Dengan minat terhadap suatu obyek maka berarti ada
kesempatan untuk memunculkan prestasi.
4) Faktor kepribadian
Kepribadian atau personality memiliki pengertian yang sangat kompleks,
Adler memberi pengertian gaya hidup individu, atau cara yang karateristik
mereaksinya sesorang terhadap masalah-masalah hidup, termasuk tujuan-tujuan
hidup.
Dari pengertian di atas ada perbedaan pengertian, namun ada unsur
persamaannya. Diantaranya adalah bahwa kepribadian itu dinamis, tidak statis
atau tetap saja tanpa perubahan.
b. Disebabkan oleh lingkungan anak
Anak tidak mampu mewujudkan bakatnya hingga mencapai prestasi
apabila orang tuanya kurang mampu menyediakan kesempatan, sarana pendidikan
yang diberikan, lingkungan yang tidak minim menyediakan fasilitas penunjang,
dan lemahnya atau kurangnya pendidikan dan pelatihan.
Menurut Sarlito (dalam http://semutlewat.blogspot.com/2012/12/pengemb
angan-bakat-dan-minat.html) terdapat sejumlah variabel lingkungan yang
mempengaruhi berkembangnya bakat pada diri seseorang. Variabel-variabel
tersebut adalah:
1) Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memfasilitasi dalam
mengekspresikan bakat yang dimiliki siswa, misalnya untuk bakat olah raga
yaitu lapangan bermain, bakat musik yaitu alat musik, dan sejenisnya.
2) Lingkungan sosial, melalui proses sosialisasi misalnya kebudayaan tertentu
membentuk tingkah laku tertentu. Misalnya di Iran mungkin tidak dapat
berkembang bakat seni musik, tari, dan bakat yang lainnya karena disana
misalnya tidak dibolehkan bernyanyi. Jadi kesempatan untuk
mengekspresikan bakat tersebut sangat sedikit
3) Lingkungan edukasi, pengembangannya melalui pendidikan formal seperti
sebagaimana diajarkan di sekolah
4) Besar atau banyaknya latihan, pengembangan bakat melalui proses training
atau latihan
5) Hambatan-hambatan yang ada dalam lingkungan rumah misalnya kemiskinan,
cara pengasuhan anak yang khusus, dan sebagainya
6) Kemungkinan untuk mengekspresikan atau mengutarakan bakat misalnya
apakah diberikan kesempatan latihan yang cukup, apakah tersedia alat
tersebut.
2.5 Mengenali Bakat Anak
Mengetahui bakat anak merupakan hal yang sangat penting bagi pendidik
karena sebahagian besar dari orang tua belum bisa mengenalinya sehingga
prestasi yang dimiliki sang anak tidak maksimal. Untuk mengetahui cara-cara
mengenali bakat anak, menurut Muhammad (2010:72-93) ada beberapa cara dan
metode tersebut :
a. Kenali bakat anak melalui alat ukur
Alat ukur yang digunakan berdasarkan apa yang akan diukur. Menurut
Renzullli (dalam Muhammad, 2010:7-73) menyatakan bahwa tes intelegensi
memang khusus untuk mendeteksi bakat anak dalam mengukur intelektual. Tes
ini tidak bisa dilakukan untuk mengukur kemampuan lainnya. Untuk mengukur
kreativitas anak melalui tes kreativatas dan untuk mengukur hasil belajar anak
melalui tes hasil belajar. Jadi ketiga tes di atas mempunyai tempat dan fungsi
masing-masing.
b. Kenali bakat melalui informasi
Mengenali bakat anak juga perlu mencari informasi untuk mengukur lebih
dalam lagi tentang bakat yang ada dalam diri sang anak. Informasi ini dapat
diperoleh dari guru di sekolah, orang tua maupun dari teman-temannya.
c. Kenali bakat melalui sidik jari
Tes bakat ini merupakan suatu usaha penelusuran bakat yang paling
canggih dan mutakhir. Untuk proses pengambilan sidik jari ini sangat sedarhana.
Kesepuluh jari tangan discan, dengan alat scan seperti mouse yang terhubung
dengan komputer penyimpanan data. Dari pola sidik jari dan telapak tangan, dapat
dilakukan perhitungan berdasarkan TNGT (Total Nerve Growtb Factor) mulai
dari jumlah alur, pola, ketajaman sudut, dan pola segetiga telapak tangan. Untuk
pengambilan data ini, dibutuhkan waktu sekitar 10-20 menit. Dari tas tersebut
dapat diketahui potensi individual, kapasitas otak kanan dan kiri, basik karakter,
gaya belajar anak, dan saran profesi bedasarkan pengembangan hasil Multiple
intellegence.
d. Prosedur pelaksanaan penelusuran bakat anak
Untuk mendapat hasil yang baik harus memperhatikan beberapa tahapan
yang harus dilakukan dalam upaya penelusuran bakat anak. Dalam penulusuran
bakat anak di sekolah, menurut Munandar (dalam Muhammad, 2010:85-88)
mengemukakan bahwa ada dua prosedur dalam pelaksanaan penelusuran anak
berbakat sebagai berikut:
1) Tahap penjaringan
Pada tahap ini, seluruh populasi anak dari jenjang pendidikan dan
kelas tertentu diikutsertakan dalam penyelenggaraan program khusus
untuk anak berbakat. Tujuan dari tahap ini adalah agar dalam waktu
singkat dapat dijaring anak-anak yang memenuhi syarat untuk mengikuti
tahap berikutnya, yaitu tahap seleksi. Dalam tahap ini biasanya digunakan
alat-alat ukur tes sederhana, seperti tes inteligency progressive matrice,
yang terdiri dari satu tugas dan dapat di berikan dalam satu kelompok.
2) Tahap seleksi atau identifikasi
Pada tahap ini yang diikutsertakan adalah anak yang lulus dari
tahap penjaringan. Pada tahap ini biasanya digunakan alat-alat tes yang
lebih lengkap dan memberikan informasi lebih beragam.
3) Penentuan hasil
Setelah tahap seleksi berhasil dilakukan, kemudian mengambil
kesimpulan. Dari data-data yang diperoleh dapat mengetahui dan
menentukan berbakat atau tidak.
Untuk mengenali bakat anak, bukan hanya saja dilakukan guru dan orang
tua tetapi anak juga harus mengenal bakatnya dari berbagai langkah-langkah yang
anak lakukan. Adapun langkah-langkah yang dapat mengetahui bakat diri sendiri
yaitu: a) Menyadari bahwa dalam diri sendiri ada sesuatu yang berharga, b)
Menggali bakat lewat berbagai bidang yang disukai, c) Mencari alternatif bidang
lain, d) Melihat dari keberhasilan orang lain, e) Mengenal bakat lewat pertolongan
psikologi.
2.6 Mengembangkan dan Mengarahkan Bakat Anak
Banyak anak yang kurang memperhatikan bakat yang ada pada dirinya,
padahal bakat merupakan suatu modal yang sangat penting untuk anak ketika ia
beranjak dewasa nanti. Anak perlu perhatian serius oleh orang tua dan guru. Bila
bakat anak diperhatikan dengan serius, akan sangat baik demi kemajuan masa
depannya. Apalagi bagi anak yang sudah dibimbing pengembangan bakatnya
semenjak kecil. Guru bertanggung jawab untuk pengembangan bakat sang anak
oleh karena itu harus mengetahui hal apa saja yang perlu diketahui untuk
mengarahkan dan mengembangkan bakat anak.
a. Peran guru dalam mengarahkan bakat anak
1. Karateristik guru anak berbakat
Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya anak
berbakat. Menurut Munandar (2009:100), peran guru yaitu menentukan tujuan
dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai pada anak (nilai hidup,
nilai moral, nilai sosial), memilih pengalaman belajar, mentukan metode atau
srategi mengajar dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa.
Adapun ciri-ciri guru anak berbakat menurut Maker (dalam Munandar,
2009:100-101) ada tiga kelompok, yaitu filosofis, profesional dan pribadi.
a) Karateristik filosofis
Karateristik filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak
berbakat. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah mengusulkan pencanan kelas
khusus untuk anak berbakat dalam matematika dan bahasa yang meliputi baik
pengayaan maupun percepatan. Dalam pertemuan guru, tujuan dari progranm
dijelaskan dan kepala sekolah mempersilakan guru-guru menyatakan apakah
mereka mendukung atau kurang menyetujui rencana program tersebut.
b) Karateristik profesional
Karateristik profesional dari guru dapat dikembangkan melalui pelatihan
dalam jabatan seperti kemampuan untuk menggunakan keterampilan dinamika
kelompok, teknik, dan srategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memberikan
pelatihan inqury dan memahami ilmu komputer.
Plowman (dalam Munandar, 2009:102-103) membedakan sepuluh
kelompok karateristik profesional guru anak berbakat, yaitu : 1) Assesment anak
berbakat, 2) Mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak, 3) Menggunakan
assesment dalam merencanakan program individu anak berbakat, 4) Mengetahui
tentang model kurikulum yang penting untuk pendidikan anak berbakat, 5)
Mampu dalam menggunakan dinamika kelompok, 6) Mengetahui tentang
berbagai program untuk anak berbakat, minat dan komitmen terhadap
pembelajaran anak berbakat, 7) Mengetahui tentang aturan dan hukum
sehubungan dengan pendidikan anak berbakat, 8) Mengetahui dan mampu
membimbing anak berbakat dan orang tua mereka serta , 9) Mengetahui tentang
kecenderungan dan isu dewasa ini dalam pendidikan anak berbakat,
c) Pribadi
Pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa
humor, kesabaran, minat luas, dan kelenturan (fleksibilitas). Menurut Lindsey
menyimpulkan karateristik pribadi dari guru berhasil bekerja dengan anak
berbakat. Mencakup memahami dan menerima diri sendiri, mempunyai kekuatan
ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual di atas rata-rata, serta
bertanggung jawab terhadap prilaku diri sendiri.
2. Peran guru dalam mengarahkan bakat anak
Tempat lain yang juga dapat membantu pengembangan mengarahkan
bakat anak selain di rumah adalah di sekolah. Sekolah merupakan salah satu
lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak menggali potensinya
serta meraih prestasinya yang baik dibidang diharapkannya. Kerja sama antara
sekolah dan orang tua dalam mengembangkan bakat anak sangat berperan dan
diperlukan bagi keberhasilan anak. Guru akan mengirimkan daftar atau ciri-ciri
prilaku anak kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah perlu mengetahui
sifat-sifat siswa agar dapat merencanakan pengalaman pendidikan yang sesuai
baginya.
3. Peran orang tua dalam mengarahkan bakat anak
Menurut Rini (2009:40-41), orang tua adalah orang pertama yang
semestinya mengetahui bakat yang dimiliki oleh anaknya. Sehingga bakat tersebut
dapat dikembangkan dan diarahkan sejak dini. Orang tua dapat mengenal bakat
anak dengan cara mengamati apa yang selalu dikerjakan anak, disukai anak, atau
hal-hal yang dapat dikerjakan dengan baik oleh anak. Dengan mengetahui
keseharian anak, orang tua mengenali bakat anak. Mengetahui bakat anak sangat
bermanfaat bagi orang tua agar orang tua menyediakan lingkungan sesuai dengan
bakat anak, menyediakan sarana penujang untuk bakat anak, membantu anak
dalam masalahnya, melowongkan waktu untuk anak dan menghargai dan
mendukung anak dalam kegiatannya.
Menurut Iskandar (2010:56-84) dalam mengembangkan bakat ada
beberapa yang harus perlu anda perhatikan, antara lain :
a. Belajar atau latihan
Menurut Higard dan Bower (dalam Iskandar, 2010:57) “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebangainya)”
Sedangkan definisi lain yang dikemukakan oleh Morgan (dalam Iskandar,
2010:57) “ Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Untuk
memperoleh sesuatu dari belajar dapat dilihat bagaimana tingkah laku orang
tersebut. Tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut berbagai asfek
kepribadian, kejiwaan maupun fisiknya. perubahan aspek kepribadian tersebut
akan menghantarkan individu lebih memantangkan diri sehingga dalam
pemecahan masalah yang dihadapi atau pola pikiranpun mengalami perubahan.
Demikian juga dengan kecakapan, keterampilan maupun sikap.
Demikian pula dengan latihan yang mereka peroleh dari pengalaman
hidup. Melalui proses latihan ini mereka akan mendapatkan pelajaran yang tidak
sedikit nilai dan sangat penting bagi kemantapan dirinya. Untuk mengangkat
bakat yang masih terpendam, muncul sampai berkembang memerlukan latihan-
latihan yang cukup rutin dan belajar yang giat.
b. Menjaga kestabilan motivasi
Motivasi ini sangat penting dalam mendorong atau membangkitkan
sesorang untuk melakukan sesuatu. Kegunaan lain dari motivasi yaitu menentukan
arah yang akan dikerjakan yaitu mewujudkan cita-cita, mengesampingkan
kegiatan yang kurang bermanfaat dan mendahulukan perbuatan yang bermanfaat.
Sayang sekali bila bakat harus kadas akibat motivasi yang kurang kuat dalam
menghadapi suatu tujuan. Seorang pembimbing yang mengarahkan anak asuhnya
untuk mencapai tujuan harus mempertahankan motivasinya dan meningkatkan
motivasinya.
c. Memberi penguatan (Reinforcement)
Penguatan atau reinforcement adalah memperkuat suatu reaksi atau
kegiatan dengan jalan memberi sesuatu yang dapat meningkatkan aktifitas
sebelumnya. Penguatan memiliki peranan yang baik dalam membantu
menentukan suatu perbutan yang diinginkan oleh pembimbing. Pemberian
penguatan ini berasal dari orang-orang yang turut membantu mengarahkan
perbutan yang dikehendaki. Biasanya, apabila anak didik melakukan reaksi
dengan tepat dan benar maka pelatih atau pembimbing memberi penguatan.
Salah satu tindakan penguatan adalah dengan pemberian hadiah.
Pemberian hadia ini dapat berupa alat-alat yang menunjang bakatnya atau juga
dapat berupa materi atapun makanan. Misalnya, ketika seseorang anak yang
mempelajari gitar dengan membawahkan lagu. Pada mulanya memang masih
terasa kaku dan belum menepatkan nada-nadanya dengan tepat. Tetapi oleh
pembimbingnya diberikan penguatan berupa makanan kecil jika dia
menyanyikannya dengan benar. Dengan usaha reinforcement ini kaitannya dengan
pengembangan bakat adalah memberikan kesempatan bagi anak didik agar
terangsang lebih cepat dalam menyelesaikan pelajaran-pelajaran yang harus
diterimanya.
d. Sarana yang cukup
Mewujudkan cita-cita tidak bisa dengan jalan sendirian. Artinya, bahwa
segala sesuatu masih memerlukan bantuan dari orang lain maupun sarana-sarana
yang menunjang. Untuk pengembangan bakat harus ada sarana yang cukup
memadai. Artinya, bahwa sarana tersebut dapat digunakan secara maksimal untuk
mengembangkan bakat. Sarana yang tidak lengkap kurang dapat mengembangkan
bakat dengan menyeluruh, mungkin hanya sebagian saja dimana unsur-unsur
penting ada yang masih tertinggal dan perlu waktu pemunculannya.
Pentinya sarana pada kegiatan apa saja menuntut semua pihak yang
berkecimpung pada pengembangan bidang apa saja untuk menyediakannya.
Sarana adalah tempat dengan segala peralatannya yang digunakan untuk latihan-
latihan, menambah pengetahuan dan lain sebagainya. Tanpa adanya sarana,
seseorang tidak akan berkembang bakatnya. Jelasnya sarana inilah yang akan
menentukan berkembang tidaknya bakat, juga turut mewujudkan keinginan.
e. Penyediaan biaya
Untuk mengembangkan suatu kegiatan memerlukan dana yang cukup.
Misalnya, satu sekolah tidak cukup hanya gedung saja yang didirikan, tetapi
masih banyak hal-hal lain yang perlu untuk melengkapi sarana tersebut.
Kelengkapan seperti bangku, papa tulis, alat peraga, alat-alat kantor, administrasi
lapangan olah raga, perpustakaan, laboratorium dan lain sebagainya dapat
dijadikan sebagai tempat atau penunjang bagi kemajuan anak didik dalam bidang
yang ditekuni. Tidak itu saja, faktor pengelola atau guru memang peranan yang
sangat penting dan menentukan.
Untuk mengembangkan bakat diperlukan biaya tidak sedikit. Bahwa
bakatpun menuntut penyediaan biaya untuk latihan, buku-buku penunjang,
peralatan dan sebagainya, yang semuanya memerlukan kebutuhan. Sebab untuk
mengembangkan bakat secara maksimal, maka bagian demi bagian dari program
haruslah diikuti dengan baik.
Menurut Muhammad (2010:147-194) mengemukakan beberapa hal yang
dilakukan untuk mengarahkan dan mengembangkan bakat anak sebagai berikut:
a. Pelakuan khusus dan lingkungan rumah yang mendukung
Sebagai orang tua harus menghargai anak dan bakat yang ada dalam
dirinya. Yang dimaksud dengan menghargai adalah memberikan perlakuan
khusus bagi anak. Perlakuan khusus memang merupakan salah satu dari sekian
cara untuk mengembangan bakat anak. Dengan adanya perlakuan khusus dapat
mengembangkan bakat anak dengan sempurna karena lingkungan dimana anak
tinggal mendukung sepenuhnya terhadap bakatnya. Jadi tidak membuat perlakuan
khusus pada anak dapat mengakibatkan bakat yang ada dalam diri anak akan
terpendam begitu saja karena lingkunganya sama sekali tidak memberikan
rangsangan tehadap bakatnya, bahkan mungkin juga intelektualitas anak. Dengan
Bakat anak berkembang dengan baik bila orang tua menunjukan diri sebagai
lingkungan yang arif dan mendidik.
1) Sikap arif orang tua terhadap anak
Menurut Reni (dalam Muhammad, 2010:154-155) menyebutkan
beberapa sikap yang seharusnya ditunjukan orang tua dalam rangka
menciptakan lingkungan yang kondusi.
a) Kebebasan, orang tua perlu memberikan rasa bebas, tidak selalu berusaha
mengendalikan anak, dan tidak merasa cemas berlebihan dengan apa
dilakukan anak.
b) Rasa hormat, orang tua menghargai keberadaan anak sebagai individu
yang unik dan memiliki kemampuan tertentu.
c) Kedekatan emosional, orang tua tidak bersikap posesif yang menyebabkan
anak memiliki sikap ketergantungan pada orang lain.
d) Penanaman nilai, orang tua menanamkan nila-nilai yang perlu diketahui
anak dalam kehidupannya, bukan menjejalinya dengan berbagai macam
aturan yang menyeramkan.
e) Penekanan prestasi, orang tua lebih menekankan pentingnya meraih hal
sebaik mungkin, bukan semata-mata memperoleh angkat tinggi dirapor.
f) Minat, orang tua perlu memiliki keberagaman minat dengan tidak
menekankan pada perbedaan status sosial ataupun tuntutan sosial.
g) Hargai kreativitas, mendukung anak untuk melakukan hal-hal kreatif
melalui tersediannya peralatan dan pengalaman baru yang menarik.
h) Visi, orang tua memiliki visi yang jelas menyangkut buah hati bahwa
mereka mampu melakukan hal-hal luar bisa dan kreatif sesuai dengan
bakat serta keterampilan yang dimilikinya.
2) Menjadi orang tua bijaksana
Orang tua harus mendukung sepenuhnya bakat anak dan harus
pofesional. Berikut hal-hal yang harus dilakukan orang tua: a) orang tua
harus menujukan minat terhadap hobi tertentu, b) orang tua harus
menyempatkan diri mendiskusikan bacaan tertentu dengan anak atau
masalah-masalah yang terjadi di lingkungan anak, c) orang tua
mengusahakan alat-alat keperluan anak, d) orang tua menciptakan
lingkungan dimana orang tua berperan serta dalam kecerdasan intelektual, e)
orang tua menciptakan lingkungan dimana orang tua mengajak untuk
menyanyi, menggambar, melukis, atau memainkan alat musuik. Jadi
kegiatan tersebut bukan hanya kegiatan intelektual semata-mata, f) tanpa
perlu memakan biaya banyak, orang tua dapat menjadikan rumah sebagai
pusat kreativitas bagi anak.
b. Latihan (permainan) dan stimulasi
Stimulasi lingkungan akan sangat memperngaruhi perkembangan bakat
anak. semakin dini orang tua memberikan stimulasi, akan semakin baik
pertumbuhan bakat anak. Selain stimulasi, beri ia kesempatan untuk berlatih
berbagai keterampilan.
c. Berilah motivasi
Memberi motivasi anak merupakan hal penting yang masih jarang disadari
oleh sebagian orang tua. Orang tua sering kali melupakan betapa pentingnya
memberikan motivasi pada anak. Apabila orang tua tidak memberi motivasi maka
hal ini membuat anak menjadi kurang mendapatkan rangsangan.
d. Tingkatkan kreatifitas anak
Kreativitas anak perlu dipupuk dalam diri anak agar ia dapat mewujudkan
dirinya. Mewujudkan diri ini merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia.
e. Tingkatkan nutrisi otak anak dengan makanan bervitamin
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari haruslah dipilih dengan baik agar
dapat menghasilkan zat gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga berfungsi
normal. Menurut pamilu (dalam Muhammad, 2010: 193-194) mengemukakan ada
beberapa zat esensia dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah: 1) karbohidrat
(glukosa dan serat), 2) lemak, 3) protein, 4) mineral, 5) vitamin, 6) air.
Dalam http://semutlewat.blogspot.com/2012/12/pengembangan-bakat-dan
minat.html". Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam
pengembangan bakat sang anak sebagai berikut:
a) Perhatian
Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh
perhatian khusus. Cermatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan
yang tampak menonjol pada anak. Menurut Rini (2009:19), Bakat anak yang di
bawahnya sejak lahir dapat dikembangkan dengan baik apabila mendapat
perhatian, rangsangan dan perlakuan secara tepat.
b) Motivasi
Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar anak
lebih percaya diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka
bisa mencapainya. Untuk memberikan motivasi kepada anak berbakat, orang tua
atau pendidik perlu melakukan penelahan agar dapat mengenali ciri-ciri,
kebutuhan dan kecenderungan si anak yang relatif berbeda dengan anak biasa.
Setelah hal-hal tersebut diketahui, orang tua atau pendidik akan lebih mudah
untuk menciptakan susana yang cocok bagi perkembangan bakat si anak.
c) Dukungan
Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap mereka
dan yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus menerus. Selain itu
dukunglah anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam
mengembangkan bakatnya.
d) Pengetahuan
Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman
dibidang tersebut. Seperti menyediakan aneka ragam buku, majalah dan bahan
lainnya yang dapat memperkaya pengetahuan dan pengalamannya.
e) Latihan
Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat anak agar
bakat yang dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah baiknya bila anak
diikutsertakan dengan ekstra kurikuler atau beri kegiatan yang lebih agar anak
bisa terus latihan dengan bakatnya tersebut.
f) Penghargaan
Menghargai hasil karya anak sangat penting dilakukan oleh orang tua
maupun guru. Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan
anak. Memberikan penghargaan berupa hadia bentuk barang dan pujian berupa
dalam bentuk kata-kata penyemangat dan meningkatkan motivasi anak. Selain
itu, dukung pula kata-kata pujian yang sudah diucapkan dengan ekspresi dan
bahasa tubuh. Misalnya, dengan memeluk dan mencium ketika ia berhasil
menyelesaikan atau melakukan suatu aktivitas.
Menurut Lucy (2009), ekspresi wajah adalah salah satu cara untuk
menghidupkan komunikasi dengan anak untuk menumbuhkan suatu penghargaan
baginya dapat dibantu dengan mata yang berbinar, mulut tersenyum lebar, dan
ucapan yang membuat anak merasa dihargai.
g) Sarana
Sarana dan prasarana juga sangat menentukan kebarhasilan anak, Sediakan
fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak. walaupun anak memeliki
bakat apabila tidak ditujangi oleh fasilitas maka bakat sang anak tidak terlatih dan
tidak tersalurkan. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memfasilitasi
dalam mengekspresikan bakat yang dimiliki siswa, misalnya untuk bakat olah
raga yaitu lapangan bermain, bakat musik yaitu alat musik, dan sejenisnya.
h) Lingkungan
Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak. Karena
itu usahakan anak selalu dekat dengan lingkungan yang mendukung bakat anak
baik lingkungan rumah maupun lingkungan belajar/sekolah.
Menurut Sutjihati (2009:186) lingkungan belajar bagi anak yang barbakat
pada dasarnya adalah lingkungan belajar yang menantang. Lingkungan belajar
hendaknya kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar yang berpusat pada peserta
didik, belajar mandiri, terbuka, kompleksitas, penuh penerimaan, dan
memungkinkan terjadinya mobitas. Ini berarti bahwa lingkungan belajar bagi
peserta didik menghendaki penataan tersendiri baik secara fisik, psikologi,
maupun sosial.
Secara fisik, lingkungan belajar harus memungkinkan tersediannya
berbagai sumber informasi untuk pembentukan dan intergrasi konsep, flekbilitas
mobilitas secara individual maupun kelompok.
Secara psikologis, lingkungan belajar harus mempertimbangkan keunikan
individu untuk mengembangkan konsep diri secara realistik, belajar menerima
tanggung jawab, memperkuat kendali diri secera internal, serta mempelajri nilai-
nilai intrinsik yang ada pada dirinya.
Secara sosial, lingkungan belajar harus memungkinkan peserta didik
bekerja sama dalam memecahkan masaalah, mengembangkan keterampilan, dan
fleksibilitas, kemunikasi dalam kelompok.
i) Kerjasama
Kerja sama antara orang tua, guru sekolah maupun anak sangat diperlukan
mengingat waktu anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang anak luangkan di
rumah lebih banyak.
h) Teladan yang baik
Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik sangat
diperlukan. Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik Hidayat bila anak
berbakat dalam bidang bulu tangkis, Utut Adianto bila anak berbakat dalam
bidang catur dan sebagainya.
Keberhasilan anak dalam mengembangkan bakat yang dimilikinya bukan
hanya pada hal-hal yang disebutkan di atas tetapi juga terletak pada anak itu
sendiri, bagaimana usahanya untuk meraih suatu perstasi. Meraih sesuatu yang
baik, indah dan membanggakan tidaklah mudah seperti membalikan telapak
tangan.
Adapun yang dilakukan agar meraih kesuksesan yang diinginkan munurut
Iskandar (2009:89-102) yaitu: 1) Menghargai waktu, 2) Disiplin diri, 3) Kuatkan
niat, 4) Belajar tak kenal lelah, 5) Keuletan, 6) tidak menyia-nyiakan kesempatan,
7) berani mencoba, 8) hilangakan rasa ragu, 9) lenyapkan kebosanan.
2.7 Guru Anak Berbakat
Menurut Munandar (2009:105-108), dalam pogram anak berbakat yang
komprehensif dipertimbangkan macam-macam tokoh yang dapat menjadi guru
anak berbakat, dan mereka memainkan peran yang penting dalam program anak
berbakat. Misalnya, tokoh-tokoh masyarakat, orang tua, psikolog, dan konselor.
a. Mentor
Ditinjau dari sudut sekolah mentor anak berbakat adalah yang
diidentifikasi oleh guru yang bermanfaat tokoh-tokoh dalam masyarakat untuk
tujuan memperluas pengalaman anak belajar.
b. Orang tua
Delp dan Martison (dalam Munandar, 2009:107) memberi saran
bagaimana sekolah dapat melibatkan orang tua berbakat, antara lain: a) orang tua
memberi informasi mengenai anaknya untuk membantu menentukan minat,
kemampuan, kebutuhan, dan perkembangan anak berbakat; b) orang tua
membantu guru dalam menyelengarakan proyek individual, program mentor,
kelompok minat khusus, dan karya wisata; c) orang tua berperan serta dalam
panitia untuk masalah anak berbakat.
c. Psikolog
Psikolog dapat membantu mengembangkan kesempatan pelatihan itensif
untuk guru anak berbakat, dengan membantu guru lebih memahami sifat dan
kebutuhan anak berbakat, mengembangkan metode yang mendorong pertumbuhan
kreativitas harga diri, dan rasa ingin tahu. Psikolog dapat mendukung program
anak berbakat dengan membantu orang tua menghadapi kebutuhan minat khusus
anak berbakat, membantu mengidintifikasi anak berbakat dan menyusun program
untuk kelompok-kelompok khusus anak berbakat.
d. Konselor
Anak berbakat biasanya jarang mendapat layanan bimbingan dan
konseling karena menurut Baska (dalam Munandar, 2009:108) ada dua pendapat
pendidik berpendapat bahwa konseling terutama bagi siswa yang bermasalah dan
kurangnya personalia yang terlatih untuk dapat melayani kebutuhan konseling
anak berbakat. Konselor dapat membantu siswa berbakat untuk belajar lebih
memahami diri sendiri dan untuk mengambil keputusan yang bijak, baik dalam
menentukan bahan ajaran yang disukai maupun dalam bidang pilihan karir.
2.8 Bimbingan dan Konseling Anak Berbakat
Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari keseluruhan
kegiatan sekolah. Menurut Miller (dalam Munandar, 2009:269), bimbingan adalah
proses untuk membantu individu memperoleh pengertian tentang diri sendiri dan
pengarahan diri yang perlu untuk penyesuaian diri yang maksimal di sekolah,
rumah, dan masyarakat.
a. Fungsi umum dari program konseling
Dalam melakukan konseling yang merupakan bagian dari pengalaman
pendidikan, menurut Borgers dan Treffinger (dalam munandar, 2009:273)
konseling menggunakan tiga proses dasar yaitu counseling, consulting dan
coordinator.
1) Peran konselor
Peran konselor pada umumnya meliputi konseling, konsultasi dan
koordinasi.
a) Konseling merupakan pelayanan dasar untuk membantu orang dengan
bekarja langsung dengan mereka secara perorangan atau dalam kelompok
kecil. Karena konseling merupakan pendekatan untuk membantu anak
berkembang dan berubah.
b) Consulting atau berunding dan memberi nasehat merupakan cara
komunikasi dan bekerja dengan orang-orang yang penting dalam
kehidupan siswa. Konselor dapat berunding dengan guru dan orang tua
siswa untuk lebih memahami kebutuhan dan potensi anak.
c) Koordinasi juga merupakan fungsi penting dari konselor. Fungsi ini sering
merupakan pelayanan tidak langsung tetapi dapat meningkatkan
kesempatan pada individu untuk belajar dan tumbuh, dan pasti mempunyai
potensi untuk mempergaruhi orang banyak.
b. Konseling anak berbakat
Ada beberapa ciri anak berbakat yang dapat menimbulkan masalah dalam
berbagai bidang, menurut Silverman (dalam Munandar, 2009:275) beberapa
masalah sebagai berikut: 1) Ketidak jelasan mengenai arti keberbakatan, 2)
Perasaan dirinya berbeda, 3) Perasaan dirinya tidak mampu, 4) Kritik terhadap
diri sendiri, 5) Peningkatan tingkat konflik dari dalam, 6) Kurang pemahaman dari
orang lain, 7) Harapan yang tidak realistis, 8) Rasa permusuhan dari orang lain.
Ciri-ciri ini efektif dan masalah yang berkaitan memerlukan program
konseling yang kuat di sekolah.
2.9 Dimensi Program Pendidikan Anak Berbakat Dan Kurikulum Untuk
Anak Berbakat
a. Dimensi program
Menurut Sutjihati (2009:183-186) dimensi karateristik dan kebutuhan anak
berbakat merupakan salah satu dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan program. Dimensi yang harus dipertimbangkan adalah dimensi
filosofis, tujuan program, isi program , lingkungan belajar, dan model evaluasi.
1) Dimensi filosofisasila
Program pengembangan anak berbakat harus bertolak dari pandangan
secara hakekat manisia menurut pancasila, yakni dia sebagai mahluk pribadi,
sosial, dan mahluk tuhan. Dengan kata lain anak berbakat harus dipandang
sebagai kebutuhan pribadi sehingga program layanan pendidikan yang
dikembangkan mampu menyentuh semua dimensi perkembangan pribadi secara
utuh.
2) Tujuan program
Tujuan utama program bagi anak berbakat adalah memberikan kesempatan
pada dia untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu program pendidikan ini
harus dimaksudkan untuk: 1) Menyediakan kesempatan dan pengalaman khusus
untuk memenuhi kebutuhan anak berbakat sehingga mereka dapat
mengembangkan potensinya secara berkesinambungan. 2) Menata lingkungan
yang dapat mmperkaya pertumbuhan intelektual, afektif, fisik, intuisi dan sosial.
3) Memungkinkan terjadi partisipasi dan kerja sama yang dilakukan oleh anak
berbakat dan orang tua. 4) Menyediakan waktu, tempat, dan dukungan bagi
pesertanya. 5) Mendorong anak berbakat menemukan tempat dirinya dalam
perkembangan manusia, dengan menemukan kecakapannya dan bidang-badang
dimana dia bisa berkonstribusi. 6) Menyediakan kesempatan bagi anak berbakat
untuk berinteraksi dengan sesamanya dan orang dewasa berbagai ragam
percakapan yang memungkinkan dia menemukan keunikan dan keterkaitan
dirinya.
3) Isi program
Struktur isi program anak berbakat harus mereflesikan pemenuhan
kebutuhan. Maka isi program anak berbakat secara terpadu hendaknya mencakup
unsur-unsur sebagai berikut: perkembangan ranah kongnitif, ranah afektif, ranah
fisik, ranah intuitif, dan ranah kemasyarakatan.
4) Lingkungan belajar
Lingkungan belajar anak berbakat pada dasarnya adalah lingkungan
belajar yang menantang. Lingkungan belajar hendaknya kondusif untuk terjadinya
kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik, belajar mandiri, terbuka,
kompleksitas, penuh penerimaan, dan memungkinkan terjadinya mobitas. Ini
berarti bahwa lingkungan belajar bagi peserta didik menghendaki penataan
tersendiri baik secara fisik, psikologi, maupun sosial.
5) Model evaluasi
program pendidikan anak berbakat pada dasarnya adalah program yang
bertolak dari keunikan dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu evaluasi program
dalam arti tigkat kepadatan isi dan kebutuhan tersebut perlu berkesinambungan
dilakukan. Dalam evaluasi ini peran peserta didik amat diperlukan sehingga
modifikasi dan penyesuaian program dilakukan dengan pertimbangan wilayah
interes mereka.
b. Kurikulum anak berbakat
Kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran
kegiatan belajar mengajar.
Kegitan ekstrakurikuler diselenggarakan diluar jam pelajaran yang
tercantum dalam susunan progran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan berkaitan
dengan kurikuler.
1. Kurikulum berdiferensiasi
Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh
siswa di sekolah, di rumah, dan di dalam masyarakat dan yang membatunya
mewujutkan potensi-potensinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum
berdiferensiasi merupakan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak
didik. Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan
pendidikan berdiferensiasi, yaitu memberi pengalaman pendidikan yang sesuai
dengan minat dan kemampuan intelektual (Ward: 1980).
Menurut Sisk (dalam Munandar, 2009:139-140) merumuskan asas-asas
kurikulum berdiferensiasi yang dikembangkan oleh Leadership Training Institude
sebagai berikut:
a) Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema atau masalah
yang luas
b) Memadukan banyak disiplin dalam bidang studi
c) Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling
memperkuat dalam suatu bidang studi
d) Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam
suatu bidang studi
e) Mengembangkan keterampilan belajar yang mandiri atau diarahkan pada
diri sendiri
f) Mengembangkan ketermpilan bepikir yang lebih tinggi, yang produktif,
kompleks, dan abstrak
g) Memusatkan pada tugas
h) Mengembangkan ketrampilan dan penelitian
i) Memadukan ketrampilan dasar dan ketrampilan bepikir lebih tinggi
dalam kurikulum
j) Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru
k) Mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan
teknik, bahan dan bentuk baru
l) Mengembangkan untuk pemahaman diri, misalnya mengenal dan
menggunakan kemampuan, mengarahkan dan menghargai kesamaan dan
perbedaan antar mereka dan orang tua
m) Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai.
c. Lingkungan pembelajaran yang mendukung
Mengajar anak yang berbakat di dalam kelas yang inklusif, membutuhkan
iklim pembelajaran fleksibel dan suportif yang melibatkan latar fisik spasial kelas
dan iklimnya. Guru mempertahankan lingkungan yang menantang dan mendorong
tanggung jawab, menekankan kekuatan siswa, serta membicarakan kebutuhan
setiap siswa.
1) Organisasi dan manajemen kelas
Untuk mengelola kelas demi fleksibilitas dan keterbukaan, guru memberi
spasial bagi siswa untuk bekerja secara mandiri dan dalam kelompok kecil.
Siswa bisa bergerak ke sekeliling ruangan dengan bebas, selama meraka tetap
mengerjakan tugas. Mereka juga bisa pergi ke laboratorium komputer,
perpustakaan, atau lokasi lain di dalam sekolah.
2) Iklim sosial dan emosional
Suatu lingkungan pembelajaran yang positif, memasukkan elemen
keamanan dan penerimaan. Guru menciptakan atmosfer ini dengan
mencontohkan kepedulian dan penghargaan semua anggota kelas, menekankan
kekuatan siswa. Semua siswa perlu mengenali dan menghargai kekuatan
mereka sendiri dan orang lain. Penerimaan adalah komponen yang sangat
penting dari iklim kelas kerana pemelajaran berbakat cenderung menjadi
orang yang perfeksionis sehingga menekankan pada penyelesaian tugas secara
lengkap dan mendapatkan jawaban yang benar.
d. Rencana isi kurikulum pemelajaran anak berbakat
Anak berbakat perlu bekerja ditinggat intruksional yang lebih tinggi dan
lebih cepat, dari pada siswa yang tidak terlalu cerdas. Adapun beberapa isi
kurikulum untuk anak berbakat antara lain :
1) Akselerasi
Akserelasi mengasumsikan, siswa yang berbeda dari usia yang
sama ada ditingkatan pembelajaran yang berbeda. Intinya akselerasi
mengakui bahwa siswa yang berbeda akan mempelajari materi yang berbeda
dan tingkatan yang berbeda pada bidang pelajaran yang berbeda serta
tingkatan perkembangan yang berbeda.
2) Pemadatan kurikulum
Pemadatan adalah suatu dari modifikasi kurikulum yang paling
dilakukan untuk anak berbakat secara akademis. Srategi ini untuk
mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan siswa pada kurikulum reguler.
Hal ini memungkinkan siswa untuk menujukan apa yang mereka ketahui,
melakukan tugas dibidang mana pekerjaan dilakukan, dan lalu bergerak di-
bidang yang lain.
3) Pengelompokan
Pengelompokan dapat menjadi komponen yang efektif dalam
mendidik semua siswa. Tetapi tekni ini sangat efektif dengan siswa
berbakat, karena hal ini adalah media ideal untuk diferensiasi. Selain itu,
sejumlah penelitian telah menemukan bahwa anak yang berbakat mendapat
manfaat dari pengelompokan berdasarkan kemampuan yang sama karena
mereka mampu mengakses lebih banyak pengtahuan dan keterampilan yang
lebih tinggi dan melakukan tugas pemelajaran secara lebih mendalam
menurut Kulik (dalam Sousa. 2012:61).