bab ii kampung kauman dan perkembangan masjid …repository.ump.ac.id/9827/3/irin maulana...

12
32 BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID AGUNG BREBES BESERTA RENOVASINYA A. Sejarah Kampung Kauman dan Masjid Agung Brebes Kampung kauman merupakan nama dari beberapa daerah tertentu di jawa yang banyak dihuni oleh warga muslim yang shaleh. Kampung kauman brebes terletak di sebelah barat alun-alun, lebih tepatnya di belakang Masjid Agung Brebes. Kampung kauman berasal dari kata “kaum beriman”. Kampung kauman brebes melahirkan beberapa generasi emas seperti kyai mustaqi, kyai malawi, kyai bandawi dan pernah salah satu dari kampung kauman menjadi bupati brebes yaitu Kyai Syatori ditahun 1946-1947. Pada tahun 1947-an kampung kauman pernah menjadi dapur umum pada perang mempertahankan kemerdekaan. Kampung kauman terbagi menjadi tiga rukun warga seperti RW 10, RW 11 dan RW 12 adapun profesi warga di RW 10 berprofesi pedagang, RW 11 berprofesi pedagang dan RW 12 berprofesi PNS, dosen, agamis dan lebih banyak di dinas pemda brebes. Kampung kauman brebes memiliki tiga etnis yang pertama etnis Jawa, etnis Tionghoa dan etnis Arab. Etnis Tionghoa lebih tepatnya di RT 01 RW 12, dan etnis Arab di RT 02 RW 12. Perekonomian kampung kauman di RT 03 RW 12 mempunyai kooperasi keuangan untuk membantu warga kampung kauman secara ekonomi (wawancara dengan ibu muslikoh warga kampung kauman dan sebagai dosen IAIN syekh nur jati 21-08-2019). Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

32

BAB II

KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID AGUNG

BREBES BESERTA RENOVASINYA

A. Sejarah Kampung Kauman dan Masjid Agung Brebes

Kampung kauman merupakan nama dari beberapa daerah tertentu di jawa

yang banyak dihuni oleh warga muslim yang shaleh. Kampung kauman brebes

terletak di sebelah barat alun-alun, lebih tepatnya di belakang Masjid Agung

Brebes. Kampung kauman berasal dari kata “kaum beriman”. Kampung

kauman brebes melahirkan beberapa generasi emas seperti kyai mustaqi, kyai

malawi, kyai bandawi dan pernah salah satu dari kampung kauman menjadi

bupati brebes yaitu Kyai Syatori ditahun 1946-1947. Pada tahun 1947-an

kampung kauman pernah menjadi dapur umum pada perang mempertahankan

kemerdekaan. Kampung kauman terbagi menjadi tiga rukun warga seperti RW

10, RW 11 dan RW 12 adapun profesi warga di RW 10 berprofesi pedagang,

RW 11 berprofesi pedagang dan RW 12 berprofesi PNS, dosen, agamis dan

lebih banyak di dinas pemda brebes. Kampung kauman brebes memiliki tiga

etnis yang pertama etnis Jawa, etnis Tionghoa dan etnis Arab. Etnis Tionghoa

lebih tepatnya di RT 01 RW 12, dan etnis Arab di RT 02 RW 12.

Perekonomian kampung kauman di RT 03 RW 12 mempunyai kooperasi

keuangan untuk membantu warga kampung kauman secara ekonomi

(wawancara dengan ibu muslikoh warga kampung kauman dan sebagai dosen

IAIN syekh nur jati 21-08-2019).

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 2: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

33

Pada tahun 1670 daerah Brebes belum menjadi daerah kabupaten yang

berdiri sendiri. Oleh penguasa kerajaan Mataram Amangkurat I, daerah

tersebut masih digabungkan dengan daerah Losari dan Tegal. Pada tanggal 3

September 1677 Wirasuta mendapat surat pengangkatan menjadi Bupati

Brebes yang pertama oleh Sunan Amangkurat I setelah Brebes dipisahkan dari

daerah Losari dan Tegal (Suduri. 2008:6).

Pada tanggal 1 Juli 1809, Kyai Sura Patih dari Krawang diangkat

menjadi Bupati Brebes. Sebagai Bupati yang kelima dengan gelar Raden

Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I. surat pengangkatan di tanda tangani.

Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I dikenal pula sebagai

Khalifatullah Sayidin Panetep Panatagama atau dipanggil Kyai Sura yang

memerintah pada tahun 1809-1836. Raden Adipati Ariya Singasari

Pranatayuda I sangat aktif menyiarkan Agama Islam dan pada akhir

pemerintahan sebaga pemimpin, Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I

membangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid

Agung yang masih baru. Tanah tempat membangun masjid adalah tanah

wakaf dan atas perintah dan kekuasan Bupati. Sebagai pengganti Bupati

Brebes Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I adalah Ariya Singosari

Panatayuda II sampai pada Ariya Singosari Panatayuda III. Setelah itu tidak

ada lagi Bupati Brebes dari keturunan Kerawang (Suduri. 2008:6).

Sejarah Masjid Agung Brebes tidak lepas dengan sejarah Bedug

kembar yang pernah ada didalam masjid tersebut menurut riwayat yang dapat

dipercaya bedug tersebut dari kayu sawo besar yang diambil dari suatu desa

ditepi pantai. Kayu sawo tersebut berjajar dua sehingga desa itu dinamakan

Sawojajar sekarang bedug tersebut tinggal satu sebab satu lainya diserahkan

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 3: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

34

untuk masjid di Kecamatan Jatibarang. Pada Zaman Pemerintah Hindia

Belanda pengurusan dan pemeliharaan Masjid Agung Brebes diurus langsung

oleh kyai penghoeloe landrat sebagai pemimpin agama tertinggi di daerah

kabupaten secara formal. Peranan Masjid Agung Brebes dalam fungsinya

sebagai tempat ibadah dan sarana membentukan akhlaq warga brebes kota dan

sekitarnya sangat besar dari masa ke masa (Suduri. 2018:8).

Masjid Agung Brebes terdapat di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes,

Kabupaten Brebes yang berada di Jl.Ustad Abas No.7, Kauman, Brebes,

Kec.Brebes. Kabupaten Brebes. Di sebelah selatan Masjid Agung Brebes

terdapat Bangunan Pendopo Brebes, di Sebelah Utara terdapat jalan pantura

dan berdekatan dengan bangunan Klenteng Ho Tek Bio, di sebelah Timur

terdapat Alun-alun kota berdampingan dengan Lapas dan juga Pasar

Tradisional, di sebelah barat terdapat kampung kauman yang berdekatan

dengan Sungai Pemali. (Wawancara dengan Mas Rifki pengurus Masjid

Agung Brebes 10-07-2019).

B. Silsilah Pendiri Masjid Agung Brebes (Kanjeng Adipati Ariya Singasari

Panatayuda).

Tokoh sejarah yang membangun Masjid Agung Brebes adalah Ariya

Singosari Pranatayuda I, merupakan Bupati Brebes dari keturunan Kerawang,

menurut Sukadja (2001), Bupati Kerawang yang bernama Dalem Wirasuta

yang bergelar Singaperbangsa IV atau Adipati Panatayuda I adalah pindahan

Galuh Ciancang pada tahun 1656. Dalem Wirasuta diangkat menjadi

Karawang oleh Sunan Amangkurat I dari Mataram untuk menangkap Adipati

Nagara Gong, yang menjadi kepala Kraman yang sering mengacaukan daerah

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 4: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

35

Kerawang. Kemudian, Galuh Ciancang diduduki secara berturut-turut oleh A.)

Dalem Apun Candramerta atau Raden Tumenggung Candramerta ( Kakak

Dalem Wirasuta, 1656-1658), B.) Dalem Demang Sutabaya atau Raden

Adipati Singanagara, adik dari Dalem Wirasuta, 1658-1675, C.) Dalem

Wiranagara atau Raden Tumenggung Warganata (anak Dalem Wirasuta,

1675-1683), D.) Dalem Apun Puspanagara atau Raden Tumenggung

Jiranagara ( anak Dalem Wirasuta, 1683-1685), E.) Pangeran Warganala I (

putra Pangeran Girilaya, menantu Singanagara, 1685-1700), F.) Dalem Apun

Candranagara ( anak Candramerta, 1700-1714) (Priyadi. 2009 :104-109).

Tabel 1. Versi Djadja Sukardja

No. Nama

1. Prabu Pucuk Umun

2. Prabu Haur Kuning

3. Maharaja Cipta Sanghiang

4. Tanduran Ageung (Galuh Kertabumi)

Istri Prabu diMuntur, Rangga Permana

(1505-1602)

Cipta

Permana

(Galuh

Salawe)

Sanghiyang

Permana

(Galuh

Kawasen)

5. Sang Raja Cita (1602-1608)

6. Wiraperbangsa (Singaperbangsa I)

1608-1630

7. Dalem Tambakbaya (Singaperbangsa

II) 1630-1641

8. Dalem Pagergunung (Singaperbangsa

III) 1641-1654

9. Dalem Wirasuta (Singaperbangsa IV)

1654-1656

Adipati Pranatayuda I, Bupati

Karawang pertama sejak 1656

Tabel diatas menggambarkan silsilah Prabu Pucuk Umun hingga Dalem

Wirasuta yang menjadi Bupati pertama Karawang yang pertama. (Sumber

: Priyadi. 2009 : 104-109).

Prabu Pucuk Umun adalah Pendiri Kerajaan Galuh Pangauban di

Putrapinggan (Kalipucang). Pprabu Pucuk Umun adalah Cucu Prabu

Silihwangi. Prabu Pucuk Umun digantikan oleh putranya yang bernama

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 5: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

36

Prabu Haur Kuning. Prabu Haur Kuning mempunyai tiga orang anak, yaitu

(1). Maharaja Upama di Putrapinggan, (2). Maharaja Cipta Sanghiang, (3).

Sareuseupan Agung di Cijulang. Putri Maharaja Cipta Sanghiang yang

bernama Tanduran Ageung yang kawin dengan Rangga Permana (Putra

Prabu Gesan Ulun, Raja Sumedang Larang) mendirikan Kerajaan Galuh

Kertabumi di Banjar. Dua anak yang lain, Cipta permana mendirikan

Kerajaan Galuh Salawe di Cimaragas, sedangkan Sanghiyang Permana

mendirikan Galuh Kawasen di Banjarsari (Priyadi. 2009 :104-109).

Galuh Kertabumi diteruskan oleh (1). Sang Raja Cita (1602-1608),

(2). Wira Perbangsa atau Singaperbangsa I (1608-1630), (3). Dalem

Tambakbaya atau Singaperbangsa II (1630-1641), (4) Dalem Pager

Gunung atau Singaperbangsa III (1641-1654), dan (5). Dalem Wirasuta

atau Raden Adipati Singaperbangsa IV, atau Raden Adipati Pranatayuda I

(1654-1656). Penguasa kelima ini memindahkan kerajaan dari Galuh

Kertabumi di Bojonglopang ke sebelah barat, yaitu Ciancang (Galuh

Ciancang) pada tahun 1654. Pada tahun 1656, Dalem Wirasuta, yang

merupakan menantu Raden Adipati Aria Panji Jayanagara (bupati

Imbanagara pertama) (Sukadja, 2000:23), dipindahkan ke Karawang ( De

Graaf, 1987a:144) (Priyadi. 2009 :104-109).

Dengan demikian, Bupati-bupati Karawang mempunyai hubungan

kekerabatan dengan Kerajaan Galuh Kertabumi dan Maharaja Cipta

Sanghiang dari Galuh (Hardjasaputra, 2005:74). Selanjutnya, dari

Karawang berelasi dengan Brebes.

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 6: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

37

Naskah Sejarah Karawang yang merupakan koleksi Jawa Barat.

Naskah yang berbahasa Sunda setebal 11 halaman ditulis di Karawang

Pada tahun 1968 oleh Joesup Soeriasapoetra. Teks berisi para leluhur yang

pernah berkuasa di Karawang dari Dalem Panatayuda (Dalem Wirasuta)

yang merupakan keturunan Galuh. Dalem Wirasuta adalah Bupati

Karawang yang pertama yang diakhiri Dalem Gandanagara yang

mengajukan pengunduran diri pada tahun 1925 (Ekadjati & Darsa, 1999:

106). Teks diatas juga menceritakan bahwa pada generasi kelima, yaitu

Raden Singasari atau Panatayuda V dipindahkan menjadi Bupati Brebes

pada tahun 1809 dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I. dengan

demikian, teks versi sukardja mempunyai kesinambungan dengan Sejarah

Karawang. Priyadi (2009:104-109).

Tabel 2. Versi Sajarah Karawang

No. Nama

1. Prabu Haur Kuning

2. Maharaja Cipta

Sanghiang

3. Dewi Tanduran Ageung

(Adipati Kertabumi I)

Prabu Cipta Permana

4. Maraja Cipta (Kertabumi

II)

Singaperbangsa

(Kerta Bumi III)

Dipati Panaekan

5. Singaperbangsa

(Raden

Pagergunung)

Kerta Bumi IV

Dipati Banaraga

6. Singaperbangsa

Kerta Bumi V

Dalem Panji

Jayanagara

7. Wirasuta

(Panatayuda I)

Bupati Karawang

pertama (1678-

1721)

1. R.Anggapraja

2. R, Angganaya

3. Ajeng Galuh (Istri

Dalem Wirasuta)

8. Dalem Panatayuda

II, Karawang II

(1721-1732)

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 7: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

38

9. Dalem Panatayuda

III (1732-1752)

10. Dalem Panatayuda

IV (Apun Balon)

Karawang IV

(1752-1783)

Raden Singanagara

11. Raden Ayu

Singasari

Raden Singasari

(Panatayuda V) 1783-

1809

Pindah ke Brebes

tahun 1809 : Dalem

Singasari Panatayuda I

12. Dalem Singasari

Panatayuda II

(mempunyai 3 orang

adik, yaitu Ajeng

Rajakusumah, Raden

Jayanagara, dan Raden

Puspanagara)

13. Dalem Singasari

Panatayuda III

Tabel 2. Menggambarkan silsilah pendiri masjid Raden Ariya Singasari

Panatayuda I dari Karawang (Sumber : Priyadi. 2009 :104-109).

Gambar 1: Bupati Brebes, Ariya Singasari Pranatayuda I. 1809-

1836

(Sumber : Priyadi. 2009 :104-109).

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 8: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

39

C. Renovasi Pertama Pada Tahun 1931-1942 dan Kedua Pada Tahun 1979-

1989

Renovasi Pertama Masjid Agung peninggalan Bupati Raden Adipati

Ariya Singasari Panatayuda I yang masih sederhana sering ditimpa banjir dari

luapan sungai pemali maka sejalan dengan dengan pembangunan tanggul yang

baru selesai pada tahun 1932-1933 oleh Bupati Raden Adipati Ariya Sutirta

Pringgahaditirta yang memrintah 1931-1942, Masjid Agung ini diratakan

dengan tanah kemudian dibangun lagi, sesuai dengan prasasti yang terdapat di

tembok masjid agung. “Saking hada-hada nipoen Bupati Raden

Toemenggoeng Soetirto Pringgohadirtirto Kabangoen malih hing hungsoem

1932 AD”. Ditempat yang sama dan diperluas 2162m2

dan ditinggikan

pondasinya agar tidak kebanjiran lagi. Bangunan yang kuat karena ditopang

kayu jati pilihan yang bisa kita saksikan pada masa ini.

Gambar 1.1: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 1933

(Sumber : Arsip Dokumentasi Masjid Agung Brebes)

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 9: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

40

Renovasi Kedua Masjid Agung peninggalan Bupati Raden Adipati

Ariya Sutirta Pringgahadinata yang telah berusia 35 tahun sudah tidak indah

lagi terutama bagian depan maka pada tahun 1977 dibawah kepemimpinan

Bupati Sartono Gondo Suwandito, SH. Ia memerintah pada tahun 1967-1979

dibentuk panitia pemugaran Masjid Agung Brebes. Namun pelaksanaan

peletakan batu pertama pemugaran baru terlaksana pada tanggal 20 Desember

1979 oleh Bupati KHD TK II Kabupaten Brebes Bapak H. Syafrul Supardi

yang memerintah pada tahun 1979-1989 dengan biaya Rp.112 juta,

pemugaran masjid selesai. Peresmian dilakukan sendiri oleh Bapak Gubernur

KDH TK I Jawa Tengah Bapak H. M Ismail pada tanggal 20 Maret 1984.

Panitia pemugaran diketuai Drs.Solikhin selaku sekretaris daerah dan

sekretaris Drs. H. Moh. Soffan selaku kabag kesra Kabupaten Brebes (Suduri.

2008:9).

Gambar 1.3: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 1957

(Sumber : Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Brebes)

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 10: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

41

D. Renovasi Ketiga Pada Tahun 2007-2010

Perjalanan Masjid Agung Brebes yang berdiri pada tahun 1836 sampai

dengan zaman kemerdekaan dan renovasi mengalami beberapa pemugaran,

pemugaran atau renovasi ketiga diawali dari kunjungan kerja Kepala Kantor

Wilayah Departemen Agama Jawa Tengah Bapak Drs. H. Habib Thoha ke

kantor Agama Kabupaten Brebes pada tahun 2006. Peninjuan dilakukan untuk

memperhatikan seluruh sudut Masjid Agung Brebes. Kakanwil Departemen

Agama Provinsi Jawa Tengah melakukan koordinasi dengan Kakanwil

Departemen Agama Kabupaten Brebes untuk merehab Masjid Agung Brebes

ini agar lebih luas (Suduri. 2008:10).

Pengurus Masjid Agung Brebes yang diketuai Bapak Drs. H. Rosyidi

segera menggelar musyawarah untuk merespon saran dari Kakanwil

Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah. Dalam beberapa pertemuan

akhirnya diputuskan bahwa saran Kakanwil Departemen Agama Provinsi

Jawa Tengah ini harus dibawa dan diserahkan kepada kebijakan Pemerintah

daerah. Hasil konsultasi pengurus Masjid Agung Brebes yang difasilitasi

Kakanwil Departemen Agama Kabupaten Brebes, pemerintah menyambut

sangat positif dan setuju dengan saran tersebut dengan pemerintah daerah

sebagai pelaksana (Suduri. 2008:10).

Kemudian dibentuklah panitia rehab Masjid Agung Brebes , sekretaris

daerah Drs. Bambang Muryanto dengan surat keputusan Bupati Indra

Kusuma, Sos. Dengan nomor 45/35/II/2006 Sebagai ketua dibantu dengan

dinas-dinas terkait. Setelah beberapa pertemuan antara pengurus Masjid

Agung Brebes dengan panitia pada hari Rabu 2 Mei 2007 bertepatan pada

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 11: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

42

Hari Pendidikan Nasional, Bupati berkenan meletakan batu pertama sebagai

tanda dimulainya rehab Masjid Agung Brebes yang di awlai pengajian akbar

dengan pembicara Mubaligh dari pekalongan. Dana rehab disediakan

Pemerintah Daerah sebesar Rp.1.000.000.000,- dengan himbauan masyarakat

muslim ikut bersedekah demi selesainya rehab ini. Mendengar himbauan ini

banyak dari masyakarat berinfaq baik perorangan maupun organisasi. Dalam

rehab sebagian dari bangunan lama, pada peninggalan dari Bupati

Tremenggoeng Soetirso Pringgahardito tahun 1932 berbentuk joglo tetap

dipertahankan. Bangunan lama seperti mimbar, migrhab sampai keatas tetap

dipertahankan seperti bentuk semula, hanya samping kanan dan kiri dinding

tembok ditinggikan 1 meter, sehingga rehap total bagian depan masjid dengan

penambahan fasilitas dengan dijadikan dua lantai. Fasilitas lain adalah tempat

wudhu yang bersih dan lancer, perpustakaan masjid juga disediakan. Masjid

Agung Brebes bisa menampung sekitar 3500 orang (Suduri. 2008:11)

Gambar 1.4: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 2006 sebelum

direnovasi.

(Sumber: Dinas Arsip dan Perputakaan Kabupaten Brebes).

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019

Page 12: BAB II KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID …repository.ump.ac.id/9827/3/Irin Maulana Bahtiar_BAB II.pdfmembangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung

43

Masjid Agung Brebes termasuk bangunan tua di wilayah Brebes dan

masuk dalam catatan cagar budaya, bangunan masjid ini salah satunya

menggunakan marmer yang diimpor dari Spanyol dan Italia dibelinya dengan

harga Rp.800.000,- per meter, sedangkan untuk lantai Rp.300.000,- per meter

dengan bantuan dari arsitek Ir. Yahya dari PT Atelier 6 Jakarta yang juga

pernah mengerjakan masjid agung jawa tengah (Arsip MAB 2010).

Pada tahum 2015 didalam perkembangnya Masjid Agung Brebes,

Kementrian Agama serta Kabupaten Brebes telah mendapatkan juara tingkat

nasional. Dengan surat keputusan nomor 01/DPM.MA/XI/2015, yang

menyatakan Masjid Agung Brebes mendapat juara dua tingkat nasional

kategori Masjid Agung Percontohan Riayah (Pemeliharaan dan arsitek) (Arsip

MAB 2015).

Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019