bab ii kampung kauman dan perkembangan masjid …repository.ump.ac.id/9827/3/irin maulana...
TRANSCRIPT
32
BAB II
KAMPUNG KAUMAN DAN PERKEMBANGAN MASJID AGUNG
BREBES BESERTA RENOVASINYA
A. Sejarah Kampung Kauman dan Masjid Agung Brebes
Kampung kauman merupakan nama dari beberapa daerah tertentu di jawa
yang banyak dihuni oleh warga muslim yang shaleh. Kampung kauman brebes
terletak di sebelah barat alun-alun, lebih tepatnya di belakang Masjid Agung
Brebes. Kampung kauman berasal dari kata “kaum beriman”. Kampung
kauman brebes melahirkan beberapa generasi emas seperti kyai mustaqi, kyai
malawi, kyai bandawi dan pernah salah satu dari kampung kauman menjadi
bupati brebes yaitu Kyai Syatori ditahun 1946-1947. Pada tahun 1947-an
kampung kauman pernah menjadi dapur umum pada perang mempertahankan
kemerdekaan. Kampung kauman terbagi menjadi tiga rukun warga seperti RW
10, RW 11 dan RW 12 adapun profesi warga di RW 10 berprofesi pedagang,
RW 11 berprofesi pedagang dan RW 12 berprofesi PNS, dosen, agamis dan
lebih banyak di dinas pemda brebes. Kampung kauman brebes memiliki tiga
etnis yang pertama etnis Jawa, etnis Tionghoa dan etnis Arab. Etnis Tionghoa
lebih tepatnya di RT 01 RW 12, dan etnis Arab di RT 02 RW 12.
Perekonomian kampung kauman di RT 03 RW 12 mempunyai kooperasi
keuangan untuk membantu warga kampung kauman secara ekonomi
(wawancara dengan ibu muslikoh warga kampung kauman dan sebagai dosen
IAIN syekh nur jati 21-08-2019).
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
33
Pada tahun 1670 daerah Brebes belum menjadi daerah kabupaten yang
berdiri sendiri. Oleh penguasa kerajaan Mataram Amangkurat I, daerah
tersebut masih digabungkan dengan daerah Losari dan Tegal. Pada tanggal 3
September 1677 Wirasuta mendapat surat pengangkatan menjadi Bupati
Brebes yang pertama oleh Sunan Amangkurat I setelah Brebes dipisahkan dari
daerah Losari dan Tegal (Suduri. 2008:6).
Pada tanggal 1 Juli 1809, Kyai Sura Patih dari Krawang diangkat
menjadi Bupati Brebes. Sebagai Bupati yang kelima dengan gelar Raden
Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I. surat pengangkatan di tanda tangani.
Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I dikenal pula sebagai
Khalifatullah Sayidin Panetep Panatagama atau dipanggil Kyai Sura yang
memerintah pada tahun 1809-1836. Raden Adipati Ariya Singasari
Pranatayuda I sangat aktif menyiarkan Agama Islam dan pada akhir
pemerintahan sebaga pemimpin, Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I
membangun masjid pada tahun 1836 yang kemudian dikenal dengan Masjid
Agung yang masih baru. Tanah tempat membangun masjid adalah tanah
wakaf dan atas perintah dan kekuasan Bupati. Sebagai pengganti Bupati
Brebes Raden Adipati Ariya Singasari Pranatayuda I adalah Ariya Singosari
Panatayuda II sampai pada Ariya Singosari Panatayuda III. Setelah itu tidak
ada lagi Bupati Brebes dari keturunan Kerawang (Suduri. 2008:6).
Sejarah Masjid Agung Brebes tidak lepas dengan sejarah Bedug
kembar yang pernah ada didalam masjid tersebut menurut riwayat yang dapat
dipercaya bedug tersebut dari kayu sawo besar yang diambil dari suatu desa
ditepi pantai. Kayu sawo tersebut berjajar dua sehingga desa itu dinamakan
Sawojajar sekarang bedug tersebut tinggal satu sebab satu lainya diserahkan
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
34
untuk masjid di Kecamatan Jatibarang. Pada Zaman Pemerintah Hindia
Belanda pengurusan dan pemeliharaan Masjid Agung Brebes diurus langsung
oleh kyai penghoeloe landrat sebagai pemimpin agama tertinggi di daerah
kabupaten secara formal. Peranan Masjid Agung Brebes dalam fungsinya
sebagai tempat ibadah dan sarana membentukan akhlaq warga brebes kota dan
sekitarnya sangat besar dari masa ke masa (Suduri. 2018:8).
Masjid Agung Brebes terdapat di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes,
Kabupaten Brebes yang berada di Jl.Ustad Abas No.7, Kauman, Brebes,
Kec.Brebes. Kabupaten Brebes. Di sebelah selatan Masjid Agung Brebes
terdapat Bangunan Pendopo Brebes, di Sebelah Utara terdapat jalan pantura
dan berdekatan dengan bangunan Klenteng Ho Tek Bio, di sebelah Timur
terdapat Alun-alun kota berdampingan dengan Lapas dan juga Pasar
Tradisional, di sebelah barat terdapat kampung kauman yang berdekatan
dengan Sungai Pemali. (Wawancara dengan Mas Rifki pengurus Masjid
Agung Brebes 10-07-2019).
B. Silsilah Pendiri Masjid Agung Brebes (Kanjeng Adipati Ariya Singasari
Panatayuda).
Tokoh sejarah yang membangun Masjid Agung Brebes adalah Ariya
Singosari Pranatayuda I, merupakan Bupati Brebes dari keturunan Kerawang,
menurut Sukadja (2001), Bupati Kerawang yang bernama Dalem Wirasuta
yang bergelar Singaperbangsa IV atau Adipati Panatayuda I adalah pindahan
Galuh Ciancang pada tahun 1656. Dalem Wirasuta diangkat menjadi
Karawang oleh Sunan Amangkurat I dari Mataram untuk menangkap Adipati
Nagara Gong, yang menjadi kepala Kraman yang sering mengacaukan daerah
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
35
Kerawang. Kemudian, Galuh Ciancang diduduki secara berturut-turut oleh A.)
Dalem Apun Candramerta atau Raden Tumenggung Candramerta ( Kakak
Dalem Wirasuta, 1656-1658), B.) Dalem Demang Sutabaya atau Raden
Adipati Singanagara, adik dari Dalem Wirasuta, 1658-1675, C.) Dalem
Wiranagara atau Raden Tumenggung Warganata (anak Dalem Wirasuta,
1675-1683), D.) Dalem Apun Puspanagara atau Raden Tumenggung
Jiranagara ( anak Dalem Wirasuta, 1683-1685), E.) Pangeran Warganala I (
putra Pangeran Girilaya, menantu Singanagara, 1685-1700), F.) Dalem Apun
Candranagara ( anak Candramerta, 1700-1714) (Priyadi. 2009 :104-109).
Tabel 1. Versi Djadja Sukardja
No. Nama
1. Prabu Pucuk Umun
2. Prabu Haur Kuning
3. Maharaja Cipta Sanghiang
4. Tanduran Ageung (Galuh Kertabumi)
Istri Prabu diMuntur, Rangga Permana
(1505-1602)
Cipta
Permana
(Galuh
Salawe)
Sanghiyang
Permana
(Galuh
Kawasen)
5. Sang Raja Cita (1602-1608)
6. Wiraperbangsa (Singaperbangsa I)
1608-1630
7. Dalem Tambakbaya (Singaperbangsa
II) 1630-1641
8. Dalem Pagergunung (Singaperbangsa
III) 1641-1654
9. Dalem Wirasuta (Singaperbangsa IV)
1654-1656
Adipati Pranatayuda I, Bupati
Karawang pertama sejak 1656
Tabel diatas menggambarkan silsilah Prabu Pucuk Umun hingga Dalem
Wirasuta yang menjadi Bupati pertama Karawang yang pertama. (Sumber
: Priyadi. 2009 : 104-109).
Prabu Pucuk Umun adalah Pendiri Kerajaan Galuh Pangauban di
Putrapinggan (Kalipucang). Pprabu Pucuk Umun adalah Cucu Prabu
Silihwangi. Prabu Pucuk Umun digantikan oleh putranya yang bernama
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
36
Prabu Haur Kuning. Prabu Haur Kuning mempunyai tiga orang anak, yaitu
(1). Maharaja Upama di Putrapinggan, (2). Maharaja Cipta Sanghiang, (3).
Sareuseupan Agung di Cijulang. Putri Maharaja Cipta Sanghiang yang
bernama Tanduran Ageung yang kawin dengan Rangga Permana (Putra
Prabu Gesan Ulun, Raja Sumedang Larang) mendirikan Kerajaan Galuh
Kertabumi di Banjar. Dua anak yang lain, Cipta permana mendirikan
Kerajaan Galuh Salawe di Cimaragas, sedangkan Sanghiyang Permana
mendirikan Galuh Kawasen di Banjarsari (Priyadi. 2009 :104-109).
Galuh Kertabumi diteruskan oleh (1). Sang Raja Cita (1602-1608),
(2). Wira Perbangsa atau Singaperbangsa I (1608-1630), (3). Dalem
Tambakbaya atau Singaperbangsa II (1630-1641), (4) Dalem Pager
Gunung atau Singaperbangsa III (1641-1654), dan (5). Dalem Wirasuta
atau Raden Adipati Singaperbangsa IV, atau Raden Adipati Pranatayuda I
(1654-1656). Penguasa kelima ini memindahkan kerajaan dari Galuh
Kertabumi di Bojonglopang ke sebelah barat, yaitu Ciancang (Galuh
Ciancang) pada tahun 1654. Pada tahun 1656, Dalem Wirasuta, yang
merupakan menantu Raden Adipati Aria Panji Jayanagara (bupati
Imbanagara pertama) (Sukadja, 2000:23), dipindahkan ke Karawang ( De
Graaf, 1987a:144) (Priyadi. 2009 :104-109).
Dengan demikian, Bupati-bupati Karawang mempunyai hubungan
kekerabatan dengan Kerajaan Galuh Kertabumi dan Maharaja Cipta
Sanghiang dari Galuh (Hardjasaputra, 2005:74). Selanjutnya, dari
Karawang berelasi dengan Brebes.
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
37
Naskah Sejarah Karawang yang merupakan koleksi Jawa Barat.
Naskah yang berbahasa Sunda setebal 11 halaman ditulis di Karawang
Pada tahun 1968 oleh Joesup Soeriasapoetra. Teks berisi para leluhur yang
pernah berkuasa di Karawang dari Dalem Panatayuda (Dalem Wirasuta)
yang merupakan keturunan Galuh. Dalem Wirasuta adalah Bupati
Karawang yang pertama yang diakhiri Dalem Gandanagara yang
mengajukan pengunduran diri pada tahun 1925 (Ekadjati & Darsa, 1999:
106). Teks diatas juga menceritakan bahwa pada generasi kelima, yaitu
Raden Singasari atau Panatayuda V dipindahkan menjadi Bupati Brebes
pada tahun 1809 dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I. dengan
demikian, teks versi sukardja mempunyai kesinambungan dengan Sejarah
Karawang. Priyadi (2009:104-109).
Tabel 2. Versi Sajarah Karawang
No. Nama
1. Prabu Haur Kuning
2. Maharaja Cipta
Sanghiang
3. Dewi Tanduran Ageung
(Adipati Kertabumi I)
Prabu Cipta Permana
4. Maraja Cipta (Kertabumi
II)
Singaperbangsa
(Kerta Bumi III)
Dipati Panaekan
5. Singaperbangsa
(Raden
Pagergunung)
Kerta Bumi IV
Dipati Banaraga
6. Singaperbangsa
Kerta Bumi V
Dalem Panji
Jayanagara
7. Wirasuta
(Panatayuda I)
Bupati Karawang
pertama (1678-
1721)
1. R.Anggapraja
2. R, Angganaya
3. Ajeng Galuh (Istri
Dalem Wirasuta)
8. Dalem Panatayuda
II, Karawang II
(1721-1732)
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
38
9. Dalem Panatayuda
III (1732-1752)
10. Dalem Panatayuda
IV (Apun Balon)
Karawang IV
(1752-1783)
Raden Singanagara
11. Raden Ayu
Singasari
Raden Singasari
(Panatayuda V) 1783-
1809
Pindah ke Brebes
tahun 1809 : Dalem
Singasari Panatayuda I
12. Dalem Singasari
Panatayuda II
(mempunyai 3 orang
adik, yaitu Ajeng
Rajakusumah, Raden
Jayanagara, dan Raden
Puspanagara)
13. Dalem Singasari
Panatayuda III
Tabel 2. Menggambarkan silsilah pendiri masjid Raden Ariya Singasari
Panatayuda I dari Karawang (Sumber : Priyadi. 2009 :104-109).
Gambar 1: Bupati Brebes, Ariya Singasari Pranatayuda I. 1809-
1836
(Sumber : Priyadi. 2009 :104-109).
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
39
C. Renovasi Pertama Pada Tahun 1931-1942 dan Kedua Pada Tahun 1979-
1989
Renovasi Pertama Masjid Agung peninggalan Bupati Raden Adipati
Ariya Singasari Panatayuda I yang masih sederhana sering ditimpa banjir dari
luapan sungai pemali maka sejalan dengan dengan pembangunan tanggul yang
baru selesai pada tahun 1932-1933 oleh Bupati Raden Adipati Ariya Sutirta
Pringgahaditirta yang memrintah 1931-1942, Masjid Agung ini diratakan
dengan tanah kemudian dibangun lagi, sesuai dengan prasasti yang terdapat di
tembok masjid agung. “Saking hada-hada nipoen Bupati Raden
Toemenggoeng Soetirto Pringgohadirtirto Kabangoen malih hing hungsoem
1932 AD”. Ditempat yang sama dan diperluas 2162m2
dan ditinggikan
pondasinya agar tidak kebanjiran lagi. Bangunan yang kuat karena ditopang
kayu jati pilihan yang bisa kita saksikan pada masa ini.
Gambar 1.1: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 1933
(Sumber : Arsip Dokumentasi Masjid Agung Brebes)
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
40
Renovasi Kedua Masjid Agung peninggalan Bupati Raden Adipati
Ariya Sutirta Pringgahadinata yang telah berusia 35 tahun sudah tidak indah
lagi terutama bagian depan maka pada tahun 1977 dibawah kepemimpinan
Bupati Sartono Gondo Suwandito, SH. Ia memerintah pada tahun 1967-1979
dibentuk panitia pemugaran Masjid Agung Brebes. Namun pelaksanaan
peletakan batu pertama pemugaran baru terlaksana pada tanggal 20 Desember
1979 oleh Bupati KHD TK II Kabupaten Brebes Bapak H. Syafrul Supardi
yang memerintah pada tahun 1979-1989 dengan biaya Rp.112 juta,
pemugaran masjid selesai. Peresmian dilakukan sendiri oleh Bapak Gubernur
KDH TK I Jawa Tengah Bapak H. M Ismail pada tanggal 20 Maret 1984.
Panitia pemugaran diketuai Drs.Solikhin selaku sekretaris daerah dan
sekretaris Drs. H. Moh. Soffan selaku kabag kesra Kabupaten Brebes (Suduri.
2008:9).
Gambar 1.3: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 1957
(Sumber : Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Brebes)
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
41
D. Renovasi Ketiga Pada Tahun 2007-2010
Perjalanan Masjid Agung Brebes yang berdiri pada tahun 1836 sampai
dengan zaman kemerdekaan dan renovasi mengalami beberapa pemugaran,
pemugaran atau renovasi ketiga diawali dari kunjungan kerja Kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama Jawa Tengah Bapak Drs. H. Habib Thoha ke
kantor Agama Kabupaten Brebes pada tahun 2006. Peninjuan dilakukan untuk
memperhatikan seluruh sudut Masjid Agung Brebes. Kakanwil Departemen
Agama Provinsi Jawa Tengah melakukan koordinasi dengan Kakanwil
Departemen Agama Kabupaten Brebes untuk merehab Masjid Agung Brebes
ini agar lebih luas (Suduri. 2008:10).
Pengurus Masjid Agung Brebes yang diketuai Bapak Drs. H. Rosyidi
segera menggelar musyawarah untuk merespon saran dari Kakanwil
Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah. Dalam beberapa pertemuan
akhirnya diputuskan bahwa saran Kakanwil Departemen Agama Provinsi
Jawa Tengah ini harus dibawa dan diserahkan kepada kebijakan Pemerintah
daerah. Hasil konsultasi pengurus Masjid Agung Brebes yang difasilitasi
Kakanwil Departemen Agama Kabupaten Brebes, pemerintah menyambut
sangat positif dan setuju dengan saran tersebut dengan pemerintah daerah
sebagai pelaksana (Suduri. 2008:10).
Kemudian dibentuklah panitia rehab Masjid Agung Brebes , sekretaris
daerah Drs. Bambang Muryanto dengan surat keputusan Bupati Indra
Kusuma, Sos. Dengan nomor 45/35/II/2006 Sebagai ketua dibantu dengan
dinas-dinas terkait. Setelah beberapa pertemuan antara pengurus Masjid
Agung Brebes dengan panitia pada hari Rabu 2 Mei 2007 bertepatan pada
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
42
Hari Pendidikan Nasional, Bupati berkenan meletakan batu pertama sebagai
tanda dimulainya rehab Masjid Agung Brebes yang di awlai pengajian akbar
dengan pembicara Mubaligh dari pekalongan. Dana rehab disediakan
Pemerintah Daerah sebesar Rp.1.000.000.000,- dengan himbauan masyarakat
muslim ikut bersedekah demi selesainya rehab ini. Mendengar himbauan ini
banyak dari masyakarat berinfaq baik perorangan maupun organisasi. Dalam
rehab sebagian dari bangunan lama, pada peninggalan dari Bupati
Tremenggoeng Soetirso Pringgahardito tahun 1932 berbentuk joglo tetap
dipertahankan. Bangunan lama seperti mimbar, migrhab sampai keatas tetap
dipertahankan seperti bentuk semula, hanya samping kanan dan kiri dinding
tembok ditinggikan 1 meter, sehingga rehap total bagian depan masjid dengan
penambahan fasilitas dengan dijadikan dua lantai. Fasilitas lain adalah tempat
wudhu yang bersih dan lancer, perpustakaan masjid juga disediakan. Masjid
Agung Brebes bisa menampung sekitar 3500 orang (Suduri. 2008:11)
Gambar 1.4: Bangunan Masjid Agung Brebes pada tahun 2006 sebelum
direnovasi.
(Sumber: Dinas Arsip dan Perputakaan Kabupaten Brebes).
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019
43
Masjid Agung Brebes termasuk bangunan tua di wilayah Brebes dan
masuk dalam catatan cagar budaya, bangunan masjid ini salah satunya
menggunakan marmer yang diimpor dari Spanyol dan Italia dibelinya dengan
harga Rp.800.000,- per meter, sedangkan untuk lantai Rp.300.000,- per meter
dengan bantuan dari arsitek Ir. Yahya dari PT Atelier 6 Jakarta yang juga
pernah mengerjakan masjid agung jawa tengah (Arsip MAB 2010).
Pada tahum 2015 didalam perkembangnya Masjid Agung Brebes,
Kementrian Agama serta Kabupaten Brebes telah mendapatkan juara tingkat
nasional. Dengan surat keputusan nomor 01/DPM.MA/XI/2015, yang
menyatakan Masjid Agung Brebes mendapat juara dua tingkat nasional
kategori Masjid Agung Percontohan Riayah (Pemeliharaan dan arsitek) (Arsip
MAB 2015).
Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019