bab ii kebugaran jasmani

Upload: dias

Post on 02-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    1/17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Lanjut Usia

    1. Pengertian Lanjut Usia

    Menurut UU No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang

    Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud dengan lanjut usia

    adalah sesorang yang telah berusia 60 tahun keatas. Lanjut usia

    merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan dan tahap

    perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu dan

    suatu proses yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).

    Menua atau menjadi tua merupakan suatu proses

    menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

    memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan fungsi

    normalnya sehingga tubuh tidak dapat bertahan terhadap infeksi

    dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2009).

    2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

    Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia

    meliputi usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45 sampai 59

    tahun, lanjut usia (elderly) yaitu antara 60-74 tahun, lanjut usia tua

    (old) yaitu antara 76-90 tahun, usia sangat tua (very old) yaitu

    diatas 90 tahun (Nugroho, 2009)

    Menurut Notoatmodjo (2007) batasan penduduk lanjut usia

    dapat dilihat melalui beberapa aspek, yaitu :

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    2/17

    a.

    Aspek biologi

    Penduduk yang telah menjalani proses penuaan dalam arti

    menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin

    rentannya tubuh terhadap serangan penyakit yang dapat

    menimbulkan kematian.

    b. Aspek ekonomi

    Penduduk lanjut usia dipandang sebagai beban dari pada

    potensi sumber daya bagi pembangunan. Dikarenakan sudah

    tidak produktif ataupun masih produktif namun

    produktivitasnya telah berkurang.

    c. Aspek sosial

    Menurut pandangan sosial lanjut usia merupakan kelompok

    sosial tersendiri. Di Indonesia lanjut usia menduduki kelas

    sosial yang tinggi yang dihormati oleh masyarakat yang lebih

    muda.

    d. Aspek umur

    Departemen kesehatan membuat pengelompokan untuk lanjut

    usia, yaitu :

    a.

    Kelompok pertengahan umum

    Kelompok usia dalam masa virilitas yaitu usia 45-54 tahun.

    b. Kelompok usia lanjut dini

    Kelompok usia dalam masa prasenium yaitu usia 55-64

    tahun.

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    3/17

    c.

    Kelompok usia lanjut

    Kelompok usia dalam masa senium yaitu usia 65 tahun

    keatas.

    d. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi

    Kelompok usia lanjut yang telah berusia 70 tahun ke atas

    atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil,

    menderita penyakit berat atau cacat.

    3. Proses Penuaan

    Proses penuaan dalam bahasa latin disebut dengan senescene

    yang artinya tumbuh menjadi tua. Proses penuaan merupakan

    siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya

    fungsi dari berbagai organ tubuh seperti sistem kardiovaskuler dan

    pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

    sebagainya (Hawari, 2007).

    Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan

    terhentinya fungsi berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi

    tersebut menimbulkan berbagai macam tanda dan gejala dari

    proses penuaan, yang dapat dibagi menjadi dua bagian

    (Pangkahila, 2007), yaitu :

    a. Tanda Fisik

    Tanda fisik yang menunjukkan proses penuaan adalah

    menurunnya massa otot, meningkatnya lemak tubuh, kulit

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    4/17

    berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual terganggu,

    kemampuan kerja menurun dan sering sakit tulang.

    b. Tanda Psikis

    Tanda psikis dari proses penuaan adalah menurunnya gairah

    hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, dan

    merasa tidak berarti lagi.

    Saat proses menua berlangsung akan tejadi perubahan-

    perubahan struktural didalam tubuh yang merupakan proses

    degeneratif. Misalnya sel-sel didalam tubuh mengecil atau

    komposisi sel pembentukan jaringan ikat baru mengagantikan sel-

    sel yang menghilang dengan akibat timbulnya kemunduran fungsi

    organ-organ tubuh. Kemunduran fungsi organ-organ tubuh yang

    terjadi karena proses menua (Bandiyah, 2009), diantaranya :

    1. Kulit

    Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis yang

    menyebabkan fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan

    dan perisai terhadap masuknya kuman akan terganggu.

    2. Rambut

    Rambut menjadi rontok, berwarna putih, kering dan tidak

    mengkilat.

    3. Otot

    Jumlah sel otot didalam tubuh akan berkurang, ukurannya

    antrofil, volume otot menyusut sedangkan jumlah jaringan ikat

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    5/17

    bertambah yang menyebabkan fungsi dari otot yang menurun

    dan kekuatannya berkurang.

    4. Jantung dan pembuluh darah

    Pada lanjut usia jantung kekuatan jantung untuk memompa

    darah akan berkurang. Pembuluh darah yang terdapat di

    jantung dan otak akan mengalami kekakuan. Lapisan intim

    menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus,

    kadar kolesterol tinggi yang dapat menimbulkan penggumpalan

    darah dan trombosis.

    5.

    Tulang

    Kadar kapur (kalsium) saat proses menua akan berkurang yang

    menyebabkan tulang menjadi kropos (osteoporosis) dan mudah

    patah.

    6. Seks

    Bertambahnya umur akan menyebabkan produksi hormon seks

    pada pria dan wanita menurun.

    4. Tipe Lansia

    Lansia dapat dibagi menjadi beberapa tipe yang dipengaruhi

    oleh karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental

    sosial dan ekonomi (Maryam, 2008).

    Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

    a. Tipe arif bijaksana

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    6/17

    Kaya dengan hikmah, pengalaman, dapat menyesuaikan diri

    dengan perubahan, memiliki kesibukan, ramah, rendah hati,

    sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi

    panutan.

    b. Tipe Mandiri

    Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif

    dalam menjadi pekerjaan, bergaul dengan teman, dan

    memenuhi undangan.

    c.

    Tipe tidak puas

    Mudah marah dikarenakan konflik bati yang menentang proses

    penuaan, tidak sabaran, mudah tersinggung, sulit dilayani,

    pengkritik, dan banyak menuntut.

    d.

    Tipe pasrah

    Menerima dan menunggu nasip, mengikuti kegiatan agama dan

    melakukan pekerjaan apa saja.

    e. Tipe bingung

    Mengasingkan diri, minder, menyesal, kehilangan kepribadian,

    pasif dan acuh tak acuh.

    B. Kebugaran Jasmani

    1. Pengertian Kebugaran Jasmani

    Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk

    menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologis

    terhadap keadaan lingkungan dan atau fisik secara efisien tanpa

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    7/17

    lelah berlebihan. Oleh karena itu tubuh masih dapat melakukan

    kegiatan-kegiatan yang sifatnya rekreatif dan telah mengalami

    pemulihan yang sempurna sebelum datangnnya tugas yang sama

    pada esok harinya (Lutan, 2002).

    Kebugaran adalah seseorang yang dalam keadaan sehat dan

    memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari

    dengan baik dan sigap, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

    dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati kerja di

    waktu senggang serta masih dapat melakukan tugas-tugas fisik

    tambahan yang mendadak dengan baik (Wirakusumah, 2002).

    Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan meliputi

    kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang

    memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas (Lutan. 2002),

    antara lain :

    1. Daya tahan jantung-paru untuk berfungsi secara optimal saat

    melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu cukup lama tanpa

    mengalami kelelahan yang berarti.

    2.

    Daya tahan otot dimana sekelompok otot melakukan kontraksi

    yang berulang-ulang terhadap suatu beban sub maksimal dalam

    jangka waktu tertentu.

    3. Kekuatan otot yang merupakan tenaga, daya atau tegangan

    yang dapat dihasilkan oleh otot saat kontraksi dengan beban

    maksimal.

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    8/17

    Kebugaran dapat dicapai oleh lanjut usia melalui sebuah

    kombinasi dari latihan teratur dan kemampuan yang melekat pada

    seseorang. Kebugaran erat kaitannya dengan keseimbangan,

    koordinasi, kecepatan, dan waktu reaksi (Lutan, 2002).

    2. Manfaat Kebugaran Jasmani

    Manfaat dari olahraga pada usia lanjut antara lain adalah

    olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan keuntungan,

    antara lain status kardiovaskuler, resiko fraktur, abilitas fungsional

    dan proses mental. Latihan dan olahraga yang dilakukan oleh

    lanjut usia harus harus disesuaikan dengan inidividu yang

    melakukan latihan tersebut. Latihan atau olahraga dapat dilakukan

    dengan latihan menahan beban (weight bearing exercises) yang

    intensif misalnya berjalan yang merupakan latihan yang paling

    bermanfaat, aman, murah dan mudah untuk dilakukan oleh lanjut

    usia. Sedikit perubahan kebugaran jasmani yang terjadi apabila

    latihan tersebut dilakukan kurang dari 3 kali dalam satu minggu.

    Akan tetapi tidak akan bertambah manfaatnya bagi kebugaran

    jasmani apabila dilakukan lebih dari 5 kali dalam satu minggu

    (Darmojo & Martono, 1995).

    3. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani

    Untuk pengukuran kebugaran jasmani pada lanjut usia dapat

    dilakukan dengan cara berikut :

    a. Tes Jalan atau Lari 12 Menit

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    9/17

    Tes jalan atau lari 12 menit merupakan salah satu tes untuk

    menilai kebugaran jasmani seseorang. Tes jalan atau lari 12

    menit ini di sebut juga dengan uji Cooper karena tes ini

    dikembangkan oleh Cooper.

    Salah satu ciri yang paling positif dari uji ini adalah bahwa

    tes-tes tersebut sangat mudah dilakukan. Dilain pihak dengan

    menggunakan uji penampilan seperti tes lari atau jalan 12

    menit memiliki beberapa keterbatasan substantial. Sebagai

    contoh adalah kemampuan berjalan cepat dan tingkat motivasi

    individu untuk melakukan tes akan berdampak pada hasil uji

    individu tersebut. Yang lebih penting terdapat derajat resiko

    tertentu selama tes, karena individu didorong untuk

    memberikan usaha yang maksimal (Mahler, 2003).

    b. Six-Minute Walk Test (SMWT)

    Six Minute Walk Test (6MWT) adalah suatu tes latihan

    fungsional yang mana hasilnya dapat dijadikan pedoman dalam

    menentukan kebugaran fisik. Six Minute Walk Test (6MWT),

    tes pada lanjut usia sehat dan dianggap sebagai sebuah tes yang

    dipercaya untuk menilai kemampuan pasien lanjut usia dengan

    gangguan jantung kronis dan penyakit gangguan paru-paru

    kronis (Bautmans, 2004). Six Minute Walk Test (6MWT)

    merupakan instrumen yang mudah dilakukan dan memiliki

    kemiripan dengan aktivitas sehari-hari dan juga merupakan

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    10/17

    merupakan tes sub maksimal dari kapasitas aerobik. Six Minute

    Walk Test (6MWT) merupakan ukuran ketahanan aktivitas

    yang lebih baik dibandingkan kapasitas latihan maksimal

    (Steffen et al, 2002).

    Menurut Bautmans (2004), Six Minute Walk Test (6MWT)

    adalah suatu tes dengan mengelilingi sirkuit bundar 121 meter

    tanpa berlari, dengan menggunakan pakaian dan sepatu yang

    nyaman dipakai dan diizinkan untuk beristirahat atau berhenti

    bila dirasa perlu, kemudian diperbolehkan untuk melanjutkan

    berjalan sampai waktu menunjukkan 6 menit dari garis start.

    c. Tes berjalan 2,4 km

    Penilaian berdasarkan waktu yang diperlukan untuk

    menempuh jarak 2,4 km, dicatat dalam satuan menit dan detik

    kemudian dikonversikan berdasarkan jenis kelamin, usia,

    waktu (menit dan detik) dan dikategorikan menjadi 3 kategori

    yaitu baik, cukup dan kurang. Kurang bila score < 2 dari indeks

    kebugaran, cukup bila score 2,1 3,9 dari indeks kebugaran

    dan baik bila score > 3,9 dari indeks kebugaran (Depdiknas,

    2002).

    4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

    a. Jenis Kelamin

    Tingkat kebugaran jasmani pada laki-laki biasanya lebih

    baik dari pada wanita. Perbedaan tingkat kebugaran jasmani

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    11/17

    antar laki-laki dan wanita disebabkan oleh kegiatan fisik yang

    dilakukan oleh laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

    kegiatan fisik yang dilakukan oleh wanita. Sampai usia

    pubertas tingkat kebugaran jasmani laki-laki hampir sama

    dengan wanita dan saat mencapai atau melewati usia pubertas

    lai-laki akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang lebih

    tinggi dari wanita (Suharjana, 2008).

    b. Status Gizi

    Status gizi adalah tanda-tanda atas penampilan fisiologis

    yang diakibatkan oleh keseimbangan asupan gizi dan

    penggunaannya oleh organisme (Gipson, 2005). Status gizi

    merupakan akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-

    zat gizi makanan oleh tubuh (Almatsier, 2004). Penilaian status

    gizi usia lanjut dapat dilakukan dengan beberapa cara salah

    satunya dapat menggunakan penilaian antropometri. Penilaian

    status gizi lansia dengan antropometri atau ukuran tubuh

    dilakukan dengan menggunakan tinggi badan (TB) dan berat

    badan (BB) lansia. Akan tetapi untuk melakukan pengukuran

    tinggi badan pada lansia sangat sulit dilakukan dikarenakan

    adanya masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau

    yang biasa disebut dengan pembengkokan tulang punggung,

    sehingga lansia tidak dapat berdiri tegak (Fatmah, 2010).

    Pengukuran tinggi badan pada lansia sebagian tidak akurat

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    12/17

    dikarenakan komponen penentu tinggi badan sebagian telah

    berubah yaitu dikarenakan penipisan diskus antar tulang

    vetebra dan dapat juga diakubatkan oleh skoliosis (Arisman,

    2010).

    Untuk mengukur tinggi badan pada lansia dapat dilakukan

    pengukuran rentang lengan (span). Rentang tangan berkorelasi

    dengan tinggi badan sehingga dapat digunakan sebagai

    alternatif untuk mengganti pengukuran tinggi badan pada lansia

    apabila pengukuran tinggi badan sebenarnya tidak dapat

    dilakukan (Gipson, 2005; Indriati, 2010). Panjang depa atau

    rentang lengan merupakan salah satu prediktor tinggi badan

    lansia dan dianggap sebagai pengganti ukuran tinggi badan

    lansia dikarenakan usia berkaitan dengan penurunan tinggi

    badan. Rentang lengan relatif kurang dipengaruhi oleh

    pertambahan usia (Fatmah, 2010).

    Tinggi badan lansia dapat dilakukan dengan cara mengukur

    rentang lengan dengan alat ukur rentang lengan, pengukuran

    dilakukan dengan cara alat meteran pita kain ditempelkan pada

    kayu papan yang rata keras dan diletakkan pada diding tembok

    lalu merentangkan kedua tangan diukur dengan ketelitian 0,1

    cm. Pengukuran antropometri yang biasanya dilakukan untuk

    mengetahui status gizi lanjut usia adalah Body Mass Armspan

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    13/17

    (BMA) yaitu meliputi pengukuran berat badan (BB) dan

    rentang lengan (Purba, 2004).

    Table 1.Body Mass Armspan (BMA).

    Kategori Wanita Laki-Laki

    Normal 18,722,8 20,125,0

    Kegemukan 22,924,9 25,126,7

    Obesitas

    25

    27

    Sumber : (Purba, 2004)

    a.

    Berat Badan

    Untuk mengukur berat badan lanjut usia dapat dengan

    menggunakan timbangan berat badan dengan tingkat ketelitian 0,1

    kg.

    b. Rentang Lengan

    Rentang lengan merupakan substitusi lain untuk tinggi badan

    dan biasanya sama dengan tinggi badan maksimal. Rentang lengan

    secara relatif tidak dipengaruhi oleh proses penuaan dan memiliki

    korelasi yang tinggi terhadap tinggi badan seseorang. Body Mass

    Armspan merupakan indeks yang digunakan untuk menentukan

    status gizi lanjut usia, dengan rumus :

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    14/17

    Berat Badan Aktual (Kg)

    Body Mass Armspan (BMA) = ------------------------------

    Rentang lengan (m)

    c. Kebiasaan Merokok

    Kandungan CO yang terhisap oleh tubuh saat merokok

    dapat mengurangi nilai VO2 maks, yang akan berpengaruh

    pada daya tahan tubuh. Selain itu menurut penelitian Perkins

    dan Sexton kandungan nikotin yang ada di rokok dapat

    memperbesar pengeluaran energi dan dapat menyebabkan

    berkurangnya nafsu makan (Depkes, 2002).

    d. Aktifitas fisik

    Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh

    otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktifitas fisik merupakan

    setiap gerakan yang dilakukan oleh otot rangka tubuh yang

    dalam melakukan kegiatannya memerlukan energi. Tidak

    melakukan aktifitas fisik sama sekali merupakan faktor risiko

    independen dari penyakit kronis dan dapat menyebabkan

    kematian (WHO, 2010).

    Cepat tidaknya penurunan massa otot pada tubuh sangat

    tergantung pada aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari oleh

    lanjut usia, jika dalam sehari-hari lanjut usia melakukan banyak

    aktivitas maka penurunan massa otot akan mengalami

    penurunan. Bagi lanjut usia yang tidak memiliki aktivitas fisik

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    15/17

    dapat mengisinya dengan berolahraga. Untuk mencapai

    kebugaran jasmani yang baik maka dalam seminggu dianjurkan

    bagi lajut usia untuk melakukan olahraga dengan frekuensi 3

    kali (Sumosardjuno, 2003).

    Latihan kebugaran pada lajut usia yang bersifat aerobik dan

    yang paling tepat dilakukan adalah berjalan kaki dikarenakan

    aktivitas tersebut mudah, murah dan bermanfaat bagi tubuh.

    Umumnya kelenturan mengalami kemunduran dengan

    bertambahnya usia. Mengerutnya kapsula persendian

    mengakibatkan daerah gerak persenian berkurang. Lanjut usia

    menggerakkan sendi pada daerah geraknya maksimal, sekali

    sehari selama 5-10 menit (Sumosardjuno, 2003).

    C.

    Landasan Teori

    Menua atau menjadi tua merupakan suatu siklus kehidupan yang akan

    dialami oleh setiap manusia dimana kemampuan jaringan untuk

    memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan fungsi normal tubuh

    akan berkurang yang menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi

    dan mengalami penurunan dalam kemampuan memperbaiki diri dari

    kerusakan yang diderita. Menurut WHO lanjut usia dibagi menjadi usia

    pertengahan (middle age) usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly)

    yaitu antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara 76-90 tahun,

    usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun.

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    16/17

    Proses penuaan ditandai dengan menurunnya atau berhentinya fungsi

    beberapa organ tubuh yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, tanda

    fisik dan tanda psikis. Tanda fisik meliputi massa otot berkurang,

    meningkatnya lemak tubuh, kulit berkerut, daya ingat berkurang, fungsi

    seksual terganggu, kemampuan kerja menurun dan sering sakit tulang.

    Tanda psikis meliputi menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas,

    mudah tersinggung, dan merasa tidak berarti lagi.

    Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk

    melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti

    dan masih memiliki cadangan energi untuk melakukan kegiatan fisik

    tambahan dengan baik. Kebugaran jasmani pada lanjut usia dapat

    dipertahankan dengan latihan fisik teratur dikarenakan kebugaran jasmani

    erat kaitannya dengan keseimbangan, koordinasi, kecepatan dan waktu

    reaksi. Kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

    jenis kelamin, status gizi, merokok dan aktivitas fisik.

    C. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Variabel Bebas

    Jenis Kelamin

    Status Gizi

    Merokok

    Aktivitas Fisik

    Variabel Terikat

    Kebugaran Jasmani

    Lanjut Usia

    Variabel Penggangu

    Tekanan darah

  • 8/10/2019 BAB II kebugaran jasmani

    17/17

    Keterangan

    = Diteliti = Tidak diteliti

    Gambar 2. Kerangka Konsep

    D. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

    1. Ada hubungan jenis kelamin dengan kebugaran jasmani pada lanjut usia di

    PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

    2. Ada hubungan status gizi dengan kebugaran jasmani pada lanjut usia di

    PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

    3.

    Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kebugaran jasmani pada lanjut

    usia di PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

    4. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani pada lanjut usia di

    PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta