bab ii konsep dasar a. pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yeky... ·...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Dengue hemoragic fever adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan
limfadenopati, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahahan
(ptekie) spontan ( Noer Sjaefullah, 2000 : 200).
Demam berdadarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh arbovirus (Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,
2005 : 368).
Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-ciri
demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arif Mansjoer, 2000 : 428).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai
gejala perdarahan dan dapat menyebabkan kematian.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain
itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
7
metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
Gambar anatomi system sirkulasi
(Gambar 1.1 Anatomi Jantung)
8
(Gambar 2.2 Anatomi pembuluh darah)
9
Struktur jantung :
a. Atrium kanan
Atrium kanan berada disepanjang sebelah kanan jantung dan
terbuka pada bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
b. Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena
pulmonalis masuk kedalam setiap sudutnya.
c. Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan
darah keatas masuk ke arteri pulmonalis.
d. Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding
ventrikel kanan namun strukturnya sama. Dinding yang tebal
diperlukan untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan
tinggi melalui sirkulasi sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri.
f. Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
yang terdiri dari 3 katup.
10
g. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam sekali,
yang terdiri dari jaringan Indotel atau selaput lender yang
melapisi permukaan rongga jantung.
h. Myocardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung,
otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.
i. Pericardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan
viseral yang bertemu dipangkal jantung membentuk kantung
jantung.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan.
Beberapa pembuluh darah arteri yang penting:
a) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung
b) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
11
c) Arteri Brachialis
Arteri pada lengan atas
d) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
e) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak
f) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
g) Arteri facialis
Teraba denyutan disudut kanan bawah
h) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut
i) Arteri Tibia
Arteri pada kaki
j) Arteri Pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali
dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
12
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
a) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah
kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
b) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah.
c) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
d) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-
paru.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah.
( Evelyn.P, 2002:133 ). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. (Syaifudin,
1997:232). Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel
dan plasma (Guyton, 1997). Proses pembentukan sel darah terdapat
tiga tempat, yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa.
13
Darah dibentuk di tulang belakang, proses pembentukan darah
dimulai oleh sel pluripotensial, sel ini kemudian membelah menjadi
tiga sel, dimana sel pertama akan berkembang menjadi sel induk
pluripotensial, sel kedua menjadi sel limfosit, ada yang menjadi sel
eritrosit, trombosit, neutrofil, monosit, eusinofil, dan basofil. .
(Syaifudin, 1997:232).
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak
teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung
dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae,
tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang)
terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian
yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis
(Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang
membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada
arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan
dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang belakang
yang dinamakan prosesus spinosus.
14
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat
tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium
sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.
3) Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3
pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa
fluktuantes.
Costa dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae
dan di bagian anterior melekat pada tulang sternum, baik
secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang
sama sekali tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen
di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu
membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus comunis
menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100 – 150 gram. Limpa
15
mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama tergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental
dari pada air dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45
Fungsi darah secara umum terdiri dari:
a. Sebagai Alat Pengangkut
1. Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan / alat tubuh.
4. Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
16
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit,
antibody atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di
struktur atau bagian dari masing-masing sel darah dan plasma
darah.
Bagian-Bagian Darah
(Gambar 2.3 Sel darah)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Sel-sel darah ada 3 macam yatiu:
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak,
banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna
kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah
17
jika didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari
eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikat O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin
yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksi hemoglobin
(Hb+ O2 HbO2) jadi O2 dingkut dari seluruh tubuh
sebagai oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam
jaringan HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat
dan bersenyawa dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut
karbondioksida hemoglobin (Hb+ CO2 HbCO2) yang mana
CO2 akan dilepaskan dari paru-paru.
Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan
hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama
14-15 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar
dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu
hematin yang yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru
dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit
yang berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb
dalam orang dewasa kira-kira 11, 5-15 mg %. Normal Hb
wanita 11, 5- 15, 5 mg % dan Hb laki-laki 13,0- 17, 0 mg %.
18
Dari dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena
pendarahan yang hebat dan gangguan dalam pembuatan
eritrosit.
2) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan
dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000- 11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang
masuk dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System).
Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa dan ke pembuluh darah.
Sel leukosit selain dari dalam pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan karena kemasukan kuman / infeksi maka
jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
19
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal
di dalam kelenjar limfe sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut.
Macam-macam leukosit adalah sebagai berikut:
a. Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula didalamnya, terdiri
dari:
1. Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe di dalam sitoplasmannya tidak terdapat
granula dan inti besar banyaknya 20-25 %.
Fungsinya membunuh kuman dan memakan bakteri
yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
2. Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 30%.
b. Granulosit
1. Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma, banyaknya bintik-
bintik, banyaknya 60-70%.
2. Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
20
3. Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar
banyaknya ½%
3) Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong. Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-
450.000/ mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul
luka, darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan
terus menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+
dan fribinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar,
trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut
trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan protombin
dengan bantuan Ca2+ akan menjadi thrombin. Thrombin
akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang
halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan
menahan sel darah. Dengan demikian terjadi pembekuan.
21
b. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari:
1. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan
lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotik )
3. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan
vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6. Antibodi atau anti toksin.
Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga
normal hematokrit adalah 40,0-54,0 %. Efek hematokrit terdapat
viskositas darah makin besar presentase darah merah yaitu makin
besar hematokrit.
C. Etiologi
Dengue Haemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang
termasuk dalam genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk
ke dalam tubuh melalui vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan
22
beberapa spesies lainnya seperti Aedes Albopictus dan Aedes
Polynesiensis. (Hidayat, 2006)
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini
akan tertulari dan akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-
tanda khas seperti demam, nyeri otot dan atau sendi yang disertai
leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis
hemoragik. (Sudoyo, 2006).
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari tidur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina
yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk
menetaskan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa, sari bunga
tumbuh-tumbuhan umur nyamuk Aedes Aegypti betina ±2 minggu.
(Hadinegoro, 1999).
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual,
muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat
terjadi pada system retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin,
histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan
23
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari
intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya pembesaran plasma
akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,
penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga
menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan
anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan
hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan
segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler juga bisa terjadi
24
saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura,
epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari.
Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975)
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,
seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, Epistaksis,
Hematemesis, Hematuri, dan melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan
diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita
gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
5. Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF
gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
25
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri
pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati,
pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah
thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan
20 %).
F. Klasifikasi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DHF dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji
tourniquet (+) thrombocytopenia hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
26
4. Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi .
(Ngastiyah, 1997).
G. Penatalaksaaan
1. Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik diberi oralit.
Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak boleh di lakukan
pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan
kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti
konvsulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis :
Anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75
mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50 mg,
27
dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya
depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena
itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3
sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itulah
yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera
sipasang infuse sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat.
Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien
dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur dengan cara
membuka klem infus.
28
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan
tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma
24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjatan berulang perlu
dipasang CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan
vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan
gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan
hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak
kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah
disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan pemberian darah.
(Soegeng Soegijanto, 2002).
29
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh,
akibat infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke
dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat
renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema)
dan darah menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan)
perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan
Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam.
Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila dijumpai
kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.
b. Resiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya factor koagulasi merupakan faktor penyebab
terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.
Pendarahan grasto intestinal didahului oleh adanya rasa sakit
perut yang hebat atau daerah retrosternal
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu
diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu
30
tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan.
Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang.
Formulir permintaan darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok.
Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat
banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.
Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari
lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit
atau hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang
dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat
infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian
antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu
dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres
dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang
mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba
dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala
renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat
secara baik dan memberitahu dokter.
31
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada
pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,
trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi
hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan
tenang yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika
terjadi hematum segera oleskan trombophub gel / kompres
dengan alkohol.
Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang
venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan
meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika sudah
musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril.
(Ngastiyah, 2005)
3. Penatalaksanaan Keperawatan per derajat
a. Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala,
dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil
uji tourniquet positif (cara uji tourniquet ialah pasang manset
32
tensimeter pada lengan atas dan pompa sampai air raksa
mencapai pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan
selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari
20 petekia pada daerah lengan bawah dengan diameter 2,8 cm
dinyatakan positif). Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda
vital setiap 3 jam (terutama tekanan darah dan nadi), periksa Ht,
Hb, dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum
1 ½ - 2 liter dalam 24 jam. Air minum boleh teh manis, sirup,
susu, dan lebih baik oralit jika anak mau. Cara memberikan
minum sedikit demi sedikit bila perlu setiap 5 menit 1 sendok
makan atau setiap ¼ jam 1/3 gelas. Jika ada keluarga yang
menunggu mintalah mereka membantu; terangkan mengapa anak
harus banyak minum dan apa bahayanya jika kebutuhan cairan
yang telah ditentukan tidak terpenuhi. Buah-buahan lebih baik
diberikan berupa sari buah saja.
Obat-obatan harus diberikan tepat pada waktunya
disamping kompres dingin jika pasien demam. Urine perlu
ditampung selama 24 jam dan diukur; tetapi tidak usah
menunggu 24 jam jika urine dianggap kurang beritahukan dokter.
Catatlah hasil pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit secara teratur
dan adakan penilaian apakah terjadi kenaikan yang melebihi
normal / tidak. Jika tekanan darah pada suatu waktu menurun,
ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternyata memang
33
turun dan mencurigakan segera hubungi dokter. Bila perlu
persiapkan alat-alat untuk infus. Bila pasien tidak mau minum
sebanyak yang telah ditentukan walaupun sudah dibujuk tidak
dibenarkan memasang sonde karena dapat menimbulkan
perdarahan. Pasien biasanya dipasang infus. Bila tidak terjadi
sesuatu setelah dirawat 2-3 hari, dan pasien dalam keadaan
membaik dengan ditandai adanya nafsu makan yang baik, pasien
dipulangkan.
b. Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang
dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis
derajat I ditambah adanya perdarahan spontan) dan tidak jarang
setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam
keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera
dipasang infus sebab jika sudah terjadi renjatan vena-vena sudah
menjadi kolaps sehingga susah untuk memasang infus. Tidak
jarang terpaksa menusuk beberapa kali dibeberapa tempat tidak
dapat berhasil bahkan meninggalkan bekas hematom yang besar.
Bila keadaan pasien pasien sangat lemah infus lebih baik
dipasang pada dua tempat karena dalam keadaan renjatan
walaupun klem dibuka tetesan cairan tetap tidak lancar, maka
jika dua tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang
34
satu infus ini diperlukan untuk memberikan plasma / darah, yang
lain cairan biasa. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit seperti derajat I, dan harus
diperhatikan gejala-gejala renjatan seperti nadi menjadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, anuria atau anak mengeluh sakit
perut sekali dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut terjadi
segera hubungi dokter. Pada pasien ini disamping infus juga
diberi minum serta makan sebanyak ia mau.
Apabila pasien derajat II ini setelah dirawat selama 2 hari
keadaen membaik yang ditandai dengan tekanan darah yang
normal, nadi, suhu dan pernafasan juga baik, infus satu dibuka,
yang lainnya dipertahankan sampai 24 jam lagi sambil terus
diobservasi. Jika keadaan umumnya tetap baik, tanda vital serta
Ht dan Hb sudah normal dan stabil infus dibuka. Biasanya
pasien sudah mau makan dan diperbolehkan pulang dengan pesan
untuk datang kontrol setelah 1 minggu kemudian.
c. Perawatan DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal
sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama
adalah akibat kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini
mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab,
aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga
35
mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf
pusat. Juga terjadi gangguan pada system pernafasan berupa
asidosis metabolik dan agak dispnea karena adanya cairan
didalam rongga pleura. Pertolongan yang utama adalah mengganti
plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan elektrolit
(biasanya diberikan Ringer Laktat) dan cara memberikan diguyur
ialah dengan kecepatan tetesan 20 ml/kg BB/jam. Karena darah
kehilangan plasma maka alirannya menjadi sangat lambat (darah
menjadi kental), untuk melancarkan tetesan infus tersebut
dimasukkan cairan secara paksa dengan menggunakan spuit 20-30
cc sebanyak 100-200 ml melalui selang infus. Dengan cara ini
dapat membantu kelancaran darah dan tetesan menjadi lebih
cepat, selanjutnya diatur sesuai dengan kebutuhan pada saat itu.
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi
pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan
pasien agak dispnea; untuk meringankan pasien dibaringkan semi
fowler dan diberikan O2. pengawasan tanda vital dilakukan setiap
15 menit terutama tekanan darah dan nadi juga pernafasan dan
catat dalam catatan perawatan / catatan khusus. Bila terlihat
keadaan pasien makin memburuk atau tetesan tetap tidak dapat
lancar supaya menghubungi dokter. Untuk memantau keadaan
ginjal pasien perlu dipasang kateter urine dan ditampung ke
dalam kantong yang steril, karena diperlukan evaluasi setiap jam
36
atau lebih sering dengan melihat keadaan pasien (renjatan sering
didahului adanya anuria).
Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus serta dinilai /
dibandingkan. Jika renjatan dapat diatasi, nadi sudah jelas teraba
dan amplitude nadi cukup besar, tekanan darah sistolik 80
mmHg/lebih, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB
perjam. Karena dalam masa penyembuhan ini cairan yang ada di
ruang ekstravaskular diserap kembali ke dalam ruang vaskuler
maka pemberian cairan harus diperhatikan karena jika kelebihan
dapat menyebabkan sesak nafas dan memperberat kerja jantung.
Penilaian tanda vital dan infus masih diteruskan sampai 24-48
jam setelah syok teratasi, pemeriksaan hematokrit, hemoglobin
dan trombosit masih perlu dilakukan. Bila hasil telah stabil serta
diberi makan dan minum biasa. Bila pasien telah mau makan
(nafsu makannya sudah kembali) merupakan pertanda keadaan
bahaya telah lewat. Pasien dipulangkan dengan pesan kontrol
kembali 1 minggu lagi. (Soetjiningsih, 2002 : 1)
H. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
37
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa
hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari
ke 2 – 7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler
sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga
pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena
(venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah
jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan
penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis
mengakibatkan activity dan integritas system kardiovaskur, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif
dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada
38
lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan
limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya
reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang
mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila
terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
39
I. Pengkajian Fokus
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),
melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
40
5. Riwayat imunisasi
IMUNISASI FREKUENSI UMUR KETERANGAN
A. DASAR
BCG 1 kali 0 bulan Skar 0,3 x 0,5 mm
Hepatitis B 4 kali 0,2,3,4 bulan Di Puskesmas
DPT 3 kali 2,3,4 bulan Di Puskesmas
Polio 4 kali 2,3,4,9 bulan Di puskesmas
Campak 1 kali 9 bulan Di Puskesmas
B. ULANGAN - - -
Kesan : imunisasi dilakukan sesuai umur dan lengkap menurut PPIDEPKESRI
41
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan
yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju
yang di kamar).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi BAB
Eliminasi BAB : kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi BAK
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
42
d. Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas
dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik
anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
mata anemis
e. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
f. Hidung : Ada perdarahan hidung / epsitaksis
g. Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
43
Perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan
i. Dada
Inspeksi : Simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : Taktil fremitus normal
j. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k. Ekstrimitas : Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,
sendi tulang
l. Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
10. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
44
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telingga (grade II, III, IV ).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan
asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi,
serta tulang.
11. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak menurut Sujono & Sukarmin ( 2009 ) yaitu :
1. Tumbuh kembang Infant / bayi , umur 0 – 12 bulan
a. Umur 1 bulan :
Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200 gram/minggu,
tinggi badan meningkat 2,5 cm / bulan, lingkar
kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan
45
seperti ini akan berlangsung sampai bayi umur 6
bulan.
Motorik : Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala
dengan dibantu oleh orang tua, tubuh
ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke
kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggem
mulai positif.
Sensoris : Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi : Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada
di sekitarnya
b. Umur 2 – 3 bulan :
Fisik : fontanel posterior sudah menutup
Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk
menahannnyasendiri dengan tangan, memasukkan
tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih
benda-benda yang menarik yang ada di sekitarnya,
bisa di dudukkan dengan posisi punggung
disokong, mulai asyik bermain-main
sendiri,dengan tangan dan jari-jarinya.
Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi,
koordinasi ke atas dan ke bawah, mulai
mendengarkan suara yang didengarnya
46
Sosialisasi :Mulai tertawa padea seseorang, senang jika
tertawa keras, menangis sudah mulai berkurang.
c. Umur 4 – 5 bulan :
Fisik : berat badan menjadi dua kali berat badan
lahir,ngeces karena tidak adanya koordinasi
menelan saliva
Motorik : jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan
punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan
sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak
lurus, berusaha meraih benda di sekitar tangannya.
Sensoris : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering
berada di dekatnya, akomodasi mata positif
Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain
walaupun belum prnah dilihat atau dikenalnya,
sudah bisa mengeluarkan suara petanda tidak
senang bila mainan atau benda miliknya diambil
oleh orang lain.
d. Usia 6 – 7 bulan :
Fisik : berat badan meningkat 90-150 gram/minggu,
tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar
kepala meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan
47
seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12
bulan, gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik : bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu
ke tangan yang lainnya, mengmbil mainan dengan
tangannya, senang memasukkan kaki ke mulut,
sudah bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
Sensoris : sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya
dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan
orang yang tidak dikenalnya bayi akan merasa
cemas, sudah dapat menyebut atau mengeluarkan
suara em...em...em..., bayi biasanya cepat menangis
jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginyaakan
tetapi akan cepat tertawa lagi.
e. Umur 8 – 9 bulan :
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi
tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai tengkurap
sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah
bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-
jarinya.
Sensoris : bayi tertarik dengan bend-benda kecil yang ada
disekitarnya
48
Sosialisasi : bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum
dikenalnya ( orang asing ) sehingga dia akan
menangis dan mendorong serta meronta-ronta,
merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika
dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi
menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata-
kata “ dada...dada” tetapi belum punya arti.
f.Umur 10 – 12 bulan :
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi
bagian atas dan bawah mulai tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan
lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa
berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar makan
dengan menggunakan sendok, akan tetapi lebih
senang menggunakan tangan, sudah bi8sa bermain
ci...luk...ba.., mulai senang mencorat-coret kertas.
Sensoris : sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada
lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut
pada situasi yang asing, mulai mengerti akan
perintah yang sederhana, sudah mngerti namanya
sendiri, sudah bisa menyebut abi,umi.
2. Tumbuh kembang Toddler, umur 1 – 3 tahun
49
a. Umur 15 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari
ke lubang, membuka kotak , melempar benda.
b. Umur 18 bulan :
Motorik kasar : mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik-
narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi
masih dengan bantuan.
Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan sendok,
bisa membuka halaman buku, belajar menyusun
balok-balok.
c. Umur 24 bulan :
Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri
dengan kedua kaki tiap tahap.
Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,
menggunting sederhana, minum dengan
menggunakan cangkir, sudah dapat menggunakan
sendok dengan baik.
d. Umur 36 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan,
memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik
sepeda roda tiga.
50
Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya
sendiri, menggosok gigi.
3. Tumbuh kembang Pra Sekolah
a. Usia 4 tahun
Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan
satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya
dari atas kepala.
Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar,
sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis
vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan
memasang kancing baju.
b. Usia 5 tahun
Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah bisa
menangkap dan melempar bola dengan baik,
sudah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian.
Motorik halus : menulis dengan angka-angka, menulis dengan
huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis
nama, belajar mengikat tali sepatu.
Sosial emosional : bermain sendiri mulai berkurang,sering
berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial
selama bermain meningkat, sudah siap untuk
menggunakan alat-alat bermain.
51
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi
badan meningkat 6,75 – 7,5 cm/tahun.
4. Tumbuh kembang Usia Sekolah
Motorik : lebih mampu menggunakan otot-oto kasar
daripada otot-otot halus . Misalnya lompat tali,
batminton, bola volley,pada akhir masa sekolah
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih
aktif daripada anak perempuan.
Sosial emosional : mencari lingkungan yang lebih luas sehingga
cenderung sering pergi dari rumahhanya untuk
bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat
berperan untuk membentuk pribadi anak, di
sekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain
selain keluarganya, sehingga peranan guru
sangatlah besar.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2 – 3
kg/tahun, tinggi badan meningkat 6 – 7 cm/tahun.
5. Tumbuh Kembang Remaja ( Adolescent )
Pertumbuhan fisik : merupakan tahap pertumbuhan yang sangat
pesat, tinggi badan 25 %, semua sistem tubuh
berubah dan yang paling banyak perubahan adalah
sistem endokrin, bagian –bagian tubuh tertentu
52
memanjang, misalnya tangan, kaki, proporsi tubuh
memanjang.
Sosial emosional : kemampuan kan sosialisasi meningkat,
relasi dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih
penting dengan teman yang sejenis, penampilan
fisik remaja sangat penting karena supaya mereka
diterima oleh kawan dan disamping itu pula
persepsi terhadap badannya akan mempengaruhi
kosep dirinya, peranan orang tua/keluarga sudah
tidak begitu penting tetapi sudah mulai beralih
pada teman sebaya.
12. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi,
masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG
Elisa dan uji IgM Elisa.
53
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan
conjugate (pengaturan atau penggabungan)
e. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan conjugate
f. Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama
disebelah hemi thorax kanan (Departemen Kesehatan RI, 1999).
54
J. Pathways Keperawatan
Tekanan Hidrostaltik ↑
Demam akut
Keringat ↑
DehidrasiHipertermi
Fungsi trombositmenurun, faktor
koagulasi menurun,
Gigitan nyamuk Aedes Aegeptidengan virus dengue
Sumber : Syaifoellah Noer (1999); Doenges (2000)
Nyeri otot, tulangdan sendi
Gangguan rasanyaman nyeri
Stimulasi RES
Hepatomegali
Hepar mendesakrongga abdomen
Nafsu makan ↓
Intake tidak adekuat
Perubahan nutrisikurang dari
kebutuhan tubuh
Peningkatanenzim-enzimhepar SGOT
SGPT
Permeabilitasvaskuler ↑
Kebocoranplasma
Hiponatremia
Hipovolemi
Syok hipovolemi
Penumpukancairan ekstravaskuler danrongga serosa
Akumulasicairan ↑
Efusi Pleura
Dispnea
Gangguanpola nafas
Hematokrit ↑ viskositasdarah ↑
Aliran darahlambat
Suplai O2 kejaringan ↓
GangguanPerfusi jaringan ↓
Trombosytopenia
Resikoperdarahan
Mual, muntah
Defisit volumecairan dan elektrolit
Virus Dengue
Terja dinya viremia
pelepasan
histamine,serotonin
Na keluar sel
45
K. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Ditandai dengan:
a. Data Subjekyif
1). Lemas
2). Haus
b. Data Objektif
1). Hipotensi
2). Takikardi
3). Pengisian kapiler lambat
4). Berkeringat
5). Urin pekat atau menurun
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Ditandai dengan :
a. Data Subjektif
1). Lemas
2). Panas
3). Sakit kepala
b. Data Objektif
1). Dispnea
2). Bingung, gelisah
46
3). Ketidakmampuan membuang secret
4). Perubahan tanda vital
5). Penurunan toleransi terhadap aktivitas
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
dalam jaringan menurun
Ditandai dengan :
a. Data Subjektif
1). Pegal-pegal di seluruh tubuh
2). Demam
b. Data Objektif
1). Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau
menurun
2). Perubahan warna kulit
3). Edema jaringan ekstremitas dingin
4. Hipertermi berhubungan denan viremia
Ditandai dengan:
a. Data Subjektif
1). Panas
2). Lemas
b. Data Objektif
1). Peningkatan suhu tubuh
2). Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh
3). Peningkatan tingkat pernafasan
47
4). Takikardi
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis
(viremia)
Ditandai dengan:
a. Data Subjektif
1). Nyeri pada ulu hati
2). Nyeri pada otot dan sendi
b. Data Objektif
1). Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi
2). Wajah menunjukkan nyeri
3). Gelisah
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia
Ditandai dengan:
a. Data Subjektif
1). Menolak untuk makan
2). Mual
3). Sakit untuk menelan
b. Data Objektif
1). Konjungtiva dan membran mukosa pucat
2). Penurunan berat badan
3). Turgor kulit buruk
(Christianti Effendy, 1995)
48
L. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit
volume cairan dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang,
perlu untuk memperbaiki deficit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta
tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan
normalnya
b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk
menangani syok yang dialami pasien.
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien
49
yang mengalami defisit volume cairan dengan
keadaan umum yang buruk karena cairan langsung
masuk kedalam pembuluh darah.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat
muntah diare, kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan,
jika haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien
mengalami syok
f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan
haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan
tingkatan dehidrasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai
oksigen ke jaringan adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernafasan.
50
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot
aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan
dan / kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam
perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan atau tolaransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen tidak dapat diperbaiki dengan
posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja
nafas.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau
sentral (terlihat sekitar bibir / daun telinga). Keabu-
abuan dan dianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksia.
d. Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber
utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara /
51
bunyi tambahan
Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan
aliran udara atau area konsolidasi. Adanya
mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya
sekret. Krekles basah menyebar menunjukkan cairan
pada interstisial atau dekompensasi jantung.
f. Palpasi premitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin
dalam jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai
oksigen ke jaringan adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual
misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat.
Rencana tindakan:
a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi
jantung ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi
upaya peningkatan aliran darah dan perfusi
jaringan, gangguan irama berhubungan dengan
hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya
bunyi jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan
52
kerja jantung.
b. Observasi perubahan status metal
Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan
gangguan aliran darah serta hipoksia.
c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membrane bibir
atau lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer
(syok) atau gangguan aliran darah perifer.
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung
menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi
oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis
normal atau meningkat
e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan
hiperviskositas darah (Potensial pembentukan
trombosit) atau mendukung volume sirlukasi atau
perfusi jaringan.
4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur
suhu dalam batas normal (36°-37° C).
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.
53
b. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36°-37° C)
Rencana tindakan:
a. Mengkaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan
cairan
d. Mencatat asupan dan keluaran
Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan tubuh
e. Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai
program dokter
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tinggi.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis
(viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
54
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan:
a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri
(0 - 10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien
terhadap nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien
terhadap nyeri
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka
perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
c. Memberikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang
terang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat
sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang
dialami.
e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi
dengan teman-teman atau orang terdekat.
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat
atau teman membuat pasien bahagia dan dapat
55
mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.
f. Memberikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi
nyeri pasien.
6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah , anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien
sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
d. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan.
56
e. Mencatat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Mengukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien