bab ii konsep kurikulum berbasis kompetensi dan pendidikan...

27
13 BAB II KONSEP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) A. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Ada berbagai macam definisi mengenai kurikulum secara tradisional sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata kurikulum diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau pelajaran siswa 1 . Menurut pengertian modern, sebagaimana dikutip oleh Burhan kurikulum mencakup segala kegiatan yang disediakan dan direncanakan sekolah. 2 Dalam Bukunya Muhtar yang berjudul Desain Pembelajaran PAI mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. 3 Menurut Galen Suylor dan William M Alexander dalam buku Curriculum Planning for better teaching and learning (1956) defines the curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning whether in the dayroom, on the play ground or out of school. 4 "Segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah (ekstra kurikuler). Menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 4. 2 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 4. 3 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003) hlm. 30. 4 Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Edisi 2, hlm. 4

Upload: lyliem

Post on 09-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

13

BAB II

KONSEP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

A. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

Ada berbagai macam definisi mengenai kurikulum secara

tradisional sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata

kurikulum diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus

disampaikan guru atau pelajaran siswa1. Menurut pengertian modern,

sebagaimana dikutip oleh Burhan kurikulum mencakup segala kegiatan

yang disediakan dan direncanakan sekolah.2 Dalam Bukunya Muhtar yang

berjudul Desain Pembelajaran PAI mengemukakan bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran.3

Menurut Galen Suylor dan William M Alexander dalam buku

Curriculum Planning for better teaching and learning (1956) defines the curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning whether in the dayroom, on the play ground or out of school.4 "Segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah (ekstra kurikuler).

Menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution

berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 4. 2 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah Sebuah

Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 4. 3 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza,

2003) hlm. 30. 4Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Edisi 2, hlm. 4

14

sekolah yang meliputi (pondok, program, hal yang dipelajari siswa,

ketrampilan, dan pengalaman siswa).5

Sedangkan B. Othanel Smith, W. O. Starley dan J. Harlan Shores

memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experience is set

up in the school for the purpose of disciplining children and youth in

group ways of thinking and acting".6 Kurikulum sebagai sejumlah

pengalaman secara potensial dapat diberikan kepada anak dan remaja agar

mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

Menurut Nana Sudjana kurikulum diartikan sebagai program

belajar bagi siswa (plan for learning) yang disusun secara sistematik dan

diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan

pendidikan.7

Hilda Taba mengemukakan bahwa pada hakikatnya kurikulum

berkenaan dengan cakupan tujuan, isi dan metode yang memberikan

pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas. Tetapi merupakan tugas

dan tanggung jawab guru untuk menjabarkannya.8

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “manhaj”

yang berarti jalan yang terang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya

untuk mengembangkan ketrampilan dan sikap mereka.9

Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Kompetensi

merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.10

The competency in this specification, the word competency is

used in very general sense that included skill, knowledge, tasks, and

5 Arief Armai, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,

2002), hlm. 30. 6 F. Michael Canrely dan D. Jean Chandirin, Teacher as Curriculum Planners,

(Amsterdam Vanue : Teacher College Press, 1988), hlm. 5 7 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 1995), hlm. 2-3. 8 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), hlm. 6. 9 Ibid., hlm. 31. 10 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 51.

15

learning outcomes.11 "Bahwa kompetensi secara khusus meliputi keahlian,

pengetahuan, tugas, dan hasil belajar.

Menurut Mc. Ashan kompetensi merupakan pengetahuan,

ketrampilan, dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat

melakukan sesuatu dengan baik yang menyangkut perilaku-perilaku

kognitif, efektif, dan psikomotorik.12

Kompetensi juga diartikan sebagai “kemampuan” atau apa yang

harus dimiliki oleh anak setelah mengikuti proses kurikulum, baik dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga kemampuan itu akan

terefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melakukan

sesuatu.13

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi menunjuk

kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu

dalam proses belajar mengajar. Dikatakan perbuatan karena berbentuk

perilaku yang dapat diamati, meskipun sering pula terlihat proses yang

tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan.

Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh

kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan.

Atas dasar uraian tersebut, maka secara etimologi, kurikulum

berbasis kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan

belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum kelembagaan.14

11 http://www.imsglobal.org/competencies/rdeceovipo/imsrdece.bestvlp.o.html.hlm.2 12 Abdul Majid Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep

dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51. 13 Ibnu Hadjar, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Jurnal

Pendidikan Islam, vol. 12. No. 2, Oktober 2003), hlm. 159. 14 Arief Furhan, Muhaimin, Agus Maimun, Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (di Perguruan Tinggi Agama Islam), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 37.

16

Pendapat lain mengatakan kurikulum berbasis kompetensi adalah

merupakan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kemampuan yang

diharapkan akan dimiliki oleh lulusan pada tahapan pendidikan tertentu.15

Menurut Saylor bahwa kurikulum berbasis kompetensi sebagai

rancangan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas seperangkat

kompetensi khusus, yang harus dipelajari atau ditampilkan siswa, sehingga

menggambarkan kompetensi yang utuh, terukur dan teramati.16

Menurut E. Mulyasa kurikulum berbasis kompetensi diartikan

sebagai:

“Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu. Sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi”17 Dari definisi tersebut maka diambil kesimpulan bahwa KBK

diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,

nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam

bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung

jawab.

Dilihat dari namanya, KBK memberi penekanan yang dominan

pada berbagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam

bidang studi pada setiap jenjang sekolah. Dengan adanya KBK ini maka

terjadilah pergeseran dari penguasaan kognitif menuju kepada penguasaan

kompetensi tertentu.

Sebagai standar minimal untuk mencapai kompetensi, sebagaimana

rumpun-rumpun pelajaran, masing-masing kompetensi tersebut dijabarkan

dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator. Kompetensi dasar

merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki setelah mengikuti

15 Ibid., hlm. 160. 16 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Walisongo Press dengan Rasail,

2004), hlm. 47. 17 E. Mulyasa, Kurikulum…op.cit., hlm. 39.

17

proses kurikulum. Hasil belajar merupakan target yang harus dicapai

selama dan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan

indikator merupakan kemampuan spesifik dan rinci yang diharapkan dapat

dikuasai siswa.18

Ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Kompetensi tersebut meliputi:

a. Kompetensi tamatan

b. Kompetensi lintas kurikulum

c. Kompetensi rumpun pelajaran

d. Kompetensi dasar mata pelajaran.19

Kompetensi tamatan merupakan kompetensi yang harus dicapai

siswa ketika siswa tamat dari suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lintas

kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar sepanjang hayat dan

ketrampilan hidup yang diperlukan siswa untuk mencapai seluruh

potensinya dalam kehidupan dan dunia kerja.

Dalam petunjuk pelaksanaan KBK mata pelajaran PAI disebutkan

bahwa, standar kompetensi lintas kurikulum meliputi:

a. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya

b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain

c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur dan hubungan.

d. Memilih, mencari dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber,

e. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup dan teknologi dan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat,

f. Berpartisipasi, berinteraksi dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis dan historis.

18 Jurnal Pendidikan Islam, op.cit, hlm. 165 19 Depdiknas, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm. 7.

18

g. Berkreasi dan menghargai karya artistik budaya dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab

h. Berfikir logis, kritis dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan

i. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan berkerja sama dengan orang lain.20

Kompetensi rumpun pelajaran adalah kinerja yang harus dicapai

ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun pelajaran yang terdiri dari suatu

mata pelajaran atau lebih. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari

mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Di sekolah

Menengah Umum rumpun pelajaran (ruang lingkup bahan pelajaran)

pendidikan agama Islam merupakan kumpulan dari Al- Qur'an dan Al-

Hadits, keimanan, syari'ah, akhlaq dan tarikh.21

Dalam petunjuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi mata

pelajaran PAI dijelaskan bahwa standar kompetensi bahan kajian meliputi:

a. Kompetensi Pendidikan Agama

“Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.”

b. Kompetensi spesifik Pendidikan Agama Islam

“Dengan landasan al Qur'an dan as Sunnah Nabi Muhammad Saw., siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlaq mulia (berbudi pekerti luhur), yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar. Mampu membaca dan memahami al Qur'an, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.”22

20 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah

Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 3. 21 Dediknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah

Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Dediknas, 2003), hlm. 4. 22 Abdul Madjid, Dian Andayani, op.cit., hlm. 154.

19

Kompetensi dasar merupakan pernyataan apa yang diharapkan

dapat diketahui, disikapi, atau dilaksanakan. Di samping itu kompetensi

dasar merupakan pernyataan ukuran minimal memadahi yang ditetapkan

tentang pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi dasar

tersebut adalah tujuan yang harus dicapai dan sekaligus merupakan hasil

belajar yang seharusnya dinilai siswa setelah mengikuti serangkaian

pembelajaran.

Kompetensi dasar ini berupa rumusan umum yang perlu dijabarkan

menjadi hasil belajar yang di dalamnya terkait dengan materi atau

substansi pokok mata pelajaran.

2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai acuan dan

pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai

ranah pendidikan (pengetahuan ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh

jenjang dan jalur pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum berbasis

kompetensi memuat suatu format yang menetapkan tentang kemampuan

apa yang diharapkan dikuasai siswa dalam setiap tingkatan. Sehingga guru

dan murid diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh

mana aktifitas belajar yang telah dicapai.

Pada kurikulum berbasis kompetensi, guru harus memahami betul

pengertian kompetensi. Karena berpengaruh dengan metode pembelajaran

yang akan dipakai yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KBK

adalah cara atau metode yang digunakan guru dalam kegiatan

pembelajaran.

Ada beberapa karakterisitik kurikulum berbasis kompetensi antara

lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator

evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan

pengembangan sistem pembelajaran.23

23 Ibid., hlm. 42.

20

Menurut Ibnu Hajar dalam Jurnal Pendidikan Islam

mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara indvidual maupun klasikal

b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam pencapaian

suatu kompetensi.24

Dalam bukunya E. Mulyasa yang berjudul “kurikulum Berbasis

Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasinya”, disebutkan

bahwa terhadap enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:

a. Sistem belajar dengan modul b. Menggunakan keseluruhan sumber belajar c. Pengalaman lapangan d. Strategi individual personal e. Kemudahan belajar, dan Belajar f. Belajar tuntas.25

Kurikulum berbasis kompetensi yang diharapkan dapat

mengembalikan peserta didik pada lingkungan masyarakat, memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi

b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebudayaan dan sumber daya pendidikan yang tersedia

c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.26

Kurikulum berbasis kompetensi memberikan sebuah tekanan

khusus kepada pembentukan secara langsung dan sistematis, yaitu dengan

24 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah (Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK),

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51. 25 E. Mulyasa, Kurikulum…., hlm. 42. 26 Ibid., hlm. 84.

21

mengkaji dan menguji kaitan antara materi pokok, indikator pencapaian

hasil belajar, kompetensi dan pengalaman belajar yang diberikan kepada

siswa. Dengan kata lain KBK secara langsung ingin meyakinkan bahwa

lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan materi

pembelajaran dan bukan sekedar tahu.

Adapun yang membedakan antara pembelajaran yang

menggunakan pendekatan kompetensi (KBK) dengan pembelajaran yang

menggunakan kurikulum 1994 yaitu:27

a. Dari aspek filosofi

Kurikulum 1994 KBK

Struktur keilmuan yang hasilnya berupa materi pelajaran

• Kompetensi lulusan • Standar kompetensi

a. Struktur keilmuan karakteristik bidang studi

b. Perkembangan psikologi siswa – karakteristik siswa

c. Standar kompetensi negara lain

d. Perkembangan dan tuntutan masyarakat

Dikembangkan dalam tujuan kurikuler, TIU, TIK

• Kompetensi dasar • Indikator pencapaian

kompetensi • Materi pokok • Pengalaman belajar siswa • Sistem penilaian berkelanjutan • Alokasi waktu sesuai

kedalaman materi • Sumber bahan / alat

Fokus pada aspek kognitif Fokus pada kognitif, psikomotor dan afektif

b. Dari aspek tujuan

Kurikulum 1994 KBK

- Siswa menguasai materi pelajaran

- Bahan ajar berdasarkan TIU dan

- Siswa mencapai kompetensi tertentu

- Bahan ajar memanfaatkan

27 Depdiknas, Pengembangan Kurikulum dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 8-10.

22

TIK - Tujuan berdasarkan pada tujuan

institusional, kurikuler, TIU, TIK

sumber daya - Tujuan berdasarkan pada

kompetensi yang akan dicapai

c. Dari aspek proses pembelajaran

Kurikulum 1994 KBK

- Materi ditentukan pemerintah - Materi sama untuk semua

sekolah - Target guru menyampaikan

semua materi pelajaran - Fokus pada aspek kognitif - Disusun berdasarkan TIU dan

TIK

- Materi ditentukan sekolah berdasarkan kompetensi dan kompetensi dasar

- Pusat hanya menetapkan materi pokok

- Target guru memberikan pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi

- Fokus pada aspek kognitif, psikomotor, afektif

- Berdasar karakteristik mata pelajaran perkembangan peserta didik dan sumber daya yang tersedia

d. Dari aspek proses pembelajaran

Kurikulum 1994 KBK

- Bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran

- Guru sebagai pusat pembelajaran

- Pembelajaran cenderung di kelas- Metode mengajar monoton

- Bersifat individual - Guru sebagai fasilitator,

siswa sebagai subjek pendidikan

- Dilakukan di dalam dan di luar kelas

- Metode mengajar bervariasi serta ada program remedial dan pemberdayaan

e. Dari aspek cara penilaian

Kurikulum 1994 KBK

- Acuan norma - Penilaian pada kognitif - Penyusunan bahan penilaian

didasarkan pada tujuan per kelas dan per semester

- Acuan kriteria - Penilaian kognitif,

psikomotor, afektif - Didasarkan pada materi

esensial yang relevan

23

- Keberhasilan diukur dan dilaporkan berdasarkan nilai

- Ujian menggunakan teknik paper and pencil test

dengan kompetensi yang dicapai

- Keberhasilan diukur dan dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi tertentu

- Ujian menggunakan berbagai teknik (performance test, objective test) dan metode portofolio

KBK merupakan rencana suatu pembelajaran yang berisi

kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis. Sebagai

jabaran dari seluruh aspek kepribadian anak didik dan mencerminkan

ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Kurikulum

sebagai proses pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan

kepada seluruh anak didik untuk mengembangkan berbagai potensinya

secara maksimal. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan dan

kemudahan belajar pada anak didik untuk menemukan ide dan

menerapkan strategi belajar sesuai dengan kemampuan dan kecakapan

belajar.

3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu desain

kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi

tertentu. Sehingga pengembangan dalam kurikulum sangatlah kompleks

dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu tidak

hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang terhadap

pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus dipahami

berbagai faktor yang mempengaruhinya.28

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah

pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang

seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Setidaknya

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mencakup pengembangan

28 E. Muyasa, op.cit., hlm. 61.

24

silabus dan sistem penilaiannya. Silabus merupakan acuan untuk

merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedang penilaian

mencakup jenis ujian, bentuk soal dan pelaksanaannya.

Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi adalah sebagai berikut:

a. Dokumen kurikulum sebaiknya mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak terkesan seperti resep (berisi prinsip pokok dan fleksibel)

b. Pengembangan kurikulum sesuai dengan proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi.29

Di samping prinsip-prinsip di atas, sesuai dengan kondisi negara,

kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan serta perubahan yang

sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK juga

perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip sebagai berikut:

a. Keimanan, budi pekerti luhur dan nilai-nilai b. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika c. Perbuatan integritas nasional d. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi e. Pengembangan kecakapan dan ketrampilan hidup f. Pilar pendidikan g. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkesinambungan dan komprehensif h. Belajar sepanjang hayat i. Diversifikasi kurikulum (sesuai satuan pendidikan potensi daerah dan

peserta didik).30

Adapun aspek dalam pengembangan kurikulum antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Aspek Materi

Materi harus sesuai dengan tuntutan zaman, kesempurnaan jiwa anak

didik tanpa melupakan esensi dari ajaran Islam itu sendiri

b. Aspek tujuan

Semakin banyaknya tujuan yang dicapai, akan mendorong efektifitas

proses yang akan dilaksanakan

29 Fatah Syukur, op.cit., hlm. 48. 30 Depdiknas, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: tpn., 2004), hlm. 3.

25

c. Aspek lembaga

Lembaga pendidikan merupakan lingkungan pendidikan bagi seorang

anak dalam memperoleh pendidikan dengan baik.31

Menurut E. Mulyasa pengembangan KBK terdiri atas beberapa

tingkat yaitu:

a. Pengembangan kurikulum tingkat nasional, mencakup penyesuaian isi, bahan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, kaitannya dengan KBK pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.

b. Pengembangan kurikulum tingkat lembaga Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan

c. Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (pengusulan silabus) Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Penyusunan silabus mengacu pada KBK dan perangkat komponen-komponennya sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

d. Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasan (modul) Berdasarkan kompetensi yang telah diidentifikasi dan uraian sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran.32

Di samping pengembangan kurikulum tersebut, ada beberapa

model dalam pengembangan kurikulum antara lain model makro dan

model mikro. Pengembangan model makro mempunyai cakupan yang luas

bukan hanya di tingkat guru. Analisis kebutuhan masalah pendidikan akan

tetapi sampai pada tingkat nasional, adapun pengembangan model mikro

memiliki cakupan lebih sempit yaitu berkisar pada kepentingan bagaimana

mengajar (sesuai pembelajaran dan sistem pelatihan).33

Adapun langkah-langkah untuk mengembangkan kurikulum inti

berbasis kompetensi, digunakan kombinasi model Beauchamp dan model

31 Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,

2002), hlm. 35-36. 32 E. Mulyasa, Kurikulum… op.cit., hlm. 63-65. 33 Ibid, hlm. 19.

26

tata serta model-model yang lain secara elektik. Ada sejumlah langkah

yang harus dilakukan sebagai berikut:

a. Menetapkan area atau lingkup yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut

b. Menetapkan personalia yaitu susunan tim pengembang kurikulum, siapa yang akan dilibatkan (sejumlah ahli program studi, ahli pengembangan dan ahli evaluasi kurikulum, ahli psikologi pendidikan, profesional lain dan masyarakat pengguna).

c. Menentukan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, dengan dibentuk unit eksperimen atau kelompok kerja untuk tiap program studi.34

Dalam kaitannya dengan sistem ujian hasil kegiatan pembelajaran

berbasis kompetensi. Secara berurutan dapat disajikan pada bagan sebagai

berikut:

Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok

dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan

penentuan uraian materi pembelajaran indikator, dan soal ujian

dikembangkan oleh setiap daerah sekolah, dengan demikian materi

pembelajaran dan soal ujian yang digunakan akan menampung keperluan

daerah sesuai dengan karakteristik masing-masing, sehingga sumber daya

manusia akan diberdayakan dan tidak tergantung pada Departemen

Pendidikan Nasional.35

Pengembangan silabus merupakan salah satu tahapan

pengembangan kurikulum. Adapun beberapa hal yang mendasari

pengembangan silabus adalah: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan

34 Max Darsono, Konsep Pendidikan Berorientasi Ketrampilan, Hidup dengan KBK,

(Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi) Makalah disampaikan Program Pasca Sarjana UNNES pada tanggal 27 Pebruari 2005, hlm. 5

35 Ibid, hlm. 47-48.

Kemampuan Dasar

Materi Pokok/ pembelajaran

Soal Ujian Indikator

Standar kompetensi

27

kebutuhan peserta didik, sistematis, relevan, konsisten, dan cukup

(adequate).36 Pengembangan silabus merupakan salah satu inovasi dalam

KBK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Penyusunan

silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang

relevan di daerah setempat.37

Dengan mengacu pada hal-hal tersebut di atas maka

pengembangan kurikulum pada masa sekarang harus dapat mengantisipasi

tantangan dan peluang yang akan terjadi. Dengan demikian kualitas

pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola

proses pembelajaran dan lebih khusus lagi adalah proses otonomi dan

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Dalam pelaksanaan

pembelajaran guru harus diberi keleluasaan dalam menentukan silabus dan

memilih strategi pembelajaran dan sistem pengujiannya.

4. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi merupakan

penyempurnaan terhadap kurikulum yang ada dengan mengakomodasikan

dinamika masyarakat terhadap kurikulum khususnya dan pendidikan pada

umumnya serta didasarkan pada kebijakan peningkatan mutu pendidikan

dalam era pelaksanaan otonomi pendidikan.

Sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum di sekolah, KBK

yang didesain oleh pusat kurikulum memiliki empat komponen, yaitu

kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar

mengajar, pengelolaan KBK.38 Komponen tersebut dimaksudkan untuk

memudahkan para pembina dan pelaksanaan pendidikan dalam mengelola

kurikulum sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan masing-masing.

Adapun isi dari masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

36 Fatah Syukur, op.cit., hlm. 52. 37 Ahmadi Syarif, Kompetensi dan Hasil Belajar Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI

(Pada Pendidikan Dasar dan Menengah), makalah disampaikan pada acara review kurikulum PAI tingkat dasar dan menengah, pada tanggal 20-22 Oktober 2003, di Tretes View Hotel Prigen Pasuruan, Jatim, hlm. 7.

38 Basuki, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Resume, (Semarang: 23 Agustus, 2003), hlm. 2.

28

a. Kurikulum dan hasil belajar merupakan penjabaran tujuan pendidikan

nasional melalui berbagai tingkat kompetensi (tamatan, lintas

kurikulum, rumpun pelajaran, dan dasar).39 kurikulum dirumuskan

dalam bentuk hasil belajar yang terejawantah dalam kompetensi secara

berjenjang dimana jenjang satu merupakan kontinuitas terhadap

jenjang berikutnya baik secara skop maupun sekuensial. Kompetensi

inilah yang nantinya merupakan gambaran kualifikasi dari output dari

lulusan masing-masing jenjang.40

b. Penilaian berbasis kelas merupakan komponen yang dilakukan untuk

memberikan keseimbangan dalam ketiga ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan menggunakan berbagai bentuk dan penilaian-

penilaian tersebut merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan

dan penggunaan informasi tentang hasil belajar.

c. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang dimaksudkan untuk

mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan

dengan menekankan perhatian utamanya pada siswa yang memiliki

potensi dan motivasi.41 Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk

membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan

peserta didik, sehingga dalam pembelajaran berpusat pada peserta

didik, mengembangkan kreatifitas, menciptakan kondisi yang

menyenangkan, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, menyediakan

pengalaman belajar yang beragam.42 Di sini guru sebagai pembelajar

harus mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas

tercapainya hasil belajar, menerapkan strategi dan metode

39 Ibnu Hajar, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Jurnal

Pendidikan Islami Volume 12, No. 2. Oktober, 2003, hlm. 161. 40 Abdul Rahman, Madrasah dalam Perspektif Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal

Pendidikan Islami, Volume 12, No. 1 Mei 2003, hlm. 68. 41 Ibid, hlm. 162. 42 Departemen Pendidikan Nasional, Kerangka Dasar Kurikulum 2004, (Jakarta: Puskur,

2004), hlm. 11.

29

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna.43

d. Pengelolaan kurikulum dalam KBK dilaksanakan dengan sistem

desentralisasi. Dimana pelaksanaan kurikulum memiliki otonomi yang

besar untuk mewujudkan tercapainya kompetensi yang standar. Di

sinilah nanti diatur tentang wewenang yang diemban oleh masing-

masing lembaga sesuai dengan semangat otonomi.44 Dalam hal ini

menggunakan prinsip kesatuan dan kebijakan dan keragaman dalam

pelaksanaan.45

Di samping itu para ahli pendidikan berbeda dalam menentukan

komponen kurikulum tetapi pada dasarnya memiliki pemahaman yang

hampir sama. Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata bahwa

komponen kurikulum yang utama adalah tujuan, isi, atau materi, proses

sistem penyampaian dan media, serta evaluasi.46 Selain dilihat dari uraian

struktural kurikulum ada empat komponen utama dalam pendidikan agama

Islam. Keempat komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya

sehingga merefleksikan satu kesatuan yang utuh sebagai program

pendidikan. Berikut ini keempat komponen kurikulum tersebut:

a. Tujuan Kurikulum

Tujuan yang tercakup dalam kurikulum merupakan sasaran pokok dan

terakhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan pendidikan. Untuk

merealisasikan tujuan tersebut, harus mengacu pada “falsafah negara,

strategi pembangunan nasional, hakikat anak didik dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.47

Berdasarkan hakikat tujuan pendidikan dijabarkan menjadi tujuan

kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan. Setiap mata

43 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: . Rineka Cipta, 1998),

hlm. 289. 44 Ibid, hlm. 68. 45 Ibid, hlm. 162. 46 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 102. 47 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 1996), hlm. 22.

30

pelajaran sampai tujuan instruksional.48 Dalam kaitannya dengan

tujuan pendidikan Islam, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.

b. Isi dan struktur kurikulum

Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman

belajar yang harus diberikan pada siswa, untuk menentukan ini

kurikulum disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Secara

garis besar isi atau materi kurikulum PAI ruang lingkup meliputi

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia

dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan dirinya maupun

dengan lingkungannya.

c. Strategi pelaksanaan kurikulum (belajar mengajar)

Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana

kurikulum dilaksanakan di sekolah. Strategi merupakan pola umum

kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajar.49

d. Evaluasi kurikulum

Evaluasi yang dimaksudkan di sini ada dua macam evaluasi, yaitu

evaluasi hasil belajar dan evaluasi kurikulum.50 Evaluasi hasil belajar

untuk menetapkan berhasil tidaknya peserta didik mencapai tujuan

pengajaran. Sedangkan evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu

kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi,

efektifitas, relevansi, dan produktifitas program dalam mencapai tujuan

pendidikan.51

Jika kurikulum dipandang sebagai sistem, maka komponen tersebut

saling berhubungan, setiap komponen bertalian erat. Tujuan menentukan

bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa

48 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat

Pers, 2002), hlm. 52. 49 Muslam, op.cit., hlm. 41-43. 50 Nana Sudjana, op. cit., hlm. 47. 51 Ibid, hlm. 48-50.

31

yang harus dinilai. Demikian pula dengan penilaian, pada saat

dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, maka timbul kecenderungan

untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan kurikulum.52

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah bimbingan yang dengan sengaja diberikan oleh

orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani

agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.53 Nana Sudjana

mendefinisikan pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan

atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi

maupun anggota masyarakat serta memiliki nilai moral dan sosial sebagai

pedoman hidup.54

Dari definisi tersebut yang dimaksud pendidikan oleh penulis

adalah serangkaian kegiatan atau aktifitas komunikasi yang bertujuan

untuk membantu peserta didik dengan sengaja (jalan membimbing) untuk

menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati pengaruh agama lain hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa. (Kurikulum PAI: 2002)

Menurut Zakiyah Daradjat mengemukakan Pendidikan Agama

Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak

setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-

ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.55

52 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 65-66.

53 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 11.

54 Ibid, hlm. 2. 55 Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 4,

hlm. 86.

32

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran : 104

ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر

)104: االمران (وأولئك هم المفلحون

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijakan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Imran : 104)56 Menurut Ahmadi PAI merupakan usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam.57

Menurut Muhaimin PAI adalah upaya mendidikkan agama Islam

atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap

hidup seseorang yang berwujud segenap kegiatan yang dilakukan

seseorang atau lembaga dan segenap fenomena dan dampaknya ialah

tertanamnya ajaran dan nilai Islam.58

Disamping itu disebutkan dalam hadits riwayat Muslim :

وعن اىب مسعودعقبة بن عمرواألنصارى البدرى رضى اهللا عنه قال رسول اهللا 59)رواه مسلم(من دل على خريفله مثل أجرفاعله : صلى اهللا عليه وسلم

"Dari Ibnu Mas'ud Uqbah bin Amr wal Anshori Albadari r.a. Rasulullah bersabda: "Barang siapa memberi petunjuk atas kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang melakukan kebaikan itu." (Diriwayatkan oleh Muslim)60

56 Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya, Juz 1– 30, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.

93 57 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Adyka, 1992), hlm.

20. 58 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 30. 59 Muslim, Sokhih Muslim, Juz II, (Semarang : Toha Putra, t.th), hlm. 152 60 Chabib Thoha, PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 39

33

Dari uraian di atas yang dimaksud PAI oleh penulis adalah usaha

bimbingan secara sadar kepada anak didik untuk mengantarkan menjadi

insan yang berkepribadian luhur, mengerti, memahami sekaligus

mengamalkan ajaran Islam yang dianutnya sebagai bekal hidup dunia dan

akhirat, yang konsep dasarnya adalah al Qur'an dan al Sunnah. Konsep

operasionalnya dapat dipahami, dianalisa, dikembangkan dari proses

pembudayaan, pewarisan, dan pengembangan ajaran Islam, serta dapat

dipahami, dianalisis, dan dikembangkan dari pembinaan dan

pengembangan pribadi muslim.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

Di Indonesia PAI merupakan sub sistem pendidikan nasional.

Untuk itu tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan pencapaian dari

salah satu atau beberapa aspek dan tujuan pendidikan nasional. Adapun

tujuan pendidikan agama Islam secara garis besar pada dasarnya untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

(GBPP PAI : 1994)61

Sedangkan dalam (kurikulum PAI : 2003) tujuan dari PAI di

sekolah atau madrasah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan melalui pemberian dan pemupukan peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam

keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.62

Sedangkan rumusan PAI dari beberapa ahli mengemukakan antara

lain Zakiyah Daradjat menyatakan tujuan PAI adalah terbentuknya insan

kamil.63 Zuhairini memberikan rumusan bahwa tujuan PAI adalah untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia muslim secara

61 Ibid, hlm. 78. 62 Ibid, hlm. 135. 63 Ibid, hlm. 10.

34

menyeluruh melalui latihan kejiwaan, pikiran, kecerdasan, perasaan, panca

indera, sehingga memiliki kepribadian yang utama.64

Menurut Al-Ghozali sebagaimana dikutip oleh Muslam membagi

tujuan PAI menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah

dengan beribadah dengan mengkaji terlebih dahulu ilmu fardhu ain karena

di sana terdapat hidayah agama. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah

diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuan.65

Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam mengandung

pengertian bahwa proses pendidikan Agama Islam yang dilalui dan

dialami oleh siswa di sekolah yang memulai dari tahapan “kognisi” yakni

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai yang

terkandung dalam ajaran Islam. Selanjutnya ke tahap “afeksi” yakni

terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,

dalam arti menghayati dan meyakininya. Dari tahap afeksi diharapkan

dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan bergerak untuk mengamalkan

dan menaati ajaran Islam “psikomotorik”. Dengan demikian akan

terbentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan

konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai

landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan

tersebut terdapat berbagai komponen yang saling berkaitan antara lain

kurikulum, guru, metode, alat, dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada beberapa ruang lingkup

PAI. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, Ruang Lingkup PAI meliputi:

a. Tarbiyah Jasmaniyah

Segala rupa pendidikan wujudnya menyuburkan dan menyehatkan

tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang

dihadapi dalam pengalamannya.

64 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.

17. 65 Ibid, hlm. 10.

35

b. Tarbiyah Aqliyah

Sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang akibatnya

mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.

c. Tarbiyah Adabiyah

Segala rupa praktek maupun teori yang wujudnya meningkatkan budi

pekerti dan meningkatkan perangai.66

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam

SMA berfokus pada aspek al-Qur'an / al-hadits, keimanan, syari’ah,

akhlak, tarikh.67 Al Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam

dalam arti merupakan sumber aqidah (keimanan) syari’ah, akhlak sehingga

kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah / keimanan merupakan

akar akidah dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah.

Syari’ah merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah, sesama manusia, dan makhluk lainnya. Sedangkan tarikh

merupakan sejarah kebudayaan Islam atau perkembangan perjalanan hidup

manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah, berakhlak,

dan mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi aqidah.68

Bagi umat Islam pendidikan agama yang wajib diikuti itu adalah

pendidikan agama Islam. Dalam hal ini PAI mempunyai tujuan kurikuler

yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana

yang termaktub dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20

tahun 2003: yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

66 Abdul Majid, op. cit., hlm. 138. 67Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA dan MA), (Jakarta: Graha Dinar, 2003), hlm. 4.

68 Muhaimin, op.cit., hlm. 80.

36

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kompetensi

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman dalam pembelajaran. Berkenaan dengan hal itu desain kurikulum

perlu diperhatikan berdasarkan pada berbagai pertimbangan. Desain

kurikulum ini harus diciptakan pemberdayaannya sebagai guidance

mampu mengarahkan seluruh aktifitas pembelajaran agar dapat

menghasilkan output yang berkualitas dengan berorientasi pasar, tidak

hanya berorientasi produk.

Desain ini harus dilaksanakan berdasarkan konsep pengembangan

ilmu pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, sikap dan nilai moral tauhid

sehingga visi dan misi kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk

pribadi muslim yang kuat dalam posisi temporal dan spiritualnya.

Dengan demikian pengertian kurikulum pendidikan Agama Islam

adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan,

pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis

diberikan pada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama

Islam. Kurikulum PAI merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan

agama Islam.69

Berdasarkan uraian tersebut maka kurikulum pendidikan agama

Islam bersumber pada tujuan 70 yang berbeda dari tujuan pendidikan

lainnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka kurikulum

pendidikan agama Islam harus sesuai dengan tujuan agama Islam, tingkat

usia, perkembangan kejiwaan, dan kemampuan siswa yang belajar

pendidikan agama Islam. Di samping itu kurikulum harus didesain sesuai

dengan kebutuhan lingkungan sekolah tersebut berada strategi yang dapat

dilakukan adalah menjalin suatu kerja sama dengan badan-badan

pemerintah maupun swasta. Kemudian diikat dalam suatu kurikulum yang

69 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza,

2003), hlm. 30. 70 Abdulloh Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 1999), hlm. 16.

37

diajarkan di kelas maupun di luar kelas. Bahkan bila mungkin siswa

diajarkan langsung oleh tenaga ahli dari badan tersebut.71

Kurikulum didesain disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan

sekolah tersebut berada, dalam rangka mendesain kurikulum dengan

mengembangkan program-program pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, sekolah pasti mengalami kesulitan, khususnya

dalam mengadaptasikan aspek filosofis tersebut. di samping itu

pembelajaran PAI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan

psikologi peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Maka PAI harus berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta berakhlak mulia. b. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan

dunia akhirat. c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial/ d. Perbaikan kesalahan, kelemahan, dan keyakinan, pengalaman ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan peserta didik dan hal negatif budaya asing. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum dan

khusus. g. Menyiapkan siswa untuk mendalami pendidikan agama kependidikan

yang lebih tinggi.72

Dalam kurikulum PAI berbasis kompetensi, kompetensi PAI

seharusnya mencerminkan seluruh dimensi keberagamaan, yakni

keyakinan, komitmen, ritual, sosial. Hal ini karena fungsi utama

pendidikan agama adalah konvensional, yakni untuk meningkatkan

keberagamaan siswa. Adapun kompetensi-kompetensi yang harus dicapai

pendidikan agama Islam di SMA adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi lintas kurikulum yakni kemampuan (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) yang harus dimiliki dalam menjalankan kurikulum.

b. Kompetensi pendidikan agama. Siswa beriman dan bertaqwa, berakhlak mulai dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam, dan menghormati agama lain.

71 Ibid, hlm. 31-34. 72 Abdul Aziz, Implikasi Penerapan KBK bagi Pengembangan Sikap Keagamaan Siswa,

Makalah, hlm. 2.

38

c. Kompetensi spesifik Pendidikan Agama Islam. Dengan landasan al Qur'an dan al Hadits siswa mampu membaca, memahami al Qur'an, dan bermuamalah dengan baik dan benar. Serta menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.

d. Standar kompetensi mata pelajaran. Berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di sekolah, berorientasi pada perilaku efektif, psikomotorik dan didukung kognitif.

e. Kompetensi persatuan jenjang pendidikan.73

Desain kurikulum pada dasarnya berakar pada pandangan filosofi

masyarakat, yang mempertanyakan aspek-aspek seperti apa yang menjadi

pengetahuan dalam muatan pendidikan, interaksi sosial. Metode belajar

yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diinginkan masyarakat. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam kurikulum pendidikan agama Islam berbasis

kompetensi antara lain:

a. Pendekatan pembelajaran dan penilaian Pendekatan dalam PAI menggunakan pendekatan terpadu meliputi keimanan, pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. Sedangkan dalam penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi dalam KBM dan penilaian berbasis kelas yang memperhatikan tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik)

b. Pengorganisasian materi Hal ini merupakan kegiatan menyiasati proses pembelajaran dengan perencanaan terhadap unsur instrumental melalui pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh. Hal ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti langkah-langkah strategis antara lain dari mudah ke sulit, dari sederhana ke komplek, dari kongkrit ke abstrak.

c. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi Teknologi dan komunikasi diperlukan dalam mewujudkan kreatifitas dan ketrampilan agar hasil pembelajaran dapat diketahui oleh siswa atau orang lain dan hal ini berfungsi untuk mendapatkan informasi terbaru dalam rangka mencari gagasan untuk perancangan dalam pembuatan ketrampilan.

d. Membaca al-Qur'an Membaca al Qur'an atau hafalan tertentu di awal setiap pelajaran selama 5 sampai 10 menit dengan tujuan mengoptimalkan tercapainya kemampuan membaca al Qur'an secara baik dan benar.

73 Abdul Majid, op.cit., hlm. 53-55.

39

e. Nilai-nilai Setiap materi yang diajarkan mengandung nilai dengan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan peserta didik dalam pendidikan agama.

f. Aspek sikap Untuk unsur pokok akhlak diharapkan siswa mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia. Dalam hal ini didukung oleh cerita Rasul yang berkaitan dengan sifat keteladanan.

g. Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler PAI dapat mendukung kegiatan intrakulikuler, misalnya kegiatan pesantren kilat, Imtaq Ramadhan, peringatan hari-hari besar Islam, Baksos, sholat jum’at, lomba BTA, dan lain-lain.

h. Keterpaduan Pada pembinaan PAI dikembangkan dengan menekankan keterpaduan tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu guru PAI perlu mendorong dan memantau kegiatan PAI yang dialami oleh siswanya.74

74 Depdiknas, KBK – PAI … op.cit., hlm. 7-9.