bab ii landasan pustaka a. penelitian …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/bab ii.pdfkepribadian,...

36
16 BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ani Triyanti dari Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Kecakapan Penyiar Dalam Menjalankan Profesi Kepenyiaran” (Studi pada penyiar Radio Unisi FM Jogja). 18 Dijabarkan dalam penelitian tersebut, bahwa seorang penyiar radio harus memiliki sejumlah kecakapan dalam melakukan kegiatan siaran dengan memiliki strategi terdengar sebagai pribadi yang menyenangkan, ramah, dan memiliki cara berbicara yang enak untuk didengar. Teori yang digunakan yaitu Ben G. Henneke yang menyatakan bahwa kecakapan yang harus dimiliki penyiar meliputi komunikasi Gagasan (Communication of ideas), Komunikasi Kepribadian (Communication of personality), Proyeksi Kepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber data dari subyek dan obyek penelitian yang memfokuskan pada penyiar UNISI FM. Dan menggunakan metode pengumpulan data, metode keabsahan data, dan metode analisis data. Sedangkan penelitian lainnya oleh Sandra Bramantyo Tobing dari Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Atmajaya Yogakarta dengan judul “Pemahaman Penyiar Radio Terhadap Konsep 18 digilib.uin-suka.ac.id diakses tanggal 20 September 2016.

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

16�

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ani

Triyanti dari Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul

“Kecakapan Penyiar Dalam Menjalankan Profesi Kepenyiaran” (Studi pada

penyiar Radio Unisi FM Jogja).18 Dijabarkan dalam penelitian tersebut, bahwa

seorang penyiar radio harus memiliki sejumlah kecakapan dalam melakukan

kegiatan siaran dengan memiliki strategi terdengar sebagai pribadi yang

menyenangkan, ramah, dan memiliki cara berbicara yang enak untuk didengar.

Teori yang digunakan yaitu Ben G. Henneke yang menyatakan bahwa kecakapan

yang harus dimiliki penyiar meliputi komunikasi Gagasan (Communication of

ideas), Komunikasi Kepribadian (Communication of personality), Proyeksi

Kepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control).

Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber data dari subyek

dan obyek penelitian yang memfokuskan pada penyiar UNISI FM. Dan

menggunakan metode pengumpulan data, metode keabsahan data, dan metode

analisis data.

Sedangkan penelitian lainnya oleh Sandra Bramantyo Tobing dari Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Atmajaya

Yogakarta dengan judul “Pemahaman Penyiar Radio Terhadap Konsep

������������������������������������������������������������18 digilib.uin-suka.ac.id diakses tanggal 20 September 2016.

Page 2: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

17�

Kesetaraan Gender ( Studi kualitatif pemahaman penyiar radio Rakosa Female

105,3FM Yogyakarta terhadap konsep kesetaraan gender)”.19 Dalam penelitian

tersebut dipelajari peran penyiar radio dalam memberikan pemahaman kepada

publik mengenai kesetaraan gender lewat materi yang disampaikan dalam

program acara di radio Rakosa FM. Teori yang digunakan yaitu Teori Gender

menurut Edward Wilson dari Harvard University. Sedangkan metode yang

digunakan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dengan tiga penyiar

Rakosa FM.

Dalam penelitian lain yang disusun oleh Putri Ferira dari Universitas Sultan

Agung Tirtayasa dengan judul “Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam

Menjalin Komunikasi dengan Pendengar”.20 Penelitian ini mencermati bentuk

dan pola komunikasi penyiar menyesuaikan dengan segmen radio Harmony FM

yaitu segmen keluarga. Pembawaan penyiar, gaya bicara, intonasi, kesesuaian

vokal dan karakter dan penguasaan teknik bridging. Landasan teori yang

digunakan Teori Logika Desain Pesan yang dikemukakan oleh Barbara O’Keefe.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan

paradigma interpretatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

wawancara mendalam dan observasi di radio Harmony FM.

������������������������������������������������������������19 https://core.ac.uk diakses tanggal 21 September 2016.

20 http://repository.fisip-untirta.ac.id diakses tanggal 21 September 2016.

Page 3: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

18�

01 Peneliti : Ani Triyanti

Judul : “Kecakapan Penyiar Dalam Menjalankan Profesi Kepenyiaran” (Studi pada penyiar Radio Unisi FM Jogja).

Metode : Deskriptif kualitatif

Sumber data : Subyek dan obyek penelitian yang memfokuskan pada penyiar UNISI FM

Teori : Ben G. Henneke meliputi komunikasi Gagasan (Communication of ideas), Komunikasi Kepribadian (Communication of personality), Proyeksi Kepribadian, Pengucapan (Pronaunciation), dan Kontrol Suara (Voice Control).

Tujuan penelitian : Bagaimana kecakapan penyiar radio Unisi FM dalam menjalankan profesinya di bidang penyiaran radio.

02 Peneliti : Sandra Bramantyo Tobing.

Judul : “Pemahaman Penyiar Radio Terhadap Konsep Kesetaraan Gender ( Studi kualitatif pemahaman penyiar radio Rakosa Female 105,3FM Yogyakarta terhadap konsep kesetaraan gender)”.

Metode : Kualitatif indepth interview

Sumber data : 3 penyiar radio Rakosa FM.

Teori : Teori Gender menurut Edward Wilson dari Harvard University.

Tujuan penelitian : Peran penyiar radio dalam memberikan pemahaman kepada publik mengenai kesetaraan gender lewat materi yang disampaikan dalam program acara di radio Rakosa FM

03 Peneliti : Putri Ferira.

Judul : “Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin Komunikasi dengan Pendengar”.

Metode : Kualitatif deskriptif dengan paradigma interpretatif.

Sumber data : Wawancara mendalam dan observasi dengan penyiar radio Harmony FM.

Teori : Teori Logika Desain Pesan oleh Barbara O’Keefe.

Tujuan penelitian : Penelitian ini mencermati bentuk dan pola komunikasi penyiar menyesuaikan dengan segmen radio Harmony FM.

2.1 Tabel penelitian sebelumnya

Page 4: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

19�

Dari bagan yang tersaji pada penelitian sebelumnya, terdapat kesamaan dalam

pemilihan metode yang digunakan dengan penelitian ini yaitu kualitatif. Objek

dan subjek yang dipilih sama yaitu media radio dan penggunaan teknik

komunikasi kepada pendengar. Terdapat perbedaan pada teori yang digunakan

sebagai acuan penelitian. Namun secara garis besar tujuan dilakukannya

penelitian ini serupa, yaitu untuk mengetahui bentuk dan cara komunikasi yang

digunakan oleh penyiar radio. Agar memperkaya pemahaman akan tugas penyiar

radio, maka peneliti merasa perlu untuk melengkapi penelitian ini dalam aspek

yang lebih spesifik yaitu teknik komunikasi dalam program dialog.

Dari ketiga penelitian yang diambil sebagai pembanding atas penelitian yang

dilakukan saat ini, peneliti sepakat bahwa terdapat hal mendasar yang harus

dikuasai oleh penyiar radio. Diantaranya menguasai teknik vokal dalam

membangun imajinasi pendengar sehingga tertarik, terpengaruh, dan loyal pada

penyiar tersebut. Namun yang tidak dikemukakan oleh penelitian sebelumnya

adalah spesifik pada program dialog atau wawancara. Karena perlu kemampuan

dan kepekaan lebih yang harus dimiliki penyiar radio Jogjafamily dalam

menjalankan peran karena saat dialog terdapat kepentingan klien atau narasumber.

Teknik inilah yang digali oleh peneliti, sehingga teknik dasar pada temuan

penelitian sebelumnya perlu dikembangkan karena adanya keterlibatan pihak lain

(narasumber) didalam studio siaran.

Page 5: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

20�

B. PENYIARAN DALAM ILMU KOMUNIKASI

Berkembangnya teknologi dan informasi memberikan manfaat penyebaran

pesan dilakukan lebih cepat dan menjangkau lebih banyak khalayak. Pesan yang

disampaikan melalui radio misalnya, hanya membutuhkan waktu beberapa detik

saja untuk sampai kepada pendengarnya. Meskipun jarak antara sumber pengirim

dengan audien relatif jauh. Semua mungkin terjadi nyaris tanpa hambatan di era

modern ini

Dalam ilmu komunikasi, menyampaikan pesan secara berantai mempunyai

beberapa pilihan saluran komunikasi. Upaya untuk menyampaikan pesan

memiliki 2 cara yaitu dengan menggunakan media atau tanpa media. Dengan

menggunakan media, individu dapat memilih media massa (cetak dan elektronik)

ataukah non media massa (langsung atau tatap muka). Pada saluran media massa

terdapat pilihan media massa cetak (koran, majalah, pamflet, spanduk) dan media

massa elektronik (televisi, radio, film, dvd). Berikut skema gambaran hubungan

media penyiaran (radio) dalam teori komunikasi :

Bagan 2. 2 Saluran Komunikasi

Media Massa

Elektronik Cetak

SALURAN KOMUNIKASI

Dengan Media Langsung / Tatap Muka /non media

Radio�

Page 6: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

21�

Media radio telah berusia seratus tahun dan mengalami perkembangan jauh

berbeda sejak keberadaannya pertama kali ditahun 1916 tercatat dalam sejarah

teknologi penyiaran radio dirintis oleh Lee de Forest dari Amerika Serikat.21

Dalam bahasan ini, peneliti akan menguraikan pengamatan mendalam bidang

penyiaran dalam teori komunikasi. Sebagaimana dijelaskan dalam bagan, yang

dimaksud media penyiaran yaitu televisi dan radio. Radio Jogjafamily yang

terletak di area Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk dari

media massa yang efektif dalam menjangkau khalayak dalam jumlah banyak.

Penyiaran yang dalam bahasa Inggris disebut broadcasting yaitu proses yang

berupa tahapan penyiapan materi siaran, proses produksi, penyiapan bahan siaran,

kemudian dipancarkan hingga sampai kepada penerima siaran oleh pendengar di

satu tempat.22 Jika dicermati lagi saluran komunikasi media penyiaran antara

penyiar dengan pendengar tidak berhadapan langsung tetapi melalui satu media,

yakni media penyiaran yang memakai peralatan elektronik.

Radio Jogjafamily FM adalah perusahaan media yang bergerak dalam bidang

penyiaran. Keberadaannya memiliki peran di masyarakat Yogyakarta untuk

menyebarkan informasi berupa produk berita, seni, hiburan, dan budaya. Secara

umum studi mengenai komunikasi massa terbagi menjadi dua : 23

a. Studi tentang peran media massa pada khalayak beserta dengan

institusi – institusinya. Menggambarkan hubungan radio Jogjafamily

������������������������������������������������������������21 Hidayanto Djamal dan Andi Fachrudin, Op.cit., Hal. 5

22 J.B. Wahyudi, Dasar – Dasar Manajemen Media Penyiaran. Gramedia. Jakarta 1994. Hal. 6

23 Morissan, Manajemen Media Penyiaran. Kencana. Jakarta 2008. Hal. 14.

Page 7: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

22�

dengan dengan institusi politik, ekonomi, pendidikan, dan lain

sebagainya dan hubungan saling mempengaruhi. Dalam hal ini

termasuk juga dengan pengiklan baik komersial maupun

pemerintahan.

b. Studi berikutnya adalah yang melihat hubungan antara media dengan

pendengarnya, baik kelompok atau individu. Teori mengenai

hubungan yang menekankan pada efek – efek pendengar secara

individu ataupun kelompok sebagai hasil interaksi dengan radio

Jogjafamily.

Dalam penelitian ini dikemukakan kombinasi keduanya, seperti yang

dikemukakan dalam Teori Komunikasi Sirkular. Namun sebelum membahas

mengenai teori tersebut, ada baiknya peneliti menjelaskan sejumlah aspek yang

berkaitan dengan objek penelitian.

C. RADIO

Morissan dalam Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan

Televisi menyebutkan bahwa sejarah penyiaran terbagi menjadi dua bahasan.

Sejarah media penyiaran sebagai penemu tekhnologi dan sejarah media penyiaran

sebagai sebuah industri.24 . Pada sejarah media penyiaran penemu tekhnologi akan

membahas ditemukannya tekhnologi radio pertama kali di Amerika dan Eropa

oleh para ahli tekhnik.

������������������������������������������������������������24 Ibid, Hal.2.

Page 8: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

23�

Sedangkan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri berawal dari Frank

Conrad ahli teknik dari Pittsburgh, AS pada masa tahun 1920 membangun sebuah

pemancar radio di garasi rumahnya. Kala itu yang dilakukannya adalah memutar

lagu, dan mengumumkan hasil pertandingan olahraga muncul ketika pertama kali

dan kemudian setiap tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio. Di

Indonesia sendiri 69 tahun yang lalu untuk pertama kali Radio Republik Indonesia

(RRI) mengudara di Indonesia. Radio tersebut milik Jepang bernama Hasokyoku

yang berhasil direbut oleh para pejuang tanah air. Stasiun radio milik Jepang yang

kemudian menjadi RRI ada delapan buah, berada di Jakarta, Bandung,

Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Tahun 1945 – 1949 dimasa revolusi, selain RRI juga terdapat radio radio

perjuangan. Diantaranya Radio Pemberontakan di Surabaya, Malang, dan Solo

yang digunakan oleh bung Tomo untuk mengobarkan semangat perjuangan

melawan penjajah; ada Radio Internasional Indonesia di Kediri; Gelora Pemuda di

Madiun; Radio Militer dan Radio Indonesia Raya di Yogyakarta; Radio

Perjuangan di Semarang; dan Rimba Raya di Aceh.

Radio dikatakan sebagai “kekuasaan kelima” atau the fifth estate, setelah

eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers. Para ahli komunikasi memberikan posisi

ke lima kepada radio karena dalam sejarah menjelang hingga usai Perang Dunia

ke II pihak pihak yang terlibat melakukan perang melalui media radio kala itu.

Ada 3 faktor radio dijuluki kekuasaan kelima :25

������������������������������������������������������������25 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung 2009. Hal.107.

Page 9: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

24�

1) Radio siaran bersifat langsung : pesan yang disampaikan dilakukan tanpa

proses yang rumit. Sehingga distribusi pesan lebih efektif dan efisien melalui

radio karena langsung sampai kepada pendengar .

2) Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan : sehingga begitu pesan

diucapkan oleh penyiar atau orator, maka dapat langsung didengarkan oleh

khalayak seberapa jauhnya sasaran yang dituju. Terutama saat ini radio dapat

dinikmati melalui media internet yaitu streaming.

3) Radio siaran memiliki daya tarik : kata kata lisan (spoken words), musik

(music), efek suara (sound effect) ketiga faktor inilah yang membuat radio lebih

hidup untuk dinikmati sambil melakukan aktifitas apapun.

Setiap media memiliki kekurangan dan kelemahan, tidak ada media yang

mampu memenuhi kebutuhan khalayak dengan bermacam keinginan. Media cetak

memang dapat dibaca berulang kali, namun kecepatan dalam menyampaikan

berita aktual dapat dikalahkan oleh media elektronik. Demikian juga media

elektronik yang terdiri dari televisi dan radio sebagaimana dijelaskan menurut J.B

Wahyudi dikutip Morissan bahwa media penyiaran memiliki sifat dan ciri yang

khas26.

������������������������������������������������������������26 Onong Uchjana Effendy, Op.cit,. Hal.11.

Jenis Media Sifat

Cetak � Dapat dibaca, dimana dan kapan saja

� Dapatdibacaberulang ulang

� Daya rangsang rendah

Page 10: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

25�

Pada masa Orde Lama hingga akhir tahun 1966 hanya terdapat RRI sebagai

satu satunya radio siaran di Indonesia yang dimiliki dan dikuasai oleh

pemerintah.27 Perubahan politik dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru,

memberikan kesempatan hadirnya radio amatir yaitu siaran radio yang digunakan

oleh penggemar kepada penggemar lainnya untuk menguji daya jangkau,

������������������������������������������������������������27 Onong Uchjana Effendy, Op.cit., Hal.63 – 70.

� Pengolahan bisa mekanik, bisa elektris

� Biaya relatif rendah

� Daya jangkau terbatas

Radio � Dapat didengar bila siaran

� Dapat didengar kembali bila diputar kembali

� Daya rangsang rendah

� Elektris

� Relatif murah

� Daya jangkau besar

Televisi � Dapat didengar dan dilihat apabila ada siaran

� Dapat didengar dan dilihat kembali, bila diputar

kembali

� Daya rangsang sangat tinggi

� Elektris

� Sangat mahal

� Daya jangkau besar

Page 11: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

26�

demikian menurut pandangan Onong Uchjana Effendy. Disebutkan pula bahwa

awal keberadaan radio swasta di Indonesia adalah radio amatir.28

Dalam buku “Radio Siaran, Teori dan Praktek” disebutkan pada akhir tahun

1974 radio siaran komersial mulai eksis di Indonesia dengan jumlah 300 stasiun,

dan mengalami peningkatan menjadi 405 buah pada periode tahun 1982/1983.

Ditahun 1990 jumlahnya sudah bertambah lagi menjadi 449 stasiun radio swasta.

Dalam tabel yang disajikan oleh J.B Wahyudi menjelaskan perbedaan antara

media cetak dan elektronik, maka dapat dicermati jika radio memiliki karakter

yang berbeda dalam memberikan layanan bagi para penggemarnya, hal inilah

yang membuat bisnis radio tumbuh subur.

Para pengiklan memilih radio karena memberi akses menjangkau pendengar

yang homogen, biaya pembuatan iklan radio lebih murah sehingga dapat diubah,

diperbarui, dan dispesialisasikan sesuai kebutuhan pendengar. Alasan lainnya

adalah waktu siaran radio tidak mahal. Loyalitas pendengar radio tidak saja pada

program dan penyiarnya, namun juga iklan yang ditayangkan radio tersebut.

Penjualan iklan membawa bentuk jaringan radio nasional. Radio dengan model

afiliasi atau berkelompok dinilai lebih banyak menghantarkan konten siaran

kepada khalayak. Dengan model ini, radio dapat menerima lebih banyak lagi iklan

sehingga mampu memproduksi program yang lebih baik serta menggaji tenaga

kerja yang berkualitas.

Saat ini stasiun radio yang mengudara di Yogyakarta menggunakan sinyal

gelombang FM (Frequency Modulation atau modulasi frekuensi). Dengan

������������������������������������������������������������28 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Op.cit., Hal.19.

Page 12: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

27�

gelombang FM lebih memungkinkan untuk dinikmati secara stereo, namun secara

kualitas dan ketepatan suara lebih baik dibandingan dengan gelombang AM

(Amplitude Mudulation atau amplitudo modulasi). Bisnis radio mengalami

perubahan dengan adanya deregulasi dan perubahan aturan kepemilikan.

Di Yogyakarta merujuk pada data bulan April 2015 terdapat 45 siaran radio

komersial FM dan 9 radio siaran AM serta 37 radio komunitas.29 Kehadiran KPI

(Komisi Penyiaran Indonesia) membawa perubahan terutama dalam pengelolaan

radio siaran yang berisikan penyusunan program siaran dan pedoman prilaku

siaran. Aturan yang terdapat dalam UU Penyiaran Nomer 32, Tahun 2002

membawa pengaruh terhadap Lembaga Penyiaran Swasta Radio dalam

membenahi sistem manajemen. Setiap program yang dibuat, berorientasi untuk

mendatangkan iklan sebanyak banyaknya, sehingga radio dapat dikatakan

berorientasi pada bisnis dan kegiatan ekonomi.

Kehadiran internet juga turur membawa perubahan pada media radio dunia,

khalayak dapat mendengarkan radio melalui streaming online, meski dapat

dikatakan penggunakan media baru ini belum maksimal dilakukan di Indonesia.

Radio di Yogyakarta mengalami pasang surut dan mencapai masa kejayaan

ditahun 1980 – 2000, meski tak sepopuler pada masa tersebut namun masih

terdapat khalayak yang membutuhkan radio untuk mendengarkan musik atau

berita dalam perjalanan dan aktifitasnya. Model analog masih menjadi pilihan atas

eksistensi radio di Yogyakarta termasuk radio Jogjafamily FM.

������������������������������������������������������������29 http://bisnis-diy.blogspot.co.id/2015/04/daftar-stasiun-radio-fm-am-di-diy.html diakses tanggal 21 Oktober 2016.

Page 13: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

28�

D. ANNOUNCER / PENYIAR RADIO

Media massa radio lekat dengan profesi penyiar. Penyiar radio menurut

penjelasan Habib Bari adalah seorang petugas radio yang bekerja untuk dan

dengan cara merangkai acara dan melakukann penyebaran informasi, ajakan,

imbauan, menghibur, membentuk suasana, menimbulkan semangat, dengan

mengandalkan kemampuannya berbicara melalui radio siaran secara langsung

maupun tidak langsung.30

Seorang penyiar radio atau announcer menurut Fred Wibowo adalah

seseorang yang mengumumkan informasi atau memberitahukan suatu informasi.31

Dapat juga diartikan sebagai seorang yang memberikan laporan atau memberi

kabar tentang suatu kejadian. Agar khalayak dapat mengerti dan memahami

dengan baik apa yang disampaikan oleh seorang penyiar, memerlukan tekhnik

menyampaikan pesan. Dalam penelitian nanti akan dikaji penulis, tekhnik

penyampaian pesan oleh penyiar radio dalam program dialog.

Sedangkan Hoyyima Khoiri dalam bukunya “Cara Mudah Menjadi Presenter

TV dan Radio” mendefinisikan presenter atau penyiar radio adalah orang yang

menyajikan materi siaran kepada pendengar secara tetap dan reguler. Seseorang

yang melakukan pekerjaan menyajikan produk komersial, menyiarkan

berita/informasi, akting sebagai pembawa acara atau pelawak, membawakan acara

olahraga, pewawancara, diskusi, kuis, dan narasi.32

������������������������������������������������������������30 M.Habib Bari, Tekhnik dan Komunikasi Penyiar (televisi-radio-mc). Gramedia. Jakarta 1995. Hal.76.

31 Fred Wibowo, Tekhnik Produksi Program Radio Siaran. Grasia. Kartasura 2011. Hal. 237-238.

32Hoyyima Khoiri, Cara Mudah Menjadi Presenter TV dan Radio. Diva. Yogyakata 2010. Hal.19-20.

Page 14: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

29�

Dari definisi penyiar radio yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti

menyimpulkan definisi seorang penyiar radio sebagai perantara penyampai

informasi yang telah dikonsep, dipersiapkan oleh media baik itu berita aktual,

komersial dan hiburan kepada pendengarnya dengan kemampuan profesional

yang dimiliki dalam mengolah suara sehingga menarik untuk didengarkan dan

pemilihan kalimat yang mudah dipahami.

Pembawaan seorang penyiar sebagaimana dikemukakan oleh Erving

Goffman33 seorang sosiolog termasyur di abad ke-20 menjelaskan bagaimana

pelaku komunikasi (dalam hal ini penyiar radio) menghadirkan dirinya kepada

pendengar. Penyiar Jogjafamily FM haruslah menjadi pribadi yang mampu

mengesankan pendengarnya, dengan cara memahami bagaimana harus

menempatkan diri, apa yang harus dikatakan, dan bagaimana harus bertindak agar

program yang dibawakan didengarkan, direspon dengan baik oleh pendengarnya.

Teori Pembawaan Diri dikatakan Goffman, yang diterapkan dalam diri penyiar

radio Jogjafamily seperti sebuah drama, karena penyiar harus terdengar

menunjukkan ketertarikan dengan tema yang dibahas oleh narasumber dalam

program dialog.

Temmy Lesanpura menyebutkan 10 hal pokok dalam arti dan fungsi seorang

penyiar sebagai berikut :34

(1) Sebagai juru bicara stasiun radio.

������������������������������������������������������������33 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Edisi 9. Penerj. Mohammad Yusuf Hamdan. Salemba Humanika. Jakarta 2012. Hal. 127-129.

34 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio (panduan teori dan praktek). Pustaka. Yogyakarta 2010. Hal. 50.

Page 15: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

30�

(2) Sebagai alat bersaing dengan stasiun radio lain.

(3) Penyampai pesan komersial.

(4) Menjadi station identity (identitas stasiun radio).

(5) Pelaku “awareness” dengan pendengar/penghimpun pendengar.

(6) Menjadi unsur kekuatan mencapai “leader station”.

(7) Anggota perusahaan yang punya hak dan kewajiban.

(8) Memiliki needs dan harapan dalam karir serta jabatan.

(9) Sebagai teman bicara.

(10) Sebuah profesi yang khusus dalam dunia komunikasi.

Penyiar radio adalah ujung tombak, karenanya untuk menjadi penyiar radio

profesional harus memenuhi sejumlah kriteria sebagaimana yang dikemukakan

oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Kriteria ini pula yang harus dimiliki oleh

penyiar Jogjafamily FM sebagaimana saran dari Gough35 : Talk to a friend. Talk,

don’t read , deliver a sermon. Radio is for telling, for talking, person to person.

Karena untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan informasi dilakukan melalui

suara.

E. PROGRAM / PROGRAM ACARA

Menurut Fred Wibowo yang dimaksud dengan program acara adalah bagian

dari siaran yang berisi muatan pesan yang disusun dalam suatu kemasan yang

ditujukan kepada khalayak36. Dalam tulisannya, Fred Wibowo membagi jenis

program menjadi dua yaitu program tunggal dan program gabungan.

������������������������������������������������������������35 Ibid, hal. 48.

36 Fred Wibowo, Op.cit., hal. 69.���

Page 16: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

31�

Dengan perbedaan, pada program tunggal menggunakan satuan menit dalam

durasinya dan hanya terdiri dari satu model siaran. Sedangkan pada program

gabungan, satuan durasinya hitungan jam dan menggabungkan beberapa jenis

kegiatan seperti memutar musik – wawancara – reportase dalam satu nama

program acara.

Dalam bahasa Indonesia, program diartikan sebagai penjadwalan program

yang akan diudarakan (to be aired). Di Amerika istilah yang digunakan adalah

program, sedangkan di negara negara Commenwealth menggunakan istilah

programme. Pengertian programming atau lebih lengkapnya disebut broadcast

programming adalah pengorganisasian program radio maupun televisi dalam

program harian, mingguan, dan bulanan37.

Dalam siaran terdapat dua jenis format siaran, yaitu monolog dan dialog.

Peneliti belum menemukan rujukan mengenai siaran monolog, namun dalam seni

peran yang disebut dengan monolog adalah ilmu terapan yang mengajarkan seni

peran yang hanya membutuhkan satu orang.38 Sedangkan merujuk pada Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), monolog adalah pembicaraan yang dilakukan

sendiri; adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan

seorang diri.39 Maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian monolog adalah

percakapan yang dilakukan penyiar seorang diri untuk menjelaskan beberapa hal

penting, pengumuman, pernyataan, informasi, uraian tentang berbagai pokok

������������������������������������������������������������37 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Op.cit., hal. 127.

38 http://any.web.id/arti-dan-unsur-monolog.info diakses 14 Juli 2017.

39 http://kbbi.web.id/ diakses 14 juli 2017.

Page 17: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

32�

persoalan atau bahasan penting aktual, meski ada pula tema yang disampaikan

berupa tips atau informasi ringan.

Monolog sering disandingkan dengan dialog, didalam KBBI memiliki

pengertian bercakap cakap; bersoal jawab secara langsung. Dalam pengertian lain

tentang dialog adalah komunikasi yang mendalam mempunyai tingkatan dan

kualitas yang tinggi mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan saling

berbagi pandangan satu sama lain40. Dalam siaran radio program dialog atau dapat

pula disebut dengan wawancara memiliki diartikan sebagai format yang

memfokuskan mengenai topik atau isu aktual untuk diperbincangkan41.

Sedangkan Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Radio

Siaran memiliki pendapat mengenai pengertian program dialog yaitu program

yang dilakukan dua orang atau lebih dengan suatu tanya jawab, dialog, atau

diskusi. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa yang disebut dengan dialog

dalam program radio adalah format siaran yang melibatkan dua orang atau lebih

untuk membahas tema yang disepakati dan melibatkan pendengarnya.

������������������������������������������������������������40�http://any.web.id/arti-dan-unsur-monolog.info diakses 14 Juli 2017.�

41�A.�Ius�Y.�Triartanto,�Op.cit.,�Hal.�142.

Page 18: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

33�

F. MASS COMMUNICATION / KOMUNIKASI MASSA

Para pakar komunikasi di Amerika menuliskan dalam buku berjudul Human

Communication (1980) dan dikutip oleh Hafied Cangara,42 membagi komunikasi

menjadi 5 tipe komunikasi yaitu : Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal

Communication), Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication),

Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi Massa

(Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).

Dalam penelitian ini dibahas mengenai salah satu bentuk komunikasi massa,

dimana media yang menjadi tempat penelitian yaitu radio termasuk komunikasi

yang menggunakan media massa modern termasuk didalamnya surat kabar,

televisi, film yang meliputi jangkauan luas serta ditujukan untuk umum maka bisa

disebut sebagai komunikasi massa.43 Umumnya media massa modern melalui

tahapan – tahapan dimana pesan diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan

direspon. Selain media massa modern, ada pula yang memasukkan kegiatan teater

rakyat, juru pantun, tukang dongeng keliling menjadi bagian dari komunikasi

massa, demikian pendapat dari Everett M. Rogers yang dikutip oleh Unong

Uchjana Effendy.

Definisi komunikasi massa secara sederhana juga dikemukakan oleh Bittner

(1980) : “ Mass communications is message comminicated through a mass

medium to a large number of people” yang artinya komunikasi massa adalah

������������������������������������������������������������42 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Kedua. Rajawali Pers. Jakarta 2015.

Hal. 33.

43 Unong Uchjana Effendy, Op.cit,. hal. 11.

Page 19: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

34�

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.44

Hafid Cangara menjelaskan pengertian komunikasi massa sebagai proses

komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang

melembaga kepada khalayak yang bersifat massal melalui alat – alat yang bersifat

mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, atau film. Disebutkan pula bahwa

komunikasi massa memiliki ciri khusus yaitu sifat pesannya terbuka pada

khalayak yang terdiri dari berbagai hal baik usia, agama, suku, pekerjaan, ataupun

kebutuhan.45

Dalam pemahaman peneliti yang dirangkum dari sejumlah buku bahwa dalam

Komunikasi Massa terdapat unsur unsur yang mendukung komunikasi dilakukan

agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak dalam wilayah yang

luas, sebagai berikut :

(a) Komunikator yaitu pihak yang menggunakan media massa untuk

menyampaikan pesan. Di radio Jogjafamily yang disebut komunikator

adalah pihak yang mendapatkan keuntungan atas dilakukannya

komunikasi ini. Dalam program dialog yang disebut komunikator adalah

penyiar radio sebagai individu yang mendapat pekerjaan dimedia tersebut

sebagai penyampai informasi, dan juga narasumber yang mendapat

keuntungan informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh khalayak.

(b) Media Massa yang menjadi penghubung antara komunikator dengan

pendengarnya. Dalam hal ini radio Jogjafamily sebagai media

������������������������������������������������������������44 Jalaludin Rakhmat, Op.cit. Hal. 189.

45 Hafied Cangara, Op.cit. Hal. 41.

Page 20: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

35�

penghubung antara penyiar / narasumber dalam menyampaikan pesan

kepada pendengarnya. Radio Jogjafamily

(c) Informasi adalah unsur dalam komunikasi massa, sehingga isi dari

informasi tersebut bersifat terbuka dan umum. Tidak hanya ditujukan

pada satu orang saja, namun khalayak luas. Diradio Jogjafamily informasi

dalam program dialog menyesuaikan siapa narasumber dan apa

jabatannya. Dalam dialog dengan PLN tentu informasi yang disampaikan

tentang komitmen layanan terhadap konsumen listrik. Jika jabatan

narasumber adalah Humas maka informasi yang disampaikan adalah

kebijakan perusahaan dan program yang ada. Jika teknisi PLN maka akan

menjelaskan komponen yang aman dalam pemasangan / instalasi listrik.

(d) Gatekeeper sebagai penyeleksi informasi, di radio jogjafamily yang

disebut gatekeeper adalah Program Director. Menjadi tugas PD untuk

menentukan dan menyeleksi informasi yang akan disampaikan penyiar

pada khalayak. Berbeda dalam program dialog, narasumber memiliki

wewenang untuk menyeleksi pertanyaan dan menetapkan tema bahasan

yang akan disampaikan oleh penyiar. Agar informasi yang sampai kepada

pendengar dapat sesuai dengan kehendak narasumber.

(e) Khalayak adalah penerima informasi yang disampaikan oleh media

massa. Dapat dikatakan bahwa pendengar media massa radio sangat luas

tingkatan latar belakang dan tak dapat diketahui satu persatu sehingga

dapat dikatakan heterogen dan anonim.

Page 21: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

36�

(f) Umpan balik yang dilakukan oleh pendengar dimasa kini, mendukung

informasi disampaikan dengan tepat maksud dan sasaran. Kehadiran

telephon, handphone, media sosial menjadi saluran umpan balik yang

digunakan oleh pendengar radio Jogjafamily dalam memberikan respon

dari perbincangan penyiar dengan narasumber dalam program dialog.

Komunikasi massa tidak terlepas dari peran teknologi, sehingga definisi

komunikasi massa dipertanyakan. Menurut Severin dan Tankard, mengikuti

Wright, secara garis besar komunikasi massa didefinisikan sebagai berikut :46

(1) Komunikasi massa diarahkan pada audien yang relatif besar, heterogen,

dan anonim.

(2) Pesan pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan bersifat

sementara.

(3) Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi

yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Di radio Jogjafamily definisi tersebut benar adanya bahwa pendengar terdiri

dari berbagai macam latar belakang, program yang disajikan harian ataupun

mingguan terjadwal dan untuk memenuhi kebutuhan semua pendengarnya, serta

Jogjafamily FM menjadi pihak yang menanggung biaya operasional yang cukup

tinggi untuk membiayai bermacam pengeluaran perusahaan. Termasuk pengadaan

teknologi baru agar dapat menyesuaikan diri dengan tren yang ada seperti aplikasi

perbincangan di telepon genggam, interaksi melalui sosial media, interaksi dengan ������������������������������������������������������������46 Werner J. Severin – James W. Tankard Jr, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (edisi kelima). Kencana. Jakarta 2009. Hal.4 .

Page 22: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

37�

audien melalui telepon, maka kategori media massa mengalami perubahan

mengutip pendapat Severin dan Tukard, mengikuti pendapat McManus yaitu :

(1) Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan

penyiaran sekarang bergabung.

(2) Kita sedang bergeser dari kelangkaan media menuju media yang

berlimpah.

(3) Kita sedang mengalami pergeseran dari mengarah kepuasan massa audien

kolektif menuju kepuasan grup atau individu.

(4) Kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah kepada media

interaktif.

Hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi menjadikan

kompetisi semakin ketat dalam dunia penyiaran, sekaligus menjadikan audien

makin selektif memilih media massa. Perubahan besar membawa dampak

konvergensi atau penggabungan layanan yang dulunya terpisah. Seperti yang

terjadi pada radio Jogjafamily yang dapat didengarkan melalui streaming,

youtube, ataupun vlog pada sosial media agar dekat dengan audiennya.

G. CIRCULAR THEORY / TEORI SIRKULAR

Berbagai teori menjelaskan proses berjalannya pesan dari sumber (source)

kepada pihak yang menerima pesan atau komunikan (receiver). Teori awal

dikenal dengan Teori Linier yang menggambarkan proses berjalannya pesan satu

arah atau one way direction dengan teori tertua di kenal teori stimulus-respon (S-R

Theory). Kemajuan teknologi yang terjadi di masa kini, memberikan pengaruh

Page 23: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

38�

besar terhadap kecanggihan perangkat yang mendukung proses penyiaran radio.

Jika di awal keberadaan radio hanya sekedar menyiarkan berita dan memberikan

informasi, maka seiring perkembangan teknologi dan tuntutan perkembangan

jaman mengubah kebiasaan audien dari pendengar pasif menjadi pendengar aktif.

Teori Komunikasi Sirkular yang dikemukakan oleh Melvin DeFleur (1970)47

yang memasukkan umpan balik yang memberikan kemungkinan kepada penyiar

radio untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya, sehingga proses

penciptaan makna bersama atau pencapaian kesamaan makna akan meningkat.

Selain itu dengan adanya komunikasi timbal balik juga memberikan informasi

kepada pengelola media, seberapa banyak audien yang menikmati programnya..

Dalam teori Sirkular oleh DeFleur terlihat terjadi peningkatan pola pikir pada

teori komunikasi massa yang mencoba menyesuaikan diri dengan perkembangan

media massa.

Teknologi memegang peranan penting dalam mendorong upaya komunikasi

yang cepat dan segera. Meski dalam teori Sirkular dikatakan umpan balik itu ada,

dan terkadang datang terlambat. Ada upaya pendengar memberikan respon balik

atas apa yang di dengarnya dari radio Jogjafamily baik itu berupa kritik, saran,

pujian, pertanyaan, maupun komentar. Program interaktif yang disiarkan oleh

radio Jogjafamily dengan melibatkan pendengarnya dengan berbagai medium

komunikasi seperti SMS, telepon, dan media sosial dengan demikian volumen

umpan balik yang diterima media menjadi tidak terbatas, bersifat seketika dan

hampir tidak pernah tunggal.

������������������������������������������������������������47 Morissan, Manajemen Media Penyiaran. Op.cit., Hal. 17.

Page 24: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

39�

Jogjafamily FM merancang program dengan membuka hubungan yang luas

dengan audien. Pendengar dilibatkan dalam program siaran seperti memberikan

ruang bagi pendengar memilih lagu yang ingin didengarkan, berkomentar tentang

penyiar radio, berpendapat tentang topik yang sedang disampaikan penyiar radio,

memberikan informasi lalu lintas maupun kejadian yang dianggap menarik

perhatian khalayak sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi dua arah.

Bagan 2. 2 Model Komunikasi DeFleur 48

Dalam bagan digambarkan, adanya keterkaitan berbagai aspek komunikasi

sehingga jika salah satu komponen mengalami hambatan atau gangguan, maka

akan mempengaruhi proses komunikasi. Komunikasi massa dalam pandangan

������������������������������������������������������������48 Hidajanto Djamal dan Andi Facruddin, Op.cit., Hal. 72.

Media�Massa

Saluran�transmitter� Penerima� Tujuan�

Gangguan�

Tujuan� Penerima Saluran Sumber�Transmitter�

Sumber�

Perangkat��Umpan�Balik

Page 25: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

40�

DeFleur menyatakan yang dimaksud sebagai sumber dalam program dialog radio

Jogjafamily adalah penyiar. Dalam penelitian ini, teori komunikasi diterapkan

dalam program dialog, sehingga selain penyiar radio juga terdapat narasumber

yang turut memberikan informasi pada khalayak, narasumber yang memaparkan

tema yang disepakati. Selanjutnya penyiar Jogjafamily akan memberikan

kesempatan kepada pendengar untuk menyampaikan tanggapan atau pertanyaan

melalui media yang disediakan oleh radio Jogjafamily.

Sebagaimana tergambar dalam bagan, umpan balik dalam DeFleur pada

komunikasi massa masih terbatas. Pada pelaksanaannya dialog, umpan balik atau

respon pendengar yang menyimak program dialog dapat dilakukan oleh melalui

SMS, Whats App, dan Line yang disortir oleh penyiar atau ditunda dibacakan

untuk direspon oleh narasumber dalam program dialog. Meski respon terhadap

umpan balik tidak seketika, respon pendengar mempengaruhi situasi dialog

menjadi lebih kaya pertanyaan, kaya informasi, dan tersirat banyak yang

mendengarkan program tersebut.

Dengan banyaknya umpan balik, kegiatan dialog dianggap sukses. Karena

komunikasi massa juga merupakan pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan

menerima pesan secara timbal balik. Dengan begitu komunikasi massa juga

bersifat transaksional, yaitu tindakan pihak pihak yang berkomunikasi secara

serempak menyampaikan dan menerima pesan.49

������������������������������������������������������������49 Morissan, Op.cit., Hal. 22.

Page 26: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

41�

H. ACTION ASSEMBLY THEORY / TEORI PENYUSUNAN

TINDAKAN

Teori ini dikemukakan oleh John Greene50 dan umumnya teori yang masuk

dalam tradisi sosiopsikologi fokus pada cara pelaku komunikasi dalam mengatur

pesan. Penelitian ini sendiri fokus pada bagaimana penyiar radio menyampaikan

pesan kepada khalayak dalam program talkshow. Teori ini menguji cara penyiar

radio dalam memakai pengetahuan dan pengalaman berpikir untuk membentuk

pesan. Pada teori ini pengetahuan prosedural menjadi intinya.

Kapanpun harus bertindak, penyiar radio harus “menyusun” prosedur yang

tepat atau perilaku. Dari semua prosedur tindakan yang terekam dalam memori

penyiar radio, harus dipilih yang paling tepat dalam rangka menyelesaikan

tanggung jawab. Spontanitas tindakan yang biasa kita lakukan, adalah bagian dari

penggunaan memori yang sudah pernah dilakukan atau diprogram yang bisa

disebut sebagai kumpulan unit (unitized assemblies), rutinitas yang membutuhkan

sedikit usaha. Karena apa yang kita butuhkan, sejatinya sudah ada dalam memori

kita.

Dalam situasi tertentu dimana penyiar radio harus membangun suasana yang

nyaman dengan narasumber, mengharuskan penyiar berramah tamah terlebih

dahulu. Menyapa dengan ramah, bersikap santun, namun juga tidak nampak kaku

dari harapan tersebut kemudian mendorong penyiar radio untuk memikirkan

serangkian tindakan yang dianggap penting agar bisa meraih semua objektif ini,

yang menghasilkan sebuah representasi mental untuk serangkaian tindakan yang ������������������������������������������������������������50 Stephen W. Littlejhon dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: edisi 9. Salemba Humanika. Jakarta 2012. Hal. 174.

Page 27: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

42�

terkoordinasi. Model mental ini dsebut juga representasi keluaran (output

representation yang artinya rencana pikiran kita yang menyimpan apa yang kita

lakukann terhadap situasi yang kita hadapi.

Ada banyak peristiwa yang dihadapi oleh penyiar radio dalam membawakan

program dialog. Banyak faktor pula yang mempengaruhi sebab akibat yang harus

dialami oleh penyiar. Bisa saja semua persiapan sebelum acara dialog sudah baik,

materi sudah siap dan nama nama narasumber sudah diketahui oleh penyiar.

Namun dalam kenyataannya, penyiar harus menghadapi narasumber yang

mengalami kepanikan karena belum berpengalaman melakukan dialog di radio.

Atau narasumber mengganti topik menjelang siaran, sehingga dari segi persiapan

materi tidak dapat dilakukan dengan lebih baik oleh penyiar. Menangani situasi

yang rumit seperti ini, merangsang informasi syaraf untuk membentuk koalisi

(coalition) menemukan jalan keluar kerumitan yang terjadi.

Merujuk teori ini, penyiar radio menggunakan cara kerja menggabungkan

tindakan prosedural dengan pengetahuan dan pengalaman dalam membawakan

program dialog. Melaksanakan tahapan dengan mempersiapkan materi, setelah

mendapatkan bahan kemudian mempelajari dengan seksama, selanjutnya

melakukan pengecekan peralatan di dalam studio, memastikan narasumber datang

sebelum jam siaran, dan memastikan semua persiapan mengurangi gangguan pada

saat dialog berlangsung.

Setiap tindakan melibatkan tindakan lainnya, ini adalah penggambaran yang

tepat bagi teori Penyusunan Tindakan. Penyiar melakukan persiapan yang lebih

banyak pada saat melaksanakan siaran dialog, dibandingkan dengan siaran

Page 28: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

43�

reguler. Narasumber tidak akan mentoleransi jika penyiar tidak menguasai materi

sehingga melontarkan pertanyaan yang kurang berbobot. Pendengar menghendaki

penyiar yang mampu mewakili keingintahuan pendengar dan mengarahkan

narasumber yang pasif serta mengatasi hambatan komunikasi.

Dalam teori penyusunan tindakan dikatakan oleh Littlejohn dan Foss,

memakan waktu dan usaha. Semakin kompleks penyusunan tugas, maka waktu

dan usaha makin banyak terpakai.

I. CONSTRUCTIVISM / KONSTRUKTIVISME

Teori ini dikembangkan oleh Jesse Delia dan koleganya, bahwa individu

menafsir dan bertindak menurut kategori konseptual yang ada dalam pikiran.51

Realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus dipilah

melalui cara seseorang melihat sesuatu.. Littlejohn dan Foss mengutip

kontruktivisme dalam pandangan George Kelly tentang gagasan pribadi yang

menyatakan bahwa manusia memahami pengalaman dengan berkelompok serta

membedakan kejadian menurut kesamaan dan perbedaan. Disebutkan pula bahwa

perbedaan yang dirasakan tidak terjadi secara alami, tetapi ditentukan oleh hal hal

yang bertentangan dalam sistem kognitif individu.

Littlejohn dan Foss menjelaskan bahwa sistem kognitif seseorang terdiri dari

banyak perbedaan. Memisahkan pengalaman dalam kategori – kategori, individu

memberi pemaknaan. Bagi penyiar radio memutar lagu milik Whitney Houston

itu menyenangkan, atau jika jam istirahat lebih enak mendengarkan lagu dengan

jenis musik pop. Atau ketika berdialog tentang tema musik maka penyiar radio

������������������������������������������������������������51 Ibid, hal. 179.

Page 29: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

44�

memiliki pemahaman yang luas tentang musik. Tetapi memiliki gagasan yang

sederhana ketika berbicara tentang ekonomi. Gagasan disusun ke dalam skema

intepretatif yang mengarahkan pada satu gagasan dan menempatkannya dalam

kategori yang besar.

Skema intepretatif berkembang seiring dengan perkembangan individu

tersebut, dari yang sederhana kemudian berubah menjadi pemikiran yang

kompleks dan khusus. Kerumitan kognitif memainkan peran penting dalam

komunikasi , dan konsep ini merupakan aliran utama dalam kontruktivisme.

Jumlah gagasan yang digunakan oleh penyiar radio membuat tingkat perbedaan

antara satu penyiar dengan penyiar lainnya. Berpikir pada tingkat pengalaman

berbeda pada topik yang berbeda pula sehingga memicu munculnya gagasan yang

digunakan oleh masing masing penyiar radio disebut diferensiasikognitif.

Delia membagi pesan yang disampaikan berdasar kerumitannya. Pesan

persuasif yang sederhana hanya menyampaikan tujuan komunikator tanpa

mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Sedangkan pesan persuasif yang lebih

adaptif dan kompleks dirancang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dalam

penelitian ini penyiar radio Jogjafamily FM pada saat program dialog

menjalankan misi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan bagi

diri sendiri, maupun orang lain (pendengar dan narasumber) sehingga pesan yang

disampaikan masuk dalam ranah pesan persuasif adaptif dan kompleks.

Kemampuan kognitif memiliki peran yang penting dalam komunikasi konsep

ini. Peneliti ingin menggali sebanyak mungkin informasi bagaimana sikap dari

seorang penyiar radio dalam menjalankan komunikasi dalam situasi dialog baik

Page 30: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

45�

dalam situasi yang direncanakan maupun ketika berada dalam situasi yang

spontan terjadi sehingga berpengaruh terhadap komunikasi saat itu. Gagasan

interpersonal penyiar radio Jogjafamily FM menjadi inti dari tindakan karena

menjadi pemandu untuk memahami orang lain. Gagasan ini juga yang membantu

menyelamatkan situasi yang berhubungan langsung dengan kerumitan kognitif.

Pada saat narasumber memberikan penjelasan yang kurang dapat dipahami, maka

menjadi tugas penyiar untuk menegaskan maksud ucapan yang disampaikan

narasumber, sehingga lebih mudah dipahami pendengar.

Secara umum kerumitan kognitif dalam pandangan Littlejohn dan Foss di

sebutkan menghasilkan pemahaman yang lebih baik terhadap sudut pandang

orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan agar dapat

dipahami oleh orang lain. Kemampuan seorang penyiar radio untuk memberikan

pertanyaan yang mewakili kepentingan pendengar, dan memberikan penegasan

yang cerdas dikatakan sebagai kemampuan dalam pengambilan sudut pandang.,

seperti menghasilkan argumen dan seruan yang cukup rumit.

Sedangkan kemampuan untuk menyesuaikan antara penyiar radio dengan

narasumber dalam konstruktivisme disebut dengan komunikasi tentang orang dan

manusia berbeda dalam penggunaan pesan pesan yang disampaikan oleh

narasumber. Dalam konstruktivisme mengenali gagasan mempunyai asal mula

sosial dan dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. Semakin sering penyiar

radio berinteraksi dan luas hubungan sosialnya, maka kerumitan kognitifnya berisi

gagasan gagasan yang lebih baik.

Page 31: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

46�

Selain itu terdapat unsur lainnya yaitu budaya yang terlihat penting dalam

menentukan makna dari kejadian. Kebudayaan bisa berkontribusi pada cara cara

tujuan komunikasi ditetapkan, bagaimana tujuan dicapai, seperti jenis jenis

gagasan yang digunakan pada skema kognitif. Budaya kerja yang ditetapkan oleh

radio Jogjafamily sebagai perusahaan media yang memiliki lingkungan kerja

modern dan bermuatan nilai lokal, tentu memiliki pola kerja yang menyesuaikan.

Mengikuti perkembangan teknologi dan juga tren gaya hidup yang ada agar dapat

memenuhi kebutuhan pendnegar dan juga pengiklan, dan disisi lainnya memiliki

komitmen mengisi konten program dengan kegiatan budaya, melakukan kegiatan

tumpengan, berbusana batik pada hari tertentu, berkontribusi menjadi media

partner dalam kegiatan seni dan budaya, menjaga komunikasi sesuai adat

masyarakat Yogyakarta, berinteraksi dengan menjunjung tinggi nilai kesopanan

sesuai adat masyarakat setempat.

Littlejohn dan Foss mengikuti pendapat Jesse G. Delia, Susan L. Kline, dan

Brant R. Burleson menyebutkan tentang pengumpulan kepatuhan yang dikatakan

sebagai salah satu dari beberapa jenis komunikasi yang telah diteliti dari sudut

pandang yang pusat objeknya adalah orang.52 Pada tingkatan yang sederhana

adalah mencoba untuk mencapai satu tujuan kepatuhan dengan memberi perintah

atau ancaman. Sedangkan pada tingkatan kerumitan yang kompleks dimana lebih

memungkinkan dilakukan penyiar radio mencoba membantu pendengar

memahami kenapa kepatuhan terhadap apa yang dikatakan oleh narasumber

penting dilakukan oleh pendengar, dengan memberikan alasan alasan untuk patuh.

������������������������������������������������������������52 Ibid, hal. 181.

Page 32: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

47�

Kemudian pada tingkat kerumitan yang tinggi, penyiar radio dapat mencoba

untuk mendapat simpati dengan membangun empati atau pemahaman terhadap

sebuah situasi. Penyiar radio mampu mengarahkan narasumber dan membangun

situasi tersebut, agar lebih mendapat empati dari pendengar atas topik yang

dibahasnya. Ketika pesan yang disampaikan oleh narasumber semakin kompleks,

penyiar radio perlu menggunakan lebih banyak tujuan dan lebih terpusat pada

pendengarnya.

Sudut pandang ahli kontruktivis memandang bahwa pesan - pesan yang

menghibur telah diteliti sebagai cara memberikan dukungan sosial bagi orang lain

dalam berbagai cara dan beberapa metode ini lebih canggih dari yang lainnya.

Perilaku ini membutuhkan kerumitan kognitif, karena semakin canggih pesan

yang disampaikan, maka semakin efektif dalam memberikan kenyamanan

daripada pesan yang kurang canggih. Bagi penyiar radio kemampuan untuk

menghibur pendengar dalam program dialog kesehatan, memberikan informasi

yang menambah pengetahuan dan juga memberikan solusi pengobatan

membutuhkan kemampuan komunikasi yang lebih canggih dari yang tidak

memiliki kualitas ini. Sehingga penelitian ini menegaskan bahwa penyiar radio

yang menggunakan strategi yang terpusat pada orang dan memahami orang,

memiliki skema kognitif yang lebih kompleks untuk memahami orang lain serta

lebih mampu untuk mengambil sudut pandang dan berempati kepada

pendengarnya.

Page 33: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

48�

J. POLITENESS THEORY / TEORI KESOPANAN

Sebagaimana dituliskan oleh Littlejohn dan Foss bahwa dalam

kontruktivisme, sering individu mencoba menyelesaikan beberapa hal sekaligus

dan kesopanan atau melindungi muka orang lain seringkali menjadi salah satu

tujuan yang dicapai.53 Tindakan yang masuk dalam ranah tradisi sosiopsikologi

ini dikenal sebagai tindakan kesopanan dan wajah. Jika dikaitkan dengan

penelitian ini, penyiar radio dalam program dialog memiliki tugas yang cukup

beragam diantaranya harus mampu mencitrakan dirinya sebagai pribadi yang

ramah dan menghibur pendengarnya. Disisi lain juga harus menjadi teman bicara

yang nyaman bagi narasumber yang diwawancarainya. Karena program dialog

bertujuan untuk menyampaikan gagasan yang berasal dari narasumber, maka

penyiar radio Jogjafamily wajib mengutamakan kepentingan narasumber dialog.

Semua tindakan yang harus diambil untuk melindungi wajah narasumber, wajib

dilakukan. Selaras dengan teori yang dikemukakan Penelope Brown dan Stephen

Levinson tentang teori Kesopanan.54

Brown dan Levinson berpendapat bahwa kesopanan adalah sebuah tindakan

universal, yang dapat diimplementasikan sesuai dengan nilai budaya setempat.

Namun inti dari tindakan ini adalah untuk mengakomodir kebutuhan individu

untuk dihargai dan dilindungi. Kesopanan yang dilakukan penyiar dalam

melindungi citra narasumber, disebut oleh para peneliti sebagai kebutuhan wajah,

wajah positif berupa keinginan untuk dihargai dan diakui, dan respon yang

������������������������������������������������������������53 Ibid, hal. 182

54 Ibid, hal. 184.

Page 34: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

49�

diberikan disebut kesopanan positif yaitu menunjukkan perhatian dan memberikan

pujian.

Sedangkan wajah negatif diartikan sebagai keinginan narasumber untuk bebas

dari gangguan atau kekacauan, penyiar radio meresponnya dengan kesopanan

negatif untuk melindungi dan bertindak sesuai kebutuhan dari narasumber.

Penyiar radio bukan tidak mungkin secara manusiawi tidak mampu mengontrol

ego apabila tidak sepaham dengan narasumber. Kesopanan menjadi sangat

penting untuk dipahami ketika kita harus mengancam wajah orang lain, yang

biasa terjadi diluar kegiatan penyiaran. Keinginan untuk mengancam wajah orang

lain dikenal dengan istilah face threats acts – FTA.

Dijelaskan oleh Littlejohn dan Foss bahwa tindakan ini normal dan tidak

menjadi masalah, tetapi harus ditangani dengan cara tertentu agar tidak

menimbulkan persoalan. Ada baiknya kita memahami bentuk FTA yang

dijelaskan dalam 5 macam :55 (1) menyampaikan FTA dengan terus terangatau

secara langsung , tanpa tindakan sopan; (2) menyampaikan FTA bersamaan

dengan beberapa bentuk kesopanan positif; (3) menyampaikan FTA bersamaan

dengan bentuk kesopanan negatif; (4) menyampaikan FTA secara tidak langsung,

tidak diumumkan; (5) sama sekali tidak menyampaikan FTA.

Kelima pilihan tersebut disusun berurutan berdasarkan skala yang paling

tidak mengancam wajah. Bentuk perilaku FTA dapat dengan pendekatan yang

lebih tidak mengancam adalah dengan menggabungkan FTA dengan kesopanan

negatif. Penyiar radio mempunyai banyak pilihan atas keputusan menyampaikan

������������������������������������������������������������55 Ibid, hal. 183.

Page 35: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

50�

pertanyaan dan tanggapan kepada narasumber dalam berbagai bentuk yang sudah

diuraikan, tentu dengan konsekuensi yang harus ditanggung. Bisa saja narasumber

keberatan dengan FTA yang dilakukan oleh penyiar radio sehingga

menyampaikan komplain. Tentu sikap ini akan mengundang persoalan ada diri

penyiar radio.

Brown dan Levinson sebagaimana dikutip oleh Littlejohn dan Foss 56

memberikan rumus sederhana untuk memilih strategi yang digunakan : Wx = D

(S,H) + P (H,S) + Rx. Rumus ini berarti bahwa jumlah usaha (W) yang dilakukan

seseorang tergantung pada jarak sosial (D) diantara pembicara (S) dan pendengar

(H), ditambah dengan kekuasaan (P) pendengar atas pembicara, ditambah resiko

(R) menyakiti orang lain. Setiap teori ini adalah melihat pada strategi pesan yang

dipilih untuk keadaan yang berbeda. Penyiar radio harus jeli dalam memilih

strategi yang digunakan dan memprediksi akibat yang ditimbulkan dalam waktu

cepat.

Sementara itu dalam skala kesopanan yang dikemukakan oleh Leech terdapat

skala pengukuran kesopanan yang dikaitkan dengan tema penelitian dalam

program dialog radio sebagai berikut :57

(1) Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan yaitu : merujuk

pada keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan karena tindakan dari

penyiar, narasumber, dan pendengar. Dalam beberaa kasus, semakin

������������������������������������������������������������56 Ibid, hal.184.

57 Geoffrey Leech, Prinsip – prinsip Pragmatik. UI-Press. Jakarta 2011. Hal 206-207.

Page 36: BAB II LANDASAN PUSTAKA A. PENELITIAN …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/136/5/BAB II.pdfKepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control). Metode yang digunakan

51�

menguntungkan keberadaan narasumber dalam radio tersebut, maka

semakin santun tutur kata yang digunakan penyiar radio.

(2) Optionality scale atau skala pilihan yaitu : merujuk pada banyak atau

sedikitnya pilihan yang disampaikan penyiar. Semakin leluasa narasumber

dan penyiar memberikan keleluasaan pada pendengar untuk mendapat

informasi dengan nyaman dan membuka ruang komunikasi bertanya,

maka dapat dikatakan jika program dialog tersebut memenuhi unsur skala

pilihan. Akan terdengar lebih sopan.

(3) Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan yaitu : semakin lugas

kalimat yang digunakan penyiar, maka sangat mungkin kalimat yang

dipilih dapat mengurangi unsur kesantunan. Demikian juga dengan

memilih kalimat – kalimat tidak langsung, maka bentuk tutur penyiar radio

(4) Authority scale atau skala keotoritasan yaitu : menunjukkan pada

hubungan status sosial seseorang akan mempengaruhi pemilihan bahasa

yang disampaikan. Ketika program dialog menghadirkan narasumber Sri

Sultan Hamengkubuwono X tentu akan berbeda dengan ketika melakukan

wawancara dengan artis / selebriti.

(5) Social distances scale atau skala jarak sosial yaitu menunjuk pada

tingkatan sosial antara penyiar, narasumber dan pendengar. Semakin dekat

jarak status sosial diantara ketiganya, maka akan berpengaruh pada gaya

bahasa yang digunakan oleh ketiganya.