16�
�
�
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ani
Triyanti dari Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul
“Kecakapan Penyiar Dalam Menjalankan Profesi Kepenyiaran” (Studi pada
penyiar Radio Unisi FM Jogja).18 Dijabarkan dalam penelitian tersebut, bahwa
seorang penyiar radio harus memiliki sejumlah kecakapan dalam melakukan
kegiatan siaran dengan memiliki strategi terdengar sebagai pribadi yang
menyenangkan, ramah, dan memiliki cara berbicara yang enak untuk didengar.
Teori yang digunakan yaitu Ben G. Henneke yang menyatakan bahwa kecakapan
yang harus dimiliki penyiar meliputi komunikasi Gagasan (Communication of
ideas), Komunikasi Kepribadian (Communication of personality), Proyeksi
Kepribadian, Pengucapan (Pronounciation), dan Kontrol Suara (Voice Control).
Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber data dari subyek
dan obyek penelitian yang memfokuskan pada penyiar UNISI FM. Dan
menggunakan metode pengumpulan data, metode keabsahan data, dan metode
analisis data.
Sedangkan penelitian lainnya oleh Sandra Bramantyo Tobing dari Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Atmajaya
Yogakarta dengan judul “Pemahaman Penyiar Radio Terhadap Konsep
������������������������������������������������������������18 digilib.uin-suka.ac.id diakses tanggal 20 September 2016.
17�
�
�
Kesetaraan Gender ( Studi kualitatif pemahaman penyiar radio Rakosa Female
105,3FM Yogyakarta terhadap konsep kesetaraan gender)”.19 Dalam penelitian
tersebut dipelajari peran penyiar radio dalam memberikan pemahaman kepada
publik mengenai kesetaraan gender lewat materi yang disampaikan dalam
program acara di radio Rakosa FM. Teori yang digunakan yaitu Teori Gender
menurut Edward Wilson dari Harvard University. Sedangkan metode yang
digunakan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dengan tiga penyiar
Rakosa FM.
Dalam penelitian lain yang disusun oleh Putri Ferira dari Universitas Sultan
Agung Tirtayasa dengan judul “Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam
Menjalin Komunikasi dengan Pendengar”.20 Penelitian ini mencermati bentuk
dan pola komunikasi penyiar menyesuaikan dengan segmen radio Harmony FM
yaitu segmen keluarga. Pembawaan penyiar, gaya bicara, intonasi, kesesuaian
vokal dan karakter dan penguasaan teknik bridging. Landasan teori yang
digunakan Teori Logika Desain Pesan yang dikemukakan oleh Barbara O’Keefe.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan
paradigma interpretatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
wawancara mendalam dan observasi di radio Harmony FM.
������������������������������������������������������������19 https://core.ac.uk diakses tanggal 21 September 2016.
20 http://repository.fisip-untirta.ac.id diakses tanggal 21 September 2016.
18�
�
�
01 Peneliti : Ani Triyanti
Judul : “Kecakapan Penyiar Dalam Menjalankan Profesi Kepenyiaran” (Studi pada penyiar Radio Unisi FM Jogja).
Metode : Deskriptif kualitatif
Sumber data : Subyek dan obyek penelitian yang memfokuskan pada penyiar UNISI FM
Teori : Ben G. Henneke meliputi komunikasi Gagasan (Communication of ideas), Komunikasi Kepribadian (Communication of personality), Proyeksi Kepribadian, Pengucapan (Pronaunciation), dan Kontrol Suara (Voice Control).
Tujuan penelitian : Bagaimana kecakapan penyiar radio Unisi FM dalam menjalankan profesinya di bidang penyiaran radio.
02 Peneliti : Sandra Bramantyo Tobing.
Judul : “Pemahaman Penyiar Radio Terhadap Konsep Kesetaraan Gender ( Studi kualitatif pemahaman penyiar radio Rakosa Female 105,3FM Yogyakarta terhadap konsep kesetaraan gender)”.
Metode : Kualitatif indepth interview
Sumber data : 3 penyiar radio Rakosa FM.
Teori : Teori Gender menurut Edward Wilson dari Harvard University.
Tujuan penelitian : Peran penyiar radio dalam memberikan pemahaman kepada publik mengenai kesetaraan gender lewat materi yang disampaikan dalam program acara di radio Rakosa FM
03 Peneliti : Putri Ferira.
Judul : “Komunikasi Penyiar Radio Harmony FM dalam Menjalin Komunikasi dengan Pendengar”.
Metode : Kualitatif deskriptif dengan paradigma interpretatif.
Sumber data : Wawancara mendalam dan observasi dengan penyiar radio Harmony FM.
Teori : Teori Logika Desain Pesan oleh Barbara O’Keefe.
Tujuan penelitian : Penelitian ini mencermati bentuk dan pola komunikasi penyiar menyesuaikan dengan segmen radio Harmony FM.
2.1 Tabel penelitian sebelumnya
19�
�
�
Dari bagan yang tersaji pada penelitian sebelumnya, terdapat kesamaan dalam
pemilihan metode yang digunakan dengan penelitian ini yaitu kualitatif. Objek
dan subjek yang dipilih sama yaitu media radio dan penggunaan teknik
komunikasi kepada pendengar. Terdapat perbedaan pada teori yang digunakan
sebagai acuan penelitian. Namun secara garis besar tujuan dilakukannya
penelitian ini serupa, yaitu untuk mengetahui bentuk dan cara komunikasi yang
digunakan oleh penyiar radio. Agar memperkaya pemahaman akan tugas penyiar
radio, maka peneliti merasa perlu untuk melengkapi penelitian ini dalam aspek
yang lebih spesifik yaitu teknik komunikasi dalam program dialog.
Dari ketiga penelitian yang diambil sebagai pembanding atas penelitian yang
dilakukan saat ini, peneliti sepakat bahwa terdapat hal mendasar yang harus
dikuasai oleh penyiar radio. Diantaranya menguasai teknik vokal dalam
membangun imajinasi pendengar sehingga tertarik, terpengaruh, dan loyal pada
penyiar tersebut. Namun yang tidak dikemukakan oleh penelitian sebelumnya
adalah spesifik pada program dialog atau wawancara. Karena perlu kemampuan
dan kepekaan lebih yang harus dimiliki penyiar radio Jogjafamily dalam
menjalankan peran karena saat dialog terdapat kepentingan klien atau narasumber.
Teknik inilah yang digali oleh peneliti, sehingga teknik dasar pada temuan
penelitian sebelumnya perlu dikembangkan karena adanya keterlibatan pihak lain
(narasumber) didalam studio siaran.
20�
�
�
B. PENYIARAN DALAM ILMU KOMUNIKASI
Berkembangnya teknologi dan informasi memberikan manfaat penyebaran
pesan dilakukan lebih cepat dan menjangkau lebih banyak khalayak. Pesan yang
disampaikan melalui radio misalnya, hanya membutuhkan waktu beberapa detik
saja untuk sampai kepada pendengarnya. Meskipun jarak antara sumber pengirim
dengan audien relatif jauh. Semua mungkin terjadi nyaris tanpa hambatan di era
modern ini
Dalam ilmu komunikasi, menyampaikan pesan secara berantai mempunyai
beberapa pilihan saluran komunikasi. Upaya untuk menyampaikan pesan
memiliki 2 cara yaitu dengan menggunakan media atau tanpa media. Dengan
menggunakan media, individu dapat memilih media massa (cetak dan elektronik)
ataukah non media massa (langsung atau tatap muka). Pada saluran media massa
terdapat pilihan media massa cetak (koran, majalah, pamflet, spanduk) dan media
massa elektronik (televisi, radio, film, dvd). Berikut skema gambaran hubungan
media penyiaran (radio) dalam teori komunikasi :
�
�
Bagan 2. 2 Saluran Komunikasi
Media Massa
Elektronik Cetak
SALURAN KOMUNIKASI
Dengan Media Langsung / Tatap Muka /non media
Radio�
21�
�
�
Media radio telah berusia seratus tahun dan mengalami perkembangan jauh
berbeda sejak keberadaannya pertama kali ditahun 1916 tercatat dalam sejarah
teknologi penyiaran radio dirintis oleh Lee de Forest dari Amerika Serikat.21
Dalam bahasan ini, peneliti akan menguraikan pengamatan mendalam bidang
penyiaran dalam teori komunikasi. Sebagaimana dijelaskan dalam bagan, yang
dimaksud media penyiaran yaitu televisi dan radio. Radio Jogjafamily yang
terletak di area Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk dari
media massa yang efektif dalam menjangkau khalayak dalam jumlah banyak.
Penyiaran yang dalam bahasa Inggris disebut broadcasting yaitu proses yang
berupa tahapan penyiapan materi siaran, proses produksi, penyiapan bahan siaran,
kemudian dipancarkan hingga sampai kepada penerima siaran oleh pendengar di
satu tempat.22 Jika dicermati lagi saluran komunikasi media penyiaran antara
penyiar dengan pendengar tidak berhadapan langsung tetapi melalui satu media,
yakni media penyiaran yang memakai peralatan elektronik.
Radio Jogjafamily FM adalah perusahaan media yang bergerak dalam bidang
penyiaran. Keberadaannya memiliki peran di masyarakat Yogyakarta untuk
menyebarkan informasi berupa produk berita, seni, hiburan, dan budaya. Secara
umum studi mengenai komunikasi massa terbagi menjadi dua : 23
a. Studi tentang peran media massa pada khalayak beserta dengan
institusi – institusinya. Menggambarkan hubungan radio Jogjafamily
������������������������������������������������������������21 Hidayanto Djamal dan Andi Fachrudin, Op.cit., Hal. 5
22 J.B. Wahyudi, Dasar – Dasar Manajemen Media Penyiaran. Gramedia. Jakarta 1994. Hal. 6
23 Morissan, Manajemen Media Penyiaran. Kencana. Jakarta 2008. Hal. 14.
22�
�
�
dengan dengan institusi politik, ekonomi, pendidikan, dan lain
sebagainya dan hubungan saling mempengaruhi. Dalam hal ini
termasuk juga dengan pengiklan baik komersial maupun
pemerintahan.
b. Studi berikutnya adalah yang melihat hubungan antara media dengan
pendengarnya, baik kelompok atau individu. Teori mengenai
hubungan yang menekankan pada efek – efek pendengar secara
individu ataupun kelompok sebagai hasil interaksi dengan radio
Jogjafamily.
Dalam penelitian ini dikemukakan kombinasi keduanya, seperti yang
dikemukakan dalam Teori Komunikasi Sirkular. Namun sebelum membahas
mengenai teori tersebut, ada baiknya peneliti menjelaskan sejumlah aspek yang
berkaitan dengan objek penelitian.
C. RADIO
Morissan dalam Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan
Televisi menyebutkan bahwa sejarah penyiaran terbagi menjadi dua bahasan.
Sejarah media penyiaran sebagai penemu tekhnologi dan sejarah media penyiaran
sebagai sebuah industri.24 . Pada sejarah media penyiaran penemu tekhnologi akan
membahas ditemukannya tekhnologi radio pertama kali di Amerika dan Eropa
oleh para ahli tekhnik.
������������������������������������������������������������24 Ibid, Hal.2.
23�
�
�
Sedangkan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri berawal dari Frank
Conrad ahli teknik dari Pittsburgh, AS pada masa tahun 1920 membangun sebuah
pemancar radio di garasi rumahnya. Kala itu yang dilakukannya adalah memutar
lagu, dan mengumumkan hasil pertandingan olahraga muncul ketika pertama kali
dan kemudian setiap tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio. Di
Indonesia sendiri 69 tahun yang lalu untuk pertama kali Radio Republik Indonesia
(RRI) mengudara di Indonesia. Radio tersebut milik Jepang bernama Hasokyoku
yang berhasil direbut oleh para pejuang tanah air. Stasiun radio milik Jepang yang
kemudian menjadi RRI ada delapan buah, berada di Jakarta, Bandung,
Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
Tahun 1945 – 1949 dimasa revolusi, selain RRI juga terdapat radio radio
perjuangan. Diantaranya Radio Pemberontakan di Surabaya, Malang, dan Solo
yang digunakan oleh bung Tomo untuk mengobarkan semangat perjuangan
melawan penjajah; ada Radio Internasional Indonesia di Kediri; Gelora Pemuda di
Madiun; Radio Militer dan Radio Indonesia Raya di Yogyakarta; Radio
Perjuangan di Semarang; dan Rimba Raya di Aceh.
Radio dikatakan sebagai “kekuasaan kelima” atau the fifth estate, setelah
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers. Para ahli komunikasi memberikan posisi
ke lima kepada radio karena dalam sejarah menjelang hingga usai Perang Dunia
ke II pihak pihak yang terlibat melakukan perang melalui media radio kala itu.
Ada 3 faktor radio dijuluki kekuasaan kelima :25
������������������������������������������������������������25 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung 2009. Hal.107.
24�
�
�
1) Radio siaran bersifat langsung : pesan yang disampaikan dilakukan tanpa
proses yang rumit. Sehingga distribusi pesan lebih efektif dan efisien melalui
radio karena langsung sampai kepada pendengar .
2) Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan : sehingga begitu pesan
diucapkan oleh penyiar atau orator, maka dapat langsung didengarkan oleh
khalayak seberapa jauhnya sasaran yang dituju. Terutama saat ini radio dapat
dinikmati melalui media internet yaitu streaming.
3) Radio siaran memiliki daya tarik : kata kata lisan (spoken words), musik
(music), efek suara (sound effect) ketiga faktor inilah yang membuat radio lebih
hidup untuk dinikmati sambil melakukan aktifitas apapun.
Setiap media memiliki kekurangan dan kelemahan, tidak ada media yang
mampu memenuhi kebutuhan khalayak dengan bermacam keinginan. Media cetak
memang dapat dibaca berulang kali, namun kecepatan dalam menyampaikan
berita aktual dapat dikalahkan oleh media elektronik. Demikian juga media
elektronik yang terdiri dari televisi dan radio sebagaimana dijelaskan menurut J.B
Wahyudi dikutip Morissan bahwa media penyiaran memiliki sifat dan ciri yang
khas26.
������������������������������������������������������������26 Onong Uchjana Effendy, Op.cit,. Hal.11.
Jenis Media Sifat
Cetak � Dapat dibaca, dimana dan kapan saja
� Dapatdibacaberulang ulang
� Daya rangsang rendah
25�
�
�
Pada masa Orde Lama hingga akhir tahun 1966 hanya terdapat RRI sebagai
satu satunya radio siaran di Indonesia yang dimiliki dan dikuasai oleh
pemerintah.27 Perubahan politik dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru,
memberikan kesempatan hadirnya radio amatir yaitu siaran radio yang digunakan
oleh penggemar kepada penggemar lainnya untuk menguji daya jangkau,
������������������������������������������������������������27 Onong Uchjana Effendy, Op.cit., Hal.63 – 70.
� Pengolahan bisa mekanik, bisa elektris
� Biaya relatif rendah
� Daya jangkau terbatas
Radio � Dapat didengar bila siaran
� Dapat didengar kembali bila diputar kembali
� Daya rangsang rendah
� Elektris
� Relatif murah
� Daya jangkau besar
Televisi � Dapat didengar dan dilihat apabila ada siaran
� Dapat didengar dan dilihat kembali, bila diputar
kembali
� Daya rangsang sangat tinggi
� Elektris
� Sangat mahal
� Daya jangkau besar
26�
�
�
demikian menurut pandangan Onong Uchjana Effendy. Disebutkan pula bahwa
awal keberadaan radio swasta di Indonesia adalah radio amatir.28
Dalam buku “Radio Siaran, Teori dan Praktek” disebutkan pada akhir tahun
1974 radio siaran komersial mulai eksis di Indonesia dengan jumlah 300 stasiun,
dan mengalami peningkatan menjadi 405 buah pada periode tahun 1982/1983.
Ditahun 1990 jumlahnya sudah bertambah lagi menjadi 449 stasiun radio swasta.
Dalam tabel yang disajikan oleh J.B Wahyudi menjelaskan perbedaan antara
media cetak dan elektronik, maka dapat dicermati jika radio memiliki karakter
yang berbeda dalam memberikan layanan bagi para penggemarnya, hal inilah
yang membuat bisnis radio tumbuh subur.
Para pengiklan memilih radio karena memberi akses menjangkau pendengar
yang homogen, biaya pembuatan iklan radio lebih murah sehingga dapat diubah,
diperbarui, dan dispesialisasikan sesuai kebutuhan pendengar. Alasan lainnya
adalah waktu siaran radio tidak mahal. Loyalitas pendengar radio tidak saja pada
program dan penyiarnya, namun juga iklan yang ditayangkan radio tersebut.
Penjualan iklan membawa bentuk jaringan radio nasional. Radio dengan model
afiliasi atau berkelompok dinilai lebih banyak menghantarkan konten siaran
kepada khalayak. Dengan model ini, radio dapat menerima lebih banyak lagi iklan
sehingga mampu memproduksi program yang lebih baik serta menggaji tenaga
kerja yang berkualitas.
Saat ini stasiun radio yang mengudara di Yogyakarta menggunakan sinyal
gelombang FM (Frequency Modulation atau modulasi frekuensi). Dengan
������������������������������������������������������������28 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Op.cit., Hal.19.
27�
�
�
gelombang FM lebih memungkinkan untuk dinikmati secara stereo, namun secara
kualitas dan ketepatan suara lebih baik dibandingan dengan gelombang AM
(Amplitude Mudulation atau amplitudo modulasi). Bisnis radio mengalami
perubahan dengan adanya deregulasi dan perubahan aturan kepemilikan.
Di Yogyakarta merujuk pada data bulan April 2015 terdapat 45 siaran radio
komersial FM dan 9 radio siaran AM serta 37 radio komunitas.29 Kehadiran KPI
(Komisi Penyiaran Indonesia) membawa perubahan terutama dalam pengelolaan
radio siaran yang berisikan penyusunan program siaran dan pedoman prilaku
siaran. Aturan yang terdapat dalam UU Penyiaran Nomer 32, Tahun 2002
membawa pengaruh terhadap Lembaga Penyiaran Swasta Radio dalam
membenahi sistem manajemen. Setiap program yang dibuat, berorientasi untuk
mendatangkan iklan sebanyak banyaknya, sehingga radio dapat dikatakan
berorientasi pada bisnis dan kegiatan ekonomi.
Kehadiran internet juga turur membawa perubahan pada media radio dunia,
khalayak dapat mendengarkan radio melalui streaming online, meski dapat
dikatakan penggunakan media baru ini belum maksimal dilakukan di Indonesia.
Radio di Yogyakarta mengalami pasang surut dan mencapai masa kejayaan
ditahun 1980 – 2000, meski tak sepopuler pada masa tersebut namun masih
terdapat khalayak yang membutuhkan radio untuk mendengarkan musik atau
berita dalam perjalanan dan aktifitasnya. Model analog masih menjadi pilihan atas
eksistensi radio di Yogyakarta termasuk radio Jogjafamily FM.
������������������������������������������������������������29 http://bisnis-diy.blogspot.co.id/2015/04/daftar-stasiun-radio-fm-am-di-diy.html diakses tanggal 21 Oktober 2016.
28�
�
�
D. ANNOUNCER / PENYIAR RADIO
Media massa radio lekat dengan profesi penyiar. Penyiar radio menurut
penjelasan Habib Bari adalah seorang petugas radio yang bekerja untuk dan
dengan cara merangkai acara dan melakukann penyebaran informasi, ajakan,
imbauan, menghibur, membentuk suasana, menimbulkan semangat, dengan
mengandalkan kemampuannya berbicara melalui radio siaran secara langsung
maupun tidak langsung.30
Seorang penyiar radio atau announcer menurut Fred Wibowo adalah
seseorang yang mengumumkan informasi atau memberitahukan suatu informasi.31
Dapat juga diartikan sebagai seorang yang memberikan laporan atau memberi
kabar tentang suatu kejadian. Agar khalayak dapat mengerti dan memahami
dengan baik apa yang disampaikan oleh seorang penyiar, memerlukan tekhnik
menyampaikan pesan. Dalam penelitian nanti akan dikaji penulis, tekhnik
penyampaian pesan oleh penyiar radio dalam program dialog.
Sedangkan Hoyyima Khoiri dalam bukunya “Cara Mudah Menjadi Presenter
TV dan Radio” mendefinisikan presenter atau penyiar radio adalah orang yang
menyajikan materi siaran kepada pendengar secara tetap dan reguler. Seseorang
yang melakukan pekerjaan menyajikan produk komersial, menyiarkan
berita/informasi, akting sebagai pembawa acara atau pelawak, membawakan acara
olahraga, pewawancara, diskusi, kuis, dan narasi.32
������������������������������������������������������������30 M.Habib Bari, Tekhnik dan Komunikasi Penyiar (televisi-radio-mc). Gramedia. Jakarta 1995. Hal.76.
31 Fred Wibowo, Tekhnik Produksi Program Radio Siaran. Grasia. Kartasura 2011. Hal. 237-238.
32Hoyyima Khoiri, Cara Mudah Menjadi Presenter TV dan Radio. Diva. Yogyakata 2010. Hal.19-20.
29�
�
�
Dari definisi penyiar radio yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti
menyimpulkan definisi seorang penyiar radio sebagai perantara penyampai
informasi yang telah dikonsep, dipersiapkan oleh media baik itu berita aktual,
komersial dan hiburan kepada pendengarnya dengan kemampuan profesional
yang dimiliki dalam mengolah suara sehingga menarik untuk didengarkan dan
pemilihan kalimat yang mudah dipahami.
Pembawaan seorang penyiar sebagaimana dikemukakan oleh Erving
Goffman33 seorang sosiolog termasyur di abad ke-20 menjelaskan bagaimana
pelaku komunikasi (dalam hal ini penyiar radio) menghadirkan dirinya kepada
pendengar. Penyiar Jogjafamily FM haruslah menjadi pribadi yang mampu
mengesankan pendengarnya, dengan cara memahami bagaimana harus
menempatkan diri, apa yang harus dikatakan, dan bagaimana harus bertindak agar
program yang dibawakan didengarkan, direspon dengan baik oleh pendengarnya.
Teori Pembawaan Diri dikatakan Goffman, yang diterapkan dalam diri penyiar
radio Jogjafamily seperti sebuah drama, karena penyiar harus terdengar
menunjukkan ketertarikan dengan tema yang dibahas oleh narasumber dalam
program dialog.
Temmy Lesanpura menyebutkan 10 hal pokok dalam arti dan fungsi seorang
penyiar sebagai berikut :34
(1) Sebagai juru bicara stasiun radio.
������������������������������������������������������������33 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Edisi 9. Penerj. Mohammad Yusuf Hamdan. Salemba Humanika. Jakarta 2012. Hal. 127-129.
34 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio (panduan teori dan praktek). Pustaka. Yogyakarta 2010. Hal. 50.
30�
�
�
(2) Sebagai alat bersaing dengan stasiun radio lain.
(3) Penyampai pesan komersial.
(4) Menjadi station identity (identitas stasiun radio).
(5) Pelaku “awareness” dengan pendengar/penghimpun pendengar.
(6) Menjadi unsur kekuatan mencapai “leader station”.
(7) Anggota perusahaan yang punya hak dan kewajiban.
(8) Memiliki needs dan harapan dalam karir serta jabatan.
(9) Sebagai teman bicara.
(10) Sebuah profesi yang khusus dalam dunia komunikasi.
Penyiar radio adalah ujung tombak, karenanya untuk menjadi penyiar radio
profesional harus memenuhi sejumlah kriteria sebagaimana yang dikemukakan
oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Kriteria ini pula yang harus dimiliki oleh
penyiar Jogjafamily FM sebagaimana saran dari Gough35 : Talk to a friend. Talk,
don’t read , deliver a sermon. Radio is for telling, for talking, person to person.
Karena untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan informasi dilakukan melalui
suara.
E. PROGRAM / PROGRAM ACARA
Menurut Fred Wibowo yang dimaksud dengan program acara adalah bagian
dari siaran yang berisi muatan pesan yang disusun dalam suatu kemasan yang
ditujukan kepada khalayak36. Dalam tulisannya, Fred Wibowo membagi jenis
program menjadi dua yaitu program tunggal dan program gabungan.
������������������������������������������������������������35 Ibid, hal. 48.
36 Fred Wibowo, Op.cit., hal. 69.���
31�
�
�
Dengan perbedaan, pada program tunggal menggunakan satuan menit dalam
durasinya dan hanya terdiri dari satu model siaran. Sedangkan pada program
gabungan, satuan durasinya hitungan jam dan menggabungkan beberapa jenis
kegiatan seperti memutar musik – wawancara – reportase dalam satu nama
program acara.
Dalam bahasa Indonesia, program diartikan sebagai penjadwalan program
yang akan diudarakan (to be aired). Di Amerika istilah yang digunakan adalah
program, sedangkan di negara negara Commenwealth menggunakan istilah
programme. Pengertian programming atau lebih lengkapnya disebut broadcast
programming adalah pengorganisasian program radio maupun televisi dalam
program harian, mingguan, dan bulanan37.
Dalam siaran terdapat dua jenis format siaran, yaitu monolog dan dialog.
Peneliti belum menemukan rujukan mengenai siaran monolog, namun dalam seni
peran yang disebut dengan monolog adalah ilmu terapan yang mengajarkan seni
peran yang hanya membutuhkan satu orang.38 Sedangkan merujuk pada Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), monolog adalah pembicaraan yang dilakukan
sendiri; adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan
seorang diri.39 Maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian monolog adalah
percakapan yang dilakukan penyiar seorang diri untuk menjelaskan beberapa hal
penting, pengumuman, pernyataan, informasi, uraian tentang berbagai pokok
������������������������������������������������������������37 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Op.cit., hal. 127.
38 http://any.web.id/arti-dan-unsur-monolog.info diakses 14 Juli 2017.
39 http://kbbi.web.id/ diakses 14 juli 2017.
32�
�
�
persoalan atau bahasan penting aktual, meski ada pula tema yang disampaikan
berupa tips atau informasi ringan.
Monolog sering disandingkan dengan dialog, didalam KBBI memiliki
pengertian bercakap cakap; bersoal jawab secara langsung. Dalam pengertian lain
tentang dialog adalah komunikasi yang mendalam mempunyai tingkatan dan
kualitas yang tinggi mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan saling
berbagi pandangan satu sama lain40. Dalam siaran radio program dialog atau dapat
pula disebut dengan wawancara memiliki diartikan sebagai format yang
memfokuskan mengenai topik atau isu aktual untuk diperbincangkan41.
Sedangkan Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Radio
Siaran memiliki pendapat mengenai pengertian program dialog yaitu program
yang dilakukan dua orang atau lebih dengan suatu tanya jawab, dialog, atau
diskusi. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa yang disebut dengan dialog
dalam program radio adalah format siaran yang melibatkan dua orang atau lebih
untuk membahas tema yang disepakati dan melibatkan pendengarnya.
������������������������������������������������������������40�http://any.web.id/arti-dan-unsur-monolog.info diakses 14 Juli 2017.�
41�A.�Ius�Y.�Triartanto,�Op.cit.,�Hal.�142.
33�
�
�
F. MASS COMMUNICATION / KOMUNIKASI MASSA
Para pakar komunikasi di Amerika menuliskan dalam buku berjudul Human
Communication (1980) dan dikutip oleh Hafied Cangara,42 membagi komunikasi
menjadi 5 tipe komunikasi yaitu : Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal
Communication), Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication),
Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi Massa
(Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Dalam penelitian ini dibahas mengenai salah satu bentuk komunikasi massa,
dimana media yang menjadi tempat penelitian yaitu radio termasuk komunikasi
yang menggunakan media massa modern termasuk didalamnya surat kabar,
televisi, film yang meliputi jangkauan luas serta ditujukan untuk umum maka bisa
disebut sebagai komunikasi massa.43 Umumnya media massa modern melalui
tahapan – tahapan dimana pesan diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan
direspon. Selain media massa modern, ada pula yang memasukkan kegiatan teater
rakyat, juru pantun, tukang dongeng keliling menjadi bagian dari komunikasi
massa, demikian pendapat dari Everett M. Rogers yang dikutip oleh Unong
Uchjana Effendy.
Definisi komunikasi massa secara sederhana juga dikemukakan oleh Bittner
(1980) : “ Mass communications is message comminicated through a mass
medium to a large number of people” yang artinya komunikasi massa adalah
������������������������������������������������������������42 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Kedua. Rajawali Pers. Jakarta 2015.
Hal. 33.
43 Unong Uchjana Effendy, Op.cit,. hal. 11.
34�
�
�
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.44
Hafid Cangara menjelaskan pengertian komunikasi massa sebagai proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang bersifat massal melalui alat – alat yang bersifat
mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, atau film. Disebutkan pula bahwa
komunikasi massa memiliki ciri khusus yaitu sifat pesannya terbuka pada
khalayak yang terdiri dari berbagai hal baik usia, agama, suku, pekerjaan, ataupun
kebutuhan.45
Dalam pemahaman peneliti yang dirangkum dari sejumlah buku bahwa dalam
Komunikasi Massa terdapat unsur unsur yang mendukung komunikasi dilakukan
agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak dalam wilayah yang
luas, sebagai berikut :
(a) Komunikator yaitu pihak yang menggunakan media massa untuk
menyampaikan pesan. Di radio Jogjafamily yang disebut komunikator
adalah pihak yang mendapatkan keuntungan atas dilakukannya
komunikasi ini. Dalam program dialog yang disebut komunikator adalah
penyiar radio sebagai individu yang mendapat pekerjaan dimedia tersebut
sebagai penyampai informasi, dan juga narasumber yang mendapat
keuntungan informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh khalayak.
(b) Media Massa yang menjadi penghubung antara komunikator dengan
pendengarnya. Dalam hal ini radio Jogjafamily sebagai media
������������������������������������������������������������44 Jalaludin Rakhmat, Op.cit. Hal. 189.
45 Hafied Cangara, Op.cit. Hal. 41.
35�
�
�
penghubung antara penyiar / narasumber dalam menyampaikan pesan
kepada pendengarnya. Radio Jogjafamily
(c) Informasi adalah unsur dalam komunikasi massa, sehingga isi dari
informasi tersebut bersifat terbuka dan umum. Tidak hanya ditujukan
pada satu orang saja, namun khalayak luas. Diradio Jogjafamily informasi
dalam program dialog menyesuaikan siapa narasumber dan apa
jabatannya. Dalam dialog dengan PLN tentu informasi yang disampaikan
tentang komitmen layanan terhadap konsumen listrik. Jika jabatan
narasumber adalah Humas maka informasi yang disampaikan adalah
kebijakan perusahaan dan program yang ada. Jika teknisi PLN maka akan
menjelaskan komponen yang aman dalam pemasangan / instalasi listrik.
(d) Gatekeeper sebagai penyeleksi informasi, di radio jogjafamily yang
disebut gatekeeper adalah Program Director. Menjadi tugas PD untuk
menentukan dan menyeleksi informasi yang akan disampaikan penyiar
pada khalayak. Berbeda dalam program dialog, narasumber memiliki
wewenang untuk menyeleksi pertanyaan dan menetapkan tema bahasan
yang akan disampaikan oleh penyiar. Agar informasi yang sampai kepada
pendengar dapat sesuai dengan kehendak narasumber.
(e) Khalayak adalah penerima informasi yang disampaikan oleh media
massa. Dapat dikatakan bahwa pendengar media massa radio sangat luas
tingkatan latar belakang dan tak dapat diketahui satu persatu sehingga
dapat dikatakan heterogen dan anonim.
36�
�
�
(f) Umpan balik yang dilakukan oleh pendengar dimasa kini, mendukung
informasi disampaikan dengan tepat maksud dan sasaran. Kehadiran
telephon, handphone, media sosial menjadi saluran umpan balik yang
digunakan oleh pendengar radio Jogjafamily dalam memberikan respon
dari perbincangan penyiar dengan narasumber dalam program dialog.
Komunikasi massa tidak terlepas dari peran teknologi, sehingga definisi
komunikasi massa dipertanyakan. Menurut Severin dan Tankard, mengikuti
Wright, secara garis besar komunikasi massa didefinisikan sebagai berikut :46
(1) Komunikasi massa diarahkan pada audien yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
(2) Pesan pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan bersifat
sementara.
(3) Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi
yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Di radio Jogjafamily definisi tersebut benar adanya bahwa pendengar terdiri
dari berbagai macam latar belakang, program yang disajikan harian ataupun
mingguan terjadwal dan untuk memenuhi kebutuhan semua pendengarnya, serta
Jogjafamily FM menjadi pihak yang menanggung biaya operasional yang cukup
tinggi untuk membiayai bermacam pengeluaran perusahaan. Termasuk pengadaan
teknologi baru agar dapat menyesuaikan diri dengan tren yang ada seperti aplikasi
perbincangan di telepon genggam, interaksi melalui sosial media, interaksi dengan ������������������������������������������������������������46 Werner J. Severin – James W. Tankard Jr, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (edisi kelima). Kencana. Jakarta 2009. Hal.4 .
37�
�
�
audien melalui telepon, maka kategori media massa mengalami perubahan
mengutip pendapat Severin dan Tukard, mengikuti pendapat McManus yaitu :
(1) Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan
penyiaran sekarang bergabung.
(2) Kita sedang bergeser dari kelangkaan media menuju media yang
berlimpah.
(3) Kita sedang mengalami pergeseran dari mengarah kepuasan massa audien
kolektif menuju kepuasan grup atau individu.
(4) Kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah kepada media
interaktif.
Hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi menjadikan
kompetisi semakin ketat dalam dunia penyiaran, sekaligus menjadikan audien
makin selektif memilih media massa. Perubahan besar membawa dampak
konvergensi atau penggabungan layanan yang dulunya terpisah. Seperti yang
terjadi pada radio Jogjafamily yang dapat didengarkan melalui streaming,
youtube, ataupun vlog pada sosial media agar dekat dengan audiennya.
G. CIRCULAR THEORY / TEORI SIRKULAR
Berbagai teori menjelaskan proses berjalannya pesan dari sumber (source)
kepada pihak yang menerima pesan atau komunikan (receiver). Teori awal
dikenal dengan Teori Linier yang menggambarkan proses berjalannya pesan satu
arah atau one way direction dengan teori tertua di kenal teori stimulus-respon (S-R
Theory). Kemajuan teknologi yang terjadi di masa kini, memberikan pengaruh
38�
�
�
besar terhadap kecanggihan perangkat yang mendukung proses penyiaran radio.
Jika di awal keberadaan radio hanya sekedar menyiarkan berita dan memberikan
informasi, maka seiring perkembangan teknologi dan tuntutan perkembangan
jaman mengubah kebiasaan audien dari pendengar pasif menjadi pendengar aktif.
Teori Komunikasi Sirkular yang dikemukakan oleh Melvin DeFleur (1970)47
yang memasukkan umpan balik yang memberikan kemungkinan kepada penyiar
radio untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya, sehingga proses
penciptaan makna bersama atau pencapaian kesamaan makna akan meningkat.
Selain itu dengan adanya komunikasi timbal balik juga memberikan informasi
kepada pengelola media, seberapa banyak audien yang menikmati programnya..
Dalam teori Sirkular oleh DeFleur terlihat terjadi peningkatan pola pikir pada
teori komunikasi massa yang mencoba menyesuaikan diri dengan perkembangan
media massa.
Teknologi memegang peranan penting dalam mendorong upaya komunikasi
yang cepat dan segera. Meski dalam teori Sirkular dikatakan umpan balik itu ada,
dan terkadang datang terlambat. Ada upaya pendengar memberikan respon balik
atas apa yang di dengarnya dari radio Jogjafamily baik itu berupa kritik, saran,
pujian, pertanyaan, maupun komentar. Program interaktif yang disiarkan oleh
radio Jogjafamily dengan melibatkan pendengarnya dengan berbagai medium
komunikasi seperti SMS, telepon, dan media sosial dengan demikian volumen
umpan balik yang diterima media menjadi tidak terbatas, bersifat seketika dan
hampir tidak pernah tunggal.
������������������������������������������������������������47 Morissan, Manajemen Media Penyiaran. Op.cit., Hal. 17.
39�
�
�
Jogjafamily FM merancang program dengan membuka hubungan yang luas
dengan audien. Pendengar dilibatkan dalam program siaran seperti memberikan
ruang bagi pendengar memilih lagu yang ingin didengarkan, berkomentar tentang
penyiar radio, berpendapat tentang topik yang sedang disampaikan penyiar radio,
memberikan informasi lalu lintas maupun kejadian yang dianggap menarik
perhatian khalayak sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi dua arah.
Bagan 2. 2 Model Komunikasi DeFleur 48
Dalam bagan digambarkan, adanya keterkaitan berbagai aspek komunikasi
sehingga jika salah satu komponen mengalami hambatan atau gangguan, maka
akan mempengaruhi proses komunikasi. Komunikasi massa dalam pandangan
������������������������������������������������������������48 Hidajanto Djamal dan Andi Facruddin, Op.cit., Hal. 72.
Media�Massa
Saluran�transmitter� Penerima� Tujuan�
Gangguan�
Tujuan� Penerima Saluran Sumber�Transmitter�
Sumber�
Perangkat��Umpan�Balik
40�
�
�
DeFleur menyatakan yang dimaksud sebagai sumber dalam program dialog radio
Jogjafamily adalah penyiar. Dalam penelitian ini, teori komunikasi diterapkan
dalam program dialog, sehingga selain penyiar radio juga terdapat narasumber
yang turut memberikan informasi pada khalayak, narasumber yang memaparkan
tema yang disepakati. Selanjutnya penyiar Jogjafamily akan memberikan
kesempatan kepada pendengar untuk menyampaikan tanggapan atau pertanyaan
melalui media yang disediakan oleh radio Jogjafamily.
Sebagaimana tergambar dalam bagan, umpan balik dalam DeFleur pada
komunikasi massa masih terbatas. Pada pelaksanaannya dialog, umpan balik atau
respon pendengar yang menyimak program dialog dapat dilakukan oleh melalui
SMS, Whats App, dan Line yang disortir oleh penyiar atau ditunda dibacakan
untuk direspon oleh narasumber dalam program dialog. Meski respon terhadap
umpan balik tidak seketika, respon pendengar mempengaruhi situasi dialog
menjadi lebih kaya pertanyaan, kaya informasi, dan tersirat banyak yang
mendengarkan program tersebut.
Dengan banyaknya umpan balik, kegiatan dialog dianggap sukses. Karena
komunikasi massa juga merupakan pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan
menerima pesan secara timbal balik. Dengan begitu komunikasi massa juga
bersifat transaksional, yaitu tindakan pihak pihak yang berkomunikasi secara
serempak menyampaikan dan menerima pesan.49
������������������������������������������������������������49 Morissan, Op.cit., Hal. 22.
41�
�
�
H. ACTION ASSEMBLY THEORY / TEORI PENYUSUNAN
TINDAKAN
Teori ini dikemukakan oleh John Greene50 dan umumnya teori yang masuk
dalam tradisi sosiopsikologi fokus pada cara pelaku komunikasi dalam mengatur
pesan. Penelitian ini sendiri fokus pada bagaimana penyiar radio menyampaikan
pesan kepada khalayak dalam program talkshow. Teori ini menguji cara penyiar
radio dalam memakai pengetahuan dan pengalaman berpikir untuk membentuk
pesan. Pada teori ini pengetahuan prosedural menjadi intinya.
Kapanpun harus bertindak, penyiar radio harus “menyusun” prosedur yang
tepat atau perilaku. Dari semua prosedur tindakan yang terekam dalam memori
penyiar radio, harus dipilih yang paling tepat dalam rangka menyelesaikan
tanggung jawab. Spontanitas tindakan yang biasa kita lakukan, adalah bagian dari
penggunaan memori yang sudah pernah dilakukan atau diprogram yang bisa
disebut sebagai kumpulan unit (unitized assemblies), rutinitas yang membutuhkan
sedikit usaha. Karena apa yang kita butuhkan, sejatinya sudah ada dalam memori
kita.
Dalam situasi tertentu dimana penyiar radio harus membangun suasana yang
nyaman dengan narasumber, mengharuskan penyiar berramah tamah terlebih
dahulu. Menyapa dengan ramah, bersikap santun, namun juga tidak nampak kaku
dari harapan tersebut kemudian mendorong penyiar radio untuk memikirkan
serangkian tindakan yang dianggap penting agar bisa meraih semua objektif ini,
yang menghasilkan sebuah representasi mental untuk serangkaian tindakan yang ������������������������������������������������������������50 Stephen W. Littlejhon dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: edisi 9. Salemba Humanika. Jakarta 2012. Hal. 174.
42�
�
�
terkoordinasi. Model mental ini dsebut juga representasi keluaran (output
representation yang artinya rencana pikiran kita yang menyimpan apa yang kita
lakukann terhadap situasi yang kita hadapi.
Ada banyak peristiwa yang dihadapi oleh penyiar radio dalam membawakan
program dialog. Banyak faktor pula yang mempengaruhi sebab akibat yang harus
dialami oleh penyiar. Bisa saja semua persiapan sebelum acara dialog sudah baik,
materi sudah siap dan nama nama narasumber sudah diketahui oleh penyiar.
Namun dalam kenyataannya, penyiar harus menghadapi narasumber yang
mengalami kepanikan karena belum berpengalaman melakukan dialog di radio.
Atau narasumber mengganti topik menjelang siaran, sehingga dari segi persiapan
materi tidak dapat dilakukan dengan lebih baik oleh penyiar. Menangani situasi
yang rumit seperti ini, merangsang informasi syaraf untuk membentuk koalisi
(coalition) menemukan jalan keluar kerumitan yang terjadi.
Merujuk teori ini, penyiar radio menggunakan cara kerja menggabungkan
tindakan prosedural dengan pengetahuan dan pengalaman dalam membawakan
program dialog. Melaksanakan tahapan dengan mempersiapkan materi, setelah
mendapatkan bahan kemudian mempelajari dengan seksama, selanjutnya
melakukan pengecekan peralatan di dalam studio, memastikan narasumber datang
sebelum jam siaran, dan memastikan semua persiapan mengurangi gangguan pada
saat dialog berlangsung.
Setiap tindakan melibatkan tindakan lainnya, ini adalah penggambaran yang
tepat bagi teori Penyusunan Tindakan. Penyiar melakukan persiapan yang lebih
banyak pada saat melaksanakan siaran dialog, dibandingkan dengan siaran
43�
�
�
reguler. Narasumber tidak akan mentoleransi jika penyiar tidak menguasai materi
sehingga melontarkan pertanyaan yang kurang berbobot. Pendengar menghendaki
penyiar yang mampu mewakili keingintahuan pendengar dan mengarahkan
narasumber yang pasif serta mengatasi hambatan komunikasi.
Dalam teori penyusunan tindakan dikatakan oleh Littlejohn dan Foss,
memakan waktu dan usaha. Semakin kompleks penyusunan tugas, maka waktu
dan usaha makin banyak terpakai.
I. CONSTRUCTIVISM / KONSTRUKTIVISME
Teori ini dikembangkan oleh Jesse Delia dan koleganya, bahwa individu
menafsir dan bertindak menurut kategori konseptual yang ada dalam pikiran.51
Realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus dipilah
melalui cara seseorang melihat sesuatu.. Littlejohn dan Foss mengutip
kontruktivisme dalam pandangan George Kelly tentang gagasan pribadi yang
menyatakan bahwa manusia memahami pengalaman dengan berkelompok serta
membedakan kejadian menurut kesamaan dan perbedaan. Disebutkan pula bahwa
perbedaan yang dirasakan tidak terjadi secara alami, tetapi ditentukan oleh hal hal
yang bertentangan dalam sistem kognitif individu.
Littlejohn dan Foss menjelaskan bahwa sistem kognitif seseorang terdiri dari
banyak perbedaan. Memisahkan pengalaman dalam kategori – kategori, individu
memberi pemaknaan. Bagi penyiar radio memutar lagu milik Whitney Houston
itu menyenangkan, atau jika jam istirahat lebih enak mendengarkan lagu dengan
jenis musik pop. Atau ketika berdialog tentang tema musik maka penyiar radio
������������������������������������������������������������51 Ibid, hal. 179.
44�
�
�
memiliki pemahaman yang luas tentang musik. Tetapi memiliki gagasan yang
sederhana ketika berbicara tentang ekonomi. Gagasan disusun ke dalam skema
intepretatif yang mengarahkan pada satu gagasan dan menempatkannya dalam
kategori yang besar.
Skema intepretatif berkembang seiring dengan perkembangan individu
tersebut, dari yang sederhana kemudian berubah menjadi pemikiran yang
kompleks dan khusus. Kerumitan kognitif memainkan peran penting dalam
komunikasi , dan konsep ini merupakan aliran utama dalam kontruktivisme.
Jumlah gagasan yang digunakan oleh penyiar radio membuat tingkat perbedaan
antara satu penyiar dengan penyiar lainnya. Berpikir pada tingkat pengalaman
berbeda pada topik yang berbeda pula sehingga memicu munculnya gagasan yang
digunakan oleh masing masing penyiar radio disebut diferensiasikognitif.
Delia membagi pesan yang disampaikan berdasar kerumitannya. Pesan
persuasif yang sederhana hanya menyampaikan tujuan komunikator tanpa
mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Sedangkan pesan persuasif yang lebih
adaptif dan kompleks dirancang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dalam
penelitian ini penyiar radio Jogjafamily FM pada saat program dialog
menjalankan misi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan bagi
diri sendiri, maupun orang lain (pendengar dan narasumber) sehingga pesan yang
disampaikan masuk dalam ranah pesan persuasif adaptif dan kompleks.
Kemampuan kognitif memiliki peran yang penting dalam komunikasi konsep
ini. Peneliti ingin menggali sebanyak mungkin informasi bagaimana sikap dari
seorang penyiar radio dalam menjalankan komunikasi dalam situasi dialog baik
45�
�
�
dalam situasi yang direncanakan maupun ketika berada dalam situasi yang
spontan terjadi sehingga berpengaruh terhadap komunikasi saat itu. Gagasan
interpersonal penyiar radio Jogjafamily FM menjadi inti dari tindakan karena
menjadi pemandu untuk memahami orang lain. Gagasan ini juga yang membantu
menyelamatkan situasi yang berhubungan langsung dengan kerumitan kognitif.
Pada saat narasumber memberikan penjelasan yang kurang dapat dipahami, maka
menjadi tugas penyiar untuk menegaskan maksud ucapan yang disampaikan
narasumber, sehingga lebih mudah dipahami pendengar.
Secara umum kerumitan kognitif dalam pandangan Littlejohn dan Foss di
sebutkan menghasilkan pemahaman yang lebih baik terhadap sudut pandang
orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan agar dapat
dipahami oleh orang lain. Kemampuan seorang penyiar radio untuk memberikan
pertanyaan yang mewakili kepentingan pendengar, dan memberikan penegasan
yang cerdas dikatakan sebagai kemampuan dalam pengambilan sudut pandang.,
seperti menghasilkan argumen dan seruan yang cukup rumit.
Sedangkan kemampuan untuk menyesuaikan antara penyiar radio dengan
narasumber dalam konstruktivisme disebut dengan komunikasi tentang orang dan
manusia berbeda dalam penggunaan pesan pesan yang disampaikan oleh
narasumber. Dalam konstruktivisme mengenali gagasan mempunyai asal mula
sosial dan dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. Semakin sering penyiar
radio berinteraksi dan luas hubungan sosialnya, maka kerumitan kognitifnya berisi
gagasan gagasan yang lebih baik.
46�
�
�
Selain itu terdapat unsur lainnya yaitu budaya yang terlihat penting dalam
menentukan makna dari kejadian. Kebudayaan bisa berkontribusi pada cara cara
tujuan komunikasi ditetapkan, bagaimana tujuan dicapai, seperti jenis jenis
gagasan yang digunakan pada skema kognitif. Budaya kerja yang ditetapkan oleh
radio Jogjafamily sebagai perusahaan media yang memiliki lingkungan kerja
modern dan bermuatan nilai lokal, tentu memiliki pola kerja yang menyesuaikan.
Mengikuti perkembangan teknologi dan juga tren gaya hidup yang ada agar dapat
memenuhi kebutuhan pendnegar dan juga pengiklan, dan disisi lainnya memiliki
komitmen mengisi konten program dengan kegiatan budaya, melakukan kegiatan
tumpengan, berbusana batik pada hari tertentu, berkontribusi menjadi media
partner dalam kegiatan seni dan budaya, menjaga komunikasi sesuai adat
masyarakat Yogyakarta, berinteraksi dengan menjunjung tinggi nilai kesopanan
sesuai adat masyarakat setempat.
Littlejohn dan Foss mengikuti pendapat Jesse G. Delia, Susan L. Kline, dan
Brant R. Burleson menyebutkan tentang pengumpulan kepatuhan yang dikatakan
sebagai salah satu dari beberapa jenis komunikasi yang telah diteliti dari sudut
pandang yang pusat objeknya adalah orang.52 Pada tingkatan yang sederhana
adalah mencoba untuk mencapai satu tujuan kepatuhan dengan memberi perintah
atau ancaman. Sedangkan pada tingkatan kerumitan yang kompleks dimana lebih
memungkinkan dilakukan penyiar radio mencoba membantu pendengar
memahami kenapa kepatuhan terhadap apa yang dikatakan oleh narasumber
penting dilakukan oleh pendengar, dengan memberikan alasan alasan untuk patuh.
������������������������������������������������������������52 Ibid, hal. 181.
47�
�
�
Kemudian pada tingkat kerumitan yang tinggi, penyiar radio dapat mencoba
untuk mendapat simpati dengan membangun empati atau pemahaman terhadap
sebuah situasi. Penyiar radio mampu mengarahkan narasumber dan membangun
situasi tersebut, agar lebih mendapat empati dari pendengar atas topik yang
dibahasnya. Ketika pesan yang disampaikan oleh narasumber semakin kompleks,
penyiar radio perlu menggunakan lebih banyak tujuan dan lebih terpusat pada
pendengarnya.
Sudut pandang ahli kontruktivis memandang bahwa pesan - pesan yang
menghibur telah diteliti sebagai cara memberikan dukungan sosial bagi orang lain
dalam berbagai cara dan beberapa metode ini lebih canggih dari yang lainnya.
Perilaku ini membutuhkan kerumitan kognitif, karena semakin canggih pesan
yang disampaikan, maka semakin efektif dalam memberikan kenyamanan
daripada pesan yang kurang canggih. Bagi penyiar radio kemampuan untuk
menghibur pendengar dalam program dialog kesehatan, memberikan informasi
yang menambah pengetahuan dan juga memberikan solusi pengobatan
membutuhkan kemampuan komunikasi yang lebih canggih dari yang tidak
memiliki kualitas ini. Sehingga penelitian ini menegaskan bahwa penyiar radio
yang menggunakan strategi yang terpusat pada orang dan memahami orang,
memiliki skema kognitif yang lebih kompleks untuk memahami orang lain serta
lebih mampu untuk mengambil sudut pandang dan berempati kepada
pendengarnya.
48�
�
�
J. POLITENESS THEORY / TEORI KESOPANAN
Sebagaimana dituliskan oleh Littlejohn dan Foss bahwa dalam
kontruktivisme, sering individu mencoba menyelesaikan beberapa hal sekaligus
dan kesopanan atau melindungi muka orang lain seringkali menjadi salah satu
tujuan yang dicapai.53 Tindakan yang masuk dalam ranah tradisi sosiopsikologi
ini dikenal sebagai tindakan kesopanan dan wajah. Jika dikaitkan dengan
penelitian ini, penyiar radio dalam program dialog memiliki tugas yang cukup
beragam diantaranya harus mampu mencitrakan dirinya sebagai pribadi yang
ramah dan menghibur pendengarnya. Disisi lain juga harus menjadi teman bicara
yang nyaman bagi narasumber yang diwawancarainya. Karena program dialog
bertujuan untuk menyampaikan gagasan yang berasal dari narasumber, maka
penyiar radio Jogjafamily wajib mengutamakan kepentingan narasumber dialog.
Semua tindakan yang harus diambil untuk melindungi wajah narasumber, wajib
dilakukan. Selaras dengan teori yang dikemukakan Penelope Brown dan Stephen
Levinson tentang teori Kesopanan.54
Brown dan Levinson berpendapat bahwa kesopanan adalah sebuah tindakan
universal, yang dapat diimplementasikan sesuai dengan nilai budaya setempat.
Namun inti dari tindakan ini adalah untuk mengakomodir kebutuhan individu
untuk dihargai dan dilindungi. Kesopanan yang dilakukan penyiar dalam
melindungi citra narasumber, disebut oleh para peneliti sebagai kebutuhan wajah,
wajah positif berupa keinginan untuk dihargai dan diakui, dan respon yang
������������������������������������������������������������53 Ibid, hal. 182
54 Ibid, hal. 184.
49�
�
�
diberikan disebut kesopanan positif yaitu menunjukkan perhatian dan memberikan
pujian.
Sedangkan wajah negatif diartikan sebagai keinginan narasumber untuk bebas
dari gangguan atau kekacauan, penyiar radio meresponnya dengan kesopanan
negatif untuk melindungi dan bertindak sesuai kebutuhan dari narasumber.
Penyiar radio bukan tidak mungkin secara manusiawi tidak mampu mengontrol
ego apabila tidak sepaham dengan narasumber. Kesopanan menjadi sangat
penting untuk dipahami ketika kita harus mengancam wajah orang lain, yang
biasa terjadi diluar kegiatan penyiaran. Keinginan untuk mengancam wajah orang
lain dikenal dengan istilah face threats acts – FTA.
Dijelaskan oleh Littlejohn dan Foss bahwa tindakan ini normal dan tidak
menjadi masalah, tetapi harus ditangani dengan cara tertentu agar tidak
menimbulkan persoalan. Ada baiknya kita memahami bentuk FTA yang
dijelaskan dalam 5 macam :55 (1) menyampaikan FTA dengan terus terangatau
secara langsung , tanpa tindakan sopan; (2) menyampaikan FTA bersamaan
dengan beberapa bentuk kesopanan positif; (3) menyampaikan FTA bersamaan
dengan bentuk kesopanan negatif; (4) menyampaikan FTA secara tidak langsung,
tidak diumumkan; (5) sama sekali tidak menyampaikan FTA.
Kelima pilihan tersebut disusun berurutan berdasarkan skala yang paling
tidak mengancam wajah. Bentuk perilaku FTA dapat dengan pendekatan yang
lebih tidak mengancam adalah dengan menggabungkan FTA dengan kesopanan
negatif. Penyiar radio mempunyai banyak pilihan atas keputusan menyampaikan
������������������������������������������������������������55 Ibid, hal. 183.
50�
�
�
pertanyaan dan tanggapan kepada narasumber dalam berbagai bentuk yang sudah
diuraikan, tentu dengan konsekuensi yang harus ditanggung. Bisa saja narasumber
keberatan dengan FTA yang dilakukan oleh penyiar radio sehingga
menyampaikan komplain. Tentu sikap ini akan mengundang persoalan ada diri
penyiar radio.
Brown dan Levinson sebagaimana dikutip oleh Littlejohn dan Foss 56
memberikan rumus sederhana untuk memilih strategi yang digunakan : Wx = D
(S,H) + P (H,S) + Rx. Rumus ini berarti bahwa jumlah usaha (W) yang dilakukan
seseorang tergantung pada jarak sosial (D) diantara pembicara (S) dan pendengar
(H), ditambah dengan kekuasaan (P) pendengar atas pembicara, ditambah resiko
(R) menyakiti orang lain. Setiap teori ini adalah melihat pada strategi pesan yang
dipilih untuk keadaan yang berbeda. Penyiar radio harus jeli dalam memilih
strategi yang digunakan dan memprediksi akibat yang ditimbulkan dalam waktu
cepat.
Sementara itu dalam skala kesopanan yang dikemukakan oleh Leech terdapat
skala pengukuran kesopanan yang dikaitkan dengan tema penelitian dalam
program dialog radio sebagai berikut :57
(1) Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan yaitu : merujuk
pada keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan karena tindakan dari
penyiar, narasumber, dan pendengar. Dalam beberaa kasus, semakin
������������������������������������������������������������56 Ibid, hal.184.
57 Geoffrey Leech, Prinsip – prinsip Pragmatik. UI-Press. Jakarta 2011. Hal 206-207.
51�
�
�
menguntungkan keberadaan narasumber dalam radio tersebut, maka
semakin santun tutur kata yang digunakan penyiar radio.
(2) Optionality scale atau skala pilihan yaitu : merujuk pada banyak atau
sedikitnya pilihan yang disampaikan penyiar. Semakin leluasa narasumber
dan penyiar memberikan keleluasaan pada pendengar untuk mendapat
informasi dengan nyaman dan membuka ruang komunikasi bertanya,
maka dapat dikatakan jika program dialog tersebut memenuhi unsur skala
pilihan. Akan terdengar lebih sopan.
(3) Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan yaitu : semakin lugas
kalimat yang digunakan penyiar, maka sangat mungkin kalimat yang
dipilih dapat mengurangi unsur kesantunan. Demikian juga dengan
memilih kalimat – kalimat tidak langsung, maka bentuk tutur penyiar radio
(4) Authority scale atau skala keotoritasan yaitu : menunjukkan pada
hubungan status sosial seseorang akan mempengaruhi pemilihan bahasa
yang disampaikan. Ketika program dialog menghadirkan narasumber Sri
Sultan Hamengkubuwono X tentu akan berbeda dengan ketika melakukan
wawancara dengan artis / selebriti.
(5) Social distances scale atau skala jarak sosial yaitu menunjuk pada
tingkatan sosial antara penyiar, narasumber dan pendengar. Semakin dekat
jarak status sosial diantara ketiganya, maka akan berpengaruh pada gaya
bahasa yang digunakan oleh ketiganya.