bab ii landasan teori 2.1 tinjauan umum -...

27
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran yang terjadi dalam ruang bakar sehingga menghasilkan energi mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi poros engkol yang untuk selanjutnya di teruskan ke sistem transmisi roda gigi kemudian di teruskan ke roda penggerak sehingga kendaraan dapat berjalan. Menurut siklus kerja ideal, motor bakar torak terbagi menjadi tiga yakni motor bensin (otto) atau yang lebih umum spark ignition engines (SIE), motor diesel atau yang lebih umum compression ignition engines (CIE), dan siklus gabungan. Sedangkan menurut langkah yang di tempuh dalam menghasilkan tenaga, maka motor bakar torak terbagi menjadi motor bakar dua langkah (two strokes engines) dan motor bakar empat langkah (four strokes engines). [Arismunandar, Wiranto, 1988] Salah satu yang membedakan antara motor bensin dan motor diesel adalah bahan bakarnya, motor bensin seperti halnya namanya menggunakan bensin (premium) sebagai bahan bakarnya, sedangkan motor diesel menggunakan bahan bakar solar.selain pada motor bensin terdapa karburator dan busi,sebelum masuk ke dalam silinder, bensin di campur udara pada karburator, jadi karburator adalah untuk mengkondisikan (mengkabutkam) campuran bensiin dan udara agar bisa terbakar dalam ruang bakar. Untuk selanjutnya campuran tersebut akan terbakar 6

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan Umum

    Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang

    mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses

    pembakaran yang terjadi dalam ruang bakar sehingga menghasilkan energi

    mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

    poros engkol yang untuk selanjutnya di teruskan ke sistem transmisi roda gigi

    kemudian di teruskan ke roda penggerak sehingga kendaraan dapat berjalan.

    Menurut siklus kerja ideal, motor bakar torak terbagi menjadi tiga yakni

    motor bensin (otto) atau yang lebih umum spark ignition engines (SIE), motor

    diesel atau yang lebih umum compression ignition engines (CIE), dan siklus

    gabungan. Sedangkan menurut langkah yang di tempuh dalam menghasilkan

    tenaga, maka motor bakar torak terbagi menjadi motor bakar dua langkah (two

    strokes engines) dan motor bakar empat langkah (four strokes engines).

    [Arismunandar, Wiranto, 1988]

    Salah satu yang membedakan antara motor bensin dan motor diesel adalah

    bahan bakarnya, motor bensin seperti halnya namanya menggunakan bensin

    (premium) sebagai bahan bakarnya, sedangkan motor diesel menggunakan bahan

    bakar solar.selain pada motor bensin terdapa karburator dan busi,sebelum masuk

    ke dalam silinder, bensin di campur udara pada karburator, jadi karburator adalah

    untuk mengkondisikan (mengkabutkam) campuran bensiin dan udara agar bisa

    terbakar dalam ruang bakar. Untuk selanjutnya campuran tersebut akan terbakar

    6

  • dalam ruang bakar melalui percikan api dari busi (ignition spark). [Arismunandar,

    Wiranto, 1988].

    Sedangkan motor diesel, yang tidak menggunakan karburator dan busi,

    bahan bakar dan udara masuk ke dalam ruang bakar tidak secara bersamaan,pada

    proses hisap yang masuk hanyalah udara,sedangkan bahan bakar masuk saat

    kompresi.sehingga campuran tersebut akan terbakar dengan menggunakan

    kenaikan tekanan melalui proses kompresiyang melebihi titk nyala dari bahan

    bakar tersebut, sehingga terjadilah proses pembakaran.[Arismunandar, Wiranto,

    1988].

    Motor bakar dua langkah adalah jenis motor bakar yang menghasilkan

    tenaga dengan dua kali langkah piston atau satu kali putaran poros engkol,

    sedangkan motor bakar empat langkah , untuk menghasilkan tenaga memerlukan

    empat langkah piston atau dua kali putaran poros engkol [Arismunandar, Wiranto,

    1988].

    2.2 Siklus Idieal

    Proses termodinamika dan kimia yang terjadi dalam motor bakar torak

    amat komplek untuk dianalisa menurut teori. Pada umumnya untuk menganalisa

    motor bakar torak dipergunakan siklus udara sebagai siklus yang ideal. Siklus

    udara menggunakan beberapa keadaan yang sama dengan siklus sebenarnya

    dalam hal sebagai berikut : [Arismunandar, Wiranto, 1988].

    a. Urutan proses.

    b. Perbandingan kompresi

    7

  • c. Pemilihan temperature dan tekanan pada suatu keadaan.

    d. Penambahan kalor yang sama persatuan berat udara.

    Didalam analisa udara, khususnya motor baker torak akan dibahas :

    1. Siklus udara volume konstan (siklus otto)

    2. Siklus udara tekanan konstan (siklus diesel)

    3. Siklus udara tekanan terbatas (siklus gabungan)

    2.2.1 Siklus Udara Volume Konstan (Siklus Otto)

    Motor bensin adalah jenis motor bakar torak yang bekerja berdasarkan

    siklus volume konstan, karena saat pemasukan kalor (langkah pembakaran) dan

    pengeluaran kalor terjadi pada volume konstan. Siklus ini adalah siklus yang

    ideal. Seperti yang terlihat pada diagram P – V gambar 2.1

    volume spesifik, vA

    0

    2

    1

    qm

    qk

    3

    4

    B

    Teka

    nan,

    p

    Gambar 2.1 Diagram P – V Siklus Otto (siklus volume konstan). [Arismunandar, Wiranto, 1988].

    Adapun siklus ini adalah sebagai berikut : [Arismunandar, Wiranto, 1988].

    1. Langkah 0 – 1 adalah langkah hisap, yang terjadi pada tekanan (P) konstan.

    2. Langkah 1 – 2 adalah langkah kompresi, pada kondisi isentropik.

    8

  • 3. Langkah 2 – 3 adalah proses pemasukan kalor pada volume konstan.

    4. Langkah 3 – 4 adalah proses ekspansi, yang terjadi secara isentropik.

    5. Langkah 4 - 1 adalah langkah pengeluaran kalor pada volume konstan.

    6. Langkah 1 – 0 adalah proses tekanan konstan.

    Proses tersebut menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

    a. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal yang mempunyai kalor

    spesifik konstan.

    b. Siklus dianggap tertutup artinya siklus ini berlangsung dengan fluida

    yang sama yang berada dalam silinder, pada titik 1 (langkah buang)

    fluida dikeluarkan dari ruang baker, tetapi langkah isap berikutnya

    akan masuk fluida dengan jenis yang sama.

    Adapun effisiensi termal dari siklus ini adalah : [Petrovsky, N ]

    1kth ε11η −−= ................................................................. (2.1)

    Dimana :

    ε = Perbandingan kompresi (compression ratio), yakni perbandingan

    volume terbesar/total (volume langkah torak + volume sisa) dengan volume

    sisa (clearance). [Petrovsky, N ]

    s

    sd

    VVV

    ε+

    = .................................................................. (2.2)

    Dimana : Vd = Volume langkah

    Vs = Volume sisa

    Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa ratio kompresi dinaikkan

    maka efisiensi termal dari siklus akan semakin tinggi.

    9

  • 2.2.2 Siklus Udara Tekanan Konstan (Siklus Diesel)

    Siklus tekanan konstan ini merupakan siklus motor bakar torak yang

    terjadi ketika pemasukan dan pengeluaran kalor terjadi pada kondisi tekanan

    konstan. Siklus ini terjadi pada jenis motor diesel. Siklus seperti yang terdapat

    digambar 2.2 merupakan siklus yang ideal. Te

    kana

    n, p

    B

    0

    4

    1

    32

    volume spesifik, vA

    qm

    qk

    Gambar 2.2 Diagram P – V siklus tekanan konstan. [Arismunandar, Wiranto, 1988]

    Adapun siklus ini adalah sebagai berikut : [Arismunandar, Wiranto, 1988]

    1. Langkah 0 – 1 adalah langkah hisap, tekanan (p) konstan.

    2. Langkah 1 – 2 adalah langkah kompresi, kondisi isentropic.

    3. Langkah 2 – 3 adalah proses pemasukan kalor, tekanan konstan.

    4. Langkah 3 – 4 adalah proses ekspansi, isentropic.

    5. Langkah 4 – 1 adalah langkah pengeluaran kalor, tekanan konstan.

    6. Langkah 1 – 0 adalah proses, tekanan konstan.

    10

  • Adapun effisiensi termal dari siklus ini adalah : [ Petrovsky, N ]

    ( )1ρk1ρ

    ε11η

    k

    1ki −−

    ⋅−= − .............................................................. (2.3)

    dimana : ε = Perbandinganm kompresi

    ρ = Preliminary expansion ratio

    2

    3

    VVρ = ................................................................................ (2.4)

    2.2.3 Siklus Udara Tekanan Terbatas (Siklus Gabungan)

    Siklus ini terjadi apabila pemasukan kalor pada suatu siklus dilaksanakan

    baik pada volume konstan maupun pada tekanan konstan. Pada gambar 2.3 terlihat

    bahwa proses pemasukan kalor terjadi selama proses (2-3a) dan (3a-3).

    Teka

    nan,

    p

    B

    0

    4

    1

    3

    volume spesifik, vA

    qm2

    qk

    2

    qm1

    3a

    Gambar 2.3 Diagram P – V Silkaus Gabungan.

    [Arismunandar, Wiranto, 1988]

    11

  • 2.3 SIKLUS AKTUAL MOTOR BENSIN

    Silkus udara volume konstan atau siklus otto adalah proses yang ideal.

    Dalam kenyataannya baik siklus volume konstan, siklus tekanan konstan dan

    siklus gabungan tidak mungkin dilaksanakan, karena dadanya beberapa hal

    sebagai berikut : [Arismunandar, Wiranto, 1988]

    a. Fluida kerja bukanlah udara yang bisa dianggap sebagai gas ideal,

    karena fluida kerja disini adalah campuran bahan bakar (premium) dan

    udara, sehingga tentu saja sifatnya pun berbeda dengan sifat gas ideal.

    b. Kebocoran fluida kerja pada katup (valve), baik katup masuk maupun

    katup buang, juga kebocoran pada piston dan dinding silinder, yang

    menyebabkan tidak optimalnya proses.

    c. Baik katup masuk maupun katup buang tidak dibuka dan ditutup tepat

    pada saat piston berada pada posisi TMA dan atau TMB, karena

    pertimbangan dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja.

    Kerugian ini dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup

    disesuaikan dengan besarnya beban dan kecepatan torak.

    d. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada saat torak di TMA tidak

    terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan

    tekanan dan temperature fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran

    campuran udara dan bahan bakar dalam silinder.

    e. Proses pembakaran memerlukan waktu untuk perambatan nyala apinya,

    akibatnya proses pembakaran berlangsung pada kondisi volume ruang

    yang berubah – ubah sesuai gerakan piston. Dengan demikian proses

    12

  • pembakaran harus dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak

    mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah

    TMA menuju TMB. Jadi proses pembakaran tidak dapat berlangsung

    pada volume atau tekanan yang konstan.

    f. Terdapat kerugian akibat perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida

    pendingin, misalnya oli, terutama saat proses kompresi, ekspansi dan

    dan waktu gas buang meninggalkan silinder.

    g. Adanya kerugian energi akibat adanya gesekan antara fluida kerja

    dengan dinding silinder dan mesin.

    h. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam

    silinder ke atmosfer sekitarnya.

    Teka

    nan

    4

    12

    3

    Katupisapterbuka

    Langkah kerja

    Langkah kompresi

    Katupbuangterbuka

    Katup isaptertutupLangkah buangKatup buangtertutup

    Volume

    Gambar 2.4 Diagram P – V Siklus Aktual Motor Bensin.

    [Arismunandar, Wiranto, 1988].

    13

  • 2.3.1 Motor Bensin Empat Langkah

    Motor bakar torak 4 langkah adalah jenis motor bakar yang menyelesaikan

    satu siklusnya dengan 4 gerakan translasi piston (4kali 180° gerakan poros

    engkol) atau dengan kata lain dalam menghasilkan tenaga memerlukan dua kali

    putaran poros engkol (2 kali 360°).

    (d) Exhaust

    ExhaustInlet

    (c) Expansion

    ExhaustInlet

    (b) Compression

    ExhaustInlet

    (a)Intake

    ExhaustInlet

    Vc

    VdVt

    TC

    BC

    Gambar 2.5 Siklus Kerja Motor Bensin Empat Langkah.

    [Maleev, V.L, 1945]

    Adapun siklus kerja motor bensin empat langkah, seperti terlihat pada

    gambar 2.5 adalah sebagai berikut : [Heywood, John B, 1989]

    1. Langkah Hisap

    Saat langkah hisap, piston bergerak dari TMA ke TMB. Katup masuk (hisap)

    terbuka dan katup buang tertupup, sehingga campuran bahan bakar dan udara

    dari karburator akan masuk silinder.

    14

  • 2. Langkah Kompresi

    Langkah ini adalah gerak piston dari TMB menuju TMA. Saat pergerakan ini

    baik katup masuk maupun katup buang pada kondisi tertutup. Akibat

    kompresi ini terjadi kenaikan tekanan dan temperature silinder. Pada sekitar

    7° - 10° sebelum TMA maka campuran bahan bakar dan udara yang telah

    dimampatkan ini akibat dinyalakan oleh percikan api dari busi, sehingga

    terjadilah pembakaran. Proses pembakaran ini berlangsung sampai 7° - 10°

    setelah TMA. Sehingga proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara

    ini berlangsung kurang lebih selama 20° putaran poros engkol.

    3. Langkah Ekspansi

    Setelah sampai TMA gas pembakaran hasil kompresi memerlukan ruang

    untuk beekspansi karena tekanan dan temperaturnya yang tinggi sehingga

    akan mendorong piston untuk bergerak menuju TMB, Walaupun proses

    pembakarannya sendiri belum selesai sampai kira – kira 7° - 10° setelah

    TMA. Pada langkah ini baik katup hisap maupun katup buang berada pada

    posisi tertutup. Langkah ekspensi ini juga disebut sebagai langkah kerja

    karena pada langkah ini dihasilkan tenaga yang akan menggerakkan poros

    engkol.

    4. Langkah Buang

    Pada akhir langkah ekspansi di TMB selanjutnya piston akan bergerak

    menuju TMA. Pada langkah ini katup buang membuka dan katup masuk

    menutup sehingga gerakan ini akan mendorong gas sisa pembakaran untuk

    15

  • keluar dari silinder menuju ke saluran gas buang (knalpot).Setelah sampai

    TMA maka siklus akan dimulai lagi dari langkah hisap dan seterusnya.

    2.3.2 Motor Dua Langkah

    Untuk memperoleh tenaga hanya diperlukan dua langkah piston atau satu

    kali putaran poros engkol. Tidak terdapat katup seperti pada mesin empat langkah.

    Sistem pemasukan campuran bahan bakar dan udara ke dalam silinder melalui

    lubang yang terdapat pada sisi silinder, begitu juga pada sistem pengeluaran gas

    sisa pembakaran. Siklus motor bakar dua langkah seperti terlihat pad gambar 2.6

    adalah sebagai berikut :

    • Combustion, expansion• Ports closed

    Spark plug(or fuel injektor)

    • Exhaust• Intake port closed

    • Scavenging• Intake• Ports open• Reed valve shut

    Intakeports

    Exhaustports

    Reedvalve

    • Compression• Ports closed• Air inductedinto crankcase

    Air compressed in crankcas(Reed valve shut)

    Gambar 2.6 Siklus Motor Bakar Dua Langkah. [Maleev, V.L. , 1945]

    16

  • 1. Langkah Kompresi

    Gerakan piston dari TMB menuju TMA, gerakan ini menyebabkan

    tertutupnya lubang pemasukan campuran bahan bakar dan udara terlebih

    dahulu (karena letak lubang pemasukan yang relative lebih dekat ke TMB

    dari pada lubang pengeluaran) dan disusul tertutupnya lubang pembuangan,

    sehingga untuk selanjutnya gerakan ini akan menekan campuran bahan bakar

    dan udara didalam silinder dan campuran dari kalburator akan terhisap

    menuju crank case. Ketika beberapa derajat sebelum TMA maka campuran

    tersebut akan dibakar oleh percikan api yang berasal dari busi.

    2. Langkah Ekspansi

    Gas sisa pembakaran menekan piston sehingga akan bergerak kearah TMB,

    lubang pembuangan yang relative lebih dekat dengan TMA akan terbuka

    menyusul lubang pemasukan juga terbuka. Ketika lubang pembuangan

    terbuka maka gas sisa pembakaran akan meuju saluran buang (knalpot), dan

    ketika lubang pemasukan terbuka maka campuran bahan bakar dan udara dari

    crank case akan masuk silinder. Setelah sampai TMB maka proses (siklus)

    akan berulang.

    Pada siklus mesin dua tak ini, proses pembakaran tidak bisa berlangsung

    relative sempurna seperti pada motor empat langkah, karena pada saat piston

    menekan campuran bahan bakar dan udara untuk proses pembakaran, saat itulah

    sebenarnya campuran tersebut telah tercampur juga dengan gas sisa pembakaran

    sebelumnya yang belum sempat keluar lewat lubang pembuangan. Begitu juga

    pada saat ekspansi, ketika pembuangan gas sisa pembakaran melalui lubang

    17

  • pembuangan, maka campuran bahan bakar dan udara yang baru masuk silinder

    sebagian akan ikut keluar lewat lubang pembuangan tersebut bersama gas sisa

    pembakaran.

    2.3.3 Kecepatan Putaran Mesin

    Kecepatan mesin (engine speed) adalah kecepatan putar dari poros engkol,

    yang dinyatakan dengan putaran per menit. Frekuensi mesin (engine freguency)

    juga menunjukkan besarnya putaran poros engkol, namun dalam radian per detik

    (radian per second).

    2.3.4 Daya

    Daya yang dihasilkan pada motor bakar besarnya selalu tidak konstan.

    Besarnya daya yang dihasilkan salah satunya tergantung pada tinggi rendahnya

    putaran mesin. Semalin tinggi putaran mesin maka daya yang dihasilkannya pun

    akan bertambah besar, namun putaran tertentu (putaran maksimum) daya akan

    mencapai maksimum, dan setelah itu besarnya daya yang dihasilkan akan

    menurun.

    Adapun daya mekanis yang dihasilkan motor adalah: [Petrovsky, N ]

    • Tenaga Indikasi (Indicated Horse Power)

    ( )hpZ0,45.

    i.n.V.PN dii = .......................................................................... (2.5)

    dimana : Ni = Daya indikasi (indicated horse power) (hp)

    Pi = Tekanan indikasi (kg/cm2)

    Vd = Volume langkah (cm3)

    18

  • n = Putaran poros engkol (rpm)

    i = Jumlah silinder

    Z = Perbandingan langkah siklus, untuk mesin dua langkah = 1,

    dan untuk mesin empat langkah = 2

    • Tenaga pada Mechanical Losses (rugi – rugi mekanik)

    ( )hp.Z0,45

    i.n.V.PmNm d= ....................................................................... (2.6)

    dimana : Nm = Tenaga yang hilang (hp)

    Pm = Rugi tekanan (kg/cm2)

    • Tenaga Efektif (Brake Horse Power)

    (hpZ.0,45

    i.n.V.PNb dc= ) ................................................................... (2.7)

    dimana : Nb = Daya efektif (brake horse power) (hp)

    Pe = Tekanan efektif (kg/cm2)

    • Efisiensi Mekanik

    Nb = Ni – Nm

    %100xN

    NNηi

    mim

    −= ........................................................................ (2.8)

    Sehingga :

    100%xNNη

    i

    bm = ........................................................................ (2.9)

    Karena adanya beberapa kesulitan, diantaranya menentukan besarnya

    tekanan indikasi dan tekanan efektif (selama siklus berlangsung, maka

    perhitungan daya dengan cara ini belum bisa didalam tugas akhir ini. Untuk

    19

  • menentukan besarnya daya yang dihasilkan oleh sebuah motor bakar, keluaran

    motor bakar dihubungkan dengan suatu penyerap daya, dimana pada penelitian

    ini digunakan Sistem Prony Breake sebagai penyerap daya roda belakang sepeda

    motor.

    2.3.5 Pengukuran Torsi

    Untuk kerja dari kendaraan bermotor umumnya berkaitan dengan

    kemampuan untuk mempercepat, memperlambat, menanjak pada tanjakan yang

    lurus. Gaya dorong atau torsi dan gaya-gaya perlawanan menentukan unjuk kerja

    dari kendaraan. Terdapat berbagai macam alat untuk mengukur torsi dan daya

    kendaraan/mesin antara lain :

    • Rem Prony (Prony Breake)

    Prinsip kerja dari prony breake adalah pengereman pada poros output mesin.

    Torsi yang bekerja pada rem prony adalah hasil kali besar gaya yang dipakai

    untuk menekan dengan panjang lengan dari poros mesin sampai ke tempat

    gaya bekerja.

    20

  • Gambar 2.7 Gambar alat uji Prony Brake

    Torque Arm Load adjustingnuts

    Rotating wheelconnected to driver

    Strap

    Brake block

    Torque Arm Radius

    Force sensor

    Skema Prony Brake

    Gambar 2.8 Skema Prony Breake

    • Rem Air (Water Brake)

    Prinsip Kerja dari rem air adalah membuang energi buangan melalui gesekan

    fluida antara roda dayung yang terpasang pada bagian dalam suatu ruangan

    yang berisi air. Ruang tersebut terpasang bebas diatas bantalan sehingga torsi

    yang bekerja padanya dapat diukur dengan lengan momen seperti yang

    digunakan pada prony breake.

    21

  • • Test Bench

    Prinsip kerja dari test bench adalah roda penggerak dari kendaraan diletakkan

    diatas suatu silinder. Kemudian mesin dijalankan sehingga roda penggerak

    berputar. Roda penggerak akan memutar silinder yang ada dibawahnya dan

    menggerakkan silinder beban.

    2.3.6 Roda Traksi

    Disebut roda traksi apabila pada roda bekerja gaya traksi (gaya dorong),

    seperti nampak pada gambar 2.8 dibawah ini. Gaya dorong ini diperoleh dari

    putaran engine yang ditransmisikan keroda penggerak.

    Rotation P

    M

    W r T

    orqu

    e

    W r

    01 μYiF 01 μiYF P

    Gambar 2.9 Diagram Benda Bebas Roda Traksi

    2.4 PRONY BREAKE

    Prony breake merupakan suatu alat uji torsi dan daya, dimana prinsip

    kerjanya adalah dengan melawan torsi yang dihasilkan dengan suatu gaya

    pengereman. Besarnya gaya pengereman diukur dengan menambahkan suatu

    lengan ayun, kemudian gaya pada ujung lengan ayun diukur dengan timbangan.

    22

  • Besarnya torsi didapat dari mengalikan gaya pengereman dengan panjang lengan

    ayun.

    2.4.1 Rumus Dasar

    Apabila suatu benda berotasi terhadap sumbu tetap, maka semua titik

    terkecuali titik yang terdapat pada sumbu tersebut akan bergerak pada lingkaran

    konsentris terhadap sumbu terebut akan bergerak pada lingkaran konsentris

    terhadapap sumbu tersebut. Adapun kecepatan linier dari titik yang berada sejauh

    r dari sumbu merupakan perkalian antara kecepatan sudut (ω) dan jarak (r). Atau

    dengan persamaan dapat ditulis : [Sears, Francis W, Mark W Zemansky, 1994]

    V = ω . r , atau

    rvω = ............................................................................... (2.10)

    dimana : v = Kecepatan linier (m/s)

    ω = Kecepatan sudut (rad/s)

    r = jarak (m)

    Sedangkan percepatan sudut (α) merupakan turunan dari kecepatan sudut

    terhadap waktu dan besarnya sama dengan percepatan tangensial (a) di bagi jarak

    (r). [Sears, Francis W, Mark W Zemansky, 1994]

    ra

    dtdωα == ......................................................................... (2.11)

    dimana : α = Percepatan sudut (rad/s2)

    a = Percepatan linier (m/s2)

    t = Waktu (s)

    23

  • Momen inersia suatu benda menunjukkan daya tahan terhadap percepatan

    rotasional benda tersebut. Apabila ada suatu elemen massa dm yang memiliki

    percepatan tangensial pada jejak rotasional rα, maka menurut hukum Newton II

    gaya yang terjadi adalah rαdm, momen pada sumbu adalah r2αdm, maka jumlah

    momen untuk semua elemen adalah ∫ r2 α dm. Karena α untuk semua elemen

    adalah sama maka α dapat dikeluarkan dari integral, dan integral yang tersisa

    disebut momen inersia massa (I). [Sears, Francis W, Mark W Zemansky, 1994]

    I = ∫ r2 dm ................................................................................ (2.12)

    dimana : I = Momen inersia massa (kg.m2)

    r = Jarak (m)

    dm = Elemen massa (kg)

    Untuk suatu silinder berongga dengan panjang I, radius dalam ri, radius

    luar ro dan rapat massa ρ, maka : [Sears, Francis W, Mark W Zemansky, 1994]

    dm = ρ . dv = ρ . (2πr dr) . l

    dimana : ρ = Rapat massa (kg/m3)

    dv = Elemen volum (m3)

    Maka momen inersia massanya :

    I = 2 π l ρ ∫r

    r

    o

    r1

    3

    dr = 21ρπ (ro4 – ri4)

    Massa m seluruh silinder adalah hasil kali rapat massa dengan volumnya.

    Volume ditentukan berdasarkan :

    V = π l (ro2 – ri2)

    24

  • Maka :

    m = π l ρ (ro2 – ri2)

    sehingga momen inersianya adalah :

    ( )202121 rrmI += ......................................................................... (2.13)

    Untuk silinder pejal, ri = 0 dan jari-jari luar ro = r, maka momen enersianya adalah

    I = ½ m r2 ......................................................................... (2.14)

    Apabila suatu benda tegar diputar terhadap suatu sumbu tetap, maka resultan gaya

    putar (torsi) terhadap sumbu itu sama dengan hasil kali momen inersia masa

    benda itu terhadap sumbu dengan percepatan sudut, sehingga :

    T= I . α

    Sedangkan daya yang di timbulkan oleh torsi T dengan kecepatan v adalah ;

    P = F . v

    dan karena F . r =T, maka:

    P = T . ω

    2.4.2 Rumus Perhitungan

    Pada penelitian ini, alat ukur di letakkan di bawah rol beban yang

    dihubungkan dengan spoket, sehingga variabel yang didapat dari alat ukur adalah

    kecepatan sudut rol beban dan waktu yang diperlukan rol beban dari keadaan

    diam hingga mencapai kecepatan konstan, setelah sepeda motor di hidupkan. Dari

    kedua variabel di atas dapat dicari percepatan sudut rol beban sehingga dapat di

    cari pula torsi rol beban, yaitu dengan mengalikan percepatan sudut rol beban

    dengan momen inersia massa rol beban. Sedangkan daya rol beban di dapat

    25

  • dengan mengalikan torsi rol beban dengan kecepatan sudut rol beban saat beban

    mencapai kecepatan konstan. [Sears, Francis W, Mark W Zemansky, 1994].

    2.4.2.1 Perhitungan Torsi dan Daya yang Diterima Rol Beban

    Percepatan sudut rol beban merupakan slope kecepatan sudut rol beban

    terhadap waktu. Sedangkan torsi rol beban merupakan hasil perkalian percepatan

    sudut rol beban dengan momen inersia massa rol beban , sehingga dapat

    dirumuskan :

    rbrbrb IT α×= ........................................................................... (2.15)

    dimana : Trb = torsi diterima rol beban (Nm)

    Irb = momen inersia massa rol beban (kg.m2)

    rbα = perccepatan sudut rol beban ( 2srad )

    Untuk jumlah data yang banyak, maka nilai percepatan sudut rol beban dicari

    dengan:

    ( )( )( )∑ ∑

    ∑∑∑−

    −= 2

    i2i

    iiiirb

    XXN

    Y.XY.XNα .............................................. (2.16)

    dimana : N = jumlah data

    Xi = nilai waktu data ke-1 (s)

    Yi = nilai kecepatan sudut data ke-1 ( )srad Sedangkan daya yang di terima rol beban adalah hasil kali rol beban dengan

    kecepatan sudut rol beban saat mencapai kecepatan konstan, sehingga :

    rbrbxT ω=rbP ....................................................................... (2.17)

    26

  • dimana : Prb = daya yang diterima rol beban (Watt)

    rbω = kecepatan sudut rol beban ( )srad

    2.4.2.2 Perhitungan Daya yang Diserap Rol Pendukung

    Rol pendukung berfungsi untuk meneruskan daya yang diberikan oleh

    roda belakang sepeda motor. Karena mempunyai momen inersia massa yang

    relative besar maka pada saat meneruskan daya ke rol beban terjadi pengurangan

    daya yang diteruskan diakibatkan adanya daya yang digunakan untuk

    menggerakkan rol pendukung tersebut.

    Adapun besarnya daya yang terserap pada rol pendukung dapat dinyatakan

    dengan persamaan : [Gillespie, Thomas D, 1994]

    Pp = Ip . αp . ωp ............................................................................. (2.18)

    dimana : Pp = Daya yang diserap rol pendukung (watt)

    Ip = Momen inersia rol pendukung (kg.m2)

    αp = Percepatan sudut rol pendukung (rad/s2)

    ωp = Kecepatan sudut rol pendukung (rad/s)

    2.4.2.3 Perhitungan Rugi-rugi

    Daya yang dihasilkan oleh roda belakang diteruskan ke rol beban/rol

    pengereman melalui rol pendukung, serta melalui sistem spocket dan rantai.

    Selain itu rol pendukung diletakkan pada bantalan (bearing) sehingga terjadi rugi-

    rugi selama daya diteruskan ke rol beban/rol pengereman.

    27

  • 2.4.2.3.a Perhitungan Rugi pada Bantalan

    Bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding pillow block. Adapun

    daya yang hilang pada bantalan dinyatakan dalam rumus : [Spotts, MF, Shoup,

    TE, 1998].

    9550

    n.TL bb = ...................................................................................... (2.19)

    Tb = F1 . l . rb .............................................................................. (2.20)

    c

    r.v.μ.π2F bbbI = ............................................................................ (2.21)

    60

    .nπ.dU bb = .................................................................................... (2.22)

    dimana : Lb = Daya yang hilang pada bantalan (watt)

    Tb = Torsi yang hilang pada bantalan (N)

    n = Putaran bantalan (Rpm)

    Fl = Gaya gesek tangensial persatuan panjang (N)

    l = Panjang bantalan (m)

    rb = Jari-jari bantalan (m)

    vb = Kecepatan tangensial (m/s)

    c = Radial clearance (m)

    μb = Viskositas oli pada bantalan (N.s/m2)

    Ub = Kecepatan tangensial bantalan (m/s)

    db = Diameter bantalan (m)

    28

  • 2.4.2.3.b Perhitungan Rugi Pada Rantai

    Pada prony breake, rantai berfungsi menghubungkan poros rol pendukung

    dengan poros rol beban/rol pengereman. Efisiensi pada rantai dinyatakan sebagai

    perbandingan antara daya yang hilang dengan besar daya yang diteruskan.

    [Niemann, Gustav, Winter, H, 1985]

    A

    A1η sekc −= ................................................................................... (2.23)

    ( )i

    1i.t

    d.zv.2FFπ.μ.A B

    IFcsek

    ++= ..................................................... (2.24)

    A = Fc . v ................................................................................... (2.25)

    ztn

    xN4,5.10v

    75NF6

    c == ................................................................... (2.26)

    2F vxgGF = ..................................................................................... (2.27)

    6000

    n..ztv c= ....................................................................................... (2.28)

    dimana : ηc = Efisiensi rantai

    Asek = Rugi kerja perdetik karena joint friction (watt)

    A = Driving work per second (watt)

    N = Daya yang diteruskan (HP)

    μ = Koefisien gesek

    v = Kecepatan peripheral (m/s)

    zl = Jumlah gigi spocket kecil

    dB = Diameter pin (m)

    tc = Pitch (m)

    Fc = Gaya keliling (N)

    29

  • n = Putaran poros (rpm)

    G = Berat rantai persatuan panjang (N/m)

    g = Percepatan grafitasi (m/s2)

    Sehingga daya yang hilang karena transmisi rantai adalah :

    Lc = (1 - ηc) . Prb ......................................................................... (2.29)

    dimana : Lc = Daya yang hilang pada rantai (watt)

    Prb = Daya rol beban (watt)

    2.4.2.3.c Perhitungan Rugi Total

    Rugi total menyatakan besarnya kerugian yang terjadi pada saat daya

    diteruskan dari roda belakang motor sampai ke rol beban. Adapun rugi total

    merupakan penjumlahan dari rugi-rugi diatas, sehingga rugi totalnya adalah :

    Ltot = Lb + Lc ............................................................................. (2.30)

    dimana : Ltot = rugi total (Watt)

    Lb = daya yang hilang pada bantalan (Watt)

    Lc = daya yang hiilang pada rantai (Watt)

    2.4.2.4 Perhitungan Daya dan Torsi Roda Belakang

    Daya diteruskan dari roda belakang sampai rol beban/rol pengereman.

    Daya pada roda belakang merupakan penjumlahan daya yang terserap pada rol

    ditambah dengan rugi-rugi yang terjadi pada saat meneruskan daya dari roda

    belakang ke rol

    beban/rol pengereman. Sehingga daya pada roda belakang dapat ditulis sebagai

    berikut :

    30

  • .......................................................................... (2.31) totprbw LPPP ++=

    dimana : Pw = daya pada roda belakang (Watt)

    Prb = daya pada rol beban (Watt)

    Pp = daya yang diserap rol pendukung (Watt)

    Ltot = rugi-rugi total instumen pendukung (Watt)

    Daya pada roda belakang juga merupakan hasil kali torsi roda belakang dengan

    kecepatan sudut roda belakang, sehingga :

    www ω.TP =

    w

    ww ω

    PT = ......................................................................................... (2.32)

    dimana : Tw = torsi pada roda belakang (Nm)

    Pw = daya pada roda belakang (watt)

    ωw = kecepatan sudut roda belakang (rad/s)

    2.5 PERHITUNGAN RALAT

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam

    pengukuran tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah memperkeil

    kesalahan. Untuk besaran yang diperoleh secara langsung dari pengamatan, maka

    nilai terbaiknya adalah nilai rata-rata dari besaran tersebut. Misalkan besaran x

    diukur sebanyak N kali dengan nilai terukur : x1, x2, x3,…xi maka nilai

    terbaiknya adalah x :

    ∑=

    =N

    1iixN

    1x ....................................................................... (2.33)

    31

  • Sedangkan selisih antara nilai-nilai terukur dengan x dinamakan deviasi (δ) yang

    dapat dituliskan sebagai berikut :

    xxδ i −= ........................................................................... (2.34) Untuk menunjukkan ralat kebetulan secara kuantitatif, didefinisikan sebagai :

    a. Deviasi standar (standard deviation) :

    ( )N

    δS

    N

    1i

    2X

    X

    i∑== .............................................................................. (2.35)

    b. Deviasi rata-rata fraksional atau relative : A = (a/x) 100%

    c. Deviasi standar fraksional atau relative : S = (s/x) 100%

    Hasil pengukuran yang disajikan adalah :

    Δxx ±= x

    Δx dapat diambil s/2, s 2s atau sekian kali dari s bergantung pada

    pengamat. Disini diambil Δx sama dengan Sx yang disebut sebagai ralat mutlak,

    sedangkan ralat nisbinya (relative) adalah :

    100%xSxx

    Sehingga hasil akhir (nilai sebenarnya) pengukuran adalah :

    _X

    _

    Sxx ±= ; atau

    100%xx

    Sxx x−−

    ±= .................................................................................... (2.36)

    Sedangkan keseksamaannya adalah : 100% dikurangi ralat nisbinya.

    32

    LANDASAN TEORI