bab ii landasan teori a. program pamsimas 1. pengertian
TRANSCRIPT
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Program PAMSIMAS
1. Pengertian PAMSIMAS
Program Penyedia Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) merupakan salah satu program pemerintah
dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui
penyediaan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Hal
ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai
100% akses masyarakat terhadap air minum yang aman dan sanitasi
yang layak secara berkelanjutan pada tahun 2019 atau disebut juga
dengan Universal Access 2019.13 PAMSIMAS juga merupakan
perwujudan usaha pemerintah dalam melaksanakan amanah yang
sesuai dengan Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang
Pembangunan Jangka Panjang yang dikembangkan dalam Perpres
RPJM 2015-2019.14
2. Landasan Hukum Program PAMSIMAS
Landasan hukum pelaksanaan Program Nasional Pelayanan Air Minum
dan Sanitasi yang Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut:
13 Buku pedoman PAMSIMAS “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan PAMSIMAS di Tingkat
Masyarakat” pdf, 1. 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Jakarta: Departemen Sosial RI,
1987.
16
a. UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
b. UU No.32 tahun 2004 tenteang Pemerintah Daerah
c. PP No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyedia Air
Minum
d. PP No.72 dan 73 tahun 2005 tentang RPJMN Renstra 2004-2009
Pembengunan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang
berkelanjutan membutuhkan adanya perubahan perilaku hidup
bersih dan sehat guna perbaikan kualitas hidup, tidak hanya
berfokus pada infrastruktur , tetapi juga berbasis masyarakat
e. Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat, tahun 2003
f. Financing Agreement Financing Agreement Credit No 42040
IND.15
3. Tujuan Program PAMSIMAS
Tujuan program PAMSIMAS adalah untuk meningkatkan
jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat
berpendapatan rendah di wilayah pedesaan dan peri-urban yang dapat
mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan,
meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam rangka pencapaian target Universal Access 2019 melalui
pengarusutamaan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Secara lebih rinci program PAMSIMAS bertujuan untuk:
15 Buku Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS, 2.
17
a. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat.
b. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum
dan sanitasi yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal
(pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan
layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
d. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang
pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat.
4. Komponen-Komponen dalam Program PAMSIMAS
a. Komponen 1 : Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan
Kelembagaan Daerah
Komponen 1 merupakan komponen yang merupakan
komponen yang berorientasi pada dukungan upaya-upaya
intervensi pada tingkat komunitas lokal, kota atau kabupaten dan
tingkat provinsi. Komponen ini akan memfasilitasi pemberdayaan
masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan air minum,
program perbaikan hygiene dan sanitasi, menumbuhkan komitmen
stakeholder dan meningkatkan kapasitas pemerintahan kota atau
kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Dengan demikian komponen 1 pada prinsipnya adalah
proses-proses yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
keberdayaan masyarakat dan meningkatkan kapasitas pemerintah.
18
Melalui pelaksanaan Komponen 1, diharapkan masyarakat mampu
menjadi pelaku utama/subyek pembangunan, khususnya
pelaksanaan program Pamsimas dengan didukung peran
pemerintah baik pusat maupun daerah sebagai fasilitator dan
regulator. Dalam komponen ini mempunyai tujuan sebgai berikut:
1) Memampukan masyarakat untuk mengorganisasi,
merencanakan, mengelola dan menjaga kesinambungan
program perbaikan layanan air minum, sanitasi dan hygiene.
2) Memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat dalam rangka
menjamin kualitas pengelolaan program.
3) Membangun komitmen dan peningkatan kapasitas perangkat
pemerintah kota/kabupaten, provinsi dan pusat dalam hal
pengarusutamaan dan replikasi atau perluasan program
Pamsimas, baik di lokasi sasaran saat ini maupun di luar lokasi
sasaran program Pamsimas di wilayahnya.16
b. Komponen 2 : Peningkatan Perilaku Higienis dan Pelayanan
Sanitasi
Komponen ini bertujuan untuk membantu masyarakat dan
institusi lokal dalam pencegahan sanitasi buruk dan air yang tidak
bersih yang mengakibatkan penyakit diare. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah perilaku dasar yang dianjurkan kepada
16 Buku pedoman PAMSIMAS “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan PAMSIMAS di Tingkat
Masyarakat” pdf, 16.
19
masyarakat untuk dapat mencapai status kesehatan yang lebih baik.
PHBS adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam
kehidupan perorangan, keluarga, dan masyarakat.
Untuk memperoleh dampak kesehatan yang maksimal,
terutama untuk mengurangi insiden diare serta berbagai penyakit
yang berhubungan dengan air, upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat akan dilakukan oleh program Pamsimas, baik
melalui program promosi PHBS berbasis keluarga, masyarakat
maupun melalui sekolah. Promosi PHBS ditujukan pada semua
lapisan masyarakat, khususnya kaum wanita dan anak-anak. Hal ini
akan mendukung dan melengkapi komponen pembangunan sarana
dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Promosi PHBS dilaksanakan melalui keluarga, institusi
lokal atau desa, fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan
melalui media massa baik cetak maupun elektronik Komponen 2
akan mendorong upaya-upaya untuk menjamin bahwa rumah
tangga sasaran memperoleh akses perbaikan fasilitas air minum
dan sanitasi yang mereka pilih sesuai penerapann perbaikan sarana
dan prasarana air minum dan sanitasi secara efektif dan progresif.17
c. Komponen 3 : Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi
Komponen ini menyediakan pilihan teknis terhadap
penyediaan prasarana air minum untuk masyarakat perdesaan dan
17 http://new.pamsimas.org diakses pada tanggal 5 Agustus 2019.
20
sanitasi umum untuk wilayah peri-urban. Setiap pilihan prasarana
sudah dijelaskan aspek keuntungan dan kerugiannya. Masyarakat
yang sudah diberdayakan, dapat menentukan jenis prasarana,
melaksanakan perencanaan dan pembangunan fisik, serta dapat
mengelola operasional dan pemeliharaan prasarana yang akan
dibangun. Peningkatan sarana dan prasarana air minum yang
memungkinkan masyarakat miskin, kaum perempuan dan
kelompok marginal lainnya untuk memperoleh ketersediaan
jumlah air yang memadai dengan kualitas sesuai dengan standar
kesehatan, serta mudah dijangkau akan dilakukan baik melalui
pembangunan sarana dan prasarana air minum yang baru maupun
melakukan rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana air minum
yang telah rusak ataupun yang tidak lagi berfungsi, baik karena
kurangnya pemeliharaan maupun terbatasnya ketersediaan sumber
air.
Sesuai dengan kebijakan umum dalam Kebijakan
Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat, maka dalam upaya membangun atau
merehabilitasi sarana dan prasarana air minum dan penyehatan
lingkungan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan tanggap
kebutuhan, yang menempatkan masyarakat pada posisi teratas
dalam pengambilan keputusan, baik dalam hal pemilihan sistem
21
yang akan dibangun, pola pendanaan, maupun tata cara
pengelolaannya.
Pelaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi dalam program Pamsimas
didasarkan pada kebutuhan riil masyarakat setempat dan pilihan
prasarana dan sarana yang diinformasikan (Informed Choice)
kepada masyarakat. Pilihan yang diinformasikan tersebut
menyangkut seluruh aspek pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan, seperti aspek teknologi, pembiayaan,
lingkungan, sosial dan budaya serta kelembagaan pengelolaan.
d. Komponen 4: Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota
Insentif diberikan dalam upaya mendorong keberlanjutan
pemanfaatan dan pengembangan hasil kegiatan (konstruksi).
Insentif merupakan tambahan pendanaan untuk digunakan
desa/kelurahan dan kabupaten/kota dalam pencapaian target
pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan dengan
pendekatan Pamsimas. Pelaksanaan insentif tetap mengharuskan
adanya kontribusi masyarakat (dalam in-cash dan in-kind) dan
pengajuan proposal kegiatan dari desa/kelurahan.
Hibah Insentif Desa (HID) diberikan kepada
desa/kelurahan yang telah menunjukkan kinerja yang baik dalam
pelaksanaan Program Pamsimas untuk digunakan dalam
pengembangan Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
22
(SPAMS) atau untuk meningkatkan kinerja pengoperasian dan
pemeliharaan sarana, perluasan, dan pengembangan sistem lebih
lanjut. Hibah Insentif Kabupaten (HIK) diberikan kepada
kabupaten/kota yang telah menunjukkan kinerja dan
kepemimpinan yang baik dalam pelaksanaan Program Pamsimas
untuk digunakan dalam pengembangan atau optimalisasi SPAMS
terbangun di desa/kelurahan yang telah mendapat program
Pamsimas.
e. Komponen 5: Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program18
Komponen ini bertujuan untuk memberikan dukungan
bagi masyarakat dalam melaksanakan program mulai dari tahap
perencanaan sampai tahap penguatan keberlanjutan pemanfaatan
dan pengembangan hasil kegiatan Pamsimas. Dukungan teknis
tersebut diantaranya yaitu:
1) Dukungan teknis untuk kegiatan pelatihan sektoral,
peningkatan kelembagaan, kesehatan, sanitasi, dan air minum
pada tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi dan tingkat pusat.
2) Monitoring pengelolaan program dan kualitas pelaksanaan,
monitoring evaluasi finansial dan teknis serta laporan setiap
komponen program.
3) Evaluasi dari outcomes program (hasil dari program tersebut).
18 Buku pedoman PAMSIMAS “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan PAMSIMAS di Tingkat
Masyarakat” pdf, 18.
23
4) Kemajuan alih kelola fungsi-fungsi serta tanggungjawab
program kepada pemerintah lokal.19
B. Maqashid Syari’ah menurut Imam Syatibi
1. Pengertian Maqashid Syari’ah
Maqashid syari’ah secara etimologi terdiri dari dua kata, yaitu
maqashid dan syariah. Maqashid merupakan bentuk jamak dari
maqshud berarti kesengajaan atau tujuan. Sedangkan syari’ah berarti
jalan menuju air, atau berarti juga jalan menuju ke arah sumber
kehidupan. Awalnya syari’ah menunjuk pengertian “ad-din” atau
agama dalam makna totalitas. Dalam al-Quran syari’ah berarti jalan
terang dan nyata untuk keselamatan dan kesuksesan manusia di dunia
dan akhirat.20
Secara terminologi, maqashid syari’ah merupakan tujuan
akhir dari syariah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Yusuf
Qardhawi menjelaskan bahwa maqashid syari’ah adalah tujuan yang
menjadi target setiap teks dan hukum partikular untuk direalisasikan
dalam kehidupan manusia. Baik berupa perintah, larangan, dan mubah.
Untuk individu, keluarga, jama‘ah, dan umat. Sedangkan menurut
Jasser Auda, maqashid syari’ah adalah prinsip-prinsip yang
menyediakan jawaban atas pertanyaan kenapa zakat dijadikan rukun
Islam, apa manfaat puasa, mengapa dilarang minum alkohol, dan
19 Buku pedoman PAMSIMAS “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan PAMSIMAS di Tingkat
Masyarakat” pdf, 19. 20 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 277.
24
pertanyaan sejenisnya tentang hukum Islam, karena mencakup hikmah
di balik hukum.
Dalam penggunaan ungkapan maqashid, Imam Syatibi tidak
menjelaskan secara terperinci. Ia menggunakan kata yang berbeda-beda
namun memiliki makna yang sama, yaitu kemaslahatan atau
kesejahteraan manusia. Kata-kata itu antara lain; maqashid al-syariah,
al-maqashid al-syar’iyyah, dan maqashid min syar’i al-hukm.
Maqashid syari’ah berakhir pada kemaslahatan. Bertujuan untuk
tegaknya kemaslahatan sosial, yang harus dipertanggungjawabkan
untuk dirinya sendiri dan kepada Allah. Diturunkannya syariah untuk
dilaksanakan sesuai maqashid atau tujuannya agar tercipta kehidupan
yang adil, kebahagiaan sosial, dan ketenangan bermasyarakat.21
2. Sumber dan Dasar Maqashid Syari’ah
a. Sumber Maqashid Syari’ah
Didalam Al-Qur’an Allah swt.menyebutkan beberapa kata
syari’at diantaranya sebagai mana yang terdapat dalam Q.S al-
Jassiyah ayat 18 dan Q.S asy-Syura ayat 13 :
ء الذين ل ي علمون اثم جعلناك على شريعة من المر فاتبعها ول ت تبع أهو Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at
(peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syari’at itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.”( Q.S.al-Jassiyah ayat 18 )22
21 Ibid., 280. 22 Depertemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemahan, 811
25
نا به ي نا إليك وما وص ين ما وصى به نوحا والذي أوحي شرع لكم من الد
ين أقيموا أن إب راهيم وموسى وعيسى كب ر يه ف ت ت فرقوا ول الد
إليه وي هدي شاء ي من إليه يجتبي الله وهم إليه تدع ما المشركين على
ينيب من
Artinyanya: “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa iaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-
orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama-Nya) orang yang kembali
(kepada-Nya).” (asy-Syura ayat 13)23
Perkataan syari’at apabila disebut para ulama boleh terdiri
kepada dua pengertian, yaitu:
1. Seluruh agama yang mencakup akidah, ibadah, adab, akhlak,
hukum dan mu’amalat.
2. Sisi hukum amal di dalam agama Di dalam tulisan ini, kami
memlilih yang kita maksudkan syari’at adalah seluruh maksud
Islam kerana akidah adalah pokok, asas dan banggunan seluruh
agama.
Dalam istilah para ulama, Maqashid Asy-Syari’ah adalah:
tujuan yang menjadi target nash dan hukum-hukum partikular untuk
23 Ibid., 779.
26
direalisasikan dalam kehidupan manusia, baik berupa perintah,
larangan, dan mubah.
Untuk individu, keluarga, jamaah dan umat. Boleh juga
disebut dengan hikmah-hikmah yang menjadi tujuan ditetapkan
hukum. Baik yang diharuskan ataupun tidak. Karena dalam setiap
hukum yang disyari’atkan oleh Allah untuk hamba-Nya pasti
terdapat hikmah.24
b. Dasar Maqashid Syari’ah
Pada prinsipnya, mashlahat dunia dan mafsadahnya bisa
diketahui dengan akal pikiran manusia, sehingga begitu pula
perintah dan larangan Allah SWT. Bisa dipahami oleh hamba karena
perintah dan larangan Allah tersebut dibangun di atas mashlahat.
Allah menjelaskan hal ini secara eksplisit dalam beberapa
firmannya, di antaranya firman Allah SWT Q.S al-A’raf ayat 157:
ي الذي ي ال نه مكتوبا عندهم جدو ذين ي تبعون الرسول النبي الم
هاهم عن المنكر ويحل لهم نجيل يأمرهم بالمعروف وي ن وراة وال في الت
هم إصرهم وال الطيبات ويحرم عليهم الخبائث وي غللل التي ضع عن
لنور الذي ونصروه وات ب عوا ا وعزروه به آمنوا فالذين كانت عليهم
المفلحون هم أولئك أنزل معه
24 Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis
Fikih dan Ekonomi, (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 53.
27
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang
Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan
yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-
orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S al-A’raf
ayat 157)25.
Firman Allah SWT Q.S Al-A’raf ayat 33:
ثم والب غي بغير الحق ها وما بطن وال قل إنما حرم ربي الفواحش ما ظهر من
ون ما لم ي ن زل به سلطانا وأن ت قولوا على الله ما ل ت علم وأن تشركوا بالله
Artinya: Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan
yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S
Al-A’raf ayat 33)26
Asy-Syatibi menyebutkan beberapa hal untuk mengenali
Maqashid Syariah yaitu:
1. Memahami Maqashid Syariah sesuai dengan ketentuan bahasa
Arab karena nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadis menggunakan
bahasa Arab.
25 Depertemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemahan, 244. 26 Depertemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemahan, 224
28
2. Memahami الوامر والنواهي (Al-Awamir wa an-nawahi) yaitu perintah
dan larangan Allah SWT. Karena dibalik perintah atau larangan
terkandung maksud dan tujuan.
3. Mengetahui dalam setiap perintah dan larangan. Allah (Illat‘) علة
Swt. Karena dengan mengetahui ‘Illat, maka akan mengenalkan
pada hikmah dan maqashid dalam perintah dan larangan Allah
SWT.
4. Memahami Maqashid ashliyah wa) مقاصداصلية ومقاصدتباعية
maqashid taba’iyyah) yaitu maqashid inti dan maqashid
pelengkap. Misalnya dalam shalat, maqashid aslinya adalah
ketundukan kepada Allah SWT. dan maqashid pelengkapnya di
antaranya mewujudkan hati yang bersih. Dengan mengetahui
maqashid taba’iyyah (maqashid pelengkap), maka akan diketahui
maqashid ashliyah (maqshid inti).
5. Memahami سكوت الشرع (Sukut syaari’) yaitu Allah SWT tidak
menjelaskan hukum tertentu, khususnya dalam masalah ibadah.
Misalnya ketika Allah SWT menjelaskan tata cara ibadah
tertentu, maka selebihnya adalah bid’ah, dan itu salah satu
maqashidnya.
6. Memahami استقراء (Istiqro’) yaitu meneliti hukum dalam
masalah furu’, masalah-masalah detail hukum untuk menemukan
satu maqashid (tujuan) dan ‘illat yang menjadi titik persamaan
29
seperti kulliyatu al-khomsah (5 hajat manusia) yang dihasilkan
dari istiqro’ tersebut. Kelima hajat manusia tersebut yakni:
a. Menjaga Agama (Hifdz al-din)
b. Menjaga Jiwa (Hifdz al-nafs)
c. Menjaga Akal (Hifdz al-‘aql)
d. Menjaga Keturunan (Hifdz al-nasl)
e. Menjaga Harta (Hifdz al-maal)
Kelima kebutuhan ini bertujuan memenuhi tujuan-tujuan berikut,
yaitu:
1) Dharuriyat, yaitu kebutuhan wajib agar terpenuhinya
kebutuhan dunia dan akhirat, yang jika ditinggalkan maka
akan membuat kehidupan ini menjadi rusak.
2) Hajiyat, yaitu kebutuhan yang meringankan beban masyaqah
(kesuliatan) setiap manusia.
3) Tahsiniyyat, kebutuhan pelengkap.
7. Memahami مسالك التعليل (Masalik at-ta’lil) yaitu cara
mengetahui ‘illat dengan menggunakan ijma’, nash, tanbih dan
munasabah. Terkhusus tanbih dan munasabah. Terkhusus tanbih
dan munasabah itu biasanya digunakan untuk mengungkap
maqashidjuz’iyyah (maqashid khusus) dan bukan
maqashid‘ammah (maqashid umum).27
27 Subhan, M. Tafsir Maqashidi: Kajian Tematik Maqasid al-Syari’ah, (Lirboyo: Lirboyo
Press,2013), 102.
30
Karena syariat ini adalah syariat Allah SWT, dan setiap
target dalam syariat islam itu adalah target Allah SWT. Jika
Maqashid Syari’ah itu tidak berdalil, maka itu sama halnya
berdusta kepada Allah SWT, karena mengisbatkan sesuatu yang
bukan hukum Allah Swt dan ini terlarang28 sebagaimana firman
Allah SWT Q.S al-Isra’ ayat 36 :
مع إن ول ت قف ما ليس لك به علم و والبصر الس ا كل الفمسئول عنه كان أولئك
Artinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (Q.S al-Isra’ ayat 36)29
3. Tingkatan Maqashid Syari’ah
Al Syatibi membagi maqashid menjadi tiga kategori.
Pembagian ini berdasarkan peran dan fungsi suatu mashlahah terhadap
keberlangsungan kehidupan makhluk. Tiga kategori tersebut antara
lain:
a. Dharuriyyat
Dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kebutuhan
mendesak atau darurat. Sehingga dalam kebutuhan dharuriyyat,
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam
keselamatan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Maqashid
28 Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis
Fikih dan Ekonomi, (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 5 29 Depertemen Agama RI, Al- qur’an dan Terjemahan, 425.
31
Dharuriyyat meliputi Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz
An-Nafs (Memelihara Jiwa), Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal),
Hifdz An-Nasl (Memelihara Keturunan), Hifdz Al-Maal
(Memelihara Harta)30. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Menjaga Agama (Hifdz al-Din)
Indikator individu dalam memelihara agama adalah
dengan cara semaksimal mungkin menjalankan rukun iman
dan Islam. Rukun iman dan Islam merupakan dua dasar agama
yang akan mendorong manusia memahami hakekat
kehidupannya, apabila tidak terpenuhi akan membahayakan
kehidupannya dunia dan akhirat. Bentuk ibadah seperti sholat
berjamaah, puasa, haji, dan zakat merupakan program Islam
dalam mewujudkan lingkungan yang baik, yang di dalamnya
disertai dengan apresiasi sosial bagi yang mematuhi norma
moral dan hukuman bagi yang melanggarnya. Pentingnya
rukun iman dalam Islam ditegaskan dalam Al-Qur‘an sebagai
berikut:
يا أي ها الذين آمنوا آمنوا بالله ورسوله والكتاب الذي ن زل على
لله با يكفر ومن رسوله والكتاب الذي أن زل من ق بل
وكتبه وملئكته وم الخر ف قد ضل ضلل بعيداوالي ورسله
30 Hamka Haq, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab Al-Muwafaqat,
(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007), 95
32
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(QS. An-Nisa:136)31
2) Menjaga Jiwa (Hifdz al-Nafs)
Syatibi menegaskan tentang pentingnya pemenuhan
penghidupan manusia dalam menjamin kemaslahatan.
Penghidupan manusia bergantung pada terpenuhinya sandang,
pangan, dan papan. Karena dalam menggapai ridho Allah
SWT. dibutuhkan kesehatan fisik yang kuat agar dapat
beraktifitas. Tanpa fisik yang kuat seseorang akan kesulitan
memenuhi kebutuhan, baik dunia maupun akhirat. Seseorang
akan kesulitan dalam beramal sholeh, beribadah dengan baik,
dan usaha kebaikan lain tanpa kondisi fisik yang sehat dan
terjaga (bahaya kematian). Oleh karena demikian, segala
bentuk yang dapat menunjang kesehatan fisik (terhindar dari
bahaya kesehatan dan kematian) menjadi mutlak dilakukan
seperti terpenuhinya sandang, pangan, dan papan.32
3) Menjaga Akal (Hifdz al-‘Aql)
Syariat hadir dalam memberikan perlindungan
terhadap hamba-Nya agar menjaga akalnya. Caranya yaitu
31 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surabaya: CV. Karya Utama, 2005),
131. 32 Hamka Haq, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab Al-Muwafaqat.,
97.
33
dengan mendorong kemampuan manusia untuk berfikir atau
meningkatkan intelektualnya. Bahkan menurut Syatibi, hal-hal
yang dituntut untuk memenuhi kualitas intelektual merupakan
cara mewujudkan kemaslahatan. Karena Allah memuji
manusia yang selalu memperbaiki dirinya dengan
meningkatkan kualitasnya agar menjadi pribadi yang
bertaqwa.
Kehidupan berkualitas apabila ditunjang dengan akal
yang sehat. Menghindari terganggunya akal dan
mengupayakan peningkatannya adalah kewajibannya
manusia. Kewajiban manusia menjauhi setiap hal yang dapat
mengganggu kesehatan akal. Sedangkan upaya
peningkatannya menurut Yusuf Qaradhawi adalah dengan
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan.
4) Menjaga Keturunan (Hifdz al-Nasl)
Dalam al-muwafaqat karangan Syatibi, menjaga
keturunan merupakan bagian dari aspek muamalah (habl min
al-nasl). Perlindungan keturunan oleh syariah memberikan
ketegasan bahwa sebagai seorang hamba manusia memiliki
hak untuk menikah, memiliki anak, dan membesarkan anak-
anak.
Keberlanjutan hidup yang baik dalam sebuah
keluarga bergantung pada persiapan dan perencanaan
34
seseorang terhadap keluarganya, seperti penanaman nilai-nilai
spiritual, fisik dan mental yang kuat melalui pendidikan
akhlak, baik dikeluarga maupun di lembaga pendidikan.33
5) Menjaga Harta (Hifdz al-Maal)
Harta merupakan amanah Allah SWT. yang akan
dipertanggungjawabkan. Bentuk pertanggungjawaban
pemeliharaannya dengan memperhatikan halal haramnya
proses mendapatkan, pengelolaan, dan pengembangannya.
Tanpa kontrol halal haramnya harta dapat menjadi bumerang
yang menjerumuskan seseorang dalam kesesatan dunia dan
akhirat.34 Seperti peringatan Allah SWT. dalam Al-Qur‘an:
كم عن ذ يا أي ها الذين آمنوا ل ت لهكم أموالكم كر ول أول
لك ي فعل ومن الله الخاسرون هم فأولئك ذ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.” (QS.al-Munafiqun:9)35
b. Hajiyyat
Secara bahasa berarti kebutuhan-kebutuhan sekunder.
Apabila kebutuhan ini tidak terwujud tidak sampai mengancam
33 Hamka Haq, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab Al-Muwafaqat.,
98. 34 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta, Ekonomi Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 6. 35 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surabaya: CV. Karya Utama, 2005),
811.
35
keselamatan, namun akan mengalami kesulitan. Untuk
menghilangkan kesulitan tersebut, dalam Islam terdapat hukum
rukhshah (keringanan), yaitu hukum yang dibutuhkan untuk
meringankan beban, sehingga hukum dapat dilaksanakan tanpa
rasa tertekan dan terkekang.
Menurut Abdul Wahab, dalam lapangan ibadat, Islam
mensyariatkan beberapa hukum rukhshah (keringanan) bilamana
kenyatannya mendapat kesulitan dalam menjalankan perintah-
perintah taklif. Misalnya, Islam membolehkan tidak berpuasa
bilamana dalam perjalanan dalam jarak tertentu dengan syarat
diganti pada hari yang lain dan demikian juga halnya dengan orang
yang sedang sakit. Kebolehan meng-qashar shalat adalah dalam
rangka memenuhi kebutuhan hajiyyat ini.36
c. Tahsiniyyat
Secara bahasa berarti hal-hal penyempurna. Tingkat
kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap. Apabila kebutuhan ini
tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam dan tidak
menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan
pelengkap, seperti dikemukakan oleh al-Syatibi, hal-hal yang
merupakan kepatutan menurut adat istiadat, menghindarkan hal-
halyang tidak enak dipandang mata, dan berhias dengan keindahan
yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak. Dalam berbagai
36 Ibid., 99.
36
bidang kehidupan, seperti ibadat, mu’amalat, dan ’uqubat, Allah
telah mensyariatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan
tahsiniyat.37
4. Cara Menjaga Maqashid Syari’ah
Untuk mewujudkan tujuan syariah, hendaklah manusia
mampu memenuhi dan menjaga lima unsur pokok. Kelima
perlindungan itu, dalam Islam adalah sesuatu yang harus dilindungi.
Allah menghendaki manusia untuk mengagungkan dan menjaganya.
Penjagaan ini dapat di tempuh dengan dua cara, yaitu:
a. Dari segi ada (min nahiyah al-wujud), yakni menjaga dan
memelihara sesuatu yang dapat membuat langgengnya lima unsur
tersebut.
b. Dari segi tidak ada (min nahiyah al-adam), yakni, mencegah
sesuatu yang dapat menyebabkan hilangnya lima unsur tesebut.38
37 Ibid., 103. 38 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 284.