bab ii maya
DESCRIPTION
mantapTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang
2.1.1. Visi dan Misi Puskesmas 7 Ulu Palembang
Visi
Terwujudnya Puskesmas 7 Ulu sebagai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang Bari dan Prima di Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang.
Misi
1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu
prima.
4. Menetapkan standar pelayanan kesehatan
Motto
1. Ramahlah, satu langkah satu senyuman
2. Kreatiflah, satu langkah satu ide langsung action
3. Bekerja adalah ibadah
Nilai
1. Bari
2. Prima
2.1.2. Gambaran Umum Puskesmas 7 Ulu Palembang
a. Letak dan wilayah kerja
Puskesmas 7 Ulu terletak diwilayah Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang, tepatnya dikelurahan 7 Ulu dan wilayah kerjanya
mencakup dua kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan 7 Ulu
2. Kelurahan 9-10 Ulu
3
4
Batas wilayah kerja puskesmas ini yaitu:
Utara : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu
Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan 5 Ulu Laut
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu Laut
Barat : Berbatasan dengan Sungai Musi
Puskesmas 7 Ulu merupakan salah satu puskesmas Swakelola di
Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang dengan luas total wilayah
kerja 0,935 km2. Wilayah kerja puskesmas ini terdiri dari dataran
rendah sebagian besar rawa-rawa dan pinggiran sungai, dan tidak
terdapat desa tertinggal.
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan data jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 7
Ulu tahun 2013 adalah 30.874 jiwa, dengan 7.718 kepala keluarga.
Jumlah keluarga miskin 14.484 jiwa atau ± 4.576 Kepala keluarga
(KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel distribusi
penduduk berikut ini:
5
Tabel 1. Demografi wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu
Data Kelurahan Jumlah
7 Ulu 9-10 Ulu
Jumlah Penduduk 18.381 12.497 30. 874
Jumlah KK Gakin ± 2.820 KK ± 1.756 KK ± 4.576 KK
Jumlah Anggota Gakin ± 8.686 ± 5.798 14.484
Jumlah TK/PAUD 2/3 4/2 6/5
Jumlah SD/MI 2/4 3/4 5/8
Jumlah SMP/MI 1 2 3
Jumlah SMU/MA - 3 3
Jumlah Universitas 1 - 1
Jumlah Posyandu 17 12 29
Jumlah Kader Posyandu 56 50 106
Jumlah Pasar 1 1 2
Jumlah WUS 2540 1724 4264
Jumlah Bayi 369 251 620
Jumlah Balita 762 516 1278
Jumlah Bumil 423 287 710
Jumlah Bulin 403 274 677
Jumlah Dokter Praktek Umum 2 3 5
Jumlah Apotik 2 1 3
Jumlah Bidan Praktek Swasta 5 2 7
Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2013
c. Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Penduduk yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
mempunyai mata pencarian yang berbeda-beda, tetapi tidak ada yang
mendominasi. Mata pencarian tersebut antaralain: PNS, Pegawai
Swasta, Buruh, Tukang Becak, Pedagang, Guru, Bidan, Dokter dan
6
lain-lain. Sebagian besar penduduknya mengontrak rumah sehingga
penduduk tersebut sering berpindah-pindah tempat.
Tingkat pendidikan pada wilayah ini juga berbeda-beda mulai dari
yang berpendidikan SD hingga yang berpendidikan akademi/perguruan
tinggi.
d. Sarana Kesehatan Lingkungan
Sebagian penduduk pada wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu (65%)
memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, terkecuali
air minum yang umumnya berasal dari air PDAM. Air minum
tersebut diperiksa secara rutin dari segi bakteriologi satu kali setiap
tahunnya.
Sebagian keluarga (40%) sudah memiliki jamban sendiri
yang berupa kakus saniter. Pembuangan air limbah umumnya
berasal dari rumah tangga. Pembuangan sampah sebagian besar
wilayah ini sudah dilakukan secara teratur dengan cara sampah-
sampah dari hasil pembuangan tersebut diangkut secara berkala
menggunakan mobil pengangkut sampah.
Perumahan penduduk sebagian besar berbahan kayu dan
hanya sebagian kecil yang merupakan rumah permanen, jarak antar
rumah sangat rapat (± 1 meter)
e. Sarana Transportasi
Hampir seluruh wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan roda empat, roda dua dan roda tiga
sehingga hubungan dari Puskesmas 7 Ulu ke wilayah kerja maupun
sebaliknya dapat dilakukan dengan relatif mudah dan terjangkau.
f. Tempat-tempat Umum dan Industri
Di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu terdapat tempat ibadah yaitu masjid,
gereja, dan kelenteng. Selain itu terdapat pula pasar tradisional, hotel
dan terminal angkutan pinggiran kota.
g. Sarana Komunikasi
7
Untuk sarana komunikasi pada puskesmas ini sudah memiliki saluran
telpon yang bisa mempermudah komunikasi dengan nomor 0711-
7938884.
h. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang telah dimiliki oleh Puskesmas 7 Ulu dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Tenaga Kesehatan Puskesmas 7 Ulu Palembang
Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)
Dokter Umum 2
Dokter Gigi 1
Akbid 4 (PNS, 1 HONDA)
Akper 2 (PNS, 1 HONDA)
Bidan -
Perawat (SPK) 1
Perawat Bidan -
Perawat Gigi 2
Sanitarian (SPPH) 1
Ahli Madya Gizi (Nutrisionist) 1
Tenaga Laboratorium (Ahli Madya) 1
Pengelola Obat (SMF) 2
SMA 1
SMP 1
SD 1
Jumlah 20
Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012
Puskesmas Pembantu 9/10 Ulu
1. Akper : 2 Orang (1 PNS, 1 HONDA)
2. SPK : 1 Orang
8
i. Sarana dan Prasarana
1. Anggaran dan Prasarana
Anggaran dana
a. Retribusi 40 % sampai dengan Oktober 2005, mulai
November 2005 Puskesmas 7 Ulu menjadi Puskesmas
Swakelola (Retribusi 100% dikelola sendiri). Sejak bulan
Febuari 2009 retribusi didapat dari klaim dana JAMSOSKES
Sumsel Semesta.
b. Terhitung Oktober 2011, Puskesmas 7 Ulu Palembang
menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
c. ASKES
d. JAMKESMAS
e. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
f. APDB
Peralatan
Peralatan non medis maupun medis yang dimiliki
Puskesmas 7 Ulu palembang tergolong relatif lengkap sesuai
standar pelayanan di puskesmas seperti bed pasien, meja tulis,
kursi dokter/perawat, kursi pasien, kulkas & lemari
penyimpanan obat, Spigmomamographi, Stetoscope, Timbangan
berat badan, IUD KIT, Minor set, Partus Set, Bed
Gynekologi,dll.
j. Data Peran Serta Masyarakat
Di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu terdapat 29 posyandu dengan
jumlah kader sebanyak 149 orang dan yang aktif sebanyak 136 orang.
k. Kegiatan Pokok Puskesmas
Pada puskesmas ini memiliki beberapa Usaha Kegiatan Pokok (UKP)
yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
9
Ib hamil, nifas dan menyusui
Keluarga Berencana (KB)
Bayi dan balita sakit
2. Pelayanan pengobatan
Emergensi
Pengobatan umum
Pengobatan gigi
Rujukan
3. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan di posyandu
Penyuluhan dipuskesmas
Penyuluhan disekolah-sekolah
4. Laboratorium
Darah rutin, Urin rutin, Feses
Test kehamilan
Pemeriksaan sputum
Test golongan darah
Test gula darah
5. Klinik sehat dan gilingan mas
a. Pelayanan gizi
Pemberian Vitamin A dan tablet tambah darah
Layanan uji klinik garam beryodium
Konsultasi balita BGM dan obesitas
Konsultasi bayi/balita sakit
b. Pelayanan imunisasi
BCG
Polio
DPT
Hepatitis
Campak
10
TT calon pengantin/bumil
Anti tetanus
c. Pelayanan sanitasi
Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat
faktor lingkungan
Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban dll.
6. Lain-lain
Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS
Pelayanan Kesehatan lansia diposyandu 1 bulan sekali
Upaya kesehatan sekolah skrining murid kelas 1 SD/MI
sebanyak 11 SD/MI
2.1.3. Pencapaian Kegiatan
Setiap akhir tahun Puskesmas 7 Ulu membuat laporan hasil kinerja
Puskesmas yang merupakan hasil pencapaian program atau merupakan
gambaran besarnya cakupan program terhadap target yang telah
ditentukan. Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas 7 Ulu dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien ke Puskesmas 7 Ulu
No. Jenis Kunjungan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Jamsoskes (termasuk yang
umum bayar)
31.096 15.657 13.274 13.273 13.718
2. Jamkesmas 7.607 8.500 10.228 8504 8.612
3 Askes 11.089 10.628 10.210 8712 8.184
Jumlah 49.792 34.783 33.712 30.489 30.514
Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa:
Terjadinya penurunan kunjungan Jamsoskes (termasuk umum bayar), hal ini
terjadi karena pada bulan Febuari 2009 Provinsi Sumatera Selatan telah
melaksanakan program Pengobatan Geratis untuk warga Sumatera Selatan
11
yang disebut sebagai Jamsoskes Sumsel Semesta (Jaminan Sosial Kesehatan
Sumatera Selatan Sehat untuk Sejahtera).
Terjadinya penurunan kunjungan pasien Jamkesmas, hal ini dapat diakibatkan
karena mobilitas (perpindahan) penduduk yang berubah dengan cepat
mengingat mayoritas dari penduduk nya yang bertempat tinggal dengan
menyewa sehingga sering berpindah-pindah.
Terjadinya penurunan kunjungan pasien Askes, hal ini dapat terjadi
dikarenakan PT. ASKES sendiri telah memberlakukan pelayanan Dokter
keluarga terhadap peserta Askes sehingga berdampak pada menurunnya
jumlah kapitasi peserta Askes di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu Palembang.
2.2. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas 7 Ulu Palembang
Dari data Puskesmas yang diperoleh, ada sepuluh penyakit yang
sering timbul pada masyarakat, yaitu:
Tabel 4. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas 7 Ulu Palembang
No Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1 ISPA 4150
2 Tukak lambung 2970
3 Hipertensi 2485
4 Penyakit Rongga Mulut 2133
5 Diare 1708
6 Arthritis (OA, RA, Gout Arthritis) 1495
7 Penyakit Kulit, Jaringan, Sub Kutis 1306
8 Penyakit mata (Konjungtivitis, Kerato Konjungtivitis, Korpus
Alienum)
619
9 Penyakit lain saluran pernafasan bawah 485
10 Penyakit THT 194
Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012
12
2.3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.3.1. Definisi ISPA
Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ
mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran
pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah
organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti
sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2)
ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang
bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas
bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh
kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
13
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang
cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama
terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing,
serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
2.3.2. Epidemiologi
Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi
dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari
1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA
mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan
kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program
prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan
Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan
Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes
RI, 2002). Angka kejadian ISPA di Puskesmas 7 Ulu menempati urutan pertama
penyakit tersering diderita masyarakat kelurahan 7 dan 9-10 Ulu.
2.3.3. Faktor Resiko
Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak
berhubungan dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kepadatan
penghuni rumah, demikian pula terdapat pengaruh pencemaran di dalam rumah
14
terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah
tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir
halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk,
membakar kayu di dapur mempunyai efek terhadap kesehatan manusia terutama
Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi
saluran pernafasan dan iritasi mata.
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa
upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di
antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi asap
dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok. Anak yang
tinggal di rumah yang padat (<10m2/orang) akan mendapatkan risiko ISPA
sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak
padat (Achmadi, 1993 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2004).
Faktor lain yang berperan dalam penanggulangan ISPA adalah masih
buruknya manajemen program penanggulangan ISPA seperti masih lemahnya
deteksi dini kasus ISPA terutama pneumoni, lemahnya manajemen kasus oleh
petugas kesehatan, serta pengetahuan yang kurang dari masyarakat akan gejala
dan upaya penanggulangannya, sehingga banyaknya kasus ISPA yang datang ke
sarana pelayanan kesehatan sudah dalam kategori berat (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2004).
2.3.4. Patogenesis
Menurut Baum (1980), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar
dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap
infeksi mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:
15
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli terjadi.
3. Antibodi setempat.
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada
saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain
itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila
adalah:
1. Asap rokok dan gas SO2 yang merupakan polutan utama dalam
pencemaran udara.
2. Sindrom immotil.
3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat lain
bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini
(Baum,1980).
Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah imunoglobulin A
(IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi
pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa
dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang
mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas
dan lain-lain (immunocompromised host) (Baum,1980).Menurut Baum (1980)
gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung Pada:
1. Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat
virulensi jasad renik yang masuk.
2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,
gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.
3. Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi
akan memberikan gambaran klinis yang lebih buruk bila dibandingkan
dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat
16
tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang
belum memperoleh kekebalan alamiah.
2.3.5. Gejala Klinis
Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang
beragam, antara lain:
1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu penegeluaran cairan (discharge)
nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis
ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior
palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa
kedinginan (chilliness), demam jarang terjadi.
2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat.
Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang
dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala
koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di
seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).
3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal.
Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia
dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang
konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai
dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia
yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal.
Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan
ditumpangi oleh infeksi bakterial.
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa
hari yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering menimbulkan
vesikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.
17
6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu kondisi
serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, dan
stridor inspirasi yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).
2.3.6. Penatalaksanaan
Menurut Rasmaliah (2005) penatalaksan ISPA ada tiga:
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan
tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA:
1. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
18
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis 1⁄2 sendok teh dicampur dengan kecap atau madu 1⁄2 sendok
teh , diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI
pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak
dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
2.3.7. Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
19
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi.
2.4. Program Puskesmas 7 Ulu dalam Menurunkan Angka Kesakitan
ISPA
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya. Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi
sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran
serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan
kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik
(kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke
rumah sakit .
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau
sarana dan tenaga yang tersedia.
• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar
kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia
berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh
perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke
rumah sakit.
20
• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,
• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri
wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,
• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat
memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,
• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target.
Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu
• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk
yang ada.
• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA
tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.
• Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.
• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas
sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.
Kader kesehatan
• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.
• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa
(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal
tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
• Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat
batuk putih.
• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
21
• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di
daerahdaerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak
menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-
kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk
2.5. Faktor Lingkungan Pendukung Tingginya Angka ISPA di Wilayah
Cakupan Puskesmas 7 Ulu
Faktor-faktor pendukung tersebut adalah :
1. Perumahan yang padat
Wilayah kerja puskesmas ini terdiri dari dataran rendah sebagian
besar rawa-rawa dan pinggiran sungai, dan tidak terdapat desa
tertinggal. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 7
Ulu tahun 2011 adalah 30.749 jiwa, dengan 7.701 kepala keluarga.
Jumlah keluarga miskin 14.484 jiwa atau ± 4.694 Kepala keluarga
(KK). Padatnya perumahan penduduk mempengaruhi ventilasi
udara di tiap-tiap rumah, dimana perumahan penduduk cakupan
puskesmas 7 Ulu sangat rapat dan rata-rata tiap rumah tidak
memiliki jarak.
2. Sanitasi yang buruk
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan
pembuangan sampah yang baik juga berperan meningkatnya
penularan dan angka kejadian ISPA.
3. Lingkungan kelurahan 7 ulu dan 9-10 ulu adalah lingkungan pasar
tradisional
Lingkungan pasar tradisional yang tidak tersusun dengan baik
sehingga menyebabkan lingkungan yang kotor, padat, dan kurang
memperhatikan higenitas barang-barang dagangan. Di sekitar
pasar juga terdapat SD dimana, banyak anak-anak yang jajan di
22
pasar dan tidak memperhatikan kebersihan jajanan sehingga
memudahkan anak-anak terinfeksi.
4. Baku mutu udara yang tidak sesuai standar baku mutu udara yang
baik
Kegiatan pasar yang aktif memicu meningkatnya lalu lintas
kendaraan bermotor sehingga polusi udara tidak bisa dihindari di
daerah cakupan puskesmas 7 Ulu. Polusi udara ini tentunya
meningkatkan faktor resiko terserangnya ISPA pada penduduk.
5. Sosial ekonomi penduduk yang mayoritas menengah ke bawah
Penduduk yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
mempunyai mata pencarian yang berbeda-beda. Sebagian besar
penduduknya adalah pedagang, tukang becak dan buruh. Mereka
biasanya mengontrak rumah sehingga penduduk tersebut sering
berpindah-pindah tempat. Rendahnya sosial ekonomi dapat
mempengaruhi kepedulian masyarakat mengenai kesehatan.
6. Latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah
Tingkat pendidikan pada wilayah puskesmas ini juga berbeda-
beda mulai dari yang berpendidikan SD hingga yang
berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Masyarakat yang
berpendidikan rendah biasanya kurang memperhatikan kebersihan
lingkungan dan kesehatan. Mereka terkadang masih percaya
dengan mitos-mitos pengobatan tradisional dari nenek moyang
sehingga tak jarang masyarakat terlambat berobat.