bab ii nurul fix mt

27
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus, muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, yang bergabung untuk membentuk saraf optikus. 5 Gambar 1.1 Anatomi Mata A. Konjungtiva, konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan. 3

Upload: nurul

Post on 15-Apr-2016

3 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II nurul fix mt

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut

fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa, dan sistem

saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari

organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra

penglihatan, saraf optikus, muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, yang

bergabung untuk membentuk saraf optikus.5

Gambar 1.1 Anatomi Mata

A. Konjungtiva, konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan.

B. Sklera, sklera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan

menjadi tempat melakatnya otot mata.

C. Otot-otot, otot-otot yang melekat pada mata :

a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup

mata.

b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup

mata.

c). Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), fungsinya untuk

menutup

3

Page 2: BAB II nurul fix mt

d). Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), fungsinya untuk

menggerakkan mata dalam (bola mata)

e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata

ke bawah

dan kedalam.

f). Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas ke

bawah dan keluar.

D. Kornea, kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam

mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat

difokuskan (memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya).

E. Koroid, koroid berfungsi penyuplai retina (mengandung pembuluh darah)

dan melindungi refleksi cahaya dalam mata.

F. Badan Siliaris, badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot

yang memungkinkan lensa berubah bentuk, dan mensekresikan aqueous

humor.

G. Iris (pupil), berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan pigmennya

mengurangi lewatnya cahaya.

H. Lensa, lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk

lensa.

I. Retina, retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi

impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik. Pada bagian retina,

terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel

batang, sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu

membedakan warna. Oleh karena itu, kita mampu melihat dimalam hari

tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang

dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Selain sel batang terdapat juga sel kerucut

(sel konus) berjumlah sekitar 5 juta pada bagian mata. Sel kerucut sangat

peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan

siang hari dan untuk membedakan warna.

J. Vitreous Humor, vitreous humor berfungsi menyokong lensa dan

menolong dalam menjaga bentuk bola mata.

4

Page 3: BAB II nurul fix mt

K. Aqueous Humor, aqueous humor berfungsi menjaga bentuk kantong depan

bola mata.

L. Alis Mata (Supersilium), alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau

keringat dari dahi ke mata.

M. Bulu Mata, bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda

asing.

N. Kelopak Mata (Palpebra), kelopak mata berfungsi pelindung mata

sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka

mata).5,9

2.2 Anatomi dan fisiologi Media Refraksi

Anatomi dan fisiologi media refraksi meliputi kornea, humor aquoes, lensa

dan humor vitreus. Semua media refraksi ini bersifat jernih, memiliki permukaan

sendiri – sendiri, memiliki kurvatura dan indeks kelainan, serta melekat satu sama

lain sehingga merupakan satu kesatuan yang kekuatan jumlah refraksi totalnya

bukan merupakan jumlah masing – masing komponennya.

a. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding

dengan kristal sebuah jam kecil. Dari anterior ke posterior, kornea memiliki lima

lapisan epitel, lapisan bowman, stroma, membran desemant. Sumber nutrisi untuk

kornea adalah pembuluh darah limbus, humor aqoues, dan air mata. Kornea

superfisial juga mendapatkan sebagian oksigen dari atmosfer. Saraf sensorik

kornea didapatkan dari percabangan (ophtalmikus) nervus kranialis v

(trigeminus). Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi

(bias) sebesar +43 dioptri. Jika kornea mengalami sembab karena satu dan lain

hal, maka kornea aka berubah sifat seperti prisma yang dapat menguraikan cahaya

sehingga penderita dapat melihat seperti halo.

b. Humor Aqous

Humour aquos diproduksi oleh corpus silliar. Setelah memasuki bilik mata

belakang melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer

menuju sudut mata bilik mata depan. Indeks bias humor aquos sama dengan

kornea yaitu 1,33 sehingga cahaya yang masuk dari kornea diteruskan begitu saja.

5

Page 4: BAB II nurul fix mt

c. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avakular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa

tergantung pada zonula di belakang iris, zonula menghubungkan dengan corpus

silliar. Disebelah anterior lensa terdapat aquos humor dan posteriornya terdapat

vitreus. Secara fisiologik lensa memiliki sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur

karena berperan dalam akomodasi untuk mencembungkan, jernih atau transparan

karena diperlukan untuk media penglihatan dan terletak ditempatnya.

Lensa mata normal memiliki indeks refraksi 1,4 dibagian sentral dan 1,36

dibagian tepi. Kekuatan bias lensa kira – kira 20 dioptri. Padan anak dan orang

muda, lensa dapat berubah kekuatan dioptrinya saat melihat dekat agar mampu

menempatkan bayangan pada retina. Makin tua seseorang maka makin berkurang

kekuatan penambahan dioptrinya dan kekuatan penambahan dioptri akan

menghilang setelah usia 60 tahun. Kemampuan lensa untuk menambah kekuatan

refraksinya disebut dengan daya akomodasi.

d. Humor Vitreus

Humor vitreus suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk dua pertiga volume dan berat mata.vitreus mengisi ruang yang

dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus. Vitreus mengandung air sekitar

99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat yang

memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya

mengikat banyak air.

Humor vitreus dikelilingi oleh membran hyaloid. Membran hyaloid

melekat pada kapsul posterior lensa, zonula, pars plana, retina dan papil nervus II.

Badan kaca ini berfungsi untuk membentu bola mata dan merupakan salah satu

media refraksi (media bias). Badan kaca memiliki indeks bias lebih kecil dari pada

lensa sehingga cahaya kembali sedikit disebarkan.

e. Retina

Retina adalah lembaran jaringa saraf berlapis yang tipis dan

semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola

mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus silliar dan berakhir

pada ora serata denga tepi yang tidak rata.

6

Page 5: BAB II nurul fix mt

Retina berfungsi menerima cahaya dan merubahnya menjadi sinyal

elektrokimiawi, untuk seterusnya meneruskan sinyal tersebut ke otak. Retina

terdiri dari 3 macam sel saraf (neuron) yang berestafet dalam meneruskan implus

penglihatan. Sel – sel tersebut adalah sel fotoreseptor, sel horizontal dan sel

bipolar serta sel ganglion.6

2.3 Fisiologi Lintasan Penglihatan

Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang

melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain

bersatu dengan serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai

informasi untuk dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual

ini membentuk gambar tiga dimensi. Korteks visual primer. Gambar yang ada

pada retina ditraktus optikus disampaikan secara tepat ke korteks jika seseorang

kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di otak. 5,6

2.4 Akomodasi

Mata mengubah–ubah daya bias untuk menetapkan fokus pada objek dekat

melalui proses yang disebut akomodasi. Pada keadaan normal cahaya tidak

terhingga akan terfokus pada retina demikian pula jika benda jauh didekatkan

maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau

makula latea. Dengan berakomodasi, maa benda pada jarak yang berbeda – beda

akan terfokus pada retina.

Akomodasi suatu proses ketika lensa merubah fokus untuk melihat benda

dekat. Pada proses terjadi perubahan bentuk lensa yang dihasilkan oleh kerja otot

7

Page 6: BAB II nurul fix mt

silliaris pada serabut zonula. Kelenturan lensa paling tinggi dijumpai pada anak –

anak dan usia dewasa muda, dan semakin menurun dengan bertambah usia. Ketika

lensa berakomodasi, kekuatan refraksi akan bertambah. Perubahan kekuatan

refraksi yang diakibatkan oleh akomodasi disebut sebagai amplitudo akomodasi.

Remaja pada umumnya memiliki amplitudo 12-16 dioptri, sedangkan orang

dewasa pada usia 40 tahun sebesar 4-8 dioptri dan bahkan kurang dari 2 dioptri

pada usia diatas 50 tahun.4

2.5 Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata

sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada

retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu

titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan

kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga

pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak

pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun

jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisma.4

Kausa Ametropia.10

Ametropia Lensa Koreksi Kausa

Miopia Lensa (-) Refraktif Aksial

Hipermetropia Lensa (+) Bias kuat Bola mata

panjang

Bias lemah Bola mata

pendek

Astigmat reguler Kacamat silinder Kurvatura 2

meridian tegak

lurus

Astigmat ireguler Lensa kontak Kurvatura kornea

iregular

8

Page 7: BAB II nurul fix mt

1. Presbiopia

Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan

pada semua orang disebut dengan presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop

akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan

benda-benda kecil yang terletak berdekatan hal ini terjadi pada usia 44-46 tahun.

Hal ini semakin buruk pada cahaya remang dan biasanya lebih jelas pada pagi hari

dan pada saat subyek lelah. Gejala ini dapat meningkat sampai usia 55 tahun,

menjadi stabil tetapi menetap.

Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya

fokus otomatis lensa yang hilang. Lensa plus dapat digunakan dalam berbagai

cara. Kacamata baca memiliki koreksi dekat di seluruh apertura kacamata

sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda

jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi ini dapat menggunakan kacamata separuh,

yaitu kacamata bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan

jauh. Kacamata bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk

koreksi kelainan refraksi lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh

disegmen atas, penglihatan sedang disegmen tengah, dan penglihatan dekat

disegmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan

jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.

Tabel Akomodasi

Usia (Tahun) Rata-rata Akomodasi (Dioptri)

8 13,8

25 9,9

35 7,3

9

Page 8: BAB II nurul fix mt

40 5,8

45 3,6

50 1,9

55 1,3

Penyebab

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

1. Kelemahan otot akomodasi

2. Berkurangnya elastisitas lensa mata

Gejala Klinis

1. Penglihatan kabur pada jarak dekat maupun jarak jauh.

2. Kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil, untuk

membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya

atau menjauhkan objek yang dibacanya

3. Mata lelah, berair dan sering merasa pedas setelah membaca

4. Penglihatan kabur bertambah seiring dengan usia.

Penatalaksanaan

Pemberian kacamata bifokal, yang berkekuatan

+ 1,0 D untuk usia 40 tahun

+ 1,5 D untuk usia 45 tahun

+ 2,0 D untuk usia 50 tahun

+ 2,5 D untuk usia 55 tahun

+ 3,0 D untuk usia 60 tahun

+ 3.0 D dan seterusnya 60 tahun keatas tetap ditambahkan.4.,5,6,9,10

2. Miopia

Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh

mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia, atau

nearsighted. Bila mata berukuran lebih panjang daripada normal, kelainan yang

terjadi disebut miopia aksial. Untuk setiap milimeter tambahan panjang sumbu,

mata kira-kira lebih miopi 3 dioptri). Apabila unsur-unsur pembiasan lebih

refraktif dibandingkan dengan rata-rata, kelainan yang terjadi disebut miopia

10

Page 9: BAB II nurul fix mt

kurvatura atau miopia refraktif. Jika objek yang digeser lebih besar dan lebih

dekat dari 6 meter, bayangan akan bergerak mendekati retina dan terlihat lebih

fokus titik bayangan terlihat paling tajam fokusnya diretina disebut “titik jauh”.

Derajat miopia dapat diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik

jauh tersebut. Dengan demikian titik jauh sebesar 0,25 m menandakan perlunya

koreksi lensa minus 4 dioptri untuk melihat jarak tertentu. Orng miopia memiliki

keuntungan dapat membaca dititik jauh pada kacamata bahkan pada usia

presbiopi. Miopi derajat tinggi dapat menyeb abkan peningkatan kerentanan

terhadap gangguan-gangguan retina degeneratif termasuk ablasio retina.

Lensa sferis konkaf (minus) biasanya digunakan untuk mengoreksi

bayangan pada miopia, lensa ini memundurkan bayangan keretina.4,5,6,9,10

Penyebab

Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat

untuk  panjangnya bola mata akibat :

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior

yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia

aksial

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu

cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut

miopia kurvatura / refraktif

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi ini disebut miopia indeks Miopi karena perubahan posisi lensa

Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glukoma.

Gejala-gejala

1. Penglihatan kabur apabila melihat suatu objek dengan jarak jauh

(anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi

mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).

2. Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh.

3. Kelelahan mata (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi).

4. Sakit kepala (jarang terjadi).

Bentuk-Bentuk Miopia

11

Page 10: BAB II nurul fix mt

a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti

terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung

sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia

indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea

dan lensa yang terlalu kuat

b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan

kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut perjalanannya miopia dikenal bentuk :

1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

2. Miopia simpleks, dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan terus bertambah

sampai anak berhenti tumbuh ( ±20 tahun )

3. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata.

4. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Pembagian

Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :

1. miopia ringan : ∫-0,25 D s/d ∫-3,00 D

2. miopia sedang : ∫-3,25 D s/d ∫-6,00 D

3. miopia berat : ∫-6,25 D atau lebih.

Miopia berdasarkan umur :

a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak)

b. Youth-onset myopia

c. Early adult-onset myopia

d. Late adult-onset myopia

Penatalaksanaan

1. Kacamata

Koreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang menghasilkan tajam

penglihatan terbaik 

2. Kontak Lensa, dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan

adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea

yang berfungsi untuk mengurangi miopia.

12

Page 11: BAB II nurul fix mt

3. Bedah refraktif 

a. Bedah refraktif kornea: tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan

anterior kornea (Excimer laser, operasi lasik). Beberapa ahli bedah

pembentukan kornea dengan merubah titik fokus di depan retina. Radial

keratotomy adalah salah satu cara yang populer akhir-akhir ini, salah

satunya dengan menggunakan LASIK, yaitu sejenis laser yang digunakan

untuk pembentukan kornea mata.

b. Bedah refraktif lensa: tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti

dengan implantasi lensa intraokuler.

4. Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk

mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisional

pun banyak digunakan pada penderita miopia.

Komplikasi

1. Ablatio retina terutama pada miopia tinggi

2. Strabismus

a. esotropia bila miopia cukup tinggi bilateral 

b. bexotropia pada miopia dengan anisometropia

3. Ambliopia terutama pada miopia dan anisometropia .4,5,6,9,10

3. Hiperopia

Hiperopia (hipermetropi, farsightedness) adalah keadaan mata tak

berakomodasi yang memfokuskan bayangan di belakang retina. Hal ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hiperopia aksial) seperti yang

terjadi pada kelainan kongenital tertentu. Atau menurunnya indeks refraksi

(hiperopia refraktif), seperti pada afakia. Jika orang hiperopianya tidak terlalu

berat, maka orang dengan usia muda dapat memperoleh bayangan objek benda

jauh yang tajam dengan melakukan akomodasi, seperti yang dilakukan pada mata

normal sewaktu membaca. Orang hiperopia pada usia muda juga dapat

membentuk bayangan tajam dari objek dekat dengan melakukan akomodasi yang

lebih banyak atau jauh lebih banyak daripada orang hiperopia, usaha tambahan ini

menyebabkan kelelahan mata yang lebih parah pada pekerjaan yang

membutuhkan ketelitian penglihatan. Hiperopia tiga dioptri mungkin dapat

13

Page 12: BAB II nurul fix mt

ditoleransi oleh remaja tetapi pada usia lanjut mungkin memerlukan kacamata

walaupun hiperopianya terlalu tinggi, mata mungkin tidak mampu mengoreksi

dengan bayangan dengaan akomodasi, hiperopia yang tidak dapat dikoreksi

dengan akomodasi disebut dengan hiperopia manifes.

Berdasarkan kemampuan akomodasi:

1. Hipermetropia manifes, dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal

yang memberikan tajam penglihatan normal.

2. Hipermetropia absolut, kelainan refraksi yang tidak diimbangi dengan

akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.

3. Hipermetropia fakultatif, di mana kelainan hipermetropia dapat diimbangi

dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif.

4. Hipermetropia laten, di mana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia

(atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya

dengan akomodasi.

5. Hipermetropia total, hipermeropia yang ukurannya didapatkan sesudah

diberikan sikloplegia.

Penyebab

1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial, merupakan kelainan refraksi

akibat bola mata atau sumbu anteroposterior yang pendek. Akibat pendeknya

sumbu bola mata, lensa mata tidak lagi sanggup memfokuskan cahaya yang

berasal dari objek yang jauh sehingga bayangan dapat jatuh tepat pada retina

walau dengan lensa berakomodasi maksimal sekalipun.

2. Hipermetropia kurvatur, di mana kelengkungan kornea atau lensa kurang

sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.

3. Hipermetropia refraktif, di mana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem

optik mata, misalnya pada lanjut usia indeks refraksinya menurun.

Gejala Klinis

14

Page 13: BAB II nurul fix mt

1. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,

hipermetropia pada orang tua dimana amplitudo akomodasi menurun.

2. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan

kurang terangatau penerangan kurang.

3. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan

mata yang lamadan membaca dekat.

4. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif=eye strain) terutama bila

melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas dalam

waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll.

5. Mata sensitif terhadap sinar.

6. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia.

7. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti oleh

konvergensi yang berlebihan pula.

Penatalaksanaan

1. Kacamata

Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam

penglihatan terbaik

2. Lensa kontak 

Untuk: anisometropia dan hipermetropia tinggi

3. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak – anak ,

maka sebaiknya diberikan sikloplegik untuk melumpuhkan otot akomodasi

sehingga pasien mendapatkan koreksi kacamata dengan mata yag istirahat.

Komplikasi

1. Glaukoma sudut tertutup

2. Esotropia pada hipermetropia >2.0 D

3. Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia

merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa

bilateral.4,5,6,9,10

4. Astigmatisme

15

Page 14: BAB II nurul fix mt

Astigmatisme terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata

atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik. Variasi kelengkungan

kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan

akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar

difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata

dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air

yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu

lebar atau kabur.

Seseorang dengan astigmatisme akan memberikan keluhan : melihat jauh

kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua

mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk

jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah

kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi mata

astigmatisme adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda.

Astigmatisme ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Penyebab

1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada post keratoplasty.

4. Trauma pada kornea.

5. Tumor.

Gejala Klinis

1. Penglihatan kabur atau terjadi distorsi

2. Pengelihatan mendua atau berbayang – bayang

3. Nyeri kepala

4. Nyeri pada mata

5. Perasaan lelah pada mata.

Pembagian

A. Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi menjadi :

1. Astigmatisme Reguler 

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua

bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada

16

Page 15: BAB II nurul fix mt

salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

yang lain.

a. Astigmatisme With the Rule ( astigmatisma direct )

Bila pada bidang vertikal mempunyai daya bias yang lebih kuat

dari pada bidang horizontal.

b. Astigmatisme Against the Rule ( astigmatisma inversi )

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat

dari pada bidang vertikal Kelainan ini dikoreksi dengan silinder

negatif dengan sumbu tegak lurus ( 60 -120 derajat) atau dengan

silinder positif sumbu horizontal ( 30 – 150 derajat ).Keadaan ini

sering ditemukan pada usia lanjut.

c. Astigmatisma Obliq. Bila garis fokus tidak terletak dalam 20

derajat horizontal dan vertikal

2. Astigmatisme Irreguler Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2

meridian saling tegak lurus Kelainan ini disebabkan akibat

kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda,infeksi kornea

,trauma dan kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

B. Berdasarkan letak titik vertikal dan horizontal pada retina Astigmatisme

dibagi :

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Miopia Kompositus

3. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. Astigmatisme Mixtus.

Penatalaksanaan

1. Kaca Mata silindris

2. Lensa Kontak (tidak untuk penderita silinder berat) Diberikan lensa

kontak keras bila epitel tidak rapuh dan diberikan lensa kontak

lembut bila disebabkan infeksi, trauma dan distrofi untuk memberikan

efek permukaan yang reguler.

3. LASIK 

4. Astigmatisme Keratotomy.4,5,6,9,10

17

Page 16: BAB II nurul fix mt

2.6 Refraksi

Pemeriksaan metode refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subjektif, dan

refraksi objektif. Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan

koreksi refraksi yang memberikan tajam penglihatan yang baik.

Refraksi objektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi

menggunakan sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland.

Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat

ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan daya

akomodasi. Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi

mata pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum

usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun dan mata tidak memperlihatkan kelainan,

maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2 tahun. Setelah usia 50 tahun,

pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.4

2.7 Terapi

Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca

mata tidak menyembuhkan kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan

makanan yang mengandung vitamin A, B, dan C. Kebutuhan mengkoreksi

kelainan refraksi tergantung gejala pasien dan kebutuhan penglihatan. Pasien

dengan kelainan refraksi ringan dapat tidak membutuhkan koreksi. Koreksi

kelainan refraksi bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik.

2.8 Koreksi Kelainan Refraksi

Lensa Kacamata merupakan metode yang paling aman untuk memperbaiki

refraksi, untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dengan

bentuk meniskus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke depan

(pantascopic tilt) dan kacamata ini merupakan alat koreksi yang paling

banyak dipergunakan karena mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas

dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi

pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang

dibanding dengan kaca mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan

18

Page 17: BAB II nurul fix mt

pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil, sedangkan lensa cembung

akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata

diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata

mengurangkan kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari

pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.

Lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa

kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea

untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini

mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada

kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung

baik pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama

dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve

dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar) ataupun  normal untuk dapat

menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan

longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk

diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa

makanan seperti oksigen. Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda

dibanding bayangan normal lapang pandangan menjadi lebih luas karena

tidak banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata.

Bedah keratorefraktif

Bedah ini mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan

permukaan anterior mata, efek refraktif yang diiginkan secara umum

diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain da

bukan didasarkan pada perhitungan optis matematis.

Lensa Intraokular

Penanaman lensa okular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk koreksi

kelainan refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan, termasuk

lensa lipat, yang terbuat dari plastik hidrogel, yang dapat disisipkan

kedalam mata melalui suatu insisi kecil dan lensa kaku, yang paling sering

terdiri atas suatu optik yang terbuat dari polimetil metakrilat dn

kelengkungan (haptik) terbuat dari bahan yang sama atau polipropilen .

19

Page 18: BAB II nurul fix mt

posisi paling aman adalah bagi lensa intraokular adalah didalam kantung

kapsul yang utuh setelah pembedahan ekstrakapsular.

Pembedahan, salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah

dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang

diangkat adalah bagian tipis dari permukaan kornea yang kemudian

jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat terjadi hal-hal berikut :

kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea, ataupun

kekeruhan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain

penanaman lensa buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal

keratotomi dan Automated Lamelar Keratoplasty (ALK).4

20