bab ii pembahasan · sedang membaca komik karangan suaminya, menggeleng-gelengkan kepala keheranan....
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur Prinsip Drama Aristoteles
1. Unsur Kesatuan
a. Kesatuan Waktu
Kesatuan waktu yang dapat diartikan sebagai pembatasan waktu dalam
naskah drama Ora Isa Mati karya Andy Sri Wahyudi yaitu antara tahun 2010 –
2016.
Babak 1 :
1) Adegan 1 : Sore
Kutipan :
Wayah sore, jam setengah papat, ana ing kamar tamu, Maya lagi maca komik
gaweyane bojone, gedheg-gedheg tansah gumun. (Ora Isa Mati halaman 185)
Terjemahan :
Waktu sore, pukul tiga lebih tiga puluh menit, ada di ruang tamu, Maya
sedang membaca komik karangan suaminya, menggeleng-gelengkan kepala
keheranan.
2) Adegan 3 : Sore
Kutipan :
Kadi kadohan keprungu swara adzan maghrib. (Ora Isa Mati halaman 199)
Terjemahan :
Dari kejauhan terdengar suara adzan maghrib
32
33
3) Adegan 4 : Wengi (Malam)
Kutipan :
Wayah Wengi. Tangga-teparo padha liwat ngarep omahe Tony. Gus Pam
mulih saka ngamen. Mas Ganang mulih saka shalat isya. (Ora Isa Mati
halaman 203)
Terjemahan :
Waktu malam. Para tetangga sekitar lewat depan rumah Tony. Gus Pam
pulang dari mengamen. Mas Ganang pulang dari sholat isya.
Babak 2
1) Adegan 1 : Pagi
Kutipan :
Kadi kadohan, Satri sing lagi lari-lari pagi nyeluk Gus Pam, kaya arep ana
perlu. (Ora Isa Mati halaman : 212)
Terjemahan :
Dari kejauhan, Satri yang sedang lari-lari pagi memanggil Gus Pam, seperti
ada perlu
2) Adegan 5 : Sore
Kutipan :
Mbok yen wayah sore ngene ki ngobrol-ngobrol dhisik wae. (Ora Isa Mati
halaman 227)
Terjemahan :
Kalau waktu sore seperti ini ngobrol dulu saja.
34
Babak 3
1) Adegan 1 : Awan (Siang)
Terjemahan :
Adin awan-awan nggawa meja cilik, ngisis ing ngisor uwit ngarepan omahe
Tony. (Ora Isa Mati halaman 233)
Terjemahan :
Adin siang-siang membawa meja kecil, mencari udara segar di bawah pohon
depan rumah Tony.
2) Adegan 2 : Sore
Kutipan :
Mas Ganang arep Maghriban. (Ora Isa Mati halaman 234)
Terjemahan :
Mas Ganang akan sholat Maghrib
Babak 4
1) Adegan 2 : Awan (Siang)
Kutipan :
Maya : Ora ro Susi pa, Din?
Adin : Engko Sore, Lik. Ngeterke nyang Sala. (Ora Isa Mati halaman
252)
Terjemahan :
Maya : Nggak sama Susi, Din?
Adin : Nanti sore, Lik. Mengantar ke Solo.
35
Kutipan :
Satri : Weh.. jare arep ngancani? Malah kon dhewe. Ha ngapa e, Din?
Adin : Iki arep Lunch simik ro Mbak Susi. (Ora Isa Mati halaman 253)
Terjemahan :
Satri : Weh.. katanya mau ngantar? Kok disuruh sendiri. Ha kenapa,
Din?
Adin : Ini mau Lunch (makan siang) dulu sama Mbak Susi.
Babak 5
1) Adegan 1 : Wengi (Malam)
Kutipan :
Wayah peteng salebare maghrib. (Ora Isa Mati halaman 261)
Terjemahan :
Waktu petang sesudah maghrib.
b. Kesatuan Tempat
Peristiwa seluruhnya terlaksana di desa Rejamakmur.
Babak 1
1) Adegan 2 : Omahe Tony (Rumah Tony)
Kutipan :
Adin teka tingak-tinguk saka jendela omahe Tony karo undang-undang. (Ora
Isa Mati halaman 189)
Terjemahan :
Adin datang melihat-lihat dari jendela rumah Tony sambil memangil-manggil.
36
2) Adegan 3 : Kamar Tamu (Ruang Tamu)
Kutipan :
Tony lan Maya lagi lungguhan ing kamar tamu. (Ora Isa Mati halaman 195)
Terjemahan :
Tony dan Maya sedang duduk di ruang tamu
3) Adegan 4 : Omahe Tony (Rumah Tony)
Kutipan :
Tangga teparo padha liwat omahe Tony. (Ora Isa Mati halaman 203)
Terjemahan :
Para tetangga sekitar lewat depan rumah Tony
Babak 2
1) Adegan 1 : Pinggir dalan (Pinggir Jalan)
Kutipan :
Mas Ganang mlaku nyangking pitik ning pinggir dalan. (Ora Isa Mati halaman
211)
Terjemahan :
Mas Ganang berjalan membawa ayam di pinggir jalan.
Kutipan :
Ngisor wit Jambu Air (Di bawah pohon Jambu Air)
Satri ngajak Gus Pram rembugan ing ngisor wit jambu air. (Ora Isa Mati
halaman 213)
Terjemahan :
Satri mengajak Gus Pram bercengkrama di bawah pohon jambu air.
37
2) Adegan 3 : Ing Mburi Wit (Di belakang Pohon)
Kutipan :
Ing bangku Thingak-thinguk nunggu Adin, banjur ndhelik ing mburi wit sawise
weruh Adin sing yo lagi nunggu mbak Susi ing bangku. (Ora Isa Mati halaman
221)
Terjemahan :
Melihat-lihat menunggu Adin, lalu bersembunyi di belakang pohon setelah tau
Adin yang juga sedang menunggu Mbak Susi di kursi.
3) Adegan 4 : Ing Lincak (Dikursi)
Kutipan :
Gus Pam nyelehake gitar ing lincak. (Ora Isa Mati halaman 223)
Terjemahan :
Gus Pam meletakkan gitar dikursi.
4) Adegan 5 : Teras Omah (Teras Rumah)
Kutipan :
Tony metu saka omahe, leyeh-leyeh ing teras omahe. (Ora Isa Mati halaman
227)
Terjemahan :
Tony keluar dari rumahnya, bersantai di teras rumahnya.
Kutipan :
Ngisor Wit Jambu Air (Di bawah Pohon Jambu Air)
Pawongan nyalawadi liwat meneh, sliwar-sliwer banjur mandheg, nyumet
rokok leren ing ngisor wit jambu air. (Ora Isa Mati halaman 230)
38
Terjemahan :
Seseorang yang mencurigakan lewat lagi, mondar-mandir lalu berheni,
Babak 3
1) Adegan 1 : Ngisor uwit ngarepan omahe Tony (Di bawah Pohon Depan
Rumah Tony)
Kutipan :
Adin awan-awan nggawa meja cilik ngisis ning ngisor uwit ngarep omahe
Tony lan Maya, nggawa computer tablet. (Ora Isa Mati halaman 233)
Terjemahan :
Adin di siang hari membawa meja kecil mencari angin di bawah pohon
didepan rumah Tony dan Maya, membawa computer tablet.
2) Adegan 2
Kutipan :
Ing Ngisor Wit Jambu Air (Di bawah Pohon Jambu Air)
Jalu lan Ganang siap-siap kerengan ing ngisor wit jambu air. (Ora Isa Mati
halaman 245)
Terjemahan :
Jalu dan Ganang bersiap untuk bertengkar di bawah pohon jambu air.
Kutipan :
Kebon Sing Sepi (Kebun yang Sepi)
Jalu karo Ganang mlaku lunga metu kampung, tarung ing sajroning kebon
sing sepi. (Ora Isa Mati halaman 246)
39
Terjemahan :
Jalu dan Ganang berjalan keluar dari kampung, bertengkar di dalam kebun
yang sepi.
Babak 4
1) Adegan 2 : Ngarep omahe Tony (Depan Rumah Tony)
Kutipan :
Ana pawongan wadon setegah tuwa tansah nyalawadi, liwat ngarepan omahe
Tony. (Ora Isa Mati halaman 251)
Terjemahan :
Ada seorang wanita setengah baya terlihat mencurigakan, lewat didepan rumah
Tony.
2) Adegan 3 : Ing Lincak Ngisor Uwit (Dikursi Di bawah Pohon) dan Omah
(Rumah)
Kutipan :
Pawongan wadon mau lungguh ing lincak ngisor uwit, sajak sayah. (Ora Isa
Mati halaman 255)
Terjemahan :
Wanita tadi duduk di kursi bawah pohon, terlihat lelah.
Kutipan :
Tony ngajak mlebu omah terus nutup lawang. (Ora Isa Mati halaman 256)
Terjemahan :
Tony mengajak masuk rumah kemudian menutup pintu.
40
c. Kesatuan Kejadian
Tema : Keserakahan dan ketulusan, hidup secara berdampingan dan takan akan
pernah mati.
Pemilihan tema “keserakahan dan ketulusan, hidup secara berdampingan
dan takan akan pernah mati” karena jika ditinjau dari cerita Ora Isa Mati ini
masih adanya keserakahan disebuah perkampungan dimana adanya individu yang
mengejar keinginannya dengan menghalalkan banyak cara meskipun cara tersebut
sangat merugikan, bagi diri sendiri maupun orang lain. Tetapi kehidupan tidak
melulu dengan adanya orang yang serakah dan jahat, tetapi ketulusan dan
kebaikan juga akan tetap ada dan tetap hidup.
Plot : Maju atau konvensial. Alurnya sesuai jalur cerita.
Dimulai dari Protasis dilanjutkan pada Epitasio lalu Catastasis diakhiri
dengan Catastrophe.
Aristoteles
(Klasik)
1 Protasis :
(Permulaan, dijelaskan peran dan motif lakon)
Disini mulai diperkenalkan bagaimana kehidupan
masyarakat yang ada di sebuah perkampungan.
Pembaca mulai diperkenalkan dengan tokoh-tokoh
yang akan menjadi pusat cerita yakni Maya, Tony,
Adin, Satri dan Mas Ganang.
2 Epitasio :
41
(Jalinan kejadian)
Pengarang mulai menonjolkan tokoh-tokoh
pembantu dalam cerita dan menjadikan cerita
semakin kompleks dan menegaskan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Pengarang menghadirkan Mbak
Susi, Gus Pam, dan Nimas.
3 Catastasis :
(Puncak laku, peristiwa mencapai titik
kulminasinya; sejak 1 - 2 - 3 terdapat laku sedang
memuncak (rising action))
Pengarang menghadirkan tokoh antagonis yaitu Jalu
untuk membuka cerita lama Mas Ganang yang. Dan
pengarang menciptakan suasana geram pada dialog
Adin dan Satri yang sering berdebat dari masalah
kecil menjadi hal yang besar.
4 Catastrophe :
(Penutupan)
Pengarang memunculkan tokoh lain yakni Mbak
Clara. Mas Ganang mulai menyadari kesalahan dan
ingin menutup lembaran buruk pada hidupnya
dengan cara bunuh diri. Tetapi hal tersebut dapat
dicegah oleh cinta lamanya yang hadir kembali
untuk menghentikan laku Mas Ganang. Dan Ganang
42
menyadari hidupnya tak cukup sampai disitu saja,
dia mengharapkan tokoh yang ada untuk
menjalankan misinya menjadikan desa mereka
maju, aman dan sejahtera.
Dramatic Tension
T
E
N
S
I
O
N
Babak 1 Babak 2 Babak 3
Dramatic Tension pada cerita dalam naskah drama ini digambarkan dengan :
1. Babak 1
a. Exposition
Exposition merupakan pelukisan dari pengarang untuk menggambarkan
awal cerita yang dimulai dengan tensi cerita yang cukup ringan dan bebas dari
konflik. Pada naskah ini, Exposition ada pada Babak 1 adegan 1 sampai
adegan2.
b. Rising Action
Pada Rising Action, pembaca naskah drama diajak pengarang untuk mulai
merasa tegang dengan percakapan-percakapan yang mulai berat atau menuju
titik tegang. Rising Action pada naskah ini berada pada Babak 1 adegan 3 yang
43
dimana mulai adanya ketegangan dan percakapan yang cukup intim antara
Tony dan Maya (Pasangan suami istri).
2. Babak 2
a. Compilation
Compilation merupakan titik timbulnya kerumitan/komplikasi yang
diwujudkan dengan jalinan kejadian. Compilation pada naskah ini berada pada
Babak 1 adegan 4 sampai Babak 2 adegan 5. Dimulai dari bertemunya Mas
Ganang dengan Genjik yang berakhir pada pertarungan antar keduanya. Dan
keteganganpun mulai ditunjukkan cerita-cerita tokoh lain.
b. Climax
Climax merupakan puncak laku, peristiwa mencapai titik klumnasinya.
Climax pada naskah ini berada pada Babak 3 adegan 1 sampai Babak 4 adegan
2. Ketegangan cerita sangat terasa saat Mas Ganang bertemu dengan Jalu dan
Jalu mengungkapkan kekesalannya kepada Mas Ganang demi tercapainya
harapan Jalu untuk mengalahkan Mas Ganang demi harta warisan Mbah Leak
yang diwariskan kepada Mas Ganang.
3. Babak 3
a. Resolution
Pada tahap Resolution, mulai adanya pengurangan ketegangan cerita.
Resolution berada pada Babak 4 adegan 3 sampai adegan 4. Mulai adanya
asumsi-asumsi tokoh mengenai konflik yang terjadi. Menghilangnya mas
Ganang juga termasuk konflik dan menimbulkan asumsi tokoh lain bahwa
44
adanya orang tak dikenal berkeliatran di kampung adalah akibat hilangnya
Mas Ganang.
b. Conclusion
Conclusion merupakan tahap terakhir yang menandakan berakhirnya cerita
tersebu. Cerita ini diawali dan di akhiri pada Babak ke 5 yang beradegan
tunggal. Dalam adegan tersebut, Mas Ganang menyadari akan kesalahannya
dan berharap kehidupan di perkampungannya aman dan sejahtera tanpa
adanya orang-orang yang serakah dan saling mengusik kehidupan satu sama
lain.
2. Unsur Keharusan Psikis
a. Tony : Protagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Tony adalah sosok pria berumur 33 tahun yang
sopan santun dan humoris.
Sopan santun
Kutipan :
Mas Ganang teka. Tony sing crita mandheg banjur nyapa Mas Ganang.
Eh, sae kabaripun, Mas Ganang?
(Ora Isa Mati halaman 218)
Terjemahan :
Mas Ganang datang. Tony yang sedang bercerita berhenti lalu menyapa Mas
Ganang.
Eh, baik kabarnya, Mas Ganang?
45
Humoris
Kutipan :
Tony mesam-mesem saben saben ndeleng Maya, bojone sing ditresnani. Tony
dhilit-dhilit mbalangake marning marang bojone. Dheweke sansaya gemes
merga Maya isih cuek ora kodal digoda lan malah ketok tambah seksi. (Ora Isa
Mati halaman 195)
Terjemahan :
Tony senyum-senyum sendiri setiap melihat Maya, istrinya yang ia cintai. Tony
sesekali melempar marning kearah istrinya. Dia semakin gemas karena Maya
masa cuek tidak merespon kala digoda dan semakin terlihat seksi.
Kutipan :
Woo, ha iya. Alus nganti kaya glepung! Aku ki biyen yawis dikandhani ibumu
kae, sadurunge entuk likmu, nek bulikmu ki eblis bermuka malaikat!
(Ora Isa Mati halaman 198)
Terjemahan :
Woo, ha iya. Halus sampai menyerupai tepung! Aku ini dulu sudah diberi tahu
ibumu, sebelum mendapatkan tante kamu, kalau tante kamu itu iblis berwajah
malaikat!
b. Maya : Protagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Maya ialah istri dari Tony yang sedikit judes
tetapi penyabar.
46
Judes
Kutipan :
Padune serik ta? Kowe nek arep golek bojo neh, sing sugih tur nguripi yo entuk
kok, Mas.
Hehe… ra pa-pa kok, Mas. Tenin. Tur ya kuwi, nek golek maneh, mengko
endhasmu takbur, trus tak leboni sedhotan, utegmu tak susrup.
(Ora Isa Mati halaman 186)
Terjemahan :
Kamu iri kan? Kamu kalau mau mencari istri lagi, yang kaya dan sanggup
menghidupi juga boleh kok, Mas.
Hehe… tidak apa-apa kok, Mas. Serius. Tapi ya itu, kalau mencari lagi, nanti
kepalamu aku lubangi pakai mesin bur, lalu aku masukin sedotan, otakmu aku
minum.
Sabar
Kutipan :
Iya, Mas. Mbok dinengke wae. Hla Adin ki rak ya cah cilik ta? Nek dolan mben
dina ya neng kene. Kaya ra apal…(Ora Isa Mati halaman 200)
Terjemahan :
Iya, Mas. Sudah dibiarkan saja. Adin ini kan anak kecil? Kalau main kan setiap
hari juga disini. Seperti tidak hafal …
c. Mbak Susi : Peran Pembantu
47
Dalam cerita Ora Isa Mati, Mbak Susi ialah pengusaha yang cerdas, genit
dan tegas.
Cerdas
Kutipan :
Terlihat dari cara dia dapat mengatur usahanya yang ada dimana-mana.
Wah jyan.. ana akeh,Din. Nang Semarang ki aku ana warung makanan
tradisional.
Ibuk kan seka Semarang, Din. Tur bapak turunan Yogja-Solo. Terus usaha sing
nang Solo, Surabaya, Jakarta, ki mbukak butik. Nek sing nang Yogja reti dhewe
ta kowe, Din? Tahun ngarep wis siap bukak cabang nang Medan, Makassar,
Manokwari ro Balikpapan. (Ora Isa Mati halaman 208)
Terjemahan :
Wahhh…… ada banyak, Din. Di Semarang ini aku ada tempat makanan
tradisional.
Ibuk kan dari Semarang, Din. Dan bapak keturunan Yogyakarta – Solo. Terus
usaha yang ada di Solo, Surabaya, Jakarta, ini membuka butik. Yang di
Yogyakarta kan kamu tahu sendiri kan, Din? Tahun depan sudah siap membuka
cabang di Medan, Makassar, Manukwari dan Balikpapan.
Genit
Kutipan :
Ora… paling ming njiwit-njiwit sithik kok. (bisik-bisik dhewe) bocah kok marai
horni … ? (Ora Isa Mati halaman 222)
Terjemahan :
48
Tidak… mungkin suman cubit-cubit aja. (berbisik sendiri) anak kok bikin
horny…?
Kutipan :
Mbak Susi sansaya nglendhot ing awake Adin, kaya-kaya brahi.
Mbak Susi : Dhik Adin seneng ra ta, nek jejer Mbak Susi? (Ora Isa Mati
halaman 237)
Terjemahan :
Mbak Susi semakin nempel di badan Adin, seperti birahi.
Mbak Susi : Dik Adin suka nggak sih, kalau bersebelahan sama Mbak Susi?
Tegas
Kutipan :
Tri. Kowe nek omong kok ra beradab ta?
(Ora Isa Mati halaman 238)
Terjemahan :
Tri. Kamu kalau bicara kok tidak beradab ya?
d. Adin : Protagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Adin ialah seorang mahasiswa berusia 22 tahun
yang rajin, modern, dan pemalu.
Rajin
Kutipan :
Ya tergantung, Mbak. Nek neruske S2 paling ya rong taunan. Nek aku iki golek
program pertukaran mahasiswa kok, Mbak. Tur nek ana beasiswa S2 arep tak
coba. (Ora Isa Mati halaman 237)
49
Terjemahan :
Ya tergantung, Mbak. Kalau meneruskan S2 mungkin 2 tahunan. Kalau aku ini
mencari program pertukaran mahasiswa kok, Mbak. Juga kalau ada beasiswa S2
mau aku coba.
Modern
Kutipan :
Adin awan-awan nggawa meja cilik, ngisis ing ngisor uwit ngarepan omahe
Tony lan Maya, nggawa computer tablet. Satri ngerti-ngerti teka marani Adin.
Satri : Wuaahh, jingannnnnn…! Laptope ganti model Tablet!
Adin : Ha ya uwong ki nggo kemajuan, Tri, Satri! (Ora Isa Mati halaman 233)
Terjemahan :
Adin siang hari membawa meja kecil, mencari angina di bawah pohon depan
rumah Tony dan Maya, membawa komputer tablet. Satri Tiba-tiba datang
menemui Adin.
Satri : Wuaaahh, bajingan…! Laptopnya ganti tipe tablet!
Adin : Ha ya orang itu pakai kemajuan, Tri, Satri!
Pemalu
Kutipan :
Adin : Eh, Mbak Susi ta? Ngapa, Mbak? Kok ketoke seneng banget?
Mbak Susi : Ya seneng no. kan ketemu Dhik Adin.
Adin : Mbak Susi ki senengane nggodha aku.
(Ora Isa Mati halaman 236)
50
Terjemahan :
Adin : Eh, Mbak Susi ya? Kenapa Mbak? Kok sepertinya bahagia
banget?
Mbak Susi : Ya seneng dong. Kan ketemu Dhik Adin
Adin : Mbak Susi sukanya godain aku.
e. Satri : Protagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Satri ialah Wiraswastawan berusia 24 tahun.
Rajin dan pekerja keras. Sombong tetapi kreatif.
Rajin dan Pekerja Keras
Kutipan :
Cangkeman piye ta? Kowe ki seprana-seprene kekancan ro aku ki paham ora?
Apa aku ki kondhang cah seneng apus-apus? Aku ki cen akeh omong tur prinsipe
ki ya akeh omong, ya akeh mbut gawe! Kuwi jare Presiden Sukarno! (Ora Isa
Mati halaman 235)
Terjemahan :
Banyak bicara gimana sih? Kamu selama ini berteman sama aku apa nggak
faham? Apa aku ini terkenal sebagai seorang pembual? Aku ini memag banyak
bicara juga berprinsip banyak bicara juga banyak bekerja! Itu kata Presiden
Sukarno.
Sombong
Kutipan :
51
Dadi, aku ra wedi nek ming ilang! Trus, nek kowe arep ngerti, aku ki diundang
kon ngursusi krajinan natural ro seka daur-ulang sampah!
Terjemahan :
Jadi, aku nggak takut kalau Cuma hilang! Lalu, kalau kamu pengen tau, aku ini
diundang untuk memberikan pengetahuan kerajinan natural dan dari daurulang
sampah!
Kreatif
Kutipan :
Kowe rak ya ngerti ta, aku ki cah kreatip kawit cilik? Apa-apa sing takcekel
mesthi dadai sesuatu! Kae, debog gedhang isa tak olah dadi tas. Plastik amoh
isa dadi kursi. Dhong pring isa dadi gorden. Jenenge metode olah-olah! (Ora Isa
Mati halaman 239)
Terjemahan :
Kamu kan tau sendiri, aku ini anak kreatif dari kecil? Apapun yang aku pegang
pasti bisa jadi sesuatu! Itu, pohon pisang bisa aku olah jadi tas. Plastik rusak bisa
jadi kursi. Daun bambu bisa jadi gorden. Namanya juga metode olah-olah!
f. Nimas : Peran Pembantu
Dalam cerita Ora Isa Mati, Nimas ialah seorang SPG berusia 18 tahun yang
sangat berperasaan.
Kutipan :
52
Kabeh ki butuh perhatian, Mas. Semut, wit-witan, lemah, banyu, nganti undur-
undur ki butuh perhatian! Apa meneh cah wedok, Mas. Aku ki ming butuh
kasunyatan, Mas. Dudu awang-awang. (Ora Isa Mati halaman 248)
Terjemahan :
Semua itu butuh perhatian, Mas. Semut, pepohonan, tanah, air, sampai undur-
undur (hewan) itu butuh perhatian! Apa lagi perempuan, Mas. Aku ini Cuma
butuh kejelasan, Mas. Bukan angan-angan.
g. Bagus Pambudi (Gus Pam) : Peran Pembantu
Dalam cerita Ora Isa Mati, Gus Pam ialah seorang pengamen berusia 22
tahun yang sombong tetapi sopan dan bersemangat.
Sombong tetapi sopan
Kutipan :
Ho oh, Mbak. Nek bab seni aku ki mesti apik, Mbak. (Ora Isa Mati halaman 244)
Terjemahan :
Iya, Mbak. Kalau masalah seni aku ini seslu bagus, mbak.
Bersemangat
Kutipan :
Haloo…! Apa? Ha janjine kan saiki, Da? Kok ra isa neh piye ta? Wis tak
tukokke wedang kacang ijo barang je. (meneng) arep liputan neh? Weh! Ha njuk
kapan isa latihan? Apa? (meneng) wah, iki ki seni je, Da! Padhakke sholat?!
53
Mosok latihan arep dijamak! Wis. Diobrolke meneh wae! Engko mulih saka
liputan tak enteni nang ngisor wit ringin alun-alun. (Ora Isa Mati halaman 224)
Terjemahan :
Halo! Apa? Kan janjinya sekarang, Da! Kok gak bisa lagi gimana sih? Udah aku
belikan wedang kacang hijau juga. (diam) mau liputan lagi? Weh! Lalu kapan
bisa latihan? Apa? (diam) wah, ini seni, Da! Jangan samakan sama Sholat?!
Masa latihan dijamak! Udah. Dibicarakan lagi aja. Nanti pulang dari liputan aku
tunggu di bawah pohon beringin alun-alun.
h. Mas Ganang : Protagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Mas Ganang ialah mantan preman berusia 43
tahun. Kalem, melankolis dan berwibawa.
Kalem
Kutipan :
Walaaahh. Biasa niku, Dhik Satri. Empun. Santai mawon. (Mas Ganang
nyedhaki Satri) Anu, Dhik Satri. Kula nyuwun tulung, mengke nek Dhik Gotri
liwat, diken mandheg nggih. Kula tak mulih sekedhap mawon. Nggih …! Niki
sisan titip sawung. (Ora Isa Mati halaman 214)
Terjemahan :
Walaaah. Biasa itu, Dhik Satri. Sudah. Santai saja. (Mas Ganang mendekati
Satri) anu, Dhik Satri. Saya minta tolong, nanti kalau Dhik Gotri lewat, disuruh
berhenti dulu ya, saya mau pulang sebentar saja. Ya … ! Ini sekalian titip
sawung.
Melankolis
54
Kutipan :
Semono uga aku, Clara. Nanging atiku tansah ra karu-karuwan. Kaya-kaya
guwa sing peteng ngerti-ngerti padhang-njingglang merga weruh pasuryanmu.
Aku ra nyangka. Kudune saiki aku wis mati. Nanging Gusti ngendika beda. (Ora
Isa Mati halaman 263)
Terjemahan :
Begitu juga aku, Clara. Tapi hatiku semakin tak menentu. Seperti gua yang gelap
tiba-tiba terang-benderang karena tampak wajahmu. Aku tak menyangka. Harus-
nya sekarang aku sudah mati. Tetapi Tuhan berkehendak lain.
Berwibawa
Kutipan :
Takturuti panjalukmu, Lu! Kowe kudu kelingan sumpahing awake dhewe biyen.
Karam melik barange liyan. Lan emas kae wis dudu nggonku. Aku ora arep
melik. Nagging aku ra trima nek emas kae tiba nang tangane wong culika! Kaya
kecu lan mbejujag! Kaya kowe! (Ora Isa Mati halaman 246)
Terjemahan :
Aku penuhi permintaamu, Lu! Kamu harus ingat sumpah kita dulu. Haram iri
barang orang lain. Dan emas itu bukan milikku lagi. Aku tidak berharap
memilikinya. Tapi aku tidak terima kalau emas itu jatuh ketangan orang yang
salah. Seperti pembohong dan mbejujag (kata kasar sama artinya seperti Tak
Punya Aturan)! Kaya kowe!
55
i. Mbak Clara : Peran Pembantu
Dalam cerita Ora Isa Mati, Mbak Clara ialah mantan Mas Ganang yang hadir
kembali dalam hidup Mas Ganang. Ia penyabar dan kuat menghadapi keadaan.
Penyabar
Kutipan :
Ganang bertahun-tahun aku berharap bisa bertemu denganmu. Dan kali ini aku
menemukanmu. Dan kini kita berpelukan tanpa beban, seakan seluruh cinta dan
cita-citaku luruh dihari yang membahagiakan ini …
(Ora Isa Mati halaman 263)
Kuat Menghadapi Kenyataan
Kutipan :
Mas. Sing Mas Ganang kudu ngerti, biyen nalikane awake dhewe dipisahke
kuwi, aku wis ngandhut anak, Mas.
Iya, Mas. Aja kaget lan aja khawatir. Kabeh-kabeh takopeni kanthi ngati-ati.
Katresnanku marang Mas Ganang lan crita-crita sing bakal ra isa taklalekake
isih tak sirami saben isuk-sore, Mas. Mas, aku nglairke anake awak dhewe nang
Singapur pitulas taun kepungkur. (Ora Isa Mati halaman 265)
Terjemahan :
Mas. Yang Mas Ganang harus tahu, dulu ketika kita dipisahkan itu aku sudah
mengadung anak, Mas.
Iya, Mas. Jangan kaget dan jangan khawatir. Semua aku jaga dengan hati-hati.
Cintaku pada Mas Ganang dan semua cerita yang tak akan aku lupakan masih
aku sirami setiap pagi dan sore, Mas. Mas, aku melahirkan anak kita di
Singapura 17 tahun yang lalu.
56
j. Jalu : Antagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Jalu ialah seorang preman yang berusia 40 tahun
yang Serakah.
Serakah
Kutipan :
Ra sah kakehan cangkem! Nang endi peta emas sing mbokgawa?
Sing srakah ki kowe, Nang! Kabeh-kabeh arep diuntal dhewe!
Tur bageyanmu luwih akeh. Kabeh dha ngerti yen warisane Mbah Leak
mbokgawa kabeh! (Ora Isa Mati halaman 233)
Terjemahan :
Tidak perlu banyak bicara! Dimana peta emas yang kamu bawa?
Yang serakah itu kamu, Nang! Semua mau dimiliki sendiri!
Dan bagianmu lebih banyak. Semua mengerti kalau warisan dari Mbah Leak
kamu bawa semua!
k. Genjik : Antagonis
Dalam cerita Ora Isa Mati, Genjik ialah seoarang preman yang beringas.
Kutipan :
Ra sah selak, jingggaaann …! (Ora Isa Mati halaman 230)
Terjemahan :
Gak usah mengelak, bajingan!
B. Konstruksi Cerita
1. Premise
57
Kutipan :
Urip ala sing Ora Isa Mati! Akeh manungsa padha urip nggragas lan
nrabas-nrabas kaya celeng ngelih! Nanging aja dilaleake kasunyatan liya sing
nuwuhake urip jujur, tulus, tetulung, setya, ngregani liyan, prigel nyambut gawe,
lan gotong royong. Urip becik sing Ora Isa Mati!
Terjemahan :
Hidup tercela yang tidak akan mati! Banyak manusia hidup serakah dan
menerjang-nerjang seperti babi lapar! Tetapi jangan dilupakan kenyataan lain
yang menciptakan hidup jujur, tulus, tolong-menolong, setia, menghargai sesama,
cekatan dalam bekerja, dan gotong-royong.
Dari kutipan yang pengarang cantumkan pada naskah drama Ora Isa Mati,
dapat ditarik kesimpulan yang dapat dijadika sebagai premise yakni : Keserakahan
dan ketulusan, hidup secara berdampingan dan takan akan pernah mati.
2. Character / Karakter
1. Tony Dimensi Fisiologis Laki-laki
33 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Tony
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Seorang suami
Guru sejarah di sekolah menengah atas
(swasta)
Memiliki hobi membuat komik (komikus)
58
Kehidupan sehari-harinya ia akrab dan
mengenal tetangganya dengan baik.
Dimensi Psikologis Keadaan mentalnya baik, ia dapat
membedakan yang baik dan tidak.
Berkeinginan memiliki keluarga yang
harmonis dan lengkap.
Dia adalah pribadi yang cakap dan kreatif.
2. Maya Dimensi Fisiologis Wanita
29 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Maya
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Seorang istri
Guru Taman Kanak-kanak
Ramah terhadap siapapun
Dimensi Psikologis Sangat perhitungan dan terkadang ia
menunjukkan sikap culasnya dihadapan
suaminya.
Terkesan judes tetapi ia dapat mengontrol
emosinya.
3. Mbak Susi Dimensi Fisiologis Wanita
30 tahun
Cantik dan Sehat (tidak terdapat
59
keterangan apapun dalam naskah yang
menyatakan Mbak Susi memiliki cacat
fisik)
Dimensi Sosiologis Seorang Pengusaha
Kurang dapat bersosialisasi dengan baik
karena ia sibuk dengan usahanya
Dimensi Psikologis Genit dan masih saja tertarik dengan laki-
laki yang masih berusia jauh di bawahnya.
Cakap dalam mengelola usahanya
4. Adin Dimensi Fisiologis Laki-laki
22 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Adin
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Seorang Mahasiswa
Memiliki relasi yang cukup luas
Akrab dengan sebaya maupun yang lebih
tua darinya
Aktif sebagai mahasiswa sehingga ia
mengetahui banyak hal
Dimensi Psikologis Cerdas
Mau menolong sesame meski terkadang
terkeasan culas tetapi ia memiliki
60
kemampuan untuk meredam emosinya
sendiri dengan baik
5. Satri Dimensi Fisiologis Laki-laki
24 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Satri
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Wiraswastawan
Menghormati siapapun
Mampu berkomunikasi dengan siapapun
dengan baik
Sangat menyukai pekerjaan dan relasinya
Dimensi Psikologis Kreatif
Nasionalismenya tinggi
Terkadang ia bersikap sombong dan tak
peduli dengan keadaan sekitarnya karena
dia sibuk dengan yang sedang ia kerjakan
sehingga perhatiannya tersita.
6. Nimas Dimensi Fisiologis Wanita
18 Tahun
Cantik dan Sehat (tidak terdapat
keterangan apapun dalam naskah yang
menyatakan Nimas memiliki cacat fisik)
61
Dimensi Sosiologis SPG Supermarket
Ramah teradap siapapun dan bersikap
sangat sopan dan santun.
Dimensi Psikologis Lemah lembut dan sangat santun
Perhatian terhadap sesame
7. Gus Pam Dimensi Fisiologis Laki-laki
22 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Bagus
Pambudi / Gus Pam memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Pengamen
Akrab dengan siapapun
Sopan
Dimensi Psikologis Sedikit sombong tetapi dia memiliki
semangat hidup yang tinggi
8. Mas Ganang Dimensi Fisiologis Laki-laki
43 tahun
Kekar dan bertato
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Mas
Ganang memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Mantan preman
Sopan dan santun terhadap semua orang
62
Rajin beribadah
Dimensi Psikologis Religious dan penyayang
Lemah lembut terhadap siapapun dan mau
membela kebenaran serta keadilan
9. Mbak Clara Dimensi Fisiologis Wanita
40 tahun
Dandanannya elegan layaknya wanita
karier
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Mbak
Clara memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Sopan santun
Dimensi Psikologis Lemah lembut meskipun dengan mantan
kekasihnya yang telah lama tidak
berjumpa
10. Jalu Dimensi Fisiologis Laki-laki
40 tahun
Mencurigakan
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Jalu
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Tidak dapat bersosialisasi dengan baik
Kasar
63
Dimensi Psikologis Emosinya tidak dapat dikendalikan
dengan baik
Temperamental
11. Genjik Dimensi Fisiologis Laki-laki
45 tahun
Sehat (tidak terdapat keterangan apapun
dalam naskah yang menyatakan Genjik
memiliki cacat fisik)
Dimensi Sosiologis Tidak tahu tata krama
Dimensi Psikologis Tempramental
Dan kasar terhadap teman lama
3. Dramatic Plot
a. Protasis
Cerita dalam naskah ini diawali dengan cerita yang amat ringan dengan
pengenalan tokoh-tokoh yang bersangkutan.
Babak 1 yang terdiri dari 4 Adegan atau 4 latar cerita yang berbeda.
1) Adegan 1 :
2 Tokoh utama : Tony dan Maya
Menceritakan bagaimana kehidupan pasutri ketika berada dirumah
Kutipan :
Wayah sore, jam setengah papat, ana ing kamar tamu, Maya lagi maca
komik gaweyane bojone, gedheg-gedheg tansah gumun. Tony mulih saka
64
nyambut gawe tansah gumun weruh bojone sing gedheg-gedheg dewe. (Ora
Isa Mati halaman 185)
Terjemahan :
Waktu sore, pukul tiga lebih tiga puluh menit, ada diruang tamu, Maya
sedang membaca komik karangan suaminya, geleng-gelang seolah tak
percaya. Tony yang pulang dari kerja terheran-heran melihat istrinya yang
geleng-geleng sendiri.
2) Adegan 2 :
2 Tokoh utama : Adin dan Satri
Menceritakan bagaimana interaksi antar teman sebaya dalam bertukar
pikiran
Kutipan :
Adin : Kowe ki isa merenung ora ta? Isa memahami kehidupan ora? Cah
ra dhong!
Satri : Kowe kuwi sing ra dhong! Kehidupan kok direnungke ro
dipahami? Kehidupan ki wis jelas hadiahe Gusti Allah. Nek ra
ngerti Gusti Allah, Tuhan Yang Maha Esa! Dadi, nek jenenge
hadiah ki yo dinikmati. Dirawat ben awet lan endah. Sokur-sokur
dirayakke! Ngerti ra? (Ora Isa Mati halaman 190)
Terjemahan :
Adin : Kamu itu bisa merenung apa tidak? Bisa memahami kehidupan
tidak? Anak nggak ngerti!
65
Satri : Kamu itu yang gak ngerti! Kehidupan kok di renungkan dan
dipahami? Kehidupan itu sudah jelas hadiah dari Allah. Kalau tidak
tahu Allah, Tuhan Yang Maha Esa! Jadi kalau namanya hadiah itu
dinikmati. Dirawat agar awet dan indah. Kalau bisa ya dirayakan!
Ngerti nggak?
3) Adegan 3 :
3 Tokoh utama : Tony, Maya dan Adin
Menceritakan bagaimana kehidupan pasutri dan keponakan (anggota
keluarga lain)
Kutipan :
Tony : Mbok Adin ki dikon lungguh dhisik.
Maya : Wah jyaannn, malah lali. Kene, kene, lungguh-lungguh dhisik
kene. Arep mimik teh, kopi, sirup, apa tajin, le?
Adin : Lik Maya ki apalane gojeg. (Ora Isa Mati halaman 197)
Terjemahan :
Tony : Ya Adin disuruh duduk dulu.
Maya : Oh iya, sampai lupa. Sini, sini, duduk-duduk dulu sini. Mau
minum teh, kopi, sirup, atau tajin (air beras yang sudah di nanak
menjadi nasi) le?
Adin : Lik Maya tuh suka bercanda.
4) Adegan 4 :
66
7 Tokoh (4 tokoh utama dan 3 tokoh pembantu)
4 tokoh utama : Mas Ganang, Adin, Tony, Maya
3 Tokoh Pembantu : Gus Pam, Genjik, Mbak Susi
Menceritakan tentang kehidupan bertetangga dan awal munculnya konflik
antara Mas Ganang dengan cerita masa lalunya.
Interaksi antar tetangga.
Kutipan :
Mbak Susi: Eh, Dhik Adin. Kowe ki seka endi?
Adin : Oh, anu iki, Mbak. Arep njupuk barang sing keri. Eh ora dhig.
Bar photocopy nang ngarepan kana. Ha mbak Susi arep nyang endi
kok dandan ayu? (Ora Isa Mati halaman 204)
Terjemahan :
Mbak Susi : Eh, dik Adin. Kamu dari mana?
Adin : Oh, ini, Mbak. Mau ambil barang yang tertinggal. Eh enggak
deh. Habis photocopy didepan sana. Mbak Susi mau kemana kok
dandan cantik?
Konflik akibat masalalu Mas Ganang :
Kutipan :
Genjik : Mesthine kowe ngerti ngapa aku marani koe, Nang.
Mas Ganang : Yaaa… (Ora Isa Mati halaman 203)
Terjemahan :
Genjik : Seharusnya kamu tahu kenapa aku mendatangimu, Nang.
67
Mas Ganang : Yaaa…
b. Epitasio
Jalinan cerita (Epitasio) terjadi pada Babak 2. Babak 2 terdiri dari 5
adegan.
1) Adegan 1 :
3 tokoh (2 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
2 tokoh utama : Mas Ganang dan satri
1 tokoh pembantu : Gus Pam
Adegan 1 di Babak 2 ini menceritakan awal kecemburuan tokoh utama
cerita.
Kutipan :
Mas Ganang : Ngapa, Dhik Satri? Kok nesu-nesu dhewe?
Satri : Oh. Mboten, Mas Ganang. Niki naming sebel sithik kok.
Gus Pam : Satri cemburu, Mas. Hihihi… (Ora Isa Mati halaman
214)
Terjemahan :
Mas Ganang : Kenapa, dhik Satri? Kok marah-marah sendiri?
Satri : Oh. Tidak Mas Ganang. Ini Cuma sebel dikit kok.
Gus Pam : Satri cemburu, Mas. Hihihihii…
2) Adegan 2 :
4 tokoh utama : Tony, Maya, Satri dan Mas Ganang
Adegan ke 2 pada babak 2 menceritakan tentang rasa penasaran seseorang
akan kehidupan orang lain.
68
Kutipan :
Tony : Mas Ganang ki kok ra gelem sugih ngapa ya? Aku ki kok
mesakke ro Mas Ganang. Atase wong sing tau dhug-dheng kok
njuk ming ngedol pitik? (Ora Isa Mati halaman 218)
Terjemahan :
Tony : Mas Ganang kok gak mau kaya kenapa ya? Aku sebenarnya
kasihan sama Mas Ganang. Yang awalnya orang yang pernah
dhug-dheng kok cuma jual ayam?
3) Adegan 3 :
2 tokoh ( 1 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
1 tokoh uatama : Adin
1 tokoh pembantu : Mbak Susi
Adegan 3 pada babak 2 ini terjadi interaksi antar warga
Kutipan :
Adin : Waah, gene suaramu merdu, Mbak.
Mbak Susi : Walah, kuwi mau ming nggojegi kowe kok, Din. Ben seru!
Adin seneng ra? (Ora Isa Mati halaman 221)
Terjemahan :
Adin : Wah, ternyata suaramu medu, Mbak.
Mbak Susi : Walah, itu tadi cumabercandain kamu kok, Din. Biar seru!
Adin suka nggak?
69
4) Adegan 4 :
2 tokoh (1 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
1 tokoh utama : Maya
1 tokoh pembantu : Gus Pam
Adegan 4 pada babak 2 menceritakan keekcewaan seseorang terhadap
orang lain.
Kutipan :
Maya : Hlo? Pam? Kowe ki ngapa? Kok bengak-bengok dhewe?
Gus Pam : Hehe… Anu, Mbak. Ki aku nunut latihan titer ya, Mbak.
Ngenteni Ida re teka-teka je. (Ora Isa Mati halaman 224)
Terjemahan :
Maya : Hlo? Pam? Kamu kenapa? Kok teriak-teriak sendiri?
Gus Pam : Hehe... Anu, Mbak. Ini aku numpang latihan teater ya,
Mbak. Nungguin Ida nggak datang-datang.
c. Catastasis
Pada Catastasis ini mulai bermunculan konflik antar tokoh dalam naskah
drama Ora Isa Mati.
1) Adegan 5 : (Babak 2)
2 tokoh utama : Maya dan Tony
Adegan 5 pada babak 2 ini menceritakan adanya perbedaan pendapat antar
tokoh
Kutipan :
70
Tony : Halah, isin ki rak ming sedhilit ta, yas? Kowe ki takjak eksplorasi
je…
Maya : Wooo, kuwi rak kowe, Mas. Isin ki marai wagu je. Aku ki wegah
dadi wong wagu. (Ora Isa Mati halaman 227)
Terjemahan :
Tony : Halah, malu kan cuma sebentar, yas? Kamu ini aku ajak
bereksplorasi…
Maya : Wooo, itu kan kamu, Mas. Malu itu bikin aneh. Aku nggak mau
jadi orang aneh.
2) Babak 3 terdiri dari 2 Adegan
Pada Babak 3, konflik mulai bermunculan.
Adegan 1 :
3 tokoh (2 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
2 tokoh utama : Adin dan Satri
1 tokoh pembantu : Mbak Susi
Pada Adegan 1 Babak 3 ini terjadi konflik antara 2 orang remaja yang beda
pendapat tentang pengetahuan yang mereka yakini.
Kutipan :
Satri : ha kowe ngerti sejarahe perasaan pa? Mbok sing nalar, Din, nek
nggambleh ki! Nek ngolah ki ya sing isa diolah. Jenenge ngilmu
olah-olah! Ha nek perasaan ki isa ngolah dhewe. Rasah sok
kemaki ngolah rasa!
71
Adin : nek ming ngolah materi er kabeh isa! Sing penting ki sense. Ora,
kowe entuk ngilmu kaya ngono wi seka endi ta, Tri? (Ora Isa Mati
halaman 239)
Terjemahan :
Satri : Kamu tau sejarah perasaan? Yang nalar dong, Din, kalau
ngomong! Kalau mengolah itu ya yang bisa diolah. Namanya ilmu
olah-olah! Nah kalau perasaan bisa mengolah sendiri. Nggak usah
sok-sokan mengolah rasa!
Adin : Kalau cuma mengolah materi saja semua bisa! Yang penting itu
kenyataan. Nggak, kamu dapat ilmu semacam itu dari mana, Tri?
Adegan 2 :
2 tokoh (1 tokoh utama dan 1 tokoh antagonis)
1 tokoh utama : Mas Ganang
1 tokoh antagonis : Jalu
Pada adegan 2 Babak 3, terjadi pertikaian antara tokoh protagonis dan tokoh
antagonis mengusung konflik yang disebabkan masalalu tokoh.
Kutipan :
Jalu : Sing srakah ki kowe, Nang! Kabeh-kabeh arep diuntal
dhewe!
Mas Ganang : Kabeh wis entuk bageyane dhewe-dhewe.
Jalu : Tur bageyanmu luwih akeh. Kabeh dha ngerti yen warisane
Mbah Leak mbokgawa kabeh! (Ora Isa Mati halaman 244)
Terjemahan :
72
Jalu : Yang serakah itu kamu, Nang! Semua mau dimakan sendiri!
Mas Ganang : Semua sudah mendapat bagiannya sendiri-sendiri.
Jalu : Dan bagianmu lebih banyak. Semua tahu kalau seluruh
warisan Mbah leak kamu yang bawa!
d. Catastrophe
Pada Catastrophe terdapat penyelesaian yang baik oleh antar tokoh dalam
naskah drama Ora Isa Mati.
Babak 4 terdapat 4 Adegan
1) Adegan 1
2 Tokoh (1 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
1 tokoh utama : Satri
1 tokoh pembantu : Nimas
Pada Adegan 1ni terdapat penyelesaian berupa klarifikasi
Kutipan :
Satri : Jare wis wani mboncengke kowe barang, Dhik? Bocahe ki nek
liwat ngarepku njuk kemaki kae hlo.
Nimas : Kowe ki piye ta, Mas? Ha trus sapa neh sing ngeterke aku nek ra
Marwan? Kae ki rak tukang ojeg ta, Mas? (Ora Isa Mati halaman
247)
Terjemahan :
Satri : Katanya sudah berani boncengin kamu juga, dhik? Orangnya
kalau lewat didepanku seperti sombong gitu hlo.
73
Nimas : Kamu itu gimana sih, Mas? Siapa lagi yang mengantarkan aku
kalau bukan Marwan? Dia kan tukan ojeg kan, Mas?
2) Adegan 2
5 tokoh (4 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
4 tokoh utama : Maya, Tony, Adin, dan Satri
1 tokoh pembantu : Mbak Susi
Pada adegan 2 ini terdapat interaksi antar tokoh dan sbuah pesan dari
seorang tokoh kepada tokoh yang lain.
Kutipan :
Tony : Adin ki isih seneng dolan dhewe, Sus. Isih enom. Aja diajari
saru hlo.
Mbak Susi : Kowe ki ngapa ta, Ton? Senengane ki ngisruh! (Ora Isa Mati
halaman 253)
Terjemahan :
Tony : Adin itu masih suka main sendiri, Sus. Masih muda. Jangan
diajari yang tidak baik hlo.
Mbak Susi : Kamu itu kenapa sih, Ton? Sukanya kok ikut campur.
3) Adegan 3 dan 4
4 tokoh (3 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu)
3 tokoh utama : Tony, Maya dan Satri
1 tokoh pembantu : Gus Pam
74
Pada Adegan 3 dan 4 Babak 4, adanya 4 tokoh yang penasaran dengan
kehadiran tokoh yang muncul yang dimana dalam cerita tersebut mereka
tidak saling kenal .
Adegan 3
Kutipan :
Tony : Aku kok kayane kenal ya, yaS?
Maya : Hla sapa ta? (Ora Isa Mati halaman 255)
Terjemahan :
Tony : Aku kok sepertinya kenal ya, yaS?
Maya : Hla siapa sih?
Adegan 4
Kutipan :
Gus Pam : Sinten njih…? Saras paling, Mas Tony.
Tony : Saras? Sapa ya kuwi?
Terjemahan :
Gus Pam : Siapa ya…? Saras mungkin, Mas Tony.
Tony : Saras? Siapa ya itu?
(Ora Isa Mati halaman 257)
4) Babak 5 terdapat 1 Adegan
7 tokoh (5 tokoh utama dan 2 tokoh pembantu)
1 adegan dalam Babak 5 adalah akhir atau penyelesaian dari cerita dalam
naskah drama Ora Isa Mati.
Kutipan :
75
Mas Ganang : Saiki kabeh wis dha ngerti apa satemene sing takalami.
Lan kowe kabeh, kanca-kanca, sing takpilihi bareng-bareng
mbangun desa kene. Desa sing bakal kondhang merga maju
lan wargane sing prigel. Kabeh wis dha siap diwenehi
tanggung jawab?Piye …? Saguh pa ora?
Kabeh : Njih … saguh Mas Ganang. (Ora Isa Mati halaman 266)
Terjemahan :
Mas Ganang : Sekarang semua sudah tahu apa yang telah saya alami. Dan
kalian semua, teman-teman, yang aku pilih bersama-sama
membangun desa sini. Desa yang akan terkenal karena maju
dan warganya yang tanggap. kabeh wis dha siap diwehi
tanggung jawab? Bagaimana …? Sanggup atau tidak?
Semua : Iya… Sanggup Mas Ganang.
C. Mekanisme Krusial Pertahanan Ego yang Terdapat pada Naskah
Drama Ora Isa Mati karya Andy Sri Wahyudi
1. Pengalihan
a. Maya
Pengalihan merupakan usaha dari individu untuk mengalihkan perasaan
tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkin-
kan. Dan pengalihan tersebut bekerja pada ego Maya yang mengkambing
hitamkan adin atau menyalahkan kedatangan Adin saat perdebatannya dengan
Tony. Padahal Adin bukanlah objek yang menjadi sumber permasalahan.
Namun hal itu dapat terjadi karena Maya merasa lebih aman jika hal itu
dijadikan sasaran alas an Maya tidak menuruti permintaan Tony.
Kutipan :
Tony : Dhik yaS, Ayo ta. Halah ngapa to kok mbesengut?
Maya : Wegah!
Tony : Lho? Kok wegah ki ngapa?
Maya : Wegah ki ya wegah!
Tony : Mbok ra kurang ajar ta yaS, nek ro wong lanang ki. Mengko dikutuk
malaikat glo.
76
Maya : Den Mas Tony… kula punika mboten kurang ajat, Den Mas. Kula
sayah. Sedinten resik-resik griya, asah-asah sagunung. Ngertos!
Tony : Kandhani kok ngeyel lho. Aku ki ming arep nulungi, ben ora dikutuk
malaikat tekan esuk.
Maya : Pkrek! Kana, malaikate kon rene!
Tony : hhmm… jyan. Awake dhewe ki rak biyen wis sepakat ta yaS, nek
kawin, nganggo cara-cara sing beredab ta? Hla ya aturan-aturan ya
kudu dienut. Iki gilo, diwaca! Isih tak simpen (njupuk kertas ing
ngisor meja).Istri hendaknya ridho/rela untuk digauli suaminya ketika
sang suami memerlukan. Apabila suami mengajak ke tempat tidur
melakukan hubungan sex tapi istrinya tidak mau melayani dan
semalaman istrinya marah, maka perempuan itu akan dikutuk
malaikat sampai pagi.
Maya : ha ya kana, kandhakna malaikatmu! Kana, kon rene! Takklethake
endhase!
Tony : Kowe ki hlo yaS, jyaaann…
Maya : ha wong nek ra kesel we mesthi takdhisiki kok, ndadak njaluk
barang …?
Tony : wah, wis. Rapenak!
Tony lan Maya meneng-menengan. Tony kukur-kukur sirah. Maya genti maca
majalah Femina. Let sedhela Adin teka ndhodhog lawing. Dog…dog…dog…
Adin : Salamlaikum … kulanuwun, bulik…
Maya gage ngadeg, mlaku mbukak lawing karo nggrundeli Tony.
Tony : tenan ra?! Coba mau nek aku gelem, rak ming nanggung ta?
(Ora Isa Mati halaman 195)
Terjemahan :
Tony : Dik yaS. Ayo dong. Halah, kenapa sih kok murung?
Maya : Nggak mau!
Tony : Lho? Kok nggak mau kenapa?
Maya : Nggak mau ya nggak mau!
Tony : Jangan kurang ajar dong, yaS, kalau sama laki-laki itu. Nanti kalau
dikutuk malaikat lho.
Maya : Den Mas Tony, saya itu tidak kurang ajar, den Mas. Saya lelah.
Seharian bersih-bersih rumah, cuci-cuci segunung. Ngerti!
Tony : Dibilangin kok nggak percaya lho. Aku ini cuma mau menolong,
biar nggak dikutuk malaikat sampai pagi.
Maya : Prek! Sana, malaikatmu suruh kesini!
Tony : Hhmm… kita ini kan dulu sudah sepakat kan, yaS, kalau
berhubungan intim menggunakan cara-cara yang beradab kan? Hla
aturan-aturannya ya harus di patuhi. Ini hlo dibaca! Masih aku simpan
(mengambil kertas di bawah meja). Istri hendaknya ridho/rela untuk
digauli suaminya ketika sang suami memerlukan. Apabila suami
mengajak ke tempat tidur melakukan hubungan sex tapi istrinya tidak
77
mau melayani dan semalaman istrinya marah, maka perempuan itu
akan dikutuk malaikat sampai pagi.
Maya : Ha ya sana, beritahu malaikatmu! Sana, suruh kesini! Mau aku
klethak kepalanya!
Tony : Kamu itu hlo, yaS. Jyaaann….
Maya : Ha kalau nggak capek aja aku yang mendahului kok, malah minta
juga …?
Tony : Wah, sudah. Nggak enak!
Tony dan Maya saling diam. Tony menggaruk-garuk kepalanya. Maya ganti
membaca majalah Femina. Selang waktu Adin datang mengetuk pintu. Dog …
dog… dog …
Adin : Salamlaikum… permisi, bulik…
Maya cepat-cepat membuka pintu sambil bergumam kepada Tony.
Maya : Bener kan? Coba kalau tadi aku mau, kan cuma nanggung kan?
2. Penyangkalan Realitas
a. Maya
Terdapat penyangkalan realitas yang dilakukan oleh Maya ketika berdebat
dengan Suaminya sendiri. Saat itu Tony berasumsi bahwa rekannya terkesan
sombong karena mencantumkan gelar di belakang nama diundagan
pernikahannya. Tanpa mengetahui realita yang ada, Tony berprasangka buruk
dengan mengatakan bahwa rekannya sendiri pasti meminta dihidupi calon
istrinya. Tony terkesan mengabaikan fakta bahwa rekannya akan menikah dan
mendapatkan istri yang kaya. Dalam perdebatan Tony dan Maya, terlihat
bahwa Maya meyakinkan Tony bahwa tidak ada masalah dengan
pencantuman gelar pada undangan dan pernikahan yang dilangsungkan rekan
Tony tersebut. Maya menyangkal apa saja yang Tony katakana karena jika
perdebatan mereka diteruskan mungkin akan memakan waktu yang cukup
78
lama. Maya menyangkal realitas yang ada. Yang berarti Maya tidak
mempedulikan fakta bahwa Tony disitu berprasangka buruk dengan rekannya
sendiri. Demi menghentikan perdebatan tersebut, Maya mengalihkan
pembicaran mereka.
Kutipan :
Tony : Ndelok… Wuohh… nganggo pangkat barang saiki bocahe.
Firdaus Firmansyah, S.S. Entuk wong endi ta ya?
Maya : Jare si Antik, entuk cina Magelang. Owner restoran mewah, Mas.
Tony : Wo… ha ya pas. Cocog. Aku yakin, si Edo ski mesti njuk diuripi
sing wedok.
Maya : Mbok ra Su’udzon, Mas.
Tony : Walah, kaya ra ngerti si Edos, Yas. Ha nek sarjana sastra trus
UKM-e melu seni titer ki njuk arep nyambut gawe apa?
Maya : Ha nek jaman saiki ya akeh, Mas, lapangan kerjane.
Tony : Paling-paling ming ubyang-ubyung melu pentas-pentas, trus dadi
kere panggung.
Maya : Padune serik ta? Kowe nek arep golek bojo neh, sing sugih tur
nguripi ya entuk kok, Mas.
Tony : Apalane ki nglulu … tak tenani, kapok kowe.
Maya : hehe… ra pa-pa kok, Mas. Tenin. Tur ya kuwi, nek golek maneh,
mengko endhasmu takbur, trus takleboni sedhotan, utegmu
taksusrup!
Tony : Hih! Nggilani! Cah wedok aneh!
Maya : hehe salahe, cah lanang kok kakehan sing-sing mledhing! Wis
gek ndang adus trus salin. Kringetmu kuwi lho, Mas. Mambu lenga
klentik. Bar seka endi ta?
Tony : Wo… Ho oh pa? aku mau bar renang.
Maya : hah? Sing renang nang endi, Mas?
Tony : Ning kolam renang lenga klentik!
Maya : Piye ta kowe ki, Mas? Cah lanang aneh!
(Ora Isa Mati halaman 186)
Terjemahan :
Tony : Lihat… wuoh… pakai panggat segala dia sekarang. Firdaus
Firmanto, S.S. dapat orang mana ya?
Maya : Kata si Antik, dapat cina Magelang. Owner restoran mewah, Mas.
Tony : Wo… ha ya pas. Cocok. Aku yakin, si Edos pasti minta dihidupi
sama yang perempuan.
Maya : Jangan su’udzon, Mas.
Tony : Walah, seperti nggak tahu si Edos, yaS. Kalau sarjana sastra lalu
UKM nya ikut seni teater mau dapat pekerjaan apa?
Maya : Kalau jaman sekarang ya banyak, Mas, lapangan kerjanya.
79
Tony : Palingan cuma mondar-mandir ikut pentas-pentas, lalu jadi
miskin panggung.
Maya : Iri ya? Kalau kamu pengen cari istri lagi, yang kaya dan
menghidupi ya boleh kok, Mas.
Tony : Sukanya kok nyindir… aku lakuin beneran, kapok kamu.
Maya : Hehe… nggak apa-apa kok, Mas. Beneran. Tapi ya itu kalau
kamu cari lagi, nanti kepalamu aku lubangi, lalu aku masukin
sedotan, otakmu aku minum!
Tony : Ih jijik ! perempuan aneh!
Maya : Hehe… salah kau, jadi laki-laki kok yang enggak-enggak! Sudah,
mandi sana lalu ganti baju. Kerigatmu itu lho, Mas. Bau minyak
bekas pakai. Habis dari mana sih?
Tony : Wo… apa iya? Aku tadi habis renang.
Maya : Hah? Yang renang dimana, Mas?
Tony : Di kolam renang minyak bekas pakai.
Maya : Gimana sih kamu itu, Mas? Laki-laki aneh!
b. Adin
Mekanisme penyangkalan realitas bekerja pada Adin ketika ia mendapati
bahwa dirinya dan Mbak Susi akan berciuman tetapi dikeahui Satri.
Kecemasan Adin tunjukkan melalui cara ia mengambil sikap untuk mengelak
dan memberikan alasan mengapa ia duduk berdua bersama Mbak Susi.
Padahal jelas pada adegan tersebut Mbak Susi sedang bersiap mendapatkan 3
kecupan dari Adin. Satri pun mengetahui jelas siapa Adin sebenarnya. Tetapi
mengetahui fakta-fakta semacam itu, Adin tetap menyangkal bahwa dirinya
akan berbuat yang tidak seronoh dengan Mbak Susi dengan alasan melakukan
latihan.
Kutipan :
Mbak Susi : Saiki Mbak Susi tak merem, terus Dhik Adin bebas ngesun
Mbak Susi nggon endi wae. Tapi ping telu wae ya sing
ngecup!
Adin : Ya, ra pa-pa, Mbak.
Mbak Susi merem karo mesem sethithik. Adin siap-siap milih arep ngesun pipi
lan lambene Mbak Susi. Nanging Satri ngerti-ngerti njedhul lan nylekop.
80
Satri : Wooh! Adin Ngaceng!
Adin : Prek! Iki mau latihan drama nggo pitulasan ya, Tri.
Satri : Woo, saingan ro us Pambudi pa?
Mbak Susi : Tri. Kowe nek omongan kok ra beradab ta?
Satri : Piye ta, Mbak?
Mbak Susi : ya kowe kuwi! Ra dhong kelembutan. (Ora Isa Mati halaman
238)
Terjemahan :
Mbak Susi : Sekarang Mbak Susi memejamkan mata, lalu Dik Adin bebas
mencium Mbak Susi dimana saja. Tapi tiga kali saja ya kalau
mengecup!
Adin : Ya, nggak apa-apa mbak.
Mbak Susi memejamkan mata sambil senyum sedikit. Adin siap-siao memilih
akan mencium pipi dan bibir Mbak Susi. Tapi tiba-tiba Satri muncul dan
berkata.
Satri : Wooh! Adin tegang!
Adin : Prek! Ini tadi mau latihan drama buat tujuh belasan ya, Tri.
Satri : Woo, saingan sama Gus Pambudi ya?
Mbak Susi : Tri. Kamu kok kalau bicara nggak beradab sih?
Satri : Gimana sih Mbak?
Mbak Susi : Ya kamu itu! Nggak faham kelembutan.
3. Proyeksi
Salah satu bentuk gambaran mekanisme pertahanan ego tokoh yang ada
dalam Naskah Drama Ora Isa Mati adalah Proyeksi. Tokoh yang mengguna-
kan mekanisme pertahanan ego berupa proyeksi di antaranya adalah:
a. Adin
Mekanisme ini bekerja setelah Adin mendapatkan ejekan dari Satri sebagai
bentuk merendahkan martabatnya sebagai seorang mahasiswa filsafat yang
memiliki ilmu pengetahuan luas. Bentuk ejekan dari Satri tersebut
menyebabkan superego membutuhkan penyaluran. Ego sebagai bagian dari
81
sistem kepribadian yang menyeleksi dorongan-dorongan mana yang perlu
dipenuhi mencoba menyalurkan melalui mekanisme ini untuk mengurangi
rasa malu yag Adin terima akibat ejekan tersebut dengan memberikan kritikan
balik kepada Satri. Adin harus melangkah seperti itu dikarenakan Adin
beranggapan bahwa Satri Pantas untuk menerimanya.
Sebagai reaksi dari hal yang merendahkan Adin tersebut, Adin berusaha
memberikan pengertian lebih kepada Satri dan mencoba untuk menghentikan
perdebatan dengan bentuk berdiam diri.
Kutipan :
Adin : Kowe ki dhong privasi ora e?! Tulisan iki ki ra entuk diwoco
saben uwong. Ngerti ra?
Satri : Halah, Din. Mbok wis ra sah nggaya. Ming tulisan we ra entuk
didelok! Kae galo nang dalan akeh tulisan malah diumuk-umukke!
Adin : kae jenenge iklan! Nek iki ki tulisan privat!
Satri : Trus bedane apa?
Adin : Dhasar cah ra pendidikan!
Satri : kowe kuwi sing ra pendidikan! Mosok tulisan kok didhelik-
dhelikne, ra entuk didelok. Kaya cawet!
Adin : (Kukur-kukur endhas) kowe ki isa merenung ora ta? Isa
memahami kehidupan ora? Cah ra dhong!
Satri : kowe kuwi sing ra dhong! Kehidupan kok direnungke ro
dipahami? Kehidupan ki wis jelas hadiahe Gusti Allah. Nek ra
ngerti Gusti Allah, Tuhan Yang Maha Esa! Dadi, nek jenenge
hadiah ki ya dinikmati. Dirawat ben awet lan endah. Sokur-sokur
dirayakke! Ngerti ra?
Adin : ckckckckk… tak kandhani ya, Tri, satri. Uripmu kuwi mung
mbokenggo gojeg! Dadi, ya ming waton mlaku. Ra isa memahami
jenenge ruang privat dienggo leren. Nggo mikir urip jaman saiki ki
kepiye? Trus awake dhewe kudu piye? Ngono kuwi! Urip ki kudu
nggo konsep ro strategi!
Satri : (langsung nyaut) wah … wah … wiss… malah dakwah…! Ha nek
ming mikir ngono we mayar. Ra sah nggo leren barang. Disambi
nyambut gawe ya isa. Sipirili…!
Adin : Carane piye?
Satri : Ha rahasia! Iki sing jenenge privasi! Ngerti ra … ? He? Cah
kuliahan ra dhong.
Adin : Wis, omongan ro cah seneng klenik ki angel. Sithik-sithik
rahasia.
82
Satri : ha sing bangeten ki yak owe kuwi, Din. Ha ming urip we kok
ndadak gayane digawe sok serem, trus ditulis. Gayane ki kaya
pilusup. Gawe-gawe! Sangertiku jenenge urip ki ya kudu duwe
laku! Manteb karo pilihane. Tur sembada. Sing penting ra colong-
jupuk ro ndremis!
Adin : kaya dhong-dhonga pilusup, tri, Satri. Wis sakarepmu sing
omong. Nek arep omong neh, nyoh omong ro tanganku. Nyoh!
Satri : Lha nek ngeneki malah penak.
(Satri nyedhak, omong-omongan karo tangane Adin)
Satri : Din, aku ki arep takon je. Carane gawe passport ro pisa ki piye
ta?
Satri meneng rada suwi ngenteni Adin Nanggapi.
Satri : ya ra njuk meneng wae, Din. Ngono we mutung. Tanganmu kok
amis? Bar ngocok pa, Din? (Ora Isa Mati halaman 190)
Terjemahan :
Satri : Walah, cuma dibaca sedikit aja nggak boleh!
Adin : Kamu itu tahu privasi apa enggak? Tulisan ini nggak boleh dibaca
setiap orang. Ngerti nggak?
Satri : Halah, Din. Nggak usah banyak gaya. Cuma tulisan aja nggok
boleh dilihat! Lihat dijalanan banyak tulisan yang diumumkan.
Adin : Itu namanya iklan! Alau ini tulisan privat!
Satri : Lalu bedanya apa?
Adin : Dasar tidak berpendidikan!
Satri : Kamu itu yang tidak berpendidikan! Masak tulisan kok
disembunyikan, nggak boleh dilihat. Kayak celana dalam.
Adin : (garuk-garuk kepala) kamu itu bisa merenung atau enggak? Bisa
memahami kahidupan tidak? Anak nggak paham!
Satri : Kamu itu yang nggak paham! Kehidupan kok direnungkan dan
dipahami? Kehidupan ini sudah jelas hadian dari Allah. Kalau
nggak tahu Allah, Tuhan Yang Maha Esa! Jadi, kalau namanya
hadiah ini ya dinikmati. Dirawat agar awet dan indah. Syukur
dirayakan! Ngerti nggak?
Adin : Ckckckckkk… aku beri tahu ya, tri, Satri. Hidupmu itu cuma
kamu buat becanda! Jadi, ya cuma asal jalan. Gak bisa memahami
yang namanya ruang privat dibuat istirahat. Dibuat untuk
memikirkan hidup jaman sekarang ini bagaimana? Lalu kita harus
bagaimana? Seperti itu! Hidup itu harus mamakai konsep dan
strategi
Satri : (langsung mengelak) wah … wah … wiss … malah dakwah… !
Ha kalau cuma mikir seperti itu saja ya biasa. Tidak perlu sambil
istirahat. Sambil bekerja pun juga bisa. Sipirili…!
83
Adin : Caranya gimana?
Satri : Ha rahasia! Ini yag namanya privasi! Ngerti nggak? He? Anak
kuliahan kok nggak paham.
Adin : Sudahlah, bicara sama anak yang suka jaman dulu itu susah.
Sebenar-sebentar rahasia.
Satri : Ha yang keterlaluan itu kamu, Din. Kalau cuma hidup aja kok
dibikin sok seram, terus ditulis. Gayanya kayak filsuf. Buatan!
Setahuku, yang namanya hidup itu harus punya jalan! Mantap
dengan pilhannya. Juga mampu. Yang penting tidak mencuri-
mengambil dan kekanak-kanakan.
Adin : Seperti paham fisuf saja, Tri, Satri. Sudahlah terserah yang bicara.
Kalau mau bicara lagi, nih, bicara sama tanganku. Ini!
Satri : Ah, kalau begini kan enak.
(Satri mendekat, berbicara dengan tangan Adin)
Satri : Din, aku ini mau Tanya. Cara membuat Pasport dan Visa itu
bagaimana?
(Satri terdiam lama dan menunggu Adin menanggapi)
Satri : Ya jangan terus diam aja, Din. Gitu aja kok marah. Tanganmu
kok baunya amis? Habis ngocok ya, Din?
b. Gus Pam
Mekanisme ini bekerja setelah Gus Pam merasa bahwa adanya orang yang
menyepelekan perjanjian. Kekesalan Gus Pam terjadi setelah Ida
memberitahunya bahwa Ida akan telat untuk latihan, yang dimana Gus Pam
telah menunggunya cukup lama. Kecemasan yang tergambar pada Gus Pam
dan Ida. Kecemasan ini muncul karena ketakutannya jika Ida tidak segera
datang akan batal latihan yang telah mereka rencanakan dan akan
membuatnya kalah pada perlombaan yang akan diadakan.
Sebagai reaksi pada kecemasaan ini, Gus Pam berusaha untuk berulangkali
menelpon Ida demi mendapatkan kepastian. Dan Gus Pam menyalahkan
84
pekerjaan yang sedang Ida kerjakan meskipun seharusnya hal itu tidak perlu ia
singgung pada percakapan ditelepon.
Kutipan :
Gus Pam : Halo… halo…! Da… Ida..! Ayo latihan! Aku wis tekan kit mau.
Ha kowe ki ngapa e? (meneng) Apa? Nulis liputan? Wah… telat
meneh ki? Ha janjine piye? Apa? Ha salahe dadi wartawan barang!
He? Pa? Haaaa… rak ngono. Tak enteni dhilit ya. Tenanan hlo!
Aku tak latihan dhewe dhisik ya, Da…? (Ora Isa Mati halaman
223)
Terjemahan :
Gus Pam : Halo… halo…! Da… Ida …! Aku sudah sampai dari tadi. Ha kami
itu kenapa e? (diam) apa? Menulis liputan? Wah telat lagi ini? Ha
janjiannya gimana? Apa? Ha salah kamu sendiri jadi wartawan! He?
Apa? Haaaa… nggak gitu. Aku tunggu sebentar ya. Beneran hlo!
Aku mau latihan sendiri dulu ya, Da…?
c. Maya
Mekanisme ini bekerja setelah adanya ajakan Tony (Suami Maya) untuk ber-
hubungan intim. Kecemasan yang tergambar pada tokoh Maya terjadi pada
hubungannya dengan suaminya. Kecemasan ini muncul sebagai akibat ketidak
nyamanannya yang setiap saat diajak suaminya untuk berhubungan intim.
Rasa tak nyamannya ini diproyeksikan oleh ego menjadi sebuah bentuk
penyangka-lan akan ketidak pantasan berhubangan intim pada setiap tempat
dan setiap saat.
85
Kutipan :
Tony : Anu, yaS. Nek rambutmu teles sithik ngono kuwi ki marai
merangsang …
Maya : Walah. Kowe ki, Mas. Senengane, apa wae isa nggo alesan
bergumul. Mbok nek wayah sore ngene ki ngobrol-ngobrol dhisik
wae. Aja penak-penakan sik!
Tony : Yaaa… Manut wis. Saselamu.
Maya : Ya ora njuk ngono kuwi, Mas. Karepku ki, rak ya apik ta nek
kahanane luwih pas, luwih angler, luwih sepi. Trus ora saenggon-
enggon. Aku ki bingung je nek njuk saenggon-enggon, sawayah-
wayah. Kaya wedush. Engko nek weruh tangga-teparo rak ya isin ta,
Mas? (Ora Isa Mati halaman 227)
Terjemahan :
Tony : Anu, yaS. Kalau rambut kamu basah dikit gitu jadi bikin
terangsang…
Maya : Walah, kamu itu, Mas. Sukanya, apa aja bisa buat alasan bergumul.
Kalau waktu sore seperti ini ngobrol-ngobrol dulu aja. Jangan enak-
enakan dulu.
Tony : Yaaa… terserah deh. Sesenggangmu.
Maya : Ya jangan terus seperti itu, Mas. Inginku kan baguskalau
keadaannya lebih pas, lebih lelap, lebih sepi. Terus nggak sembarang
tempat. Aku ini bingung kalau minta sembarang tempat, sewaktu-
waktu. Seperti kambing. Nanti kalau ketahuan tetangga sekitar kan
juga malu, Mas?
d. Mbak Susi
Salah satu gambaran mekanisme pertahanan ego berbentuk proyeksipun
juga muncul dari tokoh Mbak Susi. Akibat dari dirinya yang meminta kecupan
dari Adin (laki-laki yang umurnya jauh lebih muda dari Mbak Susi). Ia diejek
oleh Satri yag saat itu sedang berada disana untuk menghampiri Adin.
Kecemasan yang tergambar pada tokoh Mbak Susi terjadi pada hubungannya
dengan Satri. Kecemasan tersebut muncul setelah satri yang asal bicara kepada
Adin membuat Mbak Susi malu. Mbak Susi memproyeksikan rasa malunya
86
tersebut dengan membalik keadaan dengan mengatakan bahwa cara bicara
Satri yang tak beradab.
Kutipan :
Mbak Susi : Saiki Mbak Susi tak merem, terus Dhik Adin bebas ngesun Mbak
Susi nggon endi wae. Tapi ping telu wae ya sing ngecup!
Adin : Ya, ra pa-pa, Mbak.
Mbak Susi merem karo mesem sethithik. Adin siap-siap milih arep ngesun pipi
lan lambene Mbak Susi. Nanging Satri ngerti-ngerti njedhul lan nylekop.
Satri : Wooh! Adin Ngaceng!
Adin : Prek! Iki mau latihan drama nggo pitulasan ya, Tri.
Satri : Woo, saingan ro us Pambudi pa?
Mbak Susi : Tri. Kowe nek omongan kok ra beradab ta?
Satri : Piye ta, Mbak?
Mbak Susi : ya kowe kuwi! Ra dhong kelembutan.
(Ora Isa Mati halaman 238)
Terjemahan :
Mbak Susi : Sekarang Mbak Susi memejamkan mata, lalu Dik Adin bebas
mencium Mbak Susi dimana saja. Tapi tiga kali saja ya kalau
mengecup!
Adin : Ya, nggak apa-apa mbak.
Mbak Susi memejamkan mata sambil senyum sedikit. Adin siap-siao memilih
akan mencium pipi dan bibir Mbak Susi. Tapi tiba-tiba Satri muncul dan
berkata.
Satri : Wooh! Adin tegang!
Adin : Prek! Ini tadi mau latihan drama buat tujuh belasan ya, Tri.
Satri : Woo, saingan sama Gus Pambudi ya?
Mbak Susi : Tri. Kamu kok kalau bicara nggak beradab sih?
Satri : Gimana sih Mbak?
Mbak Susi : Ya kamu itu! Nggak faham kelembutan.
e. Mas Ganang
Mekanisme ini bekerja setelah adanya ancaman dari teman masalalu Mas
Ganang. Kecemasan yang tergambar pada Mas Ganang terjadi pada
87
hubungannya dengan Jalu. Setelah membunuh beberapa teman-temannya
masa lalu, Mas Ganang merasa bahwa dirinya harus tetap hidup dan kuat demi
menjaga harta yang bukan miliknya dari orang-orang yang serakah dan tidak
tahu diri seperti Jalu. Kecemasan tersebut menumbuhkan rasa tanggung jawab
dalam diri Mas Ganang meskipun ia harus tetap melakukan tindak kejahatan
saling bunuh sesama manusia.
Kutipan :
Jalu : Hmm… Ayo! Awake dhewe kudu tarung. Cen Gusti iwis
mathekke yen patimu nang tanganku, Nang!
Mas Ganang : Gustimu! Kaya kowe, nek omong kuwolak-walik! Cangkeme
Gustimu gawene apus-apus kaya cangkemu!
Jalu : Mbiyen awake dhewe pancen kanca kenthel. Nanging saiki
kudu pisah milih dalane dhewe-dhewe!
Mas Ganang : Dudu karepku yen awake dhewe kudu pisah, merga kowe wis
dadi bajingan sing ora tau wareg! Aku milih urip ning alase
leluhur sing hawane marai bregas waras lan ora nggragas!
Jalu : Ora urusan! Hiyaaattt…!!!
Jalu lan Mas Gangang siap-siap kerengan ing ngisor wit jambu air. Jalu
ngantemi Mas Ganang. Nanging Mas Ganang bola-bali endha. Mas Ganang
males Jalu, kena matane. Jalu ngantem pilingane Mas Ganang, nanging ora
empan. Mas Ganang males ngantem, kena irunge Jalu nganti ambruk! Jalu
ngadeg maneh, ngetokake pedhang, banjur disabet-sabetake kanthi kalap.
Awake Ganang kecacah-cacah, nanging Ganang meneng wae. Jalu gumun.
(Ora Isa Mati halaman 244)
Terjemahan :
Jalu : Hmm…Ayo! Kita harus bertengkar. Memang Gust iwis mati
nya kalau matimu di tanganku, Nang!
Mas Ganang : Tuhanmu! Seperti kamu, kalau bicara di bolak-balik! Mulut
Tuhanmu sering menipu seperti mulutmu!
Jalu : Dulu memang kita teman dekat.tetapi sekarang harus berpisah
memilih jalan masing-masing!
Mas Ganang : Bukan maksudku kalau kita harus berpisah, karena kamu sudah
menjadi bajingan yang tidak pernah kenyang! Aku memilih
hidup di hutan leluhur yang suasananya membuat kesan yang
sehat dan tidak rakus.
Jalu : Tidak peduli! Hiyyaattt…!!
88
Jalu dan Mas Ganang siap-siap bertarung di bawah pohon jambu air. Jalu
menghajar Mas Ganang. Tetai Mas Ganang selalu menghindar. Mas Ganang
membalas Jalu, terkena matanya. Jalu memukul pelipis Mas Ganang, tetapi
tidak mempan. Mas Ganang balas memukul, terkena hidung Jalu hingga
tumbang! Jalu berdiri lagi, mengeluarkan pedang, lalu menghunuskan pedang
berulang kali sampai kalap. Badan Mas Ganang tercacah-cacah, tetapi Mas
Ganang hanya diam. Jalu heran.
f. Satri
Mekanisme proyeksi bekerja pada Satri saat ia merasa menghadapi situasi
yang sebenarnya tidak ia inginkan dengan melimpahkan alasan-alasan kepada
Adin. Kecenderungan Satri suka memperdebatkan masalah menjadi masalah-
nya. Kecemasan untuk tidak diakui memiliki ilmu pengetahuan yang memadia
menjadikan Satri banyak bicara. Rasa tak mau kalah tersebut diproyeksikan
dengan banyak bicara dihadapan orang lain demi ia tampak lebih baik dari
orang lain tersebut.
Kutipan :
Satri : Khaakhaa… njuk atos. Cangkeme kaya kijing! Ora, njuk saiki nek
wis duwe tablet ngono wi njuk cita-citane cepet isa digayuh ra?
Adin : Tri. Cita-cita ki, nek menurutku, ora patia penting! Sing penting ki
urip wicaksana! Duwe palsafah sing marai cerah lan migunani
nggo wong liya, migunani nang tengahing masyarakat lan jaman!
Satri : Walaahhh, walaah, kok le kemaki…! jaman saiki ki masyarakat
wis dadi pilusup kabeh. Jenenge pilusup dalanan! Wis dha mikir
dhewe-dhewe! Nemokke kawicaksanan dhewe-dhewe nggo nglakoni
urip! Wis ra urusan ro pemerintah. Pa meneh palsapahmu.
Adin : Wis, rasah kakean cangkem! Kowe mrene ki ngapa?
Satri : Tujuanku mrene cen nggoleki kowe, Din. (Ora Isa Mati halaman
233)
Terjemahan :
Satri : Khahakhaa… terus keras. Mulutnya seperti kijing! Enggak, terus
sekarang kalau sudah punya tablet seperti itu terus cita-citanya cepat
bisa tercapai atau tidak?
Adin : Tri. Cita-cita itu, kalau menurutku, tidak terlalu penting! Yang
penting itu hidup bijaksana! Punya falsafah yang membuat cerah
dan berguna untuk orang lain, berguna ditengah manyarakat dan
jaman!
89
Satri : Walah, walah, kok sombong! Jaman sekarang seluruh masyrakat
sudah menjadi filsuf semua. Namanya filsuf jalanan! Sudah nggak
urusan sama pemerintah. Apalagi sama falsafahmu.
Adin : Sudah, tidak perlu banyak bicara! Kamu kesini itu kenapa?
Satri : Tujuanku kesini memang mencari kamu, Din.
g. Adin
Mekanisme pertahanan ego proyeksi mulai bekerja setelah Adin mendapat
sindiran dari Tony mengenai Mbak Susi. Sindiran itu itu menjadikan Adin
merasa malu. Kecemasan muncul pada diri Adin akibat dari sindiran yang
Tony lontarkan langsung kepada Adin. Sindiran yang Tony lontarkan
dianggap Adin sebagai hal yang membuatnya malu. Namun rasa malu tersebut
di proyeksikan oleh ego Adin menjadi sebuah bentuk penyangkalan akan
tindakan tidak dilakukan oleh Adin dan Mbak Susi.
Kutipan :
Adin : Nyang Prancis, Om. Entuk beasiswa neng luar negri setaun-
rong taun, lumayan ta, Om.
Maya : Kowe ki cen pinter tenan kok, Din.
Tony : Pinter ngrayu barang ya, Din…?
Adin : Dirayu, Om. Ora Ngrayu. (Ora Isa Mati halaman 252)
Terjemahan :
Adin : Ke Perancis, Om. Dapat beasiswa ke luar negeri setahun – dua
tahun, lumayan kan, Om.
Maya : Kamu itu memang pintar kok, Din.
Tony : Pinter merayu ya, Din…?
Adin : Dirayu, Om. Enggak merayu.
90
4. Penebusan
a. Mas Ganang
Mekanisme penebusan merupakan wujud tindakan yang Mas Ganang
laku-
kan pada beberapa adegan dalam Naskah Ora Isa Mati ini. Adanya ritualistic
yang Mas Ganang lakukan untuk menebus perbuatannya masa lalu yang ia
anggap tak baik. Meskipun penebusan itu menjatuhkan orang lain dengan cara
membunuh ataupun melukai orang lain. Mas Ganang memilih hidup dengan
baik dan tidak terlibat pada aksi-aksi kejahatan lagi dan menjaga apa yang
diwariskan padanya dari Mbah Leak. Ia menggunakan seluruh warisan dengan
bijaksana. Ia tidak mempedulikan dirinya yang kekurangan. Bahkan ia tidak
berharap lagi kembali pada masa lalunya yang menjadikannya kaya dan
terpandang.
Kutipan :
Jalu : Hmm… Ayo! Awake dhewe kudu tarung. Cen Gusti iwis
mesthekke yen patimu nang tanganku, Nang!
Mas Ganang : Gustimu! Kaya kowe, nek omong kuwolak-walik! Cangkeme
Gustimu gawene apus-apus kaya cangkemu!
Jalu : Mbiyen awake dhewe pancen kanca kenthel. Nanging saiki
kudu pisah milih dalane dhewe-dhewe!
Mas Ganang : Dudu karepku yen awake dhewe kudu pisah, merga kowe wis
dadi bajingan sing ora tau wareg! Aku milih urip ning alase
leluhur sing hawane marai bregas waras lan ora nggragas!
Jalu : Ora urusan! Hiyaaattt…!!!
Jalu lan Mas Gangang siap-siap kerengan ing ngisor wit jambu air. Jalu
ngantemi Mas Ganang. Nanging Mas Ganang bola-bali endha. Mas Ganang
males Jalu, kena matane. Jalu ngantem pilingane Mas Ganang, nanging ora
empan. Mas Ganang males ngantem, kena irunge Jalu nganti ambruk! Jalu
ngadeg maneh, ngetokake pedhang, banjur disabet-sabetake kanthi kalap.
Awake Ganang kecacah-cacah, nanging Ganang meneng wae. Jalu gumun.
(Ora Isa Mati halaman 244)
Terjemahan :
Jalu : Hmm…Ayo! Kita harus bertengkar. Memang Gusti wis mati
nya kalau matimu di tanganku, Nang!
Mas Ganang : Tuhanmu! Seperti kamu, kalau bicara di bolak-balik! Mulut
Tuhanmu sering menipu seperti mulutmu!
91
Jalu : Dulu memang kita teman dekat.tetapi sekarang harus berpisah
memilih jalan masing-masing!
Mas Ganang : Bukan maksudku kalau kita harus berpisah, karena kamu sudah
menjadi bajingan yang tidak pernah kenyang! Aku memilih
hidup di hutan leluhur yang suasananya membuat kesan yang
sehat dan tidak rakus.
Jalu : Tidak peduli! Hiyyaattt…!!
Jalu dan Mas Ganang siap-siap bertarung di bawah pohon jambu air. Jalu
menghajar Mas Ganang. Tetai Mas Ganang selalu menghindar. Mas Ganang
membalas Jalu, terkena matanya. Jalu memukul pelipis Mas Ganang, tetapi
tidak mempan. Mas Ganang balas memukul, terkena hidung Jalu hingga
tumbang! Jalu berdiri lagi, mengeluarkan pedang, lalu menghunuskan pedang
berulang kali sampai kalap. Badan Mas Ganang tercacah-cacah, tetapi Mas
Ganang hanya diam. Jalu heran.
Mekanisme Pertahanan Ego berupa penebusan dilakukan oleh Mas
Ganang demi menbus kesalahannya masa lalu yang pernah menjadi seorang
bajingan yang hanya mementingkan diri sendiri.
Kutipan :
Mas Ganang : Wis entek kabeh. Cen wis titi-wancine aku ya kudu mati nang
tanganku dhewe. Aku wis ra kuwawa dadi menungsa sing njagani
bandh donya. Aku wis seneng isa urip kanthi sembada, kanthi
rumangsa lan legawa. Mbah Leak , warisan lan pesenmu wis
takjaga lan tak ugemi kanthi setya lan tresna. Takakoni, aku biyen
bajingan, kecu wong edan blegedhengan ra enak dipangan. Nek ra
ketemu kowe, embuh uripku tekan endi saiki. Tujuane aku
mboktemu, mbok openi, mbok-ajari silat! Kabeh kanca-kancaku
mbokkukub, diangkat dadi muridmu!
“Nimas indhak-indhik saka wit jambu air, tansah gumun ndeleng Mas
Ganang sing ngomyang dhewe nyekeli pedhang.”
Aku ngerti, kuwi kabeh nom-noman dha mandheg anggone
mbajing! Nganti tekan sawijining dina kabeh murid-muridmu
mbokjak ngrampog omahe wong sugih dhewe sakutha! Nanging
kabeh muridmu disumpah ora arep mbaleni tumindak ala maneh
lebar ngerampog gedhen-gedhenan! Kabeh bandha rampogan
dudum kanthi setiti ngati-ati. Banjur kabeh mbok kon lunga
nglakoni uripe dhewe-dhewe.
92
“Satri ngerti-ngerti njedhul saka mburine Mas Ganang sing ngomyang karo
mlaku-mlaku dhewe. Satri thimik-thimik sajak gumun. Cepet-cepet Nimas
nggandheng lan ndekep cangkeme Satri, dijak ndelik ing mburi wit.”
Pancen bener, wong srakah ki ana tenan. Kabeh kepingin diduweni,
kabeh pengin dikuwasani, kabeh kon manut karepe dheknen!
Nanging satemene aku ngerti, yen omah sing dirampog kae biyen
ora liya omahmu dhewe! Aku ngerti kowe ngapusi, nek kandhamu
kuwi omahe Kajine Dharmawan, kaji sing nyambi nggali! Wis, aja
khawatir Mbah. Bandha-donyamu bakal migunani tumrap wong
akeh. Sithik-sihik wis dienggo nyekolahke kabeh cah-cah ndesa
kene, lan isa nggo mbangun kreteg, koperasi, lan bale desa. Saiki
aku sing isih urip. Lan sawise mateni kanca-kancaku kabeh,
bandha-donyamu bakal tak wakafke kabeh dienggo warga desa.
Aku wis ora guna urip. Apa pancen kudu kaya ngene uripku…?
“pawongan wadon njedul dumadakan, lan weruh Mas Ganang sing lagi arep
nusukke pedhang . Pawongan wadon mau gage mlayu nggondheli tangane
Mas Ganang. Lan nyebut jenenge Mas Ganang kanthi seru. Ora lidok,
pawongan wadon mau jenenge Clara!
Mbak Clara : Ganang ….!
(Ora Isa Mati halaman 261)
Terjemahan :
Mas Ganang : Semuanya sudah habis. Memang sudah saatnya aku juga harus
mati ditangaku sendiri. Aku sudah tak sanggup jadi manusia yang
mengandalkan harta dunia. Aku sudah senang bisa hidup dengan
mampu, dengan merasa dan ikhlas. Mbah Leak, warisan dan
pesanmu sudah aku jaga, ku jaga dengan setia dan cinta. Aku akui,
aku dulu bajingan, pembohong orang gila segala yang tak baik
dimakan. Kalau tidak bertemu kamu, tak tahu hidupku sampai mana
sekarang. Tujuanny kau menemukanku, kamu hidupi, kamu ajari
silat! Semua teman-temanku kamu ambil untuk diangkat menadi
murid.
“Nimas perlahan-lahan dari pohon jambu air, terheran-heran melihat Mas
Ganang yang bicara sendiri memegang pedang.”
Aku mengerti, itu semua biar semua pemuda berhenti menjadi
bajingan! Sampai suatu hari murid-muridmu kau ajak merampok
rumah orang terkaya se kota! Tapi semua muridmu disumpah tidak
akan mengulangi perilaku yang tercela lagi setelah merampok
besar-besaran! Semua harta rampokan dibagi adil, ditimbang
dengan teliti hati-hati. Lalu semua kau suruh pergi menjalani
hidupnya sendiri-sendiri.
93
“Satri tiba-tiba muncul dari belakang Mas Ganang yang berbicara sambil
jalan-jalan sendiri. Satri mengendap-endap terlihat heran. Cepat-cepat Nimas
menggandeng dan menutup mulut Satri, diajak bersembunyi di belakang
pohon.”
Memang benar, orang serakah itu ada. Semua ingin dimiliki., semua
ingin dikuasai, semua dusuruh hormat padanya! Tapi sebenarnya
aku mengerti, kalau rumah yang dirampok itu dulu ta lain adalah
rumahmu sendiri! Aku ngerti kamu berbohong, kalau katamu, rmah
itu rumah Haji Dharmawan, Haji yang sambilannya menjadi
preman! Sudah, jangan khawatir mbah. Harta duniamu akan
berguna untuk orang banyak. Sedikit demi sdikit sudah dibuat untuk
menyekolahkan anak-anak desa ini, dan bisa dibuat untuk
membangun jembatan, koperasi dan balai desa. Aku sudah tidak
berguna hidup. Apa memang harus seperti ini hidupku…?
“Seorang wanita mendadak muncul, dan tahu Mas Ganang yang akan
menghunuskan pedang. Wanita itu bergegas lari memegang tangan Mas
Ganang. Dan menyebut nama Mas Ganang dengan keras. Tidak lain, wanita
itu bernama Mbak Clara!”
Mbak Clara : Ganang …!
5. Sublimasi
a. Mbak Susi
Sublimasi terjadi jika tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial
menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya adalah bentuk
pengalihan. Hal itu terjadi pada adagen Mbak Susi yang merasa Horni kepada
Adin dan ia mengalihkan perasaan tersebut dengan hanya mencubit gemas
Adin dan mengajak Adin segera pergi dari tempat dimana momen itu terjadi.
Kutipan :
Adin : Ora, Mbak. Tur nek ning dalan ora aneh-aneh hlo, Mbak.
Mbak Susi : Ora… paling ming njiwit-njiwit sithik kok. (bisik-bisik dhewe)
bocah kok marai horni…?
94
Adin : Apa, Mbak?
Mbak Susi : Horniii…
Adin : Horni ki apa ta, Mbak?
Mbak Susi : Ora pa-pa. yuk, cepet! Mengko tak jelaske nang ndhuwur jok
mobil.
Mbak Susi menyat lan nggandheng tangane Adin. Ing dalan pethukan karo
Gus Pam. (Ora Isa Mati halaman 222)
Terjemahan :
Adin : Tidak, Mbak. Juga kalau dijalan jangan aneh-aneh hlo, Mbak.
Mbak Susi : Tidak, mungkin cuma cubit-cubit dikit kok (berbisik sendiri)
anak kok bikin horny…?
Adin : Apa, Mbak?
Mbak Susi : Horny …
Adin : Horny itu apa mbak?
Mbak Susi : Nggak apa-apa, yuk cepat! Nanti aku jelasin di kursi mobil.
Mbak susi pergi dan menggandeng tangan Adin. Dijalan bertemu Gus Pam.
6. Rasionalisasi
a. Maya
Mekanisme ini bekerja setelah adanya perilaku dari Tony yang tidak dapat
diterima oleh ego Maya. Perilaku yang dimaksud adalah keinginan Tony
untuk berhubungan intim dengan Maya saat Maya sedang merasa kelelahan.
Dalam hal ini motif nyata Maya adalah harus melayani suaminya dan
menuruti apa yang suaminya inginkan. Tapi suara hatinya mengatakan kalau
95
alasannya demikian, seharusnya ia tetap beristirahat dan bersantai saja.
Selanjutnya ego Maya tersebut mengatakan bahwa ia harus mencari motif
pengganti, yaitu : Selama ini, ia adalah istri yang baik dan selalu menuruti apa
yang suaminya inginkan, dan apabila ia tak menuruti apa yang suamiya
inginkan, maka ada hukuman yang mungkin akan ia terima.
Kutipan :
Maya nyedhaki Tony karo jowal-jawil.
Tony : Hlo, hlo! Jare mau kesel? Jare bar asah-asah sagunung.
Maya : Mau mau, saiki saiki, Mas. Anu, Mas…, tenane aku ki wedi je.
Tony : Wedi apa?
Maya : Wedi nek dikutuk malaikat, Mas.
Tony : Halahhh…, senenge kudu manut karepe.
Maya : Mengko nek aku dikutuk Malaikat, kowe ra mesakke pa?
Tony : Walahh, jyaann. Piye maneh ki…? Yoooo …
Tony ngadeg, mbopong Maya mlebu kamar. Cah loro padha guyon gumuyu
cekikikan sasenenge dhewe. (Ora Isa Mati halaman 200)
Terjemahan :
Maya mendekati Tony sambil menyentuh Tony.
Tony : Lho, lho! Katanya tadi capek? Katanya habis cuci-cuci segunung.
Maya : Tadi ya tadi, sekarang ya sekarang, Mas. Anu, Mas…. Sebenarnya
aku ini takut.
Tony : Takut apa?
Maya : Takut kalau dikutuk malaikat, Mas.
Tony : Halaahhh… sukanya harus patuh kemauannya.
Maya : Nanti kalau aku dikutuk malaikat, kamu nggak kasihan?
Tony : Walahh, jyaan. Bagaimana lagi ini…? Yoooo ….
Tony berdiri dan menggandong Maya masuk kamar. Mereka berdua bercanda
semaunya sendiri.
b. Genjik
Mekanisme ini bekerja pada Genjik. Saat ia merasa teman-temannya gagal
membunuh Mas Ganang, Genjik datang dengan perasaan dendam dan amarah
kepada Mas Ganang. Genjik menyalahkan Mas Ganang karena telah
mengambil begitu banyak harta warisan Mbah Leak. Genjik merasa kecewa
96
karena ia telah gagal mendapatkan harta yang banyak. Padahal seharusnya, ia
dapat menikmati hasil warisan yang telah dibagi sama rata.
Kutipan :
Genjik : Mesthine kowe ngerti ngapa aku marani kowe, Nang.
Mas Ganang : Yaaa…
Genjik : kabeh wis mati ning tanganmu! Nanging Genjik ora gelem
kalah karo kowe!
Mas Ganang : Aku ra mateni. Nanging padha paten-patenan dhewe.
Genjik : Rasah Selah, Jingan…!
Pawongan aran Genjik ngantem Mas Ganang, nanging isa diendhani, banjur
gelut lan antem-anteman. Mas Ganang sadhar yen dheweke kerengan ing
tengah kampong sing lagi sepi, banjur dheweke ngendheg kerengane. Pas
posisine arep ngantem Genjik. (Ora Isa Mati halaman 203)
Terjemahan :
Genjik : Seharusnya kamu mengerti kenapa aku datang sama kamu,
Nang.
Mas Ganang : Yaaa…
Genjik : Semua sudah mati di tanganmu! Tapi Genjik nggak mau kalah
sama kamu!
Mas Ganang : Aku nggak membunuh. Tapi mereka saling bunuh sendiri.
Genjik : Nggak usah mengelak, bajingan …!
Orang yang dipanggil Genjik memukul Mas Ganang, tapi bisa di tepis, lalu
bertengkar dan saling serang fisik. Mas Ganang sadar jika ia bertengkar
ditengah kampong yang sedang sepi, lalu dia menghentikan pertengkarannya.
Saat ia akan menghantam Genjik.
c. Mbak Susi
Rasionalisasi terjadi ketika motif nyata Mas Kuncroro tidak dapat diterima
oleh ego. Motif nyata tersebut digantikan oleh motif pengganti dengan tujuan
lain. Melalui cerita Mbak Susi, Mas Kuncoro menjalin hubungan dengannya
dan mengakhirinya karena pertanyaan Mbak Susi tentang masalah cinta dan
hidup. Dalam hal ini motif nyata Mas Kuncoro adalah harus meninggalkan
Mbak Susi karena takut jika tetap hidup dengan Mbak Susi, ia akan terkekang
97
hidupnya. Namun hatinya bekata lain, yakni selalu memberikan jawaban-
jawaban aneh atau tidak berkata langsung untuk berpisah agar ia tidak
berpisah dengan Mbak Susi. Selanjutnya, ego Mas Kuncoro mengatakan
bahwa ia harus mencari motif pengganti, yaitu : Hidup Mas Kuncoro hanya
untuk mengabdi dengan ilmu pengetahun. Rasionalisasi tersebut lebih dapat
diterima daripada alasannya bahwa ia tak mau terkekang.
Kutipan :
Mbak Susi : Mas Kuncoro? (ngunjal ambegan) wah, piye ya kae ki?
Adin : piye ta mbak? Ketoke Mas Kun kae pinter lan apikan ta?
Mbak Susi : Ha ya justru pinter kuwi, Din, sing marai ra sida kawin ki. Ha
nek tak takoni masalah cinta ro urip ki, jawabane aneh. Aku ki
sok bingung je tekan saiki.
Adin : ha piye ta mbak?
Mbak Susi : Jare uripe ki dienggo mengabdi ro ilmu pengetahuan. Dadi,
khawatir terkekang nek kawin ro aku. Padahal asline tetep bebas
lho, Din, nek nikah ro aku ki. Pokoke : Angger ra selingkuh!
(Ora Isa Mati halaman 205)
Terjemahan :
Mbak Susi : Mas Kuncoro? (mengambil nafas) wah bagaimana ya itu?
Adin : Bagaimana sih mbak? Sepertinya Mas Kun itu pintar dan baik
kan?
Mbak Susi : Ha ya justru pintar itu, Din, yang bikin nggak jadi nikah. Ha
kalau aku tanyain masalah cinta dan hidup, jawabannya aneh.
Aku biasanya bingung sampai sekarang.
Adin : Ha bagaimana sih mbak?
Mbak Susi : Katanya hidup itu dibuat untuk mengabdi sama ilmu
pengetahuan. Jadi, khawatir terkekang jika menikah sama aku.
Padahal sebenarnya tetap bebas lho, Din, kalau nikah sama aku.
Asalkan nggak selingkuh.
d. Satri
Satri masih mengharapkan Nimas, itu adalah motif nyata dari Adegan 1ni.
Namun suara hatinya mengatakan bahwa Nimas tak lagi menyukainya karena
telah menemukan pengganti Satri. Ego satri mengatakan bahwa ia harus
mencari motif pengganti selain hanya mengharapkan kehadiran Nimas
98
kembali, yaitu : Ia mempercayai apa yang Mas Ganang katakana kepadanya
bahwa Nimas sebenarnya menyukai Satri dan Mas Ganang meyakinkannya
hingga Satri akhirnya mengharap restu dari Mas Ganang daripada nanti ia
harus menyesali kehilangan Nimas jatuh ke pelukan orang lain.
Kutipan :
Mas Ganang : Eh Tri. Sik ta, tak kandani ya, Nimas ki seneng kowe asline.
Matane ora isa dicolong hlo.
Satri : walah mboten, Mas. Nyatane malah lih Marwan kok.
Mas Ganang : Percaya ro aku. Ja nganti ilang! Engko gela hlo.
Satri : njih, pangestune Mas. Manga …
Mas Ganang : Yaaa… ati-ati.
Satri : njih, Mas.
Mas Ganang ro Satri bablas mlaku. Let sedhela Nimas liwat, katon keusu-
susu. Satri mlayu nututi Nimas karo undang-undang.
Satri : Dhik Nimas…! Dhik … ! aku arep ngomong dhilit, Dhik
Nim … (Ora Isa Mati halaman 219)
Terjemahan :
Mas Ganang : Eh Tri. Sebentar dong. Aku beri tahu ya, Nimas itu
sebenarnya suka kamu. Matanya tidak dapat dicuri lho.
Satri : Walah enggak mas. Buktinya malah sama Marwan kok.
Mas Ganang : Percaya sama aku. Jangan sampai hilang! Nanti menyesal
lho.
Satri : Iya, restunya ya Mas, mari …
Mas Ganang : Yaaa… hati-hati.
Satri : Iya mas …
Mas Ganang dan Satri lanjut berjalan. Selang beberapa waktu Nimas lewat,
seperti terburu-buru. Satri berlari mengejar Nimas sambil memanggil-manggil.
Satri : Dik Nimas…! Dik …! Aku mau bicara sebentar, Dik Nim
…
7. Reaksi
a. Satri
Bentuk pertahanan ego reaksi bekerja pada Satri. Manifestasi kepedulian
Satri terhadap Nimas merupakan upaya menutupi perasaan tak ingin
99
kehilangannya. Satri dapat melakukan tindakan yang kurang baik terhadap
Marwan karena adanya perasaan cemburu karena Nimas yang pernah terlihat
dekat dengan Marwan. Ia boleh jadi merepresikan implusnya yang berakhir
pada bentuk kasih sayang dan perhatian juga pertanyaan-pertanyaan yang ia
ajukan kepada Nimas yang dimana Satri sendiri tidak memahami makna
perhatian terhadap lawan jenisnya.
Kutipan :
Satri : Asline kowe ro Marwan ki pacaran ra ta?
Nimas : Ngapa ta, Mas?
Satri : Ora pa-pa…
Nimas : Cemburu pa?
Satri : Ora, nek pacaran tenan, Marwan arep tak antemi.
Nimas : Hlo! Hla ngapa, Mas?
Satri : Jare wis wani mboncengke kowe barang, Dhik? Bocahe ki nek
liwat ngarepku njuk sajak kemaki kae hlo.
Nimas : Kowe ki piye ta, Mas? Ha trus sapa neh sing ngeterke aku nek ra
Marwan? Kae ki rak tukang ojeg ta, Mas…?
Satri : Wo…! Tiwas arep taktempiling endhase. Mbok suk neh njaluk
tulung aku ta, Dhik.
Nimas : Aku ki gah ngrepoti kowe, Mas.
Satri : Hla ngapa ta Dhik, kok saiki berubah? Mbok ra sah isin-isin nek ro
aku.
Nimas : Mas… aku ki ra isin. Ming ra penak nek ngganggu Mas Satri lagi
uthak-uthik, lagi merenung, lagi nglamun, lagi sibuk dhewe, lagi
ngrancang werna-werna. Kuwi, Mas. Intine Mas Satri sing ra tau
ngerti wayah! Ming dienggo Mas Satri dhewe!
Satri : O… ngono ta, Dhik? (Ora Isa Mati halaman 247)
Terjemahan :
Satri : Sebenarnya kamu sama Marwan itu pacaran nggak sih?
Nimas : Kenapa sih, Mas?
Satri : Nggak apa-apa…
Nimas : Cemburu ya?
Satri : Enggak, kalau pacaran beneran, Marwan mau aku pukuli.
Nimas : Lho! Lha kenapa, Mas?
Satri : Katanya sudah berani membonceng kamu juga, Dik? Anaknya
kalau lewat didepanku sepertinya sombong gitu.
Nimas : Kamu itu gimana sih, Mas? Lalu siapa yang nganter aku kalau
bukan Marwan? Dia itu bukannya ojeg ya, Mas?
100
Satri : Wo…! Terlanjur mau aku pukul kepalanya. Lain kali minta tolong
aku aja, Dik.
Nimas : Aku ini nggak mau ngrepotin kamu, Mas.
Satri : Lha kenapa sih Dik, kok sekarang berubah? Jangan malu-malu
kalau sama aku.
Nimas : Mas… aku ini nggak malu. Tapi nggak enak kalau mengganggu
Mas Satri lagi.