bab ii revisi
DESCRIPTION
hghhjghghTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Efektif
2.1.1 Definisi
Komunikasi adalah proses mengirimkan berita diantara pihak-pihak yang
saling berhubungan sehingga dari padanya diperoleh pemahaman tentang apa
yang dimaksud satu sama lain (Iman & Siswandi, 2007:151). Di dalam organisasi
bisnis maupun non bisnis komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa
adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan
aktivitasnya. Setiap orang yang berada dalam organisasi tidak dapat
menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh pihak lain. Melalui komunikasi berbagai pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan
efisien Oleh karena itu komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (Liliweri, 2007).
2.1.2 Hambatan Komunikasi
Komunikasi secara efektif adalah layaknya menegosiasikan jalannya
hambatan. Ada hambatan dalam diri kita, yang disebut filter komunikasi, yang
menyaring informasi pesan; filter itu membatasi pemahaman kita dan dengan
demikian bagaimana kita berkomunikasi secara efektif. Ada hambatan-hambatan
dalam lingkungan eksternal yang dapat menggagalkan komunikasi. Dan ada
ketidak sesuaian antara diri kita dan komunikator lain yang dapat mengarah pada
kesalah pahaman dan bahkan konflik (Yusuf, Pawit M. 2010).
3
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga jika tidak ditanggapi dan
disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-
sia karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya
penyimpangan (Yusuf, Pawit M. 2010).
Hambatan-hambatan tersebut bisa datang dari berbagai pihak ; dari pihak
konunikan, audiens, atau sasaran pada umumnya. Bahkan komponen saluran pun
bisa menghambat kelancaran komunikasi. Artinya, semua komponen komunikasi
bisa berpeluang mempengaruhi keberhasilan instruksional, terutama apabila salah
satu atau beberapa syarat yang seyogianya dipenuhi, tidak ada atau tidak lengkap
(Yusuf, Pawit M. 2010).
Hal yang tidak bisa dianggap tidak penting ialah hambatan-hambatan yang
terjadi pada pihak sasaran atau audiens karena pihak inilah yang menjadi tujuan
akhir dari seluruh tindakan komunikasi. Bahkan menurut Cowley (1982),
hambatan-hambatan pada pihak sasaran ini menduduki tingkat yang lebih besar
kemungkinannya. Sambuatan dan persepsi sasaran terhadap pesan (informasi)
yang disampaikan oleh komunikator bisa ditafsirkan salah karena hal ini banyak
berkaitan dengan masalah kepribadian pihak sasaran itu sendiri, termasuk
pengalaman dan kondisinya pada saat proses penerimaan pesan (informasi)
berlangsung(Yusuf, Pawit M. 2010).
Berikut adalah uraian selengkapnya tentang faktor-faktor yang
memengaruhi kegiatan sekaligus bisa memengaruhi capaian tujuan komunikasi,
selanjutnya hambatan-hambatan pada saluran komunikasi, dan akhirnya hambatan
yang mungkin terjadi pada pihak sasaran.
4
1.Hambatan pada sumber
Seorang komunikator adalah seorang pemimpin, manajer, dan organisator,
setidaknya pemimpin dalam pengelolaan informasi yang sedang disampaikannya
kepada orang lain. Tanpa dikelola dengan baik, sistematis, dan terencana,
informasi yang dikemukakannya tidak bisa diterima dengan efektif oleh pihak
sasaran (Yusuf, Pawit M. 2010).
2. Hambatan pada saluran
Hambatan pada saluran terjadi karena adanya ketidak beresan pada saluran
komunikasi. Hal ini juga dikatakan sebagai hambatan media karena media berarti
alat untuk menyampaikan pesan. Gangguan-gangguan seperti ini disebut noise.
Kabel telepon terputus, suara radio tidak jelas, tulisan tak jelas, suara tidak jelas,
gambar pada televisi tidak jelas, dan sejenisnya, itu semua menunjukkan
ketidakberesan saluran komunikasi atau media tadi. (Yusuf, Pawit M. 2010).
Hambatan-hambatan teknis seperti tersebut biasanya di luar kemapuan
komunikator. Tugas komunikator atau dalam hal ini yang penting adalah
persiapannya dalam menentukan atau memilih media yang digunakannya (Yusuf,
Pawit M. 2010).
3. Hambatan pada komunikan/sasaran
Sasaran adalah manusia dengan segala keunikannya, baik, dilihat dari
kacamata fisiologi maupun lebih-lebih lagi kacamata psikologi. Yang pertama
banyak berkaitan dengan masalah-masalah fisik dengan segala jenis kebutuhan
biologisnya seperti kondisi indra, lapar, kurang istirahat, dan haus. Sedangkan
yang kedua banyak berhubungan dengan masalah kejiwaan seperti kemampuan
dan kecerdasan, minat dan bakat, motivasi dan perhatian, sensasi dan persepsi,
5
ingatan, retensi, dan lupa, kemampuan mentransfer dan berfikir kognitif(Yusuf,
Pawit M. 2010).
4. Hambatan teknologis dan illiteracy
Yang dimaksud dengan hambatan teknologis adalah semua hambatan yang
secara sistem terjadi akibat dari unsur human error akibat illiteracy ini sekarang
banyak menimpa siapapun yang tidak siap dengan kehadiran teknologi informasi
dan komunikasi(Yusuf, Pawit M. 2010).
Hambatan yang paling dominan yang dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat kita akan penguasaan teknologi dan hasil-hasilnya adalah masalah
kesenjangan digital. Saat ini banyak sekali orang yang mengetahui jenis dan
ragam dari produk teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi,
namun tidak banyak dari mereka yang bisa menggunakannya dengan baik dan
benar(Yusuf, Pawit M. 2010).
Selain itu ada beberapa hambatan komunikasi yang sering dijumpai dalam
proses berkomunikasi secara umum, yaitu :
1. Kecenderungan untuk meloncat ke kesimpulan : Terlalu cepat
menyimpulkan suatu informasi yang belum diketahui kejelasannya.
2. Prasangka : Pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri
3. Tidak perhatian
4. Asumsi : Dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir
karena dianggap benar;
5. Streotip : Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan
prasangka yang subjektif dan tidak tepat
6
6. Generalisasi : Perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada
yang sebenarnya
7. Berfikir kita sudah tahu sebelum komunikator menyampaikan informasi
8. Kelemahan atau kekurangan yang menghalangi kita melihat atau
mendengar pendapat orang lain
9. Keterampilan mendengarkan yang buruk
10. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan keyakinan kita.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk
dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak
dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya(Yusuf, Pawit M.
2010).
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi
kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan
gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam
penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan
7
salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi,
kedelai menjadi keledai dan lain-lain(Yusuf, Pawit M. 2010).
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan
yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti
yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan
persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya(Yusuf,
Pawit M. 2010).
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan,
agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras,
dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti
berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia
artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis
makanan berupa sup(Yusuf, Pawit M. 2010).
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan,
suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas(Yusuf, Pawit M. 2010).
6. Poor choice of communication channels
Yaitu gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya
sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul,
gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat
8
sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas(Yusuf,
Pawit M. 2010).
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada
receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi
adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer
menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam
penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau
respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer(Yusuf,
Pawit M. 2010).
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi
hambatan internal dan hambatan eksternal , yaitu:
1. Hambatan internal :
Hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik
dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka
ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik(Yusuf,
Pawit M. 2010).
2. Hambatan eksternal :
Hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan
sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya,
perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
9
Ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback)
setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan
lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan
penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar(Yusuf, Pawit M. 2010).
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar
belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan
memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi(Yusuf, Pawit M. 2010).
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face)
Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena
sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa
non verbal. Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat diluar
bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna(Yusuf, Pawit M. 2010).
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
Kosakata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami
jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan
pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak
kalimat membuat pesan sulit dimengerti(Yusuf, Pawit M. 2010).
Bagaimanapun pasti terdapat cara untuk mengurangi atau mengatasi
hambatan komunikasi, yaitu seperti menjauhi suara gaduh dan pusatkan perhatian
kita hanya untuk orang lain untuk mengatasi hambatan-hambatan semacam itu.
10
Atau kita dapat juga pindah ke tempat yang lebih tenang atau yang terhindar dari
segala macam gangguan. Pusatkan perhatian kita dengan mendengarkan secara
seksama dan menjelaskan secara mental poin-poin yang akan dikatakan(Yusuf,
Pawit M. 2010).
2.2 Persepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,
maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya
(Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan
mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang
bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian
besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang
tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau
mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu, dapat
bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-
mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula
proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat
"gambaran psikis".
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
1) Gangguan Otak
Kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik
2) Gangguan jiwa
11
a) Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi
b) Psikosa dapat menyebabkan halusinasi
3) Pengaruh lingkungan sosiobudaya
Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda.
2.3 Sensasi
Sensasi adalah proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam
penerimaan informasi sedangkan persepsi adalah proses memberi makna pada
sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain
persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian
verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan
kegiatan alat indera termasuk kedalam sensasi. Sedangkan suatu proses aktif
timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor
internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang
lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut termasuk kedalam persepsi.
Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau
disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna
merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi. Hubungan sensasi dengan
persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Tetapi didalam
prosesnya sensasi dan presepsi berbeda, kalau sensas peneriamaan stimulus lewat
inderasedangkan persepsi yaitu menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka
dalam mempersepsi dan memsesasikan sesuatu stimulus, hasil persepsi dan
12
sensasi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.karena
persepsi dan sensasi bersifat individual.contohnya pada perbeadaan kapasitas alat
indera menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan atau jodoh,
mendengarkan musik, atau memutar radio. Yang lebih jelasnya, sensasi
mempengaruhi persepsi, jadi keduanya saling berhubungan satu sama lain.
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan
informasi. Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kaca
latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Secara lebih
luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang
dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa nikmatnya
sebatang coklat.sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek
kesadaran puncak yang privat dan spontan.
Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan sensasi
sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian
verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan
kegiatan alat indra.
Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari
lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas
fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh
pengetahuan dan semua kemapuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa
alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan,
karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas ( Lefrancois, 1974,
dalam rahmat, 1994 ).
13
Sensasi dan persepsi dalam komunikasi interpersonal
Seseorang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan
menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi inilah yang sering kita
sebut komunikasi intrapersonal, yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan
berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli, sedangkan persepsi ialah
proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan
baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori
adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah
mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberi
respons (Rakhmat, 2005).
2.4 Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi,
kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar
hubungan interpersonalnya. Jadi, ketika kita berkomunikasi, kita tidak hanya
menentukan content melainkan juga relationship (Andi, dkk, 2010).
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya;
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan (Andi, dkk, 2010).
A. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal(Rakhmat,
1986), yaitu:
14
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori
ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut
cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang
diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek
tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan
naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
15
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus
dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi,dan pelaksanaan
peranan.
B. Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal (Andi, dkk, 2010),
yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase
kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Apabila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,
keadaan keluarga dan sebagainya. Informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat (Berger, 1979).
16
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban
merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. (Andi, dkk, 2010).
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak
sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah
kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua
orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,
siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah
yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon.
Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan
misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan
dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan
yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-
sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan
respon yang tidak tepat (Andi, dkk, 2010).
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah
keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun
17
mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang
berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak
akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi (Andi, dkk, 2010).
3. Pemutusan Hubungan
Ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila
tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut. (Berger, 1979)
18