bab ii revisi

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Efektif 2.1.1 Definisi Komunikasi adalah proses mengirimkan berita diantara pihak-pihak yang saling berhubungan sehingga dari padanya diperoleh pemahaman tentang apa yang dimaksud satu sama lain (Iman & Siswandi, 2007:151). Di dalam organisasi bisnis maupun non bisnis komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada dalam organisasi tidak dapat menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh pihak lain. Melalui komunikasi berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan efisien Oleh karena itu komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (Liliweri, 2007). 3

Upload: lidiaborgesximenesgarcia

Post on 07-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hghhjghgh

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Efektif

2.1.1 Definisi

Komunikasi adalah proses mengirimkan berita diantara pihak-pihak yang

saling berhubungan sehingga dari padanya diperoleh pemahaman tentang apa

yang dimaksud satu sama lain (Iman & Siswandi, 2007:151). Di dalam organisasi

bisnis maupun non bisnis komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa

adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan

aktivitasnya. Setiap orang yang berada dalam organisasi tidak dapat

menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan kebutuhannya dapat

dipenuhi oleh pihak lain. Melalui komunikasi berbagai pihak yang terlibat

langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan

efisien Oleh karena itu komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (Liliweri, 2007).

2.1.2 Hambatan Komunikasi

Komunikasi secara efektif adalah layaknya menegosiasikan jalannya

hambatan. Ada hambatan dalam diri kita, yang disebut filter komunikasi, yang

menyaring informasi pesan; filter itu membatasi pemahaman kita dan dengan

demikian bagaimana kita berkomunikasi secara efektif. Ada hambatan-hambatan

dalam lingkungan eksternal yang dapat menggagalkan komunikasi. Dan ada

ketidak sesuaian antara diri kita dan komunikator lain yang dapat mengarah pada

kesalah pahaman dan bahkan konflik (Yusuf, Pawit M. 2010).

3

Page 2: BAB II Revisi

Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu

kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga jika tidak ditanggapi dan

disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-

sia karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya

penyimpangan (Yusuf, Pawit M. 2010).

Hambatan-hambatan tersebut bisa datang dari berbagai pihak ; dari pihak

konunikan, audiens, atau sasaran pada umumnya. Bahkan komponen saluran pun

bisa menghambat kelancaran komunikasi. Artinya, semua komponen komunikasi

bisa berpeluang mempengaruhi keberhasilan instruksional, terutama apabila salah

satu atau beberapa syarat yang seyogianya dipenuhi, tidak ada atau tidak lengkap

(Yusuf, Pawit M. 2010).

Hal yang tidak bisa dianggap tidak penting ialah hambatan-hambatan yang

terjadi pada pihak sasaran atau audiens karena pihak inilah yang menjadi tujuan

akhir dari seluruh tindakan komunikasi. Bahkan menurut Cowley (1982),

hambatan-hambatan pada pihak sasaran ini menduduki tingkat yang lebih besar

kemungkinannya. Sambuatan dan persepsi sasaran terhadap pesan (informasi)

yang disampaikan oleh komunikator bisa ditafsirkan salah karena hal ini banyak

berkaitan dengan masalah kepribadian pihak sasaran itu sendiri, termasuk

pengalaman dan kondisinya pada saat proses penerimaan pesan (informasi)

berlangsung(Yusuf, Pawit M. 2010).

Berikut adalah uraian selengkapnya tentang faktor-faktor yang

memengaruhi kegiatan sekaligus bisa memengaruhi capaian tujuan komunikasi,

selanjutnya hambatan-hambatan pada saluran komunikasi, dan akhirnya hambatan

yang mungkin terjadi pada pihak sasaran.

4

Page 3: BAB II Revisi

1.Hambatan pada sumber

Seorang komunikator adalah seorang pemimpin, manajer, dan organisator,

setidaknya pemimpin dalam pengelolaan informasi yang sedang disampaikannya

kepada orang lain. Tanpa dikelola dengan baik, sistematis, dan terencana,

informasi yang dikemukakannya tidak bisa diterima dengan efektif oleh pihak

sasaran (Yusuf, Pawit M. 2010).

2. Hambatan pada saluran

Hambatan pada saluran terjadi karena adanya ketidak beresan pada saluran

komunikasi. Hal ini juga dikatakan sebagai hambatan media karena media berarti

alat untuk menyampaikan pesan. Gangguan-gangguan seperti ini disebut noise.

Kabel telepon terputus, suara radio tidak jelas, tulisan tak jelas, suara tidak jelas,

gambar pada televisi tidak jelas, dan sejenisnya, itu semua menunjukkan

ketidakberesan saluran komunikasi atau media tadi. (Yusuf, Pawit M. 2010).

Hambatan-hambatan teknis seperti tersebut biasanya di luar kemapuan

komunikator. Tugas komunikator atau dalam hal ini yang penting adalah

persiapannya dalam menentukan atau memilih media yang digunakannya (Yusuf,

Pawit M. 2010).

3. Hambatan pada komunikan/sasaran

Sasaran adalah manusia dengan segala keunikannya, baik, dilihat dari

kacamata fisiologi maupun lebih-lebih lagi kacamata psikologi. Yang pertama

banyak berkaitan dengan masalah-masalah fisik dengan segala jenis kebutuhan

biologisnya seperti kondisi indra, lapar, kurang istirahat, dan haus. Sedangkan

yang kedua banyak berhubungan dengan masalah kejiwaan seperti kemampuan

dan kecerdasan, minat dan bakat, motivasi dan perhatian, sensasi dan persepsi,

5

Page 4: BAB II Revisi

ingatan, retensi, dan lupa, kemampuan mentransfer dan berfikir kognitif(Yusuf,

Pawit M. 2010).

4. Hambatan teknologis dan illiteracy

Yang dimaksud dengan hambatan teknologis adalah semua hambatan yang

secara sistem terjadi akibat dari unsur human error akibat illiteracy ini sekarang

banyak menimpa siapapun yang tidak siap dengan kehadiran teknologi informasi

dan komunikasi(Yusuf, Pawit M. 2010).

Hambatan yang paling dominan yang dirasakan oleh sebagian besar

masyarakat kita akan penguasaan teknologi dan hasil-hasilnya adalah masalah

kesenjangan digital. Saat ini banyak sekali orang yang mengetahui jenis dan

ragam dari produk teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi,

namun tidak banyak dari mereka yang bisa menggunakannya dengan baik dan

benar(Yusuf, Pawit M. 2010).

Selain itu ada beberapa hambatan komunikasi yang sering dijumpai dalam

proses berkomunikasi secara umum, yaitu :

1. Kecenderungan untuk meloncat ke kesimpulan : Terlalu cepat

menyimpulkan suatu informasi yang belum diketahui kejelasannya.

2. Prasangka : Pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu

sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri

3. Tidak perhatian

4. Asumsi : Dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir

karena dianggap benar;

5. Streotip : Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan

prasangka yang subjektif dan tidak tepat

6

Page 5: BAB II Revisi

6. Generalisasi : Perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada

yang sebenarnya

7. Berfikir kita sudah tahu sebelum komunikator menyampaikan informasi

8. Kelemahan atau kekurangan yang menghalangi kita melihat atau

mendengar pendapat orang lain

9. Keterampilan mendengarkan yang buruk

10. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan keyakinan kita.

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang

menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah :

1. Status effect

Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap

manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk

dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak

dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya(Yusuf, Pawit M.

2010).

2. Semantic Problems

Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator

sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi

kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan

gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam

penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau

penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah

komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan

7

Page 6: BAB II Revisi

salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi,

kedelai menjadi keledai dan lain-lain(Yusuf, Pawit M. 2010).

3. Perceptual distorsion

Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan

yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti

yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan

persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya(Yusuf,

Pawit M. 2010).

4. Cultural Differences

Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan,

agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras,

dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti

berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia

artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis

makanan berupa sup(Yusuf, Pawit M. 2010).

5. Physical Distractions

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses

berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan,

suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas(Yusuf, Pawit M. 2010).

6. Poor choice of communication channels

Yaitu gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam

melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya

sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul,

gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat

8

Page 7: BAB II Revisi

sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas(Yusuf,

Pawit M. 2010).

7. No Feed back

Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada

receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi

adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer

menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam

penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau

respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer(Yusuf,

Pawit M. 2010).

Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi

hambatan internal dan hambatan eksternal , yaitu:

1. Hambatan internal :

Hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik

dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka

ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang

tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik(Yusuf,

Pawit M. 2010).

2. Hambatan eksternal :

Hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan

fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan

sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya,

perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.

9

Page 8: BAB II Revisi

Ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:

1. Gunakan umpan balik (feedback)

setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan

lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan

penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar(Yusuf, Pawit M. 2010).

2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.

Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar

belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan

memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam

berkomunikasi(Yusuf, Pawit M. 2010).

3. Gunakan komunikasi langsung (face to face)

Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena

sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa

non verbal. Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,

mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat diluar

bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna(Yusuf, Pawit M. 2010).

4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.

Kosakata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami

jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan

pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak

kalimat membuat pesan sulit dimengerti(Yusuf, Pawit M. 2010).

Bagaimanapun pasti terdapat cara untuk mengurangi atau mengatasi

hambatan komunikasi, yaitu seperti menjauhi suara gaduh dan pusatkan perhatian

kita hanya untuk orang lain untuk mengatasi hambatan-hambatan semacam itu.

10

Page 9: BAB II Revisi

Atau kita dapat juga pindah ke tempat yang lebih tenang atau yang terhindar dari

segala macam gangguan. Pusatkan perhatian kita dengan mendengarkan secara

seksama dan menjelaskan secara mental poin-poin yang akan dikatakan(Yusuf,

Pawit M. 2010).

2.2 Persepsi

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,

maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya

(Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan

mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang

bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu

menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian

besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang

tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau

mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu, dapat

bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-

mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula

proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat

"gambaran psikis".

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

1) Gangguan Otak

Kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik

2) Gangguan jiwa

11

Page 10: BAB II Revisi

a) Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi

b) Psikosa dapat menyebabkan halusinasi

3) Pengaruh lingkungan sosiobudaya

Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda.

2.3 Sensasi

Sensasi adalah proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam

penerimaan informasi sedangkan persepsi adalah proses memberi makna pada

sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain

persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.

pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian

verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan

kegiatan alat indera termasuk kedalam sensasi. Sedangkan suatu proses aktif

timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor

internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang

lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut termasuk kedalam persepsi.

Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau

disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna

merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi. Hubungan sensasi dengan

persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Tetapi didalam

prosesnya sensasi dan presepsi berbeda, kalau sensas peneriamaan stimulus lewat

inderasedangkan persepsi yaitu menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.

Kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka

dalam mempersepsi dan memsesasikan sesuatu stimulus, hasil persepsi dan

12

Page 11: BAB II Revisi

sensasi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.karena

persepsi dan sensasi bersifat individual.contohnya pada perbeadaan kapasitas alat

indera menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan atau jodoh,

mendengarkan musik, atau memutar radio. Yang lebih jelasnya, sensasi

mempengaruhi persepsi, jadi keduanya saling berhubungan satu sama lain.

Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan

informasi. Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kaca

latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Secara lebih

luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang

dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa nikmatnya

sebatang coklat.sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek

kesadaran puncak yang privat dan spontan.

Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan sensasi

sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian

verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan

kegiatan alat indra.

Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari

lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas

fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh

pengetahuan dan semua kemapuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa

alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan,

karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas ( Lefrancois, 1974,

dalam rahmat, 1994 ).

13

Page 12: BAB II Revisi

Sensasi dan persepsi dalam komunikasi interpersonal

Seseorang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan

menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi inilah yang sering kita

sebut komunikasi intrapersonal, yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan

berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli, sedangkan persepsi ialah

proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan

baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori

adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah

mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberi

respons (Rakhmat, 2005).

2.4 Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi,

kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar

hubungan interpersonalnya. Jadi, ketika kita berkomunikasi, kita tidak hanya

menentukan content melainkan juga relationship (Andi, dkk, 2010).

Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik

hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya;

makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin

efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan (Andi, dkk, 2010).

A. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal(Rakhmat,

1986), yaitu:

14

Page 13: BAB II Revisi

1. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi

dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu

untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori

ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang

mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela

memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut

cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.

Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang

diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,

penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan

yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu

hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan

keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek

tidak menyenangkan.

2. Model Peranan

Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung

sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan

naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang

baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.

3. Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.

Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem

terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama

15

Page 14: BAB II Revisi

sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan

untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem

terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus

dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi,dan pelaksanaan

peranan.

B. Tahap Hubungan Interpersonal

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal (Andi, dkk, 2010),

yaitu:

1. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti

telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase

kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap

informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali

secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Apabila mereka merasa ada

kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini

informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,

keadaan keluarga dan sebagainya. Informasi pada tahap perkenalan dapat

dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan

pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian;

e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat (Berger, 1979).

16

Page 15: BAB II Revisi

2. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.

Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan

tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat

faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)

kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban

merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. (Andi, dkk, 2010).

Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak

sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah

kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua

orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,

siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah

yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau

tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon.

Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan

misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,

permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan

dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan

yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-

sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka

hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan

respon yang tidak tepat (Andi, dkk, 2010).

Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah

keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun

17

Page 16: BAB II Revisi

mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang

berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak

akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi (Andi, dkk, 2010).

3. Pemutusan Hubungan

Ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,

yaitu:

a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan

mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang

tertentu dengan merendahkan orang lain.

b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain

sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.

c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila

tujuan bersama tidak tercapai.

d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia

ketahui menyinggung perasaan yang lain.

e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang

mereka anut. (Berger, 1979)

18