bab ii teori dan kajian pustaka a. tinjauan teorieprints.umm.ac.id/48890/3/bab ii.pdf · 1) proyek...
TRANSCRIPT
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Penjadwalan
a. Pengertian Penjadwalan
Seluruh kegiatan operasional perusahaan tidak lepas dari
penjadwalan untuk keberlangsungan proses produksi yang berhubungan
dengan sumber daya manusia, peralatan, bahan baku, fasilitas dan
ketepatan waktu produksi. Sehingga setiap aktivitas membutuhkan
penjadwalan yang tepat agar tidak terjadi kerugian waktu dan biaya.
Aktivitas yang dilakukan sehari – hari dalam perusahaan mempunyai
beberapa hal yang harus dijadwal sesuai dengan keinginan pemilik.
Penjadwalan yang dijelaskan oleh Heizer & Render (2016) aktivitas
perencanaan untuk menentukan kapan dan dimana setiap operasi sebagai
bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan pada sumber
daya yang terbatas, serta pengalokasian sumber daya pada suatu waktu
tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang ada.
Penjadwalan dapat diartikan sebagai pengalokasian sejumlah sumber daya
(resource) untuk melakukan sejumlah tugas atau operasi dalam jangka
waktu tertentu dan merupakan proses pengambilan keputusan yang
peranannya sangat penting dalam industri manufaktur dan jasa yaitu
9
10
mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada agar tujuan dan sasaran
perusahaan lebih optimal.
Penjadwalan mempunyai beberapa tujuan penting yang harus
dijadikan tolak ukur dalam setiap kegiatan. Penjadwalan berguna untuk
menentukan alur kegiatan yang ada dan untuk mengurangi tingkat
pengangguran dalam kegiatan agar tidak terdapat waktu yang terbuang
sehingga memiliki acuan yang berguna dalam hal berbagai kegiatan
bisnis yang dilakukan.
b. Jenis – Jenis Penjadwalan
Tugas penjadwalan sebagian besar adalah fungsi dari volume hasil
sistem. Sistem volume tinggi membutuhkan pendekatan yang secara
mendasar berbeda dari pendekatan yang dibutuhkan oleh bengkel kerja,
begitu juga penjadwalan proyek membutuhkan pendekatan yang
berbeda lagi. Ada 3 jenis penjadwalan menurut Stevenson & Chuong
(2014) yaitu :
1) Penjadwalan dalam Sistem Volume Tinggi
Penjadwalan meliputi pengalokasian beban kerja ke pusat
kerja tertentu dan menentukan urutan dimana operasi harus
dilakukan. Sistem volume tinggi dicirikan oleh perlengkapan dan
aktivitas terstandarisasi yang memberikan operasi sangat mirip pada
pelanggan atau produk seiring mereka melalui sistem tersebut.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran barang atau pelanggan
11
yang lancar melalui sistem untuk mencapai tingkat penggunaan
tinggi terhadap tenaga kerja dan perlengkapan. Sistem volume
tinggi sering disebut sebagai sistem aliran (flow systems).
2) Penjadwalan dalam Sistem Volume Menengah
Output sistem volume menengah berada diantara jenis output
terstandardisasi dari sistem volume tinggi dan output bengkel kerja
yang dibuat berdasarkan pesanan. Seperti dalam sistem volume
tinggi, sistem volume menengah biasanya memproduksi output
standar.
3) Penjadwalan dalam Volume Rendah
Karakteristik dari sistem volume rendah sangat berbeda dari
sistem volume tinggi dan menengah. Produk dibuat sesuai pesanan,
dan pesanan biasanya sangat berbeda dalam hal kebutuhan
pemrosesan, material yang dibutuhkan, waktu pemrosesan, serta
urutan pemrosesan dan persiapan.
2. Penjadwalan Proyek
a. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu dilakukan
untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis supaya alokasi
sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan
proyek. Secara umum, penjadwalan proyek mempunyai manfaat yaitu
12
memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-
batas waktu untuk mulai dan akhir dari setiap pekerjaan.
Penjadwalan proyek memberikan sarana untuk menilai kemajuan
pekerjaan, menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan dan
merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek. Penjadwalan
proyek yang efektif dapat menghasilkan penghematan biaya dan
peningkatan produktivitas. Selain itu, penjadwalan yang efektif dapat
menghasilkan keuntungan-keuntungan yang lain (Stevenson & Chuong,
2014).
b. Proyek
Proyek didefinisikan sebagai rangkaian tugas-tugas (kegiatan) yang
berkaitan dan diarahkan menuju output yang besar. Seringkali proyek
dalam suatu suatu waktu menjadi tantangan bagi manajer operasi. Orang-
orang berkepentingan sangat tinggi. Jutuaan bahkan milyaran biaya yang
dihabiskan karena prencanaan proyek yang sangat buruk. Penundaan yang
tidak perlu telah terjadi karena buruknya penjadwalan. Perusahaan banyak
yang bangkrut karena buruknya pengendalian.
Menurut Schwalbe (2006) dalam buku Manajemen Proyek Dimyati
& Nurjaman (2016) bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Kemudian menurut
Larson (2000) dalam buku Manajemen Proyek Dimyati & Nurjaman
13
(2016), proyek adalah kegiatan kompleks, tidak rutin, dan usaha satu
waktu yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi
kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menurut Haming & Nurnajamuddin ( 2014), jadwal disusun untuk
menjadi acuan penyelenggaraan proyek sekaligus sebagai landasan
pengawasan pelaksanaan proyek yang bersangkutan. Bentuk jadwal yang
paling awal diterapkan dalam manajemen proyek ialah Bagan Gantt (Gantt
Chart). Bagan Gantt ini memiliki bentuk sederhana dan mudah untuk
dibuat. Selain itu, juga banyak dipakai di level pelaksana proyek karena
mudah dimengerti oleh tukanh dan tukang kepala (mandor). Dibalik
kelebihannya, Bagan Gantt tidak dapat menunjukkan hubungan presidensi
aktivitas. Penyempurnaan atas Bagan Gantt dilakukan dengan mengenalkan
metode jaringan kerja (network planning). Metode jaringan kerja ini ada
dua macam, yaitu PERT diagram (Programming, Evaluating, and Review
Techniques) dan CPM (Critical Path Method).
c. Tujuan Proyek
Menurut Larson (2000) dalam Buku Manajemen Proyek Dimyati &
Nurjaman (2016), tujuan utama proyek adalah memuaskan kebutuhan
pelanggan. Di samping kemiripan, karakteristik dari sebuah proyek
membantu membedakan proyek tersebut dari yang lainnya dalam
organisasi. Karakteristik utama proyek adalah penetapan tujuan, masa
hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir, melibatkan beberapa
14
departemen dan professional, melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan sebelumnya, waktu dan biaya merupakan kebutuhan yang
spesifik.
d. Atribut Proyek
Atribut proyek yaitu proyek memiliki tujuan yang unik. Proyek
merupakan pekerjaan yang tidak sederhana dan memiliki tujuan
spesifik. Produk atau output yang dihasilkan dari proyek harus
didefinisikan secara jelas. Proyek bersifat sementara, dalam proyek
harus ditentukan waktu awal dan akhir proyek sehingga proyek
bukanlah sebuah proses berkelanjutan. Proyek memerlukan alat bantu
control seperti gantt charts atau PERT charts diperlukan dalan sebuah
proyek untuk mengukur dan pengendalian (Schwalbe, 2016) dalam buku
Manjemen Proyek yang ditulis oleh ( Dimyati & Nurjaman, 2016).
Proyek memerlukan sumber daya yang bersifat ad-hoc dan lintas
disiplin ilmu. Sumber daya yang dibutuhkan dari berbagai area atau bidang
yang meliputi manusia, hardware, software, dan aset lainnya yang bersifat
sementara. Dalam proyek memiliki sponsor utama yang melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholder), salah satunya menjadi
sponsorship yang menyediakan arahan dan mendanai dari proyek. Sebuah
proyek mengandung ketidakpastian karena memiliki karakteristik khusus,
sulit untuk mendefinisikan tujuan secara jelas, mengestimasi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek, dan
15
biaya yang diperlukan. Faktor-faktor tersebut sering menjadi penyebab
munculnya kendala atau tantangan.
e. Standar Kinerja Proyek
Seluruh urutan kegiatan proyek harus memiliki standar kinerja
biaya proyek yang dibuat dengan akurat, yaitu dengan cara membuat
format perencanaan berikut :
1) Kurva S digunakan untuk mengetahui progress waktu proyek, kurva
S berguna juga untuk mengendalikan kinerja biaya.
2) Diagram Cash Flow menunjukkan rencana aliran pengeluaran dan
pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini dapat
mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga
tidak mengganggu keseimbangan kas proyek.
3) Kurva Earned Value menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan
pada baseline tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Apabila ada indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana,
maka biaya tersebut dikoreksi dengan melakukan penjadwalan
ulang dan meramalkan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan
hingga akhir proyek karena penyimpangan tersebut.
4) Balance Sheet, menyatakan bahwa besarnya aktiva dan pasiva
keuangan perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan
proyek yang sudah dikerjakan beserta aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
16
f. Ruang Lingkup Proyek
Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2016)
bahwa setiap proyek dibatasi oleh ruang lingkup (scope), waktu (time),
dan biaya (cost). Batasan ini sering digunakan ke dalam manajemen
proyek sebagai tiga batasan utama. Agar proyeknya berhasil, manajer
proyek harus mempertimbangkan hal berikut. Pertama, ruang lingkup
pekerjaan apa yang akan dilakukan sebagai bagian dari proyek tersebut,
serta produk dan layanan atau hasil apa yang diinginkan oleh pelanggan
(sponsor) yang dapat dihasilkan dalam suatu proyek. Kedua, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Ketiga, biaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Setiap proyek memiliki tujuan khusus dan dalam proses pencapaian
tujuan tersebut ada tiga konstrain yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan
Trade-off Triangle atau Triple Constraint. Triple Constraint adalah usaha
pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga batasan berikut.
1) Tepat biaya, proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran, baik biaya setiap item pekerjaan, periode
pelaksaanaan maupun biaya total sampai akhir proyek.
2) Tepat waktu, proyek harus dikerjakan dengan tepat waktu sesuai
dengan jadwal pelaksanaan proyek (schedule) yang telah
direncanakan yang ditunjukkan dalam bentuk prestasi pekerjaan
(work progress).
17
3) Tepat mutu, mutu produk atau disebut sebagai kinerja
(performance) harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf
yang disyaratkan oleh pemilik.
Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi
penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran
proyek. Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut
tercapai. Suatu proyek memerlukan penjadwalan (scheduling), yaitu
pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan tiap-tiap
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga
tercapai optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada.
Penjadwalan mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya, proses monitoring serta updating selalu dilakukan
untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi
sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan
tujuan proyek.
Secara umum, penjadwalan proyek mempunyai manfaat
diantaranya memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan
mengenai batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari tiap-tiap
pekerjaan, memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan,
menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan dan
sarana penting dalam pengendalian proyek.
18
g. Karakteristik Proyek
Proyek biasanya dibatasi oleh kebutuhan yang sifatnya mendesak,
karena tuntutan pengembangan dan tingkat pertumbuhan sosial dan
ekonomi dari suatu lokasi atau daerah tertentu. Proyek biasanya
difasilitasi oleh pemerintah atau dapat juga dilatarbelakangi oleh
manfaat ekonomis yang biasanya dilakukan oleh sektor swasta. Setiap
proyek memiliki karakteristik tersendiri dalam hal kegiatan yang
dilakukan, tujuan dan sasaran, serta produk akhir. Berikut uraian jenis
proyek berdasarkan komponen kegiatan utama dan produk akhir.
1) Proyek konstruksi, kegiatan utamanya adalah studi kelayakan,
design engineering, pengadaan, dan konstruksi. Produknya berupa
pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan
sebagainya yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang
besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
2) Proyek industri manufaktur, kegiatan utamanya adalah design
engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur,
perakitan, uji coba terhadap produk, serta pemasaran. Produknya
dapat berupa kendaraan, alat elektronik, bahan tekstil, pakaian, dan
lainnya yang dapat diproduksi dalam jumlah, misalnya
penggunaannya dapat bersifat individu atau dapat digunakan banyak
orang.
19
3) Proyek penelitian dan pengembangan, kegiatan utama proyek ini
adalah melakukan penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup
kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk
menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat
berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau
metode produksi.
4) Proyek padat modal, jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan
komponen kegiatannya saja, tetapi lebih pada jumlah dana kapital
yang digunakan dengan jumlah cukup besar. Proyek padat modal
tidak selalu berarti padat tenaga kerja, tetapi dapat saja berarti
proyek dengan teknologi tinggi membutuhkan biaya besar dengan
tenaga kerja secukupnya. Contohnya adalah proyek pembebasan
lahan, pembelian material, dan peralatan dengan jumlah besar,
pembangunan fasilitas produksi dan sebagainya.
5) Proyek pembangunan produk baru, proyek ini merupakan gabungan
antara proyek penelitian dan pengembangan dengan proyek padat
modal, lalu dilanjutkan dengan mendirikan unit percobaan dalam
bentuk pilot plan. Setelah hasil uji coba berhasil dan dapat
diproduksi secara massal, dilanjutkan dengan proyek padat modal
untuk membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas yang
diinginkan.
20
6) Proyek pelayanan manajemen, proyek ini berkenaan dengan kegiatan
spesifik suatu perusahaan yang produk akhirnya berupa jasa atau
dalam bentuk nonfisik. Laporan akhir proyek dapat dipakai oleh
perusahaan pemilik proyek sebagai rekomendasi untuk pedoman
pelaksanaan dan standar operasional prosedur dari suatu pekerjaan.
Contoh proyek ini adalah proyek pengembangan sistem informasi
perusahaan, perbaikan efisiensi kinerja perusahaan dan sebagainya.
7) Proyek infrastruktur, proyek ini berkaitan dengan penyediaan
kebutuhan masyarakat secara luas dalam hal prasarana transportasi,
pembangunan waduk, pembangkit tenaga listrik, pengairan sawah,
sarana instalasi telekomunikasi dan penyediaan sumber air minum.
3. Metode Penjadwalan Proyek
Perencanaan dan pengendalian proyek timbul karena kompleksnya dan
sifat saling bergantung dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
menyelesaikan proyek. Menurut Dimyati & Nurjaman (2016) metode
perencanaan proyek diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Penjadwalan dengan Diagram Balok
Metode penjadwalan dengan diagram balok pertama kali
dipublikasikan oleh H.L. Gantt pada tahun 1917. Diagram balok disusun
dengan tujuan untuk mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam
merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu
penyelesaian, dan pada saat pelaporan.
21
Tabel 2.1. Lingkup Proyek Pembangunan Gudang Kerangka Besi
SIMBOL JENIS PEKERJAAN
A Membuat spesifikasi dan design
engineering
B membeli material untuk fondasi
C Membeli material bangunan
D Membuat fondasi
E Pabrikasi
F Mendirikan bangunan Sumber : Dimyati & Nurjaman (2016)
b. Metode Jaringan Kerja
Untuk menanggulangi metode diagram balok, dari segi
penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah
penyempurnaan metode diagram balok karena dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab pada metode
tersebut. Berbagai analisis jaringan kerja, yang pemakaiannya sangat
luas adalah metode jalur kritis (CPM), project evaluation review
technique (PERT), dan metode preseden diagram (PDM). Ada 2 macam
teknik yang sering dipakai dalam penjadwalan proyek, yaitu activity on
arrow (AOA) anak panah dinyatakan sebagai aktivitas, contohnya
metode PERT dan CPM. Activity on node (AON) yaitu aktivitas
digambarkan sebagai node dan anak panah menyatakan logika hubungan
ketergantungan antar aktivitas, contohnya metode PDM.
c. Metode Penjadwalan dengan Menggunakan Metode Preseden Diagram
(PDM)
22
Metode Preseden Diagram (PDM) adalah node yang umunya
berbentuk persegi empat, sedangkan anak panah sebagai penunjuk
hubungan berbagai kegiatan yang bersangkutan. Dengan begitu, dummy
yang ada dalam CPM dan PERT merupakan tanda penting untuk
menunjukkan hubungan ketergantungan, dalam PDM tidak diperlukan.
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk
kotak segi empat. Beberapa atribut yang dicantumkan diantaranya kurun
waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai, dan
selesai kegiatan (ES, LS, EF.LF).
Nomor Urut
ES EF
Nama Kegiatan Kurun Waktu
LS LF
Sumber : Dimyati & Nurjaman (2016)
Gambar 2.1. Denah Node PDM
Telah dijelaskan bahwa pada PDM, anak panah sebagai
penghubung atau memberikan keterangan hubungan antar-kegiatan, dan
bukan meyatakan kurun waktu kegiatan, seperti halnya pada CPM
(kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang mendahului selesai) maka
hubungan antar-kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan
berupa kontrain. Kontrain menunjukkan hubungan antara kegiatan
dengan satu garis dari node karena setiap node memiliki dua ujung,
yaitu awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = (F).
23
d. Critical Path Method (CPM)
Critical Path Method (CPM) merupakan metode berdasarkan
jaringan yang menggunakan keseimbangan waktu-biaya linier. Setiap
kegiatan dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya dengan
cara memintas kegiatan untuk sejumlah biaya tertentu. Dengan
demikian, jika waktu penyelesaian proyek tidak memuaskan, maka
beberapa kegiatan tertentu dapat dipintas untuk menyelesaikan proyek
dengan waktu yang lebih sedikit (Dimyati & Nurjaman, 2016).
e. Program Evaluation Review Technique (PERT)
PERT adalah teknik merencanakan, mengevaluasi, dan menalaah
proyek. Metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang dikenal
sebagai PERT ini, pertama kali teknik ini dipakai oleh Angkatan Laut
Amerika Serikat pada waktu memprogram proyek peluru kendali Polaris
pada tahun 1953. Proyek tersebut melibatkan tidak kurang dari 2.000
perusahaan subkontraktor dan beberapa negara di Eropa. Proyek
direncanakan selesai dalam waktu lima tahun. Akan tetapi, dengan
menggunakan metode PERT, proyek dapat diselesaikan dalam waktu
tiga tahun.
Metode PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan
dilaksanakan adalah baru, belum ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas
dasar asumsi itu, maka orientasi metode PERT adalah mengoptimalkan
waktu penyelesaian proyek dan belum menekankan soal
24
minimisasi biaya. Kerena belum ada pengalaman sebelumnya, waktu
penyelesaian pekerjaan tertentu yang ada dalam proyek bersifat
probabilistis. Waktu pengerjaan dibedakan atas tiga kategori waktu yang
disimbolkan dengan simbol-simbol berikut.
1) a = optimistic time, yaitu perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan
atas dasar asumsi bahwa tidak terdapat kendala untuk
menyelesaikannya. Waktu optimis ini merupakan perkiraan waktu
paling cepat untuk menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan.
2) b = pessimistic time, yaitu perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan
atas dasar asumsi bahwa terdapat berbagai macam kendala untuk
menyelesaikannya. Kendala itu dapat berupa sediaan dana terbatas,
kondisi alam (hujan, banjir, bencana alam), keterbatasan pasokan
tenaga kerja, hambatan lazin, dan sebagainya. Waktu optimistis ini
merupakan perkiraan waktu paling lambat untuk menyelesaikan
pekerjaan yang bersangkutan.
3) m = most likely time, yaitu waktu paling mungkin untuk
menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan. Waktu ini memakai
asumsi bahwa sebagian kendala yang ada, terutama kendala yang
dominan teratasi sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan, sekalipun
penyelesaiannya memakan waktu lebih lama dari waktu optimis,
tetapi lebih cepat dari waktu pesimis.
25
Metode Program Evaluation Review Technique (PERT)
merupakan alat manajemen proyek untuk melakukan suatu penjadwalan
, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di
dalam suatu proyek (Rahayu, 2018). Tujuan dari PERT adalah
pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting
dari PERT dalam penyelesaian kegiatan-kegiatan bagi suatu proyek.
Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak
mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi,
serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini
memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan
teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah
ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Jaringan kerja pada penjadwalan PERT terdiri dari beberapa jenis
kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Apabila
terjadi keterlambatan pada salah satu kegiatan, maka sering kali juga
menyebabkan keterlambatan durasi project secara keseluruhan.
26
Sumber : Heizer & Render (2015) Gambar 2.2. Jaringan PERT
Penentuan jalur kritis adalah bagian utama dalam pengendalian
proyek. Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugas-tugas yang
akan menunda seluruh proyek, kecuali jika dapat diselesaikan secara
tepat waktu. Dimyati & Nurjaman (2016) mengemukakan bahwa yang
perlu dipahami dalam PERT adalah sebagai berikut:
a. Peristiwa (Event), yaitu suatu node atau lingkaran kecil yang
menunjukkan awal dan akhir suatu aktivitas atau pekerjaan.
b. Lingkaran Kecil (Node), yaitu lingkaran kecil yang di dalamnya
dibubuhkan nomor urut yang menjadi simbol kejadian awal dan
kejadian akhir pekerjaan.
c. Aktivitas (Activity), yaitu pekerjaan yang ada dalam proyek yang
memerlukan sumber daya manusia, material, dana, dan waktu,
sekaligus menjadi objek pengendalian manajemen.
d. Aktivitas Kritis (Critical Activity), yaitu aktivitas dalam proyek
yang tidak dapat ditunda tanpa menunda waktu penyelesaian
proyek. Biasa pula dinyatakan sebagai aktivitas yang waktu
luangnya (slack time) sama dengan nol.
e. Jalur Kritis (Critical Path), yaitu rangkaian kegiatan yang melalui
atau melintasi aktivitas kritis sebuah proyek atau rangkaian
pekerjaan pada proyek yang waktu luangnya sama dengan nol.
27
f. Earliest time, yaitu perkiraan waktu paling cepat untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu yang ada dalam jaringan kerja
sebuah proyek.
g. Latest time, yaitu perkiraan waktu paling lambat untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada dalam sebuah jaringan
kerja proyek.
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berguna untuk mengetahui bagaimana metode
penelitian dan hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu
digunakan sebagai tolak ukur peneliti untuk menulis dan menganalisis suatu
penelitian. Tujuan penelitian terdahulu sendiri guna mengetahui langkah
penulis benar atau salah sehingga dapat menjadi referensi penulis dalam
menulis penelitian ini. Penulis telah melakukan berbagai pencarian refrensi
dengan menggunakan metode yaitu metode Program Evaluation And Review
Technique (PERT) dengan menggunakan variabel waktu dan biaya.
a. Penjadwalan proyek menggunakan metode PERT dengan variabel waktu.
Penjadwalan proyek mempunyai beberapa metode untuk mengatasi
keterlambatan suatu proyek. Penjadwalan dengan menggunakan metode
Program Evaluation And Review Technique (PERT) yang dilakukan oleh
Rahayu dan Nugraha (2018), tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan buffer time pada
pembangunan pabrik PT. Daya Kobelco. Hasil dari penelitian ini bahwa
28
penjadwalan dengan metode PERT maka diperoleh 9 aktivitas kritis
yang mana aktivitas ini tidak boleh terlambat penyelesaiannya agar
proyek tidak melebihi waktu yang telah ditentukan. Dengan
menggunakan analisis PERT maka diperoleh durasi pengerjaan aktifitas
dalam proyek pembangunan gedung selama 274 hari, Jika proyek ini
akan diselesaikan selama kurang dari 240 hari, maka prosentase
keberhasilan proyek sebesar 0,026 %. Apabila perusahaan menetapkan
target prosentase keberhasilan proyek selesai tepat waktu sebesar 95%,
maka durasi optimal yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan
gedung adalah 290 hari.
Penggunaan metode PERT selanjutnya dilakukan oleh Raharja
(2014) dengan tujuan untuk membuat, mengetahui penjadwalan
pembangunan proyek dan ketepatan waktu penyelesaian, sehingga
perusahaan dapat menentukan penjadwalan proyek yang efektif dan
efisien. Hasil dari penelitian tersebut bahwa proses perencanaan proyek
terkait perencanaan sumber daya bahan maupun material untuk
kebutuhan proyek pada dasarnya bukup baik, namun tidak diikuti
dengan pengawasan yang baik. Sedangkan kebutuhan sumber daya
manusia masih belum selektif dalam pengadaannya.
Kemudian perencanaan jadwal rencana kerja PT. Hasana Damai
Putra dalam melaksanakan proyek ini ternyata tidak membuat jadwal
rencana kerja secara rinci. Dengan penerapan metode PERT dan CPM
29
maka dapat diketahui bahwa dari segi waktu penyelesaian untuk awal
adalah 201 hari dan untuk usulan (dipercepat) adalah selama 168 hari,
sehingga terjadi efisiensi waktu selama 33 hari.
Di era globalisasi ini banyak berbagai aplikasi yang
dikembangkan untuk penjadwalan proyek, penelitian yang ditulis oleh
Bram dkk., (2014) yang bertujuan mengetahui kegiatan-kegiatan kritis
dan menentukan waktu penyelesaian proyek. Sehingga dapat diketahui,
pada kegiatan mana yang mendapat perhatian lebih supaya tidak terjadi
perpanjangan waktu. Hasil yang diperoleh berdasarkan metode PERT-
CPM penjadwalan proyek pembangunan rusunawa berbasis desain
prototype T-24 Karangroto, Semarang Jawa Tengah diperlukan waktu
selama 214 hari. Dalam hal ini, metode PERTCPM lebih optimal karena
lebih menghemat waktu. Lintasan kritis terdiri dari 46 kegiatan dari 104
kegiatan yang ada pada proyek tersebut.
b. Penjadwalan proyek menggunakan metode PERT dengan variabel
waktu dan biaya.
Penjadwalan proyek memiliki variabel diantaranya waktu dan
biaya, kedua variabel tersebut sangat penting di dalam penjadwalan
proyek. Seperti penelitian pertama dilakukan oleh Misrali dkk., (2015)
yang bertujuan mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan
situasi dengan melakukan perubahan dengan tujuan perbaikan. Hasil
penelitian tersebut berdasarkan rencana awal perusahaan dalam
30
pengerjaan proyek pembangunan gedung kelas di Fakultas Ekonomi
Universitas Jember dapat diselesaikan dalam jangka waktu 90 hari.
Menurut hasil perhitungan proyek menggunakan metode PERT
dihasilkan probabilitas sebesar 99,99% dalam menyelesaikan proyek
tersebut. Artinya proyek tersebut memiliki peluang sebesar 99,99%
untuk dikerjakan dalam jangka waktu 82 hari.
Limbah yang ada di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan
sehingga penjadwalan untuk pengolahan limbah sangat berpengaruh seperti
penelitian Imron & Wijayanti (2017), tujuan penelitian ini untuk
mengetahui evaluasi penjadwalan proyek dan biaya proyek pengolahan
limbah dengan pendekatan Project Evaluation Review Technique (PERT)
baik dalam perhitungan manual maupun bantuan perangkat lunak POM.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode PERT proyek
pengolahan limbah PT. Kino Indonesia Tbk dapat selesai dalam jangka
waktu 91 hari adalah 95% dan lintasan kritis terletak pada kegiatan A-B-
CE-H-J-K-L dan paling lambat 96 hari adalah 2.5% engan alternative
penambahan waktu 1 hari dan 3 hari maka proyek dapat diselesaikan dalam
90 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 200,000,- dan dalam
88 hari dengan penambahan biaya Rp. 600.000,-, dengan besar cost
slope Rp. 200.000 per hari.
Pembangunan gedung sudah menjadi hal yang biasa dikalangan
perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Penelitian yang
31
dilakukan oleh Dino dan Thio (2015) dengan tujuan melihat besaran
biaya jika kegiatan proyek mengalami keterlambatan serta faktor-faktor
penyebab keterlambatan itu sendiri. Hasil penelitian tersebut dengan
menggunakan PERT diperoleh durasi penyelesaiannya selama 198 hari
dan memiliki probabilitas selesai 61 persen. Untuk Probabilitas 100
persen jatuh pada hari ke-211. Menurut data perencanaan proyek, biaya
yg dikeluarkan sebesar jika melakukan crashing project sebesar Rp
20.260.000 , besaran biaya penambahan tersebut lebih kecil apabila kita
tidak melakukan crashing project yang dinilai penambahanya sebesar Rp
47.420.000.
Beberapa jurnal yang telah dijelaskan di atas adalah hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penulisan. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan untuk memperoleh
waktu yang optimal dan biaya yang minimal dengan menggunakan
metode Project Evaluation Review Technique (PERT). Dari beberapa
jurnal di atas yang telah dijadikan sebagai referensi, dapat diketahui
persamaan dan perbedaan dalam beberapa jurnal.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah
sama-sama menggunakan metode PERT (program evaluation and
review technique) dengan permasalahan keterlambatan waktu.
Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan peneliti saat ini yaitu
perbedaan objek penelitian dan hasil dari penelitian.
32
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang akan diangkat dalam permasalahan, berupa
penjadwalan proyek yang dimulai dari awal dengan proses dan mendapatkan
tujuan dalam hal yang diinginkan untuk menyelesaikan masalah di dalam
proposal. Seperti yang tertulis pada gambar dibawah.
- Kegiatan- - Arrow
Kegiatan - Node/Event - Waktu
Proyek - Double Arrow Penyelesaian
- Hubungan - Dummy Proyek
Antar Kegiatan - Early Start - Biaya Tenaga
- Waktu - Early Finish Kerja
Kegiatan
- Late Start
- Late Finish
Sumber : Heizer dan Render (2015); diolah Gambar 2.3. Kerangka Pikir
Dari kerangka pikir di atas dijelaskan bahwa proses penelitian yang
berawal dari input, proses, dan output dapat dikembangkan dalam poin-poin
indikator. Dimulai dari input berupa kegiatan, hubungan antar kegiatan dan
waktu kegiatan yang mana dalam penjadwalan dibutuhkan ketiga indikator untuk
mencapai tujuan. Selanjutnya pada bagian proses bahwa kegiatan, hubungan
antar kegiatan dan waktu kegiatan yang merupakan indikator dalam penjadwalan
proyek. Pada input dan proses diharapkan mendapatkan output dalam proyek
tersebut. Adapun output yang diharapkan berupa waktu penyelesaian proyek dan
biaya tenaga kerja proyek.