bab ii tinjauan pustaka 2.1. air dan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air dan Kehidupan
Menurut Kusnaedi (2010), faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan
kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan
derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu
komponen lingkungan yang mempunyai perana cukup besar dalam kehidupan
air.
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi setiap hari
secara berkelanjutan . Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi peningkatan
jumlah fasilitas sosial, menimbulkan permasalahan penyuplaian air bersih
(Wardhana dan Surya, 2011; Said, 2012).
Manusia dan semua mahkluk hidup lainnya butuh air. Air merupakan
material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli
kesehatan manusia wajib minum air putih 8 gelas per hari. Air merupakan
kebutuhan dasar manusia yang vital. Manusia tidak dapat hidup tanpa air, sebab
tubuh manusia terdiri dari 85% air. Air dipergunakan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari untuk mandi, minum dan cuci. Tumbuhan dan binatang
juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air semua kehidupan didunia akan mati,
sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan
kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan makhluk hidup
(Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Disamping itu bagi manusia air berperan penting dalam kegiatan pertanian,
industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Air yang digunakan harus
memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air
harus tersedia ada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat
ditinjuan dari segi fisika, kimia dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk
keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga.
Kualitas air yang baik selamanya tersedia di alam. Adanya perkembangan
industri dan pemukiman dapat mangancam kelestarian air bersih. Bahkan
didaerah-daerah tertentu, air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan
secara alam sehingga diperlukan upaya perbaikan upaya perbaikan sacara
sederhana maupun modern (Kusnedi, 2010).
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus
kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan
masyarakat. Pada jangka pendek, kualitas air yang tidak baik dapat
mengakibatkan muntaber, diare, kolera, typus atau disentri. Hal ini dapat terjadi
pada keadaan lingkungan yang kurang baik. Bila air tanah dan air permukaan
tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman-kuman tersebar ke sumber air
yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang
berkualitas kurang baik dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi
gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam-
logam berat yang bersifat toksit (racun) dan pengendapan pada ginjal sehingga
mengganggu fungsi ginjal (Kusnaedi, 2010).
2.2. Standar Baku Air Minum
Penetapan standar mutu air minum bagi masyarakat sangatlah penting
karena air merupakan kebutuhan sehari-hari yang sangat vital. Pemerintah telah
berupaya membuat standar mutu air minum melalui peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Peraturan menteri tersebut sangat sinkron
dengan standar WHO.
Menurut Permanasari, 2012, Kualitas air dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Siklus air,
2. Tingkat konsentrasi garam,
3. Tingkat konsentrasi magnesium dan kalsium,
4. Warna/kejernihan air dipengaruhi sedimentasi,
5. Rasa dan bau dipengaruhi organism mikroskopik, limbah industri,
6. Biological faktor (jumlah oksigen dalam air),
Sedang standar kualitas air bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air
atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk
masyarakat umum. Dengan adanya standardisasi tersebut, dapat dinilai
kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga atau
masyarakat umum (Kusnaedi, 2010).
2.3. Persyaratan Air Minum
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
persyaratan secara fisik, kimia dan mikrobiologi (Kusnaedi, 2010; Sutrisno,
1996).
2.3.1. Persyaratan Fisik
Menurut Kusnaedi, 2010, air yang berkualitas baik harus memenuhi
persyaratan fisik sebagai berikut:
1. Tidak berwarna
Air untuk keprluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Temperaturnya normal
Air yang baik harus harus memahami temperatur sama dengan temperatur
udara (20-26º C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau
di bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol
yang terlarut di dalam air yang cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu
(proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan
energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
3. Rasanya tawar
Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukkan kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya
garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya
asam organik maupun asam anorganik.
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dekat.
Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
5. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan
tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
6. Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, walaupun
jernih, air yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan
sebagai air minum. Apabila air dididihkan, zat padat tersebut dapat larut
sehingga menurunkan kualitas air minum.
2.3.2. Persyaratan Kimia
Menurut Kusnaedi (2010), kualitas air tergolong baik bila memenuhi
persyaratan kimia sebagai berikut :
1. pH Netral
Derajat kesamaan air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam
maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air
alam yang terasa asam adalah air gambut. Skala pH 7. Apabila pH dibawah 7,
berarti air bersifat asam. Bila diatas 7, berarti bersifat basa (rasa pahit).
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas bila tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfide dan fenolik.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti
Fe, Mg, Ca, K, Zn, Mn, D, dan Cr.
4. Keadaan rendah
Tinggi kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama garam ca dan Mg.
5. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4 , H2 S, SO42−, dan NO3.
2.3.3. Persyaratan Mikrobiologis
Menurut Sutrisno (1996), persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi
oleh air adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli,
salmonella typhi, vibro chlotera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton
coliform, dadocera.
2.4. Pengolahan Air Minum
Menurut Kusnaedi (2010), proses pengolahan air minum merupakan
proses perubahan sifat fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dari kegiatan pengolahan air minum
adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan kekeruhan
2. Mengurangi bau, rasa dan warna
3. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme
4. Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air
5. Menurunkan kesadahan
6. Memperbaikai derajat keasaman (pH)
Pengolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif. Dengan
berkembangnya penduduk dan teknologi di perkotaan, pengolohan air khusus
dilakukan oleh Perusahan Air Minum (PAM). Selain mengolah air, PAM juga
mendistribusikannya ke rumah-rumah penduduk namun, di desa belum ada
perusahaan yang khusus mengolah dan mendistribusikan air bersih. Oleh karena
itu, jika terdapat air yang kualitasnya kurang baik perlu dilakukan pengolahan
dengamn teknik sederhana dan tepat guna sesuai dengan bahan yang ada
dilokasi (Kusnaedi, 2010).
Proses kimia pada pengolahan air minum di antaranya meliputi koagulasi,
Aerasi, Reduksi dan oksidasi. Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan
secara sederhana ataupun dengan menggunakan teknik modern. Pegolahan air
secara biologi untuk mematikan bakteri pathogen dapat berlangsung bersama-
sama dengan reaksi kimia dan fisik atau secara khusus dengan pemberian
disenfaktan. Cara yang paling sederhana untuk mematikan mikro organisme
yaitu dengan pemanasan sampai 100ºC (Kusnaedi, 2010).
2.5. Prinsip Dasar Pengolahan Air Di pedesaan
Menurut Kusnaedi (2010), prinsip dasar pengolahan air di pedesaan
meliputi beberapa aspek berikut ini :
a. Bersifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi, lingkungan fisik, maupun
sosial budaya masyarakat setempat.
b. Pengoperasiannya mudah dan sederhana.
c. Bahan-bahan yang digunakn berharga murah.
d. Bahan-bahan yang digunakan tersedia dilokasi dan mudah diperoleh.
e. Efektif, memiliki daya pembersih yang besar untuk memurnikan air.
2.5.1. Pengolahan Air Secara Fisik.
Menurut Kusnaedi (2010), pengolahan air secara fisik serta mudah
dilakukan di pedesan berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan
cairan. Proses penyaringan bisa merupakan proses awal (primary treatment)
atau penyaringan dari proses sebelumnya, misalnya penyaringan dari hasil
konyugasi. Bahan padatan umumnya dapat dilihat langsung terapung, seperti
potongan kayu atau potongan sayuran. Bahan padatan berupa logam, tulang,
bulu atau daun dapt disaring secara kasar atau sedang mulai proses awal
(primary treatment).
Apabila air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung
butiran halus atau bahan-bahan yang larut, sebelum proses penyaringan
sebaiknya dilakukan proses koagulasi atau netralisasi yang menghasilkan
endapan. Dengan demikian, bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan
melalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam,
saringan yang digunakan adalah single medium. Sebaliknya, bila ukuran padatan
beragam, digunakan saringan dual medium atau three medium. Penyaringan air
olahan yang mengandung padatan beragam dari ukuran besar sampai
kecil/halus. ingan Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan
bertingkat, yaitu saringan kasar, saringan sedang, sampai saringan halus.
Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan
kasar menggunakan saringan berukuran 5-20 mm, sedangkan padatan yang
halus (hiperfiltrasi) dapat menggunakan saringan yang lebih halus lagi. Saringan
ini diusahakan mudah diangkat dan dibersihkan.
Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar,
barscreensracks, dan bak penyaringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak
digunakan adalah saringan bak pasir dan batuan. Saringan pasir menggunakan
batu krikil dan pasir. Pasir yang baik untuk penyaringan adalah pasir kuarsa.
Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring,
saringan pembawa, saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan
penyaringan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu filtrasi lambat (0,2-2
liter/menit/ft²), filtrasi cepat (4-8 liter/menit/ft²). menurut tipenya, saringan
dibedakan menjadi tiga.
1. Single medium : Saringan untuk menyaring air yang mengandung
padatan dengan ukuran seragam.
2. Dual medium : Saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi
oleh dua ukuran padatan.
3. Three medium : Saringan untuk menyaring air limbah yang
mengandung padatan dengan ukuran yang beragam.
Sistem aliran air olahan dalam sistem filtrasi terdiri dari beberapa macam.
Penentuan aliran ini memperhatikan sifat dari limbah padat yang difiltrasi. Sistem
aliran tersebut dibagi menjadi empat sistem yaitu aliran horizontal (horizontal
filtration), aliran gravitasi (gravitation filtration), aliran dari bawah ke atas (up flow
filtration), dan aliran ganda (bitflow filtration).
2. Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi merupakan proses pengendapan bahan padat dari air olahan.
Proses sedimentasi bisa terjadi bila air limbah memounyai berat jenis lebih besar
daripada air sehingga mudah tenggelam.
Proses pengendapan ada yang bisa terjadi langsung, tetapi ada pula yang
memerlukan proses pendahuluan, seperti koagulasi atau reaksi kimia. Prinsip
sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan memenfaatkan gaya
gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolam pengendapan,
sehingga air murni di atas.
3. Absorpsi dan Adsorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan
penyerapan tersebut, air menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat oleh
absorben.
Absorpsi umumnya menggunakan bahan absorben dari karbon aktif.
Pemakaiannya dengan cara membubuhkan karbon aktif bubuk kedalam air
olahan atau dengan cara menyalurkan air melalui saringan yang medianya
terbuat dari karbon aktif kasar. Sistem ini efektif untuk mengurangi warna serta
menghilangkan baud an rasa. Proses kerja penyerapan yaitu penyerapan ion-ion
bebas dalam air yang dilakukan oleh absorben. Sebagai contoh, penyerapan ion
oleh karbon aktif.
Absorben yang umum digunakan adalah karbon aktif karena cocok untuk
pengolahan air olahan yang mengandung fenol dan bahan yang memiliki berat
molekul tinggi. Karbon aktif yang digunakan dapat berbentuk granula atau serbuk
dengan waktu kontak 30 menit dalam tangki pengolahan yang dilengkapi dengan
pengaduk. Setiap gram kabon aktif dapat mengabsorpsi 0,4-0,9 gr fenol. Karbon
aktif biasanya dibuat dari onthracile, bituminous, petroleum coke, dan arang
tempurung kelapa atau arang kayu.
Aplikasi absorpsi yaitu dengan cara mencampurkan absorben dengan
serbuk karbon aktif dengan cara menjadi karbon aktif sebagai media filtrasi
(filtration bed). Apabila absorben dicampurkan dengan serbuk karbon aktif,
selanjutnya disaring. Namun, apabila karbon aktif digunakan sebagai media
penyaring, dipilih karbon aktif yang berbentuk granula dan secara berkala harus
dicuci atau diganti dengan yang baru. Disamping dapat mengabsorpsi fenol,
karbon aktif juga dapat mengabsorpsi racun dan mikroorganisme.
Absorpsi merupakan penangkapan/pengiktan ion-ion bebas di dalam air
oleh absorben. Contoh zat yang digunakan untuk proses adsorpsi adalah zeolit
dan resi yang merupakan polimerisasi dari polihidrik fenol dengan formaldehid.
Contohnya, pengikat ion Ca2+ dan Na+. setiap gram resin dapat mengadsorpsi
asam 4-9 mev (milliquivalen). Banyaknya adsorben yang diperlukan tergantung
konsentrasi larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin besar pula
adsorben yang diperlukan untuk menjernihkan air.
2.6. Media Pengolahan Air Bersih
Media pengolahan air sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran
proses pengolahan air bersih. Media yang digunakan mampu menyerap ion-ion
dalam air sehingga air menjadi jernih dan bebas dari unsure logam yang
membahayakan kesehatan.
2.6.1. Karbon Aktif
Karbon aktif adalah sejenis adsorben (penyerap). Berwarna hitam,
berbentuk granula, bulat, pellet atau bubuk. Karbon aktif dipakai dalam proses
pemurnian udara, gas, larutan atau cairan dalam proses recovery suatu logam
dari biji logamnya dan juga dipakai sebagai support katalis. Karbon aktif juga
dipakai dalam pemurnian gas dan udara, safety mask dan respirator, seragam
militer, adsorbent foams, industry nuklir, electroplating solutions, deklorisasi,
penyerap rasa dan bau dari air, aquarium, cigarette filter serta penghilang
senyawa-senyawa organic dalam air. Hanya dengan satu gram dari karbon aktif,
akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar
500 m2. Dengan luas permukaan yang sangat besar ini, karbon aktif memiliki
kemampuan menyerap (adsorbsi) zat-zat yang terkandung dalam air dan udara.
Dengan demikian, arang aktif ini sangat efektif dalam menyerap zat terlarut
dalam air, baik organic maupu anorganik. Oleh karena itu, karbon aktif biasanya
dibuat dari petroleum coke, serbuk gergaji, lignit, batu bara, peat, kayu,
tempurung kelapa dan biji buah-buahan. Kesemuanya itu ada kalanya dapat
langsung diproses sebagai karbon aktif dan ada pula yang melalui proses
aktivasi. Cara mengaktifkaan karbon adalah dengan memakai gas pengoksida
seperti udara, steam, atau karbondioksida dan klorida bahan baku dengan
memakai chemical agent, seperti seng klorida atau phosphoric acid (Kusnaedi,
2010).
Ada tiga jenis karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa yang banyak
dipasarkan , yaitu sebagai berikut (Kusnaedi, 2010) :
1. Bentuk serbuk : bentuk dan ukuran karbon aktif ini lebih kecil dari 0,18 mm.
karbon aktif ini digunakan dalam aplikasi fase cair dan gas.
2. Bentuk granula : bentuknya tidak beraturan dengan ukuran 0,2-5 mm. jenis
ini umumnya digunakan dalam aplikasi fase cair dan gas.
3. Bentuk pellet : berdiameter 0,8-5 mm. kegunaannya adalah untuk aplikasi
fase gas , karena mempunyai tekanan rendah, kekuatan mekanik tinggi dan
kadar abu rendah.
Gambar 1. Bahan pembuat akrbon aktif dan karbon aktif
2.6.2. Pasir Kuarsa
Menurut (Kusnaedi, 2010) pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir
putih atau pasir silica (silica sand) merupakan hasil pelapukan batuan yang
mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan
kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi
sungai, danau dan laut. Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas
Kristal-kristal silica (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa
selama proses pengendapan. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari
SiO2, Fe2O3, AI2O3, TiO2, CaO, MgO danK2O berwarna putih bening atau
warna lain tergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs),
berat jenis 2,65 titik lebur 17-150C, bentuk Kristal heksagonal, panas spesifik
0,185.
2.6.3. Pasir Lain
Pada umumnya semua pasir yang ada di Indonesia dalam bentuk batuan
beku keras yang dihaluskan dapat digunakan sebagai media filter untuk
pengolahan air. Namun, efektivitasnya berbeda-beda. Secara umum zeolit aktif
lebih baik karena lebih berkemampuan untuk menukar ion. Batuan beku yang
bisa digunakan sebagai media filter pengolahan air adalah cadas yang biasa
ditambang dari bukit untuk bahan bangunan, pasir hitam dari sungai untuk
campuran beton, batuan andesit atau batuan split beton. Cara menggunakannya
cukup dengan dihaluskan saja. Pasir beton juga bisa digunakan untuk
penyaringan. Prosesnya harus dicuci serta dibuang debu dan kotorannya
(Kusnaedi, 2010).
2.6.4. Ijuk
Pemilahan ijuk yang di gunakan sebagai filter sangatlah penting, oleh
karena itu saya ikut serta dalam pengambilah ijuk tersebut. Pembersihan serta
pencucian ijuk tersebut memerlukan waktu sehari. Adapun ukuran ijuk yang di
masukkan dalam tabung filter adalah 40 cm. Fungsi ijuk yaitu menghambat
masuknya benda-benda berupa debu akibat pasir yang menyusut.
2.6.5. Kerikil
Kerikil merupakan bebatuan kecil, biasanya batu granit yang di pecahkan.
Ukuran kerikil yang sellalu di gunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Kerikill
adalah bahan penyaring (filter) yang berada di atas dari beberapa penyaring lain,
karena kerikil bisa menghambat lumpur yang terbawa oleh air. Adapun jenis
kerikil yang di gunakan adalah kerikil sungai. Sebelum di masukkan dalamtabung
alat penjernih air kerikil tersebut di rendam selama seharian.
2.6.6. Pasir
Pasir adalah bahan berbutir terbentuk secara semula jadi yang terdiri dari
pada batu dan zarah galian kecil yang halus. Ada dua jenis pasir yang sering di
gunakan oleh masyarakat pada umumnya. Dalam pemilihan bahan filltrasi kami
menggunakan pasir sungai sebagai media filter alat penjernih air. Ukuran pasir
yang di masukkan dalam tabung (pipa pvc) adalah 40 cm.
2.7. Tangki Air (Tabung Penampungan)
Pemilihan pompa sangatlah berpengaruh untuk menyuplai air dari sumber
mata air ke head (tabung alat penjernih). Dalam memilih suatu pompa untuk
suatu maksud tertentu, terlebih dahulu harus di ketehui kapasitas serta head
yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair yang akan di pompa. Selain dari pada
itu, agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, perlu di taksir beberapa
tekanan minimum yang tersedia pada sisi masuk pompa yang terpasang pada
instalasinya. Atas dasar tekanan isap ini maka putaran pompa dapat di tentukan.
Kapasitas aliran, head, dan putaran pompa dapat di tentukan seperti tersebut di
atas. Tetapi apa bila perubahan kondisi operasi sangat besar (khususnya
perubahan aliran dan head) maka putaran dan ukuran pompa yang akan dipilih
harus ditentukan dengan memperhitungkan hal tersebut. Selanjutnya untuk
menentukan penggerak mula yang akan dipakai, harus dahulu dilakukan
penyelidikan tentang jenis sumber tenaga yang dapat dipergunakan di tempat
yang bersangkutan.
Berdasarkan pembuatan alat maka di pilih tabung sebagai penampungan
air jernih,dengan ukuran atau kapasitas 650 liter. Tangki yang digunakan untuk
penampungan atau penyimpanan air bersih (tangki bawah tanah, tangki atas,
tangki tekan dan sebagainya) haruslah dibersikan secara teratur agar kualitas air
dapat tetap terjaga. Di beberapa negara hal ini bahkan dipersyaratkan oleh
undang-undang, dengan batas ukuran tangki minum tertentu.
Gambar 2 Profil Tangki air FRP
Tangki air FRP adalah singkatan dari Fiberglass Reinforced Plastic,
sebagai bahan tangki air baru mulai digunakan sekitar tahun 60an. Serat gelas
dalam bahan komposit ini berfungsi sebagai penguat srtuktual. Bahan plasti yang
banyak digunakan terutama unsaturated polyester res.
Kelebihan dari bahan FRP terutama adalah :
1) Jauh lebih ringan dibanding tangki yang berbahan lain
2) Mudah dibentuk dan diwarnai
3) Tahan terhadap karat dan beberapa bahan kimia
4) Kurang merambatkan panas
Kelemahan dari bahan FRP terutama :
1) Dibandingkan dengan tangki berbahan lain, kekuatan mekanis lebih rendah
terutama terhadapa tumbukan dan benturan
2) Koefisien pemuaian termal besar
3) Akan terjadi gejala kelelahan (fatigue)
4) Dapat menimbulkan algae (lumut)
5) Kurang tahan terhadap alkali
Gejala kelelahan umumnya akan terjadi setelah tangki tersebut digunakan
untuk menampung air selama 3-4 tahun, dan ini diduga sebagai kelemahan
bahan tangki tersebut. Gejala ini umumnya nampak sebagai munculnya retakan
mendadak pada dasar tangki.
2.7.1. Pompa Air
Menurut Nouwen (1994) dalam memilih pompa, terlebih dahulu harus
diketahui data-data seperti (1) kapasitas aliran, (2) kondisi isap dan keluar
pompa, (3) Head total pompa, (4) jenis zat cair, (5) kondisi kerja pompa dan (6)
penggerak.
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani
pompa. Dengan adanya pompa yang bekerja pada sistem ini, maka head total
pompa dapat ditentukan sebagai berikut (Sularso dan Tahara, 1984)
2.7.2. Besi
Besi yang di gunakan untuk rangka alat penjernih air yakni besi yang
berkualitas tinggi, serta sering di gunakan oleh pengguna besi di wilayah kota
Gorontalo. Besi tersebut di namakan besi siku, Adapun jenis besi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Besi siku 5X5 cm
b. Besi siku 4X4 cm
c. Besi siku 3X3 cm
2.7.3. Pipa
Pengetahuan perpipaan merupakan sarana dan dasar pengetahuan di
dalam perhitungan,perencanaan dan pelaksanaan perpipaan berikutnya. Jenis-
jenis pipa Dari sekian jenis pembuatan pipa secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu :
1. Jenis pipa tanpa sambungan
2. Jenis pipa dengan sambungan
Bahan-bahan pipa secara umum, bahan-bahan pipa yang dimaksud di
sini adalah struktur bahan baru pipa tersebut yang dapat di bagi secara umum
sebagai berikut :
1. Carbon steel
2. Carbon moly
3. Galvanes
4. Ferro nikel
5. Stainless steel
6. Pvc (paralon)
7. Chrome moly
Penilitian ini menggunakan pipa pvc (paralon) karena untuk menghemat
dan telah di perhitungkan karena pipa pvc sangat ringan serta tahan terhadap
karat dan menghindari menempelnya bahan-bahan kimia lainnya.
Untuk menentukan pipa perlu dipertimbangkan batas kecepatan terendah
dan tertinggi, yakni ditentukan 0,9 m/detik sampai 2,0 m/detik. Dan untuk
kecepatan awal perhitungan digunakan kecepatan rencana sebesar 2,0 m/detik
(Littleton, dalam Suarso. 1982).
Komponen perpipaan, komponen perpipaan harus di buat berdasarkan
spesifikasi, standar yang terdaftar dalam simbol dan kode yang telah dibuat
atau di pilih sebelumnya.
Komponen perpipaan yang di maksud di sini meliputi :
1. Pipes (pippa-pipa)
2. Flanges (flens-flens)
3. Fittings (sambungan)
4. Valves (katup-katup)
5. Boltings (baut-baut)
6. Gasket
7. Special items (bagian khusus)
Berdasarkan beberapa macam sambungan pipa maka sambungan
perpipaan dapat di kelompokkan sebgai berikut :
1. Sambungan dengan menggunakan pengelasan.
2. Sambungan dengan menggunakan ulir.
Selain sambungan seperti diatas, terdapat pula penyambungan khusus
dengan menggunakan pengeleman (perekatan) serta pengkleman (untuk pipa
plastik dan pipa vibbre glass.
Tipe sambungan cabang (brance conection) dapat di kelompokkan
sebagai berikut :
1. Sambungan langsung (stub in )
2. Sambungan dengan menggunakan fittings alat penyambung
3. Sambungan dengan menggunakan flanges (flens-flens).
Tipe sambungan cabang dapat pula di tentukan pada spesifikasi yang
telah di buat sebelum mendesain atau dapat pula di hitung berdasarkan
perhitungan kekuatan, kebutuhan, dengan tidak melupakan faktor
efektivitasnya. Sambungan cabang itu sendir merupakan sambungan antara
pipa dengan pipa, misalkan sambungan antara header dengan cabang yang
lain apakah memerlukan alat bantu penyambung lainnya atau dapat di
hubungkan secara langsung, hal ini tergantung kebutuhan serta perhitungan.
Spesifikasi umum dapat dilihat pada ASTM (American Society of Testing
Materials). Dimana disitu diterangkan mengenai diameter, ketebalan, serta
schedule pipa. Diameter luar (Out side diameter), ditetapkan sama, walaupun
ketebalan (thickness) berbeda untuk setiap schedule. Diameter dalam (inside
diameter), ditetapkan berbeda untuk setiap schedule. Diameter nomilnal ini
adalah diameter pipa yang dipilih untuk pemasangan ataupun perdagangan
(commodity). Ketebalan dan schedule, sangatlah berhubungan, hal ini karena
ketebalan pipa tergantung dari pada schedule itu sendiri (Raswari, 1987:3).
Alat penjernih air sistem gravitasi yang di buat di laboratorium proses
produksi adalah alat yang berfungsi untuk proses penjernihan air, maka alat
tersebut menggunakan dua jenis pipa yaitu sebagai berikut :
a. Pipa Pvc (Tabung Filter)
Pipa yang di gunakan sebagai tabung untuk penjernih air tersebut adalah
dari bahan pvc dengan diameter 9,8 cm dan berukuran panjang 200 cm.
b. Pipa Pvc (Penyalur Air)
Pipa penyalur air yang menyalurkan air dari sumber mata air ke tabung
alat penjernih air adalah pipa pvc dengan ukuran diameter 1,9 cm dan panjang
360 cm.
2.8. Pengukuran Aliran Fluida
Ada banyak peranti yang telah digunakan dalam praktek prekayasaan
untuk mengukur aliran fluida. Pengukuran kecepatan dilakukan dengan tabung
pitot, meteran arus, anemo meter putar dan anemometer kawat panas. Cara-cara
fotografi seringkali digunakan dalam mempelajari model. Pengukuran besaran
telah dilaksanakan dengan mempergunakan mulut sumpit (orifices), tabung-
tabung, nosel-nosel, Venturi meter, dan saluran-saluran, meteran siku dan
bendungan-bendungan, bermacam-macam modifikasi dari alat-alat tersebut, dan
berbagai meteran yang telah di patenkan. Agar dapat memakai peralatan
hidraulik secara ahli, penggunaan persamaan Bernoulli dan pengetahuan
tambahan mengenai sifat-sifat dan koofisien-koofisien dari setiap alat menjadi
sangat penting. Dalam hal ini di mana tidak tersedia harga-harga dan kofisien-
koofisien yang di percaya, sebuah piranti harus di kalibrasi untuk kondisi-kondisi
penggunaan yang di harapkan.
Pada proses industri, Pengukuran untuk mengetahui aliran fluida didalam
pipa diperlukan peralatan instrument khususnya transmitter elektrik yang sangat
berpengaruh dalam keberlangsungan proses produksi pabrik. Tujuan
pengendalian aliran fluida ini adalah untuk menjaga agar proses berlangsung
sesuai dengan yang dinginkan Pengukuran dengan menggunakan transmitter
elektrik sebagai alat perasa (sensor) dan pengirim,dimana transmitter elektrik
mendeteksi besaran aliran yang diterima oleh sensor tekanan fluida dan
transmitter tersebut merubah sinyal dari alat ukur menjadi sinyal yang dapat
diterima oleh controller,recorder. Jadi apabila ada kesalahan pada transmitter
maka proses pengontrolan tidak dapat dilakukan,karena sinyal yang diberikan
oleh transmitter tersebut tidak sesuai dengan besaran yang terjadi pada proses
tersebut sehingga dapat menimbulkan terjadi masalah dalam proses tersebut.
Untuk mengukur aliran fluida dalam suatu pipa maka pada aliran fluida dipasang
suatu penghalang dengan diameter lubang yang lebih kecil dari diameter
pipa,sehingga baik tekanan maupun kecepa tannya berubah dengan mengukur
perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah penghalang, dapat ditentukan
besaran aliran. Hasil pendeteksian ini akan dikirimkan kecontroler oleh bagian
pengirim dan transmitter untuk proses selanjutnya (Eko, Bambang. 2012)
2.8.1. Mengukur Aliran Fluida Menggunakan Perbedaan Tekanan
Mengukur Aliran Fluida Menggunakan Perbedaan Tekanan Teori
Elektronika Aliran fluida dalam suatu pipa dapat diukur menggunakan teknik
membaca perbedaan tekanan pada pipa tersebut, dimana untuk mendapatkan
perbedaan tekanan pada suatu pipa tersebut dibuat dengan cara mengatur luas
penampang pipa pada kedua ujungnya berbeda. Metoda pengukuran aliran
fluida pada suatu pipa ini dapat dilakukan berdasarkan “Hukum Bernoulli”,
dimana Hukum Bernoulli menyatakan hubungan tekanan fluida yang mengalir
pada suatu pipa adalah sebagai berikut :
P1+ ½ ρν 12+ρ-g-h1 = p2+½ρν22 ρ-g-h2
dimana: P = tekanan fluida
ρ = masa jenis fluida
v = kecepatan fulida
g = gravitasi bumi
h = tinggi fluida (elevasi) Gambar Prinsip Hukum Kontiunitas
Mengukur Aliran Fluida
Gambar 3 Perinsip Kontiunitas
Menggunakan Perbedaan Tekanan,Gambar Prinsip Hukum Kontiunitas,tekanan
fluida,aliran fluida,mengukur fluida,kecepatan fluida,tinggi fluida,volume
fluida,debit fluida,mengukur tekanan fluida,perbedaan tekanan fluida,alat ukur
tekanan fluida,mengukur perbedaan tekanan fluida,kecepatan aliran fluida,pipa
pitot,orifice plate,pipa venturi,flow nozzle,hukum kontinuitas aliran
fluida,hubungan debit dan kecepatan aliran fluida Dari gambar diatas dapat
diperoleh persamaan tekanan fluida jika h1 dan h2 dibuat sama tingginya maka :
P1+½ ρν 12=P2+½ ρν 22
½ρ-(ν12-v22)= P2+P1
Perhatian :
Rumus diatas hanya berlaku untuk aliran Laminer, yaitu aliran yang memenuhi
prinsip kontinuitas. Pipa pitot, orifice plate, pipa venturi dan flow Nozzle
menggunakan hukum Bernoulli diatas.
Prinsip dasarnya adalah membentuk sedikit perubahan kecepatan dari
aliran fluida sehingga diperoleh perubahan tekanan yang dapat diamati.
Pengubahan kecepatan aliran fluida dapat dilakukan dengan mengubah diameter
pipa, hubungan ini diperoleh dari Hukum kontiunitas aliran fluida. Perhatikan
rumus berikut: A1.D1 = A2.D2, di mana : A = luas penampang pipa dan B = debit
fluida yang mengalir pada pipa tersebut. Karena debit fluida berhubungan
langsung dengan kecepatan fluida, maka jelas kecepatan fluida dapat diubah
dengan cara mengubah diameter pipa. (Eko, Bambang. 2013)
2.8.2. Persamaan Kontinuitas
Dihasilkan dari prinsip kekekalan massa, yang menyatakan bahwa untuk
aliran steady flow, massa fluida yang melalui semua bagian dalam aliran fluida
per satuan waktu adalah konstan, hal ini seperti rumus di bawah ini (Fox dan
McDonal, 1987) :
2.8.3. Kerapatan fluida
Massa jenis/kerapatan suatu fluida dapat bergantung pada banyak faktor
seperti temperatur fluida dan tekanan yang mempengaruhi fluida, akan tetapi
pengaruhnya sangat sedikit sehingga massa jenis suatu fluida dinyatakan
sebagai konstanta/bilangan tetap. Massa jenis atau rapat massa (ρ) adalah suatu
besaran turunan yang diperoleh dengan membagi massa suatu benda atau zat
dengan volumnya. Secara matematis massa jenis ditulis: . Keterangan
ρ adalah massa jenis, m adalah massa, dan V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam „CGS (centi-gram-sekon) adalah gram per
sentimeter kubik (g/cm3). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik
(kg·m-3). Contoh Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000
kg/m3
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa
jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya
akan memiliki massa jenis yang sama. Akan tetapi sebelum menghitung
kapasitas aliran, sebeumnya kita harus menghitung voume tabung. Rumus dari
volume tabung itu sendiri adalah V=π r2xt.
2.8.4. Tabung Pitot
Tabung pitot mengukur kecepatan di suatu titik berdasarkan kenyataan
bahwa tabung tersebut mengukur tekanan stagnasinya, yang melampaui
tekanan statik setempat sebesar 𝜌( v² |2 ). Dalam suatu arus fluida terbuka,
karena tekanan setempatnya adalah nol meteran, maka head kecepatannya di
ukur sesuai dengan ketinggian mana cairannya naik ke dalam tabung tersebut
(Widodo, 1990)
2.8.5. Koofisien kecepatan
Koofisien kecepatan (cv) adalah perbandingan kecepatan rata-rata
sebenarnya pada irisan penampang (semburan) arus terhadap kecepatan rata-
rata ideal yang akan terjadi tanpa gesekan. Jadi
Cv = kecepatan rata −rata sebenarnya dalam m/dtk
kecepatan rata −rata ideal dalam m/dtk =
V
√2gH
2.8.6. Koefisien Penyusutan
Koefisien penyusutan (Cc) adalah perbandingan luas irisan yang menyusut
dari suatu (semburan) arus terhadap luas lubang melalui mana fluidanya
mengalir. Jadi
Cc=luas semburan arus
luas lubang=
Asemburan
Ao