bab ii. tinjauan pustaka 2.1. beras 2.1.1. diskripsi beraseprints.umm.ac.id/66300/3/bab ii.pdf ·...

18
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras 2.1.1. Diskripsi Beras Beras adalah sumber bahan pangan yang menyimpan energy, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Beras memiliki 63% terhadap kecukupan total energy, 38 % protein, dan mengandung 21,5 % zat besi. Beras juga memiliki kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Mineral dapat di bedakan menjadi dua kelompok , yaitu makromineral dan mikromineral. Makrimineral dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi kesehatan manusia, sebesar 100 mg per hari, yaitu Ca, P, Mg, Na, K, Cl, dan S. Sedangkan Mikromineral dibutuhkan oleh tubuh manusia kurang dari 100 Mg per hari, yaitu Fe, J, Zn, Cu, Mn, Cr, Co, Se, F, Si, V, Sn, Cd, s, Al, B (Indrasari dkk., 2009). Menurut Juliano (1972), gabah (Caryopsis)atau beras di kenal dengan beras pecah kulit, dimana paada kulitnya terdiri dari pericarp, tegmen, aleuron, emrio dan endosperm yang memiliki pati. Gabah memiliki kandungan karbohidrat yang terletak pada bagian dalam (endosperm)memiliki sifat yang rapuh dan mudah rusak terurai oleh air. Bagian yang adda di dalam gabah ini di selimuti oleh lapisan katul atau disebut juga dengan aleuron layer, sedangkan bagian luar di tutupi oleh sekam yang mengandung silica. 2.1.2. Mutu Beras Mutu beras di tentukan oleh sifat fiikokimia beras yang memiliki kandungan amilosa dan protein. Selain itu, sifat beras yang berubah karena dipanaskan dengan air, yaitu suhu gelitinasi padi, pengembangan volume, penyeraoan air,

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Beras

    2.1.1. Diskripsi Beras

    Beras adalah sumber bahan pangan yang menyimpan energy, yang

    bermanfaat bagi kesehatan manusia. Beras memiliki 63% terhadap kecukupan

    total energy, 38 % protein, dan mengandung 21,5 % zat besi. Beras juga memiliki

    kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Mineral dapat

    di bedakan menjadi dua kelompok , yaitu makromineral dan mikromineral.

    Makrimineral dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi kesehatan manusia,

    sebesar 100 mg per hari, yaitu Ca, P, Mg, Na, K, Cl, dan S. Sedangkan

    Mikromineral dibutuhkan oleh tubuh manusia kurang dari 100 Mg per hari, yaitu

    Fe, J, Zn, Cu, Mn, Cr, Co, Se, F, Si, V, Sn, Cd, s, Al, B (Indrasari dkk., 2009).

    Menurut Juliano (1972), gabah (Caryopsis)atau beras di kenal dengan beras

    pecah kulit, dimana paada kulitnya terdiri dari pericarp, tegmen, aleuron, emrio

    dan endosperm yang memiliki pati. Gabah memiliki kandungan karbohidrat yang

    terletak pada bagian dalam (endosperm)memiliki sifat yang rapuh dan mudah

    rusak terurai oleh air. Bagian yang adda di dalam gabah ini di selimuti oleh

    lapisan katul atau disebut juga dengan aleuron layer, sedangkan bagian luar di

    tutupi oleh sekam yang mengandung silica.

    2.1.2. Mutu Beras

    Mutu beras di tentukan oleh sifat fiikokimia beras yang memiliki kandungan

    amilosa dan protein. Selain itu, sifat beras yang berubah karena dipanaskan

    dengan air, yaitu suhu gelitinasi padi, pengembangan volume, penyeraoan air,

  • 6

    visikositas pasta dan konsistensi del pati. Sifat beras yang berubah tersebut tidak

    berdiri sendiri-sendiri, melinkan saling berkaitan dan bekerja sama menentukan

    mutu beras, dan mutu rasa nasi (Haryadi, 2006).

    Syaarif dan Halid (1993) menyatakan penyusutan bahan pangan dapat

    kelompokan menjadi dua yaitu susust kuantitatif dan susut kualitatif.

    Kontaminasi berhubunggan dengan susut kulitatif yaitu kerusakan yang terjadi

    akibat perubahan biologi, fisik serta perubahan kimia dan biokimia. Sedangkan

    susut kuantitatif adalah penyusutan akibat berkurangnya jumlah bahan pangan

    dikarenakan dimakan serangga, burung, atau terpisah dari bahan pangan.

    Atribut kebersihan adalah faktor yang pertama yang penting dalam tingkat

    mutu beras. Beras merk Super Qualityjuga mengutamakan atribut kebersihan

    sebagai prioritas utama yang sesuai SNI yang menetapkan agar beras 100% bersih

    dari benda-benda asing yang lainnya, butir rusak, butir merah, dan kotoran lainnya

    (Sari,2010).

    2.1.3. Gizi Beras.

    Kadar awal pati beras yang berstandar SNI IV adalah kadar pati yang

    tertinggi, sehingga BULOG tidak akan menerima beras yang memiliki kadar pati

    yang rendah, yang tidak berstandart SNI. Dengan demikian nilai pati pada beras

    adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk melihat mutu beras. Semakin

    tinggi nilai pati beras, maka semakin tinggi nilai beras tersebut. Tingginya kadar

    pati dalam beras, mencerminkan banyaknya beras utuh yang terdapat pada beras

    tersebut (Yulia dan Casper,2012).

    Gizi yang paling besar pada beras adalah karbohidrat, yaitu lebih dari 87%

    dan sebagian besar karbohidrat terdebut adalah pati. Kadar karbohidrat di dalam

  • 7

    beras giling berkisar antara 87,5% hingga 89,3 %. Oleh sebab itu, dalam

    manajmen diet orang yang menderita diabetes menganjurkan agar membatasi

    mengkonsumsi beras, dan beralih mengkonsumsi umbi-umbian. Ini dikarenakan

    beras dapat menaikan kadar glukosa darah denga cepat (Indrasari dkk., 2008).

    Beras memiliki nilai karbohidrat yang tinggi sehingga beraras menjadi

    sumber energy utama bagi tubuh. Karbohidrat yang di temukan pada beras di

    temukan dalam bentuk zat pati. Komponen karbohidrat yang banyak terdapat pada

    produk pangan pati, gula, pectin dan selulosa. Penentuan kadar karbohidrat dalam

    analisis komposisi kimia dilakuakan secara by difference (akhyar, 2008).

    2.2. Penyimpanan Beras.

    Penyimpanan beras harus dilakukan dengan cara yang baik agar beras

    terlindungi dari pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan perubahan mutu

    beras yang disimpan. Apabila penyimpanan beras tidak dilakukan dengan baik

    dan dalam waktu yang terlalu lama, maka versa akan mengalami kerusakan.

    Kerusakan beras ini terjadi pada bau dan rasa beras (Astawan, 2004).

    Penyimpanan beras yang biasa dilakukan di simpan di gudang umumnya

    dilakukan dengan system karung goni. Penyimpanan di gudang bertujuan untuk

    mengurangi kehilangan kualitas dan kapasitas beras. Dalam penyimpanan di

    gudang, diperlukan penyimpanan yang baik, yaitu dengan melakukan

    pengontrolan beras yang di simpan dari serangan hama dan tikus (Ekayani,2001).

    Agar kualitas beras selama penyimpanan tetap terjaga kualitaasnya dalam

    jangka waktu yang lama, kelembaban dan suhu selama penyimpanan harus di jaga

    kesetabilannya dan disesuaikan. Untuk menghasilkan beras yang kualitasnya tetap

    terjaga pada saat penyimpanan, maka kadar air beras tersebut harus dijaga

  • 8

    kestabilannya agar tidak telalu rendah atau tinggi. Karena akibat kadar air beras

    yang terlalu tinggi, beras akan menimbulkan jamur, sedangkan bila terlalu rendah,

    beras akan menjadi rapuh dan mudah patah (Setyawan dan Doddy,2011).

    Serangan hama dapat merusak komoiti beras yang disimpan di dalam

    gudang. Sehingga untuk mencegah serangan hama tersebut, dibutuhkan pestisida

    dalam penyimpanan beras tersebut. Penggunaan pestisida di dalam penyimpanan

    beras dapat memberi beberapa manfaat, yaitu dapat mencegah seragan hama pada

    bangunan gudang penyimanan beras, melindungi beras yang disimpan, dan

    memberantas serangan hama yang berkembang di dalam gudang penyimpanan

    (sarjono, 2010).

    Kerusakan pada beras sering terjadi pada masa penyimpanan. Kerusakan

    beras pada masa penyimpanan ini dikarenakan serangan hama-hama gudang

    (Winarno,2006). Serangan hama terbesar adalah serangan serangga pada komoditi

    beras yang disimpan. Hal ini karena serangan hama gudang memiliki kemampuan

    berkembangbiak dengan cepat, sehingga dapat menyebar, dan membuat

    pertumbuhan jamur (Halid dan Yudawinata, 1983).

    2.3. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)

    Gambar 1. Kutu Beras (Sitophilus Oryze)

    (Sumber : Hendrik 2016)

  • 9

    Sitophylus oryzae merupakan hama gudang yang termasuk dalam kingdom :

    Animalia, Filum : Athropoda, kelas : Insecta, Ordo Coleoptera, Famili :

    Curculionidae, Genus : Sitophylus, dan Spesies : Sitophylus oryzae Linnaeus.

    Sitophylus sp.Terdiri atas tiga jenis spesies : Sitophylus granariun, Sitophylus

    Oryzae, Sitophilus zeamays.Spesies Sitophylus yang dominan tersebar di daerah

    tropis adalah Sitophylus oryzae dan Sitophylus zeamays, sedangkan Sitophylus

    granaries hidup pada daerah beriklim dingin. Serangga Sitophylus oryzae dan

    Sitophylus zeamays sulit dibedakan secara eksternal. Kedua spesies ini dapat

    dibedakan dengan membuka bagian abdomen dan memeriksa permukaan alat

    genitalia serangga jantan di bawah mikroskop (Cranston dalam Abidondifu,2013).

    Serangga S.oryzae dewasa berwarna coklat kemerahan yang berangsur

    menjadi hitam. Dari penampilan luar jantan dan betina terlihat serupa, namun dari

    pengamatan lebih lanjut, bagian rostrum (moncong) jantan lebih tebal, sungutnya

    tertutup melengkung kasar sedangkan pada betina bentungnya panjang, halus dan

    ramping, mengkilat dan agak melengkung. Panjang tubuh serangga dewasa sekitar

    3,5-4,0 mm (Jadav dalam Nurulhuda,2013).

    Gambar 2. Siklus Hidup Kutu Beras (Sitophilus oryzae).

    (Sumber Hendrik : 2016)

  • 10

    Siklus hidup hama S.oryzae selama 30-45hari pada kondisi optimum yaitu

    pada suhu 29o C, kadar air beras 16 % dan RH 70 %. Imago dapat hidup mencapai

    3-5 bulan bahkan 1 tahun, tanpa adanya makan imago dapat hidup sampai 36 hari.

    Imago btina dapat menghasilkan sekitar 3-400 butir telur (Sitepu dkk.,2004).

    Telur S. oryzae berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk

    ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya,1991). Stadium telur

    berlangsung sekitar 4-6 hari pada suhu 20-25oC. S. Oryzae meletakkan telur di

    dalam butiran beras dengan cara membuat lubang pada butiran beras

    menggunakan rostumnya. Lubang bekas gerekan yang digunakan untuk

    meletakkan telur ditutup kembali dengan salivanya berupa zat warna putih

    (gelatin), sehingga tidak kelihitan dari luar. Gelatin tersebut berfungsi melindungi

    telur dari kerusakan dan predator. S. Oryzae betina dapat bertelur sampai 25 butir,

    tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir. Banyak butir yang diletakan tiap ekor

    betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1995).

    Stadium Larva Berlangsung S. oryzae 25-30 hari, vase larva merupakan fase

    yang merusak butiran beras, larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam

    biji beras (Marbun dan Pangestiningsih,1991). Selama stadium larva, larva hidup

    didalam butiran beras. Larva S. Oryzae berwarna putih dengan kepala kekuning-

    kuningan atau kecoklatan, tidak berkaki, dan mengalami 4 instar. Instar terakhir

    panjang larva lebih kurang 3mm. Bentuk badan larva sesuai dengan ukuran

    makanan dan tempat larva tinggal. Tahap intisar selesai, maka larva akan

    membuat kokon dengan cara membuang cairan eksresi kedinding endosperm

    supaya dinding endospermnya membentuk tekstur kuat dan licin (Pracaya,1991).

  • 11

    Pupa terbentuk di dalam butiran beras dengan membuat ruang pupa dengan

    mengekresikan cairan ke dinding liang bekas gerekan. Tahap stadium pupa terjadi

    antara 4-5 hari. Selama 2-5 hari imago akan tetap berada dalam butiran , sebelum

    membentuk lubang untuk keluar menggunakan moncongnya (Tandiabang

    dkk.,2009).

    2.4. Gejala Serangan dan Pengendalian Hama Gudang Sitophilus oryzae.

    Hama kutu beras (Sitophilus oryzae) mengakibatkan kerusakan yang tinggi

    pada kondisi hidup optimal yang mengakibatkan menurunya kulatitas beras.

    Serangan hama kutu beras dapat menyebabkan beras menjadi hancur, berdebu,

    dan berbau apek serta menyebabkan berkembanya jamur, sehingga beras tidak

    enak dan tidak layak dikonsumsi (Haryadi,2006). Hama kutu beras (Sitophilus

    oryzae) menyerang dengan cara membuat lubang-lubang. Akibat dari serangan

    dan pengerusakan beras akan menjadi lubang kecil-kecil, tetapu ada beberapa

    menjadikan butiran beras yang terserang dalam keadaan rusak bercampur tepung

    dipersatukan oleh air liur sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali

    (Kartasapoetra, 1996).

    Serangan hama pada saat penyimpanan beras di gudang dapat diminimalisir

    dengan cara mengendalikan populasi hama tersebut. Pengendalian hama pada saat

    penyimpanan beras dilakukan dengan tiga metode yaitu fisika, biologi dan kimia.

    Metode fisika dilakuakan dengan cara rekayasa lingkungan berupa suhu tinggi,

    suhu rendah dan gelombang mikro. Metode biologi dapat dilakukan dengan

    menggunakan musuh alami hama gudang atau pengembangan varietas yang tahan

    terhadap serangan hama pasca panen melalui upaya pemuliaan. Metode kimia

  • 12

    dilakukan dengan menggunakan pestisida yang dapat mengendalikan hama

    gudang. (Shejbal dan Boislambert 1998).

    2.5. Pestisida Nabati.

    Pengunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini

    banyak menimbulkan dampak negative. Masalah pencemaran lingkungan,

    merupakan akibat yang jelas terlihat selain itu penggunaan pestisida secara terus

    menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan

    residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila di

    konsumsi manusia.

    Oleh karena itu upaya pengendalian hama secra ramah lingkungan, seperti

    pestisida nabati atu bopestisida (Maryam dan Mulyana, 2009). Bahan yang dapat

    digunakan sebagai insektisida yaitu bahan nabati, bahan mineral dan bahan

    hewani (De Luca 1999). Bahan nabati merupakan bahan dengan cadangan dan

    variasi yang paling besar. Dilaporkan sekitar 2000 jenis tanaman yang memliki

    sifat-sifat insektisida. Tanaman yang akan dijadikan bahan insektisida harus

    memiliki beberapa kriteria yaitu gampang untuk dibudidayakan, tanaman

    tahunan, tidak musnah jika diambil bagian tanaman yang dibutuhkan, tidak

    menjadi gulma dan inang bagi hama tanaman, memiliki nilai tambah, serta

    gampang untuk diproses.

    Menurut Sastrodihardjo dkk (1992), proses pengendalian hama dibutuhkan

    suatu komponen yang mampu mengganggu keseimbangan dan poses fisiologi

    hama. Kandungan komponen aktif seperti alkaloid, terpenoid, kumarin, glikosida

    dan beberapa sterol serta minyak atsiri pada tanaman berpotensi digunakan

    sebagai bahan ( Robinson. 1995).

  • 13

    Insektisida nabati pada umumnya tidak mampu secara langsung mematikan

    hama, akan tetapi insektisida nabati memiliki fungsi sebagai berikut : (a) penolak

    (repellent), yaitu kandungan senyawa tanaman yang mengeluarkan bau yang

    menyengat sehingga penolak kehadiran hama dan mencegah hama meletakan telur

    serta menghentikan proses penetasan telur; (b) mencagah (antifeedant), Yaitu

    kandungan senyawa tanaman yang mampu mencegah hama memakan tanaman

    atau pun hasil panen yang disebakan rasanya (c) racun syaraf dan (b) antractant,

    yaitu kandungan senyawa tanaman yang mampu memikat kehadiran hama

    sehingga dapat dipakai pada perangkap hama (Ramulu,1979).

    2.6. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius).

    Pandan wangi merupakan tanaman monokotil yang termasuk family

    pandanaceae. Tanaman ini sering dijumpai pada lingkunngan dengan suhu yang

    teduh. Bentuk Akarnya tunjang yang mampu menopang tumbuhan. Bentun

    daunnya panjang yang tersusun rapat dengan panjang kira-kira 60 cm. Beberapa

    varietas tanaman pandan memiliki tepi daun yang berbentuk gerigi (Putra,2016).

    Kingdom : Plante

    Subkingdom : Tracheobionta

    Super Divisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Subkelas : Arecidae

    Ordo : Pandanales

    Family : Pandanaceae

    Genus : Pandanus

  • 14

    Spesies : Pandanus amaryllifolius (Putra, 2016).

    Gambar 3. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius).

    (Sumber : Ridwan, 2015).

    Tanaan pandan beraroma wangi yang berasal dari senyawa acetyl pyrroline

    yang dapat juga di temui pada tanaman jasmin. Selain senyawa acetyl pyrroline

    yang terdapat beberapa senyawa lain yang mampu mengendalikan hama, yaitu:

    1. Saponin, Senyawa saponin merupakan senyawa bioaktif yang bersifat toksik

    yang termasuk dalam racun kontak (contact posisons)karena dapat masuk

    melalui dinding tubuh larva dan racun perut (stomach posisons)yang masuk

    melalui mulut larva karena larva biasanya mengambil makanan dari tempat

    hidupnya.

    2. Tanin, Senyawa tanin membuat pencernaan makanan serangga terganggu

    (stomach psisons), sebab tannin akan mengikat protein dalam system

    pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan, sehingga proses

    penyerapan protein menjadi terganggu.

    3. Flavonoid dapat merusak membrane sel yang masuk ke dalam tubuh larva

    melalui kutikula yang melapisi tubuh larva (Contact posisons).

  • 15

    4. Alkaloid bersifat racun perut (Stomach posisons) bagi larva, karena alkaloid

    dapat menyebabkan gangguan system pencernaan bagi larva(Krisnawati,

    2012).

    Susanti (2017) menyatakan pemberian daun pandan dapat meningkatkan

    mortalitas kumbang beras. Perlakuan daun pandan sebesar 20% dapat

    meningkatkan mortalitas kutu beras hingga 57,87% selama 3 minggu

    penyimpanan. Mayasari (2016), menyatakan penambahan daun panandan segar

    dengan dosis 10-20 gram dapat meningkatkan mortalitas kutu beras hingga 100%

    selama 2 minggu penyimpanan.

    2.7. Daun Salam (Syzygium polianthum).

    Daun Salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di

    sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan sayur mayor,

    maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau segar dan

    turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma

    yang khas namun tidak terlalu menyengat (De Guzman dan Siemonsma, 1999).

    Menurut Van Steenis (2003), taksonomi daun salam adalah :

    Kingdom : Plantea

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Pinophyta

    Kelas : Dicotyledoneae

    Bangsa : Myrtales

    Suku : Myrtaceae

    Marga : Syzygium

    Jenis : Syzygium polyanthum

  • 16

    Gambar 4. Daun Salam (Syzygium polianthum)

    (Sumber : Deni. 2018)

    Daun salam mengandung berbagai senyawa aktif seperti minyak atsiri (sitral

    dan eugenol), tanin, flavonoid, dan komponen utama penyusun aroma pada daun

    salam yaitu nerolidol (Sembiring et al., 2003). Komponen fenolik yang terdapat

    dalam daun salam juga memiliki kemampuan mereduksi dan berperan penting

    dalam menyerap dan menetralkan radikal bebas, serta dekomposisi perioksida

    (Javaanmardi et al., 2003).

    Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam meliputi flavonoid,

    saponin, triterpen, tannin, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri (Lajuck, 2012).

    Daun salam dapat digunakan sebagai pengawet karena mampu menghambat

    aktivitas mikroba. Komponen zat aktif pada daun salam yaitu minyak atsiri,

    tannin, flavonoid dapat bersifat bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal, fungistatik

    dan germisidal ( menghambat germinasi spora bakteri) (Suharti et al., 2008).

    Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral,

    eugenol), flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl

    chavicol) yang dikenal juga sebagai estragole atau p-allylanisole. Senyawa

    tersebut mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tanin dan flavonoid

  • 17

    merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti inflamasi dan antimikroba

    (Lelono et al, 2013).

    2.8. Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)

    Tanaman jeruk merupakan tanaman memilik kandungan vitamin c dan dapat

    gunakan sebagai penyedap maskan. Daun jeruk purut meiliki kandungan senyawa

    bioaktif seperti minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan stereoid (hebert dkk.,2014).

    Vitamin C, flavonpid, karotenoid, limonoid, dan mineral. Flavonoid merupakan

    bahan antioksidan yang mampu menetralisir oksigen reaktif dan berkontribusi

    terhadap pencegahan penyakit kronis seperti kanker (Devy, 2010).

    Taksonomi jeruk purut (Miftahendrawati, 2014):

    Kerajaan : Plantae

    Sub Kerajaan : Tracheobionta

    Super Divisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Mangnoliopsida

    Sub Kelas : Rosidae

    Bangsa : Sapindales

    Suku : Rutaceae

    Marga : Citrus

    Jenis : Citrus hystrix

  • 18

    Gambar 5. Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)

    (Sumber: Ryan Friska 2014)

    Jeruk Purut meemiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu dan

    tangkai daun sebegian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak dun

    berbentuk bulat telur sampaai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung

    tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8 – 15 cm, lebar 2 – 6 cm,

    kedua permukaan licin dengan bitnik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan

    bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram, dan jika diremas bayunya

    harum. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna putih kemerah-merahan atau

    putih kekuning-kuningan. Bentuk buahnya bulat telur sampai lonjong, kulitnya

    hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan rasanya asam agak pahit (Soepomo, 2012).

    Daun jeruk purut memiliki senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin,

    taninin, steroid, kumarin, fenolik, terpen, dan minyak atsiri. Kulit buah jeruk purut

    kaya akan senyawa golongan flavonoid dan steroid, serta senyawa kumarin

    (Setiawan, 2000).

    Senyawa Flavonoid dapat ditemukan pada semua tanaman vaskuler.

    Flavonoid pada dasarnya merupakan phenylbenzopyrones (phenylchromones) dan

    memiliki berat molekul rendah. Bentuk struktur dasar senayawa favonoid berupa

    dua cincin utama yang saling melekat, yaitu dua cincin bezen (A dan B) yang

  • 19

    dihubungkan melalui cincin heterosiklik pisan atau piron (dengan ikatan ganda)

    yang disebut cincin “C” (Middleton et al., 2000).

    Triterpenoid mempunyai kerangka karbon yang berasal dari 6 satuan

    isoprene dan secara biosintesis di turunkan dari hdrokarbon C30 asiklik berupa

    skualena. Triterpenoid mempunyai sifat titik leleh tinggi, tidak berwarna,

    berbentuk Kristal, dan aktif optic (Harbone,1987).

    Steroid senyawa kompleks yang terdiri atas 4 cincin yang saling bergabung

    dan larut di dalam lemak. Sterol merupakan senyawa steroid yang banyak

    ditemukan pada tanaman golongan steroid alkohol (Bhat, 2009).

    Saponin merupankan senyawa glikosida dan sterol triterpene yang terdapat

    dalam lebih dari 90 genus tumbuhan. senyawa saponin kebanyakan memiliki

    satuan gula mencapai 5 dengan komponen umum asam glukuronat. Terbentuknya

    busa dari ekstraksi atau pemekatan ekstrak tumbuhan menunjukan terdapatnya

    senyawa saponin pada tumbuhan tersebut (Harbone,1987).

    Alkaloid pada umumnya senyawa dengan bentuk gabungan yang terdiri dari

    satu satu lebih atom nitrogen, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid

    mempunyai sifat tidak berwarna, optis aktif, serta berbentuk Kristal akan tetapi

    ada juga berbentuk cairan pada suhu kamar (30o C) seperti nikotin

    (Harbone,1987).

    Tannin adalah senyawa kompleks yang tersusun dari senyawa fenolik yang

    sulit dipisahkan dan sulit mengkristal, serta mengedepankan protein dari larutanya

    dan bersenyawa dengan protein (Paendong et al.,2012).

    Menurut Anggraeni (2010) daun Jeruk purut telah digunakan untuk pengusir

    kutu pada ternak dengan meletakkan daunnya di kandang, dan ekstraknya dapat

  • 20

    digunakan untuk mencegah serangan nyamuk Aedes sp. sebesar 90,88%.

    Andrianto et al (2019) menyatakan penambahan daun jeruk purut 30 gram pada

    beras 100 gram dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah mortalitas hingga 4

    ekor (tiap 10 ekor imago) selama 30 hari penyimpanan beras.

    2.9. Serai Wangi (Cymbopogan nardus)

    Taksonomi Sereh Wangi (Miftahendrawati, 2014):

    Kerajaan : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Sub Divisio : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Poales

    Suku : Poaceae

    Marga : Cymbopogon

    Jenis : Cymbopogon nardus

    Gambar 6. Serai Wangi (Cymbopogan nardu)

    (Sumber: Eka 2008)

    Tanman serai wangi (Cybopagan nardus) merupakan tanaman yang

    termasuk dalam family Graminae. Tanaman serai wangi salah satu tanamn yang

    banyak dibudidayakan sebagai tanaman pengahasil minyat atsiri. Tanaman ini

    mampu hidup dengan baik pada daerah beriklim panas maupun basah, dengan

  • 21

    ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (dpl) akan tetapi berproduksi

    optimum pada 250 mdpl serta intensitas cahaya berkisar 75 s/d 100% (Sukamto

    dan Djazuli, 2011).

    Kandungan kimia yang terdapat dalam minyak serai wangi sangat

    kompleks, namun kandungan kimia yang penting yaitu citronellal dan geraniol.

    Kedua kandungan kimia tersebut akan menentukan intensitas bau, harum, serta

    nilai jual minyak serai wangi.

    Tanaman serai wangi meruapakan tanaman dengan peluang yang sangat

    besar untuk dijadikan produk-produk pestisida, karena bahan aktif dari tanaman

    baik digunakan sebagai pengendali hama yang bersifat menolak (repellent),

    menarik (anttractant), racun kontak, racun pernafasan, menurangi nafsu makan,

    menghambat peletakan telur, menghambat pertumbuhan, menurunkan fertilitas.

    Tanaman ini juga bersifat anti bakteri, anti jamur, antivirus, dan antinematoda.

    Serai wangi dapat juga digunakan untuk bahan pengawet produk mkanan dan ikan

    sebagai antibiotic. Asimba 50 EC meruapakan salah satu produk serai wangi yang

    terdapat dipasaran yang dapat mengendalikan ahama penggerek (Asaad dan

    Willis, 2012).

    Serai wangi mempunyai mekanisme pengendalian antiserangga, insektisida,

    antifedan, repelen, antijamur, dan antibakteri. Daun dan batangnya mengandung

    saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung minyak

    atsiri. Minyak atsiri mengandung komponen sitronela, sitral, geraniol,

    metilheptenon, eugenol-metilester, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan

    limonen. Bagian tanaman yang berpotensi mengendalikan hama adalah daun dan

  • 22

    minyak atsirinya. Kandungan senyawa serai wangi antara lain geraniol 55-65%

    dan sitronela 7-15% (Grainge dan Ahmed 1988 ).

    Mulyani dan Widyawati (2016) menyatakan pemberian 5 gram batang

    serai dapat meningkatkan mortalitas hama sebesar 75% selama 20 hari pada beras

    seberat 500 gram. Menurut Isnaini et al (2015), penambahan 15 gram serai dapat

    meningkatkan moralitas hama sebesar 66% selama 21 hari penyimpanan.

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Beras2.1.1. Diskripsi Beras2.1.2. Mutu Beras2.1.3. Gizi Beras.

    2.2. Penyimpanan Beras.2.3. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)2.4. Gejala Serangan dan Pengendalian Hama Gudang Sitophilus oryzae.2.5. Pestisida Nabati.2.6. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius).2.7. Daun Salam (Syzygium polianthum).2.8. Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)2.9. Serai Wangi (Cymbopogan nardus)